You are on page 1of 11

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT &


NONELEKTROLIT
Muthiah1, Tonih Feronika2, Luki Yunita3
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan1,2,3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: uthibfg@gmail.com

Abstract

The learning process that have been so focused on cognitive aspects, resulting in a lack of effort in
bring up and develop skill process of students in learning process. This research was purpose to find
out the quality of science process skills achieved by student through guide inquiry learning model on
electrolyte & nonelectrolyte liquid material. The method applied was descriptive research. The sample
of this research was student of SMAN 6 Depok at X-5 science grade with consisted of 37. Data was
gathered from some instrument in use are observation sheets, essay tests, student work papers and
interviews. The result based on accumulated data showed that inquiry learning model could bring up
the 8 aspects of Science Process Skills. It can conclude that overall every aspect of science process
skills can be raised of 65,40%. Based on anilysis of intervies, this is because learning formerly in class
more often used consevative learning that centered on teacher, so the science process skills of
students not trained well. The aspect of observation got the highest result (87,83%). The hypothesized
aspect (47,29%) and designing experiment aspect (52,02%) achieved the lowest result. Based on the
analysis of interview results, the lack of reading interest of students, and not yet trained them to learn a
subject matter before study in the classroom, resulted in students' understanding is still empty and
make it difficult for them to make a good hypothesis with scientifically literation. While the ability to
design student experiments is low because learning formerly in the class, the students were never
given the opportunity to hone the ability to design experiments, but always given a complete practice
manual with tools, materials, and stages before doing practice in lab.

