You are on page 1of 17

Karakteristik Petani Dan Hubungannya Dengan Kompetensi

Petani Lahan Sempit


(Kasus : Di Desa Sinar Sari Kecamatan Dramaga Kab. Bogor Jawa Barat)

Ira Manyamsari* dan Mujiburrahmad*

ABSTRACK

The success of small farming is highly dependent on the competence of farmers as


the main organizer. Competence-related characteristics such as level of education of
farmers, training and business experience, interaction with FEA, the use of
communication media and land area. The purpose of the study are: (1) Identify
competencies smallholders in agribusiness management, and (2) analyze the
relationship between the characteristics of smallholders with own competence. The
research was conducted in Desa Sinar Sari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
The approach used is a quantitative approach that is supported by qualitative data.
Methods of data collection is done by observation and FGD. The population was
smallholders who have less than 0.5 hectares of land. Population is taken from
smallholders who are members of Gapoktan Tani Mandiri. The analysis is used to
examine the relationship between the dependent variable is the independent variable
by using correlation analysis Kendall W. The results explain: (1) Field of
competence controlled by smallholders are in the category of very competent is:
Combination branches of business, entrepreneurial spirit, harvest , and marketing
efforts. Competence of postharvest handling is competent. Generally, farmers have
competent competency categories. (2) The characteristics significantly related to the
competence of farmers that are formal education, land and utilization of information
media. Meanwhile Age, Training, Experience seeks farmer, and interaction with the
instructor did not correlate significantly.

Keywords: Farmers, Competence, small Land and Farming.

PENDAHULUAN

Pengelolaan usaha tani dan dampaknya lahan produksi untuk


merupakan suatu satuan organisasi usaha tani menjadi semakin sempit.
produksi dilapangan pertanian. Pada Persoalan ini menyebabkan posisi tawar
setiap usaha tani akan selalu ada unsur petani menjadi semakin lemah,
lahan, modal, tenaga kerja dan terbatasnya aksesibilitas terhadap
manajemen pengelolaan, yang peluang-peluang ekonomi sebagai
keempatnya tidak dapat dipisah- sumber pendapatan di luar pertanian, dan
pisahkan. Lahan adalah unsur produksi pada akhirnya akan mempengaruhi
yang tahan lama yang dapat diwariskan struktur sosial serta nilai-nilai yang
dari generasi ke generasi. berhubungan dengan keluarganya.
Keadaan ini menyebabkan petani hidup
Seiring dengan perkembangan
di bawah garis kemiskinan, sehingga
penduduk, kebutuhan lahan untuk
diperlukan solusi untuk meningkatkan
perumahan, perkantoran dan gedung
pendapatan petani.
pemerintahan juga semakin meningkat,
_____
* Peneliti Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, Banda Aceh

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 58


Penambahan pendapatan seseorang dan berhubungan erat dengan
ekonomi petani melalui peningkatan kinerja efektif (Spencer and Spencer,
produktivitas usaha tani dengan 1993).
perluasan lahan tidak memungkinkan Kompetensi seorang petani
lagi dilakukan di Desa Sinar Sari dalam berusaha tani merupakan
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor perwujudan perilaku untuk
pada saat ini. Hal ini disebabkan merencanakan serangkaian aktivitas
sebagian besar lahan pertanian telah untuk mencapai target. Kompetensi
menjadi areal perumahan, milik merujuk pada kemampuan petani secara
pengusaha, pembangunan gedung umum untuk menjalankan usaha tani
pemerintah dan swasta, yang tersisa atau mengerjakan tugas-tugas dan
lahan pertanian sebanyak 40 Ha. Alih fungsi-fungsi pekerjaannya secara
fungsi lahan ini menyebabkan lahan kompeten. Kompeten merupakan
pertanian yang tersedia untuk petani
keterampilan fungsional yang
semakin sempit. dibutuhkan untuk menjalankan tugas
Selain perluasan lahan, pada suatu pekerjaan sesuai standar yang
peningkatan pendapatan petani dapat di tetapkan, atau dengan kata lain
juga dilakukan dengan meningkatkan kompeten diartikan sebagai memiliki
produktivitas usaha tani melalui keterampilan dan pengetahuan yang
pemanfaatan potensi lahan secara memadai untuk melaksanakan pekerjaan
optimal dan penerapan konsep agribisnis (Palan, 2008). Selain itu, petani yang
dalam berusaha tani. Agribisnis kompeten harus mampu menjadi
merupakan cara baru melihat dan manager usahatani yang terampil untuk
membangun pertanian dimana melakukan tugas-tugasnya seperti
pembangunan ekonomi berbasis merencanakan usaha tani, kapan waktu
pertanian, tidak hanya terbatas pada yang tepat untuk menanam, memanen,
pembangunan subsistem usaha tani saja. memasarkan hasil, mencari modal,
Untuk itu, penyuluhan yang intensif mengontrol usaha taninya dan lain-lain.
sangat diperlukan untuk meningkatkan Keberhasilan petani dalam
sumber daya manusia (SDM) atau berusaha tani erat kaitannya dengan
kompetensi petani dalam berusaha kompetensi agribisnis yang dimiliki
agribisnis. petani dalam mengelola usaha taninya.
Kompetensi merupakan suatu Kompetensi agribisnis adalah
karakteristik yang mendasar dari kemampuan petani untuk berpikir,
seseorang individu, yaitu penyebab yang bersikap dan bertindak dalam
terkait dengan acuan kriteria tentang merencanakan usaha tani untuk
kinerja yang efektif. Karakteristik dasar memperoleh keuntungan berusahatani,
berarti kompetensi merupakan suatu membangun kerjasama antar subsitem
bagian kepribadian seseorang yang pertanian, mengelola pasca panen
cukup mendalam dan relatif menetap pangan untuk meraih nilai tambah
serta dapat memprediksi perilaku dalam produk pertanian, serta mewujudkan
beragam situasi dan tugas-tugas jabatan. kegiatan pertanian yang berkelanjutan
Standar kriteria berarti bahwa (Harijati, 2007).
kompetensi benar-benar memprediksi Petani sebagai manusia yang
siapa yang melakukan sesuatu dengan hidup bermasyarakat, memiliki
baik atau buruk, yang diukur pada kebebasan untuk berinteraksi dengan
kriteria atau standar tertentu. Jadi lingkungan di sekitarnya, mempelajari
kompetensi berkaitan erat dengan berbagai hal baru, dan mengikuti setiap
karakter dasar yang dimiliki oleh
perkembangan yang ada. Hal ini, akan

