You are on page 1of 12

Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019

Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019


On-line: 22 Juli 2019

Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa


untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

Maria Erna Kustyawati(1)*, Kukuh Setiawan(2), Donny Lesmana(3), Sri


Handayani(4)
(1) Jurusan Tenologi Hasil Pertanian Universitas Lampung
(2) Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung
(3) Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung
(4) Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian, Fak Pertanian Universitas Lampung

*email korespondensi: maria.erna@fp.unila.ac.id

Abstract. Fermented tapioca produced from the previous research has the characteristic better than
native tapioca. This research was to apply the fermented tapioca as an excipient in making
paracetamol tablet with the addition of carrier material hydroxypropyl methyl cellulose (HPMC) to
form a pragelatinized mix. The tablet making was using wet granulation process. The purpose of this
study was to determine the formulation of the mix and evaluate the physical properties of paracetamol
tablets. The concentration used in this study is P1 = Fermented Tapioca: HPMC (100%: 0%); P2 =
Fermented Tapioca: HPMC (97.5%: 2.5%); P3 = Fermented tapioca: HPMC (95%: 5%); P4 =
Fermented Tapioca: HPMC (92.5%: 7.5%) and P5 = Fermented Tapioca: HPMC (90%: 10%), then
the data from the observations are analyzed statistically using ANOVA and DMRT further tests. The
results showed that the P3 formulation, with 95% fermented starch concentration and 5% HPMC was
the best formulation because it produced the best physical properties of paracetamol tablets. This
study also shows that fermented tapioca can be used as an alternative filler for wet granulation tablet,.

Keywords: fermented tapioca, HPMC, tablets, wet granulation.

Abstrak. Tapioka terfermentasi hasil penelitian terdahulu memiliki karakteristik yang lebih baik dari
tapioka alami. Penelitian ini mengaplikasikan tapioka terfermentasi sebagai bahan eksipien tablet
paracetamol dengan penambahan bahan pengikat Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai
bahan pembawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi dan menguji sifat fisik
tablet paracetamol dari efektivitas tapioka terfermentasi dan Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC)
sebagai bahan eksipien dengan metode granulasi basah yang terbaik. Konsentrasi yang digunakan
pada penelitian ini yaitu P1 = Tapioka Terfermentasi : HPMC (100% : 0%); P2 = Tapioka
Terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%); P3 = Tapioka Terfermentasi : HPMC (95% : 5%); P4 = Tapioka
Terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%) dan P5 = Tapioka Terfermentasi : HPMC (90% : 10%),
selanjutnya data hasil pengamatan dianalisis statistik menggunakan ANOVA dan uji lanjut DMRT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi P3, dengan konsentrasi pati terfermentasi 95% dan
HPMC 5% merupakan formulasi terbaik karena menghasilkan sifat fisik tablet parasetamol yang
paling baik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tapioka terfermentasi dengan formulasi
penambahan HPMC dapat digunakan sebagai alternatif pengisi tablet granulasi basah.

Kata kunci : tapioka terfermentasi, HPMC, tablet, granulasi basah

1. Pendahuluan potensial untuk dikembangkan dan


digunakan dalam industri farmasi.
Tapioka sudah sejak lama Diketahui Lampung merupakan daerah
diproduksi di berbagai daerah di penghasil singkong terbesar ke lima di
Indonesia, namun produksi dengan Indonesia, teknologi produksi tapioka
kualitas “pharmaceutical grade” masih yang dikembangkan petani belum dapat
sangat sedikit. Tapioka lebih banyak memenuhi kebutuhan dan persyaratan
diaplikasikan dalam industri pengolahan di industri farmasi [1]. Pada industri
pangan sehingga pemanfaatannya farmasi, khususnya dalam pembuatan
dalam bidang farmasi terabaikan. Pati tablet pati yang digunakan ada dua
termasuk tapioka sebagai sumber hayati macam yaitu pati alami dan pati

