Professional Documents
Culture Documents
id/journal/ks
Vol. 3 No. 1, Maret 2016: 65-80
ISSN: 2354-9874
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio,
bank size, good performance, credit growth, soft budget constrain, deposit rate, dan reserve ratio terhadap non-
performing loan pada bank umum swasta nasional devisa dan non devisa di Indonesia periode 2009-2012.
Variabel independen (x) yang diteliti adalah cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size,
good performance, credit growth, soft budget constrain, deposit rate, dan reserve ratio, sedangkan variable
dependen (y) adalah non-performing loan. Jumlah sampel yang digunakan adalah 31 bank dengan metode
purposive sampling. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa bank size dan soft budget constrain
memiliki pengaruh terhadap non-performing loan secara signifikan, sedangkan cost inefficiency, financial
capital, loans to assets ratio, good performance, credit growth, deposit rate, dan reserve ratio tidak memiliki
pengaruh terhadap non-performing loan. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran suatu bank dapat meningkatkan
tingkat non-performing loan bank tersebut. Sedangkan pemberian soft budget constrain terhadap kredit dapat
menurunkan tingkat non-perfoming loan. Manajer bank dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk mengontrol
sebaran kredit yang diberikan dan mengelola resiko kredit denga nmemberi suku bunga rendah.
Kata kunci: Bank Size, Credit, Non-performing loan,Performance, Soft Budget Constrain.
Abstract
This study aims to determine the effect of cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size,
good performance, credit growth, soft budget constraint, deposit rate, and reserve ratio against non-performing
loans of commercial banks in Indonesia 2009-2012. Independent variables in this study (x) are the cost
inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size, good performance, credit growth, soft budget
constraint, deposit rate, and reserve ratio, while the dependent variable (y) is non-performing loan. The samples
used were 31 banks with purposive sampling method. The empirical results of this study indicate that bank size
and soft budget constraint has no effect on non-performing loans significantly, while the cost inefficiency,
financial capital, loans to assets ratio, good performance, credit growth, deposit rate, and reserve ratio has no
influence against non-performing loans. This indicates that the size of a bank can increase the level of non-
performing loans of the banks. While giving credit with the soft budget constraint may reduce the level of non-
performing loan. Bank managers can use the results of research to control the distribution of loans and manage
credit risk by giving low interest rate.
Keywords: Bank Size, Credit, Non-performing loan,Performance, Soft Budget Constrain.
_________________________________________________________________
Perekonomian Indonesia sempat mengalami Industri perbankan merupakan salah satu industri
pasang surut sejak terjadinya krisis global yang yang cukup sensitif terhadap perubahan kondisi
melanda beberapa negara termasuk di Indonesia. perekonomian. Hal ini disebabkan kondisi
65
66 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL
bermasalah bank akan semakin besar yang mana buruk kualitas kreditnya (Rinaldy, 2009).
akan menyebabkan penurunan laba sehingga Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
dapat menurunkan modal bank. Penurunan 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
jumlah modal bank tersebut dapat menurunkan perhitungan NPL dihitung dengan menggunakan
capital adequacy ratio (CAR) yang akan total kredit dalam kualitas kurang lancar
menurunkan kepercayaan masyarakat dan ditambah diragukan ditambah macet dibagi
mengancam keberlangsungan usaha perbankan. dengan total kredit dikali 100%.
