You are on page 1of 12

Jurnal Litbang Vol. XIV, No.

1, Juni 2018: 15-26

TINGKAT KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI


DAERAH RAWAN BANJIR
(Studi di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati)

FOOD SECURITY LEVEL OF POOR HOUSEHOLDS IN FLOOD


VULNERABLE AREA
(Study in Tanjang Village and Kosekan Village Gabus Subdistrict Pati
Regency)

Herna Octivia Damayanti


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati
Email : Octivia_oc@yahoo.co.id

Naskah Masuk: 25 Pebruari 2018 Naskah Revisi: 5 April 2018 Naskah Diterima: 7 April 2018

ABSTRACT
Food security is a key issue in the fulfillment of people's welfare. The condition of food insecurity
that can be called vulnerable food is experienced mostly by the poor. Besides economic factors,
food insecurity can occur in flood vulnerable area. Objectives of the research are: (1) to analyze
the food security level in the poor households; and (2) to analyze the inequality of food security.
This quantitative descriptive research was conducted between March and September 2017 in
Tanjang village and Kosekan village, Gabus Subdistrict, Pati regency. Sampling size is 89
households consisting of 41 households in Kosekan village and 48 households in Tanjang village.
Data analysis: (1) food security with Current Population Survei (CPS) Food Security Suplement
and (2) the inequality of food security statistically. Results of the research: (1) the food security
index of poor households in Tanjang and Kosekan villages can be categorized as food resistant
households; and (2) the level of food inequality of Tanjang and Kosekan villages were similar or
not significantly different.
Keywords: CPS food security suplement, flood vulnerable area, food security, poor households

ABSTRAK
Ketahanan pangan merupakan isu pokok dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Kondisi
tidak tahan pangan disebut juga rawan pangan banyak dialami oleh golongan masyarakat atau
rumah tangga miskin. Selain karena faktor ekonomi, kerawanan pangan dapat terjadi di daerah
rawan banjir. Tujuan penelitian : (1) menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin;
(2) menganalisis ketimpangan ketahanan pangan. Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilakukan
bulan Maret-September 2017 dengan lokasi di Desa Tanjang dan Desa Kosekan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati. Jumlah sampel Desa Kosekan 41 KK dan Desa Tanjang 48 KK. Analisis data : (1)
ketahanan pangan dengan Current Population Survei (CPS) Food Security Suplement dan (2)
ketimpangan ketahanan pangan rumah tangga miskin secara statistik. Hasil penelitian yaitu (1)
indeks ketahanan pangan rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan termasuk
kategori rumah tangga tahan pangan dan (2) tingkat ketimpangan pangan Desa Tanjang dan Desa
Kosekan sama atau tidak berbeda nyata (tidak signifikan).
Kata kunci : CPS food security suplement, ketahanan pangan, daerah rawan banjir, rumah tangga miskin

15
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

PENDAHULUAN seluruh wilayah Negara Kesatuan


Ketahanan pangan merupakan isu Republik Indonesia sepanjang waktu
pokok dalam pemenuhan kesejahteraan dengan memanfaatkan sumber daya,
masyarakat karena akan menentukan kelembagaan, dan budaya lokal.
kestabilan ekonomi, sosial, dan politik Kebalikan dari ketahanan pangan
dalam suatu negara (Nurhemi dkk, 2014). adalah rawan pangan. Kerawanan pangan
Mempertahankan ketahanan pangan di terjadi manakala rumah tangga
tingkatan nasional dan rumah tangga mengalami ketidakcukupan pangan untuk
masih menjadi tantangan utama bagi memenuhi standar kebutuhan fisiologis
negara-negara berkembang. Berdasarkan bagi pertumbuhan dan kesehatan para
the Food and Agriculture Organization individu anggotanya. Ada tiga hal
(FAO), sekitar 870 juta orang penting yang mempengaruhi tingkat
diperkirakan kurang gizi (dalam hal rawan pangan, yaitu kemampuan
pasokan energi makanan) pada periode penyediaan pangan kepada individu,
2010–2012. Angka ini mewakili 12,5% kemampuan individu atau rumah tangga
dari populasi global. Sebagian besar dari untuk mendapatkan pangan, dan proses
mereka, 852 juta tinggal di negara-negara distribusi dan pertukaran pangan yang
berkembang, di mana prevalensi tersedia dengan sumberdaya yang
kekurangan gizi sekarang diperkirakan dimiliki oleh individu atau rumah tangga
pada 14,9% dari populasi (Zakari et al, (Sumarmi dalam Ermawati, 2011).
2014). Kerawanan pangan rumah tangga terjadi
FAO mendefinisikan keamanan saat kondisi ketahanan pangan tidak
pangan sebagai suatu situasi “ketika terpenuhi dan anggota keluarga dalam
orang, setiap saat, memiliki akses fisik rumah tangga tidak mampu memperoleh
dan ekonomi, makanan yang aman dan pangan yang seimbang (Association of
bergizi untuk memenuhi kebutuhan Maternal and Child Health Programs,
makanan dan preferensi makanan mereka 2013).
untuk kehidupan yang aktif dan sehat”. Salah satu golongan masyarakat
Menurut definisi ini, ada tiga komponen yang rawan pangan adalah rumah tangga
penting yang saling terkait keamanan miskin. Kemiskinan akan sangat
pangan: ketersediaan, akses dan berpengaruh pada ketahanan pangan
pemanfaatan. Oleh karena itu, rumah karena rumah tangga miskin tidak
tangga dikatakan tahan pangan jika mampu menyediakan pangan dalam
dalam jangka waktu tertentu memiliki jumlah yang cukup, aman dan bergizi
makanan yang cukup (makanan yang baik dengan memproduksi sendiri
biasa disajikan dalam sehari) untuk maupun membeli. Selain karena faktor
anggotanya untuk seluruh periode. Kalau ekonomi, kerawanan pangan dapat terjadi
tidak, rumah tangga itu tidak aman karena adanya bencana alam seperti
pangan (Zakari et al, 2014). Undang- banjir. Hal ini dikarenakan terbatasnya
Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang akses terhadap pangan, sehingga akan
Pangan mengamanatkan bahwa negara berpengaruh pada ketahanan pangan
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, rumah tangga miskin yang tinggal di
keterjangkauan, dan pemenuhan daerah rawan banjir (Ermawati, 2011).
konsumsi pangan yang cukup, aman, Berdasarkan laporan Badan
bermutu, dan bergizi seimbang, baik Penanggulangan Banjir Daerah (BPBD)
pada tingkat nasional maupun daerah Kabupaten Pati tentang bencana banjir
hingga perseorangan secara merata di tanggal 13 Februari 2017, salah satu

