Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Tugas Gizi 1
Jurnal Tugas Gizi 1
Naskah Masuk: 25 Pebruari 2018 Naskah Revisi: 5 April 2018 Naskah Diterima: 7 April 2018
ABSTRACT
Food security is a key issue in the fulfillment of people's welfare. The condition of food insecurity
that can be called vulnerable food is experienced mostly by the poor. Besides economic factors,
food insecurity can occur in flood vulnerable area. Objectives of the research are: (1) to analyze
the food security level in the poor households; and (2) to analyze the inequality of food security.
This quantitative descriptive research was conducted between March and September 2017 in
Tanjang village and Kosekan village, Gabus Subdistrict, Pati regency. Sampling size is 89
households consisting of 41 households in Kosekan village and 48 households in Tanjang village.
Data analysis: (1) food security with Current Population Survei (CPS) Food Security Suplement
and (2) the inequality of food security statistically. Results of the research: (1) the food security
index of poor households in Tanjang and Kosekan villages can be categorized as food resistant
households; and (2) the level of food inequality of Tanjang and Kosekan villages were similar or
not significantly different.
Keywords: CPS food security suplement, flood vulnerable area, food security, poor households
ABSTRAK
Ketahanan pangan merupakan isu pokok dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Kondisi
tidak tahan pangan disebut juga rawan pangan banyak dialami oleh golongan masyarakat atau
rumah tangga miskin. Selain karena faktor ekonomi, kerawanan pangan dapat terjadi di daerah
rawan banjir. Tujuan penelitian : (1) menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin;
(2) menganalisis ketimpangan ketahanan pangan. Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilakukan
bulan Maret-September 2017 dengan lokasi di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati. Jumlah sampel Desa Kosekan 41 KK dan Desa Tanjang 48 KK. Analisis data : (1)
ketahanan pangan dengan Current Population Survei (CPS) Food Security Suplement dan (2)
ketimpangan ketahanan pangan rumah tangga miskin secara statistik. Hasil penelitian yaitu (1)
indeks ketahanan pangan rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan termasuk
kategori rumah tangga tahan pangan dan (2) tingkat ketimpangan pangan Desa Tanjang dan Desa
Kosekan sama atau tidak berbeda nyata (tidak signifikan).
Kata kunci : CPS food security suplement, ketahanan pangan, daerah rawan banjir, rumah tangga miskin
15
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
16
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26
daerah yang terkena banjir cukup luas cukup, baik jumlah maupun mutunya,
adalah Kecamatan Gabus. Berdasarkan aman, beragam, bergizi, merata, dan
peta daerah rawan banjir, 23 desa dari 24 terjangkau serta tidak bertentangan
desa di Kecamatan Gabus masuk dengan agama, keyakinan, dan budaya
kategori kerawanan banjir tinggi (BPBD masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
Kab. Pati, 2016). aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Daerah dengan tingkat kerawanan Kemiskinan
banjir tinggi dan membutuhkan waktu Hasan & Saputra (2008)
lebih lama untuk surut banjir terutama menyatakan bahwa secara tidak langsung
berada di sepanjang aliran Sungai kemiskinan menjadi indikasi akan
Juwana yaitu Desa Wuwur, Karaban, lemahnya tahap penggunaan pangan
Kosekan, Tanjang, Gempolsari, akibat dampak tidak meratanya distribusi
Banjarsari dan Mintobasuki. Berdasarkan pendapatan dan seterusnya menjadikan
informasi dari BPBD Kab. Pati bahwa di mereka sebagai komunitas yang rawan
Kecamatan Gabus terdapat Desa pangan.