109
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

termodifikasi [2], pati dalam bentuk mempermudah distribusi bahan


alami (native starch)adalah pati yang pengikat tersebut ke dalam masa tablet
dihasilkan dari sumber umbi-umbian [4]. Tapioka fermentasi diharapkan
dan belum mengalami perubahan sifat mempunyai aliran fluida yang baik, dan
fisik dan kimia atau diolah secara kimia- kompresibilitas yang baik agar dapat
fisika. Pati ini banyak digunakan di digunakan sebagai eksipien tablet
industri makanan dan farmasi sebagai kempa langsung. Teknologi modifikasi
eksipien yaitu bahan pengisi (filler) dan tapioka untuk tablet yang telah ada yaitu
pengikat (binder) dalam pembuatan bentuk pati pregelatinisasi. Pada
tablet, pil dan kapsul. Pati mempunyai umumnya modifikasi pati menjadi pati
dua keterbatasan besar dalam pregelatinisasi dapat dilakukan dengan
membentuk tablet yang baik, yaitu tidak cara pemanasan suspensi pati dalam
mempunyai daya alir dan air.
kompaktibilitas, oleh karena itu pati jenis Tujuan penelitian ini adalah untuk
ini belum banyak dipakai dalam formula mengetahui formulasi dan menguji sifat
tablet [3]. fisik tablet paracetamol dari efektivitas
Tapioka (pati singkong) agar dapat tapioka terfermentasi dan
diolah menjadi bahan pembantu Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC)
formulasi granulasi basah, salah satu sebagai bahan eksipien dengan metode
teknologi yang dapat dilakukan adalah granulasi basah yang terbaik.
modifikasi pati menjadi tapioka
terfermentasi dengan menggunakan 2. Metode Penelitian
Saccharo fermentasi [4]. Produk tapioka
saccharo fermentasi ini mempunyai Penelitian menggunakan ANOVA
kelebihan dibanding tapioka alami yaitu dan uji lanjut DMRT, dengan faktor I
kadar amilosa rendah (24,83 %), dan konsentrasi tapioka terfermentasi dan
tinggi amilopektin (52,543%), lebih faktor II, konsentrasi Hydroxypropyl
mudah larut air sehingga Methyl Cellulose (HPMC) dengan lima
memungkinkan penambahannya dalam formulasi seperti disajika pada Tabel 1.
bentuk kering sebagai pengikat tablet, Pembuatan tablet disajikan pada
dan mempunyai viskositas yang lebih Gambar 1.
rendah yang memungkinkan

Tabel 1. Formulasi Tablet Paracetamol dengan Pengisi Tapioka Terfermentasi Saccharomyces


cerevisia
Bahan Fungsi P1 (g) P2 (g) P3 (g) P4 (g) P5 (g)

Paracetamol Bahan Obat 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5


Tapioka Pembawa
Tapioka terfermentasi 26 25,35 24,7 24,05 23,4
Cetak
Pregelatinisasi 1.95 2,6
HPMC Langsung 0 0,65 1,3
Cabosil Glidant 0,066 0,066 0,066 0,066 0,066
Mg Stearat Lubrikan 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
P1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)

110
Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019
Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019
On-line: 22 Juli 2019

Pembuatan pregelatinisasi tapioka


Persiapan Inokulum S. terfermentasi
cerevisiae
Pembuatan pati pregelatinisasi
mengikuti prosedur yang dilakukan oleh
Pembuatan Pati Basah Ubi [6] dengan beberapa modifikasi sesuai
kayu dengan penelitian, sebagai berikut.
Pregelatinisasi tapioka terfermentasi
adalah campiran antara larutan HPMC
Fermentasi Pati Basah
dan larutan tapioka terfermentasi.
Konsentrasi HPMC 2,5; 5, 7,5; dan 10
gram masing-masing ditambahkan
Penepungan dengan 100 mL aquades,
Pati dihomogenkan menggunakan mixer dan
didiamkan hingga mengembang
sempurna. Sebanyak 42 gram tapioka
Pembuatan Pati terfermentasi disiapkan dan dilarutkan
Pregelatinisasi
dengan air yang telah dipanaskan
sebanyak 100 mL. Larutan HPMC dan
larutan tapioka terfermentasi kemudian
Pembuatan Tablet dicampurkan ke dalam satu wadah dan
Paracetamol dihomogenkan menggunakan mixer.
Hasil campuran kedua larutan tersebut
Gambar 1. Pembuatan Tablet Paracetamol dipindahkan ke dalam wadah dan
menggunakan bahan eksipien
tapioka terfermentasi dikeringkan di oven dengan suhu tidak
lebih dari 45°C hingga membentuk
Pembuatan Tapioka Terfermentasi massa basah. Massa basah diayak
dengan ayakan mesh 20, 30, 40 50, dan
Pembuatan tapioka terfermentasi 60, kemudian dikeringkan kembali
mengikuti prosedur yang dilakukan oleh hingga kadar air menjadi 5%.
[5] sebagai berikut. Fermentasi tapioka
basah dilakukan dengan metode kultur Pembuatan tablet paracetamol
terendam dan penambahan inokulum
S.cerevisae 10% dalam larutan gula. Pembuatan tablet paracetamol
Fermentasi pada suhu ruang (28±2oC) mengikuti metode yang dilakukan oleh
selama 24 jam dalam wadah tertutup [7] dengan modifikasi yang disesuaikan
secara mikroaerofilik Selanjutnya dengan penelitian, sebagai berikut.
endapan tapioka terfermentasi Penyiapan fase dalam dan fase luar
dikeringkan kedalam oven blower pada dilakukan lebih dahulu. Pembuatan fase
suhu 60˚C selama 24 jam. Tapioka dalam dilakukan dengan menimbang
terfermentasi kering dihaluskan dan 6,5 g paracetamol dan 26 g pati
dilakukan pengayakan 80 mesh pregelatinisasi, dicampurkan dan diaduk
sehingga didapatkan tepung tapioka hingga homogen. Selanjutnya pada
terfermentasi. Tapioka terfermentasi campuran yang telah homogeny
selanjutnya digunakan sebagai bahan ditambahkan air 5-10 ml hingga dapat
eksipien dalam formulasi tablet. dikepal. Bahan campuran yang telah
dikepalkan diayak dengan ayakan 10
mesh, sehingga terbentuk granula

