You are on page 1of 7

Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi

Artikel Penelitian

EFEK PENAMBAHAN PARASETAMOL PADA TERAPI KETOROLAK


TERHADAP NYERI AKUT PASCAOPERASI ORTHOPEDI

Agustinus Santoso1, Thomas Erwin CJ Huwae2, Arofa Idha3,


Budi Suprapti4*

ABSTRACT: The aim of this research is to study pain control of paracetamol


addition to ketorolac compared with ketorolac alone on patient’s pain response.
Ketorolac group (K group) recieved ketorolac 10 mg i.v every 8 hours and
Ketorolac and Paracetamol group (KP group) recieved ketorolac 10 mg i.v
and paracetamol 1,000 mg orally every 8 hours. assesment of pain intensity
was conducted using Face Scale at 30 minutes before (pre) and after (post)
administration of the first, the fourth and the seventh analgesics dosage.
Assesment of the quality of pain management with QUIPS was done at 30
minutes after administration of the seventh analgesic dosage. Results showed
that paracetamol addition to ketorolac provide better pain control, showed by
the mean pain intensity KP group was lower at post to 4th, pre to 7th and post
to 7th dosage than K group, and the QUIPS results showed that the side effects of
paracetamol were side effects of paracetamol additional well tolerated, reduce
needs for additional analgesics, but no difference at patient satisfactions. These
results suggest that paracetamol addition to ketorolac had better pain control
than ketorolac alone in patients with orthopedic postoperative acute pain.

Keywords : ketorolac, paracetamol, postoperative, face scale, QUIPS

1 Program Studi Magister Farmasi Klinik ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian nyeri oleh
Universitas Airlangga penambahan parasetamol pada ketorolak dibandingkan dengan ketorolak
2 Bagian Orthopedi dan Traumatologi tunggal berdasarkan respon nyeri pasien. Kelompok Ketorolak (Kelompok
RSUD Dr. Saiful Anwar K) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v setiap 8 jam dan kelompok Ketorolak
3 Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar dan Parasetamol (kelompok KP) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v dan
4 Departemen Farmasi Klinik, Fakultas parasetamol 1000 mg per oral setiap 8 jam. Penilaian intensitas nyeri dengan
Farmasi Universitas Airlangga Face Scale pada 30 menit sebelum (pre) dan sesudah (pasca) pemberian dosis
analgesik pertama, ke empat dan ke tujuh. Pengamatan kualitas manajemen
nyeri dengan QUIPS pada 30 menit setelah pemberian analgesik dosis ke
tujuh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan parasetamol
pada ketorolak memberikan kendali nyeri yang lebih baik, ditunjukkan oleh
rerata intensitas nyeri kelompok KP pada pasca dosis ke 4, pre dosis ke 7 dan
pasca dosis ke 7 lebih rendah dari kelompok K, serta hasil QUIPS bahwa efek
samping penambahan parasetamol dapat ditoleransi, menurunkan kebutuhan
analgesik tambahan, namun tidak berbeda pada kepuasan pasien. Hasil diatas
Korespondensi: menyatakan bahwa penambahan parasetamol pada ketorolak memberikan
Dr. Budi Suprapti, M.Si., Apt. kendali nyeri lebih baik dari ketorolak tunggal pada pasien nyeri akut
Email: budiprapti@yahoo.co.id pascaoperasi orthopedi.

