You are on page 1of 9

Jurnal Peternakan Vol 11 No 2 September 2014 (69 - 77) ISSN 1829 – 8729

ANALISIS PRODUKSI RUMPUT Brachiaria


DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING

S.RUSDIANA DAN E. SUTEDI


Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor, Po.Box. 221 Bogor
s.rusdiana20@gmail.com

ABSTRACT

Allegedly brachiaria grass can contribute to the growth of goats that a significant amount to the income of farmers,
therefore, carried out research on the analysis of Brachiaria grass production and goat livestock enterprises, research carried
out in the Central Canal Village High King Asahan District of North Sumatra in 2014, is by using the method survey of
15 respondents, taken intentionally (pourposif sampling). Primary data and secondary data were analyzed using the
economic financially B/C, the purpose of this study is to analyze the production of brachiaria grass in business development
at the farmer's goat and economic implications kebijakan. That study showed that the production of Brachiaria grass,
indicating that the net profit of about Rp.2.950.000/year with the B/C ratio of 1.2 and a net profit of the business of goats
around Rp.2.632.000 year, the value of B/C ratio of 1.4, business brachiaria grass plants and goat farming traditional.
Brachiaria grass cultivation development opportunities and goats increasingly bring considerable advantages, when
cultivated with good management, the high price of goats affected by livestock body condition, while for females seen from a
good parent offspring, expected in the business of raising livestock farmers goat broodstock at least 10-20/farmers, so that will
benefit 100% in real terms, the results of the income children, which is supported by the availability and ensuring the
provision of Brachiaria grass, the nutritional value is quite high, so the goats are kept going faster the productivity of goats

Keywords: analysis, brachiaria grass production, goat business

PENDAHULUAN manajemen usaha yang berorientasi ke


usaha yang bersifat komersial serta
Sistem pemeliharaan ternak kambing di berwawasan lingkungan untuk mencapai
Indonesia sekitar 80% masih diusahakan keuntungan yang optimal. Ginting (2009)
oleh petani kecil, yang berkembang di dan Dhanda et al, (2003) mengemukakan
wilayah pedesaan (Winarso, 2010). Usaha ternak kambing mempunyai sifat
pemeliharaan ternak kambing dalam skala reproduksinya yang cepat dan
kecil dapat membantu perekonomian adaptasinya yang tinggi terhadap
petani di pedesaan dengan memanfaatkan berbagai kondisi agroekosistem, maka
sumberdaya alam yang tersedia di ternak kambing banyak dipelihara oleh
sekitarnya (Syafaat et al., 1995). Kambing petani di pedesaan. Dorian et al., (2009)
mempunyai beberapa keunggulan tantangan yang sering dihadapi dalam
diantaranya membutuhkan modal usaha pengembangan usaha ternak adalah
yang relatif kecil, mudah memeliharanya, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
mudah menjualnya dan banyak pakan melalui perbaikan produksi dan
digunakan berbagai acara keperluan kualitas ternak dengan jalan pembinaan
kekeluargaan seperti syukuran, maupun kepada petani yang daerahnya potensial.
acara lainnya yang berhubungan dengan
Syamsu et al. (2003) mengemukakan
ritual keagamaan seperti hewan qurban
langkah awal untuk mengatasi
pada hari raya keagamaan, aqiqah dan
kecukupan hijauan pakan maka perlu
lainnya (Tahlib et al., 2011).
teknologi dan introduksi mengenai
Yusdja (2004) mengemukakan hijauan pakan ternak yang berkualitas dan
perubahan usaha ternak kambing dari suplementasi yang cukup tinggi melalui
sistem tradisional menjadi sistem intensif pemberian ransum atau konsentrat dalam
perlu didukung ketersediaan teknologi rangka pengembangan ternak kambing di
pakan dengan memperhatikan prinsip tingkat petani. Prawiradiputra (2009)