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 59


membentuk karakteristik petani yang produksi, tetapi juga harus ada
berhubungan dengan dengan tingkat pengembangan kearah pengelolaan hasil.
kompetensi mereka dalam berusaha tani. Selain itu, strategi pemasaran hasil panen
Karakteristik ini akan mencerminkan sangat diperlukan sehingga mempunyai
perilaku yang menggambarkan motivasi, nilai tambah pada saat dijual.
karakteristik pribadi (ciri khas), konsep Keberhasilan usaha tani sangat
diri, nilai-nilai, pengetahuan atau tergantung kepada kompetensi petani
keahlian yang dibawa seseorang yang sebagai pengelola utama. Kompetensi
berkinerja unggul dalam berusaha tani. petani tidak sama satu dengan lainnya,
Penelitian ini berupaya mengkaji hal ini sangat tergantung kepada
kemampuan-kemampuan tersebut pada karakteristik yang mereka miliki. Ada
diri petani lahan sempit dan masalah banyak faktor terkait yang berkenaan
mendasar yang berhubungan dengannya dengan karakteristik petani lahan sempit
seperti apresiasinya terhadap kualitas yang memungkinkan mereka lebih maju
produk, pengolahan hasil panen, dalam meningkatkan jumlah dan kualitas
kombinasi cabang usaha dan akses produknya. Faktor tersebut seperti
terhadap pasar dengan harga yang lebih tingkat pendidikan, pelatihan dan
baik, sehingga kelak dapat dirumuskan pengalaman usaha, interaksi dengan
strategi yang tepat dalam memajukan penyuluh, pemanfaatan media
petani lahan sempit tersebut terutama komunikasi dan luas lahan. Untuk
dalam mengelola sumberdaya dan mengetahui kompetensi tersebut perlu
menggerakkan usaha tani agribisnis. didentifikasi kompetensi petani dan
hubungan karakteristik petani lahan
Kondisi pengelolaan usaha tani
sempit dengan kompetensinya dalam
lahan sempit di Desa Sinar Sari
pengelolaan usaha agribisnis.
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
masih dalam tahapan produksi, dan
belum sampai ketingkat pengolahan hasil METODE PENELITIAN
pasca panen atau agroindusri.
Diversifikasi komoditas dalam usaha tani Rancangan Penelitian
sudah mulai dilakukan, namun petani Penelitian ini didesain sebagai
belum serius memperhatikan sejauh penelitian survey yang bersifat
mana kualitas hasil produksi mampu deskriptif korelasional untuk melihat
bersaing ditingkat pasar. Pengelolaan hubungan antara variabel antecendent
usaha tani dengan berbagai skala usaha dengan variabel konsekuen.
masih terlalu mengeksploitasi lahan Pendekatan penelitian yang digunakan
untuk tujuan komersil. adalah pendekatan kuantitatif yang
didukung oleh data kualitatif. Metode
Pengelolaan usaha tani pada
pengumpulan data dengan
lahan sempit seharusnya tidak saja
menggunakan kuesioner untuk
berorientasi pada peningkatan hasil
mendapatkan data kuantitatif,
produksi dan produk yang dibutuhkan
sedangkan untuk mendapatkan data
pasar, tetapi juga harus mampu
kualitatif dilakukan observasi lapangan
menciptakan pasar, efisien, dan memiliki
dan wawancara mendalam.
daya saing. Pengelolaan usahatani
dilahan sempit akan lebih
menguntungkan bila petani petani Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
menerapkan manajemen agribisnis
Desa Sinar Sari Kecamatan Dramaga,
dalam pelaksanaan usahataninya. Dalam
Kabupaten Bogor pada Mei 2013.
agribisnis, petani tidak saja dituntut
Penelitian ini dilakukan ditempat
mengelola usaha tani untuk peningkatan

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 60


tersebut karena Desa Sinar Sar HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki lahan pertanian yang dikelola
oleh petani berlahan sempit. Luas lahan Gambaran Umum Wilayah
yang dimiliki desa ini berkisar sekitar Penelitian
40 ha, yang dikelola untuk tanaman Desa Sinar Sari merupakan salah
sayur-sayuran, ubi-ubian dan lainnya. satu desa di Kec. Dramaga dengan desa
luas 172,24 ha dengan ketinggian 200
Populasi dan Sampel m diatas permukaan laut bersuhu 22-28
Populasi penelitian ini adalah C. Jumlah penduduk 7390 orang dan
petani lahan sempit yang mempunyai 1762 KK yang menghuni 4 (empat)
lahan kurang dari 0,5 hektar yang RW dan 22 (dua puluh dua) RT. Mata
terdapat di Desa Sinar Sari Kecamatan pencaharian penduduk terdiri dari PNS
Dramaga Bogor. Populasi diambil dari 290 orang, swasta 472 orang,
petani lahan sempit yang merupakan wiraswasta/dagang 200 orang,
anggota Gapoktan Tani Mandiri pertukangan 20 orang, tani 121 orang,
sebanyak 22 orang. peternak 100 orang, pemulung 20
Sampel yang digunakan diambil orang dan buruh tani 611 orang. Areal
dengan penggunaan sampling jenuh. usaha masyarakat terdiri dari lahan
Sugiyono (2010) Sampling jenuh pertanian 40 ha, sawah, tegalan,
adalah tekhnik penentuan sampel bila pekarangan, kolam dan danau.
semua anggota populasi digunakan Luas lahan pertanian yang
sebagai sampel. Hal ini biasa dikelola untuk usahatani paling rendah
digunakan bila jumlah populasi relatif adalah 500 meter dan paling tinggi
kecil, kurang dari 30 orang. lebih dari 2 hektar, luas lahan rata-rata
yang kelola untuk usaha tani berkisar
Data dan Instrumentasi 1200 meter. Umumnya petani didaerah
Data yang dikumpulkan dalam ini adalah petani berlahan sempit yang
penelitian ini adalah data primer dan lahannya kurang dari 0,5 hektar dan
data sekunder. Data primer diperoleh selebihnya adalah petani yang
dengan cara melakukan wawancara mengelola 0,5 lebih. Lahan pertanian
mendalam dengan responden dengan digunakan untuk usaha budiya
kuesioner yang telah disiapkan. Data tanaman, perikanan ikan dan
sekunder diperoleh dar kantor kepala perternakan. Tanaman yang
Desa Sinar Sari. Pengumpulan data dibudidayakan dalam usaha tani antara
dilakukan oleh peneliti sendiri dengan lain: jagung, ubi jalar, ubi kayu,
wawancara dan pengisian kuesioner. bengkuang, padi, terong dan berbagai
Pengisian kuesioner oleh responden macam sayuran lainnya. Pada usaha
akan dipandu agar responden perikanan ikan yang biasanya
memahami tentang pertanyaan yang dikembangkan oleh petani adalah ikan
diajukan. gurami dan lele. Sedangkan untuk
peternakan ayam dan domba.
Analisis Data Kelompok tani yang ada didesa
Analisis data dilakukan baik ini adalah Gapoktan Sinar Sari yang
secara kualitatif maupun secara anggotanya terdiri dari berbagai
kuantitatif. Uji statistik yang digunakan kelompok usaha lainnya, diantaranya:
untuk melihat hubungan antar variabel kelompok perikanan, kelompok
terikat dengan variabel bebas adalah peternanakan dan kelompok tani.
dengan menggunakan analisis korelasi Kelompok ini berbentuk konsorsium
Kendall W (Siegel, 1994 yang ketuanya dipilih berdasarkan
musyawarah kelompok anggota.