16
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26

daerah yang terkena banjir cukup luas cukup, baik jumlah maupun mutunya,
adalah Kecamatan Gabus. Berdasarkan aman, beragam, bergizi, merata, dan
peta daerah rawan banjir, 23 desa dari 24 terjangkau serta tidak bertentangan
desa di Kecamatan Gabus masuk dengan agama, keyakinan, dan budaya
kategori kerawanan banjir tinggi (BPBD masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
Kab. Pati, 2016). aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Daerah dengan tingkat kerawanan Kemiskinan
banjir tinggi dan membutuhkan waktu Hasan & Saputra (2008)
lebih lama untuk surut banjir terutama menyatakan bahwa secara tidak langsung
berada di sepanjang aliran Sungai kemiskinan menjadi indikasi akan
Juwana yaitu Desa Wuwur, Karaban, lemahnya tahap penggunaan pangan
Kosekan, Tanjang, Gempolsari, akibat dampak tidak meratanya distribusi
Banjarsari dan Mintobasuki. Berdasarkan pendapatan dan seterusnya menjadikan
informasi dari BPBD Kab. Pati bahwa di mereka sebagai komunitas yang rawan
Kecamatan Gabus terdapat Desa pangan.
Tangguh Bencana (Destana) yaitu Desa Menurut Sumarwan dan Sukandar
Mintobasuki, Banjarsari dan Kosekan. dalam Ermawati (2011), kemiskinan
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian sangat terkait dengan kemampuan
berada di Desa Kosekan untuk mewakili keluarga untuk memenuhi kebutuhan
Desa Tangguh Bencana dan Desa pokoknya, yaitu pangan. Mereka yang
Tanjang untuk mewakili Bukan Desa dikategorikan miskin adalah keluarga
Tangguh Bencana. Berdasarkan latar yang rawan pangan atau tidak tahan
belakang tersebut, maka tujuan penelitian pangan karena tidak mengkonsumsi
ini adalah (1) menganalisis tingkat pangan yang cukup. Selain karena daya
ketahanan pangan rumah tangga miskin beli yang rendah, pengetahuan tentang
di Desa Kosekan dan Desa Tanjang; (2) gizi rumah tangga miskin rendah,
menganalisis ketimpangan ketahanan sehingga dalam mengkonsumsi makanan
pangan yang terjadi antara Desa Kosekan mereka kurang mempertimbangkan
dan Desa Tanjang. kandungan gizi pada makanan.
TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN
Ketahanan Pangan Penelitian ini merupakan
Konsep ketahanan pangan yang penelitian deskriptif dengan pendekatan
disepakati secara internasional dalam kuantitatif. Penelitian dilakukan pada
World Conference on Human Right 1993 bulan Maret-September 2017 dengan
dan World Food Summit 1996 adalah lokasi penelitian di Desa Tanjang dan
kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi Desa Kosekan Kecamatan Gabus
setiap individu baik dalam jumlah Kabupaten Pati. Data yang digunakan
maupun mutu agar dapat hidup aktif dan berupa data primer dan data sekunder.
sehat secara berkesinambungan sesuai Data primer diperoleh dari responden
dengan budaya setempat (Rosyadi & melalui kuesioner, sedangkan data
Purnomo, 2012). sekunder berupa dokumen yang berasal
UU No. 18 Tahun 2012 dari instansi terkait.
menyebutkan ketahanan pangan adalah Sampel penelitian yaitu rumah
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara tangga miskin di Desa Kosekan dan Desa
sampai dengan perseorangan, yang Tanjang. Data rumah tangga miskin di
tercermin dari tersedianya Pangan yang lokasi penelitian berasal dari Basis Data