Kata kunci: ketorolak, parasetamol, pascaoperasi, QUIPS

320 Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016


Agustinus Santoso1, Thomas Erwin CJ Huwae2, Arofa Idha3, Budi Suprapti4

PENDAHULUAN analgesik dalam mengatasi nyeri pascaoperasi dan


memiliki efek samping yang lebih rendah (12).
Prevalensi nyeri sedang dalam waktu 24-
48 jam pascaoperasi orthopedi adalah sebesar
36,3%, dimana 60,3% mengalami nyeri akibat METODE PENELITIAN
insisi operasi (1). Nyeri pascaoperasi yang tidak
tertangani akan menyebabkan perubahan klinis Sampel penelitian
dan psikologis yang meningkatkan morbiditas Penelitian ini merupakan penelitian quasi-
dan mortalitas sehingga meningkatkan biaya dan eksprimental prospektif analitik. Sampel pene-
menurunkan kualitas hidup (2). litian adalah pasien yang menjalani operasi
WHO merekomendasikan manajemen nyeri orthopedi elektif di Ruang Bedah RSUD Dr.
dengan penggunaan analgesik, termasuk opioid (3). Saiful Anwar Malang pada tanggal 15 september
Efek samping obat yang sering ditemui pada opioid 2014 hingga 21 Januari 2015. Populasi sampel
adalah sedasi, pruritus, mual, muntah, penurunan penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
fungsi gastrointestinal dan retensi urin. Efek kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
samping opioid yang lain termasuk depresi nafas, Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
depresi, hipoksia, dan berbagai efek samping pada berumur 18–55 tahun, mendapatkan analgesik
sistem saraf pusat, seperti disforia (4). Di samping ketorolak (dan parasetamol), sadar, menjalani
opiod, untuk manajemen nyeri juga lazim digunakan operasi dengan anastesi umum dan ketorolak
NSAID. NSAID adalah analgesik yang efektif, dan 30 mg sebagai analgesik akhir operasi, operasi
tak punya efek samping berkenaan dengan opioid yang dijalani adalah pemasangan plate, screw
seperti sedasi, muntah, pruritus, atau depresi nafas dan nail tulang panjang, serta pasien bersedia
(5). NSAID dibandingkan opioid memiliki efek menandatangani informed consent. Kriteria
analgesik yang sebanding, dan resiko efek samping eksklusi dalam penelitian ini adalah memerlukan
muntah yang menurun secara signifikan (6). terapi analgesik adjuvan (sedatif, antidepresan,
Salah satu jenis NSAID adalah ketorolak. muscle relaxant, steroid dan antikonvulsan)
Ketorolak selain digunakan sebagai antiinflamasi sejak awal pascaoperasi. Kriteria drop out dalam
juga memiliki efek analgesik yang bisa digunakan penelitian ini adalah pasien mengundurkan diri,
sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca- pasien memerlukan obat lain yang mengalami
operasi sedang sampai berat (7). Risiko efek samping interaksi, pasien menghentikan atau lupa, pasien
berkaitan dengan ketorolak secara klinis penting mengalami intoleransi obat, pasien meninggal
bilamana ketorolak digunakan pada dosis lebih dunia, dan pasien mengalami komplikasi.
besar, pada pasien lebih tua, dan lebih dari 5 hari
(8). Obat pereda nyeri lain yang umum digunakan
adalah parasetamol. Parasetamol bekerja terutama Teknik pengambilan sampel penelitian
dengan jalan menghambat secara selektif aktifitas
siklo-oksigenase pada sistem saraf pusat (9) dan Teknik pengambilan sampel adalah dengan
menunjukkan perbedaan yang bermakna antara Nonprobability – Consecutive Sampling sesuai
penghambatan COX-1 dan COX-2. Oleh karena dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Perhitungan
itu parasetamol dikatakan sebagai senyawa yang perkiraan jumlah sampel penelitian dengan
efektif selektif COX-2 (10). persamaan (13) :
Perbedaan golongan analgesik menghasilkan
efek analgesik dengan mekanisme berbeda,
sehingga kombinasi analgesik dari golongan
berbeda diharapkan akan memberikan tambahan
efek analgesik dengan efek samping lebih rendah
dikarenakan dosis masing-masing senyawa
menjadi lebih kecil daripada apabila digunakan
sebagai obat terapetik individual (11). Kombinasi Dimana :
dari NSAID, dalam hal ini ketorolak, dengan N = Jumlah sampel
parasetamol diharapkan dapat meningkatkan efek S = Simpangan baku kedua kelompok = 1,86 ~ 1,9 (14)

Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016 321


Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi

X1 – x2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 2 (clinical HASIL DAN PEMBAHASAN


