You are on page 1of 5

NAMA : Dyah Retno Wulandari

NIM. : 0801163141

SEM. : VII (Tujuh)

TELAAH JURNAL

A.
Judul How women are treated during facility-based childbirth in four countries: a cross-
sectional study with labour observations and community-based surveys.
B.
Nama Penulis Meghan A Bohren Dkk.

C.
Abstrak Background: Women across the world are mistreated during childbirth. We aimed to
develop and implement evidenceinformed, validated tools to measure mistreatment
during childbirth, and report results from a cross-sectional study in four low-income and
middle-income countries. Methods We prospectively recruited women aged at least 15
years in twelve health facilities (three per country) in Ghana, Guinea, Myanmar, and
Nigeria between Sept 19, 2016, and Jan 18, 2018. Continuous observations of labour and
childbirth were done from admission up to 2 h post partum. Surveys were administered
by interviewers in the community to women up to 8 weeks post partum. Labour
observations were not done in Myanmar. Data were collected on sociodemographics,
obstetric history, and experiences of mistreatment.

Findings 2016 labour observations and 2672 surveys were done. 838 (41・6%) of 2016
observed women and 945 (35・4%) of 2672 surveyed women experienced physical or
verbal abuse, or stigma or discrimination. Physical and verbal abuse peaked 30 min
before birth until 15 min after birth (observation). Many women did not consent for
episiotomy (observation: 190 [75 ・ 1%] of 253; survey: 295 [56 ・ 1%] of 526) or
caesarean section (observation:35 [13 ・ 4%] of 261; survey: 52 [10 ・8%] of 483),
despite receiving these procedures. 133 (5・0%) of 2672 women or their babies were
detained in the facility because they were unable to pay the bill (survey). Younger age
(15–19 years) and lack of education were the primary determinants of mistreatment
(survey). For example, younger women with no education (odds ratio [OR] 3・6, 95%
CI 1・6–8・0) and younger women with some education (OR 1・6, 1・1–2・3) were
more likely to experience verbal abuse, compared with older women (≥30 years),
adjusting for marital status and parity.

Interpretation More than a third of women experienced mistreatment and were


particularly vulnerable around the time of birth. Women who were younger and less
educated were most at risk, suggesting inequalities in how women are treated during
childbirth. Understanding drivers and structural dimensions of mistreatment, including
gender and social inequalities, is essential to ensure that interventions adequately account
for the broader context.
D.
Pendahuluan Atas dasar wanita di seluruh dunia yang mengalami penganiyaan dianiaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan evidenceinformed, alat
divalidasi untuk mengukur penganiayaan saat melahirkan, dan melaporkan hasil dari
studi cross-sectional di empat negara berpenghasilan rendah dan menengah.
E.
Methodologi Penelitian Retrospektif- Cross Sectional

F.
Hasil 2016 pengamatan terhadap tenaga kerja dan 2672 survei dilakukan. 838 (41,6%) dari
2016 diamati perempuan dan 945 (35,4%) dari 2672 perempuan yang disurvei
mengalami kekerasan fisik atau verbal, atau stigma atau diskriminasi. pelecehan fisik dan
verbal memuncak 30 menit sebelum lahir sampai 15 menit setelah lahir (observasi).
Banyak wanita tidak menyetujui untuk episiotomi (pengamatan: 190 [75,1%] dari 253;
survei: 295 [56,1%] dari 526) atau operasi caesar (pengamatan: 35 [13,4%] dari 261;
survei: 52 [10 · 8%] dari 483), meskipun menerima prosedur ini. 133 (5,0%) dari 2672
perempuan atau bayi mereka ditahan di fasilitas tersebut karena mereka tidak mampu
membayar tagihan (survei). usia lebih muda (15-19 tahun) dan kurangnya pendidikan
adalah penentu utama penganiayaan (survei). Sebagai contoh, wanita yang lebih muda
tanpa pendidikan (rasio odds)
[OR] 3,6.
G.
Pembahasan Dalam penelitian didapatkan pada pengalaman perempuan-perempuan pasca-partum,
bahwa 41.6% wanita memiliki pengalaman kekerasan fisik, pelecehan verbal,
diskriminasi dan intensitas yang sering terjadi adalah pada 30 menit sebelum lahir sampai
15 menit setelah lahiran. Peningkatan resiko ini cenderung terjadi karena penyedia
mungkin hadir sekitar waktu lahir, atau karena stress. Wanita kurang berpendidikan lebih
bereiko mendapatkan penganiyaan.temuan ini didukung oleh penelitian kualitatf di
berbagai negara yang menunjukan bahwa remaja mengalami penganiyaan karena terkait
aktivitas sexsual. Selanjutnya, observasi menunjukan bahwa banyak wanita memiliki
pemeriksaan vagina dan prosedur seperti oprasi Caesar, episiotomy, induksi dilakukan
tanpa persetujuan responden. Sebesar 4.5% dari yang diamati dan 2.0% wanita yang
disurvei melahirkan tanpa kehadiran petugas yang terampil. Dan 5.0% wanita
melaporkan penahanan karena tidak mamp membayar tagihan rumah sakit.
Memahami pasien dan dimensi structural penganiyaan saat melahirkan, seperti jenis
kelamin dan sosial ketidaksetaraan, dan penilaian tentang seksualitas perempuan penting
untuk memastikan bahwa setiap intervensi cukup untuk menjelaskan konteks sosial.
Hipotesis bahwa dimensi structural mempengaruhi perlakuan saat melahirkan,
ketidaksetaraan kekuasaan, normalisasi perbuatan buruk dan hambatan komunikasi
terbukti. Penelitian ini lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana struktur dan
proses kelembagaan dapat ditata ulang untuk memberikan perawatan wanita yang baik.
H.
Kesimpulan & Saran Kesimpulan lebih dari 40% wanita diamati dan 35% dari perempuan yang disrvei mengalami
penganiyaan saat melahirkan. Wanita dengan usia muda dan kurrang berpendidikan beresiko
lebih tinggi dilakukan penganiyaan. Saran yang dapat diambil adalah untuk mengatasi
kesenjangan ini diperlukan untu mempromosikan perawatan bersalin yang menumbuhkan rasa
saling menghormati dan meningkatkan kepercayaan.

