You are on page 1of 12

UJI TEKNIS TRAKTOR KUBOTA TIPE M9540 PADA PENGOLAHAN

LAHAN KERING DI KELURAHAN WAILAN, KOTA TOMOHON

Technical Test of Kubota Tractor Type M9540 in Dry Land Tillage at Wailan
Village,Tomohon City

G. A. Assa1), R. Rantung2), R. Molenaar2) dan D. Ludong2)

1) Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian UNSRAT


2) Dosen Teknik Pertanian UNSRAT

ABSTRACT
Soil tillage aims to create physical soil condition suitable for plant growth.
It does that by improving soil water and air association as well as water movement
in soil. Mechanical soil tillage requires lots of energy; therefore, good tillage
practice needs to carefully consider a proper soil condition in order to get the
required result. A technical test to Kubota tractor type M9540 with 95 horsepower
was done in this research, as it has never been done before in specific soil
condition, topography, and climate of the North Sulawesi. The objectives of this
research were to measure aspects of effective field capacity and field efficiency,
fuel consumption, to calculate tillage cost and tractor Break Even Point. Soil
tillage results were also evaluated by measuring soil bulk density, water
infiltration and moisture content before and after tillage. The test was done by
cultivating the dry land through performing primary and secondary tillage, each
was carried out in three replications. The results show that average effective field
capacity for first primary tillage was 1.55 m2/second (0.56 ha/hour), second
primary tillage was 1.75 m2/second (0.63 ha/hour), and the secondary tillage was
2.72 m2/second (0.98 ha/hour) with average field efficiency was 77.40%, 80.72%,
and 56.17% respectively.Total time to complete the first and second primary
tillage was 0.11 hour and 0.10 hour, with diesel fuel consumption of
64.17 liters/ha, and 55.44 liters/ha. The secondary tillage required 0.06 hour and
fuel consumption of 28.72 liters/ha.The primary and secondary tillage were found
to influence the soil moisture content, bulk density, and rate of water infiltration.
Tillage basic cost is calculated as Rp.1.765.683 /ha to result a hire charge of Rp.
1.942.251 /ha, and the tractor break-even point was found to be 552 ha/year.

Keywords: Tractor, tillage


ABSTRAK

Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik tanah yang


sesuai untuk pertumbuhan tanaman, yang dapat memperbaiki tata air, tata udara,
dan pergerakan air. Cara pengolahan tanah yang tidak tepat akan memboroskan
tenaga, maka untuk kelancaran pengerjaan pengolahan tanah menggunakan alat
mekanis diperlukan tenaga yang besar yaitu traktor dan juga perhitungan yang
tepat dengan melihat kondisi lahan yang akan diolah. Dalam penelitian ini
dilaksanakan uji teknis terhadap traktor Kubota tipe M9540 dengan 95 hp, dimana
sebelumnya traktor tipe ini belum ada yang melakukan uji teknis secara lokal di
daerah Sulawesi Utara dengan melihat keadaan tanah, topografi, dan cuaca yang
ada di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan menghitung kapasitas lapang
efektif, efisiensi lapang, konsumsi bahan bakar, menghitung biaya pokok
pengolahan tanah, titik impas, dan mengevaluasi hasil pengolahan tanah dengan
mengukur infiltrasi, bulk density, dan kadar air. Pengujian alat dilakukan di lahan
kering untuk pengolahan primer dan pengolahan sekunder pada tiga petak
percobaan sebagai ulangan, dengan metode eksperimental. Dari penelitian yang
dilakukan dapat diketahui bahwa rata-rata kapasitas lapang efektif pada
pengolahan primer pertama sebesar 1,55 m2/detik (0,56 ha/jam), pengolahan
primer kedua 1,75 m2/detik (0,63 ha/jam), dan pengolahan sekunder 2,72
m2/detik (0,98 ha/jam) dengan rata-rata efisiensi lapang berturut-turut 77,40 %,
80,72 %, dan 56,17 %. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan primer pertama
dan kedua adalah 0,11 jam, dan 0,10 jam, dengan mengkonsumsi bahan bakar
(solar) berturut-turut sebanyak 64,17 liter/ha, dan 55,44 liter/ha. Untuk
pengolahan sekunder memerlukan waktu 0,06 jam dengan konsumsi bahan bakar
(solar) sebesar 28,72 liter/ha. Pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah
sekunder berpengaruh terhadap kadar air, bulk density, dan laju infiltrasi dalam
tanah. Biaya Pokok pengolahan tanah di lahan kering sebesar Rp.1.765.683 /ha,
dengan ongkos sewa traktor sebesar Rp. 1.942.251 /ha, dan titik impas (break
even point) sebesar 552 ha/tahun.