69
RUSDIANA dan SUTEDI Jurnal Peternakan

penggunaan konsentrat akan ketersediaannya harus tetap ada


menyebabkan bertambahnya biaya yang sepanjang tahun. Tinggi rendahnya
harus dikeluarkan oleh petani ternak. produktivitas ternak tergantung pada
Untuk menekan biaya maka pemberian kualitas dan kuantitas pakan yang
konsentrat dapat digantikan dengan diberikan, agar produktivitas ternak tetap
bahan pakan yang berasal dari limbah optimal maka kuantitas dan kualitas
agroindustri potensial setempat misal pakan khususnya hijauan yang akan
limbah dari hasil pertanian. Miles et al., diberikan pada ternak harus diperhatikan
(1996) rumput Brachiaria biasanya ditanam dengan baik.
untuk padang penggembalaan permanen,
Secara biologis ternak kambing cukup
ditanamn untuk sistem cut and carry,
produktif dan adaptif dengan kondisi
rumput Brachiaria banyak tumbuh pada
lingkungan setempat dan memudahkan
perkebunan sebagai penutup tanah baik
cara pengembangannya. Sutama (2004)
untuk menahan erosi pada daerah yang
berpendapat pengembangan kambing
miring.
lebih diarahkan ke luar Pulau Jawa
Sesuai dengan pendapat Mansyur et al, mengingat besarnya sum berdaya alam di
(2007) rumput Brachiaria merupakan daerah-daerah tersebut. Terusan Tengah
rumput yang palatabel dan dapat Kecamatan Tinggi Raja Kabupaten Asahan
digunakan sebagai rumput potongan atau Sumatera Utara merupakan daerah
sebagai rumput untuk penggembalaan perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa,
ternak ruminansia. Tanaman pakan yang lahan pertanian dan tegalan yang
dapat diintroduksikan sebagai pakan ditumbuhi dengan rerumputan seperti
ternak kambing maka rumput Brachiaria rumput gajah, rumput rusa, rumput
merupakan jenis tanaman leguminosa, Brachiaria, rumput raket, gliricia, lamtoro,
dengan kandungan protein sekitar 18% kaliandra dan sisa limbah pertanian,
dengan produksi bahan kering (BK) sehingga akan mencukupi kebutuhan
sekitar 120 ton/ha/tahun Hutasoit (2009). ternak kambing yang dipelihara.
Kandungan nutrisi rumput Brachiaria
Berdasarkan permasalahan di atas,
cukup tinggi dan palatabilitas cukup baik
diduga rumput Brachiaria memberikan
(seperti rumput tropis yang lain) tetapi
kontribusi terhadap pertumbuhan ternak
bergantung pada status kesuburan tanah.
kambing dan meningkatkan pendapatan
Kecernaan rumput Brachiaria dapat
petani, oleh karena itu dilakukan
mencapai 50-80%, kandungan protein
penelitian mengenai analisis produksi
kasar (PK) 9-20%, tetapi dapat menurun
rumput Brachiaria dan usaha ternak
dengan cepat tergantung pada umur dan
kambing. Melihat permasalahan di atas
kondisi lingkungan dan kandungan
tujuan tulisan adalah untuk menganalisis
nutrien rumput Brachiaria yaitu BK 81%;
produksi rumput Brachiaria dalam
PK 7%; abu 6,5%; SK 35,1% dan BETN
pengembangan usaha ternak kambing
49,2% (Hartadi et al., 1980).
dan implikasinya terhadap kebijakan
Ketersediaan lahan pertanian, lahan ekonomi.
kosong perkebunan, tegalan, sawah dan
ladang merupakan lahan yang potensial MATERI DAN METODA
untuk menyediakan hijauan pakan.
Rumput Brachiaria dan berbagai limbah Lokasi dan Waktu Penelitian
pertanian dapat dimanfaatkan untuk Kegiatan ini dilaksanakan di Desa
pengembangan usaha ternak kambing. Terusan Tengah Kecamatan Tinggi Raja
Prawiradiputra (2003) mengemukakan Kabupaten Asahan Sumatera Utara pada
rumput Brachiaria termasuk pakan utama tahun 2014, daerah ini merupakan daerah
untuk ternak ruminansia dan yang mempunyai hamparan perkebunan

