You are on page 1of 10

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 02 No.

3 Juni 2019 ISSN 2622-8963 (media online)

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI GEOSTATISTIK UNTUK


HUTAN ALAM
Comparison Of Geostatistic Interpolation Methods For
Natural Forests
Arseno Satrio Utomo, Syam’ani, dan Rina Kanti
Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurata

ABSTRACT. Specially Designed Forest Area (KHDTK) is a forest area designated for research and
development, education and training purposes as well as local religious and cultural interests. The
purpose of this research is to analyze the potential of Natural Forest in KHDTK Mandiangin Forest
Area using geostatistical interpolation method and Testing the most accurate geostatistical
interpolation method for mapping the forest potency, especially the Mandiangin hill forest in KHDTK
area. The research data were taken by plot size determination technique, stratification stratification
with SPOT-5 image, Stratified Random Sampling, Field Survey (observation), Potential Analysis of
Mandiangin Forest Standing. The expected benefit of this research is to obtain the accurate
description data of a number of geostatistical interpolation methods so that it can be a consideration
of the value of related value in performing inventory of stand potential especially for stand case in
natural forest of hill Mandiangin in area (KHDTK). Based on this research, Ordinary Krigging and
Universal Krigging interpolation methods produce the smallest or most accurate RMSE in
comparison with the IDW and Simple Krigging interpolation methods.

Keywords ;Interpolation, Geostatistics, Natural Forest

ABSTRAK.Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan daerah hutan yang telah
ditetapkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan , pendidikan dan pelatihan serta
kepentingan religi dan budaya setempat. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis potensi Hutan
Alam di Kawasan Hutan KHDTK Mandiangin menggunakan metode interpolasi geostatistik dan
Menguji metode interpolasi geostatistik yang paling akurat untuk pemetaan potensi hutan
khususnya hutan alam bukit Mandiangin dalam kawasan KHDTK. Pengambilan data penelitian
meliputi Teknik penentuan ukuran plot, Stratifikasi tegakan dengan Citra SPOT – 5, Stratified
Random Sampling, Survey Lapangan (observasi), AnalisisPotensi Tegakan Hutan
Mandiangin.Manfaat dari penelitian ini sebagai data gambaran akurasi sejumlah metode interpolasi
geostatistik sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan nilai nilai terkait dalam melakukan
inventarisasi potensi tegakan khususnya untuk kasus tegakan di hutan alam bukit Mandiangin
dalam kawasan (KHDTK). Berdasarkan penelitian ini metode interpolasi Ordinary Krigging dan
Universal Krigging menghasilkan RMSE paling kecil atau secara akurasi paling baik di bandingkan
dengan metode interpolasi IDW dan Simple Krigging.

Kata Kunci: Interpolasi, Geostatistik, Hutan Alam

Penulis untuk korespondensi: surel:satrioseno11@gmail.com

PENDAHULUAN dengannUndang-Undang (UU) No. 41 Tahun


1999 tanpa adanya merubah fungsi apapun
yang berada dikawasan dimaksud
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (Kementerian Kehutanan, 2012). Menurut
(KHDTK) merupakan kawasan hutan yang UUD No. 41 tahun 1999 hutanmerupakan
telah ditetapkan sebagai keperluan untuk suatuekosistem yang berupa hamparan lahan
penelitian, pengembangan, pendidikan berisi sumber daya alam hayati yang
dan pelatihan serta kepentingan religi dan didominasikan pepohonan dalam persekutuan
budaya setempat, Hal tersebut sesuai alam lingkungannya, antara satu dengan