Tangguh Bencana (Destana) yaitu Desa Menurut Sumarwan dan Sukandar
Mintobasuki, Banjarsari dan Kosekan. dalam Ermawati (2011), kemiskinan
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian sangat terkait dengan kemampuan
berada di Desa Kosekan untuk mewakili keluarga untuk memenuhi kebutuhan
Desa Tangguh Bencana dan Desa pokoknya, yaitu pangan. Mereka yang
Tanjang untuk mewakili Bukan Desa dikategorikan miskin adalah keluarga
Tangguh Bencana. Berdasarkan latar yang rawan pangan atau tidak tahan
belakang tersebut, maka tujuan penelitian pangan karena tidak mengkonsumsi
ini adalah (1) menganalisis tingkat pangan yang cukup. Selain karena daya
ketahanan pangan rumah tangga miskin beli yang rendah, pengetahuan tentang
di Desa Kosekan dan Desa Tanjang; (2) gizi rumah tangga miskin rendah,
menganalisis ketimpangan ketahanan sehingga dalam mengkonsumsi makanan
pangan yang terjadi antara Desa Kosekan mereka kurang mempertimbangkan
dan Desa Tanjang. kandungan gizi pada makanan.
TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN
Ketahanan Pangan Penelitian ini merupakan
Konsep ketahanan pangan yang penelitian deskriptif dengan pendekatan
disepakati secara internasional dalam kuantitatif. Penelitian dilakukan pada
World Conference on Human Right 1993 bulan Maret-September 2017 dengan
dan World Food Summit 1996 adalah lokasi penelitian di Desa Tanjang dan
kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi Desa Kosekan Kecamatan Gabus
setiap individu baik dalam jumlah Kabupaten Pati. Data yang digunakan
maupun mutu agar dapat hidup aktif dan berupa data primer dan data sekunder.
sehat secara berkesinambungan sesuai Data primer diperoleh dari responden
dengan budaya setempat (Rosyadi & melalui kuesioner, sedangkan data
Purnomo, 2012). sekunder berupa dokumen yang berasal
UU No. 18 Tahun 2012 dari instansi terkait.
menyebutkan ketahanan pangan adalah Sampel penelitian yaitu rumah
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara tangga miskin di Desa Kosekan dan Desa
sampai dengan perseorangan, yang Tanjang. Data rumah tangga miskin di
tercermin dari tersedianya Pangan yang lokasi penelitian berasal dari Basis Data
17
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
18
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26
Tabel 1.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Usia Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Rumah Tangga
(Orang) (%) (Orang) (%)
25-30 tahun 0 0 0 0
31-40 tahun 3 6,25 3 7,32
41-50 tahun 9 18,75 5 12,20
51-60 tahun 15 31,25 10 24,39
> 60 tahun 21 43,75 23 56,10
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Mayoritas responden di Desa rumah tangga. Fathonah dkk (2011) juga
Tanjang berada di rentang usia produktif, menyatakan bahwa beban tanggungan
sedangkan untuk responden Desa pada rumah tangga yang tidak berada
Kosekan lebih banyak berada di rentang pada usia produktif lebih besar
usia non produktif. Usia produktif dibandingkan beban tanggungan pada
merupakan usia yang berada di rentang rumah tangga yang produktif.
15-64 tahun (BPS Kab. Pati, 2017). Jika dilihat dari persentase jumlah
Arida dkk (2015) menyatakan usia produktif, maka beban yang harus
bahwa umur rata-rata yang tergolong ditanggung oleh rumah tangga Desa
muda dan masih tergolong umur Kosekan lebih besar dibandingkan beban
produktif (15-64 tahun) dapat yang harus ditanggung oleh rumah
mengerjakan pekerjaan usahanya dengan tangga Desa Tanjang.Karakteristik rumah
maksimal sehingga dapat mencukupi tangga responden berdasarkan jenis
kebutuhan rumah tangganya. Hal ini akan kelamin kepala rumah tangga disajikan
berpengaruh terhadap tanggungan beban pada Tabel 2.