judgement)
α = tingkat kemaknaan (tingkat kesalahan tipe I) → Zα = 1,96 Karakteristik sampel penelitian
β = kekuatan penelitian (tingkat kesalahan tipe II) → Zβ = Jumlah pasien orthopedi selama periode
0,84 penelitian sejak tanggal 15 september 2014
hingga 21 januari 2015 di Ruang Bedah RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang yang memenuhi kriteria
Jadi besar sampel penelitian ini adalah inklusi sebanyak 37 pasien. Sebanyak 4 pasien
14 orang pasien tiap kelompok. Koreksi drop out sehingga jumlah sampel penelitian
kemungkinan drop out sebesar 20% maka jumlah menjadi 33 pasien.
sampel pada tiap kelompok adalah sebesar 17 Karakteristik pasien dalam penelitian ini
orang pasien sehingga jumlah total sampel yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan ekstrimitas
diperlukan sebanyak 34 orang pasien. tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok K dan kelompok KP. Karakteristik
Teknik pengumpulan dan analisis data pasien berdasarkan jenis kelamin diperoleh
Data diperoleh dari pengamatan langsung bahwa pasien laki-laki lebih dominan. Usia
terhadap pasien pascaoperasi di Ruang Bedah dominan pada rentang 18-27, dan berdasarkan
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang mendapatkan ekstrimitas maka ekstrimitas bawah (tibia, fibula
terapi analgesik ketorolak (dan parasetamol) dan dan femur) lebih dominan pada kedua kelompok
diikuti selama waktu penelitian disertai data yang (Tabel 1).
diperoleh dari instruksi pemberian analgesik
pada lembar Dokumen Medik Kesehatan pasien.
Kelompok Ketorolak (Kelompok K) mendapatkan Intensitas nyeri pasien
ketorolak 10 mg i.v setiap 8 jam dan kelompok Intensitas nyeri pasien dari uji Kruskal-Wallis
Ketorolak dan Parasetamol (kelompok KP) terdapat perbedaan bermakna pada waktu
mendapatkan ketorolak 10 mg i.v dan parasetamol pengamatan pasca dosis ke 4 hingga pasca dosis
1000 mg per oral setiap 8 jam. Penilaian intensitas ke 7 (p < 0,05), yakni 3,19 vs 2,29 (p = 0,004), 3,25
nyeri dengan Face Scale dilakukan pada 30 menit vs 2,29 (p = 0,001) dan 2,44 vs 1,18 (p < 0,001)
sebelum (pre) dan sesudah (pasca) pemberian untuk nilai rerata intensitas nyeri kelompok
analgesik dosis pertama, ke empat dan ke tujuh. K dengan kelompok KP pada pasca dosis ke 4,
Pengamatan kualitas manajemen nyeri dengan pre dosis ke 7 dan pasca dosis ke 7. Pada waktu
QUIPS pada 30 menit setelah pemberian analgesik penilaian pre dosis ke 1 hingga pre dosis ke 4
dosis ke tujuh. tidak terdapat perbedaan (p > 0,05).

Tabel 1. Karakteristik Pasien


Karakteristik Pasien Kelompok K Kelompok KP p
Jumlah % Jumlah %

Jenis Kelamin Laki-laki 11 68,75 15 88,24 0,178


Wanita 5 31,25 2 11,76
Usia 18-27 5 31,25 5 29,41
28-37 3 18,75 4 23,53 0,503
38-47 5 31,25 4 23,53
48-55 3 18,75 4 23,53
Ektrimitas Atas 7 43,75 7 41,81 0,883
Bawah 9 56,25 10 58,82

322 Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016


Agustinus Santoso1, Thomas Erwin CJ Huwae2, Arofa Idha3, Budi Suprapti4

Tabel 2. Profil Rerata Intensitas Nyeri Pasien Kelompok K & Kelompok KP


Rerata ± SD
Median (rentang)
Pengamatan Kelompok K Kelompok KP Signifikansi
(N = 16) (N = 17)
Pre dosis ke 1 5,38 +/- 1,096 4,76 +/- 0,835
(4 - 7) (3 – 6) 0,098
Pasca dosis ke 1 4,13 +/- 1,034 3,59 +/- 0,713
(3 – 6) (3 – 5) 0,118
Pre dosis ke 4 4,06 +/- 0,854 3,47 +/- 0,793
(3 – 5) (2 – 5) 0,055
Pasca dosis ke 4 3,19 +/- 0,913 2,29 +/- 0,592
(2 – 5) (1 – 3) 0,004
Pre dosis ke 7 3,25 +/- 0,773 2,29 +/- 0,592
(2 – 4) (2 – 4) 0,001
Pasca dosis ke 7 2,44 +/- 0,512 1,18 +/- 0,391
(2 – 3) (1 – 2) < 0,001

Tabel 3. Kriteria Intensitas Nyeri Pasien Kelompok K dan Kelompok KP


Pengamatan Kriteria Nyeri Kelompok (Jumlah (%)) Signifikansi
Kelompok K Kelompok KP

Ringan 0 (0,00%) 1 (5,88%)


