You are on page 1of 17

Jurnal Kesejahteraan Sosial Maret 2016 http://www.universitas-trilogi.ac.

id/journal/ks
Vol. 3 No. 1, Maret 2016: 65-80
ISSN: 2354-9874

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN


PADA BANK DI INDONESIA

Farah Margaretha1, Vanya Kalista1


1
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio,
bank size, good performance, credit growth, soft budget constrain, deposit rate, dan reserve ratio terhadap non-
performing loan pada bank umum swasta nasional devisa dan non devisa di Indonesia periode 2009-2012.
Variabel independen (x) yang diteliti adalah cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size,
good performance, credit growth, soft budget constrain, deposit rate, dan reserve ratio, sedangkan variable
dependen (y) adalah non-performing loan. Jumlah sampel yang digunakan adalah 31 bank dengan metode
purposive sampling. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa bank size dan soft budget constrain
memiliki pengaruh terhadap non-performing loan secara signifikan, sedangkan cost inefficiency, financial
capital, loans to assets ratio, good performance, credit growth, deposit rate, dan reserve ratio tidak memiliki
pengaruh terhadap non-performing loan. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran suatu bank dapat meningkatkan
tingkat non-performing loan bank tersebut. Sedangkan pemberian soft budget constrain terhadap kredit dapat
menurunkan tingkat non-perfoming loan. Manajer bank dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk mengontrol
sebaran kredit yang diberikan dan mengelola resiko kredit denga nmemberi suku bunga rendah.

Kata kunci: Bank Size, Credit, Non-performing loan,Performance, Soft Budget Constrain.

INFLUNCE FACTORS ON NON-PERFORMING LOANS OF


COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA

Abstract
This study aims to determine the effect of cost inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size,
good performance, credit growth, soft budget constraint, deposit rate, and reserve ratio against non-performing
loans of commercial banks in Indonesia 2009-2012. Independent variables in this study (x) are the cost
inefficiency, financial capital, loans to assets ratio, bank size, good performance, credit growth, soft budget
constraint, deposit rate, and reserve ratio, while the dependent variable (y) is non-performing loan. The samples
used were 31 banks with purposive sampling method. The empirical results of this study indicate that bank size
and soft budget constraint has no effect on non-performing loans significantly, while the cost inefficiency,
financial capital, loans to assets ratio, good performance, credit growth, deposit rate, and reserve ratio has no
influence against non-performing loans. This indicates that the size of a bank can increase the level of non-
performing loans of the banks. While giving credit with the soft budget constraint may reduce the level of non-
performing loan. Bank managers can use the results of research to control the distribution of loans and manage
credit risk by giving low interest rate.
Keywords: Bank Size, Credit, Non-performing loan,Performance, Soft Budget Constrain.
_________________________________________________________________

Perekonomian Indonesia sempat mengalami Industri perbankan merupakan salah satu industri
pasang surut sejak terjadinya krisis global yang yang cukup sensitif terhadap perubahan kondisi
melanda beberapa negara termasuk di Indonesia. perekonomian. Hal ini disebabkan kondisi

65
66 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

perekonomian yang memiliki kecenderungan management, credit growth, soft budget


yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke constrain, deposit rate, dan reserve ratio yang
waktu yang pada akhirnya mempengaruhi dilihat pada sektor perbankan di Pakistan. Dia
operasional suatu industri, terutama industri menemukan adanya pengaruh antara loan to
perbankan. assets ratio, good performance of management
Bank sebagai lembaga yang menghimpun dan credit growth terhadap non-performing loan.
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan Berdasarkan uraian di atas, maka topik ini
dan menyalurkannya ke masyarakat dalam penting untuk diteliti di Indonesia untuk melihat
bentuk kredit memiliki peranan yang sangat bagaimana variabel-variabel bank spesifik
penting dalam perekonomian. Berdasarkan tersebut memiliki pengaruh dalam perbankan di
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi
Perbankan yang dimaksud dengan kredit adalah penentu tingkat non-performing loan dilihat dari
penyediaan uang atau tagihan yang dapat variabel-variabel pengukuran bank yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan disebabkan oleh kondisi dan keadaan bank itu
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam sendiri maupun dari lingkungan luar bank
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan tersebut.
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah Non-performing loan adalah kredit yang
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. tidak lagi mengahsilkan interest income bagi
Fungsi bank sebagai intermediasi mengandung bank atau kredit yang harus direstrukturisasi agar
resiko. Manajemen bank diharuskan untuk sesuai dengan perubahan kondisi debitur (Rose
menjaga keseimbangan antara pengelolaan resiko dan Hudgins, 2013). Berdasarkan Undang-
yang dihadapi dengan layanan yang diberikan Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
kepada masyarakat. Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan
adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
diberikan kepada debitur atau disebut dengan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
resiko kredit. Resiko kredit tersebut dapat berupa kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
gagal atau macet. Klasifikasi kredit yang umum dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
disebut kolektibilitas kriteria Kurang Lancar peminjam untuk melunasi utangnya setelah
(KL), Diragukan (D), dan Macet (M), jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
dikelompokkan sebagai kredit bermasalah atau Taswan (2010) mengatakan non-performing loan
Non-performing Loan (Rinaldy, 2009). Non- dapat mengindikasikan baik atau buruknya
performing loan (NPL) adalah kredit yang kualitas kredit yang diberikan oleh bank. Kredit
bermasalah dimana debitur tidak dapat akan berkualitas atau tidak berkualitas dimulai
memenuhi pembayaran tunggakan peminjaman saat analisis kredit. Kesalahan analisis kredit
dan bunga dalam jangka waktu yang telah akan menyesatkan keputusan pemberian kredit.
disepakati dalam perjanjian. Non-performing Keputusan kredit yang salah merupakan potensi
loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan terjadinya kualitas kredit yang rendah atau
salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja potensi terjadinya kredit bermasalah. Kredit
fungsi bank. Maka dari itu, penilaian tingkat bermasalah bisa terjadi karena adanya
NPL suatu bank sangatlah penting agar dapat mismanagement ataupun kondisi perekonomian
mengetahui bank tersebut sehat atau tidak. yang semakin memburuk, misalnya saja tingkat
Penelitian Ahmad dan Bashir (2013) menguji inflasi yang sangat tinggi.
mengenai faktor penentu non-performing loan Penurunan kualitas kredit (peningkatan
menggunakan variabel-variabel bank spesifik, kredit bermasalah) dapat membawa pengaruh
yaitu cost inefficiency, financial capital, loans to negatif bagi bank selaku kreditor. Peningkatan
assets ratio, bank size, good performance of kredit bermasalah menimbulkan cadangan kredit
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 67