Dampak yang lebih luas adalah ketika kredit
bermasalah tidak dapat ditagih lagi, berarti Kerangka Konseptual
terjadi penghentian dana bergulir. Penghentian Cost inefficiency menandakan buruknya
ini jelas mengganggu pengembangan usaha, kinerja manajer. Berger dan De Young (1997)
menghambat pertumbuhan ekonomi, menyimpulkan bahwa kinerja buruk manajer
meningkatnya pengangguran, dan menurunnya termasuk di dalamnya, buruknya evaluasi kredit
pendapatan masyarakat. dan kemampuan pengawasan, dan kesalahan
Peniliaian kualitas kredit sangat penting dalam mengevaluasi jaminan kredit dapat
dan dilakukan oleh bagian pengawas kredit yang menyebabkan peningkatan Non-performing
bertujuan untuk mengetahui kolektibilitas kredit. Loan. Podpiera dan Weill (2007) mengatakan
Kualitas kredit bank umum didasarkan pada besarnya biaya yang dialokasikan untuk
kolektibilitas atau ketepatan pembayaran kembali penilaian kredit dapat mempengaruhi non-
angsuran pokok dan bunga serta kemampuan performing loan dan banking efficiency. Bank
peminjam dari keadaan usahanya. Untuk yang memilih low cost inefficiency memberikan
mengetahui kualitas kredit ditetapkan suatu usaha yang minim dalam memastikan suatu
klasifikasi masing-masing debitur yang kredit berkualitas, sehingga bank yang seperti itu
ditentukan oleh beberapa faktor seperti tingkat akan mengalami peningkatan Non-performing
kelancaran debitur menunaikan kewajibannya, Loan (Berger dan De Young, 1997).
tujuan penggunaan kredit, kualitas analisis Bank yang memiliki modal (financial
permohonan calon debitur yang disusun oleh capital) yang rendah cenderung menambah
bank dan lainnya. Klasifikasi itu terdiri dari pendapatannya dengan memilih strategi yang
(Taswan, 2010): paling beresiko (Clair, 1992). Strategi beresiko
1. Lancar, apabila pembayaran angsuran pokok tersebut dilakukan dengan menaikkan resiko
dan bunga tepat waktu. kredit melalui penyaluran dana kepada pihak
2. Dalam Perhatian Khusus atau DPK, apabila debitur yang memiliki kualitas rendah, yang
terdapat tunggakan angsuran pokok dan kemudian dapat menyebabkan terjadinya
bunga yang belum melampaui 90 hari. peningkatan Non-performing Loan. Khemraj dan
3. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan Pasha (2009) mengatakan bank dengan tingkat
angsuran pokok dan bunga yang telah loan to asset ratio yang tinggi menandakan
melampaui 90 hari. bahwa bank tersebut tidak khawatir dengan biaya
4. Diragukan, apabila terdapat tunggakan yang akan timbul dari pengambilan resiko yg
angsuran pokok dan bunga yang telah tinggi dan mementingkan tingkat profit yang
melampaui 180 hari. akan diperoleh dengan menambahkan kredit
5. Macet, apabila terdapat tunggakan angsuran melalui pendanaan dari aset bank yang akan
pokok dan bunga yang telah melampaui 270 menyebabkan NPL meningkat.
hari. Hu et al. (2004) mengatakan semakin
Klasifikasi yang umum disebut besar suatu bank akan semakin besar sumber
kolektibilitas kriteria Kurang Lancar, Diragukan, daya yang dimiliki untuk mengevaluasi dan
dan Macet, dikelompokkan sebagai kredit memproses pinjaman yang dapat meningkatkan
bermasalah atau Non-performing Loan. Semakin kualitas pinjaman tersebut sehingga dapat
tinggi rasio NPL mengindikasikan semakin mengurangi tingkat NPL. Rajan (1994)
68 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL
H2: Financial capital berdampak negatif tingkat ROA dan ROE akan semakin baik kinerja
terhadap Non-performing Loan. manajer (good performance). Hubungan
earnings dan NPL dijelaskan oleh Rajan (1994)
Menurut Festic dan Kavkler (2012) loan to yaitu untuk meningkatkan profitabilitasnya, bank
asset ratio berhubungan positif dengan menambah earnings dengan memberikan
permasalahan dalam perbankan yang dapat kebijakan kredit longgar atau menggunakan loan
meningkatkan Non-performing Loan dan loss provision yang akan berpengaruh pada
insolvency yang disebabkan oleh permasalahan kredit. Berdasarkan hasil
mismanagement perbankan terus-menerus dalam penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis
jangka panjang. Klein (2013) menemukan berikut ini:
adanya hubungan positif antara loan to asset H5: Good performance berdampak positif
ratio dengan NPL karena pemberian kredit terhadap Non-performing Loan.