548
Utomo, A.S. et al. 2019. Perbandingan Metode Interpolasi … (03): 548-557

lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, kelompok-kelompok yang homogen (strata),
fungsihutan terdapat 3 aspek yaitu aspek dari masing-masing kelompok diambil sampel
pertama hutan konservasi, hutan lindung, dan secara proporsional.Kasjono & Yasril (2009)
hutan produksi.Hutan merupakanpemberian mengemukakan kelebihan dan kekurangan
alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk stratified random sampling adalah
menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi Memberikan presisi yang lebih tinggi
dan fungsi tersebut bermanfaat bagi populasi dibandingkan dengan pengambilan sampel
manusia bila dikelola secara benar dan acak sederhana dengan besar sampel yang
bijaksana. Manfaat yang timbul karena potensi sama, Semua ciri-ciri populasi yang heterogen
dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan dapat terwakili, Kemungkinan bagi peneliti
selama keberadaannya dapat dipertahankan untuk meneliti hubungan atau
dalam bentuk yang ideal. Pengaruh ini melalui membandingkan antara satu strata dengan
tiga faktor lingkungan yang saling strata yang lain. Dan untuk kekurangannya
berhubungan, yaitu iklim, tanah, dan Pengambilan sampel tidak murah dari pada
pengadaan air bagi berbagai wilayah, pengambilan sampel acak sederhana karena
misalnya wilayah pertanian. rangka yang terperinci harus disusun untuk
Hutan yang berada dikawasan gunung setiap strata sebelum pengambilan sampel.
juga sangat berperan dalam menjaga dan Penggunaan metode Root mean Square
mempertahankan keseimbangan ekologis, (RMS) adalah sebuah metode alternatif untuk
keberadaannya sangat bermanfaat bagi mengevaluasi teknik peramalan yang
kehidupan yang berada di dalam digunakan untuk mengukur tingkat akurasi
kawasannya.Kerusakan hutan biasanya hasil prakiraan suatu model. Menurut
diakibatkan oleh penebangan besar-besaran Makridakis (1998) Salah satu ukuran
dan pembukaan lahan untuk perkebunan, kesalahan dalam peramalan adalah nilai
transmigrasi maupun pertambangan. Hal ini tengah akar kuadrat atau Root Mean Square
tentu saja akan menimbulkan fenomena baru (RMS).
bagi kawasan yang selama ini Dengan berkembangnya zaman dan
menggantungkan pada keberadaan hutan teknologi identifikasi suatu wilayah bisa
(Baiquni dan Susilawardani, 2002).Potensi dilakukan dengan cepat dan efisien. Sistem
hutan alam di Kalimantan Selatan khususnya informasi geografis terdapat metode
memiliki potensi yang sangat besar. Namun interpolasi geostatistik, interpolasi merupakan
masih kurangnya data tentang potensi sebuah estimasi dari sebuah nilai di
dikarenakan jarang adanya penelitiaan daerahyang tidak dapat disampel atau
tentang potensi hutan alam potensi tersebut diukur, sehingga terbuatlah peta atau sebaran
dapat dianalisis dengan menggunakan sistem nilai pada seluruh wilayah (gamma design
informasi geografis. Untuk mengetahui potensi software, 2013), yang didapat digunakan untuk
hutan alam dibutuhkan data yang sangat potensi tegakan yaitu IDW, dan Krigging.
akurat. Dengan cara menggunakan IDW atau kebalikan jarak terbobot
geostatistik, Geostatistik menurut definisi adalah sebuah metode deterministic yang
Indarto (2013) merupakan cabang ilmu sederhana dengan mempertimbangkan titik
statistik yang digunakan untuk menganalisis disekitarnya (NCGIA, 1997). Kebanyakan
dan memprediksi suatu fenomena.Sementara pengguna sistem interpolasi geostatistik
dengan cakupan daerah yang sangat luas dalam menganalisis potensi menggunakan
tentu memerlukan banyaknya waktu, tenaga, metode Inverse Distance Weighted (IDW),
dan banyaknya biaya. Stratified random meskipun akurasinya masih perlu
sampling merupakan proses pengambilan dipertanyakan. Didalam inventarisasi hutan
sampel melalui proses pembagian populasi menyeluruh berkala (IHMB) metode pemetaan
kedalam strata, memilih sampel acak sebagian potensi tegakan juga menggunakan
sederhana dari setiap stratum, dan IDW, tetapi sejauh ini masih belum begitu
menggabungkannya ke dalam sebuah sampel jelas mengapa harus menggunakan IDW.
untuk menaksir parameter populasinya. Sementara masih banyak metode interpolasi
Menurut Nurhayati (2008) sampel geostatistik lainnya. Berdasarkan kenyataan
terstratifikasi proporsional (proportionate diatas, peneliti tertarik untuk menguji sejauh
stratified sampling) merupakan sampel mana akurasi metode interpolasi geostatistik
terstratifikasi dengan populasi dibagi atas IDW, dibandingkan dengan metode interpolasi