111
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

basah. Selanjutnya granula basah Keterangan: α = sudut diam; h = tinggi


dipanaskan dalam oven dengan suhu kerucut (cm); r = jari-jari kerucut (cm)
40oC selama ± 1 jam. Granula yang
telah kering dilakukan pengayakan Kecepatan alir granul yang baik jika
dengan ukuran 16 mesh. Pembuatan lebih kecil dari 10 g/dt, dengan sudut
fase luar diawali dengan menimbang diam antara < 25o – 40o .
Mg-stearat sebanyak 0,33 g dan Cabosil
sebanyak 0,066 g. Kedua bahan b. Kompresibilitas
dicampur dan dilakukan pengadukan
hingga homogen. Tahap berikutnya Uji kompresibilitas dilakukan
adalah pembuatan tablet paracetamol dengan alat Jouling Volumeter [8]
yaitu dengan mencampurkan fase dengan cara menimbang serbuk granul
dalam dan fase luar. Bahan yang 29,5 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur
dicampur dihomogenkan dan disebut dari alat Jouling Volumeter Volume awal
sebagai serbuk granul yang selanjutnya dihitung, dengan diketuk hingga 100
dicetak menjadi tablet menggunakan ketukan. Volumenya dicatat sampai
alat cetak tablet “Hand Hold Press”. volume konstan (tidak bergerak lagi).
Perhitungan mengikuti rumus sebagai
Pengamatan berikut:

Pengamatan meliputi evaluasi tablet Kp = ((Vo - Vn) × 100%) / Vo (2)


dan dilanjutkan dengan analisa data
yaitu sebagai berikut: Dimana: Kp = persen pemampatan /
kompresibilitas; Vo = volume awal; Vn =
Evaluasi serbuk volume pada jumlah tiap ketukan

Evaluasi serbuk dilakukan sebelum Serbuk granul yangmemenuhi


pembuatan tablet, meliputi: syarat adalah jika % pemampatan
kurang dari 20%, keteraturan fabrikasi
a. Uji Waktu Alir dan Sudut Diam akan tercapai.

Uji ini dilakukan untuk mengukur c. Kadar lembab


kecepatan alir serbuk melalui corong,
sebanyak 25 gram serbuk granul Kadar lembab mengikuti prosedur
dimasukkan ke dalam corong alat uji [8] DepKes RI. Pengitungan Kadar
waktu alir yang bagian bawahnya dalam lembab dilakukan dengan menimbang 5
keadaan tertutup [8]. Waktu alir adalah g serbuk granul, dipanaskan dalam
waktu yang diperlukan oleh serbuk lemari pengering hingga bobot konstan
granul untuk mengalir mulai dari (105o C) selama 2 jam. Kadar lembab
dibukanya penutup bawah corong dihitung mengikuti rumus sebagai
sampai habis. Sudut diam diukur dari berikut:
kerucut yang dibentuk oleh massa
granul, dengan rumus sebagai berikut. KL = ((Wo - W1 ) × 100%) / Wo (3)
h
tan  = (1) Dimana: KL = Kadar Lembab; W o =
r bobot granul awal; W 1 = bobot setelah
pengeringan

112
Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019
Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019
On-line: 22 Juli 2019

Persyaratan tercapai jika kadar Pengukuran kekerasan tablet


lembab granula berkisar antara 2-4 % menggunakan alat “Tablet Hardness
Tester” (Erweka TBH 220) mengukuti
Evaluasi Tablet prosedur yang dilakukan oleh [8]
dengan cara pengesetan alat “Hardness
Evaluasi tablet adalah pengujian Tester” sesuai dengan diameter tablet
mutu fisik tablet meliputi: [2] dan jumlah tablet yang diuji. Saat tablet
pecah, pada alat akan tertera kekerasan
a.Keseragaman Ukuran tablet yang dinyatakan dalam satuan kg.