secara berlebihan. Pemberian kredit secara
berlebihan memunculkan kemungkinan adanya Penelitian terdahulu telah menemukan
kredit yang tidak terbayar. Khemraj dan Pasha bahwa bank menganut kebijakan kredit liberal
(2009) mengatakan bank dengan tingkat loan to (bebas) di saat kondisi ekonomi ekspansi dan
asset ratio yang tinggi menandakan bank menganut kebijakan kredit ketat di masa depresi
tersebut tidak khawatir dengan biaya yang akan (Rajan, 1994). Marcucci dan Quagliariello
timbul dari pengambilan resiko dengan (2008) menkonfirmasikan bahwa NPL
memberikan kredit berlebih dan mementingkan meningkat di saat ekspansi dan menurun di saat
tingkat profit yang akan diperoleh sehingga depresi. Lebih jelasnya, Davis dan Karim (2008)
menambahkan kredit melalui pendanaan dari aset mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
bank yang akan menyebabkan NPL di saat tinggi (ekspansi) dapat menaikkan tingkat kredit
kondisi ekonomi mengalami penurunan. dalam negeri karena bank tergiur dengan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat tingginya nilai jaminan kredit pada saat itu dan
dirumuskan hipotesis berikut ini: mengabaikan kemungkinan adanya kredit macet
H3: Loan to asset ratio berdampak positif (NPL) yang tinggi pada saat depresi. Keeton
terhadap Non-performing Loan. (1999) juga menunjukkan bahwa credit growth
berpengaruh signifikan dengan tingginya
Hu et al. (2004) menemukan bahwa kegagalan kredit karena adanya peningkatan
semakin besar suatu bank akan semakin besar penawaran yang disebabkan kecenderungan bank
sumber daya yang dimiliki untuk mengevaluasi untuk menyetujui pemberian kredit sehingga
dan memproses pinjaman yang dapat menurunkan tingkat suku bunga, menurunkan
meningkatkan kualitas pinjaman tersebut tingkat jaminan, serta menyetujui debitur yang
sehingga dapat mengurangi tingkat NPL. Hal mempunyai weak credit history. Berdasarkan
tersebut juga didukung oleh penemuan Ranjan hasil penelitian diatas dapat dirumuskan
dan Dhal (2003) yaitu semakin besar ukuran hipotesis berikut ini:
bank semakin rendah NPL. Berdasarkan hasil H6: Credit growth berdampak negatif
penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis terhadap Non-performing Loan.
berikut ini:
H4: Bank size berdampak negatif terhadap Bank yang memiliki tingkat likuiditas
Non-performing Loan. tinggi dan idle fund akan senantiasa
meningkatkan penyaluran kreditnya pada
Louzis et al. (2010) mengatakan kinerja masyarakat (perusahaan dan rumah tangga),
dapat menjadi alat ukur kualitas manajer yang terlepas dari apakah masyarakat tersebut
dapat dilihat dari hasil earning yang diperoleh. memiliki kemampuan ekonomi yang memadai
Berdasarkan earnings kinerja diukur melalui untuk mengembalikan pinjaman, dengan tujuan
ROA dan ROE yang menandakan semakin besar memaksimalisasi penggunaan dana yang dimiliki
70 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Ahmad dan Bashir, 2013). Peningkatan penurunan rasio NPL (Ferreira, 2008).