Kata kunci : Traktor, Pengolahan tanah

PENDAHULUAN alat pengolahan tanah di lahan


tertentu menurut Rochmanhadi
Pengolahan tanah bertujuan (1992) dalam Mamonto (2004)
untuk menciptakan kondisi fisik adalah sebagai berikut :
tanah yang sesuai untuk  Tipe alat yang tersedia
pertumbuhan tanaman (Kepner et al,  Kondisi lahan yang diolah
1978 dalam Surawijaya, 1995).
 Harga sewa atau beli dari alat
Penggunaan traktor dewasa ini
yang ada
semakin dirasakan penting dalam
 Upah buruh/pengolah tanah
melakukan pekerjaan di lapangan.
Traktor sebagai sumber tenaga dalam  Perlunya panduan dalam hal
pengolahan tanah diharapkan dapat bertani.
mengurangi waktu dan biaya Dengan adanya faktor-faktor
operasional yang diperlukan, tersebut diperlukan penelitian untuk
kapasitas kerja menjadi lebih tinggi menguji teknis terlebih dahulu
dan pendapatan petani bertambah. terhadap alat yang akan digunakan.
Namun ada faktor yang harus Dalam penelitian ini dilaksanakan uji
diperhatikan dalam penggunaan alat teknis terhadap traktor Kubota tipe
pertanian tersebut. Para petani harus M9540, dimana sebelumnya traktor
memikirkan efisiensi dalam tipe ini belum ada yang melakukan
penggunaan alat, dimana petani uji teknis secara lokal di daerah
tersebut dihadapkan pada dua Sulawesi Utara dengan melihat
pilihan, apakah memiliki alat atau keadaan tanah, topografi, dan cuaca
hanya menyewa alat untuk mengolah yang ada di Sulawesi Utara.
lahan pertaniannya. Beberapa faktor Bagaimana mengetahui alat pengolah
yang menentukan dalam penggunaan tanah ini bekerja pada lahan kering
secara langsung di daerah Sulawesi lapangan dengan mengamati dan
Utara dengan mengambil lahan mengukur parameter yang ditetapkan
percobaan di daerah Wailan Kota dari pengoperasian traktor pada
Tomohon dengan tinggi tempat ± pengolahan tanah primer dan
775 m dpl dengan melihat besarnya sekunder.
efisiensi lapang, konsumsi bahan Dalam pengujiannya dilakukan
bakar, kapasitas kerja, kecepatan dan dalam 3 petak percobaan sebagai
juga frekuensi lintasan dari traktor ulangan, yang ukurannya masing-
yang menarik alat pengolahan tanah masing petak 60 m x 10 m dengan
serta dari kajian ekonomi dari alat menggunakan pola tepi. Hal – hal
tersebut yang dapat berpengaruh yang diamati yaitu meliputi kapasitas
pada kelayakan penggunaan alat. Hal lapang teoritis, kapasitas lapang
ini dilakukan agar ukuran dan tipe efektif, efisiensi lapang pengolahan
alat dalam penggunaannya sesuai tanah primer dan sekunder dengan
faktor-faktor yang telah disebutkan Traktor Kubota tipe M9540,
diatas, sehingga secara teknis dan pemakaian bahan bakar traktor,
ekonomis para petani tidak kadar air, bulk density, infiltrasi,
mengalami kerugian. biaya pokok, dan Titik Impas (break
even point).
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Persiapan
Penelitian ini dilaksanakan di Persiapan lahan, dalam hal ini
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian lahan percobaan yang digunakan
di Kelurahan Wailan, Kota Tomohon dalam penelitian berukuran 60 m
pada lahan kering dengan vegetasi x 30 m, 3 kali perulangan dengan
rumput sedang dan jenis tanah luas 60 m x 10 m, dengan masing-
Andosol. masing 10 m headland di kedua
Waktu penelitian 6 bulan dari ujung lahan yang di olah
bulan Juni – Desember 2013. menggunakan pola pengolahan
tepi. Sebelum dilakukan diamati
Bahan dan Alat terlebih dahulu keadaan vegetasi
di lahan tersebut.
Bahan serta alat yang
2. Persiapan alat, sebelum alat di
digunakan dalam melakukan
gunakan terlebih dahulu diperiksa
penelitian ini adalah 1 unit traktor