Key Words : Science Process Skills, Guided Inquiry Learning Model, Electrolyte
PENDAHULUAN hal ini saling bergantung,jika ingin
Tingkat pendidikan Indonesia dalam mendapatkan pemahaman dan penguasaan
bidang matematika dan sains masih termasuk konsep yang baik dan bermakna, maka
sangat rendah saat ini, yaitu urutan ke-69 dari penguasaan keterampilan proses dalam
76 negara di dunia berdasarkan OECD’S report menemukan konsep juga harus dikembangkan
(BBC News, 2015).adalah merupakan hal yang dan diasah. Pengembangan konsep ataupun
sangat memprihatinkan. Sudah seharusnya keterampilan proses berjalan saling beriringan
kita bertanya dan menelaah apa yang salah satu sama lain (Harlen, 1992, h. 23).
dengan pendidikan di Indonesia ini, dan Salah satu model pembelajaran yang
bagaimana cara kita mengatasinya.Tilaar sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran
(2000) mengatakan bahwa “ krisis yang di sains dan mengembangkan keterampilan
alami bangsa Indonesia saat ini merupakan proses siswa adalah model pembelajaran
pula refleksi dari krisis pendidikan nasional” inkuiri. Menurut Alan Colburn (2000) inkuiri
(hlm. 1). adalah “mengkreasikan suatu kelas di mana
Pada kenyataannya kegiatan belajar siswa terlibat dalam suatu pembelajaran
mengajar yang umum diterapkan selama ini terbuka, berpusat pada siswa, dan kegiatan
masih merupakan pembelajaran konvensional. yang aktif,” (hlm. 42). Pembelajaran sains
Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri memberi peluang pada peserta
konvensional dimana peranan guru masih didik untuk terus mengembangkan potensi diri
sangat dominan, menyebabkan siswa lebih secara optimal; baik dari sisi kognitif, afektif,
sedikit belajar, tidak berminat, dan kehilangan maupun psikomotor (Toharudin, dkk, 2011, h.
motor penggerak tindakan atau motivasi. 47).
Pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna Materi yang terdapat didalam mata
dan mengasah potensi siswa hanya jika pelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit
kegiatan pembelajaran merupakan merupakan materi yang dekat dengan
pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa. kehidupan sehari-hari, sangat cocok untuk
Sedangkan, siswa belajar secara aktif ketika diterapkan dalam model pembelajaran yang
mereka terus menerus terlibat, baik secara menggunakan pendekatan saintifik seperti
mental ataupun secara fisik (Hollingsworth & inkuiri. Materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
Lewis, 2008, h. viii). juga sangat cocok untuk dipelajari melalui
Perkembangan konsep bergantung pada kegiatan praktikum yang dapat mengasah
penggunaan keterampilan proses dalam keterampilan proses sains siswa.
menemukan konsep kosep itu sendiri. Kedua
Siswa SMA di Indonesia masih belum pengetahuan yang telah dibangun untuk
siap untuk belajar inkuiri secara bebas, namun memecahkan masalah dalam suatu konteks
inkuiri terstruktur yang sangat mendikte, kurang yang mirip dan terkait dengan materi yang baru
dapat mengembangkan keterampilan proses saja mereka dapatkan.
sains siswa. Sehingga inkuiri yang paling cocok Keterampilan proses sains adalah
diterapkan adalah inkuiri terbimbing dimana seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan
peran guru sebagai pengarah dan pembimbing untuk menemukan konsep atau prinsip atau
siswa dalam menjalankan setiap tahapan teori dalam rangka mengembangkan konsep
inkuiri, sehingga keterampilan proses siswa yang telah ada atau menyangkal penemuan
dapat berkembang dengan baik dengan yang sebelumnya. Keterampilan proses dapat
bantuan bimbingan guru. menjadi roda penggerak penemuan,
pengembangan fakta dan konsep, serta
Hale and Mullen mengungkapkan bahwa
penumbuhkembangan sikap, wawasan dan
aktivitas inkuiri terbimbing yang berorientasi
nilai (Toharuddin dkk, 2011, h.35-36). Aspek
proses didasari oleh pendekatan siklus
keterampilan proses menurut Harlen adalah
pembelajaran, dimana tersusun dari 3 tahapan
sebagai berikut (Harlen 1994, h 91-94): 1)
utama yaitu: fase eksplorasi, fase
Melakukan observasi yang merupakan
pembentukan konsep, dan terakhir adalah fase
keterampilan paling dasar dalam memperoleh
pengaplikasian (Hale and Mullen, 2009, h. 74).
suatu ilmu (Toharudin, 2011, h. 36). 2)
Penjabarannya sebagai berikut: 1) Tahap
Bertanya, Zulfiani dkk (2009) bahwa
eksplorasi, ketika siswa menggali informasi
“keterampilan bertanya merupakan
yang bisa berupa video, teks atau wacana,
keterampilan mendasar yang harus dimiliki
audio, atau yang lainnya yang diberikan oleh
siswa sebelum mempelajari suatu masalah
guru yang mengandung permasalahan terkait
lebih lanjut. Setiap berhadapan suatu masalah