penyaluran kredit tersebut dilakukan secara soft Hubungannya dapat digambarkan dengan
budget constrain dimana bank memberikan pertumbuhan reserve ratio berarti semakin
persetujuan kredit dengan lebih mudah, sehingga besarnya dana yang disimpan oleh bank
menyetujui kredit untuk poor project. Festic dan dibanding dana yang disalurkan. Saat bank
Kavkler (2012) mengatakan bank yang memiliki jumlah simpanan dana yang besar, hal
memberikan pinjaman dengan soft budget tersebut menunjukkan bahwa bank menahan
constrain (soft credit) akan memiliki tingkat dananya dan hanya menyalurkannya ke dalam
NPL yang tinggi apabila debitur gagal memenuhi pemberian kredit yang memiliki kualitas baik,
kewajiban kreditnya. Berdasarkan penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut
diatas dapat dirumuskan hipotesis berikut ini: menghindari resiko akan adanya penyaluran
H7: Soft budget constrain berdampak positif kredit kepada debitur dengan kualitas buruk yang
terhadap Non-performing Loan. dapat mengakibatkan timbulnya NPL (Ahmad
dan Bashir, 2013).
Ahmad dan Bashir (2013) mengatakan H9: Reserve ratio berdampak negatif terhadap
ketatnya kompetisi membuat bank menawarkan Non-performing Loan.
bunga deposito yang bersaing untuk menarik
pendana dan menetapkan marginal cost untuk METODE
debitur. Bank yang menawarkan bunga deposito
Rancangan penelitian yang digunakan
yang tinggi akan memiliki jumlah deposito yang
dalam penelitian ini adalah uji hipotesis dengan
lebih banyak dan interest rate spread yang
tujuan untuk menjelaskan dampak dari cost
rendah, dimana bank yang menawarkan bunga
inefficiency, financial capital, loans to deposits
deposito yang rendah akan memiliki jumlah
ratio, bank size, good performance of
deposito yang sedikit dan interest rate spread
management, credit growth, soft budget
yang tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
constrain, deposit rate, dan reserve ratio
konsentrasi terhadap pasar secara signifikan
terhadap non-performing loan. Data dalam
berhubungan positif dengan interest rate spread.
penelitian ini merupakan data sekunder yang
Bank dengan permodalan yang rendah dan resiko
diambil dari laporan keuangan tahunan bank
yang tinggi menambah nasabahnya dengan cara
umum swasta nasional devisa dan non devisa
menawarkan suku bunga deposito yang tinggi
yang ada di Indonesia. Metode analisis dalam
yang dapat bersaing dan memiliki interest rate
penelitian ini menggunakan analisis regresi.
spread rendah (Berger et al., 2004). Uhde dan
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
Heimeshoff (2009) berargumen bahwa kenaikan
berikut:
suku bunga deposito dalam jangka pendek dapat
1. Variabel Dependen
menyebabkan kenaikan cost of fund bank
Non-performing Loan adalah rasio seberapa
sehingga terjadi kenaikan bunga pinjaman.
besar tingkat kredit bermasalah yang dimiliki
Pertumbuhan pada suku bunga pinjaman
bank, dengan rumus:
berhubungan positif dengan kemungkinan kredit
macet, sehingga menyebabkan peningkatan NPL
(Khemraj dan Pasha, 2009). Berdasarkan
penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis
berikut ini:
(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)
H8: Deposit rates berdampak positif terhadap
Non-performing Loan.
2. Variabel Independen
a. Cost Inefficiency adalah rasio untuk
Reserve ratio dapat digunakan sebagai
mengukur tingkat efisiensi biaya yang
pengukuran cadangan wajib minimum bank.
dikelola bank, dengan rumus:
Pertumbuhan reserve ratio dapat memprediksi
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 71
(Sumber: Khemraj dan Pasha, 2009) (Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)
d. Bank Size adalah ukuran besar/kecilnya suatu i. Reserve Ratio adalah kewajiban bagi setiap
bank yang dilihat dari jumlah kredit yang bank umum untuk menyimpan dananya
diberikan, dengan rumus: dalam bentuk giro di Bank Indonesia, diukur
dengan rumus:
variabel yang telah dipilih. Model analisa 0,001. Oleh karena sig. F=0.001 < 0.05 dan
regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: F hitung > F tabel, maka Ho ditolak yang
NPLit = 0 + 1 IEit + 2 CAPit + 3 LARit + 4 dapat disimpulkan bahwa BOPO, Capital,
MPhit + 5 ROAit + 6 ROEit + 7 CGhit + Loan To Asset, Market Power, Return On
8 TLIit + 9 DRit + 10 RRit + it Asset, Return On Equity, Credit Growth,
Total Liabilities To Income, Deposits Rate
Dimana: dan GWM Rupiah secara bersama-sama
NPL: Non-performing Loan pada periode t untuk memiliki pengaruh terhadap NPL.
unit i.