549
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

geostatistik lainnya, yaitu Krigging yang akan melakukan pengambilan data penelitian dapat
dilaksanakan di hutan alam di bukit digambarkan dalam diagram alur sebagai
mandiangin di dalam KHDTK Provinsi sebagai berikut:
Kalimantan Selatan.Menganalisis potensi
Hutan Alam di Kawasan Hutan KHDTK 1. Teknik penentuan ukuran plot
Mandiangin menggunakan metode interpolasi Penentuan ukuran plot dalam pengambilan
geostatistik dan Menguji metode interpolasi data mengacu pada pengukuran diameter
geostatistik yang paling akurat untuk tegakan hutan alam dengan minimal diatas 10
pemetaan potensi hutan khususnya hutan cm dan berdasarkan diameter diatas termasuk
alam bukit Mandiangin dalam kawasan tumbuhan tingkat inti dengan ukuran plot 20 x
KHDTK 20 m. Jumlah plot yang digunakan akan
ditentukan dari kondisi lapangan.

METODE PENELITIANg 2. Stratifikasi tegakan dengan Citra SPOT – 5


Citra satelit SPOT - 5 dipakai untuk
pembuatan citra 3 dimensi untuk survei
Tempatgdan Waktu Penelitiang toponim dan profil pulau pulau di indonesia.
Dengan ketinggian 826 km SPOT – 5
Pelaksanaankegiatan penelitian di hutan merekam profil tiga dimensi dengan
alam bukit mandiangin dalam kawasan menggunakan instrumen High Resolution
(KHDTK) Kalimantan Selatan. Waktu yang Stereoschopic (HRS) yang dioperasikan
diperlukan dalam penelitian 3 (tiga) bulan dalam mode pankromatik sehingga resolusi
dimulai dari bulan Oktober hingga bulan dapat mencapai 2,5 m. Pasangan foto yang
Desember 2017. Kegiatan penelitian dimulai didapat membentuk suatu relief peta bersifat 3
dari persiapan, pengambilan data, pengolahan dimensi. Setiap benda berukuran 2,5 x 2,5 m
data dan analisis data serta pembuatan hasil di permukaan bumi dapat dipantau dari satelit
laporan penelitian. SPOT – 5.
Strata dilihat dari tutupan tajuk melalui citra
Alat dan BahangPenelitian Spot – 5, setelah itu baru diinterpretasi
citranya untuk dipisahkan berdasarkan
Objek penelitian adalahmenguji sebuah kerapatan tajuk yaitu kerapatan jarang,
metode interpolasi dan untuk pemetaan kerapatan sedang, dan kerapatan lebat.
potensi tegakan hutan alam, parameter yang Setiap strata memiliki luas dalam (ha), barulah
dikumpulkan adalah mengukur diameter masuk penentuan banyaknya sampel
tegakan untuk mencari potensi tegakan pohon berdasarkan luasan setiap strata. Penentuan
di hutanalam bukit mandiangin dalam titik strata dengan cara, hasil dari digitasi
kawasan (KHDTK) Kalimantan Selatan.GPS interpretasi citra Spot – 5 di dapat 3 kelas
(Global Positioning System).Kompas, Laptop strata yaitu kerapatan jarang, kerapatan
dan Software Arcgis, Peta lokasi, Clinometer, sedang, kerapatan lebat dan setiap strata
Pita diameter, Kamera, Alat tulis menulis, Tally diambil sampelnya. Banyakanya jumlah
sheet pengambilan data. Bahan yang akan sampel ditentukan oleh setiap luas strata dan
digunakan berupa peta kerja yang di intensitas sampling yang telah ditentukan.
dalamnya mengandung unsur-unsur peta
dasar yaitu menggunakan Citra Spot-5. 3. Stratified Random Sampling
Rumus Stratified Random Sampling dapat
Pengumpulan Data dilihat sebagai berikut:

Data meliputi data primer dan data 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


L dari intensitas 1% total luas wilaya penelitian (𝑚2 )
sekunder.Data primer didapatkan dari =
pengukuran langsung di lapangan yang 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 20 𝑥 20 𝑚 (𝑚 2 )
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎)
meliputi mengukur diameter tegakan untuk 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎
mencari potensi tegakan di hutan alam bukit = 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛
Mandiangin dalam kawasan (KHDTK).Data
sekunder didapatkan dari literatur, peta lokasi
terkait serta data penunjang lainnya. Dalam