70
Vol 11 No 2 PENGARUH PEMBERIAN

kelapa sawit, perkebunan karet, laporan petugas penyuluhan setempat,


perkebunan kelapa, tanaman pangan, kemudian dikumpulkan hasil survey
lahan pertanian yang belum tergarap dan dengan teknik wawancara dan instrument
lahan kosong disekitar perkebunan. kuesioner yang telah dipersiapkan
Kabupaten Asahan termasuk daerah yang sebelumnya.
beriklim tropis yang memiliki 2 (dua)
musim yaitu musim kemarau dan musim Analisa data
hujan, sehingga sangat cocok untuk Data primer dan skunder dianalisis
mengembangkan rumput Brachiaria dan secara diskriptif, kuantitatif untuk
ternak kambing, sehingga dapat dijadikan menganalisa tingkat efisiensi usaha secara
suatu daerah yang merupakan sentra finansial maka dihitung dengan besarnya
produksi kambing. tingkat profitabilitas input dan output
secara ekonomi untuk menentukan
Sampling Peternak dan Pengumpulan
untung dan rugi yaitu total penerimaan
Data
dikurangi dengan total pengeluaran dan
Sampel penelitian diambil secara menghitung besaran biaya dengan
sengaja (pourposif sampling), terhadap 15 mengunakan B/C ratio (total penerimaan
petani peternak kambing, data primer di bagi total pengeluaran), menurut
berupa kondisi usaha ternak kambing, Limbong (1987) dan Sekarwati (1994).
budidaya, produktivitas dan Analisis kelayakan usaha tanaman legum
reproduktivitas ternak, serta input dan dalam digunakan dengan rumus sebagai
output usaha ternak kambing. Data berikut : Ashari et al., (2013):
sekunder berupa keadaan umum daerah
diambil dari Dinas Pertanian dan
Peternakan tingkat kabupaten dan dari

TCi TCi
CSi = n
x 100 % atau CSi = x 100 % .................(13)
 TC
TC
i
i 1

dimana: CSi = pangsa biaya input ke-i


TCi = biaya input ke-i
n
TC =  TC
i 1
i = total biaya usaha rumput brachiaria dan kambing
n

 CS
i 1
i = 100

Analisis kelayakan tanaman rumput


Brachiaria dengan beberapa faktor yang I = ∑ (y - py) - ∑ (Xi - Pi)
dapat menggambarkan berapa besar biaya
yang dikeluarkan selama usaha, sehingga Dimana :
dapat diperhitungkan berapa besar I = pendapatan (Rp)
keuntungan yang peroleh petani. Y = output/hasil (tanaman rumput )
Pendapatan dapat didefinisikan sebagai Pxi = harga input (Rp)
selisih antara penerimaan total biaya dan Pi = output (Rp)
total pendapatan kotor dapat dinilai Xi = input (1,2,3......n)
dengan nilai B/C rationya, yang mengacu
hasil penelitian dengan rumus :