bermasalah bank akan semakin besar yang mana buruk kualitas kreditnya (Rinaldy, 2009).
akan menyebabkan penurunan laba sehingga Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
dapat menurunkan modal bank. Penurunan 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
jumlah modal bank tersebut dapat menurunkan perhitungan NPL dihitung dengan menggunakan
capital adequacy ratio (CAR) yang akan total kredit dalam kualitas kurang lancar
menurunkan kepercayaan masyarakat dan ditambah diragukan ditambah macet dibagi
mengancam keberlangsungan usaha perbankan. dengan total kredit dikali 100%.
Dampak yang lebih luas adalah ketika kredit
bermasalah tidak dapat ditagih lagi, berarti Kerangka Konseptual
terjadi penghentian dana bergulir. Penghentian Cost inefficiency menandakan buruknya
ini jelas mengganggu pengembangan usaha, kinerja manajer. Berger dan De Young (1997)
menghambat pertumbuhan ekonomi, menyimpulkan bahwa kinerja buruk manajer
meningkatnya pengangguran, dan menurunnya termasuk di dalamnya, buruknya evaluasi kredit
pendapatan masyarakat. dan kemampuan pengawasan, dan kesalahan
Peniliaian kualitas kredit sangat penting dalam mengevaluasi jaminan kredit dapat
dan dilakukan oleh bagian pengawas kredit yang menyebabkan peningkatan Non-performing
bertujuan untuk mengetahui kolektibilitas kredit. Loan. Podpiera dan Weill (2007) mengatakan
Kualitas kredit bank umum didasarkan pada besarnya biaya yang dialokasikan untuk
kolektibilitas atau ketepatan pembayaran kembali penilaian kredit dapat mempengaruhi non-
angsuran pokok dan bunga serta kemampuan performing loan dan banking efficiency. Bank
peminjam dari keadaan usahanya. Untuk yang memilih low cost inefficiency memberikan
mengetahui kualitas kredit ditetapkan suatu usaha yang minim dalam memastikan suatu
klasifikasi masing-masing debitur yang kredit berkualitas, sehingga bank yang seperti itu
ditentukan oleh beberapa faktor seperti tingkat akan mengalami peningkatan Non-performing
kelancaran debitur menunaikan kewajibannya, Loan (Berger dan De Young, 1997).
tujuan penggunaan kredit, kualitas analisis Bank yang memiliki modal (financial
permohonan calon debitur yang disusun oleh capital) yang rendah cenderung menambah
bank dan lainnya. Klasifikasi itu terdiri dari pendapatannya dengan memilih strategi yang
(Taswan, 2010): paling beresiko (Clair, 1992). Strategi beresiko
1. Lancar, apabila pembayaran angsuran pokok tersebut dilakukan dengan menaikkan resiko
dan bunga tepat waktu. kredit melalui penyaluran dana kepada pihak
2. Dalam Perhatian Khusus atau DPK, apabila debitur yang memiliki kualitas rendah, yang
terdapat tunggakan angsuran pokok dan kemudian dapat menyebabkan terjadinya
bunga yang belum melampaui 90 hari. peningkatan Non-performing Loan. Khemraj dan
3. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan Pasha (2009) mengatakan bank dengan tingkat
angsuran pokok dan bunga yang telah loan to asset ratio yang tinggi menandakan
melampaui 90 hari. bahwa bank tersebut tidak khawatir dengan biaya
4. Diragukan, apabila terdapat tunggakan yang akan timbul dari pengambilan resiko yg
angsuran pokok dan bunga yang telah tinggi dan mementingkan tingkat profit yang
melampaui 180 hari. akan diperoleh dengan menambahkan kredit
5. Macet, apabila terdapat tunggakan angsuran melalui pendanaan dari aset bank yang akan
pokok dan bunga yang telah melampaui 270 menyebabkan NPL meningkat.
hari. Hu et al. (2004) mengatakan semakin
Klasifikasi yang umum disebut besar suatu bank akan semakin besar sumber
kolektibilitas kriteria Kurang Lancar, Diragukan, daya yang dimiliki untuk mengevaluasi dan
dan Macet, dikelompokkan sebagai kredit memproses pinjaman yang dapat meningkatkan
bermasalah atau Non-performing Loan. Semakin kualitas pinjaman tersebut sehingga dapat
tinggi rasio NPL mengindikasikan semakin mengurangi tingkat NPL. Rajan (1994)
68 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

mengatakan untuk meningkatkan (Khemraj dan Pasha, 2009). Pertumbuhan


profitabilitasnya, bank menambah earnings reserve ratio dapat memprediksi penurunan rasio
(ROA dan ROE) dengan memberikan kebijakan NPL (Ferreira, 2008). Hubungannya dapat
kredit longgar atau menggunakan loan loss digambarkan dengan pertumbuhan reserve ratio
provision yang akan berpengaruh pada berarti semakin besarnya dana yang disimpan
permasalahan kredit (NPL). Keeton (1999) oleh bank dibanding dana yang disalurkan.
menunjukkan bahwa credit growth berpengaruh
signifikan dengan tingginya kegagalan kredit. Pengembangan Hipotesis
Davis dan Karim (2008) mengatakan bahwa Adanya cost inefficiency menandakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (ekspansi) buruknya kinerja manajer yang dapat
dapat menaikkan tingkat kredit (credit growth) mempengaruhi kebijakan persetujuan kredit
dalam negeri karena bank tergiur dengan (Podpiera dan Weill, 2007). Berger dan De
tingginya nilai jaminan kredit pada saat itu dan Young (1997) menyimpulkan bahwa
mengabaikan kemungkinan adanya kredit macet ketidakefisienan kerja manajer menandakan
(NPL) yang tinggi pada saat depresi. buruknya evaluasi kredit dan kemampuan
pengawasan, dan kesalahan dalam mengevaluasi
jaminan kredit dapat menyebabkan peningkatan
Non-performing Loan. Namun, seperti penyataan
Podpiera dan Weill (2007) bank yang bekerja
lebih efisien memberikan usaha yang minim
dalam memastikan suatu kredit berkualitas.
Berdasarkan penelitian diatas dapat dirumuskan
hipotesis berikut ini:
H1: Cost inefficiency memiliki dampak
terhadap Non-performing Loan.