550
Utomo, A.S. et al. 2019. Perbandingan Metode Interpolasi … (03): 548-557

4. Survey Lapangan (observasi) sebaran nilai pada seluruh wilayah.


Peta sampel penelitian digunakan sebagai Geostatistik adalah suatu disiplin yang
dasar survey lapangan (observasi). survey menerapkan berbagai sebuah metode
lapangan dengan cara mengukur diameter krigging untuk interpolasi spasial
pohon dan mengukur tinggi bebas cabang optimal.Dalam menganalisis Interpolasi
pohon yang terdapat di hutan Pendidikan di geostatistik yaitu menggunakan IDW
Mandiangin Kalimantan Selatan dan dan Krigging.
mengambil titik koordinat tegakan pohon yang
diukur diameternya untuk mengetahui potensi 5. Root Mean Square
tegakan hutan alam. Metode Root Mean Square menurut
James, G, Witten, D, Hastie, T, & Tibshirani,
5. AnalisisPotensi Tegakan Hutan Mandiangin R. (2013) biasanya digunakan untuk
a. Perhitungan tinggi, diameter, dan mengevaluasi model regresi linear adalah
volume pohon dengan RMS. Cara ini juga dikenal dengan
Data diameter pohon yang didapat di nama root mean squared deviation (RMSD).
lapangan digunakan untuk Seperti dapat diperkirakan dari namanya,
mendapatkan gambaran tentang RMS atau RMSD dihitung dengan
karakteristik pohon.Untuk mengetahui menguadratkan error (predicted – observed)
diameter pohon, maka dilakukan dibagi dengan jumlah data sama dengan rata-
pengukuran dengancara mengukur rata, lalu diakarkan secara matematis.
keliling pohondengan menggunakan rumusnya ditulis sebagai berikut:
alat ukur pita diameter pohon.
Kemudian data tersebut dibagi dengan
3,14 dan untuk mendapatkan tinggi
pohon menggunakan alat klinometer
dengan cara menembak pangkal Keterangan:
batang dan menembak batang bebas
cabang dengan jarak 10 meter dari n = Jumlah Plot
objek. Sebagai penentu volume pohon y1 = Data Lapangan
dengan rumus volume pohon yaitu: Y2 = Hasil Estimasi
Keliling = π x diameter
Diameter = keliling/π

V pohon = ¼ π d2 x h x f

Keterangan :
V = Volume pohon (m 3)
π = 3,14
d = Diameter pohon (cm)
h = Tinggi pohon bebas cabang (m)
f = Faktor angka bentuk (0,7)

Angka bentuk merupakanbilangan yang


besarnya didapatkan dari perbandingan
antara volume batang dan volume
tabung yang memiliki tinggi dan bidang
dasar sama. Menurut simon (2007)
menyatakan faktor 0,7 yang digunakan
selama ini sebagai koreksi bentuk
batang yang tidak silindris. Gambar 1. Diagram Alur Pengambilan Data
b. Interpolasi Geostatistik
Interpolasi Geostatistik
merupakanadalah sebuah estimasi dari
nilai pada daerah yang tidak diukur,
maka akan terbentuk sebuah peta atau

551
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN antara lainalaban, bangkal gunung, jamai,


kamalaka, medang puspa dan bisa dilihat di
lampiran. Tingkat kerapatan dan jumlah jenis
Berdasarkan dari hasil rekapitulasi data tanaman yang berada pada masing masing
dari 26 plot penelitian, masing masing seluas plot sangat banyak, dikarenakan kawasan
kurang lebih mencapai 100 ha.Kawasan hutan Hutan alam Mandiangin menjadi kawasan
bukit Mandiangin Kabupaten Banjar yang penjagaannya sangat ketat, Sehingga
Kalimantan Selatan ditemukan banyak sekali tidak di temukannya penebangan pohon liar di
berbagai jenis tumbuhan yang didapatkan sana.