setiap bagian dari alat-alat
Kubota tipe M9540 dengan 95 hp,
tersebut baik itu dari traktor
bajak piring, garu piring, stopwatch,
maupun bajak-bajak yang akan
roll meter, solar, oli, pena,
digunakan.
kalkulator, kantong plastik, tali
3. Sebelum dilakukan pengolahan
rafia, alat pengambil sampel kadar
tanah dengan menggunakan
air, spidol, galon minyak, mistar,
traktor, terlebih dahulu diukur
gelas ukur,bor tanah, ring sampel
kadar air tanah, bulk density dan
dan infiltrometer.
infiltrasi tanah. Kadar air tanah
Metode Penelitian diukur dengan cara mengambil
Penelitian ini menggunakan sampel tanah pada lahan yang
metode Eksperimental, dimana akan diolah dengan menggunakan
penelitian ini dilangsungkan di bor tanah pada 3 titik lubang pada
setiap perulangan, tiap titik kali.Pengolahan tanah pertama
lubang memiliki 3 titik menggunakan bajak piring, dan
kedalaman, yaitu titik 0-15 cm, pengolahan tanah kedua
15-30 cm, dan 30-45 cm. Setelah menggunakan garu piring.
sampel diambil, sampel-sampel 5. Setelah pengolahan dilakukan,
tersebut dibawah di laboratorium diukur kembali kadar air tanah,
untuk di uji lebih lanjut, sampel Bulk density dan infiltrasi tanah
tersebut ditimbang kemudian tersebut.
dikeringkan menggunakan oven
selama 24 jam dengan suhu 105o Terminologi Perhitungan
C. Besarnya kadar air tanah dapat Kapasitas Lapang Teoritis,
dihitung dengan menggunakan Kapasitas Lapang Efektif, dan
persamaan 18 dan 19. Kemudian Efisiensi Lapang
dilakukan pengambilan sampel Perhitungan yang dilakukan
bulk density, pengambilan sampel dalam pengujian kapasitas lapang
pada 3 titik lubang dengan teoritis dan kapasitas lapang efektif
kedalaman 20 cm. Keringkan perhitungannya adalah sebagai
dalam oven selama 24 jam pada berikut :
suhu 105o C, timbang tanah Kapasitas Lapang Teoritis (KLT)
kering, hitung bulk densiti dengan KLT = W x S
persamaan 17. Sedangkan laju Dimana :
infiltrasi lahan diukur dengan KLT = Kapasitas lapang teoritis
menggunakan infiltrometer dan (ha/jam)
dihitung menggunakan rumus W = lebar kerja alat (m)
horton, dengan 3 titik di setiap S = kecepatan maju operasi alat
perulangan. Dalam hal (ha/jam)
pengambilan data ini harus Kapasitas Lapang Efektif (KLE)
melihat kondisi cuaca yang ada di KLE = A / T
tempat serta waktu pengambilan Dimana :
harus sesuai aturan pengambilan KLE = kapasitas lapang efektif
sampel yaitu pada waktu pagi (ha/jam)
hari. A = Luas lahan (m2)
4. Setelah dilakukan pengambilan T = Waktu total operasi (jam)
sampel kadar air tanah, bulk Dengan mengetahui
density, dan infiltrasi, dilanjutkan Kapasitas Lapang Teoritis dan
dengan pengolahan lahan dengan Kapasitas Lapang Efektif maka akan
menggunakan pola tepi, kemudian dapat dihitung Efisiensi Lapang (%)
dilakukan pengukuran waktu yang dari alat/mesin tersebut dilapangan.
digunakan selama pembajakan, Efisiensi Lapang (EL)
KLE
total waktu pengolahan tanah, EL = KLT x100%
kecepatan maju alat, lebar Biaya Pengolahan Tanah
bajakan, kedalaman bajakan, dan
penggunaan bahan bakar dari 1. Biaya tetap dihitung dengan
pengoperasian traktor dalam menggunakan rumus :
pengolahan tanah pertama dan a. Biaya Penyusutan dengan
kedua. Pengolahan tanah pertama memperhitungkan Biaya
dilakukan 2 kali dan pengolahan Bunga Modal
tanah kedua dilakukan satu D = (P-S) x Crf
I 1+i n Dimana :
Crf = 1+i n −1
Dimana : Bo = Biaya oli dan pelumas
D = Biaya penyusutan tiap (Rp/ jam)
tahun (Rp/tahun) d. Biaya perawatan peralatan
P = Biaya pembelian awal pertanian
(Rp) 2% (P−S)
Bp = 100 jam
S = Nilai akhir (Rp)
Crf = Capital recovery factor Dimana :