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 61


Kelompok ini di bentuk pada tahun Distribusi Petani Lahan Sempit
1999, dan masih berjalan sampai Berdasarkan Umur
sekarang dan setiap bulan sekali Umur yakni usia petani yang
melakukan pertemuan. terlibat pada usaha tani lahan sempit
Penyuluhan yang dilaksanakan di yang dihitung sejak lahir sampai saat
daerah ini adalah penyuluhan menjadi responden. Umur
pertanian, perikanan dan peternakan. dikategorikan: (1) muda (< 45 tahun),
Masing-masing bidang penyuluhan (2) sedang (45 - 55 tahun), dan (3) tua
mempunyai penyuluhnya tersendiri. (>55 tahun). Hasil penelitian tentang
Penyuluhan biasanya dilakukan dengan petani berdasarkan umur dapat dilihat
melibatkan kelompok tani, masyarakat pada Tabel 1.
diluar kelompok tani jarang
mendapatkan penyuluhan.

Tabel 1. Distribusi Petani Lahan Sempit Menurut Golongan Umur


Umur Jumlah Persen (%)
Muda ( < 45 tahun) 3 18,75
Sedang (45 – 55 tahun) 9 56,25
Tua (> 55 tahun) 4 25
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 35 tahun; Maksimum : 60 tahun
Rata-rata : 50,19 tahun

Tabel 1 menunjukkan bahwa sampai perguruan tinggi. Hasil


lebih dari setengah petani lahan sempit pengukuran dikategorikan menjadi: (1)
berumur sedang, seperempat berumur rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi.
tua, dan selebihnya berumur muda. Pendidikan formal rendah adalah petani
Secara umum, Tabel 2 menunjukkan yang bersekolah kurang dari 7 tahun
bahwa mayoritas (56,25%) petani lahan atau setara dengan tamatan SD.
sempit berumur sedang antara 45 Pendidikan formal sedang adalah
sampai 55 tahun. petani yang bersekolah lebih dari 7
tahun sampai dengan 10 tahun atau
Distribusi Petani Lahan Sempit setara tamatan SMP, sedangkan
Berdasarkan Pendidikan Formal pendidikan formal tinggi adalah petani
Pendidikan formal adalah lama yang bersekolah lebih dari sepuluh
tahun yang ditempuh petani dalam tahun. Hasil penelitian mengenai
mengikuti sekolah formal yang pendidikan formal petani lahan sempit
berdasarkan jenjang sekolah dasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi petani lahan sempit menurut pendidikan formal


Pendidikan formal Jumlah Persen (%)
Rendah ( < 7 tahun) 10 62,5
Sedang (7 – 10 tahun) - -
Tinggi (> 10 tahun) 6 37,5
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum: SD; Maksimum : Diploma III

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 62


Tabel 2 menunjukkan bahwa Pelatihan adalah pendidikan atau
lebih dari setengah petani lahan sempit proses belajar terencana yang pernah
berpendidikan rendah dan selebihnya diiukuti oleh petani yang didapatkan di
berpendidikan tinggi. Sedangkan petani luar sekolah formal. Pada penelitian ini
yang berpendidikan sedang tidak ada pelatihan dikategorikan: (1) rendah
sama sekali. Secara umum, mayoritas kurang dari 25 jam, (2) sedang
(62,5%) petani lahan sempit berkisar antara 25 sampai dengan 50
berpendidikan rendah atau tamatan jam dan (3) tinggi lebih dar 50 jam.
Sekolah Dasar (SD). Hasil penelitian mengenai pelatihan
yang pernah diikuti oleh petani lahan
Distribusi Petani Lahan Sempit sempit tersebut dapat dilihat pada
Berdasarkan Pelatihan Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi petani lahan sempit menurut pelatihan


Pelatihan Jumlah Persen (%)
Rendah ( < 25 jam) 4 25
Sedang (25 – 50 jam) 5 31,25
Tinggi (> 50 jam) 7 43,75
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 24jam; Maksimum : 72 jam
Rata-rata : 52,5 jam

Tabel 3 menununjukkan bahwa Luas lahan usaha tani dalam


lebih dari sepertiga petani penelitian ini adalah luas hamparan
(43,75%)pernah mengikuti pelatihan tanah yang digunakan untuk melakukan
lebih dari 50 jam, seperempat petani usahai tani. Luas lahan dikatergorikan
(25%) mengikuti pelatihan kurang dari kedalam tiga kelompok yaitu: (1)
25 jam atau berkatagori rendah dan sempit adalah luas lahan yang dikelola
selebihnya (31,25 %) berkategori kurang dari 1000 meter, (2) sedang
sedang berkisar antara 25 – 50 jam. adalah luas lahan yang dikelola untuk
Secara umum, Tabel 3 menujukkan usaha tani antara 1000 sampai dengan
bahwa mayoritas petani lahan sempit 2000 meter, (3) luas adalah luas lahan
pernah menikuti pelatihan lebih dari 48 yang dikelola untuk usaha tani lebi dari
jam. 2000 meter. Hasil penelitian mengenai
luas lahan yang dikelola oleh petani
Distribusi Petani Lahan Sempit lahan sempit tersebut dapat dilihat pada
Berdasarkan Luas Lahan Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi petani lahan sempit menurut luas lahan


Luas lahan Jumlah Persen (%)
Sempit ( < 0,1 ha) 8 50
Sedang (0,1 – 0,2 ha) 6 37,5
Luas (> 0,2) 2 12,5
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 0,05 hektar; Maksimum : 0,3 hektar
Rata-rata : 0,13 hektar

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 63


Tabel 4 menunjukkan bahwa Pengalaman usaha adalah
setengah dari petani lahan sempi jumlah tahun berupa pengalaman yang
memiliki luas lahan rendah yaitu dilalui petani lahan sempit sebagai
kurang dari 0,1 hektar atau 1000 meter, bagian dari proses belajar dalam
lebih dari sepertiga memiliki luas lahan kegiatan budidaya, produksi dan seluk
sedang berkisar antara 0,1 hektar beluk usaha dan pemasaran hasil panen
sampai dengan 0,2 hektar dan dalam rangka memperoleh penghasilan.
selebihnya memiliki luas lahan yang Pengalaman usaha tani diklasifikasikan
luas yaitu lebih dari 0,2 hektar. Secara dalam kategori: (1) pengalaman baru
umum, Tabel 4 menunjukkan bahwa adalah kurang dari 10 tahun, (2)
mayoritas (50 %) petani lahan sempi pengalaman sedang berkisar antara 10
memiliki luas lahan yang rendah sampai dengan 20 tahun, dan (3)
(kurang dari 0,1 hektar). pengalaman lama lebih dari 20 tahun.
Distribusi petani berdasarkan
pengalaman usaha dapat dilihat pada
Distribusi Petani Lahan Sempit
Tabel 5
Berdasarkan Pengalaman Usahatani
.
Tabel 5. Distribusi petani lahan sempit menurut pengalaman usaha tani
Pengalaman usaha tani Jumlah Persen (%)
Baru ( < 10 tahun) 3 18,75
Sedang (10 – 20 tahun) 7 43,75
Lama (> 20 tahun) 6 37,5
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 5 tahun; Maksimum : 30 tahun
Rata-rata : 16 tahun