Tabel 2.Rekapitulasi Estimasi Volume

Hal inidikarenakanwilaya ini merupakan volume tertinggi dikarenakan banyaknya jenis


areal hutan pendidikan. Berdasarkan Tabel 1 tanaman yang di temukan di daerah tersebut,
dapat dilihat bahwa plot 9 memiliki nilai total dikatakan sebagai plot yang berpotensi

552
Utomo, A.S. et al. 2019. Perbandingan Metode Interpolasi … (03): 548-557

karena ditemukannya 5 jenis pohon yang lampiran. Penyebab daerah tersebut bisa
memiliki lingkaran diameter besar lebih dari 65 ditemukannya berbagai jenis tanaman karena.
cm. Untuk jenis pohon yang memiliki diameter Daerah tersebut berada di atas kelerengan,
lebih dari 20 cm di temukan sebanyak 14 intensitas kerapatan tanaman disana juga
pohon dan untuk pohon yang berdiameter sangat tinggi dan di kawasan tersebut tidak
lebih dari 16 cm sebanyak 7 pohon. Selain ada di temukannya bekas penebangan liar.
plot 9 ditemukan juga bahwa plot 5 memiliki Sehingga kawasan tersebut bisa dijumpai
potensi yang sangat besar karena nilai berbagai jenis tanaman. Untuk daerah yang
diameter diatas lebih dari 50 cm sebanyak 3 memiliki potensi dan jenis tanaman paling
pohon, untuk pohon yang memili diameter sedikit berada di plot 21, 24, 25, dan 26.
lebih dari 30 cm sebanyak 6 pohon, dan untuk Penyebabnya karena kawasan tersebut
diameter di atas lebih dari 15 cm sebanyak 32 berada di daerah yang terbuka lihat di
pohon. Penyebab daerah plot 5 dan 9 menjadi lampiran, kawasan tersebut hanya di tumbuhi
daerah yang paling berpotensi di karenakan alang alang dan jumlah jenis tanaman yang
jumlah total volume perplotnya mencapai ditemukan juga sangat sedikit, sehingga
16,09 m3 dan untuk jumlah total estimasi kawasan tersebut merupakan kawasan yang
volume perhektarnya mencapai 402,25 m 3 ini paling tidak berpotensi.
dikarenakan tingkat intensitas kerapatan pada Ekstraksi data potensi tegakan pohon
daerah plot tersebut ditingkat lebat. Serta dengan ArcGIS dilakukan dengan 4 teknik
daerah tersebut merupakan daerah yang yakni ordinary krigging, Universal Krigging,
paling ketat penjagaanya dan tidak adanya Simple Krigging, IDW untuk mendapatakan
penebangan liar sehingga potensi disana data kemudian selanjutnya akan
sangat terjaga. diklasifikasikan menjadi beberapa kelas
Berdasarkan plot 4, 5, 8, 11, dan 16 dengan memperhatikan rentang nilai di
merupakan daerah yang paling banyak masing masing titik. Dari ekstraksi 26 titik
ditemukannya berbagai jenis tanaman antara yang tersebar secara tidak teratur (random)
lain alaban, bangkal gunung, jamai, kamalaka, menghasilkan data sebagaimana ditunjukkan
medang puspa dan lainnya bisa dilihat di pada Gambar 2.

553
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

Gambar 3. Elevasi potensi tegakan di daerah Mandiangin kawasan KHDTK menggunakan metode
IDW, Ordinary Krigging, Simple Krigging,Universal Krigging

Metode interpolasi dengan Gambar 1 diatas.Hasil dari metode interpolasi


menggunakan keempat metode ini pada menunjukan peta sebaran potensi disetiap
Gambar 1 memiliki dua parameter yang bisa wilayahnya berbeda-beda, dibedakan dengan
digunakan yaitu RMSE dan total perbedaan warna dari yang berwarna muda
kelasnya.Analisis statistik beserta peta hingga tua. Daerah yang berwarna muda
sebaran potensi tegakan bisa dilihat dengan menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki
data kelas-kelas potensi dari kelas terendah potensi yang rendah sedangkan daerah yang
hingga tertinggi dengan menggunakan 4 kelas berwarna lebih tua menunjukan potensi yang
diantaranya, kelas pertama dimulai dari lebih dimiliki daerah tersebut tinggi. Potensi di ke 4
kecil dari 100 hingga lebih besar dari 300. kelas daerah memiliki tingkatan dan luasan
Hasil tersebut didapatkan dari keempat yang berbeda, bisa dilihat pada Tabel 3
metode interpolasi yang tergambar pada
.
Tabel 3. Hasil Metode Interpolasi
Nilai Total luasan (ha)
NO Metode
RMSE <100 m3 101-200m3 201-300 m3 >300 m3
1 IDW 122,9145 13,6738 56,4653 24,4248 4,70498
2 simple 116,4656 16,5135 31,9244 44,0709 6,76016
krigging
3 Universal 114,1193 10,912 47,8157 37,163 3,3783
krigging
4 Ordinary 114,1193 10,912 47,8157 37,163 3,3783
krigging