Pre dosis ke 1 Sedang 14 (87,50%) 16 (94,12%) 0,083
Berat 2 (12,50%) 0 (0,00%)
Ringan 5 (31,25%) 9 (52,94%)
Pasca dosis ke 1 Sedang 11 (68,75%) 8 (47,06%) 0,215
Berat 0 (0,00%) 0 (0,00%)
Ringan 5 (31,25%) 10 (58,82%)
Pre dosis ke 4 Sedang 11 (68,75%) 7 (41,18%) 0,117
Berat 0 (0,00%) 0 (0,00%)
Ringan 10 (62,50%) 17 (100,00%)
Pasca dosis ke 4 Sedang 6 (37,50%) 0 (0,00%) 0,006
Berat 0 (0,00%) 0 (0,00%)
Ringan 9 (56,25%) 16 (94,12%)
Pre dosis ke 7 Sedang 7 (43,75%) 1 (5,88%) 0,012
Berat 0 (0,00%) 0 (0,00%)
Ringan 16 (100,00%) 17 (100,00%)
Pasca dosis ke 7 Sedang 0 (0,00%) 0 (0,00%) 1,000
Berat 0 (0,00%) 0 (0,00%)

Kriteria intensitas nyeri pasien dari uji ringan sebesar 62,50%, sedangkan kelompok KP
Kruskal-Wallis terdapat perbedaan bermakna dengan kriteria sedang sebesar 0% dan kriteria
pada waktu pengamatan pasca dosis ke 4 ringan sebesar 100,0% (p = 0,006). Pre dosis ke
hingga pre dosis ke 7 (p < 0,05). Pasca dosis ke 7 prosentase kriteria nyeri kelompok K dengan
4 prosentase kriteria nyeri kelompok K dengan kriteria sedang sebesar 43,75% dan kriteria
kriteria sedang sebesar 37,50% dan kriteria ringan sebesar 56,25%, sedangkan kelompok

Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016 323


Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi

KP dengan kriteria sedang sebesar 5,88% dan Penelitian ini memperlihatkan bahwa efek
kriteria ringan sebesar 94,12% (p = 0,012). penambahan parasetamol pada ketorolak akan
lebih cepat mengalami penurunan intensitas
Multimodal analgesia tercapai dengan nyeri dibandingkan ketorolak tunggal. Ketorolak
mengkombinasikan analgesik yang berbeda yang akan menghambat COX-1 dan COX-2 dan bersama
mekanisme kerja berbeda pada tempat sistem dengan itu parasetamol akan menghambat COX-2
saraf yang berbeda serta menurunkan kejadian pada sistem saraf pusat. Pemberian parasetamol
efek samping karena dosis lebih rendah daripada dimulai pada pemberian analgesik pertama
analgesik tunggal (16). Kontrol nyeri setelah akan menghambat COX-2 di sistem saraf pusat
operasi orthopedi terutama operasi dengan nyeri sebelum terjadi hiperalgesia.
berat dapat dicapai dengan kombinasi obat yang
digunakan pada waktu preoperatif (NSAID, COX- Kualitas manajemen nyeri pasien
2 inhibitor, antikonvulsan), intraoperatif (opioid, Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney
anastesi lokal), dan pascaoperatif (opioid, NSAID, didapatkan bahwa butir pertanyaan ke 1 (nyeri
COX-2 inhibitor, α2-agonis, NMDA antagonis, saat ini) dan ke 3 (nyeri minimum) bahwa
antikonvulsan, dan analgesik sentral seperti adanya perbedaan bermakna antara kelompok
parasetamol) (15). Ketorolak menghambat COX- K dengan kelompok KP, butir pertanyaan ke
1 dan COX-2 dengan sedikit lebih besar afinitas 4 (mobilitas), ke 5 (batuk), ke 6 (tidur), dan
pada COX-1 (17). Parasetamol adalah selektif ke 7 (mood) bahwa tidak adanya perbedaan
COX-2 karena menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok K dengan kelompok
bermakna antara penghambatan COX-1 dan COX- KP, butir pertanyaan ke 8 (lelah), ke 9 (mual)
2 oleh parasetamol (10), terutama menghambat dan ke 10 (muntah) tidak adanya perbedaan
secara selektif pada sistem saraf pusat (9). bermakna antara kelompok K dengan kelompok