Tabel 5 menunujukkan bahwa dengan penyuluh setiap musim tanam


dari 16 petani lahan sempit yang sehubungan dengan usahatani yang
terlibat sebagai respoden pada dilakukan. Pada penelitian ini interaksi
penenelitian ini,kurang dari seperempat dengan penyuluh diklasifikasikan dalam
dari petani memiliki pengalaman tiga kategori yaitu: (1) rendah, (2) sedang
usahatani yang relatif baru, lebih dari dan (3) tinggi. Distribusi petani
sepertiga diantaranya memiliki berdasarkan interaksi dengan penyuluh
pengalaman usaha tani lama dan dapat dilihat pada Tabel 6.
selebihnya memiliki pengalaman usaha
cukup lama. Tabel 5 menunjukkan
bahwa pada penelitian ini mayoritas Hasil penelitian (Tabel 6)
petani (43,73 %) memiliki pengalaman menunjukkan bahwa setengah dari 16
usaha tani antara 10 tahun sampai responden berinteraksi dengan penyuluh
dengan 20 tahun. Rata-rata pengalaman berkisar antara 7 jam sampai dengan 12
petani berusahatani adalah 16 tahun. jam permusim panen atau termasuk
kategori sedang, petani yang
berinteraksi rendah dengan penyuluh
Distribusi Petani Lahan Sempit kurang dari seperempat (18,75 %), dan
Berdasarkan Interaksi dengan selebihnya berinteraksi tinggi (31,25%)
Penyuluh. dengan penyuluh. Secara umum, Tabel
Interaksi dengan penyuluh 6 menunjukkan bahwa mayoritas (50
adalah intensitas kontak dan
komunikasi antar petani lahan sempit

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 64


%) responden berinteraksi sedang dengan penyuluh.

Tabel 6. Distribusi Petani Lahan Lempit menurut Interaksi dengan Penyuluh


Interaksi dengan
Jumlah Persen (%)
penyuluh
Rendah ( < 7 jam) 3 18,75
Sedang (7 – 12 jam) 8 50
Tinggi (> 12 jam) 5 31,25
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 6 jam; Maksimum : 18 jam
Rata-rata : 12,75 jam

Distribusi Petani lahan Sempit (2) sedang, dan (3) tinggi. Pemanfaatan
Berdasarkan Pemanfaatan Media media dengan kategori rendah adalah
Komunikasi pemanfaatan dengan skor kurang dari 5
Pemanfaatan media yakni jam, pemanfaatan media dengan
media yang dimanfaatkan oleh petani kategori sedang yakni dengan skor 5
lahan sempit untuk memperoleh sampai 7 jam, dan kategori tigggi
informasi tentang usaha tani setiap dengan skor lebih dari 7 jam. Distribusi
minggu. Pada penelitian ini petani berdasarkan pemanfaatan media
pemanfaatan media diklasifikasikan informasi dapat dilihat pada Tabel 7.
dalam tiga kategori yakni: (1) rendah,

Tabel 7. Distribusi petani lahan sempit menurut pemanfaatan media informasi


Pemanfaatan media
Jumlah Persen (%)
informasi
Rendah ( < 5 jam) 3 18,75
Sedang (5 – 7 jam) 10 62,5
Tinggi (> 7jam) 3 18,75
Jumlah 16 100
Keterangan: Minimum : 3 jam; Maksimum : 8 jam
Rata-rata : 5,75 jam

Tabel 7 menunjukkan bahwa merupakan kemampuan untuk


lebih dari setengah responden atau melaksanakan tugas secara efektif
sebanyak 62,5 persent memanfaatkan dengan penuh tangggungjawab.
media informasi dengan kategori, Suparno (2002) mengemukakan bahwa
sedangkan untuk kategori rendah dan kemampuan atau kompetensi sebagai
tinggi memiliki nilai yang sama yaitu kecakapan yang memadai, kewenangan
sebanyak 18,75 persen. Rata-rata untuk melakukan suatu tugas dengan
pemanfaatan media informasi oleh terampil, cakap sesuai yang
responden adalah 5,7 jam perminggu. disyaratkan. Seiring dengan itu,
Hornby (1995) mengemukakan bahwa,
kompetensi berarti mengerjakan
Kompetensi Petani Lahan Sempit
sesuatu yang membutuhkan
Kompetensi merupakan
kemampuan, kewenangan,
kemampuan yang dimiliki oleh petani
pengetahuan, keterampilan,
dalam melaksanakan kegiatan usaha
tani. Dengan kata lain, kompetensi kemampuan memberi isi kepada
sesuatu; kemampuan menghasilkan,

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 65


mengalami, dan mengerti tentang kebiasaan berfikir dan bertindak
sesuatu. (Mulyasa, 2002).
Dalam hubungannya dengan Kebutuhan kompetensi dalam
proses belajar, kompetensi merujuk pengelolaan lahan sempit akan berbeda
kepada perbuatan yang bersifat rasional dengan areal usaha tani lainnya.
dan memenuhi spesifikasi tertentu Pengelolaan lahan sempit bukan saja
dalam proses belajar. Kompetensi untuk meningkatkan produksi uasaha
dikatakan perbuatan karena berbentuk tani, tetapi juga harus mengelola hasil
perilaku yang dapat diamati, meskipun panen agar mempunyai nilai lebih pada
sering terlihat proses yang tidak saat dijual. Kompetensi yang perlu
nampak seperti pengambilan pilihan dikuasai oleh petani adalah (1) Panen,
sebelum perbuatan dilakukan. (2) Pengelolaan pascapanen, (3)
Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas Pemasaran hasil, (4) Kombinasi
dilakukan dengan penuh kesadaran ” Cabang usaha, dan (5) Jiwa
mengapa dan bagaimana” perbuatan kewirausahaan. Hasil penelitian
tersebut dilakukan. Kompetensi mengenai kompetensi petani lahan
merupakan perpaduan dari sempit di Desa Sinar Sari Kecamatan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan Dramaga Kabupaten Bogor dapat
sikap yang direfleksikan dalam dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kompetensi Petani Lahan Sempit