17
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

Terpadu-Tim Nasional Percepatan a). Rumah tangga tahan pangan: rumah


Penanggulangan Kemiskinan (BDT- tangga berdasarkan survei yang
TNP2K) tahun 2016. Penentuan sampel diajukan tidak terdapat indikasi
penelitian dengan menggunakan terjadinya rawan pangan, memiliki
nomogram Harry King dengan tingkat indeks antara 0-24.
kesalahan 10%. Desa Kosekan diperoleh b). Rumah tangga rawan pangan tanpa
jumlah sampel sebesar 31% dari total kelaparan: rumah tangga berdasarkan
populasi 131 Kepala Keluarga (KK) survei yang diajukan memiliki
sehingga jumlah sampel menjadi 41 KK. beberapa indikator terjadinya rawan
Desa Tanjang diperoleh jumlah sampel pangan, terdapat sedikit atau tidak
sebesar 24% dari total populasi 199 KK sama sekali indikator terjadinya
sehingga jumlah sampel menjadi 48 KK. kelaparan, memiliki indeks antara 25–
Metode pengambilan sampel dengan 50.
simple random sampling. c). Rumah tangga rawan pangan dengan
Teknik analisis data yang tingkat kelaparan sedang: rumah
digunakan adalah analisis kualitatif tangga berdasarkan survei yang
dengan Current Population Survey (CPS) diajukan memiliki lebih banyak
Food Security Suplement. Metode ini indikator terjadinya rawan pangan,
adalah suatu metode yang digunakan terdapat lebih dari satu indikator
untuk mengetahui bagaimana tingkat terjadinya kelaparan pada anggota
ketahanan pangan dalam rumah tangga. keluarga yang berusia dewasa,
Metode ini telah digunakan oleh United memiliki indeks antara 51–75.
States Census Bureau untuk mengetahui d). Rumah tangga rawan pangan dengan
level ketahanan pangan rumah tangga di tingkat kelaparan lebih parah: rumah
United States baik pada tingkat nasional tangga berdasarkan survei yang
maupun negara bagian (Widayaningsih, diajukan memiliki lebih banyak
2012). indikator terjadinya rawan pangan,
Ketahanan pangan keluarga diukur terdapat indikator terjadinya
dengan cara menanyakan beberapa kelaparan pada anggota keluarga baik
pertanyaan penting mengenai kondisi yang berusia anak-anak, bahkan
rumah tangga, peristiwa, kebiasaan dan terdapat indikator kelaparan yang
reaksi subjektif (Widayaningsih, 2012). lebih parah pada anggota keluarga
Setiap butir pertanyaan disediakan 4 yang berusia dewasa, memiliki indeks
jawaban yaitu skor 0 untuk Tidak Pernah; antara 75-100.
skor 1 untuk Kadang-kadang; skor 2 Ketimpangan ketahanan pangan
untuk Sering dan skor 3 untuk Selalu. rumah tangga miskin di Desa Kosekan
Skor terendah yang diperoleh adalah 0, dan Desa Tanjang dianalisis secara
sedangkan skor tertinggi yang diperoleh statistik. Hipotesis uji sebagai berikut :
adalah 54. Selanjutnya jawaban H0 : tingkat ketahanan pangan Desa
responden diberikan skor dan diindeks Kosekan sama (tidak berbeda nyata
menggunakan rumus sebagai berikut : atau tidak signifikan) dengan tingkat
ketahanan pangan Desa Tanjang.
H1 : tingkat ketahanan pangan Desa
Tingkat ketahanan pangan secara Kosekan tidak sama (berbeda nyata
kualitatif, diperoleh berdasarkan jawaban atau signifikan) dengan ketahanan
responden, yaitu: pangan Desa Tanjang.