Modal bank terdiri dari modal yang berasal


dari pemilik bank maupun yang bersumber dari
luar bank. Bank yang memiliki modal yang
rendah cenderung menambah pendapatannya
dengan memilih strategi yang paling beresiko
(Clair, 1992). Strategi beresiko tersebut
dilakukan dengan menaikkan resiko kredit
Gambar 1. Skema Rerangka Konseptual melalui penyaluran dana kepada pihak debitur
yang memiliki kualitas rendah, yang kemudian
Festic dan Kavkler (2012) mengatakan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan Non-
bank yang memberikan pinjaman dengan soft performing Loan. Debitur dengan kualitas rendah
budget constrain (soft credit) kepada investor memiliki resiko besar tidak dapat membayar
akan meningkatkan NPL apabila kredit untuk pinjamannya. Berger dan De Young (1997)
pendanaan investasi tersebut ternyata tidak mengatakan kegiatan pemberian kredit seperti ini
produktif. Uhde dan Heimeshoff (2009) oleh bank termasuk dalam penyimpangan moral
mengatakan bahwa kenaikan suku bunga bank, karena bank mengetahui bahwa mereka
deposito dalam jangka pendek dapat memiliki modal yang sedikit namun tetap
menyebabkan kenaikan cost of fund bank menaikkan resiko dalam penyaluran kredit. Maka
sehingga terjadi kenaikan bunga pinjaman. dari itu, rendahnya modal dapat menyebabkan
Pertumbuhan pada suku bunga pinjaman peningkatan Non-performing Loan. Berdasarkan
berhubungan positif dengan kemungkinan kredit penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis
macet, sehingga menyebabkan peningkatan NPL berikut ini:
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 69

H2: Financial capital berdampak negatif tingkat ROA dan ROE akan semakin baik kinerja
terhadap Non-performing Loan. manajer (good performance). Hubungan
earnings dan NPL dijelaskan oleh Rajan (1994)
Menurut Festic dan Kavkler (2012) loan to yaitu untuk meningkatkan profitabilitasnya, bank
asset ratio berhubungan positif dengan menambah earnings dengan memberikan
permasalahan dalam perbankan yang dapat kebijakan kredit longgar atau menggunakan loan
meningkatkan Non-performing Loan dan loss provision yang akan berpengaruh pada
insolvency yang disebabkan oleh permasalahan kredit. Berdasarkan hasil
mismanagement perbankan terus-menerus dalam penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis
jangka panjang. Klein (2013) menemukan berikut ini:
adanya hubungan positif antara loan to asset H5: Good performance berdampak positif
ratio dengan NPL karena pemberian kredit terhadap Non-performing Loan.
secara berlebihan. Pemberian kredit secara
berlebihan memunculkan kemungkinan adanya Penelitian terdahulu telah menemukan
kredit yang tidak terbayar. Khemraj dan Pasha bahwa bank menganut kebijakan kredit liberal
(2009) mengatakan bank dengan tingkat loan to (bebas) di saat kondisi ekonomi ekspansi dan
asset ratio yang tinggi menandakan bank menganut kebijakan kredit ketat di masa depresi
tersebut tidak khawatir dengan biaya yang akan (Rajan, 1994). Marcucci dan Quagliariello
timbul dari pengambilan resiko dengan (2008) menkonfirmasikan bahwa NPL
memberikan kredit berlebih dan mementingkan meningkat di saat ekspansi dan menurun di saat
tingkat profit yang akan diperoleh sehingga depresi. Lebih jelasnya, Davis dan Karim (2008)
menambahkan kredit melalui pendanaan dari aset mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
bank yang akan menyebabkan NPL di saat tinggi (ekspansi) dapat menaikkan tingkat kredit
kondisi ekonomi mengalami penurunan. dalam negeri karena bank tergiur dengan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat tingginya nilai jaminan kredit pada saat itu dan
dirumuskan hipotesis berikut ini: mengabaikan kemungkinan adanya kredit macet
H3: Loan to asset ratio berdampak positif (NPL) yang tinggi pada saat depresi. Keeton
terhadap Non-performing Loan. (1999) juga menunjukkan bahwa credit growth
berpengaruh signifikan dengan tingginya
Hu et al. (2004) menemukan bahwa kegagalan kredit karena adanya peningkatan
semakin besar suatu bank akan semakin besar penawaran yang disebabkan kecenderungan bank
sumber daya yang dimiliki untuk mengevaluasi untuk menyetujui pemberian kredit sehingga
dan memproses pinjaman yang dapat menurunkan tingkat suku bunga, menurunkan
meningkatkan kualitas pinjaman tersebut tingkat jaminan, serta menyetujui debitur yang
sehingga dapat mengurangi tingkat NPL. Hal mempunyai weak credit history. Berdasarkan
tersebut juga didukung oleh penemuan Ranjan hasil penelitian diatas dapat dirumuskan
dan Dhal (2003) yaitu semakin besar ukuran hipotesis berikut ini:
bank semakin rendah NPL. Berdasarkan hasil H6: Credit growth berdampak negatif
penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis terhadap Non-performing Loan.
berikut ini:
H4: Bank size berdampak negatif terhadap Bank yang memiliki tingkat likuiditas
Non-performing Loan. tinggi dan idle fund akan senantiasa
meningkatkan penyaluran kreditnya pada
Louzis et al. (2010) mengatakan kinerja masyarakat (perusahaan dan rumah tangga),
dapat menjadi alat ukur kualitas manajer yang terlepas dari apakah masyarakat tersebut
dapat dilihat dari hasil earning yang diperoleh. memiliki kemampuan ekonomi yang memadai
Berdasarkan earnings kinerja diukur melalui untuk mengembalikan pinjaman, dengan tujuan
ROA dan ROE yang menandakan semakin besar memaksimalisasi penggunaan dana yang dimiliki
70 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Ahmad dan Bashir, 2013). Peningkatan penurunan rasio NPL (Ferreira, 2008).
penyaluran kredit tersebut dilakukan secara soft Hubungannya dapat digambarkan dengan
budget constrain dimana bank memberikan pertumbuhan reserve ratio berarti semakin
persetujuan kredit dengan lebih mudah, sehingga besarnya dana yang disimpan oleh bank
menyetujui kredit untuk poor project. Festic dan dibanding dana yang disalurkan. Saat bank
Kavkler (2012) mengatakan bank yang memiliki jumlah simpanan dana yang besar, hal
memberikan pinjaman dengan soft budget tersebut menunjukkan bahwa bank menahan
constrain (soft credit) akan memiliki tingkat dananya dan hanya menyalurkannya ke dalam
NPL yang tinggi apabila debitur gagal memenuhi pemberian kredit yang memiliki kualitas baik,
kewajiban kreditnya. Berdasarkan penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut
diatas dapat dirumuskan hipotesis berikut ini: menghindari resiko akan adanya penyaluran
H7: Soft budget constrain berdampak positif kredit kepada debitur dengan kualitas buruk yang
terhadap Non-performing Loan. dapat mengakibatkan timbulnya NPL (Ahmad
dan Bashir, 2013).
Ahmad dan Bashir (2013) mengatakan H9: Reserve ratio berdampak negatif terhadap
ketatnya kompetisi membuat bank menawarkan Non-performing Loan.
bunga deposito yang bersaing untuk menarik
pendana dan menetapkan marginal cost untuk METODE
debitur. Bank yang menawarkan bunga deposito
Rancangan penelitian yang digunakan
yang tinggi akan memiliki jumlah deposito yang
dalam penelitian ini adalah uji hipotesis dengan
lebih banyak dan interest rate spread yang
tujuan untuk menjelaskan dampak dari cost
rendah, dimana bank yang menawarkan bunga
inefficiency, financial capital, loans to deposits
deposito yang rendah akan memiliki jumlah
ratio, bank size, good performance of
deposito yang sedikit dan interest rate spread
management, credit growth, soft budget
yang tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
constrain, deposit rate, dan reserve ratio
konsentrasi terhadap pasar secara signifikan
terhadap non-performing loan. Data dalam
berhubungan positif dengan interest rate spread.
penelitian ini merupakan data sekunder yang
Bank dengan permodalan yang rendah dan resiko
diambil dari laporan keuangan tahunan bank
yang tinggi menambah nasabahnya dengan cara
umum swasta nasional devisa dan non devisa
menawarkan suku bunga deposito yang tinggi
yang ada di Indonesia. Metode analisis dalam
yang dapat bersaing dan memiliki interest rate
penelitian ini menggunakan analisis regresi.
spread rendah (Berger et al., 2004). Uhde dan
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
Heimeshoff (2009) berargumen bahwa kenaikan
berikut:
suku bunga deposito dalam jangka pendek dapat
1. Variabel Dependen
menyebabkan kenaikan cost of fund bank
Non-performing Loan adalah rasio seberapa
sehingga terjadi kenaikan bunga pinjaman.
besar tingkat kredit bermasalah yang dimiliki
Pertumbuhan pada suku bunga pinjaman
bank, dengan rumus:
berhubungan positif dengan kemungkinan kredit
macet, sehingga menyebabkan peningkatan NPL
(Khemraj dan Pasha, 2009). Berdasarkan
penelitian diatas dapat dirumuskan hipotesis
berikut ini:
(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)
H8: Deposit rates berdampak positif terhadap
Non-performing Loan.
2. Variabel Independen
a. Cost Inefficiency adalah rasio untuk
Reserve ratio dapat digunakan sebagai
mengukur tingkat efisiensi biaya yang
pengukuran cadangan wajib minimum bank.
dikelola bank, dengan rumus:
Pertumbuhan reserve ratio dapat memprediksi
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 71