No Bidang Kompetensi Skor Jenjang
1 Kombinasi cabang usaha 3.6 1
2 Jiwa kewirausahaan 3.57 2
3 Panen 3.46 3
4 Pemasaran hasil panen 3.3 4
5 Penanganan pasca panen 2.66 5
Rata-rata 3.31

Tabel 8 menunjukkan kompetensi ini masih berada pada


kompetensi yang dikuasai oleh petani kategori kompeten.
lahan sempit di Desa Sinar Sari Rendahnya penguasaan bidang
tergolong tinggi dengan rata-rata nilai kompetensi ini tidak terlepas dari
skor 3,31 pada penjejangan terdapat rendahnya akses petani terhadap
nilai skor pada kisaran 3,25-4 dari informasi dan pengetahuan mengenai
rentang nilai pengamatan satu pengelolaan hasil pasca panen dan
(terendah) dan empat (tertinggi). tidak adanya sarana terutama teknologi
Hasil analisis data yang berupa mesin pengolahan. Selain
menunjukkan empat bidang itu, penyuluhan terhadap pengelolaan
kompetensi (1) Kombinasi cabang hasil pascapanen juga masih sangat
usaha, (2) Jiwa kewirausahaan., (3) kurang. Keadaan ini hampir sama
Panen, dan (4) Pemasaran hasil, berada dengan hasil penelitian yang dilakukan
pada kategori sangat kompeten. Harijati (2007) terhadap petani lahan
Sedangkan pengelolaan pascapanen sempit di pinggiran Jakarta dan
merupakan bidang kompetensi yang Bandung, hasil penemuannya adalah:
paling rendah dimiliki atau dikuasai ”petani lahan sempit kurang mendapat
oleh petani, namun demikian bidang dukungan sarana usaha tani dan
kelembagaan yang sesuai. Sebagian

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 66


besar petani kurang memiliki akses Strategi pemasaran hasil
sumber modal dan akses sumber produksi merupakan salah satu cara
informasi yang sesuai untuk untuk mendapatkan nilai lebih dalam
mengembangkan usaha taninya. menjual hasil produksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bidang
Kemampuan kombinasi cabang
kompetensi pemasaran hasil usaha
usaha merupakan bidang kompetensi
berada pada urutan keempat yang
yang berada pada urutan pertama.
dikuasi oleh petani dengan katergori
Keadaan ini menunjukkan bahwa
sangat kompeten. Namun demikian,
petani tidak menggantungkan
keadaan dilapangan menunjukkan
peningkatan pendapatan pada satu
bahwa petani belum banyak melakukan
usaha saja. Secara umum, kombinasi
strategi penjualan, misalnya penjualan
cabang usaha yang dilakukan adalah
ke konsumen terakhir, ke super market.
budidaya tanaman dan budidaya ikan
Petani juga belum melakukan
air tawar. Dimana, daun tanaman
pengepakan terhadap hasil produksi
terutama ubi-ubian dijadikan sebagai
agar mempunyai nelai lebih pada saat
sumber makanan bagi ikan gurami.
dijual. Ada beberapa hal yang
Selain itu, penanaman tumpang sari
menyebabkan persolan tersebut terjadi,
juga sudah dilakukan oleh petani,
yaitu: (1) Menjual kekonsumen terakhir
diantaranya bengkuang dan jagung.
dibutuhkan waktu yang lama untuk
Kombinasi cabang usaha menghabiskan dagangan, padahal hasil
merupakan pencerminan dari jiwa produksi sangat banyak minimal satu
kewirausahaan yang dimiliki oleh ton untuk sekali panen; (2) Penjualan
petani. Hasil penelitian menunjukkan ke supermarket tidak mungkin
bahwa jiwa kewirausahaan yang dilakukan, karena supermarket
dimiliki oleh petani berada pada membutuhkan suplai yang rutin,
kategori yang sangat kompeten. Namun misalnya seminggu sekali. Sedangkan
demikian, keadaan dilapangan petani tidak sanggup melakukannya.
menunjukkan bahwa petani masih
Selain itu, penundaan penjualan
kurang berani untuk mengambil resiko
sampai harga yang diinginkan tidak
dalam menanam komoditas baru yang
selamanya dilakukan oleh petani.
belum ada yang menanamnya. Petani
Keadaan ini disebabkan karena
menganggap bahwa bila komoditas
tanaman harus segera dipanen,
tersebut gagal dikembangkan akan
sedangkan harga dipasar cendrung
menyebabkan kerugian terutama biaya
stabil karena ketersedian barang sangat
untuk tenaga kerja dan pengolahan
banyak. Bila penundaan terus
lahan.
dilakukan, hasil produksi akan rusak
Pemanenan hasil produksi atau bahkan membusuk. Kalau jagung
sudah dilakukan dengan baik oleh akan menjadi tua, sehingga harga
petani, terutama dalam menentukan jualnya akan lebih rendah lagi.
umur panen, kadar air dan ciri-ciri
Berdasarkan uraian diatas,
tanaman yang siap dipanen. Petani
dapat disumpulkan bahwa rata-rata
menganggap cara memanen merupakan
kompetensi petani lahan sempit di Desa
salah satu cara dalam menjaga mutu
Sinar Sari berada dalam kategori sangat
hasil produksi. Hasil penelitian
kompeten untuk saat ini, namun
menunjukkan panen merupakan bidang
demikian masih perlu peningkatan
kompetensi ketiga yang dikuasai oleh
terutama mengenai penanganan
petani dan termasuk dalam kategori
pascapanen dan pemasaran hasil usaha.
sangat kompeten.

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 67


Hubungan Karakteristik dengan Pendidikan formal, (3) Pelatihan, (4)
Kompetensi Petani Lahan Sempit Luas lahan, (5) Pengalaman berusaha
tani, (6) Interaksi dengan penyuluh,
Karakteristik terpilih yang
dan (7) Pemanfaatan media informasi.
dihubungkan dengan kompetensi petani
lahan sempit adalah : (1) Umur, (2)