18
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26

Dasar pengambilan keputusan spesifik rumah tangga yang berkaitan


adalah (a) Jika probabilitas (sig) < 0,05, langsung dengan dirinya (Fathonah dkk,
maka H0 diterima; (b) Jika probabilitas 2011). Karakteristik rumah tangga pada
(sig) > 0,05, maka H0 ditolak. penelitian ini yaitu berdasarkan usia,
HASIL DAN PEMBAHASAN jenis kelamin, tingkat pendidikan,
Karakteristik Rumah Tangga pendapatan dan status kepemilikan
Responden rumah. Karakteristik rumah tangga
Karakteristik rumah tangga responden berdasarkan usia kepala rumah
responden adalah kondisi atau keadaan tangga disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan Usia Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Rumah Tangga
(Orang) (%) (Orang) (%)
25-30 tahun 0 0 0 0
31-40 tahun 3 6,25 3 7,32
41-50 tahun 9 18,75 5 12,20
51-60 tahun 15 31,25 10 24,39
> 60 tahun 21 43,75 23 56,10
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Mayoritas responden di Desa rumah tangga. Fathonah dkk (2011) juga
Tanjang berada di rentang usia produktif, menyatakan bahwa beban tanggungan
sedangkan untuk responden Desa pada rumah tangga yang tidak berada
Kosekan lebih banyak berada di rentang pada usia produktif lebih besar
usia non produktif. Usia produktif dibandingkan beban tanggungan pada
merupakan usia yang berada di rentang rumah tangga yang produktif.
15-64 tahun (BPS Kab. Pati, 2017). Jika dilihat dari persentase jumlah
Arida dkk (2015) menyatakan usia produktif, maka beban yang harus
bahwa umur rata-rata yang tergolong ditanggung oleh rumah tangga Desa
muda dan masih tergolong umur Kosekan lebih besar dibandingkan beban
produktif (15-64 tahun) dapat yang harus ditanggung oleh rumah
mengerjakan pekerjaan usahanya dengan tangga Desa Tanjang.Karakteristik rumah
maksimal sehingga dapat mencukupi tangga responden berdasarkan jenis
kebutuhan rumah tangganya. Hal ini akan kelamin kepala rumah tangga disajikan
berpengaruh terhadap tanggungan beban pada Tabel 2.
Tabel 2.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Rumah Tangga
(Orang) (%) (Orang) (%)
Laki-laki 39 81,25 11 26,83
Perempuan 9 18,75 30 73,17
Sumber : Pengolahan Data (2017)

19
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

Karakteristik rumah tangga sumberdaya. Akibat keterbatasan ini


responden berdasarkan jenis kelamin akan berdampak negatif pada
kepala rumah tangga menunjukkan perkembangan anak dan keluarga.
bahwa mayoritas kepala keluarga di Desa Dewasa ini seperempat dari jumlah
Tanjang adalah laki-laki. Kondisi rumah tangga diseluruh dunia dikepalai
sebaliknya terjadi di Desa Kosekan yang oleh perempuan, dimana empat perlima
menunjukkan bahwa mayoritas kepala dari mereka adalah janda dan
keluarga adalah perempuan. sepersepuluh dari mereka adalah rumah
Kasimin (2015) menyatakan tangga miskin.
bahwa sebagian besar manusia yang Karakteristik rumah tangga
hidup dalam kemiskinan adalah responden berdasarkan tingkat
perempuan, karena keterbatasan akses pendidikan kepala rumah tangga
ekonomi, sosial dan politik serta disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Rumah Tangga Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
tidak tamat SD 7 14,58 20 48,78
SD 21 43,75 15 36,59
SMP 15 31,25 4 9,76
SMU 5 10,42 2 4,88
Sumber : Pengolahan Data (2017)

Karakteristik rumah tangga Mayoritas kepala rumah tangga


responden berdasarkan tingkat responden di Desa Tanjang menunjukkan
pendidikan kepala rumah tangga bahwa tingkat pendapatan berada pada
menunjukkan bahwa persentase tingkat rentang Rp500.000,00 sampai dengan
pendidikan terbesar di Desa Tanjang Rp750.000,00. Adapun mayoritas kepala
adalah SD dan SMP, sedangkan rumah tangga miskin di Desa Kosekan
persentase tingkat pendidikan terbesar di berpendapatan <Rp500.000,00. Tingkat
Desa Kosekan adalah tidak tamat SD dan pendapatan erat kaitannya dengan pola
SD. Faisal (2013) menyatakan dalam konsumsi, dimana tingkat konsumsi akan
penelitiannya bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kemakmuran
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan sebuah rumah tangga (Indrianawati,
karena pendidikan merupakan salah satu 2015). Upadhyay and Pathania (2013)
komponen yang ditekankan dalam menyatakan bahwa semakin besar tingkat
penyebab lingkaran setan kemiskinan. pendapatan, maka semakin tinggi tingkat
Tingkat pendidikan berpengaruh pengeluaran untuk konsumsi.
terhadap produktivitas kerja yang Karakteristik rumah tangga responden
selanjutnya akan mempengaruhi tingkat berdasarkan tingkat pendapatan kepala
kemiskinan. rumah tangga disajikan pada Tabel 4.