Tabel 4. QUIPS
Butir Pertanyaan Kelompok K Kelompok KP Signifikansi
QUIPS 1: Nyeri Saat Ini (rerata ± SD) 2,31 ± 0,70 1.35 ± 0,49 < 0,001
QUIPS 2 : Nyeri Maksimum
(rerata ± SD) 5,50 ± 1,71 4,94 ± 1,09 0,387
QUIPS 3 : Nyeri Minimum
(rerata ± SD) 2,31 ± 0,70 1,35 ± 0,49 < 0,001
QUIPS 4 : Mobilitas
(prosentase ya) 50,00 47,05 0,868
QUIPS 5 : Batuk
(prosentase ya) 18,75 0,00 0,065
QUIPS 6 : Tidur
(prosentase ya) 62,50 64,71 0,897
QUIPS 7 : Mood
(prosentase ya) 43,75 17,65 0,108
QUIPS 8 : Lelah
(prosentase ya) 12,50 11,76 0,949
QUIPS 9 : Mual
(prosentase ya) 37,50 17,65 0,208
QUIPS 10 : Muntah
(prosentase ya) 12,50 11,76 0,949
QUIPS 11 : Analgesik tambahan
(prosentase ya) 37,50 0,00 0,006
QUIPS 12 : Kepuasan
(rerata ± SD) 7,75 ± 1,61 8,47 ± 1,62 0,211

324 Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016


Agustinus Santoso1, Thomas Erwin CJ Huwae2, Arofa Idha3, Budi Suprapti4

KP, butir pertanyaan ke 11 (butuh analgesik Butir pertanyaan 11 (analgesik tambahan) dan
tambahan) adanya perbedaan bermakna dan butir pertanyaan 12 dimana mengenai penilaian
uji t tidak berpasangan didapatkan bahwa oleh pasien bahwa penambahan parasetamol
butir pertanyaan ke 12 (kepuasan pasien) tidak dalam terapi ketorolak lebih mengurangi akan
adanya perbedaan bermakna antara kelompok kebutuhan analgesik tambahan dalam terapi
K dengan kelompok KP. nyeri pascaoperasi dan tidak memberikan
Butir pertanyaan 8 (lelah), butir pertanyaan 9 perbedaan dalam penilaian kepuasan oleh
(mual) dan butir pertanyaan 10 (muntah) dimana pasien. Kebutuhan analgesik tambahan lebih
mengenai efek samping terapi nyeri pasien rendah pada kombinasi parasetamol dan NSAID
memperlihatkan bahwa penambahan parasetamol dibandingkan obat tunggalnya pascaoperasi
dapat ditoleransi baik dengan dinyatakan bahwa orthopedi (20). Penambahan parasetamol kepada
penambahan parasetamol dalam terapi ketorolak terapi ketorolak tidak meningkatkan kepuasan
lebih rendah prosentase efek samping, meski pasien, dimana sesuai dengan penelitian Lee et
secara statistik tidak ada perbedaan (p > 0,05). al pada tahun 2010 menyatakan bahwa tidak
Penelitian ini didukung oleh penelitian Dahl et ada perbedaan antar kelompok perlakuan dalam
al dan Fletcher et al yang bahwa insiden efek kepuasan pasien (21).
samping identik antar kombinasi parasetamol dan
NSAID dengan NSAID tunggal (18; 19).
Estimasi ambang hepatotoksisitas oleh KESIMPULAN DAN SARAN
parasetamol adalah 250 mg/kg sekali minum, Penambahan parasetamol 1.000 mg setiap 8 jam
dapat disamakan dengan 12,5 gram dan 17,5 secara per oral dalam penggunaan ketorolak
gram pada berat badan 50 kg dan 70 kg. Pasien 10 mg setiap 8 jam memiliki efek pengendalian
dalam penelitian ini hanya mendapatkan nyeri lebih baik dibandingkan ketorolak 10 mg
parasetamol 1.000 mg setiap 8 jam (3 gram/hari) setiap 8 jam pada pasien nyeri akut pascaoperasi
dengan tujuan mengurangi potensi efek samping orthopedi. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
parasetamol dan mengetahui efektifitas terapi disarankan kombinasi parasetamol dan ketorolak
ketorolak disaat konsentrasi minimal sehingga dapat menjadi pertimbangan para klinisi dalam
dapat diketahui kebutuhan analgesik tambahan menunjang kualitas manajemen nyeri pasien
dari terapi ketorolak. pascaoperasi orthopedi.

DAFTAR PUSTAKA 6. Steen M, Janne R, Jorgen BD, Martin RT.