71
RUSDIANA dan SUTEDI Jurnal Peternakan

Analisis dilakukan menggunakan peternak/tahun, jumlah petani ternak


parsial, indikator analisis yang dipakai kambing adalah 15 peternak.
adalah B/C ratio (Benefit Cost Ratio).
Analisis ekonomi produksi rumput
Brachiaria dan ternak kambing dihitung
HASIL DAN PEMBAHASAN
berdasarkan usaha selama satu tahun,
meliputi biaya produksi, pemeliharaan
Kondisi Lingkungan secara Umum
rumput Brachiaria dan ternak kambing,
Tataguna lahan menunjukkan biaya tenaga kerja keluarga dan biaya
perkebunan merupakan bagian terbesar di pembelian bibit dan pupuk.
daerah Suatera Utara, menyusul kebun
campuran dan lahan sawah. Keadaan ini Tingkat Produksi Rumput Brachiaria
menggambarkan Kabupaten Asahan dan Kambing
adalah lahan perkebunan berupa
Tabel 1, memperlihatkan produksi
usahatani ternak, sawah, sayur mayur,
rumput Brachiaria adalah 116.550
palawija, dengan demikian sebagian besar
kg/tahun dengan prediksi harga jual di
dari penduduk mempunyai mata
peternak Rp.50/kg. Tingkat produksi
pencaharian sebagai petani. Di samping
usahatani tanaman, usahatani ternak rumput Brachiaria dan ternak kambing
merupakan usaha yang banyak digeluti berubah-ubah dari satu musim panen
penduduk. Jumlah dan jenis ternak yang ke musim berikutnya, Untuk mencapai
banyak diusahakan adalah ternak sapi, produksi rumput Brachiaria dan ternak
kerbau, kambing, domba, ayam buras, kambing yang optimal tergantung
ayam ras dan itik (Satistik Kabupaten manajemen pemeliharaan. Faktor-
Asahan, 2013). faktor input yang berpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian di Desa terhadap produksi rumput brachiaria
Terusan Tengah Kecamatan Tinggi Raja dan ternak kambing jauh lebih kecil
Kabupaten Asahan Sumatera Utara bila dibandingkan hasil yang
menunjukkan rata-rata produksi rumput diperoleh petani sebelumnya.
Brachiaria 116.550 kg/tahun/0,05 ha.
Rumput Brachiaria memiliki
Rumput Brachiaria ditanam di lahan
pertumbuhan yang cepat, palatabilitas
kosong milik petani bertujuan untuk
dan produksi yang tinggi. Pemanenan
memenuhi kebutuhan pakan ternak
rumput Brachiaria dilakukan 6 kali dalam
kambing, rata-rata peternak memelihara
satu tahun, dan pengukuran produksi
ternak kambing adalah 6,06 ekor/
rumput Brachiaria terlihat pada Tabel.1

Tabel.1. Rataan produksi rumput brachiaria/rumpun/panen luas 0,05m2


Luas lahan 0.05 Produksi/ Jumlah /kg 6 x panen
No Perlakuan Rumpun/m2
m2/500m2 rumpun kg produksi/panen kg/thn
1. R1 500 5 1,35 3.375 20.250
2. R2 500 5 1,34 3.350 20.100
3. R3 500 5 1,25 3.125 18.750
4. R4 500 5 1,27 3.175 19.050
5. R5 500 5 1,26 3.150 18.900
6. R6 500 5 1,30 3.250 19.500
Jumlah 7.77 19.425 116.550

72
Vol 11 No 2 PENGARUH PEMBERIAN

Populasi Ternak Kambing perkembangannya, diharapkan tahun


mendatang ternak sapi, kerbau, kambing
Populasi ternak kambing terbesar di
Kecamatan Tinggi Raja terdapat pada desa dan domba berkembang lebih cepat untuk
Tinggi raja yaitu 494 ekor (Tabel 2). Tabel sub sektor peternakan di daerah
penelitian.
2 menunjukkan, penguasaan ternak
tertinggi adalah sapi potong dan ternak
kambing peringkat kedua. Di desa
Terusan Tengah masih ada harapan untuk
pengembangan usaha ternak kambing dan
domba, hanya ternak kerbau masih sedikit

Tabel.2. Populasi ternak di Kecamatan Tinggi Raja (ekor)


Ayam
Desa Sapi potong Kerbau Domba Kambing Itik
buras
Tinggi Raja 1.371 4 255 494 450 121
Sumber Harapan 340 - 270 394 3000 235
Terusan Tengah 255 - 40 209 225 127
Padang Sari 380 - 205 225 345 124
Pisaa Ulu 240 - 350 281 325 118
Teladan 406 - 106 210 155 155
Sidomulyo 431 - 152 372 121 117
Total 2.423 4 1.378 2.185 5.307 997
Sumber : Statiustik Kabupaten Asahan (2013) Dalam Angka Sementara