20
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26

Tabel 4.
Karakteristik Rumah Tangga Responden Berdasarkan
Tingkat Pendapatan Kepala Rumah Tangga
Desa Tanjang Desa Kosekan
Karakteristik
Rumah Tangga Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Orang) (%) (Orang) (%)
< 500.000 15 31,25 32 78,05
500.000-750.000 21 43,75 6 14,63
750.001-1.000.000 10 20,83 2 4,88
> 1.000.000 2 4,17 1 2,44
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Acuan penentuan rumah tangga Tanjang diperoleh hasil bahwa indeks
miskin dalam studi ini tidak berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga miskin
besar pendapatan rumah tangga namun di Desa Tanjang sebesar 5,15 yang
berdasarkan variabel-variabel BDT- termasuk kategori rumah tangga tahan
TNP2K. Variabel yang digunakan oleh pangan. Namun, dari 48 responden
BDT-TNP2K yaitu (1) status terdapat satu responden yang indeks
kepemilikan bangunan tempat tinggal; tingkat ketahanan pangan rumah
(2) status kepemilikan lahan tempat tangganya berada antara 25-50 sehingga
tinggal; (3) jenis lantai terluas; (4) jenis responden tersebut tingkat ketahanan
dinding terluas; (5) jenis atap terluas; (6) pangan rumah tangganya termasuk
kualitas dinding terluas; (7) kualitas atap kategori rumah tangga rawan pangan
terluas; (8) partisipasi sekolah; (9) kelas tanpa kelaparan.
tertinggi; (10) ijasah tertinggi; (11)
Adapun perhitungan tingkat
lapangan usaha dari pekerjaan utama;
ketahanan pangan rumah tangga miskin
(12) status kedudukan dari pekerjaan
utama; (13) sumber air minum; (14) di Desa Kosekan diperoleh hasil indeks
penggunaan fasilitas buang air besar; 13,84. Indeks ini menunjukkan bahwa
(15) jenis kloset; (16) tempat rumah tangga miskin di Desa Kosekan
pembuangan air tinja; (16) jenis cacat; termasuk kategori rumah tangga miskin
(17) penyakit kronis/menahun; (18) tahan pangan. Diantara 41 responden
sumber penerangan utama; (19) daya penelitian di Desa Kosekan, terdapat 4
listrik terpasang (PLN); (20) bahan bakar responden yang indeks tingkat ketahanan
untuk memasak; (21) kepemilikan tabung pangan rumah tangga miskin berada
LPG 5,5 kg atau lebih; (22) kepemilikan antara 25-50, yang berarti termasuk
sambungan telepon (PSTN). Kategori kategori rumah tangga miskin rawan
rumah tangga miskin menurut BDT- pangan tanpa kelaparan. Selain itu,
TNP2K dibagi menjadi 4 yaitu (1) rentan terdapat juga 2 responden yang indeks
miskin; (2) hampir miskin; (3) miskin; tingkat ketahanan pangan rumah tangga
dan (4) sangat miskin. miskin berada antara 51-75, berarti
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah termasuk kategori rumah tangga rawan
Tangga Miskin di Desa Tanjang dan pangan dengan tingkat kelaparan sedang.
Desa Kosekan Tingkat ketahanan pangan rumah tangga
Perhitungan tingkat ketahanan miskin di Desa Tanjang dan Desa
pangan rumah tangga miskin di Desa Kosekan disajikan pada Tabel 5.

21
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

Tabel 5.
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin
di Desa Tanjang dan Desa Kosekan
Desa Tanjang Desa Kosekan
No kategori Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(orang) (%) (orang) (%)
1 Tahan pangan 47 97,92 35 85,37
2 Rawan pangan tanpa kelaparan 1 2,08 4 9,76
3 Rawan pangan dg tngkt kelaparan sedang 0 0,00 2 4,88
4 Rawan pangan dg tngkt kelaparan lebih 0 0,00 0 0,00
parah
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Perhitungan tingkat ketahanan rumah tangga semakin rendah atau
pangan rumah tangga miskin di Desa rentan. Hal serupa diungkapkan oleh
Tanjang dan Desa Kosekan dengan Saputri dkk (2016) yang menyatakan
menggunakan metode CPS Food Security bahwa secara umum tingkat pendapatan
Supplement. CPS Food Security mempengaruhi pola dan tingkat
Supplement menanyakan tentang pengeluaran rumah tangga. Suatu rumah
bermacam kondisi kejadian perilaku dan tangga akan mengalokasikan
reaksi subjektif berupa: (1) kejadian pendapatannya untuk pangan, setelah itu
mengurangi konsumsi orang dewasa kebutuhan yang lain. Jika pendapatan
dalam rumah tangga, atau berbagai akibat yang diperoleh tidak mencukupi untuk
yang muncul dari mengurangi asupan membeli bahan pangan, maka risiko
makanan, (2) kejadian mengurangi untuk menjadi rawan pangan menjadi
makanan atau berbagai akibat yang semakin tinggi. Lebih lanjut Suyastiri
muncul karena mengurangi asupan (2008) dalam penelitiannya menyatakan
makanan pada anak-anak dalam rumah bahwa pangan pokok merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi
tangga, (3) kekhawatiran bahwa
setiap orang pada berbagai tingkat
anggaran pangan rumah tangga atau
pendapatan. Pendapatan merupakan
ketersediaan pangan kemungkinan tidak
faktor utama yang menentukan perilaku
mencukupi, dan (4) persepsi bahwa
rumah tangga dalam melakukan pola
konsumsi orang dewasa atau anak-anak
konsumsi pangan. Kusumawati dkk
dalam rumah tangga tidak mencukupi (2013) menyebutkan bahwa besar
dari segi kualitas (Fathonah & Prasodjo, kecilnya pendapatan akan mempengaruhi
2011). jenis pangan yang dikonsumsi. Pangan
Perilaku yang dilakukan pada yang dikonsumsi dipengaruhi pola
metode CPS Food Security Supplement konsumsi pangan dalam rumah tangga.
erat kaitannya dengan pola konsumsi Pola konsumsi pangan rumah tangga
rumah tangga, dengan kata lain tingkat ditentukan oleh harga, kebiasaan,
ketahanan pangan rumah tangga pendapatan dan selera.
tergantung dari kemampuan konsumsi Secara garis besar kondisi rumah
rumah tangga. Ariani dkk (2002) dalam tangga miskin di Desa Tanjang mampu
penelitiannya menyatakan dari proporsi memenuhi kebutuhan pangan rumah
pengeluaran pangan dapat diungkapkan tangganya dan mampu menyediakan
bahwa semakin tinggi proporsi anggaran yang cukup untuk kebutuhan
pengeluaran pangan berarti tingkat pangan rumah tangganya. Fathonah dan
kesejahteraan atau ketahanan pangan Prasodjo (2011) menyebutkan bahwa