I = Bunga Modal (Rp/tahun) Bp = biaya perbaikan (Rp/jam)
I = Persen bunga modal (%) P = Biaya awal (Rp)
n = Umur ekonomis (Tahun) S = Nilai akhir (Rp)
b. Biaya Garasi = 1% x P 100 jam = Perkiraan pergantian suku
cadang (sparepart)
Dimana :
e. Biaya Ban depan = 2 x harga ban
P = Biaya pembelian awal (Rp) / umur penggunaan ban
c.Biaya Pajak = 2% x P f. Biaya Ban belakang = 2 x harga
ban / umur penggunaan ban
Dimana :
P = Biaya pembelian awal (Rp) 3. Biaya Pokok
2. Biaya tidak tetap dihitung dengan a. BP = BT + BTT
menggunakan rumus : Dimana :
a. Biaya Operator BP = Biaya Pokok (Rp/ ha) atau
J x Ok (Rp/ jam)
Bop = Jk
BT = Biaya tetap (Rp/ tahun) atau
Dimana : (Rp/ jam)
Bop = Biaya operator (Rp/
jam) BTT = Biaya tidak tetap/ operasi
J = Jumlah operator (orang) (Rp/jam)
Ok = ongkos kerja (Rp/ hari) b. Biaya Sewa = Biaya Pokok +
Jk = Jumlah jam kerja (jam/ (10% biaya pokok)
hari) 4. Break Even Point (BEP)
b. Biaya bahan bakar BEP = Biaya Tetap / Tingkat
Bbbm = Hbbm x AFC sewa– Biaya Tidak Tetap
Dimana : Infiltrasi
Bbbm = biaya bahan bakar
(Rp/ jam) Infiltrasi menggunakan Metode
AFC = Konsumsi bahan bakar Horton, Horton mengemukakan
(ltr/ jam) persamaan sebagai berikut :
Hbbm = Harga bahan bakar ft = fc + (fo - fc)e-Kt
(Rp/ ltr)
Dimana :
c. Biaya perawatan preventif ft = laju infiltrasi atau kapasitas
- Biaya pelumas (Mesin, infiltrasi pada waktu t
Transmisi, Greasing, dan fc = laju infiltrasi konstan
Filter) fo = laju infiltrasi awal
Bo = konsumsi pelumas x e = 2,71828
harga pelumas
K = konduktivitas hidraulik jenuh ujung lahan yang di olah
tanah. menggunakan pola pengolahan tepi,
t = waktu. tiga kali ulangan, dengan hasil
Sebelum data dimasukkan dalam perhitungan Pada pengolahan primer
rumus perlu diketahui dahulu nilai K pertama (bajak piring 4 bottoms
yang ada, untuk mencari nilai K dengan traktor Kubota tipe M9540)
menggunakan rumus yang bisa untuk menyelesaikan lahan seluas
dilihat dalam lampiran 18. 600 m2 diperlukan waktu sebesar
388,936 detik (0,11 jam) sehingga
Bulk Density kapasitas lapang efektif (KLE)
berat kering adalah 1,55 m2/detik(0,56 ha/jam).
ρb = volume tanah Sedangkan untuk pengolahan primer
Kadar Air kedua dengan traktor dan implemen
serta dilahan yang sama (600 m2)
 Perbandingan berat kandungan air memakan waktu selama 344,119
tanah terhadap berat tanah kering (0,10 jam) sehingga kapasitas lapang
(U), atau gravimetric water efektif yang didapat adalah 1,75
content. m2/detik (0,63 ha/jam), dan untuk
Ma pengolahan sekunder implemen
U = Mp x 100 %
traktor diganti dengan garu piring,
Dimana : traktor tersebut bekerja selama
220,78 detik (0,06 jam) untuk
U = Berat tanah kering mengerjakan lahan sebesar 600 m2
Ma = Massa air dan mendapatkan KLE sebesar 2.72
m2/detik (0,98 ha/jam).
Mp = Massa padatan
Kapasitas lapang efektif
 Perbandingan volume kandungan
pengolahan primer pertama lebih
air / volumetric water content,
rendah daripada pengolahan primer
yaitu kadar air tanah berdasarkan
kedua, ini disebabkan karena pada
volume dapat dirumuskan sbb :
pengolahan primer pertama keadaan
Volume kandungan air tanah (%) tanah masih padat, traktor dengan
Va implemennya baru bekerja untuk
= Vt x 100 %
membongkar dan membalikan tanah
Dimana :
dan vegetasi di lahan tersebut
Va = Volume air
sehingga mempengaruhi kecepatan
Vt = Volume total
maju alat, vegetasi lahan juga
HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi maka dari itu
KAPASITAS DAN EFISIENSI
sebelum melakukan pembajakan ada
LAPANG
baiknya jika vegetasi di lahan banyak