Tabel 2.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Rumah Tangga
(Orang) (%) (Orang) (%)
Laki-laki 39 81,25 11 26,83
Perempuan 9 18,75 30 73,17
Sumber : Pengolahan Data (2017)
19
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
20
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26
Tabel 4.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan
Tingkat Pendapatan Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Rumah Tangga Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
< 500.000 15 31,25 32 78,05
500.000-750.000 21 43,75 6 14,63
750.001-1.000.000 10 20,83 2 4,88
> 1.000.000 2 4,17 1 2,44
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Acuan penentuan rumah tangga Tanjang diperoleh hasil bahwa indeks
miskin dalam studi ini tidak berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga miskin
besar pendapatan rumah tangga namun di Desa Tanjang sebesar 5,15 yang
berdasarkan variabel-variabel BDT- termasuk kategori rumah tangga tahan
TNP2K. Variabel yang digunakan oleh pangan. Namun, dari 48 responden
BDT-TNP2K yaitu (1) status terdapat satu responden yang indeks
kepemilikan bangunan tempat tinggal; tingkat ketahanan pangan rumah
(2) status kepemilikan lahan tempat tangganya berada antara 25-50 sehingga
tinggal; (3) jenis lantai terluas; (4) jenis responden tersebut tingkat ketahanan
dinding terluas; (5) jenis atap terluas; (6) pangan rumah tangganya termasuk
kualitas dinding terluas; (7) kualitas atap kategori rumah tangga rawan pangan
terluas; (8) partisipasi sekolah; (9) kelas tanpa kelaparan.
tertinggi; (10) ijasah tertinggi; (11)
Adapun perhitungan tingkat
lapangan usaha dari pekerjaan utama;
ketahanan pangan rumah tangga miskin
(12) status kedudukan dari pekerjaan
utama; (13) sumber air minum; (14) di Desa Kosekan diperoleh hasil indeks
penggunaan fasilitas buang air besar; 13,84. Indeks ini menunjukkan bahwa
(15) jenis kloset; (16) tempat rumah tangga miskin di Desa Kosekan
pembuangan air tinja; (16) jenis cacat; termasuk kategori rumah tangga miskin
(17) penyakit kronis/menahun; (18) tahan pangan. Diantara 41 responden
sumber penerangan utama; (19) daya penelitian di Desa Kosekan, terdapat 4
listrik terpasang (PLN); (20) bahan bakar responden yang indeks tingkat ketahanan
untuk memasak; (21) kepemilikan tabung pangan rumah tangga miskin berada
LPG 5,5 kg atau lebih; (22) kepemilikan antara 25-50, yang berarti termasuk
sambungan telepon (PSTN). Kategori kategori rumah tangga miskin rawan
rumah tangga miskin menurut BDT- pangan tanpa kelaparan. Selain itu,
TNP2K dibagi menjadi 4 yaitu (1) rentan terdapat juga 2 responden yang indeks
miskin; (2) hampir miskin; (3) miskin; tingkat ketahanan pangan rumah tangga
dan (4) sangat miskin. miskin berada antara 51-75, berarti
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah termasuk kategori rumah tangga rawan
Tangga Miskin di Desa Tanjang dan pangan dengan tingkat kelaparan sedang.
Desa Kosekan Tingkat ketahanan pangan rumah tangga
Perhitungan tingkat ketahanan miskin di Desa Tanjang dan Desa
pangan rumah tangga miskin di Desa Kosekan disajikan pada Tabel 5.
21
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
Tabel 5.
