Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Land clearing and forest use outside the direction of its functions in Muna Regency is a
major factor in the reduction of forest area, especially protected forests, so information is needed in
regulating the functions of forest areas to run according to the direction of their functions. The
purpose of this study is (1) to knowing the distribution of forest area functions in each District in
Muna Regency (2) to knowing the compare the outputs of forest area function maps with the
utilization forest area functions according forest the Muna Regency RTRW. The study was conducted
Muna Regency in 2019/2020 by using a qualitative descriptive method with data analysis techniques
scoring overlay with existing parameters. The results of the study show (1) the distribution of forest
area functions in Muna Regency there are three, namely production forest areas, limited production
forests and protected forests. The production forest area is spread in 22 sub-districts in Muna
Regency with an area of 118942.18 ha (65.04%), limited production forest areas are located in
several sub-districts such as Bone, Kontunaga, Lasalepa, Lohia, sub-district with an area of 41095.61
ha (22.47%) and protected forest areas which are scattered in several sub-districts such as Maligano,
Napabalano with a forest area amounting to 22836.4 ha (12.49%). (2) Comparison of the outputs of
forest area function maps with forestry maps of the Muna Regency RTRW, which are located in two
additional parameters, namely the springs protection area and the coastal border area which are
used as functions of protected forest areas. This comparison shows that the map output results that
are in accordance with forest utilization according to the Muna Regency RTRW are 54269.67 ha
(81.19%) and that are not in accordance 15077.79 ha (22.56 %).
Keywords: Mapping, Geographic Information System, Distribution Of Forest Area Functions.
Abstrak: Pembukaan lahan dan pemanfaatan hutan diluar arahan fungsinya di Kabupaten Muna
menjadi faktor utama berkurangnya luas kawasan hutan terutama hutan lindung ,sehingga
diperlukan informasi dalam mengatur fungsi kawasan hutan agar berjalan sesuai dengan arahan
fungsinya. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui persebaran fungsi kawasan hutan di
setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna (2) untuk mengetahui perbandingan hasil output peta
fungsi kawasan hutan dengan pemanfaatan fungsi kawasan hutan menurut peta kehutanan RTRW
Kabupaten Muna. Penelitian dilakukan di Kabupaten Muna tahun 2019/2020 dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data overlay dengan scoring parameter-parameter
yang ada. Hasil penelitian menunjukkan (1) persebaran fungsi kawasan hutan di Kabupaten Muna
ada tiga yaitu kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan lindung. Kawasan hutan
produksi persebarannya terdapat di 22 Kecamatan di Kabupaten Muna dengan luas 118942,18 ha
(65,04%) kawasan hutan produksi terbatas terletak di beberapa Kecamatan seperti Bone, Kontunaga,
Lasalepa, Lohia dengan luas 41095,61 ha (22,47%) dan kawasan hutan lindung yang persebarannya
teletak di beberapa Kecamatan seperti Maligano, Napabalano dengan luas 22836,4 ha (12,49%). (2)
Perbandingan hasil output peta fungsi kawasan hutan dengan peta kehutanan RTRW Kabupaten
Muna yaitu terletak pada dua parameter tambahan yaitu area perlindungan mata air dan area
sempadan pantai yang dijadikan sebagai fungsi kawasan hutan lindung. Perbandingan ini
menunjukkan hasil output peta yang sesuai dengan pemanfaatan hutan menurut RTRW Kabupaten
Muna adalah seluas 54269,67 ha ( 81,19%) dan yang tidak sesuai seluas 15077,79 ha (22,56%).
Kata Kunci: Pemetaan, Sistem Informasi Geografis, Sebaran Fungsi Kawasan Hutan.