Hasil penelitian menunjukkan dilakukan pemangkasan terlebih
bahwa penelitian yang dilakukan di dahulu agar tidak menggangu
kelurahan Wailan, Kota Tomohon aktifitas dari traktor. Sedangkan pada
pada pengolahan primer dengan pengolahan primer kedua
kecepatan alat 182 Rpm (7 km/jam) pembajakan yang dilakukan untuk
dan pengolahan sekunder 271 Rpm membuat tanah benar-benar terbajak
(8 km/jam), dengan luas tanah dengan baik agar mendapat hasil
olahan sebesar 60 m x 10 m, masing- yang lebih baik sehingga traktor
masing 10 m headland di kedua dapat bekerja lebih cepat yang
mempengaruhi kecepatan maju alat. efisiensi lapang untuk perlakuan
Lamanya waktu olah di lapangan pertama 78,48 %, perlakuan kedua
dapat mempengaruhi efisiensi lapang 76,69 %, dan perlakuan ketiga
sehingga efisiensi lapang pada 63,74% (Santosa dkk, 2006). Dan
pengolahan tanah primer kedua dari penelitian dengan menggunakan
meningkat sebesar 3,32% dari 3 macam model traktor yaitu tipe A
efisiensi lapang primer pertama, Traktor New Holland TM150 (150
yaitu dari 77,40% menjadi 80,72%. hp), Tipe B Traktor John Deere 7425
Pada pengolahan sekunder kapasitas (150 hp), dan tipe C New Holland
lapang efektifnya agak kurang TS90 (90 hp), didapat kapasitas
karena dalam proses penyisiran lebar lapang efektifnya pada pengolahan
lahan sebesar 10 m harusnya disisir / primer tipe A 0,31 ha/jam, tipe B
digaru sebanyak 5 lintasan karena 0,31 ha/jam, tipe C 0,27 ha/jam,
lebar alat 2,3 m, tetapi keadaan di sedangkan untuk pengolahan
lapangan mengharuskan ada bagian- sekunder tipe A 0,34 ha/jam, tipe B
bagian tertentu yang harus disisir 0,34 ha/jam, tipe C 0,37 ha/jam. Dan
kembali dalam rangka efisiensi lapang dari pengolahan
mempersiapkan lahan siap tanam, hal primer tipe A 84,61 %, tipe B 88,54
ini sangat mempengaruhi waktu %, tipe C 84,22 %, serta efisiensi
kerja alat sehingga diperoleh nilai lapang untuk pengolahan sekunder
efisiensi lapang 56,19 % nilai yang tipe A 61,11 %, tipe B 59,96 %, dan
rendah dan tidak seperti yang tipe C 73,54 % (Surbakti, 2012).
dibayangkan. Dengan melihat hasil dari beberapa
Dapat dilihat juga hasil merk dan tipe traktor yang telah di
kapasitas lapang teoritis, kapasitas uji teknis untuk mengetahui
lapang efektif, dan efisiensi lapang kapasitas lapang teoritis, kapasitas
traktor merk lain. Dalam uji lapang lapang efektif, dan efisiensi
traktor roda empat Agrindo TA-6504 lapangnya maka bisa disimpulkan
(45 hp) pada pengolahan primer di bahwa traktor Kubota tipe M9540 ini
lahan kering dengan luas lahan 2000 memiliki kualitas yang baik dan
m2 didapat kapasitas lapang teoritis tidak kalah perbandingannya dengan
sebesar 0,401 ha/jam, kapasitas model traktor lain.
lapang efektif 0,377 ha/jam, dan
efisiensi lapang sebesar 94,12% BAHAN BAKAR
(Simamora, 2008). Kedua, dalam Kebutuhan bahan bakar pada
penggunaan traktor roda empat Fiat masing-masing tahap pengolahan
45-66-DT (45 hp) pada pengolahan tanah baik pengolahan tanah primer
primer di lahan kering dengan luas maupun pengolahan tanah sekunder
lahan 40 m x 45 m dengan tiga berbeda. Berdasarkan hasil yang
perlakuan kecepatan V1, V2, dan V3 didapat maka diketahui kebutuhan
didapat kapasitas lapang teoritis bahan bakar traktor pada setiap tahap
perlakuan pertama 0,13 ha/jam, pengolahan tanah dalam
perlakuan kedua 0,16 ha/jam, menyelesaikan suatu lahan dalam
perlakuan ketiga 0,20 ha/jam, liter/ha untuk masing-masing tahap
sedangkan kapasitas efektifnya untuk pengolahan tanah, yaitu 64,17
perlakuan pertama 0,10 ha/jam, liter/ha untuk pengolahan primer I,