materi yang ingin diberikan. 2) Tahap
semestinya mengajukan pertanyaan apakah
pembentukan konsep, setelah siswa menggali
ini? mengapa begitu? dan bagaimana hal itu
informasi dan membuat sebuah pertanyaan,
bisa terjadi dan bagaimana pemecahannya?”
adalah tahapan pengenalan konsep yang akan
(hlm. 55). 3) Berhipotesis, yaitu menyatakan
terbangun dengan sendirinya setelah mereka
hubungan antara dua variabel atau
mencoba mencari jawaban dari pertanyaan
mengajukan perkiraan penyebab sesuatu
yang telah dibuat dengan pembelajaran
terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpretasi
berbasis saintifik. 3) Tahap aplikasi, guru
berdasarkan pada data atau pola data dan
membimbing siswa untuk melatih siswa
kecenderungan dengan metode induktif, maka
menggunakan atau memanfaatkan
hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu
teori atau konsep dengan metode deduktif percobaan. Menurut Harlen “keterampilan
(Zulfiani, 2009, h. 54). 4) Memprediksi, yaitu menggunakan alat dan bahan berarti dapat
merupakan keterampilan meramal tentang menggunakan alat dan bahan dengan baik
sesuatu atau fenomena yang akan terjadi sambil memperhatikan keamanan dan
berdasarkan gejala yang ada (Toharudin, 2011, keselamatan” (1994, hlm. 54).
h.37). 5) Menemukan pola atau hubungan Maka, berdasarkan latar belakang
(menalar), menurut Harlen (1992, h. 53), permasalahan yang telah disebutkan, peneliti
finding pattern and relation berarti melaksanakan penelitian dengan judul:
“mengumpulkan berbagai potongan informasi “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
secara terpisah untuk mendapatkan sebuah Melalui Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing
kesimpulan, menyadari adanya suatu pada Materi Larutan Elektrolit & Nonelektrolit”.
kecenderungan atau pola tertentu dalam
informasi yang mereka dapatkan”. 6)
METODE PENELITIAN
Mengkomunikasikan, yaitu menginformasikan Penelitian dilaksanakan pada bulan
hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil November tanggal 13 sampai dengan 21
percobaan kepada orang lain termasuk November tahun 2016. Tempat penelitian
keterampilan berkomunikasi. Jenis komunikasi dilakukan di SMA Negeri 6 Depok. Penelitian
dapat berupa paparan sistematik yang disebut ini merupakan jenis penelitian deskriptif
laporan percobaan atau transformasi parsial
kualitatif, yang bertujuan untuk menganalisis
(Zulfiani dkk, 2009, h. 54). 7) Merancang
Keterampilan Proses Sains Siswa dan
percobaan, menurut Harlen (1992),
menjabarkannya secara deskriptif. Ada dua hal
menentukan dan mendesain percobaan adalah penting yang perlu dilperhatikan dalam analisis
sebuah tahapan awal dimana seseorang data kualitatif yaitu penafsiran dan pemaknaan
menentukan materi awal percobaan apa yang data. Ketepatan dan pemaknaan bergantung
ingin dibuat dengan tujuan percobaan tersebut pada ketajaman anilisis, bukan pada hitungan
(hlm. 53). Kemudian merancang desain statistika (Arifin, 2011, h. 162).
percobaan, berarti dapat memilih alat dan Data yang telah dikumpulkan dari hasil
bahan yang sesuai dengan tujuan
peneltian berupa lembar observasi baik
penyelidikan, Membuat variabel tetap dan
observasi langsung dan tak langsung, dan hasil
variabel bebas. Menentukan perubahan yang
wawancara selanjutnya dianalisis dengan lebih
akan diukur atau dibandingkan, serta lanjut. Berikut ini adalah langkah-langkah yang
menentukan tahapan yang akan dilakukan saat dilakukan dalam menganalisis data hasil
percobaan (hlm 53). 8) Menggunakan alat dan penelitian :
bahan sebagai bagian dari melakukan
1. Data Lembar Observasi 2. Data Wawancara
a. Memberi angka (0-4) pada kolom Tujuan wawancara ini dilaksanakan
penilaian sesuai hasil observasi adalah menemukan penyebab kesulitan siswa
berdasarkan rubrik penilaian aspek pada aspek KPS siswa yang nilainya rendah,
keterampilan proses sains. dan tanggapan sisa atas proses pembelajaran
b. Menghitung angka persentase yang telah dilkakukan. Maka wawancara
ketercapaian siswa dengan rumus dilakukan setelah dilaksanakan setelah proses
sebagai berikut : pembelajaran dan dianalisis. Hasil wawancara
secara lisan dipindahkan dalam bentuk tertulis,
(1) Rata-rata =
untuk kemudian ditranskipsi dan dianalisis.
(2) Persentasi (%) = rata-rata nilai kps × Dalam penelitian ini siswa yang diwawancara
diambil dengan perwakilan dari kelompok
tinggi, sedang, dan rendah.
Jumlah frekuensi dan presentasi
tersebut akan menunjukkan secara kuantitatif HASIL
penilaian keterampilan proses sains yang telah Hasil temuan penelitian dalam
dimiliki oleh siswa dalam bentuk menganalisis ke-delapan aspek KPS siswa