22
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26

tingkat pendapatan rumah tangga yang kebutuhan pangannya. Selain itu,


termasuk dalam kategori rendah mayoritas resonden tidak memiliki
mengakibatkan rumah tangga menjadi pekarangan rumah. Rhoyani dkk (2016)
tidak tahan pangan. Berdasarkan tingkat menyebutkan bahwa besarnya
pendapatan, mayoritas responden Desa pengeluaran pangan dipengaruhi oleh
Tanjang mempunyai pendapatan pendapatan petani, jumlah tanggungan
≥Rp500.000,00 dan hanya terdapat 15 keluarga, dan luas lahan yang dimiliki.
responden di Desa Tanjang yang
Ketimpangan Ketahanan Pangan
pendapatannya <Rp500.000,00 sehingga
Rumah Tangga Miskin di Desa
secara umum rumah tangga miskin di
Tanjang dan Desa Kosekan
Desa Tanjang menjadi rumah tangga
miskin yang tahan pangan. Berdasarkan perhitungan indeks
Sama halnya dengan kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin
rumah tangga miskin di Desa Tanjang, diperoleh hasil bahwa kedua desa (Desa
rumah tangga miskin di Desa Kosekan tanjang dan Desa Kosekan) termasuk
juga mampu memenuhi kebutuhan kategori rumah tangga miskin tahan
pangan rumah tangganya dan mampu pangan. Analisis secara statistik
menyediakan anggaran yang cukup untuk dilakukan terhadap indeks ketahanan
kebutuhan pangan rumah tangganya. Jika pangan kedua desa untuk menganalisis
dilihat dari tingkat pendapatan, mayoritas terdapat tidaknya ketimpangan ketahanan
responden <Rp500.000,00. Namun, pangan rumah tangga miskin di Desa
rumah tangga responden mampu Tanjang dan Desa Kosekan melalui
memenuhi kebutuhan pangannya. Hal ini tingkat signifikansinya. Uji Asumsi
dikarenakan responden mayoritas berusia Dasar dilakukan sebelum melakukan uji
>50 tahun mayoritas dan sudah tidak terhadap indeks ketahanan pangan Desa
mempunyai anak yang harus ditanggung Tanjang dan Desa Kosekan. Uji asumsi
sehingga mengurangi beban yang harus dasar yang dilakukan yaitu uji normalitas
ditanggung keluarga untuk mencukupi dan uji homogenitas.

Tabel 6.
Uji Normalitas Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Desa Tanjang dan Desa Kosekan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
desa
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tanjang 0,209 48 0,000 0,885 48 0,000
indeks
kosekan 0,189 41 0,001 0,831 41 0,000
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Pengolahan Data (2017)
Uji normalitas digunakan untuk Nilai sig. uji one sample
mengetahui apakah populasi data Kolmogorov-Smirnov untuk indeks Desa
berdistribusi normal atau tidak. Uji yang Tanjang adalah 0,000 dan untuk indeks
digunakan yaitu uji one sample Desa Kosekan adalah 0,001
Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro- menunjukkan <0,05 sehingga data tidak
Wilk dengan menggunakan taraf terdistribusi normal. Hasil uji Shapiro-
signifikansi 0,05. Data berdistribusi Wilk untuk indeks Desa Tanjang adalah
normal jika signifikansi >0,05 atau 5%. 0,000 dan untuk indeks Desa Kosekan