Uji keseragaman ukuran bertujuan d. Pengukuran Waktu Hancur


untuk menjamin penampilan tablet yang
baik. Prinsip dari uji ini adalah bahwa Pengukuran waktu hancur
selama proses pencetakan, menggunakan alat Erweka Disintegrator
kemungkinan terjadi perubahan type ZT 501 dengan cara sebagai
ketebalan, dimana hal ini merupakan berikut: memasukkan tablet yang diukur
indikasi adanya masalah pada aliran satu persatu ke dalam tabung basket
massa cetak atau pada pengisian granul disusul dengan cakra penuntun.
ke dalam “die”. Pengukuran dilakukan Selanjutnya basket dimasukkan, ke
terhadap diameter dan tebal tablet dalam gelas beaker 1 liter yang berisi air
menggunakan alat jangka sorong. suling dengan suhu 37±2oC sebagai
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, media. Alat dihentikan setelah tablet
dan dilakukan pengukuran diameter hancur semua. Waktu yang diperlukan
serta ketebalan tablet. Keseragaman untuk tablet hancur semua tertera pada
yang memenuhi syarat adalah diameter alat. Persyaratan untuk waktu hancur
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak yang dibutuhkan tidak lebih dari 15
kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. menit [8].
Data hasil pengukuran evaluasi
b. Keseragaman bobot serbuk, keseragaman bobot dan ukuran
dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya,
Uji Keseragaman bobot bertujuan untuk parameter tingkat kekerasan dan
untuk menjamin keseragaman waktu hancur dianalisis secara statistik
kandungan zat aktif didalam tablet. menggunakan ANOVA dan apabila
Prinsip untuk tablet tidak bersalut yaitu hasilnya berbeda nyata dan ada
sebanyak 20 tablet diambil secara acak interaksi maka dilakukan dengan uji
lalu dilakukan penimbangan terhadap lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range
setiap tablet. Rata-rata bobot kemudian Test), seluruh uji dilakukan dengan
dihitung bersama penyimpangan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) [9].
terhadap bobot rata-rata. Tidak boleh
ada 2 tablet yang masing-masing 3. Hasil dan Pembahasan
menyimpang dari bobot rata-rata lebih
besar dari 5 % dan tidak boleh ada Evaluasi Serbuk
satupun tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari 10%. Berdasarkan Tabel 2, waktu alir
yang telah didapat digunakan untuk
c. Kekerasan tablet menentukan kecepatan alir. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa
kecepatan alir dari seluruh formulasi,