Tabel 9. Hubungan Karakteristik dan Kompetensi Petani Lahan Sempit


Penanganan Pemasaran Kombinasi Jiwa
Panen
Pascapanen hasil usaha usaha Kewirausahaan
Kendall's Umur Correlation .024 -.023 -.012 -.379 .115
tau_b Coefficient
Pendidikan Correlation .501* .585* .683** .301 .206
formal Coefficient
Pelatihan Correlation .150 -.043 .000 -.023 .153
Coefficient
Luasl ahan Correlation .072 -.136 .036 .571* -.171
Coefficient
Pengalaman Correlation -.012 -.197 .000 .259 -.066
berusaha tani Coefficient
Interaksi dgn Correlation .328 .191 .101 .011 .032
penyuluh Coefficient
Pemanfaatan Correlation .416 .154 .637** -.064 .395
Media Coefficient
Komunikasi
Sig. (2-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Analisis data pada Tabel 9 berusaha tani, hal ini akan
menunjukkan umur tidak berhubungan menyebabkan semakin bertambah
nyata dengan kompetensi petani lahan kompetensi petani tersebut dalam
sempit. Hal ini tidak terlepas dari berusaha tani.
kondisi umur petani yang teliti Pendidikan sangat menentukan
dilapangan lebih dari setengahnya tingkat kompetensi petani dalam
berada pada kategori sedang yaitu melakukan usaha tani. Hasil analisis
antara 45 – 55 tahun. Namun
data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa
demikian, penguasaan bidang pendidikan formal berhubungan secara
kompetensi antar kelompok umur signifikan dengan bidang kompetensi
berbeda berdasarkan penjenjangan petani yaitu pemasaran hasil usaha,
skor. Petani muda dan sedang lebih panen dan penanganan pascapanen.
mementingkan bidang kompetensi jiwa Keadaan mencerminkan bahwa
kewirausahaan, sedangkan petani yang semakin tinggi pendidikan formal
berumur tua lebih mementingkan
petani semakin tinggi pula tingkat
bidang kompetensi kombinasi cabang kompetensi yang dimilikinya.
usaha. Mulyasa (2003) mengemukakan Berdasarkan jenjang skor, petani yang
bahwa perkembangan kemampuan pendidikannya rendah mementingkan
berpikir terjadai seiring dengan untuk menguasai bidang kompetensi
bertambanya umur. Hal ini jiwa kewirausahaan, sedangkan petani
menunjukkan bahwa semakin tua umur yang berpendidikan tinggi
seorang petani, akan semakin
menambah pengalaman dalam

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 68


mementingkan untuk menguasai yang berada dalam satu lokasi yang
kombinasi cabang usaha dan panen. berdekatan. Keadaan ini menyebabkan
petani akan sering berinteraksi dan
Pendidikan menggambarkan
berbagi informasi tentang usahatani
tingkat kemampuan dan menggali
yang dilakukan, sehingga petani yang
tingkat pemahaman petani mengenai
mengikuti pelatihan rendah dapat
segala sesuatu, baik peningkatan
menyerap informasi dari petani yang
pengetahuan, ketrampilan, dan
mengikuti pelatihan tinggi. Selain itu,
perubahan sikap petani. Pendidikan
mereka dapat melihat langsung
juga merupakan proses belajar bagi
kesuksesan usahatani petani lainnya.
petani mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan upaya Luas lahan yang digarap petani
peningkatan taraf hidup petani. Hal ini sangat berhubungan erat dengan
sejalan dengan pendapat Totok tanggungan dan pendapatan petani.
Mardikanto (1993) bahwa pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adalah proses pengembangan luas lahan berhubungan secara
pengetahuan maupun sikap seseorang signifikan dengan kombinasi cabang
yang dilakukan secara terencana, yang usaha. Hal ini menggambarkan bahwa
akan membentuk wawasan terhadap semakin luas lahan yang dimiliki oleh
suatu objek yang akhirnya akan petani, semakin banyak jenis usaha
mengarahkan pada pengambilan yang bisa dilakukan. Petani yang
keputusan. lahannya luas dan sedang lebih
mementingkan bidang kompetensi
Selain pendidikan formal,
kombinasi cabang usaha, sedangkan
pendidikan nonformal /pelatihan juga
petani yang lahannya sempit lebih
memberikan kontribus terhadap
mementingkan jiwa kewirausahaan.
peningkatan kompetensi petani.
Lahan yang digarap petani berkisar
Pelatihan merupakan proses pendidikan
antara 500 meter sampai dengan 3000
atau belajar mengajar diluar pendidikan
meter. Lionberger dalam Andawan
formal. Pelatihan erat kaitannya dengan
(2007) menjelaskan bahwa semakin
peningkatan penerimaan suatu
luas lahan yang dikuasai petani,
informasi untuk membuka wawasan
biasanya petani memiliki sikap cepat
pengetahuan dan ketrampilan tentang
mengadopsi inovasi karena memiliki
usahatani yang mereka lakukan. Dari
kemampuan ekonomi yang lebih baik.
pelatihan yang diikuti, petani dapat
menentukan sikap apakah pelatihan Pengalaman berusaha tani
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan memegang peranan penting dalam
dan harapan. Menurut Soekartawi peningkatan kompetensi petani. Petani
(1988) pengalaman pelatihan yang yang memiliki pengalaman yang tinggi
dimiliki seseorang (petani) akan biasanya akan lebih dewasa dalam
mempengaruhi kecepatan dalam menghadapi berbagai persoalan dalam
mengambil keputusan, karena dari usaha tani. Padmowihardjo (1994),
pelatihan yang diikuti diperoleh pengalaman merupakan pendidikan
penambahan pengetahuan dan yang diperoleh seseorang dalam
ketrampilan dalam melakukan rutinitas kehidupan sehari-hari, seperti
usahatani. peristiwa-peristiwa atau kenyataan-
kenyataan yang dialaminya.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelatihan tidak menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan
hubungan secara signifikan dengan bahwa petani yang pengalamannya
kompetensi petani. Hal ini tidak diatas 10 tahun lebih menguasai bidang
terlepas dari kondisi areal usahatani kompetensi kombinasi cabang usaha