presentasenya. yang menggunakan observasi langsung dan
Pengelompokan siswa atas kelompok tak langsung adalah sebagai berikut:
tinggi, sedang, dan rendah digunakan untuk 1. Data Hasil Observasi
mengambil sampel siswa dari masing-masing Menurut Arikunto, dalam menggunakan
kelompok untuk diwawancara. Setelah metode obserasi cara yang paling efektif
mendapatkan persentase untuk masing-masing adalah melengkapi dengan format atau
aspek penilaian, peneliti mengiterpretasikan blangko pengamatan sebagai instrumen
secara deskriptif data persentase dengan (Arikunto, 2013, h. 272). Berdasarkan hal
melihat gejala-gejala yang muncul selama tersebut, maka peneliti membuat lembar
kegiatan praktikum yang telah tercatat pada observasi, yang memiliki parameter dalam
lembar obsservasi kegiatan praktikum. setiap aspek-aspek pengamatannya, serta
Sehingga dapat diketahui dengan jelas memiliki skala penilaian dalam bentuk skala
bagaimana kualitas KPS yang dimiliki oleh likert (skala 1-5). Lembar observasi diisi oleh
siswa. para observer yang membantu peneliti dalam
proses penelitian.
Observasi yang dilakukan ditempuh
melalui dua cara yaitu:
a. Observasi Langsung mengamati aspek KPS yang bersifat kognitif
Yaitu observasi yang dilakuakan secara dan sulit untuk diamati secara langsung
langsung tehadap objek yang diselidiki (Arifin, terutama pada kelas yang cukup besar. Aspek
Zaenal, 2011, h. 231). Observasi langsung KPS mengamati, bertanya, berhipotesis dan
digunakan untuk mengamati aspek KPS merancang percobaan menggunakan media
melakukan percobaan, dan LKS. Media Tes uraian digunakan dalam
mengkomunikasikan (saat presentasi) di mana mengamati aspek KPS menalar, dan
aspek KPS tersebut berupa tingkah laku, yang memprediksi. Sedangkan media Laporan
memang akan lebih efektif jika di amati secara praktikum digunakan dalam mengamati aspek
langsung. KPS berkomunikasi. Berikut data hasil
pengamatannya setiap media yang digunakan :
Hasilnya ditampilkan dalam Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Data Hasil Lembar Observasi 1) Data Penilaian Lembar Kerja siswa
No Prese-
Presen- Dalam bukunya Darmodjo dan Kaligis
. ntase
Aspek Aspek tase mengatakan bahwa “ LKS atau lembar kerja
Pen-
KPS Penilaian Rata-rata
capai-
(%) siswa merupakan sarana pembelajaran yang
an (%)
1. Merancang 83,11
dapat digunakan guru dalam meningkatkan
alat uji
larutan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses
elektrolit
Merapikan 88,51 belajar mengajar (Hendro Darmodjo & Jenny
dan
membersih R.E Kaligis, 1992, h. 40).
Melakukan
-kan alat 66,89
percobaan
dan bahan Lembar Kerja Siswa ini disusun secara
Memakai 29,05 sistematis untuk mengarahkan proses
atribut
perlengkap pembelajaran sesuai dengan model
an
praktikum pembelajaran inkuiri terbimbing, sekaligus
2. Mengkom- Berpresen- 62,16 dapat digunakan untuk mengasah dan menguji
-
unikasikan tasi
keterampilan proses sains siswa. Di dalam LKS
tersebut terdapat urutan langkah kegiatan
b. Observasi Tidak Langsung pembelajaran dari awal sampai akhir. Selain itu
Yaitu observasi yang dilakukan melalui siswa akan diminta untuk menuangkan
perantara (media), baik teknik maupun alat pertanyaan dan hipotesis yang dibuat, mengisi
tertentu (Arifin, Zaenal, 2011, h. 231). data hasil pengamatan, serta mengasosiasi
Sedangkan observasi tak langsung yang hasil pengamatan dengan teori-teori yang telah
dilakukan menggunakan media LKS, tes dipelajari sehingga siswa dapat membuat
uraian, dan laporan praktikum untuk penalaran yang tepat, sampai membuat
kesimpulan pada kolom-kolom yang telah siswa secara verbal di depan umum. Mereka
disediakan. Oleh karena itu, LKS ini sangat juga harus membuat slide presentasi
membantu dalam mengobservasi beberapa menggunakan power point yang menarik,
aspek keterampilan yang bersifat kognitif lengkap, padat, dan jelas. Maka peneliti
seperti bertanya, berhipotesis, menalar, dan memfokuskan untuk mengobservasi
membuat kesimpulan yang dapat tersampaikan keterampilan berkomunikasi siswa lewat
lewat verbal atau tertulis. Berikut tabel laporan praktikum dan persentasi ini. Berikut
penilaian aspek KPS yang terdaftar dalam tabel penilaian lapoan praktikum serta
Lembar Kerja Siswa (lampiran 2, h. 88-94) : presentasi yang telah para siswa lakukan,
Tabel 4.2 Data Hasil Penilaian LKS masing-masing ke-6 kelompok sebagai berikut:
No.
Apek KPS Penilaian %
Tabel 4.3 Data Penilaian Laporan Praktikum
1. Mengamati 87,83
dan Presentasi
2.
Membuat Pertanyaan 62,83 No. Aspek KPS Instrumen Rata-rata
3. (%)
Berhipotesis 47,29
1. Laporan 66,21
4.
Merancang percobaan 52,02
Mengkomunika- praktikum
sikan Presentasi 62,16