23
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

adalah 0,000 menunjukkan <0,05 Tanjang maupun Desa Kosekan tidak


sehingga data tidak terdistribusi normal. signifikan berbeda karena fokus
Uji homogenitas digunakan untuk penelitian adalah rumah tangga miskin di
mengetahui apakah beberapa varian daerah yang rawan banjir.
populasi adalah sama atau tidak. Uji ini Tabel 8.
dilakukan sebagai prasyarat dalam Hasil Uji Mann Whitney Tingkat
analisis independent sample T-Test dan Ketahanan Pangan Desa Tanjang dan
ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam Desa Kosekan
analisis varian (ANOVA) adalah bahwa indeks
varian dari populasi adalah sama. Kriteria
Mann-Whitney U 519,000
pengujian, apabila nilai signifikansi
>0,05 maka dapat dikatakan bahwa Wilcoxon W 1,695E3
varian dari dua/ lebih kelompok data Z -3,838
adalah sama. Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
Tabel 7. a. Grouping Variable: desa
Uji Homogenitas Ketahanan Pangan Sumber : Pengolahan Data, 2017
Rumah Tangga Desa Tanjang dan Desa
Kosekan Baik Desa Tanjang maupun Desa
indeks Kosekan merupakan daerah rawan banjir,
yang membedakan adalah Desa Tanjang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
telah ditetapkan sebagai salah satu Desa
15,931 1 87 0,000 Tangguh Bencana (Destana) sedangkan
Sumber : Pengolahan Data, 2017 Desa Kosekan belum ditetapkan sebagai
Nilai signifikansi sebesar 0,000 Destana. Penetapan Destana ini
menunjukkan nilai <0,05 sehingga indeks merupakan salah satu program yang
dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Pati
ketahanan pangan Desa Tanjang dan
dalam upaya penanggulangan bencana
Desa Kosekan mempunyai varian tidak
(khususnya banjir) di Kabupaten Pati.
sama. Angka Levene Statistic
Walaupun berbeda status dalam hal
menunjukkan semakin kecil maka
kesiapsiagaan penanggulangan bencana,
semakin besar homogenitasnya. Angka
namun tingkat ketahanan pangan rumah
Levene Statistic dari indeks ketahanan tangga miskinnya tidak berbeda nyata
pangan Desa Tanjang dan Desa Kosekan (dibuktikan dengan uji beda). Besarnya
sebesar 15,931 menunjukkan bahwa pengeluaran pangan dipengaruhi oleh
homogenitas indeks ketahanan pangan pendapatan petani, jumlah tanggungan
kedua desa semakin kecil. Jika data yang keluarga dan luas lahan yang dimiliki
diuji tidak terdistribusi normal dan tidak (Rhoyani dkk, 2016). Hal sama juga
homogen maka digunakan metode dikemukakan dalam penelitian Hasibuan
statistik non parametrik dengan uji Mann dkk (2014) menyebutkan bahwa faktor-
Whitney (Tabel 8). faktor yang mempengaruhi konsumsi
Hasil uji Mann Whitney pada pangan sumber karbohidrat non beras
Tabel 8 menunjukkan bahwa probabilitas adalah pendapatan rumah tangga, jumlah
(sig) sebesar 0,000. Oleh karena nilai tanggungan, umur dan tingkat
probabilitas < 0,05; maka H0 diterima, pendidikan.
artinya tingkat ketahanan pangan di Desa Jika dilihat dari profil responden
Tanjang dan Desa Kosekan sama atau yang merupakan rumah tangga miskin
tidak berbeda nyata (tidak signifikan). dapat dilihat bahwa baik untuk Desa
Tingkat ketahanan pangan baik di Desa Tanjang maupun Desa Kosekan relatif

24
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1, Juni 2018: 15-26

sama yaitu mayoritas berumur >50 tahun, Tangga Berdasarkan Proporsi


tingkat pendidikan ≤SD dan tingkat Pengeluaran Pangan dan Konsumsi
penghasilan ≤Rp750.000,00. Hal ini yang Energi. Agrisep, 16(1), 20-34.
menyebabkan tidak terjadi ketimpangan Association of Maternal and Child
ketahanan pangan pada rumah tangga Health Programs. (2013). Life
miskin pada kedua desa. Course Indicator : Household
KESIMPULAN DAN SARAN Food Insecurity. The Life Course
Kesimpulan Metrics Project. Washington
Berdasarkan hasil perhitungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
indeks ketahanan pangan rumah tangga Kabupaten Pati. (2017). Laporan
miskin di Desa Tanjang dan Desa Bencana Banjir Tahun 2017. Pati :
Kosekan termasuk kategori rumah tangga BPBD Kabupaten Pati.
tahan pangan. Setelah dilakukan uji Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati.
terhadap indeks ketahan pangan di Desa (2017). Pati Dalam Angka Tahun
Tanjang dan Desa Kosekan diperoleh 2016. Pati : BPS Kabupaten Pati.
hasil bahwa tingkat ketimpangan pangan
Desa Tanjang & desa Kosekan sama atau Ermawati, R. O. (2011). Analisis
tidak berbeda nyata (tidak signifikan). Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Miskin pada Daerah Rawan Banjir
Saran
di Kecamatan Jebres Kota
Permasalahan yang dihadapi
Surakarta. Skripsi. Fakultas
rumah tangga miskin di lokasi studi
Pertanian. Surakarta : Universitas
adalah pendapatan rumah tangga yang
Sebelas Maret.
rendah. Menjaga ketahanan pangan
rumah tangga perlu dilakukan melalui Faisal, H. (2013). Pengaruh Tingkat
upaya peningkatan pendapatan rumah Pendidikan, Kesehatan Terhadap
tangga. Pemerintah dapat melakukan Produktivitas dan Jumlah
upaya peningkatan pendapatan rumah Penduduk Miskin di Provinsi
tangga miskin dengan cara meningkatkan Kalimantan Barat. Tesis. Program
minat wirausaha melalui pemberian Magister Ilmu Ekonomi Fakultas
modal kerja dan pembinaan bagi rumah Ekonomi. Pontianak : Universitas
tangga miskin yang berusaha di sektor Tanjung Pura.
informal bagi usia produktif. Bagi usia Fathonah, T. Y., Prasodjo, N. W. (2011).
tidak produktif dapat melakukan Tingkat Ketahanan Pangan pada
sosialisasi dan pemanfaatan lahan Rumah Tangga yang Dikepalai
pekarangan (program Rumah Hijau) Pria dan Rumah Tangga yang
sekitar tempat tinggal guna memenuhi Dikepalai Wanita. Jurnal
kebutuhan pangan rumah tangga. Transdisiplin Sosiologi,
DAFTAR PUSTAKA Komunikasi, dan Ekologi Manusia,
5(3), 197-216.
Ariani, M., Purwantini, T. B. (2002).
Analisis Konsumsi Pangan Rumah Hasan, Y., Saputra. W. (2008)
Tangga Pasca Krisis Ekonomi di Ketahanan pangan dan
Propinsi Jawa Barat. SOCA: kemiskinan: Implementasi dan
Socioeconomics of Agriculture and kebijakan penyesuaian. Jurnal
Agribusiness, 6(1), 1-16. Ipteks Terapan, 2(1), 146-168.
Arida, A., Sofyan., Fadhiela, K. (2015). Hasibuan, M. Lubis, S. N., Ginting, R.
Analisis Ketahanan Pangan Rumah (2014). Analisis Pola Konsumsi