113
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

yang memenuhi syarat adalah P3 dan diam paling besar. Namun demikian
P5. Dimana syarat kecepatan alir granul kecepatan alir merupakan parameter
yang baik adalah jika lebih besar dari 10 pengujian sifat alir secara langsung,
g/ detik [8]. Sehingga dapat dikatakan sehingga hasilnya diharapkan lebih
bahwa serbuk P1, P2 dan P4 tidak berkorelasi dengan keadaan serbuk
memenuhi kriteria tersebut. Kecepatan sesungguhnya daripada sudut diam.
alir akan mempengaruhi kecepatan Nilai kompresibilitas yang berbeda
granul mengalir pada “hopper” menuju dapat disebabkan adanya larutan
lubang “die” di dalam alat kempa tablet pengikat HPMC yang mempunyai sifat
(Kusuma dkk., 2014). Kecepatan alir dapat mempertahankan kestabilan dan
yang tinggi diharapkan akan membuat kekompakan granul. Kompresibilitas
bobot dan dosis tablet yang dihasilkan yang jelek akan berpengaruh pada saat
lebih seragam. pencetakan tablet, tablet akan kurang
Selain kecepatan alir, sudut diam kompak pada saat dicetak. Hasil
juga dapat ditentukan dengan pengujian pemeriksaan kadar lembab (Tabel 2)
corong alir. Hasil yang didapatkan diperoleh nilai 3-3,5 %. Syarat kadar
dikatakan baik karena sudut diam lembab granul yang baik adalah 2-4 %,
seluruh formula kurang dari 30o [8]. kadar lembab granul yang diperoleh
Sudut diam tidak terlalu berkorelasi sesuai persyaratan. Terbukti dengan
dengan kecepatan alir. Sudut diam sifat alir granul yang mendekati baik dan
terendah yang menggambarkan sifat alir tidak lengket pada saat dilakukan
terbaik justru dimiliki oleh serbuk yang rekompresi serta tidak menyebabkan
kecepatan alirnya belum memenuhi “crapping” dan mudah dikeluarkan dari
syarat (P4). Serbuk yang mengalir lubang kompresi.
paling cepat (P5) justru memiliki sudut
Tabel 2. Evaluasi Waktu Alir, Kecepatan Alir, Sudut Diam, Kompresibilitas dan Kadar Lembab
Serbuk dengan Bahan Pengisi Pati Pregelatinisasi*)
Kadar
Waktu alir Kecepatan Sudut diam
Formulasi Kompresibilitas (%) lembab
(detik) alir (g/dtk) (ᵒ)
(%)**)
P1 3.05±0.02 8.19±0.05 28.11±1.19 16.93 ± 1.78 3.2
P2 2.85±0.01 8.75±0.03 29.41±0.20 18.47 ± 0.50 3.5
P3 2.46±0.01 10.12±0.03 27.96±0.01 19.53 ± 0.45 3.1
P4 2.59±0.02 9.64±0.08 27.01±1.23 19.78 ± 0.25 3.2
P5 2.47±0.01 10.14±0.03 29.69±0.09 19,96 ± 0.03 3
Nilai
Standar***) - >10 g/detik < 30o 16-20 % 2-4 %
P1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)
*) : Pemeriksaan dilakukan tiga kali ulangan, dengan standar deviasi
**) : Pemeriksaan dilakukan satu kali
***) : Sumber DepKes RI (1995).

114
Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019
Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019
On-line: 22 Juli 2019

Uji Keseragaman Ukuran 10% dari kelima formula untuk bobot


tablet yang lebih dari 300 mg. Selain itu,
Seluruh perlakuan (P1, P2, P3, P4, dan tidak ada tablet yang bobotnya
P5) keseragaman ukuran baik diameter menyimpang lebih dari 7,5% dan 15%
dan tebal memenuhi persyaratan tablet untuk bobot tablet 151-300 mg [8].
yang baik. Menurut DepKes RI [8],
persyaratan ukuran tablet adalah tidak Uji Kekerasan
lebih dari 3 kali diameter tablet dan tidak
kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Uji kekerasan bertujuan menjamin
ketahanan tablet pada gaya mekanik
Evaluasi Tablet pada proses, pengemasan dan
penghantaran. Kekerasan tablet
Hasil evaluasi sifat fisik tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk
Paracetamol dapat dilihat pada Tabel 3. menahan tekanan pada saat produksi,
Berdasarkan nilai standar deviasi, dari pengemasan, dan pengangkut.
kelima formula menunjukkan hasil Pengujian dilakukan dengan
pengukuran bobot tablet hampir memberikan tekanan pada tablet
dikatakan seragam, karena eksipien dari sampai tablet retak kemudian pecah.
kelima formula terutama tapioka Berdasarkan Anova dan uji lanjut
terfermentasinya memiliki bentuk granul DMRT, dapat dilihat bahwa setiap
yang sama sehingga ketika dilakukan perlakuan memiliki pengaruh dan
proses kempa, serbuk yang masuk perbedaan yang signifikan. Hal tersebut
menuju lubang “die” bobotnya sama. menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
Pada seluruh perlakuan P1, P2, P3, tapioka terfermentasi dan HPMC
P4 dan P5 tablet yang dihasilkan sudah mempengaruhi kekerasan tablet.
memenuhi persyaratan. Hasil evaluasi Terlihat dari F hitung yang bernilai lebih
dari uji keragaman bobot tersebut besar dibandingkan F tabel,
ditunjukkan dengan perolehan tidak menandakan bahwa perlakuan berbeda
terdapat nilai penyimpangan 5% dan nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.
Tabel 3. Evaluasi Sifat Fisik Tablet Paracetamol dengan Pengisi Pati Pregelatinisasi