2) Data Penilaian Laporan Praktikum dan 2. Hasil akhir 64,18

Presentasi
Laporan praktikum merupakan tugas 3) Data Penilaian Tes uraian
yang diberikan siswa setelah proses praktikum Tes uraian berisi soal-soal yang menguji
selesai. Melalui laporan praktikum maka siswa keterampilan siswa dalam memprediksi dan
diharuskan dapat mengkomunikasikan hasil juga menalar (kisi-kisi soal lampiran 7, h. 107-
percobaan yang telah mereka lakukan secara 109). Test ini berisi 5 soal memprediksi jenis
rapih, sistematis, dan jelas sehingga mudah larutan berdasarkan daya hantar listrik dan
untuk dibaca dan di pahami. Tabel dan grafik juga 3 soal menalar mengenai penyebab
juga dapat membantu mereka menuangkan kemampuan larutan elektrolit. Hasil test uraian
data hasil penelitian di dalam laporan tertulis terlampir dalam tabel dibawah ini :
praktikum yang dibuat, jika diperlukan. Setelah
Tabel 4.4 Hasil Tes Uraian
membuat laporan praktikum, setiap kelompok
No. Aspek KPS Persentase %
diwajibkan mempresentasikan hasil percobaan
1. Menalar 63,51
mereka kepada guru dan seluruh teman- 2. Memprediksi 78,38
temannya di depan kelas. Hal ini akan
mengasah keterampilan mengkomunikasikan
Berdasarkan hasil tes uraian pada tabel sebelum meakukan percobaan itu sendiri.
4.4, keterampilan menalar mendapat hasil Selama ini jika ada praktikum di sekolah siswa
63,51 %, sedangkan keterampilan memprediksi langsung diberi rancangan dan prosedurnya
mendapat hasil 78, 38%. Maka dari dengan detail, dan tidak diberi kesempatan
keseluruhan data yang didapat dalam tabel untuk memikirkan dan membuat rancangannya
menunjukkan bahwa aspek keterampilan sendiri. Untuk membuat hipotesis masih
proses sains terendah dalam pengamatan banyak yang melenceng dan terutama tidak
observer yang dimiliki siswa adalah ilmiah saat membuat hipotesis. Kurangnya
berhipotesis yaitu sebesar 47,29. Sedangkan minat membaca dan kemampuan dalam
keterampilan proses sains paling baik yang berliterasi sains menjadi salah satu faktor
dimiliki siswa adalah kemampuan mengamati utama yang menyebabkan para siswa
yang mencapai 87,83%, . mempunyai tingkat pemahaman yang rendah
terutama pada mata pelajaran sains seperti
2. Data Hasil Wawancara
kimia.
Wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan tanya PEMBAHASAN
jawab secara sepihak, berhadapan muka, Berdasarkan seluruh akumulasi data dari
dengan arah serta tujuan yang ditentukan lembar observasi dan dokumen-dokumen
(Sudijono, 1996, h. 82). Wawancara pada dalam catatan lapangan (tes uraian, lembar
peneniltan ini dilakukan untuk menggali
kerja siswa, laporan praktikum, hasil
penyebab pada aspek-aspek KPS yang presentasi) maka dapat dijabarkan hasil tiap-
terhitung paling rendah pada hasil analisi. Agar tiap aspek keterampilan proses sains sebagai
dapat di analisis apa saja yang menjadi berikut :
kelemahan dan kesulitan mereka selama
100%
proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga 90%
80%
70%
ditanya pendapat mereka atas pengalaman 60% Observasi
50%
pembelajaran yang telah didapatkan, apakah 40%
30%
20% Laporan
berhasil dalam memotivasi dan meningkatkan 10%
0%
Praktikum
Merancang…