Analisis Ekonomi Rumput Brachiaria 1,2 artinya tanaman rumput Brachiaria


yang di budidayakan dilahan kosong dan
Tanaman rumput Brachiaria ditanam
belum tergarap ternyata masih
pada lahan seluas 0,3 ha/3.000 m2,
menguntungkan.
Rumput Brachiaria mulai berproduksi atau
dapat dipanen umur 30-40 hari atau 6 kali Beberapa faktor biaya variabel dan
panen dalam satu tahun, produksi rumput biaya produksi yang dapat dihitung
Brachiaria rata-rata adalah 7,77g/rumpun berdasarkan data luas lahan, dan
(25.000 rumpun), atau 19.425 kg atau banyaknya rumpun Brachiaria sehingga
116.550 kg/tahun dengan perkiraan harga biaya produksi selama satu tahun dapat
legume di peternak adalah Rp.50/kg, dihitung menggunakan perkiraan biaya
keuntungan kotor hasil produksi tanaman pengeluaran, harga secara ekonomi
rumput Brachiaria adalah Rp.5.825.000/ finansial dari hasil produksi rumput
tahun (Tabel 3). Brachiaria terlihat pada Tabel.3.
Perkiraan biaya produksi untuk Tabel 3 menunjukan produksi rumput
pemeliharaan 1 (satu) rumpun rumput Brachiaria Rp.2.632.000/tahun dengan
Brachiaria adalah Rp.500 x 25.000 rumpun nilai B/C ratio 1.2, diharapkan rumput
= Rp.1.250.000/tahun. Biaya tenaga kerja Brachiaria dapat dipertahankan dan
untuk mengolah lahan adalah Rp.650 x dibudidayakan oleh petani untuk
25.00 rumpun = Rp.1.625.000/ tahun. menunjang kebutuhan pakan menjelang
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk musim kemarau, sehingga dapat
pemeliharaan satu rumpun rumput mencukupi kebutuhan ternak.
Brachiaria dan tenaga kerja rata-rata
Rp.2.875.000/tahun, keuntungan bersih
dari tanaman rumput Brachiaria adalah
Rp.2.950.000/tahun dengan nilai B/C ratio

73
Jurnal Peternakan Vol 11 No 2 September 2014 (69 - 77) ISSN 1829 – 8729

Tabel.3. Analisis finansial tanaman rumput Brachiaria luas lahan 0,3 ha/3.000 m2/tahun
Uraian Volume Harga Jumlah (Rp)
A. Biaya produksi
- -Biaya produksi tanaman rumput brachiaria 3.000/m2/0.3 500 1.250.000
/rumpun, pupuk kimia dan pupuk 25.000/rumpun
kandang luas lahan sekitar/0,3 ha
- Biaya tenaga kerja petani, pengolahan 3.000/m2/0,3 650 1.625.000
lahan, pembersihan lahan, pengangkutan 25.000/rumpun
pupuk, pemberantasan penyakit/hama,
pemangkasan dan pemanenan, dengan luas
3.000m2/ 25.000rumpun
Jumlah biaya produksi - 125 2.875.000
C.Pendaptan
Rata-rata produksi hijauan legume 116.550 50 5.825.000
/kg/tahun
Keuntungan/tahun 5.825.000
Keuntungan bersih/tahun 2.950.000
B/C 1,2

Tingkat Kepemilikan Ternak Kambing


Angka kepemilikan ternak kambing
di Petani
terbesar yaitu betina dewasa
Tingkat perkembangan dan menunjukkan petani mengembangkan
kepemilikan ternak kambing di peternak usaha ternaknya dengan pola pembibitan,
adalah 6,06-ekor/peternak, umumnya untuk mendapatkan keturunan anak.
pemeliharaan induk sampai umur 1,5-4-5 Jumlah ternak kambing yang dipelihara
tahun, petani biasanya menjual kambing oleh petani dapat menentukan besarnya
induk setelah beranak 1-5 kali, walaupun biaya yang dikeluarkan. Rata-rata nilai
posisi harga murah, sedangkan untuk jual harga ternak kambing terlihat pada
ternak jantan dijual pada kisaran umur Tabel.5
8-21 bulan. Jumlah ternak kambing yang
dipelihara oleh petani dari tahun ke tahun Tabel.4. Rata-rata penguasaan ternak
relatif tetap karena petani sering kambing di lokasi penelitian 2014
menjualnya, rata-rata kepemilikan ternak Jumlah peternak kambing
kambing dilokasi penelitian terlihat pada Uraian (n-15)
Rata-rata %
Tabel.4
Betina dewasa 2,73 45,05
Tabel 4 menunjukkan kepemilikan Betina muda 1,13 18,65
ternak kambing betina dewasa Betina anak 1,07 17,66
menduduki posisi teratas yaitu 2,73 ekor Jantan dewasa 0,47 7,76
atau 45,05%, kambing betina muda 1,13 Jantan muda 0,93 15,35
ekor atau 18,65%, diikuti dengan jumlah Jantan anak 0,73 12,05
Jumlah 6,06 100,00
betina anak 1,07 ekor atau 17,66% naik
sekitar 2% dari jumlah anak betina
sebelumnya.