Perbedaan rentan pada potensi dari RMSE. Metode IDW mendapatkan hasil
tegakan pohon pada metode IDW, Simple 122,9145, dari total luasan <100 ha luasan
Krigging, Universal Krigging, Ordinary tersebut mencapai 13,6738,dan untuk luasan
Krigging.Hasil tersebut memberikan lebih dari 300 mencapai 4,70498 ha. Luasan
perbedaan pada model potensi dari minimal pada hasil dari nilai RMSE metode Simple
hingga ke maksimal yang berbeda yang Krigging medapatkan hasil nilai RMSE
dihasilkan.Nilai maksimal menunjukan nilai 116,4656, kemudian untuk total luasan kurang

554
Utomo, A.S. et al. 2019. Perbandingan Metode Interpolasi … (03): 548-557

dari 100 ha mendapatkan hasil 16,5135 ha, Ordinary Krigging hal ini dikarenakan nilai dari
dan untuk hasil dari lebih dari 300 ha RMSE pada metode Universal Krigging dan
mencapai 6,76016. Hasil metode Universal OrdinaryKrigging memiliki nilai RMSE yang
Krigging dan Ordinary Krigging mendapatkan paling rendah. Penyebab dari hasil RMSE
nilai RMSE paling rendah yaitu 114,1193 bisa sama dikarenakan dari faktor kebetulan
dikarenakan nilai RMSE dari kedua metode ini dalam perhitungan Statistik. Tetapi belum ada
menunjukan hasil yang sama. Luasan dari hasil penelitian yang sama ditemukan
total luasan kurang dari 100 ha mendapatkan penyebab hasil RMSE bisa sama. Maka dari
total luasan 10,912 ha, dan untuk total luasan itu dari keempat metode yang digunakan,
lebih dari 300ha mendapatkan jumlah total penggunaan metode Universal Krigging dan
luasan mencapai 3,3783 ha. Bisa dikatakan Ordinary Krigging adalah metode yang paling
dari keempat metode yang akurat adalah akurat untuk mencari potensi tegakan pohon
dengan metode Universal krigging dan pada penelitian kasus ini.

Gambar 3. Potensi tegakan hutan alam bukit Mandiangin menggunakan metode interpolasi
Universal Krigging dan Ordinary Krigging dengan tampilan 3D

Berdasarkan pada Gambar 2 terlihat menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki


sebaran plot contoh dan potensi tegakan potensi yang paling besar diduga karena
pohon yang memiliki kriteria masing masing daerah tersebut berada dekat dengan
terbagi menjadi 3 kelas dari jarang (101-200) kawasan dan aliran sungai.Sehingga
pada peta yang memiliki warna lebih muda, kebanyakan potensi pohon disana memiliki
sedangkan untuk kriteria sedang (201-300) pertumbuhan dan perkembangan yang cepat
memiliki warna yang agak terang, dan untuk karena lebih terjaga. Bisa dilihat pada Gambar
kriteria lebat (>300) memiliki warna yang lebih 4.
gelap. Daerah yang masuk kriteria lebat

555
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

Gambar 4.Salah satu pohon Meranti yang memiliki Potensi yang sangat besar

Potensi tegakan pohon pada kriteria agak curam, sedangkan daerah yang memiliki
sedang menunjukan bahwa daerah tersebut kriteria kerapatan jarang fakta dilapangan
memiliki sebaran pohon yang banyak, tetapi menunjukan sedikitnya pertumbuhan pohon
untuk potensi di daerah tersebut kurang dan terdapat di daerah yang terbuka hanya di
diduga besarnya erosi yang mempengaruhi tumbuhi alang alang.
pertumbuhan karena berada di kawasan yang