PENDAHULUAN
Sistem Informasi Geografis atau yang berkurangnya luas kawasan hutan tersebut
lebih dikenal dengan SIG mulai dikenal pada terutama hutan lindung.
awal 1980-an. Menurut Wibowo, dkk (2015) Permasalahan yang kompleks di atas
SIG adalah sistem komputer yang digunakan dapat mengurangi fungsi kawasan hutan itu
untuk mengumpul, memeriksa, mengintegrasi sendiri baik masalah yang berkaitan dengan
kan, dan menganalisa informasi-informasi penurunan luas kawasan hutan akibat
yang berhubungan dengan permukaan bumi. pembukaan lahan dan pemanfaatan hutan
Data penganalisaan menggunakan SIG (Sistem diluar arahan fungsinya yang tidak
Informasi Geografis) berbasis data spasial memperhatikan kawasan hutan lindung
salah satunya melalui pemetaan. ataupun sebagian dari masyarakat yang belum
mendapatkan informasi yang lebih detail
Menurut Rusdiyanto (2017) pemetaan
mengenai tata area fungsi kawasan hutan yang
adalah pengelompokkan suatu kumpulan
di sebabkan masih terbatasnya data-data yang
wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak
berupa uraian-uraian yang tidak mudah
geografis wiayah meliputi daerah dataran
dipahami oleh masyarakat sekitar, oleh karena
tinggi, daerah pegunungan, sumber daya dan
itu perlu adanya analisis mengenai arahan
potensi penduduk yang berpengaruh terhadap
fungsi kawasan hutan sehingga berdasarkan
sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus.
arahan tersebut dapat dianalisis perbandingan
Salah satu bentuk pemetaan kawasan adalah
antara arahan-arahan fungsi hutan dengan
pemetaan fungsi kawasan hutan.
kawasan hutan untuk mengetahui kesesuaian
Menurut PERDA (Peraturan Daerah)
dalam hal pemanfaatan fungsi kawasan
Kabupaten Muna No.2 tahun 2014 tentang
hutannya dengan menggunakan data yang
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
berbentuk pemetaan spasial dengan Sistem
Kabupaten Muna Tahun 2013-2033 terdapat
Informasi Geografi (SIG).
persebaran fungsi kawasan hutan disetiap
Kecamatan Kabupaten Muna. Adapun luas
tiap fungsi kawasan hutan tersebut yaitu hutan METODE PENELITIAN
lindung ditetapkan seluas 37324,01 ha Jenis Penelitian
selanjutnya hutan produksi ditetapkan seluas Jenis penelitian ini adalah penelitian
30674,87 ha dan kawasan hutan produksi deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan
terbatas ditetapkan seluas 1258,58 ha. Taylor (1992) dalam Sujarweni (2014:19)
Berdasarkan data yang bersumber dari Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur
RTRW Kabupaten Muna tahun 2013-2033 penelitian yang menghasilkan data deskriptif
merupakan data kehutanan sebelum adanya berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-
pemekaran dengan Muna Barat. Tentunya orang yang diamati.
akan ada perubahan yang signifikan terhadap
persebaran fungsi kawasan hutan berdasarkan Waktu dan Tempat Penelitian
wilayah administrasi Kabupaten Muna setelah Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
terjadi pemekaran dengan Muna Barat. Januari-Februari 2019 dengan lokasi penelitian
Pembukaan lahan yang terjadi secara terus berada di Kabupaten Muna, Sulawesi
menerus untuk keperluan masyarakat serta Tenggara.
sering terjadinya pemanfaatan hutan diluar
arahan fungsinya menjadi faktor utama
Curah hujan
Berdasarkan data tabel dibawah, curah mm/hari, 5,22 mm/hari, 5,59 mm/hari, 5,7
hujan harian di Kabupaten Muna berada mm/hari, 5,72 mm/hari dan 6,21 mm/hari.