Tabel.5. Rata-rata jumlah dan harga jual kambing di lokasi penelitian 2014
Desa Terusan Tengah Kecamatan Tinggi Raja
Uraian
Jumlah (ekor) Nilai jual (Rp) Jumlah (Rp)
Betina dewasa 2,73 885.500 2.417.415
Betina muda 1,13 654.000 739.020
Jantan dewasa 0,47 2.245.000 1.055.150
Jantan muda 0,93 735.500 684.015
Jumlah - - 4.895.600

74
Jurnal Peternakan Vol 11 No 2 September 2014 (69 - 77) ISSN 1829 – 8729

Tabel 5 menunjukkan nilai jual ternak disamping itu pula pakan banyak tersedia
kambing betina dewasa merupakan nilai di lahan perkebunan kelapa sawit.
tertinggi yaitu Rp 2.417.415 dengan total
pendapatan petani Rp.4.895.600/tahun. Analisis Kelayakan Usaha Kambing
Berdasarkan data dan informasi dari Analisis ini merupakan suatu metode
petani, ternak kambing yang dipelihara yang digunakan untuk mengetahui
didominasi oleh kelahiran kembar dua, hubungan antara beberapa variabel
antara betina-jantan, jantan-jantan dan kegiatan usaha ternak kambing. Hal ini
betina-betina, untuk itu perlu dilakukan oleh peternak sehingga dapat
dipertahankan manajemen pakan dan menggambarkan keuntungan yang akan
pemeliharaan yang baik, karena faktor diperoleh petani (Tabel 6).
pakan ini cukup menentukan timbulnya
kelahiran ternak kambing kembar,

Tabel.6. Analisis finanisal usaha ternak kambing (n-15)


Uraian Volume Rata-rata Jumlah
Harga/Rp (Rp)
A. Biaya variable
A. Biaya investasi dan penyusutan
- 1. kandang kambing (unit) 1 unit 1.050.000 1.050.000
- 2. penyusutan kandang kambing/5 tahun - - 210.000
- 3. Peralatan kandang (paket) 1 paket 250.000 250.00
Jumlah (2+3) 460.000
- B. Biaya variable
- 1. Tenaga kerja keluarga (HOK) 160,56 7.500 1.204.200
- 2. Pakan konsentrat - - -
- 3. Obat-obatan 1 paket 50.000 50.000
Jumlah (1+ 2 + 3 ) 1.254.200
Total (A + B) 1.714.200
C.Nilai jual kambing di petani 2014
Betina dewasa 2,73 885.500 2.417.415
Betina muda 1,13 654.000 739.020
Jantan dewasa 0,47 2..245.000 1.055.150
Jantan muda 0,93 735.500 684.015
Jumlah 5,26 - 4.895.600
-Pendapatan kotor 4.895.600
-Pendapatan bersih 3.181.400
B/C 1,3

Tabel 5, menunjukkan petani dalam kambing layak dikembangkan. Biaya


pemeliharaan usaha ternak kambing yang dikeluarkan terkonsentrasi pada
dengan skala 5,26 ekor, mendapat biaya tenaga kerja, pembelian bibit dan
keuntugan Rp.4.895.600/tahun, hal ini biaya hijauan pakan.
membuktikan setiap pengeluran modal
Peluang usaha ternak kambing betina
usaha Rp.1.714.200/tahun mendapatkan
induk dan jantan dewasa semakin
keuntungan Rp.3.181.400/tahun, dengan
mendatangkan keuntungan bagi petani,
nilai B/C ratio 1,3. Sesuai dengan hasil
apabila diusahakan dengan manajemen
penelitian Rusdiana et al., (2009)
yang baik. Keuntungan peternak ternyata
pemeliharaan ternak kambing 8 ekor
dapat dipengaruhi oleh jumlah anak yang
betina induk dan 1 jantan, mendapatkan
dilahirkan, sementara sisa induk dan anak
keuntungan Rp.1.754.500 dengan nilai
keturunan yang tidak terjual oleh petani,
B/C ratio 1,2. Artinya usaha ternak