perlakuan kedua 0,12 ha/jam, 55,44 liter/ha untuk pengolahan
perlakuan ketiga 0,13 ha/jam, dan primer II, dan 28,72 liter/ha untuk
pengolahan sekunder. Konsumsi tanah mengalami perubahan, tanah
bahan bakar pada pengolahan primer yang sebelumnya memiliki
I lebih besar penggunaannya, melihat kepadatan tinggi sekarang terbongkar
dari keadaan lahan, lahan ini sudah dengan adanya pembajakan,
lama tidak terolah maka dalam sehingga aliran air akan lebih mudah
pembajakan pertama traktor terserap, curah hujan juga
membutuhkan waktu yang lebih mempengaruhi peningkatan kadar air
lama untuk membongkar, tersebut. Berat volume tanah atau
membalikkan tanah di lahan tersebut. volumetric water content yang telah
Karena lahan sudah lama tidak diolah lebih kecil daripada sebelum
terolah memiliki kepadatan yang pengolahan. Sebelum diolah /
cukup tinggi. Sedangkan pada dibajak, berat volume tanah lebih
pengolahan primer II dan sekunder tinggi daripada saat setelah
kepadatan tanah sudah menurun pengolahan. Karena sewaktu
yang mengakibatkan pengolahan pengolahan, tanah akan menjadi
lahan sudah lebih mudah dan terpecah dan terpotong-potong,
mengurangi pemakaian bahan bakar. sehingga berat volumenya menjadi
Ukuran lahan juga berpengaruh berkurang.
terhadap pemakaian bahan bakar,
dimana luas lahan yang kecil dengan
traktor yang besar dapat membuat
banyak waktu yang terbuang pada
saat traktor berputar waktu terbuang
dan bahan bakar juga terbuang.
Diketahui bahwa traktor Kubota tipe Gambar 1. Grafik Kadar Air
M9540 ini memiliki tenaga 95 hp, Gravimetrik dan
jika kita membagi hasil rata-rata Volumetrik Sebelum
bahan bakar dari setiap pengolahan dan Sesudah
dengan 95 hp, maka akan di dapat Pengolahan Tanah
untuk pengolahan primer I Pada Tiga Kedalaman
menghasilkan 0,38 liter/hp-jam, Tanah
untuk pengolahan primer II 0,37
liter/hp-jam, dan pengolahan BERAT VOLUME KERING
sekunder 0,30 liter/hp-jam. (DRY BULK DENSITY)
KADAR AIR
Kadar air tanah dapat dinyatakan Hasil analisis menunjukkan
dengan berbagai macam cara, dalam bahwa adanya perbedaan yang
hal ini digunakan rumus gravimetric terjadi pada kepadatan tanah sebelum
water content atau perbandingan dan sesudah terjadinya pengolahan
berat kandungan air tanah terhadap tanah. Dimana pengolahan tanah
tanah kering (U), dan volumetric akan menurunkan nilai bulk density.
water content atau perbandingan
volume kandungan air.
Pada Gambar 1. gravimetric
water content terlihat bahwa kadar
air tanah sebelum diolah dan setelah
diolah mengalami peningkatan,
karenaa pada saat dibajak kondisi Gambar 2. Grafik Bulk Density
Hasil Pengukuran Bulk infiltrasinya semakin cepat karena
Density pada tanah sebelum dan tanah sudah mengalami
sesudah pengolahan disajikan pada pembongkaran yang membuat tidak
Gambar 2. Tanah yang belum diolah adanya lagi pemadatan tanah.
mempunyai nilai bulk density yang Dengan kata lain bahwa melalui
lebih tinggi dibandingkan tanah yang pengolahan tanah, struktur tanah
telah diolah. Sebelum pengolahan akan diubah sehingga menghasilkan
tanah kepadatan tanah masih tinggi, perbaikan kondisi fisiknya, terutama
yang berarti sulit untuk meneruskan daam porositas tanah yang dapat
air atau ditebus akar tanaman, memperbaiki tata air sehingga
sedangkan sesudah pengolahan tanah kemampuan tanah untuk
bagian tanah terbongkar dan menginfiltrasikan air akan
kepadatan tanah menurun yang meningkat.
menyebabkan terlepasnya ikatan-
ikatan antar partikel-partikel tanah
sehingga ikatan-ikatan tersebut
semakin lemah yang mengakibatkan
tanah tersebut semakin mudah
ditembus oleh benda lain.