dikategori yang sangat rendah dengan Penjabaran luas intensitas curah hujan ditiap
intensitas curah hujannya yaitu berkisar 3.61 Kecamatan di Kabupaten muna (Tabel 5)
mm/hari, 3,64 mm/hari, 4,02 mm/hari, 5,1
Tabel 12. Perbandingan Arahan Kawasan Hutan dan Fungsi Kawasan Hutan
Arahan Fungsi Fungsi Kawasan Hutan
No. Keterangan Luas (ha)
Kawasan Hutan (RTRW) Kab. Muna
1. Hutan lindung Hutan lindung Sesuai 2416,66
2. Hutan lindung Hutan produksi Tidak sesuai 3453,39
Hutan produksi yang
3. Hutan lindung Tidak sesuai 1374,99
dapat dikonversi
4. Hutan lindung Hutan produksi terbatas Tidak sesuai 1251,43
5. Hutan lndung Hutan suaka alam Sesuai 9279,5
Hutan produksi
6. Hutan lindung Sesuai 7727,38
terbatas
Hutan produksi
7. Hutan produksi Tidak sesuai 8692,47
terbatas
Hutan produksi Hutan produksi yang
8. Tidak sesuai 298,36
terbatas dapat dikonversi
Hutan produksi
9. Hutan suaka alam Sesuai 1668,1
terbatas
10. Hutan produksi Hutan lindung Sesuai 14404,74
11. Hutan produksi Hutan produksi Sesuai 14441,65
Hutan produksi yang
12. Hutan produksi Sesuai 2504,01
dapat dikonversi
13. Hutan produksi Hutan produksi terbatas Tidak sesuai 7,15
14. Hutan produksi Hutan suaka alam Sesuai 2227,63
Jumlah 66,843,45
Sumber: Data Olahan ArcGIS, 2019
Berdasarkan data tabel dan peta pemanfaatan hutan sama sedangkan arahan
perbandingan diketahui bahwa arahan hutan hutan lindung yang ditempati oleh hutan
lindung yang ditempati oleh hutan lindung produksi, hutan produksi yang dapat
ataupun hutan suaka alam peruntukannya dikonversi ataupun hutan produksi terbatas
sudah sesuai karena fungsinya dalam hal peruntukannya tidak sesuai karena apapun
yang berkaitan dengan kawasan hutan lindung Jadi, hasil perbandingan menunjukkan
tidak diperbolehkan sama sekali adanya terdapat 2 parameter tambahan untuk
pemanfaatan kawasan lindung diluar meunjukkan fungsi kawasan hutan yaitu area
fungsinya. perlindungan mata air dan area sempadan
Arahan hutan produksi terbatas yang pantai. Hal ini berdasarkan peraturan dari
ditempati oleh hutan lindung dan hutan suaka KEPPRES RI No.32 tahun 1990 dan atas dasar
alam peruntukannya sudah sesuai karena kebijakan pemerintah Kabupaten Muna.
terlihat kemiringan lerengnya berada pada
kelas 15-40% (agak curam) sedangkan arahan B. Pembahasan
hutan produksi terbatas yang ditempati oleh
hutan produksi dan hutan produksi yang dapat Setiap fungsi kawasan hutan dapat
dikonversi peruntukannya tidak sesuai karena ditentukan jika terlebih dahulu dapat diketahui
hutan produksi dan hutan produksi yang dapat arahannya. Arahan fungsi kawasan hutan
dikonversi termasuk dalam kawasan budidaya berkaitan dengan indikator parameter yang
yang dalam hal pemanfaatan hutannya beda digunakan dimana tiap parameter mempunyai
dengan hutan produksi terbatas dimana hutan scoring penentuan arahan fungsi kawasan
produksi yaitu kawasan hutan yang hutan yaitu skor dengan jumlah ≤124 maka
diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, dicadangkan sebagai hutan produksi, skor
pengembangan wilayah misalnya seperti dengan jumlah 125-175 maka dicadangkan
pertanian, perkebunan, permukiman, sebagai hutan produksi terbatas dan skor
transimgrasi sama halnya dengan hutan dengan jumlah maka dicadangkan sebagai
produksi yang dapat dikonversi yang kawasan hutan lindung ≥175.