Bobot rata- Kekerasan Waktu


Formula Keseragaman ukuran (mm) hancur
rata (mg) (kg/cm2)
Diameter Tebal (menit)
P1 315 ± 0.12 0.958 ± 0.03 0.466 ± 0.04 1.17 ± 0.29 4.45 ± 0.75
P2 290 ± 0.11 0.911 ± 0.01 0.409 ± 0.03 2.27 ± 0.15 7.98 ± 1.40
P3 295 ± 0.08 0.948 ± 0.03 0.451 ± 0.03 3.0 ± 0.10 9.26 ± 1.58
P4 300 ± 0.00 0.931 ± 0.04 0.414 ± 0.02 3.17 ± 0.06 18.07 ± 0.82
P5 310 ± 0.14 0.959 ± 0.02 0.465 ± 0.03 3.70 ± 0.20 22.70 ± 1,76
Nilai
Standar*) 3–5 ≤ 15
P 1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P 2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P 3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P 4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P 5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)
*) Sumber : Panigrahi dan Bahera, 2010; DepKes RI, 1995

115
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

Tabel 4. Hasil Uji Perlakuan Formulasi Tablet terhadap Tingkat Kekerasan dengan Uji Lanjut DMRT
dengan Tingkat Kepercayaan 95%

Perlakuan Hasil Uji Nilai Tengah Kekerasan dengan DMRT *)


Kontrol 4, 03 A
P5 3, 70 A
P4 3, 17 A
P3 3, 00 A
P2 2, 27 B
P1 1, 17 B
Nilai DMRT (α = 0, 05) 1, 56
Keterangan:
*) = Perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata dan sebaliknya berbeda
nyata untuk huruf yang tidak sama
P 1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P 2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P 3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P 4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P 5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)
Kontrol = Tanpa Perlakuan

Sedangkan untuk uji lanjut DMRT lain yang terjadi adalah kelembaban
dari semua perlakuan ditampilkan pada udara dan lingkungan karena
Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, kelembaban yang digunakan relatif
menunjukkan bahwa perlakuan P3, P4 tinggi sehingga uap air di udara meresap
dan P5 memperlihatkan hasil yang tidak dalam tablet.
berbeda nyata dengan Kontrol. Namun, Pada tingkat kekerasan tablet,
ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata seluruh formulasi memang tidak berada
dengan perlakuan P1 dan P2. Pada pada kisaran syarat kekerasan tablet
perlakuan P1 dan P2 terlihat bahwa konvensional yaitu berkisar 4-10 kg/cm2,
keduanya tidak berbeda nyata. namun formulasi P 3, P 4 dan P 5 berada
Hasil pengujian menunjukkan pada kisaran syarat kekerasan “Orally
bahwa pada perlakuan P3, P4 dan P5 Disintegration Tablet” (ODT) dan syarat
terdapat penambahan HPMC diikuti kekerasan tablet kunyah. Kekerasan
dengan pengurangan konsentrasi tablet menunjukkan ikatan yang terjadi
tapioka terfermentasi menunjukkan antar partikel secara keseluruhan dalam
lebih dominan dalam meningkatkan tablet, serta menggambarkan tingkat
kompaktibilitas tablet, yang diwakili oleh ketahanan tablet terhadap kekuatan
nilai kekerasan. Hal ini kemungkinan mekanik. Kekerasan tablet
disebabkan oleh adanya HPMC yang berhubungan dengan waktu
merupakan polimer dengan daya ikatan disintegrasi, waktu pembasahan dan
yang kuat. Proses penambahan HPMC disolusi tablet [11]. Kekerasan yang
pada tapioka terfermentasi melibatkan tinggi dapat mengurangi kemampuan
air yang dapat mengaktifkan daya ikat disintegrasi tablet sehingga “Orally
dan meningkatkan kekuatan polimernya Disintegration Tablet” (ODT) memiliki
[10]. Sementara itu, formula P 1 dengan persyaratan kekerasan di bawah tablet
hanya tapioka terfermentasi sebagai konvensional [11].
bahan eksipien, menghasilkan
kekerasan yang rendah. Kemungkinan

116
Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019
Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019
On-line: 22 Juli 2019

Tabel 5. Hasil Uji Perlakuan Formulasi Tablet terhadap Waktu Hancur dengan Uji Lanjut DMRT
dengan Tingkat Kepercayaan 95%
Hasil Uji Nilai Tengah Waktu Hancur
Perlakuan dengan DMRT *)
P5 22. 70a
P4 18. 07a
Kontrol 10. 63b
P3 9. 26b
P2 7. 98c
P1 4. 45c
Nilai DMRT (α = 0, 05) 6. 78
Keterangan :
*) = Perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama dalam kolom yang sama berbeda tidak nyata
dan sebaliknya berbeda nyata untuk huruf yang tidak sama.
P 1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P 2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P 3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P 4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P 5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)
Kontrol = Tanpa Perlakuan