IE: inefficiency ratio pada periode t untuk unit i. 3. Uji Individu (t-test)
CAP: capital pada periode t untuk unit i. Untuk menguji hipotesa dilakukan pengujian
LAR: loans to asset ratio pada periode t untuk secara parsial untuk melihat signifikansi dari
unit i. pengaruh masing-masing variabel
MP: market power pada periode t untuk unit i independen terhadap variabel dependen
dalam persen h. dengan mengasumsikan variabel lain adalah
ROA: return on assets pada periode t untuk unit konstan. Dalam penelitian ini, hipotesa yang
i. tidak memiliki arah dilihat p-value
ROE: return on equity pada periode t untuk unit sedangkan yang memiliki arah dilihat p-
i. value/2.
CG: credit growth pada periode t untuk unit i
dalam persen h. HASIL DAN PEMBAHASAN
TLI: total liability to income pada periode t
untuk unit i. Deskripsi data merupakan gambaran
DR: deposits ratio pada periode t untuk unit i. singkat dari data-data perusahaan yang
RR: reserve ratio pada periode t untuk unit i. digunakan sebagai objek penelitian dalam
t: periode waktu penelitian (2007-2012). penelitian ini. Objek penelitian dalam penelitian
i: unit penelitian (bank umum). ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)
Devisa dan Non Devisa yang terdapat di
0 : intercept.
Indonesia dari tahun 2009-2012. Jumlah sampel
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 : koefisien
awal yang digunakan adalah 64 bank, namun
penelitian.
sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian
ini adalah 31 bank. Hal tersebut dikarenakan
2. Uji Serentak (Uji F)
bank yang memberikan pelayanan syariah
Uji F (ANOVA) digunakan untuk menguji
dikeluarkan dalam penelitian karena adanya
apakah secara bersama-sama seluruh
perbedaan penghitungan rasio kredit macet bank
variabel independen mempunyai pengaruh
umum dengan bank syariah, adanya bank yang
yang signifikan terhadap variabel dependen.
melakukan merger pada tahun 2009-2012 juga
Pengambilan keputusan dilakukan dengan
dikeluarkan karena timpangnya perubahan
melihat tingkat signifikan, dimana
jumlah aset sebelum dan sesudah merger yang
signifikan dari F < 0.05 maka secara
dapat menyebabkan data menjadi bias, selain itu
bersama-sama variabel independen
juga karena adanya data ekstrim dari beberapa
mempengaruhi variabel dependen. Jika sig.
bank sehingga mengharuskan penulis untuk
dari F < 0.05, maka Ho ditolak sedangkan
mengeliminasi bank tersebut demi kelancaran
sig. dari F > 0.05, maka Ho diterima.
pengolahan data. Jumlah data dalam penelitian
Berdasarkan hasil analisis regresi uji F yang
ini adalah 124 data. Lebih jelasnya dapat terlihat
disajikan pada lampiran 2, dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.
bahwa dengan uji ANOVA atau F test
didapat F hitung sebesar 3.433 (F tabel
sebesar 1.91) dengan tingkat signifikan
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 73
kegagalan bank. Penjaminan ini menyebabkan dengan kebijakan lebih longgar sehingga
deposan kurang mengawasi kegiatan bank karena menyetujui kredit untuk poor project. Karena
merasa uangnya telah aman terlindung. Dari sisi seperti yang dikutip oleh kontan.co.id, perbankan
bank, dikarenakan mereka tahu bahwa di Indonesia sedang mengalami perbaikan
pemerintah akan memberi bail out apabila terjadi efisiensi operasional guna mendukung
kegagalan dan kurangnya pengawasan dari pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, bank
nasabahnya, akan bertindak kurang bertanggung meningkatkan profitabilitasnya dengan
jawab dan memilih meningkatkan loan portfolio menggencarkan pemberian kredit, terlihat dari
dalam risky project sehingga terjadi peningkatan rata-rata penyaluran kredit perbankan yang kian
NPL. Di Indonesia terdapat ”TBTF Policy” meningkat dari 2009-2012 berdasarkan Buku
dalam bentuk asuransi simpanan yang dikelola Datin Kinerja Pembangunan 2004-2012 yang
oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS diterbitkan oleh bappenas.go.id. Namun tidak
berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah serta merta kepada kredit berkualitas buruk.