(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)


(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)
g. Soft Budget Constrain adalah keadaan di saat
b. Financial Capital adalah ukuran jumlah bank memberikan kelonggaran kredit dalam
modal yang dimiliki oleh bank terhadap aset persetujuan kreditnya yang diukur dengan
yang dimilikinya, dengan rumus: rumus:

(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)


(Sumber: Berger dan DeYoung, 1997)
h. Deposit Rates adalah tingkat suku bunga
c. Loan to Asset Ratio adalah rasio untuk deposit yang diberikan oleh bank dapat
mengukur seberapa besar kredit yang dilihat dari beban bunga dan total
diberikan oleh bank didanai dari asetnya, pendapatan bank, diukur dengan rumus:
dengan rumus:

(Sumber: Khemraj dan Pasha, 2009) (Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)

d. Bank Size adalah ukuran besar/kecilnya suatu i. Reserve Ratio adalah kewajiban bagi setiap
bank yang dilihat dari jumlah kredit yang bank umum untuk menyimpan dananya
diberikan, dengan rumus: dalam bentuk giro di Bank Indonesia, diukur
dengan rumus:

(Sumber: Ahmad dan Bashir, 2013)

e. Good Performance adalah ukuran kinerja


manajer bank untuk dapat mendapatkan laba
yang dapat dilihat dari aset dan ekuitas yang
dimiliki menggunakan rasio return on asset Metode Analisis Data
dan return on equity, dengan rumus: Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Model Regresi Sederhana
Metoda dalam penelitian sebelumnya yang
dipakai untuk melihat hubungan antara NPL
dengan bank spesifik variabel adalah
regression analysis (Ahmad dan Bashir,
(Sumber: Taswan, 2010) 2013). Berdasarkan hal tersebut, penelitian
ini juga menggunakan regression analysis
f. Credit Growth adalah ukuran pertumbuhan sederhana untuk melihat hubungan antara
kredit yang diberikan oleh bank dari tahun Non-performing Loan dengan bank spesifik
sebelumnya, dengan rumus:
72 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