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 69


untuk meningkatkan hasil produksi, maupun di lingkungan ketiga.
sedangkan petani yang pengalamannya Perbuatan yang dipilih seseorang
baru lebih mementingkan menguasai dipengaruhi kejadian-kejadian khusus
kewirausahaan dan panen. Analisis pada waktu itu, tetapi kecenderungan-
data pada Tabel 10 menunjukkan kecenderungan yang bersifat tetap
bahwa pengalaman tidak berhubungan mengakibatkan tingkah laku yang
secara signifikan dengan kompetensi konsisten dalam situasi tertentu.
petani. Keadaan ini tidak terlepas dari Hasil analisis data
kondisi responden yang diteliti rata-rata menggunakan Konkordansi Kendall W
memiliki pengalaman usaha tani diatas menunjukkan bahwa pemanfaatan
10 tahun atau mayoritas tergolong media informasi berhubungan
tinggi. segnifikan dengan pemasaran hasil
Selanjutnya interaksi dengan usaha. Hal ini memberikan gambaran
penyuluh akan memberikan bahwa petani dalam memasarkan hasil
kesempatan kepada petani dalam usaha juga menggunakan informasi
meningkatan kompetensi petani dalam dari media untuk melihat
berusaha tani dan lahan sempit. perkembangan pasar. Semakin banyak
Terjadinya hubungan antara penyuluh petani memanfaatkan media, semakin
dengan petani baik yang di lakukan banyak informasi yang bisa didapatkan
secara langsung maupun tidak terutama terhadap perkembangan pasar.
langsung, menunjukkan komunikasi
KESIMPULAN
terjalin diantara keduanya sangat baik.
Hubungan kontinyu antara penyuluh Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan petani dapat menciptahkan rasa pembahasan dapat dikemukakan
kekeluargaan, akan mempermudah dan kesimpulan sebagai berikut :
memperlancar pemberian dan 1. Bidang kompetensi yang dikuasai
penerimaan informasi dalam rangka oleh petani lahan sempit di Desa
peningkatan produksi. Hasil penelitian Sinar Sari yang berada pada
menunjukkan bahwa interaksi dengan kategori sangat kompeten adalah :
penyuluh tidak berhubungan secara (1) Kombinasi cabang usaha, (2)
signifikan dengan dengan peningkatan Jiwa kewirausahaan, (3) Panen, dan
kompetensi petani. Hal ini tidak (4) Pemasaran hasil usaha.
terlepas dari informasi yang diberikan Sedangkan penanganan pascapanen
oleh penyuluh masih dalam tataran berada katageri kompeten. Secara
budidaya belum ketataran pengolahan
umum, kompetensi petani lahan
hasil produksi. sempit di Desa Sinar sari berada
Selain interaksi dengan pada kategori kompeten.
penyuluh, pemanfaatan media 2. Karakteristik yang berhubungan
informasi juga memberikan kontribusi secara signifikan dengan
terhadap peningkatan kompetensi kompetensi petani lahan sempit
petani. Intensitas konsumsi media adalah (1) Pendidikan formal, (2)
mempengaruhi individu petani atas Luas lahan dan Pemanfaatan media
kecenderungan intelektual dan informasi. Sedangkan yang tidak
emosional dalam menyikapi suatu berhubungan secara signifikan
obyek tertentu. Sebagaimana adalah: (1) Umur, (2) Pelatihan, (3)
dikemukakan oleh Gagne dalam Pengalaman berusaha tani, dan (4)
Suparno (2000) bahwa sikap dibentuk Interaksi dengan penyuluh.
individu sepanjang hidupnya melalui
pergaulannya baik di rumah, di sekolah

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 70


DAFTAR PUSTAKA gembangan%20Kompetensi%20
Agribisnis%20Petani%20Berlaha
Bird, B.J. 1989. Entrepreneurial n%20Sempit%20%20Kasus%20
Behavior. Glenview. Illinois Petani%20Sayuran%20di%20Kot
(USA): Scott, Foresman and a%20dan%20Pinggiran%20Jakar
Company. ta%20dan%20Bandung.htm.
Botoa H. 2007. Faktor-faktor Yang Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani.
Berhubungan Dengan Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Kompetensi Petani Rumput Laut Honrby, A.S. 1995. Oxford Learner’s
di Kabupaten Konawe Propinsi Dictionary of Current English.
Sulawesi Tenggara. Repository London (GB): Oxford University
IPB (Internet). (diunduh 12 Maret Press
2013). Tersedia pada: Kurnadi, S. 2007. Sosiologi Pedesaan.
http://repository.ipb.ac.id/search? Yogyakarta (ID): Ar-ruz Media.
order=DESC&rpp=10&sort_by= Kurniawan R. dan Jahi A. 2005.
0&page=2&query=kompetensi& Kompetensi Penyuluh Pertanian
etal=0 di Tujuh Kecamatan di
Fitriah H. 2007. Hubungan Kabupaten Bekasi Jawa Barat.
Karakteristik Petani Kedelai Jurnal Penyuluhan (Internet).
Dengan Kompetensi Berusaha (diunduh 12 Maret 2013); 1(1).
Tani : Kasus Petani Kedelai di Tersedia pada:
Peudada Kabupaten Bireun http://repository.ipb.ac.id/bitstrea
Propinsi Aceh. (Repository IPB m/handle/123456789/17215/D02
(Internet). diunduh 20 Pebruari rku.pdf?sequence=3
2013). Tersedia pada: Leeuwis, C. 2013. Komunikasi Untuk
http://repository.ipb.ac.id/handle/ Inovasi Pedesaan; Berpikir
123456789/10879 Kembali tentang Penyuluhan
Forster, G.W. 1953. Farm Organization Pertanian. Edisi ke-5. Sumarah
and Management. Edisi ke-3. EB, penerjemah; Suharto I,
New York (USA): Prentice-Hall editor. Yogyakarta (ID):
Inc. Kanisius.
Halim A, Ali M. 1997. “Training and Lestari SB, Mindarti S, Ratnada M,
Professional Develompment.” In Hardi J, Sidu D, Ramija ElK dan
Improving Agricultural Gufroni ML. 2000. Manajemen
Extension. Burton E, Swatson, dan Komunikasi Penyuluhan.
Robert P, Bentz, Andrew J, Dipakai untuk Kalangan
Sofranko, editor. Rome (IT): Penyuluhan dan Komunikasi
Food Agriculture Organization. Pertanian (PKP) Universitas
Harijati, S. 2007. Potensi dan Gajah Mada 2000,2001.
Pengembangan Kompetensi Yogyakarta (ID) : UGM.
Agribisnis Petani Berlahan Lisbet S, 2009. Hubungan Karakteristik
Sempit : Kasus Petani Sayuran di Dengan Kompetensi Penyuluh
Kota dan Pinggiran Jakarta dan Pertanian di Kota Ternate
Bandung. Repository IPB Propinsi Maluku Utara (Tesis).
(Internet). (diunduh 22 Maret Bogor (ID) : Institut Pertanian
2013). Tersedia pada: Bogor.
file:///D:/AAA%20BAHAN%20 Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-
KULIAH%20SEMESTER%20G Konsep Pemberdayaan
ENAP/tugas%20MPP/penelitian Masyarakat. Cetakan ke-1.
%20mini/Potensi%20dan%20Pen Surakarta (ID): UNS Press.