hutannya yang secara ruang dapat dicadangkan Berdasarkan penjelasan data parameter
untuk pembangunan diluar kegiatan kehutanan dapat disimpulkan bahwa faktor kemiringan
mialnya seperti perkebunan, permukiman, lereng, jenis tanah dan curah hujan
transmigrasi sedangkan hutan produksi berpengaruh dalam penentuan arahan fungsi
terbatas termasuk kawasan penyangga yaitu kawasan hutan sehingga dapat menentukan
kawasan hutan yang pemanfaatannya yang fungsi kawasan hutan di Kabupaten Muna.
lebih kearah pertanian untuk menghasilkan Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten
kayu hutan yang hanya dapat diekploitasi Muna memiliki kemiringan lereng yang
secara terbatas dengan cara tebang pilih saja. beragam yakni 0-8% (datar), 8-15% (landai),
Arahan hutan produksi yang ditempati 15-40% (agak curam) dan >40% (sangat
oleh hutan lindung peruntukannya sesuai curam). Jenis tanahnya yang bervariatif di
karena berdasarkan SK Mentan mulai dari jenis tanah mediteran, tanah gleisol,
No.683/Kpts/Um/8/1981 tertuang bahwa hutan tanah kambisol, tanah litosol, tanah podsolik,
produksi pada prinsipnya secara terbatas dan tanah renzina dengan intensitas curah
berfungsi pula sebagai hutan lindung jika hujan yang tergolong sangat rendah yaitu 0-
dilihat dari kemiringan lerengnya yang berada 13,6 mm/hari hujan.
dikelas lereng 15-40% (agak curam), terlihat Setelah dilakukan analisis data hasil
sepenuhnya berada dibagian pinggir kawasan yang didapat bahwa ada arahan fungsi hutan
pesisir dan merupakan area perlindungan mata yang peruntukannya tidak sesuai dengan peta
air. Area sekitar mata air dijadikn sebagai kehutanan RTRW Kabupaten Muna salah
kawasan hutan lindung berdasarkan KEPPRES satunya kawasan lindung yang diarahkan
RI No.32 tahun 1990. Dalam peraturan sebagai hutan lindung peruntukannya di
tersebut tertuang bahwa kawasan sekitar mata RTRW Kabupaten Muna ditempati oleh hutan
air mempunyai manfaat penting untuk produksi ataupun hutan produksi terbatas. Hal
mempertahankan kelestarian fungsi mata air ini sesuai dengan hasil wawancara bersama
sehingga area tersebut dijadikan sebagai Kepala bidang perencanaan dan pemanfaatan
kawasan lindung dan ditetapkan sebagai hutan hutan (KPH) Kabupaten Muna hal tersebut
lindung. Arahan hutan produksi terbatas yang disebabkan karena pemanfaatan hutannya yang
ditempati oleh hutan produksi dan hutan belum terealisasikan dengan benar. Adanya
produksi yang dapat dikonversi peruntukannya penegakan hukum yang tidak maksimal
tidak sesuai karena secara fungsinya dalam hal diimbangi dengan sering terjadinya pengalihan
pemanfaatan hutannya yang berbeda. fungsi kawasan hutan yang menjadi penyebab
utama berkurangnya luasan fungsi kawasan
hutan demi mencukupi kebutuhan primer 2. Perbandingan hasil output peta fungsi
masyarakat Kabupaten Muna. kawasan hutan dengan peta kehutanan
Hasil wawancara juga mengatakan RTRW Kabupaten Muna yaitu terletak
bahwa akibat desakan ekonomi yang secara pada dua parameter tambahan yaitu area
memaksa sehingga kebanyakan kawasan hutan perlindungan mata air dan area sempadan
lindung yang dijadikan sebagai tempat sumber pantai yang dijadikan sebagai fungsi
mata pencaharian masyarakat dengan cara kawasan hutan lindung. Perbandingan ini
berkebun dalam hutan. Pihak KPH (Kesatuan menunjukkan hasil output peta yang
Pengelolaan Hutan) Kabupaten Muna sesuai dengan pemanfaatan hutan
mengambil tindakan untuk meminimalisir menurut RTRW Kabupaten Muna adalah
terjadinya pemanfaatan kawasan hutan diluar seluas 54269,67 ha (81,19%) dan yang
fungsinya yaitu dengan cara masyarakat tidak sesuai seluas 15077,79 ha (22,56%)
diizinkan untuk berkebun didalam kawasan .