variabel yang telah dipilih. Model analisa 0,001. Oleh karena sig. F=0.001 < 0.05 dan
regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: F hitung > F tabel, maka Ho ditolak yang
NPLit = 0 + 1 IEit + 2 CAPit + 3 LARit + 4 dapat disimpulkan bahwa BOPO, Capital,
MPhit + 5 ROAit + 6 ROEit + 7 CGhit + Loan To Asset, Market Power, Return On
8 TLIit + 9 DRit + 10 RRit + it Asset, Return On Equity, Credit Growth,
Total Liabilities To Income, Deposits Rate
Dimana: dan GWM Rupiah secara bersama-sama
NPL: Non-performing Loan pada periode t untuk memiliki pengaruh terhadap NPL.
unit i.
IE: inefficiency ratio pada periode t untuk unit i. 3. Uji Individu (t-test)
CAP: capital pada periode t untuk unit i. Untuk menguji hipotesa dilakukan pengujian
LAR: loans to asset ratio pada periode t untuk secara parsial untuk melihat signifikansi dari
unit i. pengaruh masing-masing variabel
MP: market power pada periode t untuk unit i independen terhadap variabel dependen
dalam persen h. dengan mengasumsikan variabel lain adalah
ROA: return on assets pada periode t untuk unit konstan. Dalam penelitian ini, hipotesa yang
i. tidak memiliki arah dilihat p-value
ROE: return on equity pada periode t untuk unit sedangkan yang memiliki arah dilihat p-
i. value/2.
CG: credit growth pada periode t untuk unit i
dalam persen h. HASIL DAN PEMBAHASAN
TLI: total liability to income pada periode t
untuk unit i. Deskripsi data merupakan gambaran
DR: deposits ratio pada periode t untuk unit i. singkat dari data-data perusahaan yang
RR: reserve ratio pada periode t untuk unit i. digunakan sebagai objek penelitian dalam
t: periode waktu penelitian (2007-2012). penelitian ini. Objek penelitian dalam penelitian
i: unit penelitian (bank umum). ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)
Devisa dan Non Devisa yang terdapat di
0 : intercept.
Indonesia dari tahun 2009-2012. Jumlah sampel
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 : koefisien
awal yang digunakan adalah 64 bank, namun
penelitian.
sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian
ini adalah 31 bank. Hal tersebut dikarenakan
2. Uji Serentak (Uji F)
bank yang memberikan pelayanan syariah
Uji F (ANOVA) digunakan untuk menguji
dikeluarkan dalam penelitian karena adanya
apakah secara bersama-sama seluruh
perbedaan penghitungan rasio kredit macet bank
variabel independen mempunyai pengaruh
umum dengan bank syariah, adanya bank yang
yang signifikan terhadap variabel dependen.
melakukan merger pada tahun 2009-2012 juga
Pengambilan keputusan dilakukan dengan
dikeluarkan karena timpangnya perubahan
melihat tingkat signifikan, dimana
jumlah aset sebelum dan sesudah merger yang
signifikan dari F < 0.05 maka secara
dapat menyebabkan data menjadi bias, selain itu
bersama-sama variabel independen
juga karena adanya data ekstrim dari beberapa
mempengaruhi variabel dependen. Jika sig.
bank sehingga mengharuskan penulis untuk
dari F < 0.05, maka Ho ditolak sedangkan
mengeliminasi bank tersebut demi kelancaran
sig. dari F > 0.05, maka Ho diterima.
pengolahan data. Jumlah data dalam penelitian
Berdasarkan hasil analisis regresi uji F yang
ini adalah 124 data. Lebih jelasnya dapat terlihat
disajikan pada lampiran 2, dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.
bahwa dengan uji ANOVA atau F test
didapat F hitung sebesar 3.433 (F tabel
sebesar 1.91) dengan tingkat signifikan
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 73

Tabel 1. Jumlah Sampel nilai terendah untuk setiap variabel, sedangkan


Jumlah nilai maksimum merupakan nilai tertinggi untuk
Jenis Bank
Bank setiap variabel dalam penelitian. Nliai mean
BUSN Devisa dan Non Devisa 64 merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel
BUSN Devisa dan Non Devisa yang
memberikan pelayanan syariah
(15) yang diteliti. Standar deviasi merupakan sebaran
BUSN Devisa dan Non Devisa yang merger (9) data yang digunakan dalam penelitian yang
BUSN Devisa dan Non Devisa yang memiliki mencerminkan data tersebut heterogen atau
(9)
data ekstrim
Total akhir BUSN Devisa dan Non Devisa homogen yang sifatnya fluktuatif. Berikut ini
31
yang masuk dalam sampel merupakan statistik deskriptif dari variabel-
variabel yang digunakan:
Analisis statistik deskriptif menunjukkan
nilai minimum dan maksimum dari masing-
masing variabel. Nilai minimum merupakan

Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (%)


Variabel N Terendah Tertinggi Rata-Rata Std. Deviation
Non-performing Loan 124 0.050 6.000 1.622 1.279
Beban Operasional Pendapatan Operasional 124 67.340 116.490 87.819 7.871
Capital 124 6.017 48.665 15.207 7.911
Loan to Asset Ratio 124 34.736 86.711 61.701 11.455
Market Power 124 0.033 18.102 1.460 3.309
Return on Asset 124 -1.150 4.480 1.548 0.949
Return on Equity 124 -2.890 27.440 9.613 6.682
Credit Growth 124 -53.035 493.937 29.347 50.069
Total Liabilities to Income 124 238.041 1826.550 843.322 225.677
Deposits Rate 124 3.086 14.419 6.471 1.961
GWM Rupiah 124 5.000 21.460 8.144 2.345

1. Cost Inefficiency (BOPO) efisiensi bank itu dicapai dengan mengurangi


Hasil dari penelitian ini menunjukkan alokasi biaya untuk monitoring dan controlling
variabel BOPO tidak memiliki pengaruh kredit. Mengingat kegiatan utama bank adalah
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
penelitian ini berbeda dengan penelitian Berger dana dan menyalurkan dana masyarakat, maka
dan DeYoung (1997) dan Podpiera dan Weill biaya dan pendapatan operasional bank
(2007). Rasio BOPO menunjukkan didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
ketidakefisienan penggunaan biaya yg dilakukan bukan biaya pengawasan kredit. Selain itu,
oleh manajer. Semakin tinggi BOPO semakin tingginya tingkat BOPO, seperti yang dikutip
besar biaya yang dikeluarkan dibanding hasil dari antaranews.com, didominasi karena aturan
yang didapatkan. Sehingga dapat dikatakan Bank Indonesia agar perbankan tidak
manajer memiliki kinerja yang buruk dalam memusatkan kantornya di kota-kota besar saja,
pengolahan dananya. Namun hal tersebut tidak melainkan ke kota kecil. Biaya infrastruktur
terbukti dalam perbankan Indonesia. Karena cabang dan kualitas kesetaraan sumber daya
BOPO mengukur keefisienan bank dalam manusia memerlukan biaya yang besar yang
beroperasi namun tidak menjadi acuan bahwa dapat meningkatkan BOPO di Indonesia.
74 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

Tabel 3. Uji Regresi Secara Individual (Uji t)


Variabel Independent Koefisien (Beta) Sig. Kesimpulan
Beban Operasional Pendapatan Operasional 0.045 0.783 H1 ditolak
Capital -0.106 0.2145 H2 ditolak
Loan to Asset Ratio -0.59 0.2575 H3 ditolak
Market Power 0.276 0.0015 H4 diterima
Return on Asset 0.116 0.282 H5 ditolak
Return on Equity -0.105 0.2715 H5 ditolak
Credit Growth -0.046 0.321 H6 ditolak
Total Liabilities to Income -0.353 0.0115 H7 diterima
Deposits Rate 0.078 0.2535 H8 ditolak
GWM Rupiah -0.130 0.0665 H9 ditolak