I.
Validitas Seleksi Subjek dalam penelitian mengenai bagaimana perempuan diperlakukan saat melahirkan
adalah dengan mengikuti kriteria inklusi dan tidak masuk ke dalam kriteria ekslusi, yaitu
seluruh tenaga kerja dan melahirkan, dimana untuk tenaga kerja adalah dengan syarat
mereka melahirkan dan meupakan tenaga kerja aktif, berusia minimal 15 tahun, bersedia
dan mampu berpartisipasi dan memberikan persetujuan.
J.
Validitas Informasi Penambilan data dalam penelitian ini, peneiti melakukanpada empat negara, dengan 3
rumah sakit di kota dipilih dengan sengaja, kemudian sampel didaftarkan dalam survey,
mengikuti kriteria inklusi, pengambilan data oleh peneliti dilakukan dengan cara
menghubungi sampel 2 sampai tiga kali dalam 2 minggu untuk melaukukan survey,
wanita yang tidak bisadihubungi dicatat sebagai sampel yang hilang untuk
ditindaklanjuti. Pengukuran yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan tiga alat berbeda
yang diserahkan pada waktu yang berbeda, tiga alat tersebut adalah 1. Formulir
pendaftaran, laporan insidensi, dan intervensi.
K.
Validitas Pengontrolan & Perancu -
L.
Validitas Analisis Metode analisis yang digunakan adalah model regresi logistic yang dipasangkan untuk
mengevaluasi faktor terkait dengan perlakuan.

M.
Validitas Eksterna Jumlah sampel yang memenuhi persyaratan sampai kemudian analisis adalah berjumlah
2672. Tidak diketahuiny bagiamnaa cara peneliti melakkan perhitungan sampel sehingga
tidak dapat digeneralisasikan.
N.
Importancy (Kepentingan) Menurut pendapat saya penelitian ini penting sebagai pengembangan ilmu kesehatan
reproduksi, mengingat adanya hak-hak reproduksi , penelitian ini membuktikan belum
tercapainya hak-hak reproduksi bagi kalangan wanita
O.
Applicability (Penerapan) Untuk diterapkan di negara indonesia kurang berdampak dan sulit dalam intervensinya,
karena mengingat daerah indonesia memiliki pembangunan yang tidak merata, serta
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerahnya, fasilitas pelayanan
kesehatan juga tidak tersedia secara merata. Misalnya seperti di kota dan desa yang
sangan jauh kesenjangannya.oleh krenanya akan sulit untuk menentukan defenisis
oprasionalnya ataupun sulit untuk digeneralisasi.
P.
Kelemahan 1. Terbatasnya penjelasan bagaimana perhitungan sampel oleh peneliti
2. Penelitian mengukur aktivitas berdasarkan non-klinisnya yaitu Penganiyayaan tetapi
pengukuran memerlukan beberapa variabel klinis yang dibutuhkan validitasnya dari
professional
Q.
Kelebihan 1.Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tipologi informasi, serta alat
pengukurannya didasarkan pada proses pengembangan berulang.
2. peneliti melaukan penelitian pada negara yang jelas untuk target peningkatannya
karena merupakan tantangan spesifik pada negara tempat peneliti dan arena adanya
fasilitas tertentu.

You might also like