lindung tapi tidak boleh untuk membangun B.Saran
dan diadakannya kegiatan perhutanan sosial. Berdasarkan kesimpulan dari hasil
Kegiatan perhutanan sosial merujuk pada SK penelitian diatas maka ada beberapa hal yang
No.P83 Tahun 2016 adalah sistem pengelolaan perlu disarankan yaitu sebagai berikut:
hutan lestari yang dilaksanakan dalam 1. Pemanfaatan fungsi kawasan hutan
kawasan hutan yang dilaksanakan oleh hendaknya memperhatikan fungsi dari
masyarakat setempat untuk meningkatkan masing-masing kawasan hutan tersebut
kesejahteraan, keseimbangan lingkungan dan agar hutan dapat dikelola dengan tidak
dinamika sosial budaya dalam bentuk hutan merusak kawasan hutannya ataupun
desa, hutan kemasyarakatan, dan kemitraan sekitarnya.
kehutanan. Kegiatan ini mempunyai tujuan 2. Sebaiknya pemerintah lebih teliti dalam
untuk menyejahterakan masyarakat sekitar pemanfaatan kawasan hutan untuk
hutan melalui mekanisme pemberdayaan dan perkebunan agar tidak terjadi
tetap berpedoman pada aspek kelestarian hutan pemanfaatan hutan diluar fungsinya.
sehingga dengan adanya kegiatan perhutanan 3. Sebaiknya pihak kehutanan Kabupaten
sosial masyarakat Muna diharapkan mampu Muna dalam menentukan fungsi kawasan
untuk memanfaatkan hutan dengan baik sesuai hutan lebih diperhatikan penentuan
fungsi masing-masing. arahannya yang berkaitan dengan
parameter dan scoring yang digunakan
PENUTUP agar hasil yang didapatkan lebih sesuai
dengan keadaan lapangan.
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan DAFTAR PUSTAKA
pembahasan maka kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut: PERDA (Peraturan Daerah) Kabupaten Muna
1. Persebaran fungsi kawasan hutan yang No.2 tahun 2014 tentang RTRW
berada di Kabupaten Muna terdiri atas (Rencana Tata Ruang Wilayah)
tiga yaitu kawasan hutan produksi, hutan Kabupaten Muna Tahun 2013-2033.
produksi terbatas dan hutan lindung. Rusdiyanto. 2017. Sistem Informasi Geografis
Kawasan hutan produksi persebarannya Pemetaan Fasilitas Umum di
terdapat di 22 kecamatan di Kabupaten Kecamatan Lubuklinggau Utara 1
Muna dengan luas 118942,18 ha Kota Lubuklinggau. JUTIM. Vol. 2.
(65,04%) kawasan hutan produksi No. 2.
terbatas terletak di beberapa Kecamatan SK No.P83 Tahun 2016 tentang perhutanan
seperti Bone, Kontunaga, Lasalepa, sosial.
Lohia, dengan luas 41095,61 ha (22,47%) Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi
dan kawasan hutan lindung yang Penelitian. Yogyakarta.
persebarannya teletak di beberapa Pustakabarupress.
Kecamatan seperti Maligano, Wibowo, Koko Mukti dkk. 2015. Sistem
Napabalano, dengan luas kawasan hutan Informasi Geografis (SIG)
sebesar 22836,4 ha (12,49%). Menentukan Lokasi Pertambangan
Batu Bara di Provinsi Bengkulu
Berbasis Website. Jurnal Media
Infotama. Vol. 11. No. 1.