A B
Gambar 5. Kondisi dilapangan dikawasan (A) kerapatan sedang (B) kerapatan jarang

Total sampel didapatkan dari luas sampel pengambilan sampel ini dilakukan dengan
dengan intensitas 1% dari luas total cara pendugaan atau perkiraan.
keseluruhan 100 m2 areal hutan KHDTK
Mandiangin, dari luas tersebut dibagi dengan
luas plot tingkat pohon yaitu 20 X 20 m KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga mendapatkan total sampel untuk
keseluruhan wilaya KHDTK. Untuk sampel
dari potensi jarang, potensi sedang dan Kesimpulan
potensi lebat yang dikalikan dengan luasan
seluruh hutan yang ada di KHDTK sehingga Potensi paling rendah di hutan alam
menghasilkan sampel perstrata, setiap bukitMandiangin kurang dari 100m3 dengan
stratanya dari jarang hingga ke lebat.untuk luas 13,6738 ha, potensi tertinggi dengan nilai
menentukan jumlah plot contoh sebagai lebih dari 300 m 3 seluas 4,70498 ha dengan
menggunakan metode IDW, sedangkan

556
Utomo, A.S. et al. 2019. Perbandingan Metode Interpolasi … (03): 548-557

potensi terendah dari metode interpolasi James, G., Witten,D.,Hastie, T., & Tibshirani,
Simple Krigging dengan nilai potensi kurang R. 2013.An Introduction to Statistical
dari 100 m3 mencapai luasan 16,5135 ha, dan Learning (p. 68). New York: Springer.
untuk yang tertinggi diatas lebih dari 300 m 3 Indarto, S.T.P. 2013. Analisis Geostatistik
mencapai luasan 6,76016 ha. Hasil untuk Edisi Pertama. Jogjakarta: Graha Ilmu
potensi dengan metode Universal Krigging 2013.
dan Ordinary Krigging dengan potensi
Gemma Desaign Software. 2013.
dibawah dari 100 m3 mendapatkan luasan
(http://www.geostatistics.com over view
10,912 ha sedangkan untuk nilai tertingginya
interpolation html)
potensi diatas lebih dari 300 m3 mendapatkan
hasil luasan mencapai 3.3783 ha dan NCGIA. 1997. Interpolation: Inverse Distance
Berdasarkan penelitian ini metode interpolasi Weighting.http://www.ncgia.ucsb.edu/pu
Ordinary Krigging dan Universal Krigging bs/spherekit/inverse.html(diakses
menghasilkan RMSE paling kecil atau secara tanggal 2 Agustus 2017)
akurasi paling baik di bandingkan dengan Makridakis, S.1988. Metode dan Aplikasi
metode interpolasi lainnya, yaitu 114,1193 Peramalan Edisi Kedua. Jakarta:
penggunaan metode interpolasi Ordinary Erlangga
Krigging dan Universal Krigging memberikan Nurhayati.2008. Studi Perbandingan Metode
gambaran hasil nilai potensi tegakan pohon Sampling antara Simple Random
mendekati dengan kondisi yang sebenarnya. dengan Stratified Random
Saran Kasjono, H.S & Yasril. 2009. Teknik Sampling
untuk Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Perlunya penelitian lanjutan untuk
meningkatkan dan menguji akurasi prediksi
analisis potensi tegakan hutan di Mandiangin
dalam hal survei lapangan, untuk
mengumpulkan sampel secara tersebar dan
merata.Karena hal ini bisa berpengaruh pada
hasil interpolasi Dengan penyebaran
sampelsecara merata dan juga dapat
memungkinkan untuk mengecek keberhasilan
hasil interpolasi secara lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999


tentang Kehutanan. Jakarta: Kantor
Menteri Negara Sekretaris Negara
Republik Indonesia.
Baiquni, M. & Susilawardani. 2002.
Pembangunan yang Tidak
Berkelanjutan: Refleksi Kritis
Pembangunan Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit TransmediaGlobal Wacana.
Kementerian Kehutanan, 2012. Tentang
Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus(KHDTK).
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

557

You might also like