penyimpan serta turut aktif dalam memelihara Kredit yang digencarkan oleh bank adalah untuk
stabilitas sistem perbankan sesuai dengan investasi ke sektor perdagangan, hotel, dan
kewenangannnya. Sejak diberdirikannya LPS, restoran dimana sektor tersebut selalu mengalami
setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di peningkatan.
wilayah Negara Republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan. Namun ada kriteria- 5. Credit Growth
kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar suatu Hasil dari penelitian ini menunjukkan
simpanan dapat dijamin, yaitu maksimal saldo Rp variabel credit growth tidak memiliki pengaruh
2 Milyar, tercatat dalam pembukuan bank, signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil
tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat penelitian ini berbeda dengan Ahmad dan Bashir
bunga penjaminan, dan tidak melakukan (2013). Menurut data Suku Bunga Dasar Kredit
tindakan yang merugikan bank. Dengan adanya yang dimiliki oleh Bank Indonesia, pertumbuhan
LPS, deposito nasabah lebih terjamin penyaluran kredit di Indonesia rata-rata
pembayarannya, sehingga membuat bank-bank mengalami peningkatan dikarenakan penurunan
kurang bertanggung jawab dalam melakukan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang
perputaran dananya. Selain itu, keyakinan bank- menyebabkan suku bunga kredit pun menurun.
bank besar untuk mendapat suntikan dana karena Sehingga masyarakat lebih tergiur untuk
apabila bank mereka gagal akan berdampak meminjam dana kepada bank. Namun hal
sistemik membuat bank kurang berhati-hati tersebut tidak menjadi tolak ukur tingkat NPL di
dalam menyalurkan dananya untuk kredit dan Indonesia. Karena rendahnya tingkat suku bunga
menyalurkannya ke debitur dengan kualitas dapat menaikkan kemungkinan bahwa debitur
buruk, sehingga NPL di Indonesia meningkat. dapat mengembalikan kewajibannya, selain itu
penggencaran efisiensi operasional perbankan
4. Good Performance (ROA dan ROE) serta ketatnya pengawasan oleh LPS dan Bank
Hasil dari penelitian ini menunjukkan Indonesia, terlihat dari banyaknya bank yang
variabel ROA dan ROE tidak memiliki pengaruh telah dilikuidasi oleh LPS (41 bank), mencegah
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil bank untuk menyetujui kredit berkualitas buruk.
penelitian ini berbeda dengan Rajan (1994) yang
menemukan bahwa ROA dan ROE berdampak 6. Soft Budget Constrain (Total Liabilities to
signifikan terhadap NPL. ROA dan ROE dapat Income)
menjadi tolak ukur kinerja manajer dalam Hasil dari penelitian ini menunjukkan
meningkatkan profitabilitas. Di Indonesia tidak variabel total liabilities to income memiliki
terbukti bahwa untuk meningkatkan pengaruh signifikan terhadap NPL namun
profitabilitasnya, bank menyalurkan kredit berpengaruh negatif (tabel 3). Pengaruh negatif
76 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL
tersebut dijelaskan oleh Ahmad dan Bashir Turunnya BI Rate dapat berdampak kepada suku
(2013) dikarenakan bank dalam rangka bunga penjaminan (yang ditetapkan oleh
meningkatkan penggunaan depositonya Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian
menurunkan bunga pinjaman yang mana berpengaruh kepada penurunan suku bunga dana
kemudian menarik high quality borrower untuk pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito.