2. Financial Capital dimiliki oleh bank. LAR tidak signifikan


Hasil dari penelitian ini menunjukkan terhadap NPL sesuai dengan penelitian
variabel capital tidak memiliki pengaruh Shingjergji (2013), bahwa dana menganggur
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil yang dimiliki oleh bank tidak membuat bank
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian menjadi ceroboh dalam menyalurkan kreditnya
sebelumnya dari Berger dan DeYoung (1997). karena pemberian kredit melalui aset yang
Capital yang dimaksud adalah pengukuran dimiliki bank menandakan likuiditas bank
seberapa besar modal yang dipunya oleh bank. tersebut rendah, sehingga bank tidak mau
Semakin besar modal yang dimiliki bank mengambil resiko dengan menyalurkannya
semakin besar pula peluang bank untuk kepada low quality borrowers.
mengelola dana tersebut untuk menghasilkan
laba. Di Indonesia, tidak terbukti bahwa semakin 4. Bank Size (Market Power)
rendah permodalan yang dimiliki suatu bank Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel
akan meningkatkan NPL-nya. Karena, modal market power memiliki pengaruh signifikan
diperlukan oleh bank sebagai cadangan untuk terhadap NPL namun berpengaruh positif (tabel
menutupi kerugian saat timbul kredit macet. 3). Seperti yang diteliti oleh Clair (1992), bahwa
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor semakin besar bank tersebut semakin tinggi
15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan tingkat NPL-nya. Mishkin (2006) dalam review
Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum penelitian oleh Stern dan Feldman, menjelaskan
Konvensional menetapkan rasio kecukupan jika suatu bank memiliki banyak nasabah atau
modal bank sebesar 8% dan bila kurang dari berperan besar dalam sistem keuangan negara,
angka tersebut akan dimasukkan ke dalam seperti berperan dalam memproses pembayaran
kategori Bank Dalam Pengawasan Khusus negara atau transaksi sekuritas, maka kegagalan
(BDPK). Resiko bank masuk dalam kategori bank tersebut dapat mengancam solvency
BDPK adalah kegagalan/likuidasi. Maka dari itu, institusi keuangan lainnya yang kegiatan
bank tidak dapat menyalurkan kredit bila bank operasionalnya bergantung pada bank dan
tersebut memiliki permodalan rendah. nasabah bank tersebut. Bila hal tersebut terjadi
dapat berdampak sistemik dan menyebabkan
3. Loan to Asset Ratio efek domino dimana institusi-institusi lain yang
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sama-sama saling bergantungan akan ikut gagal
variabel loan to asset ratio (LAR) tidak memiliki dan dapat memicu resesi ekonomi di dalam
pengaruh signifikan terhadap NPL (tabel 3). negara. Untuk mencegah hal tersebut terjadi
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Stern dan Feldman menemukan adanya ”TBTF
penelitian Klein (2013) serta Khemraj dan Pasha Policy”(”Too-big-to-fail Policy”) yang
(2009). LAR digunakan untuk menunjukkan dimaksudkan untuk melindungi/menjamin para
kemampuan bank dalam memenuhi permintaan deposan dengan jumlah deposito tertentu di
kredit dengan menggunakan total asset yang bank-bank besar dari kerugian bila terjadi
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 75

kegagalan bank. Penjaminan ini menyebabkan dengan kebijakan lebih longgar sehingga
deposan kurang mengawasi kegiatan bank karena menyetujui kredit untuk poor project. Karena
merasa uangnya telah aman terlindung. Dari sisi seperti yang dikutip oleh kontan.co.id, perbankan
bank, dikarenakan mereka tahu bahwa di Indonesia sedang mengalami perbaikan
pemerintah akan memberi bail out apabila terjadi efisiensi operasional guna mendukung
kegagalan dan kurangnya pengawasan dari pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, bank
nasabahnya, akan bertindak kurang bertanggung meningkatkan profitabilitasnya dengan
jawab dan memilih meningkatkan loan portfolio menggencarkan pemberian kredit, terlihat dari
dalam risky project sehingga terjadi peningkatan rata-rata penyaluran kredit perbankan yang kian
NPL. Di Indonesia terdapat ”TBTF Policy” meningkat dari 2009-2012 berdasarkan Buku
dalam bentuk asuransi simpanan yang dikelola Datin Kinerja Pembangunan 2004-2012 yang
oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS diterbitkan oleh bappenas.go.id. Namun tidak
berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah serta merta kepada kredit berkualitas buruk.
penyimpan serta turut aktif dalam memelihara Kredit yang digencarkan oleh bank adalah untuk
stabilitas sistem perbankan sesuai dengan investasi ke sektor perdagangan, hotel, dan
kewenangannnya. Sejak diberdirikannya LPS, restoran dimana sektor tersebut selalu mengalami
setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di peningkatan.
wilayah Negara Republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan. Namun ada kriteria- 5. Credit Growth
kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar suatu Hasil dari penelitian ini menunjukkan
simpanan dapat dijamin, yaitu maksimal saldo Rp variabel credit growth tidak memiliki pengaruh
2 Milyar, tercatat dalam pembukuan bank, signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil
tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat penelitian ini berbeda dengan Ahmad dan Bashir
bunga penjaminan, dan tidak melakukan (2013). Menurut data Suku Bunga Dasar Kredit
tindakan yang merugikan bank. Dengan adanya yang dimiliki oleh Bank Indonesia, pertumbuhan
LPS, deposito nasabah lebih terjamin penyaluran kredit di Indonesia rata-rata
pembayarannya, sehingga membuat bank-bank mengalami peningkatan dikarenakan penurunan
kurang bertanggung jawab dalam melakukan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang
perputaran dananya. Selain itu, keyakinan bank- menyebabkan suku bunga kredit pun menurun.
bank besar untuk mendapat suntikan dana karena Sehingga masyarakat lebih tergiur untuk
apabila bank mereka gagal akan berdampak meminjam dana kepada bank. Namun hal
sistemik membuat bank kurang berhati-hati tersebut tidak menjadi tolak ukur tingkat NPL di
dalam menyalurkan dananya untuk kredit dan Indonesia. Karena rendahnya tingkat suku bunga
menyalurkannya ke debitur dengan kualitas dapat menaikkan kemungkinan bahwa debitur
buruk, sehingga NPL di Indonesia meningkat. dapat mengembalikan kewajibannya, selain itu
penggencaran efisiensi operasional perbankan
4. Good Performance (ROA dan ROE) serta ketatnya pengawasan oleh LPS dan Bank
Hasil dari penelitian ini menunjukkan Indonesia, terlihat dari banyaknya bank yang
variabel ROA dan ROE tidak memiliki pengaruh telah dilikuidasi oleh LPS (41 bank), mencegah
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil bank untuk menyetujui kredit berkualitas buruk.
penelitian ini berbeda dengan Rajan (1994) yang
menemukan bahwa ROA dan ROE berdampak 6. Soft Budget Constrain (Total Liabilities to
signifikan terhadap NPL. ROA dan ROE dapat Income)
menjadi tolak ukur kinerja manajer dalam Hasil dari penelitian ini menunjukkan
meningkatkan profitabilitas. Di Indonesia tidak variabel total liabilities to income memiliki
terbukti bahwa untuk meningkatkan pengaruh signifikan terhadap NPL namun
profitabilitasnya, bank menyalurkan kredit berpengaruh negatif (tabel 3). Pengaruh negatif
76 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