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 71


Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan tan%2072%20thn.2011%20_hal.
Pembangunan Pertanian. 476-487_.pdf
Surakarta (ID): Sebelas Maret Puspadi, K. 2003. Kualitas SDM
University Press. Penyuluh Pertanian dan Pertanian
Marzuki, Syamsiah. 1999. Dasar- Masa Depan di Indonesia Dalam
dasar Penyuluhan Pertanian; membentuk Pola Perilaku
Materi Pokok LUTH4211. Perilaku Pembangunan. Adjat
Cetakan 1- 9. Jakarta (ID): Sudrajat dan Ida Yustina, editor.
Universitas Terbuka. Bogor (ID): IPB Press.
Marzuki, Gunawan, dan Burhan, N. Rafinaldy N.H. 1992. Hubungan
2000. Statistik Terapan Untuk Karakeristik Sosial Ekonomi
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. dengan Perilaku Komunikasi
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Anggota Kelompok Simpan
University Press. Pinjam KUD dan
Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan PemanfaatanKredit Pedesaan
Membangun Pertanian. Jakarta (Tesis). Bogor (ID): Institut
(ID): Yasaguna. Pertanian Bogor.
Mulyandari HSR. 2001. Faktor-faktor Rejeki SNMC. 1998. Perencanaan
yang Mempengaruhi Program Penyuluhan (Teori dan
Pengembangan Kemandirian Praktek). Edisi ke -1. Yogyakarta
Petani Melalui Kemandirian. (ID): Universitas Atma Jaya.
Bogor (ID): Institut Pertanian Rogers, E. dan Shoemaker. F. F. 1971.
Bogor. Communication of Inovation: a
Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Cross Cultural Approach. Edisi
Kompetensi: Konsep, ke -2. New York (USA) : The
Karakteristik, dan Implementasi. Free Press.
Bandung (ID): Remaja Rosyada, A. 2004. Paradigma
Rosdakarya. Pendidikan Demokratis, Sebuah
Nuryanto, GB. 2008. Kompetensi model Pelibatan Masyarakat
Penyuluh Dalam Pembangunan dalam Penyelenggaraan
Pertanian di Propinsi Jawa Barat Pendidikan. Jakarta (ID) :
(Tesis). Bogor (ID) : Institut Prenada Media Indonesia.
Pertanian Bogor. Sa’id, E.G., Intan, A.H. 2001.
Oepen, M. 1988. Development Support Manajemen Agribisnis. Jakarta
Communication in Indonesia . (ID): Ghalia Indonesia dan
Jakarta (ID): Guna Aksara. MAA–IPB.
Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Sajogyo, dan P. Sajogyo 1999.
Belajar Mengajar. Jakarta (ID): Sosiologi Pedesaan (Kumpulan
Universitas Terbuka. Bacaan). Cetakan ke- 12.
Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Yogjakarta (ID): Gajahmada
Penyuluh Pertanian. 2011. University Press.
Lampiran Peraturan Menteri Samana, A. 1994. Profesionalisme
Pertanian. No. Keguruan ( Kompetensi dan
72/Permentan/OT.140/10/2011. Pengembangannya. Yogyakarta
(diunduh tanggal 22 Pebruari (ID) : Kanisius.
2013). Tersedia pada Salikin, K. 2003. Sistem Pertanian
:http://www.deptan.go.id/Permen Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
tan2011/22.Permentan%2072%2 Kanisius.
0thn%202011/Lamp.%20Permen

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 72


Salkind , N.J. 1985. Teories of Human Soekartawi. 1988. Prinsip dasar
Development. New York (USA): Komunikasi Pertanian. Jakarta
John Willey and Sons. (ID) : Universitas Indonesia
Sastraatmadja, E. 2008. Kebangkitan Press.
Petani. Syafriani D, penyunting. Soesarsono, 2002. Pengantar
Bandung (ID): Masyarakat Kewirausahaan. Bogor (ID) : IPB
Geografi Indonesia. Jurusan Teknologi Industri
Schramm, W. 1984. Media Besar Pertanian.
Media Kecil: Alat dan Teknologi Spencer, LM. dan Spencer, SM. 1993.
untuk Pendidikan. Agafur, Competence At Work : Model for
penerjemah. Semarang (ID): Superior Performance. New York
IKIP Semarang Press. (USA) : The Mcgraw-hill.
Scott, J.C, 1989. Moral Ekonomi Companies Inc.
Petani, Pergolakan dan Sugiyino, 2010. Statistika Untuk
Subsistensi di Asia Tenggara. Penelitian. Cetakan ke-17.
(Terjemahan). Jakarta (ID): Bandung (ID) : Alfabeta
LP3ES Suparno, S. 2001. Membangun
Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan Kompetensi Belajar. Jakarta (ID)
dan Pemberdayaan Masyarakat. : Departemen Pendidikan
Sikumbank RF, editor. Bogor Nasional.
(ID): Ghalia Indonesia. Sumardjo, 1999. Transformasi model
Siagian, S.P. 1996. Manajemen Sumber penyuluhan pertanian menuju
Daya Manusia. Jakarta (ID) : pengembangan kemandirian
Balai Pustaka petani (Kasus di Propinsi Jawa
Barat) [disertasi]. Bogor (ID):
Sitorus L. 2009. Hubungan Institut Pertanian Bogor.
karakteristik Dengan Kompetensi Suriatna, S. 1987. Metode Penyuluhan
Penyuluh Pertanian di Kota Pertanian. Jakarta (ID): Melton
Ternate Provinsi Maluku Utara Putra.
(Tesis). Bogor (ID): Institut Tjakrawiralaksana A. dan Soeriatmadja
Pertanian Bogor. CMH. 1983. Usaha Tani. Jakarta
(ID): Departemen Pendidikan dan
Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Kebudayaan.
Perilaku Manusia Pembangunan. Tohir, K. 1983. Seuntai Pengetahuan
Yustina I, Sudrajat A, editor. tentang Usahatani Indonesia.
Bogor (ID) : IPB Press. Edisi ke-1. Jakarta (ID): Bina
Soehardjo dan Patong, D. 1984. Sendi Aksara.
– Sendi Pokok ilmu Usaha Tani. Van den Ban, A. W, dan Hawkins H.S.
Makasar (ID): Universitas 1999. Penyuluhan Pertanian.
Hasanuddin. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Soekanto, S. 2002. Sosiologi : Suatu Wiriaatmadja, S. 1990. Pokok-pokok
Pengantar. Jakarta (ID) : Raja Penyuluhan Pertanian. Jakarta
Grafindo Persada. (ID): Yasaguna.
Soekartawi, A. Soeharjo, L. Dillon dan Widiyati, Kurnia. 2000. ”Analisis
J. Hardaker. 1986. Ilmu Produktivitas Tenaga Kerja dan
Usahatani dan Penelitian untuk Faktor yang Mempengaruhinya
Pengembangan Petani Kecil. di PT. Saung Mirwan, Cisarua,
Jakarta (ID) : Universitas Bogor.” (Skripsi). Bogor (ID) :
Indonesia Press. Fakultas Teknologi Pertanian
IPB.

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 73


Wiriaatmadja, S. 1990. Pokok-pokok Pada Petani Berlahan Sempit di
Penyuluhan Pertanian. Jakarta Agroekositem Lahan Kering
(ID) : Yasaguna. Dataran Tinggi Berbasis Sayuran.
Yustina,. 2007. Pemberdayaan Manusia (Internet). ( diunduh 22 Maret
Pembangunan yang Bermartabat. 2013).Tersedia pada:
Medan (ID) : Pustaka Bangsa http://ojs.unud.ac.id/index.php/so
Press. ca/article/download/4110/3097.
Zakaria, Amar K. 2009.
Penanggulangan Kemiskinan

Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 74

You might also like