meminjam dan menginvestasikan dananya ke Setelah itu berdampak pada penurunan suku
dalam proyek-proyek menguntungkan sehingga bunga kredit. Namun, seperti yang dikatakan
meningkatkan aktivitas ekonomi, aliran oleh Sigit Harmono selaku Dirut BNI kepada
pendanaan, peningkatan laba dan stabilitas antaranews.com bahwa suku bunga kredit yang
ekonomi. Maka dari itu, pengembalian kredit pun turun dapat membuat resiko NPL lebih baik,
dapat terlaksana tepat waktu sehinggan namun penurunan NPL dipengaruhi oleh
menurunkan tingkat NPL. Hal tersebut juga penanganan risiko kredit, dan bukan hanya
terjadi di Indonesia dimana soft budget constrain dengan penurunan suku bunga saja. Penanganan
terjadi dalam bentuk pemberian soft credit NPL antara lain dengan restrukturisasi atau
dengan menurunkan suku bunga kredit di perhitungan kembali kredit dengan kemampuan
Indonesia. Terlihat dari data Bank Indonesia nasabah untuk membayarnya. Sehingga tidak
yang menunjukkan SBDK (Suku Bunga Dasar terdapat signifikansi antara deposit rates dengan
Kredit) pada Januari 2012 tercatat sebesar NPL.
10,12% untuk korporasi, 11,52% untuk ritel,
10,62% untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), 8. Reserve Ratio (GWM Rupiah)
dan 11,22% untuk segmen non KPR. Sementara Hasil dari penelitian ini menunjukkan
itu, dari Desember 2011 ke Januari 2012 suku variabel GWM Rupiah tidak memiliki pengaruh
bunga kredit modal kerja (KMK) turun 7 bps signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil
menjadi 12,09%, suku bunga kredit investasi penelitian ini tidak sesuai dengan Ferreira
(KI) turun 31 bps menjadi 11,73%, sedangkan (2008). Hal tersebut dapat terjadi karena GWM
suku bunga kredit konsumsi (KK) tetap di level adalah pencadangan yang dimiliki bank untuk
14,19%. Penurunan suku bunga kredit sejalan menutup kemungkinan terjadinya kerugian
dengan perbaikan efisiensi operasional dalam aktivitas perbankan. Sehingga likuiditas
perbankan serta efisiensi penyaluran dana bank terjaga. Di Indonesia terdapat kewajiban
perbankan. Selain itu, dikarenakan rentan minimum untuk menjaga tingkat GWM tersebut.
penglikuidasian bank di Indonesia (terlihat dari Seperti yang dikeluarkan oleh Peraturan Bank
41 bank yang telah dilikuidasi maupun dalam Indonesia Nomor: 15/15/PBI/2013 Tentang Giro
proses likuidasi oleh LPS) membuat bank tidak Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah
serta-merta memberikan kredit pada low quality Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum
borrowers sehingga tingkat NPL malah Konvensional bahwa rasio wajib GWM utama
menurun. bank sekarang adalah 8%, yang mana meningkat
dari aturan sebelumnya yang hanya sebesar 5%.
7. Deposit Rates Maka tingginya GWM di Indonesia tidak dapat
Hasil dari penelitian ini menunjukkan menentukan bahwa hal tersebut berpengaruh
variabel deposit rates tidak memiliki pengaruh terhadap NPL, karena besarnya GWM telah
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil ditentukan oleh Bank Indonesia yang harus
penelitian ini berbeda dengan penelitian Uhde ditaati oleh setiap perbankan di Indonesia untuk
dan Heimeshoff (2009). Seperti yang dikutip menjaga likuiditasnya. Selain itu, tingkat reserve
antaranews.com, bunga deposito bank ratio yang minim dapat menandakan kinerja
bergantung pada BI Rate. Laju BI Rate di bank memburuk sehingga bank tidak dapat
Indonesia, berdasarkan Indonesia Economic mencari dana yang cukup untuk dicadangkan.