Uji Waktu Hancur Selain itu, P3 tidak berbeda nyata


dengan Kontrol tapi berbeda nyata
Waktu hancur merupakan waktu dengan P1 dan P2. Selanjutnya, P1
yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk tidak berbeda nyata dengan P2.Hasil
hancur menjadi granul atau partikel analisa statistik DMRT uji waktu hancur
penyusunnya yang mampu melewati dapat dilihat pada Tabel 5. Konsentrasi
ayakan nomor 10 yang terdapat di P4 dan P5 untuk uji waktu hancur ini,
bagian bawah alat uji. Uji waktu hancur memberikan nilai yang melebihi nilai
ini bertujuan untuk melihat seberapa persyaratan waktu hancur atau dapat
lama tablet dapat hancur di dalam tubuh dikatakan tidak memenuhi standar.
atau saluran cerna yang ditandai Konsentrasi P1, P2 dan P3 terlihat
dengan sediaan menjadi larut, memenuhi persyaratan waktu hancur
terdispersi, atau menjadi lunak. Hasil uji tablet. Persyaratan waktu hancur
waktu hancur dilakukan secara statistik sebuah tablet dikatakan baik apabila
menggunakan Anova dan uji lanjut tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
DMRT setiap perlakuan memberikan yang tidak bersalut dan tidak lebih dari
pengaruh dan perbedaan yang 60 menit untuk tablet salut berselaput.
signifikan. Berdasarkan analisis Anova, Hasil pengujian waktu hancur tablet
dapat dilihat ternyata analisis seluruh seluruhnya di bawah 15 menit, kecuali P
perlakuan menghasilkan perbedaan 4 dan P 5 (Tabel 3). Formula P 4 dan P
yang signifikan ditandai dengan nilai F 5 memiliki waktu hancur yang lama
hitung lebih besar dibandingkan F tabel. dikarenakan HPMC yang ada dalam pati
Perbedaan formulasi memberikan pregelatinisasi akan membentuk lapisan
pengaruh terhadap waktu hancur tablet, hidrogel jika berinteraksi dengan pelarut
formulasi P5 memiliki hasil yang tidak atau cairan. Hal ini menyebabkan
berbeda nyata dibandingkan dengan lamanya waktu hancur dan
formulasi P 4. Namun, P 5 berbeda memperlambat waktu pelepasan obat
nyata dengan P1, P2, P3 dan Kontrol. [12]. Sementara itu, pada formula yang

117
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

lain terdapat konsentrasi tapioka 4. Kesimpulan


terfermentasi yang tinggi, yang
membantu disintegrasi tablet karena Berdasarkan penelitian yang
selain fungsinya sebagai pengisi, bahan dilakukan dapat diambil beberapa
tersebut juga bertindak sebagai kesimpulan yaitu variasi ko-proses
disintegran. Hal itu dibuktikan dengan antara konsentrasi Hydroxypropyl
waktu hancur pada P 1 yang sangat Methyl Cellulose (HPMC) dan pati
cepat karena tidak ada penambahan terfermentasi sebagai bahan eksipien
HPMC. dapat berpengaruh terhadap sifat fisik
Pada hasil uji waktu hancur yang tablet parasetamol, formulasi P3,
diperoleh dapat dikatakan bahwa dengan konsentrasi pati terfermentasi
tapioka terfermentasi selain dapat 95% dan HPMC 5% merupakan
berperan sebagai pengisi, kemungkinan formulasi terbaik karena menghasilkan
juga dapat berperan sebagai sifat fisik tablet parasetamol yang paling
penghancur dengan cara mengembang baik. Penelitian ini juga menunjukkan
dan menyerap air sehingga memberikan bahwa pati terfermentasi dapat
kontribusi pada peningkatan waktu digunakan sebagai alternatif pengisi
disintegrasi tablet. tablet granulasi basah, walaupun masih
harus dikombinasikan dengan bahan
Perlakuan Terbaik eksipien lainnya.
Pada hasil pengamatan untuk
keseluruhan parameter didapat bahwa 5. Ucapan Terimakasih
perlakuan terbaik berada pada
konsentrasi P3 yang menggunakan Ucapan terimakasih ditujuan
tapioka terfermentasi sebanyak 95% kepada Universitas Lampung yang telah
dan HPMC sebanyak 5%. Kriteria memberikan dana untuk penyelesaian
perlakuan terbaik adalah dari parameter penelitian ini melalui Hibah Penelitian
waktu alir, kecepatan alir, sudut diam, Unggulan Unila TA 2018.
kompresibilitas dan kadar lembab
serbuk serta parameter keseragaman 6. Daftar Pustaka
bobot, keseragaman ukuran, tingkat
kekerasan dan waktu hancur tablet. [1] Rismana, E. 2004. Modifikasi Pati
Seluruh parameter pada untuk Farmasi. http:// www. pikiran
konsentrasi P3 menunjukkan hasil yang - rakyat. com/ cetak/ 0504/
telah sesuai dengan nilai standar yang 06cakrawala/lainnya03.htm.
telah ditetapkan. Menurut perbandingan Diakses tanggal 2 Oktober 2018.
kadar amilosa dan amilopektin yang [2] Yusuf H., Radjaram A. dan
mengacu pada sumber Knight, 1969 Setyawan D. 2008. Modifikasi Pati
maka dapat dihitung bahwa konsentrasi Singkong Pregelatin Sebagai
P3 yang menggunakan tapioka Bahan Pembawa Cetak Langsung.
terfermentasi sebanyak 95% dan HPMC J. Penelt. Med. Eksakta 7(1).
sebanyak 5% memiliki kandungan UNAIR. Surabaya. Hal. 31-47
amilosa sebanyak 4,2 g dan kandungan [3] Ostertag, C. 2001. World
amilopektinnya sebanyak 20,5 g yang Production and Marketing of
merupakan konsentrasi terbaik sebagai Starch in Cassava Flour and
eksipien dalam pembuatan tablet Starch : Progress and Research
metode granulasi basah. and Development.
http://www/fao.org/docrep/X5032E