INFILTRASI Gambar 3. Grafik Laju Infiltrasi


Dari hasil pengukuran laju Lahan 1 sebelum (Fb)
infiltrasi sebelum dan sesudah dan Sesudah (Fa)
pengolahan tanah kita dapat melihat pengolahan
adanya perbedaan yang terjadi,
dimana sebelum pengolahan tanah
nilai infiltrasi rendah dibanding
dengan sesudah pengolahan tanah,
ini dipengaruhi oleh permeabilitas,
porositas, dan tekstur tanah. Ketika
tanah menjadi basah gaya kapiler
berkurang yang menyebabkan laju Gambar 4. Grafik Laju Infiltrasi
infiltrasi menurun. Akhirnya Lahan 2 sebelum (Fb)
kapasitas infiltrasi mencapai suatu dan Sesudah (Fa)
nilai konstan, yang dipengaruhi oleh pengolahan
gravitasi dan laju perkolasi. Pada
gambar 3, 4, dan 5 kita melihat
bahwa sebelum pengolahan
pergerakan waktu infiltrasi lambat
karena keadaan tanah yang sudah
lama tidak diolah yang menyebabkan
pori-pori tanah tersebut mengalami
pemadatan, sehingga mengurangi
kapasitas infiltrasi. Setelah lahan
tersebut diolah dengan menggunakan
bajak piring, dan garu piring terlihat Gambar 5. Grafik Laju Infiltrasi
adanya perbedaan yang terjadi pada Lahan 3 sebelum (Fb)
laju infiltrasi, dimana laju dan Sesudah (Fa)
pengolahan
BIAYA POKOK PENGOLAHAN 2. Pada pengolahan lahan dengan
TANAH DAN TITIK IMPAS pola tepi, seluas 600 m2 ini untuk
pengolahan primer pertama
Hasil perhitungan didapat
dibutuhkan waktu 0,11 jam
Biaya Pokok pengolahan tanah di
dengan konsumsi bahan bakar
lahan kering sebesar, Rp 1.765.683
(solar) sebesar 64,17 liter/ha,
/ha. Yang didapat dari penjumlahan
pengolahan primer kedua dengan
antara biaya tetap dan biaya tidak
waktu 0,10 jam didapat konsumsi
tetap. Dalam perhitungan biaya tetap
bahan bakar (solar) sebesar 55,44
untuk mendapatkan hasil antara
liter/ha, dan pengolahan sekunder
biaya penyusutan dan bunga modal
dengan waktu 0,06 jam didapat
kami menggunakan rumus Capital
konsumsi bahan bakar (solar)
Recovery Factor atau Program
sebesar 28,72 liter/ha.
Pemulihan Modal. Menurut
3. Biaya Pokok pengolahan tanah di
Mamonto (2004), ongkos sewa
lahan kering sebesar Rp 1.765.683
traktor adalah biaya pokok ditambah
/ha, dengan ongkos sewa traktor
upah jasa pengelola yang ditetapkan
sebesar Rp. 1.942.251 /ha, dan
sebesar 10 % dari total biaya pokok.
Break even point sebesar 552
Jadi ongkos sewa traktor sebesar Rp.
ha/tahun.
1.942.251 /ha.
4. Pengolahan tanah primer dan
Titik Impas atau Break even
pengolahan tanah sekunder
point merupakan sesuatu yang
berpengaruh terhadap kadar air,
berguna dalam menganalisis
bulk density atau pengukuran
produksi dan operasi jasa dan dapat
kepadatan tanah dan laju infiltrasi
digunakan berdasarkan asumsi linier
dalam tanah. Sebelum dilakukan
atau tidak linier (Thuesen dan
pengolahan kadar air dalam tanah
Fabrycky, 2002). Dari perhitungan
memiliki persentasi yang rendah
tingkat sewa dapat dihitung break
dibandingkan sesudah
even point dari pengolahan lahan
pengolahan, dilihat juga dari segi
pada tanah kering ini, yaitu sebesar
kepadatan tanah (bulk density)
552 ha/tahun.
sebelum pengolahan kepadatan
tanah masih tinggi, tetapi sesudah
KESIMPULAN
pengolahan kepadatan tanah
1. Pada proses pengolahan tanah
berkurang karena tanah sudah
dengan menggunakan traktor
mengalami pembongkaran, dan
Kubota tipe M9540 pada lahan
membuat laju infitrasi menjadi
kering didapat Kapasitas Lapang
lebih cepat dari sebelum
Efektif (KLE) masing-masing
pengolahan primer pertama 1,55 pengolahan tanah.
m2/detik (0,56 ha/jam), DAFTAR PUSTAKA
pengolahan primer kedua 1,75 Anonymous, 2010.
m2/detik (0,63 ha/jam), dan http://web.ipb.ac.id/tepfteta/ele
pengolahan sekunder 2,72 arning/media/Kontruksi dan
2
m /detik (0,98 ha/jam) dengan Fungsi Traktor. Diakses
efisiensi lapang pengolahan tanggal 20 januari 2013.
primer pertama 77,40 %,
pengolahan primer kedua 80,72 Anonymous, 2013.