75
RUSDIANA dan SUTEDI Jurnal Peternakan

masih dipelihara sebagai investasi petani DAFTAR PUSTAKA


untuk tahun berikutnya.
Dhanda .J.S.. D.G. Taylor, and P.J.Murray.
Tingginya harga ternak kambing 2003. Part.2. Carcas Composition and Farty
dipengaruhi oleh kondisi tubuh ternak, Acid Profiles of Adipose Tisue of Male
sedangkan untuk betina dilihat dari Goats Effects of Genetype and Liveweight
keturunan induk yang baik, berdasarkan at Slaughter. Smal Rumin. Res. 50: 67-74.
hasil perhitungan perkiraan pendapatan
ekonomi secara finansial dari usaha ternak Dorian, S. dan I.N. Istina. 2009. Motivasi petani
agribisnis pertanian di Kabupaten Kampar
kambing petani akan memperoleh
(Studi Kasus Prima Tani Kebupaten
keuntungan secara riil, apabila usaha
Kampar). Pros. Seminar Nasional
ternak kambing untuk betina paling Membangun Sistem Inovasi di Pedesaan.
sedikit 10-20 ekor/petani, sehingga akan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
mendapatkan keuntungan secara riil 100% Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, 15–16
hasil dari pendapatan anak secara optimal Oktober 2010, hlm. 698 – 704.

KESIMPULAN Ginting,P.S. 2009. Beberapa alternatif skema


percepatan perkembangan dan penyebaran
Analisis produksi rumput Brachiaria bibit kambing boerke. Prosiding Seminar
dalam pengembangan usaha ternak Nasional Membangun Sistem Inovasi di
Perdesaan. Penyunting: Sjahrul Bustaman,
kambing di Desa Terusan Tengah
Agus Muharam, Argono Rio Setioko,
Kecamatan Tinggi Raja Kabupaten Asahan
Darman M., Rasid, Rachmat Hendayana
Sumatera Utara memberikan keuntungan dan Erizal Jamal Balai Besar Pengkajian
bersih tanaman rumput Brachiaria dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Rp. 2.950.000/tahun dengan nilai B/C Bogor 15-16 Oktober 2009. Buku I, hlm. 246-
ratio 1,2 dan keuntungan bersih dari 255.
usaha ternak kambing Rp.2.632.000/
tahun, nilai B/C ratio 1,4. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan
Lebdosukojo. 1980. Tabel Komposisi Bahan
Peluang untuk mengembangkan Makanan Ternak untuk Indoensia.
budidaya rumput Brachiaria dan ternak Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
kambing cukup baik, jika diusahakan https://forsum. Wordpress.com/dasar-
dengan manajemen yang baik. Tingginya forsum/bahan-pakan/hijauan/rumput-
harga ternak kambing dipengaruhi oleh rumputan-graminae/brachiaria-
kondisi tubuh yang baik sedangkan untuk decumbens/.
betina dilihat dari keturunan induk.
Hutasoit, R. 2009. Petunjuk teknis budidaya
Berdasarkan hasil perhitungan dan pemanfaatan Braciaria Ruziziensis
perkiraan pendapatan ekonomi dari usaha (Rumput Ruzi) sebagai hijauan pakan
ternak kambing yang dipadukan dengan kambing, Loka Penelitian Kambing Potong
nilai produksi rumput Brachiaria di petani Sei PutihMedan, Pusat Penelitian dan
akan memperoleh keuntungan secara riil Pengembangan Peternakan Bogor. hal 1-45.
apabila usaha ternak kambing untuk
Limbong.W.H dan P.Sitorus. 1987. Pengantar
betina paling sedikit 10-20 ekor/petani,
Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu-Ilmu
sehingga akan mendapatkan keuntungan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
secara riil 100% hasil dari pendapatan Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor,
anak secara optimal
Mansyur, L. Abdullah, H. Djuned1, A.R.
Tarmidi dan T. Dhalika, 2007. Konsentrasi
Amonia dan Asam Lemak Terbang
Rumput Brachiaria humidicola (Rendle)
Schweick pada Berbagai Interval