tersebut dijelaskan oleh Ahmad dan Bashir Turunnya BI Rate dapat berdampak kepada suku
(2013) dikarenakan bank dalam rangka bunga penjaminan (yang ditetapkan oleh
meningkatkan penggunaan depositonya Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian
menurunkan bunga pinjaman yang mana berpengaruh kepada penurunan suku bunga dana
kemudian menarik high quality borrower untuk pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito.
meminjam dan menginvestasikan dananya ke Setelah itu berdampak pada penurunan suku
dalam proyek-proyek menguntungkan sehingga bunga kredit. Namun, seperti yang dikatakan
meningkatkan aktivitas ekonomi, aliran oleh Sigit Harmono selaku Dirut BNI kepada
pendanaan, peningkatan laba dan stabilitas antaranews.com bahwa suku bunga kredit yang
ekonomi. Maka dari itu, pengembalian kredit pun turun dapat membuat resiko NPL lebih baik,
dapat terlaksana tepat waktu sehinggan namun penurunan NPL dipengaruhi oleh
menurunkan tingkat NPL. Hal tersebut juga penanganan risiko kredit, dan bukan hanya
terjadi di Indonesia dimana soft budget constrain dengan penurunan suku bunga saja. Penanganan
terjadi dalam bentuk pemberian soft credit NPL antara lain dengan restrukturisasi atau
dengan menurunkan suku bunga kredit di perhitungan kembali kredit dengan kemampuan
Indonesia. Terlihat dari data Bank Indonesia nasabah untuk membayarnya. Sehingga tidak
yang menunjukkan SBDK (Suku Bunga Dasar terdapat signifikansi antara deposit rates dengan
Kredit) pada Januari 2012 tercatat sebesar NPL.
10,12% untuk korporasi, 11,52% untuk ritel,
10,62% untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), 8. Reserve Ratio (GWM Rupiah)
dan 11,22% untuk segmen non KPR. Sementara Hasil dari penelitian ini menunjukkan
itu, dari Desember 2011 ke Januari 2012 suku variabel GWM Rupiah tidak memiliki pengaruh
bunga kredit modal kerja (KMK) turun 7 bps signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil
menjadi 12,09%, suku bunga kredit investasi penelitian ini tidak sesuai dengan Ferreira
(KI) turun 31 bps menjadi 11,73%, sedangkan (2008). Hal tersebut dapat terjadi karena GWM
suku bunga kredit konsumsi (KK) tetap di level adalah pencadangan yang dimiliki bank untuk
14,19%. Penurunan suku bunga kredit sejalan menutup kemungkinan terjadinya kerugian
dengan perbaikan efisiensi operasional dalam aktivitas perbankan. Sehingga likuiditas
perbankan serta efisiensi penyaluran dana bank terjaga. Di Indonesia terdapat kewajiban
perbankan. Selain itu, dikarenakan rentan minimum untuk menjaga tingkat GWM tersebut.
penglikuidasian bank di Indonesia (terlihat dari Seperti yang dikeluarkan oleh Peraturan Bank
41 bank yang telah dilikuidasi maupun dalam Indonesia Nomor: 15/15/PBI/2013 Tentang Giro
proses likuidasi oleh LPS) membuat bank tidak Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah
serta-merta memberikan kredit pada low quality Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum
borrowers sehingga tingkat NPL malah Konvensional bahwa rasio wajib GWM utama
menurun. bank sekarang adalah 8%, yang mana meningkat
dari aturan sebelumnya yang hanya sebesar 5%.
7. Deposit Rates Maka tingginya GWM di Indonesia tidak dapat
Hasil dari penelitian ini menunjukkan menentukan bahwa hal tersebut berpengaruh
variabel deposit rates tidak memiliki pengaruh terhadap NPL, karena besarnya GWM telah
signifikan terhadap NPL (tabel 3). Hasil ditentukan oleh Bank Indonesia yang harus
penelitian ini berbeda dengan penelitian Uhde ditaati oleh setiap perbankan di Indonesia untuk
dan Heimeshoff (2009). Seperti yang dikutip menjaga likuiditasnya. Selain itu, tingkat reserve
antaranews.com, bunga deposito bank ratio yang minim dapat menandakan kinerja
bergantung pada BI Rate. Laju BI Rate di bank memburuk sehingga bank tidak dapat
Indonesia, berdasarkan Indonesia Economic mencari dana yang cukup untuk dicadangkan.
Review and Outlook No. 1/Tahun I/Desember
2012, mengalami penurunan dari 2009-2012.
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 77