%, dan pengolahan sekunder www.google.com.bahan ajar
56,17 %. pengeertian-pengertian dasar
tekno ekonomi. Diakses Pengolahan Tanah di Desa
tanggal 29 Mei 2014. Bongkudai Kecamatan
Baver, L.D., W.H. Gardner, W.R. Modayag Kabupaten
Gardner. 1972. Soil Physics. Bolaang Mongondow.
John Willey & Sons, Inc. New Skripsi. Jurusan Teknologi
York. Pertanian. Fakultas Pertanian
Daywin F.J., R.G. Sitompul, I. Universitas Sam Ratulangi.
Hidayat, 1999. Mesin-Mesin Manado.
Budidaya Pertanian Di Malik, J. 1982. Sistem Perencanaan
Lahan Kering. Penerbit IPB Regional Pemanfaatan
Bogor. Traktor Untuk Tenaga
Darun, S., Matondang, Sumono. Pengolah Tanah Pada Lahan
1983. Pengantar Alat dan Tanaman Pangan di
Mesin-Mesin Perkebunan. Kabupaten Indramayu, Jawa
Fakultas Pertanian Universitas Barat. Fakultas Teknologi
Sumatera Utara, Medan. Pertanian. IPB. Bogor.
Hardjosoediro, dan Soekarmanto. Nurmala T, A. Rodjak, E. H. Salim.
1983. Mekanisasi Pertanian. 2012. Pengantar Ilmu
Kerjasama Badan Pendidikan, Pertanian. Penerbit Graha
Latihan, dan Penyuluhan Ilmu. Jakarta.
Pertanian (BPLPP) dengan Purukan Pingkan. 1991. Pengaruh
Japan Coorperation Agency Kedalaman Pembajakan
(JICA). Jakarta. Terhadap Perubahan Bulk
Irwanto, A.K, 1984. Alat dan Mesin Density dan Porositas Tanah.
Budidaya Pertanian. Jurusan Skripsi. Jurusan Teknologi
Mekanisasi Pertanian. Fakultas Pertanian. Fakultas Pertanian
Pertanian IPB. Bogor. Universitas Sam Ratulangi.
Kartasapoetra, 1985. Teknologi Manado.
Konservasi Tanah dan Air. Santosa, C. Chatib, R. P. Mayasari.
Bina Aksara. Jakarta. 2006. Studi Kinerja Traktor
Kay, B. D. 1990. Rates Change Of Roda Empat Menggunakan
Soil Structure Under Different Bajak Piring untuk
Cropping Systems. Adv. Soil Pengolahan Tanah pada
Sci. 12:1-51. Lahan Kering. Jurusan
Mamonto Isnaidin, 2004. Analisis Teknologi Pertanian. Fakultas
Titik Impas Penggunaan Pertanian. Universitas
Traktor Tangan Pada Andalas. Padang.
Simamora Maykael. 2008. Uji Selatan. Skripsi. Fakultas
Lapang Traktor Agrindo Teknologi Pertanian. IPB.
TA-6504 Pada Pengolahan Bogor.
Tanah Pertama Di Lahan
Kering Dengan Smith, H.P. and L.h. Wilkes, 1977.
Menggunakan Bajak Piring. Farm Machinery and
Skripsi. Jurusan Teknologi Equipment. McGraw Hill Book
Pertanian. Fakultas Pertanian Company, New Delhi.
Universitas Sam Ratulangi.
Manado. Tooy Dedie. 1991. Pengaruh
Perbedaan Kecepatan
Suastawa, I. N., W. Hermawan, dan Pembajakan Dengan Bajak
E. N. Sembiring. 2000. Piring dan Garu Piring
Konstruksi dan Pengukuran Terhadap Tahanan Penetrasi
Kinerja Traktor Pertanian. pada Tanah dan
Teknik Pertanian. Fateta.IPB. Pertumbuhan Gulma.
Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian
Sugiarto Dwi. 1994. Uji Universitas Sam Ratulangi.
Performansi Traktor Manado.
DEUTZ D 7206 dan Traktor
Yanmar YM 330 DT pada Thuesen, G.J. dan W.J Fabrycky.
Beberapa Kondisi Jalan. 2002. Ekonomi Teknik
Skripsi. Fakultas Teknologi (Terjemahan oleh : Carley
Pertanian. IPB. Bogor. Tanya). Jilid 1. Prenhallindo.
Jakarta.
Surawijaya Panji. 1995. Perubahan
Beberapa Sifat Fisik dan Yantu, I. 2002. Analisis Titik Impas
Mekanik Tanah, Kebutuhan Penggunaan Traktor Tangan
Draft Pengolahan Tanah serta di UPJA Minahasa. Skripsi.
Keragaan Tanaman Jagung Jurusan Teknologi Pertanian.
(Zea mays L.) sebagai Fakultas Pertanian Universitas
Pengaruh Pemberian Bahan Sam Ratulangi. Manado.
Organik Sesbania rostrata dan
Kompos Jerami Padi. Tesis. Yuswar, dan Yunus. 2004.
Program PASCASARJANA, Perubahan Beberapa Sifat
IPB. Bogor. Fisik Tanah dan Kapasitas
Kerja Traktor Akibat
Surbakti Andri. 2012. Analisis Lintasan Bajak Singkal pada
Hubungan Efisiensi Lapang Berbagai Kadar Air Tanah.
Dan Sinkage Pada Kegiatan Tesis. Program Pascasarjana
Pengolahan Tanah di PT Laju UNSYIAH. Banda Aceh.
Perdana Indah, Sumatera

You might also like