76
Vol 11 No 2 PENGARUH PEMBERIAN

Pemotongan (In Vitro). Jurnal Ilmu Ternak. Sosial Ekonomi Pertanian Bogor, hlm.495-
7(1): 64-68. 502

Miles, J.W., B.L. Maass, & C.B. do Valle, 1996. Syamsu. 2007. Karakteristik pemanfaatan
Brachiaria : Biology, Agronomy and limbah tanaman pangan sebagai pakan
Improvement Joint publication by CIAT, ternak ruminansia pada peternakan rakyat
Cali, Colombia and Embrapa/CNPGC, di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan
Campo Grande, MS, Brazil. dalam Seminar Nasional Asosiasi Ahli
Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) VI.
Prawiradiputra.B.R. 2003. Sistem produksi Fakultas Peternakan UGM Yogyakartadan
hijauan pakan ternak dilahan kering Jurnal AINI. Yogyakarta 26-27 Juli 2007.
Ilmu Ternak dan Veteriner. 8 (3) : 189-195.
Syamsu.J.A., Lily.A., Sofyan, K. Mudikdjo dan
Prawiradiputra.R.B. 2009. Masih adakah E. Gumbira.S. 2003. Daya Dukung Limbah
peluang pengembangan integrasi tanaman Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak
dengan ternak di Indonesia. Wartazoa. Ruminansia di Indonesia. Jurnal Wartazoa
Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Volume 13 tahun 2003. Hlm 32-37.
Hewan Indonesia Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor. Vol. 19. Thalib.C., R.H. Matondang dan T. Herawati.
No. 3. September 2009. 2011. Model pembibitan kambing dan
domba di Indonesia. Prosiding Workshop
Rusdiana. S., dan Ratna A.Saptati. 2009. Nasional Diversifikasi Pangan Daging
Kontribusi tanaman ubi kayu dan ternak Ruminansia Kecil Penyunting: Simon
kambing terhadap pendapatan petani: Ginting, Aron Batubara, Rasali,
analisis ekonomi (Kasus di Kota Bogor) H.Matondang, Umi Adiati dan Chalid.T.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Peternakan, bekerjasama dengan Pusat
dan Pengembangan Peternakan Bogor, Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Jakarta 15 Oktober 2012, hlm, 55-63.
Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor
13 -14 Agustus 2010. hal 507-514 Winarso.B. 2010. Prospek dan kendala
pengembangan agribisnis ternak kambing
Satistik Kabupaten Asahan 2013. Dalam angka dan domba di Indonesia. Prosiding
sementara. Dinas Penyuluh Pertanian dan Seminar Nasional. Peningakatan Daya
Peternakan Kabupaten Asahan. 2012 Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan
Petani. Penyunting: Kedi Suradisastra,
Soekarwati, A.Soehardjo, K.L. Dillon, and J.B. Pancar Simatupang dan Budiman
Hhardaker. 1994. Ilmu Usahatani dan Hutabarat. Pusat Analisis Soasial Ekonomi
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. dan Kebijakan Pertanian Kementrian
UI Press. Jakarta. Pertanian, hlm. 246-264 .

Sutama.I.K. 2004. Tantangan dan peluang Yusdja.Y.2004. Prospek usaha peternakan


peningkatan produktivitas kambing melaui kambing menuju tahun 2020. Prosiding
inovasi teknologi reproduksi. Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong,
Lokarya Nasional kambing Potong. Penyunting: Bambang Setiadi, Atien
Penyunting: Bambang Setiadi, Atien Priyanti., Kusumo.Dwiyanto dan
Priyanti, Kusumo Dwiyanto dan Simon.P., Simon.P.,Ginting. Pusat Penelitian dan
Ginting. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor, Badan
Pengembangan Peternakan Bogor, 6 Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Agustus 2003, hlm, 51-60 Bogor, 6 Agustus 2004, hlm, 21-27.

Syafaat., N.A. Agustin., T. Prandji., M.Ariani.,


M.Setiadji dan Wirawan. 1995. Studi kajian
SDM dalam menunjang pembangunan
pertanian rakyat terpadu di KTI. Puslit

77

You might also like