Review and Outlook No. 1/Tahun I/Desember
2012, mengalami penurunan dari 2009-2012.
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 77
DAFTAR ACUAN
Ahmad, F. and Bashir, T. (2013). Explanatory Lead to Higher Loan Losses?, Federal
Power of Bank Specific Variables as Reserve Bank of Kansas City: Economic
Determinants of Non-performing Loans: Review, Q2: 57-75.
Evidence from Pakistan Banking Sector, Khemraj, T. and Pasha, S. (2009). The
World Applied Sciences Journal, 22(9): Determinants of Non-Performing Loans:
1220-1231. An Econometric Case Study of Guyana.
Berger, A. N. and DeYoung, R. (1997). Problem Paper presented to the Caribbean Centre
Loans and Cost Efficiency in Commercial for Banking and Finance Bi-annual
Banks, Journal of Banking and Finance, Conference on Banking and Finance, St.
21: 849-870. Augustine, Trinidad.
Berger, A. N.; Demirguc-Kunt, A.; Levine, R. Klein, N. (2013). Non-Performing Loans in
and Haubrich, J. G. (2004). Bank CESEE: Determinants and Impact on
Concentration and Competition: An Macroeconomic Performance,
Evolution in The Making, Journal of International Monetary Fund Working
Money, Credit and Banking, 36(3): 433- Paper, 13/72.
451. Kornai, J. (1986). The Soft Budget Constraint,
Clair, Robert T. (1992). Loan Growth and Loan Kyklos, 39(1): 3-30.
Quality: Some Preliminary Evidence from Kornai, J.; Maskin, E. and Roland, G. (2003).
Texas Banks, Federal Reserve Bank of Understanding The Soft Budget
Dallas Economic Review, QIII: 9-22. Constraint, Journal of Economic
Davis, E. Philip and Karim, D. (2008). Literature, 41(4): 1095-1136.
Comparing Early Warning Systems for Louzis, Dimitrios P.; Vouldis, Angelos T. and
Banking Crises, Journal of Financial Metaxas, Vasilios L. (2010).
Stability, 4(2): 89-120. Macroeconomic and Bank-specific
Determinants of Non-performing Loans in
ECB (2010) Beyond ROE: How to Measure Greece: A Comparative Study of
Bank Performance, Germany: European Mortgage, Business and Consumer Loan
Central Bank. Portfolios, Bank of Greece Working
Festic, Mejra and Kavkler, A. (2012). The Roots Paper, 10/118.
of The Banking Crisis in The New EU Macroeconomic Dashboard UGM (2012)
Member States: A Panel Regression Indonesian Economic Review and
Approach, Romanian Journal of Economic Outlook, Yogyakarta: Universitas Gajah
Forecasting, 1: 20-40. Mada.
Ferreira, C. (2008). The Banking Sector, Marcucci, J. and Quagliariello, M. (2008). Is
Economic Growth, and EU Integration, Bank Portfolio Riskiness Procyclical?:
Journal of Economic Studies, 35(6): 512- Evidence From Italy Using a Vector
527. Autoregression, Journal of International
Fiordelisi, F.; Marques, D. and Molyneux, P. Financial Markets, Institutions and
(2009). Efficiency and Risk Taking in Money, 18(1): 46-63.
European Banking, Bangor Business Mishkin, Frederic S. (2006). How Big a Problem
School Working Paper, 09/004. is Too Big to Fail? A Review of Gary
Hu, Jin-Li; Li, Yang and Chiu, Yung-ho (2004). Stern and Ron Feldman’s Too Big to Fail:
Ownership and Non-performing Loans: The Hazards of Bank Bailouts, Journal of
Evidence from Taiwan’s Banks, The Economic Literature, 44(4): 988-1004.
Developing Economies, 42(3): 405-420. Podpiera, J. and Weill, L. (2007). Bad Luck or
Keeton, W. R. (1999). Does Faster Loan Growth Bad Management? Emerging Banking
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 79