Tes uraian
Berhipotesis

Menalar

Memprediksi
Melakukan percobaan
Mengamati
Bertanya

Mengkomunikasikan

minat belajar siswa.


LKS
Dari hasil wawancara pada dapat
diketahui bahwa siswa merasa kesulitan pada
saat merancang percobaan terutama pada
membuat tahapan percobaan. Siswa belum Gambar 4.2 Grafik Hasil Penilaian KPS Siswa
terbiasa untuk membuat rancangan percobaan
Dari gambar diatas terlihat bahwa pendekatan yang berpusat pada guru seperti
dalam penelitian ini, model pembelajaran inkuiri inquiry yang mendorong anak untuk aktif dan
terbimbing yang berpusat pada siswa, bekerja sama dalam pembelajaran sains,
membuat siswa aktif dan memaksa mereka menghasilkan peningkatan yang signifikan
mengasah keterampilan proses yang mereka terhadap keterampilan proses sains siswa
miliki. Sehingga semua keterampilan proses (Catherine, 2013, h.24).
dapat dimunculkan, meskipun dengan Dalam sebuah penelitian yang
persentase rata-rata cukup. Proses dilakukan oleh Sevilay menyatakan bahwa
pembelajaran aktif seperti ini, belum terbiasa setelah dilakukannya observasi dalam
bagi siswa sehingga sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru menerapkan
guru menerapkannya secara metode pembelajaran diagram inkuiri, ternyata
berkesinambungan guna melatih dan berhasil meningkatkan integrasi kemampuan
mengasah keterampilan proses sains siswa proses sains yang sebelumnya belum muncul.
agar dapat memberikan hasil yang semakin Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
baik lagi. Penggunaan media seperti LKS, dan bahwa diagram inkuiri sangat penting dalam
tes uraian yang di buat dan dikembangkan memunculkan dan mengembangkan
dengaan baik, untuk mengukur aspek KPS keterampilan proses sains (Sevilay, 2011, h.
siswa, di sarankan di gunakan dalam proses 26).
pembelajaran dan alat evaluasi KPS siswa. KESIMPULAN
Sebuah penelitian lainnya menyatakan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan
hal yang sama yang di buat oleh Eyla Eyse pembahasan dalam bab IV mengenai
Koksal, yang menyatakan bahwa hasil keterampilan proses siswa kelas X di SMAN 6
penelitiannya menunjukkan bahwa inkuiri Depok, pada pelajaran larutan elektrolit dan
terbimbing secara keseluruhan membantu nonelektrolit dengan model pembelajaran
siswa untuk lebih memahami konsep dan Inkuiri Terbimbing, di peroleh kesimpulan
pencapaian yang lebih baik dalam bidang sebagai berikut :
sains. Inkuiri terbimbing juga berhasil Berdasarkan hasil penelitan, model
mengembangkan sikap ilmiah, konsep diri, pembelajaran inkuiri terbimbing yang mengacu
keingintahuan yang besar, minat, karir, dan pada proses dan berpusat pada siswa,
juga pembelajaran yang bermakna bagi siswa membuat siswa aktif serta memaksa siswa
terhadap mata pelajaran sains (Ela Eyse untuk menggunakan keterampilan-
Koksal, 2008, h. v). keterampilan yang di miliki sehingga efektif
Penelitian selanjutnya yang senada dalam memunculkan dan melatih setiap aspek
milik Catherine, menyatakan bahwa
KPS siswa (mengamati, bertanya, berhipotesis, 2. Menghadirkan para observer yang
merancang percobaan, membuat percobaan, kompeten dan sesuai dengan jumlah
menalar, mengkomunikasikan, dan kelompok belajar sangat diperlukan,
memprediksi) dengan hasil rata-rata yaitu agar kegiatan pengamatan dan
cukup. Berdasarkan analisis hasil wawancara pengukuran keterampilan proses siswa
pencapaian tersebut disebabkan karena proses lebih mudah dilakukan dengan hasil
pembelajaran sebelumnya lebih sering pada yang maksimal, terutama untuk kelas
metode ceramah atau diskusi, sehingga yang cukup besar.
keterampilan proses siswa belum terlatih.