SIMPULAN Implikasi Manajerial


Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh signifikan antara Non-performing Loan
pengaruh cost inefficiency, financial capital,
yang diukur dengan bank size dan soft budget
loans to assets ratio, bank size, good
constrain. Adapun implikasi majerial dalam
performance, credit growth, soft budget
penelitian ini adalah sebagai berikut:
constrain, deposit rate, dan reserve ratio
1. Bagi Manajer
terhadap Non-performing loan. Penelitian ini
Untuk mengurangi tingkat NPL, manajer
menggunakan 31 bank di Indonesia yang
bank harus memperhatikan sebaran kredit
termasuk dalam kategori bank umum swasta
yang diberikan dengan mendiversifikasi
nasional devisa dan non devisa selama periode
penempatan kredit ke berbagai sektor dengan
penelitian 2009 – 2012. Berdasarkan uraian pada
begitu akan mengurangi resiko tidak
analisis dan pembahasan sebelumnya, maka
terbayarnya kredit oleh debitur di saat
dapat disimpulkan sebagai berikut:
terdapat sektor yang mengalami kegagalan,
1. Cost inefficiency (BOPO) tidak memiliki
selain itu manajer juga harus memberikan
pengaruh signifikan terhadap NPL.
persetujuan kredit dengan lebih longgar
2. Capital tidak memiliki pengaruh signifikan
seperti rendahnya suku bunga pinjaman dan
terhadap NPL.
kemudahan persyaratan kredit sehingga
3. Loan to asset ratio (LAR) tidak memiliki
kredit yang disalurkan semakin banyak yang
pengaruh signifikan terhadap NPL.
mana tidak hanya menambah profit bank
4. Bank size (market power) memiliki pengaruh
namun juga mengurangi resiko tidak
positif yang signifikan terhadap NPL.
terbayarkannya kredit oleh debitur.
5. Good performan melalui ROA tidak
2. Bagi Investor
memiliki pengaruh signifikan terhadap NPL
Untuk meminimalisasi penanaman investasi
dan melalui ROE tidak memiliki pengaruh
di bank yang memiliki kemungkinan
signifikan terhadap NPL.
terlikuidasi (tingkat NPL yang tinggi), maka
6. Credit growth tidak memiliki pengaruh
investor sebaiknya menanamkan dananya
signifikan terhadap NPL.
pada bank yang memiliki ukuran besar dan
7. Soft budget constrain (total liabilities to
memberikan kelonggaran persetujuan kredit
income) memiliki pengaruh negatif yang
dengan begitu resiko tidak terbayarnya kredit
signifikan terhadap NPL.
semakin kecil dan menambah laba bank yang
8. Deposit rates tidak memiliki pengaruh
mana dapat meningkatkan harga saham bank
signifikan terhadap NPL.
tersebut dan memberi keuntungan bagi
9. Reserve ratio (GWM Rupiah) tidak memiliki
investor.
pengaruh yang signifikan terhadap NPL.
78 MARGARETHA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

DAFTAR ACUAN

Ahmad, F. and Bashir, T. (2013). Explanatory Lead to Higher Loan Losses?, Federal
Power of Bank Specific Variables as Reserve Bank of Kansas City: Economic
Determinants of Non-performing Loans: Review, Q2: 57-75.
Evidence from Pakistan Banking Sector, Khemraj, T. and Pasha, S. (2009). The
World Applied Sciences Journal, 22(9): Determinants of Non-Performing Loans:
1220-1231. An Econometric Case Study of Guyana.
Berger, A. N. and DeYoung, R. (1997). Problem Paper presented to the Caribbean Centre
Loans and Cost Efficiency in Commercial for Banking and Finance Bi-annual
Banks, Journal of Banking and Finance, Conference on Banking and Finance, St.
21: 849-870. Augustine, Trinidad.
Berger, A. N.; Demirguc-Kunt, A.; Levine, R. Klein, N. (2013). Non-Performing Loans in
and Haubrich, J. G. (2004). Bank CESEE: Determinants and Impact on
Concentration and Competition: An Macroeconomic Performance,
Evolution in The Making, Journal of International Monetary Fund Working
Money, Credit and Banking, 36(3): 433- Paper, 13/72.
451. Kornai, J. (1986). The Soft Budget Constraint,
Clair, Robert T. (1992). Loan Growth and Loan Kyklos, 39(1): 3-30.
Quality: Some Preliminary Evidence from Kornai, J.; Maskin, E. and Roland, G. (2003).
Texas Banks, Federal Reserve Bank of Understanding The Soft Budget
Dallas Economic Review, QIII: 9-22. Constraint, Journal of Economic
Davis, E. Philip and Karim, D. (2008). Literature, 41(4): 1095-1136.
Comparing Early Warning Systems for Louzis, Dimitrios P.; Vouldis, Angelos T. and
Banking Crises, Journal of Financial Metaxas, Vasilios L. (2010).
Stability, 4(2): 89-120. Macroeconomic and Bank-specific
Determinants of Non-performing Loans in
ECB (2010) Beyond ROE: How to Measure Greece: A Comparative Study of
Bank Performance, Germany: European Mortgage, Business and Consumer Loan
Central Bank. Portfolios, Bank of Greece Working
Festic, Mejra and Kavkler, A. (2012). The Roots Paper, 10/118.
of The Banking Crisis in The New EU Macroeconomic Dashboard UGM (2012)
Member States: A Panel Regression Indonesian Economic Review and
Approach, Romanian Journal of Economic Outlook, Yogyakarta: Universitas Gajah
Forecasting, 1: 20-40. Mada.
Ferreira, C. (2008). The Banking Sector, Marcucci, J. and Quagliariello, M. (2008). Is
Economic Growth, and EU Integration, Bank Portfolio Riskiness Procyclical?:
Journal of Economic Studies, 35(6): 512- Evidence From Italy Using a Vector
527. Autoregression, Journal of International
Fiordelisi, F.; Marques, D. and Molyneux, P. Financial Markets, Institutions and
(2009). Efficiency and Risk Taking in Money, 18(1): 46-63.
European Banking, Bangor Business Mishkin, Frederic S. (2006). How Big a Problem
School Working Paper, 09/004. is Too Big to Fail? A Review of Gary
Hu, Jin-Li; Li, Yang and Chiu, Yung-ho (2004). Stern and Ron Feldman’s Too Big to Fail:
Ownership and Non-performing Loans: The Hazards of Bank Bailouts, Journal of
Evidence from Taiwan’s Banks, The Economic Literature, 44(4): 988-1004.
Developing Economies, 42(3): 405-420. Podpiera, J. and Weill, L. (2007). Bad Luck or
Keeton, W. R. (1999). Does Faster Loan Growth Bad Management? Emerging Banking
Vol. 3, No. 1, 2016 Faktor yang Mempengaruhi… 79

Market Experience, Czech National Bank


Working Papers, 07/5.
Rose, Peter S. and Hudgins, Sylvia C. (2013).
Bank Management and Financial Services,
Singapore: McGraw Hill.
Rajan, R. G. (1994). Why Bank Credit Policies
Fluctuate: A Theory and Some Evidence,
The Quarterly Journal of Economics,
109(2): 399-441.
Ranjan, R. and Dhal, S. C. (2003). Non-
Performing Loans and Terms of Credit of
Public Sector Banks in India: An
Empirical Assessment, Reserve Bank of
India Occasional Papers, 24(3): 81-121.
Rinaldy, E. (2009). Membaca Neraca Bank,
Jakarta: Indonesia Legal Center
Publishing.
Shingjergji, A. (2013). The Impact of Bank
Specific Variables on the Non Performing
Loans Ratio in the Albanian Banking
System, Research Journal of Finance and
Accounting, 4(7): 148-152.
80 MARGARETA dkk. KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

You might also like