1. Maria HB, Nathalia FA, Jaciara AJS, Thais BC, Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs and Risk
Erica VA. Pain assessment intensity and pain of Operative Site Bleeding After Tonsillectomy:
relief in patients post-operative orthopedic A Quantitative Systemic Review. Anesth
surgery. Esc Anna Nery 2013; 18(1): 143-147. Analog. 2003. 96: 68-77.
2. Carr DB, Goudas LC. Acute Pain. Lancet 1999. 7. Marino PL, Sutin KM. Analgesia and sedation.
353(8): 2051. The ICU book. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
3. WHO. Achieving Balance in National Opioids Williams & Wilkins. 2007. 247-52.
Control Policy: Guidelines for Assessment. 8. Strom BL, Berlin JA, Kinman JL, et al. Parenteral
Geneva: WHO 2000; Available from: ketorolac and risk of gastrointestinal and
whqlibdoc.who.int/hq/2000/who_edm_ operative site bleeding: a postmarketing
qsm_2000.4.pdf. Accessed May 13, 2011. surveillance study. JAMA. 1996. 275: 376–82.
4. National Health and Medical Research Council 9. Breivik EK, Barkvoll P, Skovlund E.
(NHMRC). Acute pain management: scientific Combined diclofenac with acetaminophen or
evidence. Commonwealth of Australia. 1999. acetominophen-codeine after oral surgery: a
4: 50. randomized, double-blind single-dose study.
5. McQuay HJ. Acute pain. In: Trame`r MR, ed. Clin Pharmacol Ther. 1999. 66: 625–35.
Evidence-based resource in anaesthesia and 10. Hi n z B , Ch e re m i n a O . A c e t a m i n o p h e n
analgesia. London: BMJ Books. 2000, 87–106. (Paracetamol) is a Selective Cyclooxygenase-2

Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016 325


Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi

Inhibitor In Man. The FASEB Journal Vol 22 17. Kumpulainen E, Kokki H, Laisalmi M, et
Germany. 2008. 383-390. al. How readily does ketorolac penetrate
11. Merry A, Power I. Perioperative NSAIDs: cerebrospinal fluid in children?, J Clin
towards greater safety. Pain Rev. 1995. 2: Pharmacol. 2008. 48(4): 495-501.
268–91 18. Dahl V, Dybvik T, Steen T, Aune AK,
12. Cliff KS, Robin AS, Phillip L, Alan FM. Rosenlund EK, Raeder JC. 2004. Ibuprofen
Combining Paracetamol (Acetaminophen) vs. acetaminophen vs. ibuprofen and
with Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs: acetaminophen after arthroscopically assisted
A Qualitative Systematic Review of Analgesic anterior cruciate ligament reconstruction.
Efficacy for Acute Postoperative Pain. Eur J Anaesthesiol. 2004. 21: 471–5.
International Anesthesia Research Society. 19. Fletcher D, Ne`gre I, Barbin C, Franc¸ois A,
2010. 110: 1170-1179. Carreres C, Falgueirettes C, Barboteu A, Samii K.
13. Sopiyudin D. Besar Sampel dan Cara Postoperative analgesia with i.v. propacetamol
Pengambilan Sampel dalam Penelitian and ketoprofen combination after disc surgery.
Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Can J Anaesth. 1997. 44: 479–85.
2013. 25-81; 135-145. 20. Hiller A, Meretoja OA, Korpela R, Piiparinen
14. Tian JZ, Jun T, Paul FW. Propacetamol Versus S, Taivainen T. The analgesic efficacy of
Ketorolac for Treatment of Acute Postoperative acetaminophen, ketoprofen, or their combination
Pain After Total Hip or Knee Replacement. for pediatric surgical patients having soft tissue
Anesth Analg. 2001. 92: 1569-75. or orthopedic procedures. Anesth Analg. 2006.
15. Kishor G, Eugene V. Multimodal Pain 102: 1365–71.
Management Techniques in Hip and Knee 21. Lee HKH, Ting SM, Lau FL. A randomised
Arthroplasty. The Journal Of New York School control trial comparing the efficacy of
Of Regional Anesthesia. 2009. 12: 1-10. tramadol and paracetamol against ketorolac
16. Buvanendran A, Kroin JS. Multimodal and paracetamol in the management of
analgesia for controling acute postoperative musculoskeletal pain in the emergency
pain. Curr Opin Anaesthesiol. 2009. 22(5): department. Hong Kong j.emerg.med. 2008.
588-93. 15: 5-11.

326 Jurnal Farmasi Indonesia ■ Vol. 8 No. 1 ■ Januari 2016

You might also like