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin
di Desa Tanjang dan Desa Kosekan
Desa Tanjang Desa Kosekan
No kategori Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(orang) (%) (orang) (%)
1 Tahan pangan 47 97,92 35 85,37
2 Rawan pangan tanpa kelaparan 1 2,08 4 9,76
3 Rawan pangan dg tngkt kelaparan sedang 0 0,00 2 4,88
4 Rawan pangan dg tngkt kelaparan lebih 0 0,00 0 0,00
parah
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Perhitungan tingkat ketahanan rumah tangga semakin rendah atau
pangan rumah tangga miskin di Desa rentan. Hal serupa diungkapkan oleh
Tanjang dan Desa Kosekan dengan Saputri dkk (2016) yang menyatakan
menggunakan metode CPS Food Security bahwa secara umum tingkat pendapatan
Supplement. CPS Food Security mempengaruhi pola dan tingkat
Supplement menanyakan tentang pengeluaran rumah tangga. Suatu rumah
bermacam kondisi kejadian perilaku dan tangga akan mengalokasikan
reaksi subjektif berupa: (1) kejadian pendapatannya untuk pangan, setelah itu
mengurangi konsumsi orang dewasa kebutuhan yang lain. Jika pendapatan
dalam rumah tangga, atau berbagai akibat yang diperoleh tidak mencukupi untuk
yang muncul dari mengurangi asupan membeli bahan pangan, maka risiko
makanan, (2) kejadian mengurangi untuk menjadi rawan pangan menjadi
makanan atau berbagai akibat yang semakin tinggi. Lebih lanjut Suyastiri
muncul karena mengurangi asupan (2008) dalam penelitiannya menyatakan
makanan pada anak-anak dalam rumah bahwa pangan pokok merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi
tangga, (3) kekhawatiran bahwa
setiap orang pada berbagai tingkat
anggaran pangan rumah tangga atau
pendapatan. Pendapatan merupakan
ketersediaan pangan kemungkinan tidak
faktor utama yang menentukan perilaku
mencukupi, dan (4) persepsi bahwa
rumah tangga dalam melakukan pola
konsumsi orang dewasa atau anak-anak
konsumsi pangan. Kusumawati dkk
dalam rumah tangga tidak mencukupi (2013) menyebutkan bahwa besar
dari segi kualitas (Fathonah & Prasodjo, kecilnya pendapatan akan mempengaruhi
2011). jenis pangan yang dikonsumsi. Pangan
Perilaku yang dilakukan pada yang dikonsumsi dipengaruhi pola
metode CPS Food Security Supplement konsumsi pangan dalam rumah tangga.
erat kaitannya dengan pola konsumsi Pola konsumsi pangan rumah tangga
rumah tangga, dengan kata lain tingkat ditentukan oleh harga, kebiasaan,
ketahanan pangan rumah tangga pendapatan dan selera.
tergantung dari kemampuan konsumsi Secara garis besar kondisi rumah
rumah tangga. Ariani dkk (2002) dalam tangga miskin di Desa Tanjang mampu
penelitiannya menyatakan dari proporsi memenuhi kebutuhan pangan rumah
pengeluaran pangan dapat diungkapkan tangganya dan mampu menyediakan
bahwa semakin tinggi proporsi anggaran yang cukup untuk kebutuhan
pengeluaran pangan berarti tingkat pangan rumah tangganya. Fathonah dan
kesejahteraan atau ketahanan pangan Prasodjo (2011) menyebutkan bahwa
22
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26
Tabel 6.
Uji Normalitas Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Desa Tanjang dan Desa Kosekan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
desa
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tanjang 0,209 48 0,000 0,885 48 0,000
indeks
kosekan 0,189 41 0,001 0,831 41 0,000
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Uji normalitas digunakan untuk Nilai sig. uji one sample
mengetahui apakah populasi data Kolmogorov-Smirnov untuk indeks Desa
berdistribusi normal atau tidak. Uji yang Tanjang adalah 0,000 dan untuk indeks
digunakan yaitu uji one sample Desa Kosekan adalah 0,001
Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro- menunjukkan <0,05 sehingga data tidak
Wilk dengan menggunakan taraf terdistribusi normal. Hasil uji Shapiro-
signifikansi 0,05. Data berdistribusi Wilk untuk indeks Desa Tanjang adalah
normal jika signifikansi >0,05 atau 5%. 0,000 dan untuk indeks Desa Kosekan
23
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
24
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26
25
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.
26