118
Journal of Tropical Upland Resources Diterima: 27 Juni 2019
Vol. 01, No. 01, Juli 2019 Direvisi: 19 Juli 2019
On-line: 22 Juli 2019

08. GIF. Diakses tanggal 2 Oktober Kesehatan. Jakarta. 1080


2018. halaman.
[4] Kustyawati, M. E. 2012. [9] Yitnosumarto, S. 1991. Percobaan
Karakteristik Biokimia Pati Ubi : Perancangan, Analisis dan
Kayu (Manihot esculenta) Interpretasinya. PT. Gramedia
Terfermentasi dengan Pustaka Utama. Jakarta
Saccharomyces cerevisiae.Jurnal [10] Hazarika, B. J. and Sit N. 2016.
AGRITECH, 33(2), 281-287. Effect Of Dual Modification With
[5] Rowe, Raymond C., Sheskey P. J. Hydroxypropylation And
and Weller P. J. 2003. Handbook Crosslinking On Physicochemical
of Pharmaceutical Excipient, 4th Properties Of Taro Starch.
Edition. Pharmaceutical Express Carbohydrate Polymers. 140, 269–
and American Pharmaceutical 278.
Association. Washington. 808 [11] Bestari A. N., Sulaiman T. N. S dan
pages. Rohman A. 2016. Formulasi Orally
[6] Kelana, A. S., Kusuma A. P. dan Disintegration Tablet (ODT)
Indrati O. 2018. Formulasi dan Melosikam dengan Variasi
Evaluasi Tablet Kaptopril Komposisi Ac-Di-Soldan Kollidon
Menggunakan Amilum Umbi Talas CL sebagai Bahan Penghancur.
dan HPMC yang Dimodifikasi Majalah Farmaseutik, Departemen
Sebagai Pengisi dan Pengikat Farmasi, Universitas Gajah Mada,
Metode Kempa Langsung. Yogyakarta. Vol. 12, No. 2. Hal.
Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA, p. 459-460.
ISSN:1411-1047. FMIPA, UII. [12] Kusuma, A. P., Fudholi A. and
Jakarta. Hal. 10 Nugroho A. K. 2014. Optimization
[7] Lachman L., Lieberman H. A dan Direct Compression’s Co -
Kanig J. L. 1994. Teori dan Praktek Processed Excipient
Farmasi Industri diterjemahkan Microcrystalline Cellulose PH 102
oleh Suyatni S., Edisi II. UI Press. and Povidone ® K 30. IOSR
Jakarta. Hal. 56 Journal of Pharmacy and
[8] Departemen Kesehatan Republik Biological Sciences 9. 65–69.
Indonesia. 1995. Farmakope
Indonesia edisi IV. Departemen

119
Maria Erna Kustyawati dkk.: Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah

120

You might also like