SARAN

Berdasarkan penelinitian yang telah di


lakukan, maka peneliti dapat menyarankan
sebagai berikut:
Bagi guru atau tenaga pendidik:
1. Model pembelajaran yang menekankan
proses seperti model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing di sarankan lebih
sering di terapkan dalam
mengembangkan Keterampilan Proses
Sains siswa.
2. Penggunaan media seperti LKS, dan tes
uraian yang di buat dan dikembangkan
dengaan baik, untuk mengukur aspek
KPS siswa, di sarankan di gunakan
dalam proses pembelajaran dan alat
evaluasi KPS siswa.

Bagi peneliti :
1. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran inkuiri terbimbing,
diperlukan waktu khusus pada kegiatan
praktikum yang lebih panjang agar
proses pembelajaran lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Suyanti, Retno Dwi. (2010). Strategi
Colburn, Alan. (2000). An Inquiry Primer. Pembelajaran Kimia. Yogyakarta :
Journal of Research in Science Graha Ilmu
Theaching, 1(1). Science Corp March:
Tirtarardja & La Sulo. (2012). Pengantar
California
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati & Mujiyono. (2013), Belajar dan
Toharudin, Uus., Hendrawati, Sri., Rustaman.
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
A.. (2011). Membangun Literasi Sains
Cipta
Peserta Didik. Bandung: Humaniora
Hale, Dane & Mullen, Linda Greef. (2005).
Zulfiani., Feronika, Tonih., Suhartini, Kinkin.
Designing Process-Oriented Guided-
(2009). Strategi Pembelajaran Sains.
Inquiry Activities. Marketing Education
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Review, 1(1). Departement of
Jakarta.
Chemistry, Stony Brook University

Harlen, W & Elstgeest, J. (1992). UNESCO


Souercebook for Science in The
Primary School. UNESCO: France

Rustaman. N.Y. (2003). Strategi Belajar


Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan
Pendidikn Biologi FMIPA UPI.

R Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar


Biologi. Malang; UM PRESS

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran,


Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Sugiyono. (2012).Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan,


Jakarta; Bumi Aksara

You might also like