25
Tingkat Ketahanan Pangan…. Herna Octivia D.

Pangan Non Beras Sumber di Desa Tertinggal. Jurnal


Karbohidrat di Kecamatan Medan Ekonomi Pembangunan, 13(2),
Tuntungan. Journal on Social 303-315.
Economic of Agriculture and
Saputri, R., Lestari, L. A., Susilo, J.
Agribusiness, 3(10), 1-11.
(2016). Pola Konsumsi Pangan dan
Indrianawati, E. (2015). Pengaruh Tingkat Ketahanan Pangan Rumah
Tingkat Pendapatan dan Tangga di Kabupaten Kampar
Pengetahuan Ekonomi Terhadap Provinsi Riau. Jurnal Gizi Klinik
Tingkat Konsumsi Mahasiswa Indonesia, 12(3), 123-130.
Program Pascasarjana Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Ekonomi Suyastiri, N. M. (2008). Diversifikasi
Pendidikan dan Kewirausahaan, Konsumsi Pangan Pokok Berbasis
3(1), 214-226. Potensi Lokal Dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Kasimin, S. (2015). Indikator Sosial
Pedesaan di Kecamatan Semin
Ekonomi Wilayah dan Ketahanan
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal
Pangan Rumah Tangga Perempuan
Ekonomi Pembangunan, 13(1), 51-
Miskin Aceh. Agrisep, 16(1), 1-9.
60.
Kusumawati, T. D. Marwanti, S., Ani, S.
W. (2013). Analisis Ketersediaan Upadhyay, H., Pathania, R. (2013).
Pangan Pokok dan Pola Konsumsi Consumer Expenditure Behavior
Pangan Rumah Tangga Petani di in India: a Case of Rural and
Kecamatan Nogosari Kabupaten Urban Consumer. International
Boyolali. Journal of Business and
http://agribisnis.fp.uns.ac.idwp- Management Invention, 2(2), 68-
contentuploads201401Jurnal- 73.
TRIASTUTI-DEWI-KUSUMA Widayaningsih, N. (2012). Ketahanan
WATI- H0809110.pdf : 1-12. Pangan pada Rumah Tangga
Nurhemi. Soekro, S. R. I., Suryani, G. Miskin (Perbandingan Kasus di
(2014). Pemetaan Ketahanan Perdesaan dan Perkotaan
Pangan di Indonesia : Pendekatan Kabupaten Banyumas). Jurnal
TFP dan Indeks Ketahanan Pembangunan Pedesaan, 12(1),
Pangan. Working Paper. Jakarta : 45-55.
Bank Indonesia.
Zakari, S., Ying, L., Song, B. (2014).
Pemerintah Republik Indonesia. (2012). Factors Influencing Household
Undang-undang Republik Food Security in West Africa : The
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Case of Southern Niger.
tentang Pangan. Jakarta : Sustainability, 6, 1191-1202
Pemerintah Republik Indonesia.
BIODATA PENULIS
Rhoyani, I., Rahayu, E. S., Ani, S. W.
(2016). Analisis Ketahanan Herna Octivia Damayanti, lahir 6
Pangan Rumah Tangga Petani di Oktober 1985 di Kudus Jawa Tengah.
Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pendidikan Magister Manajemen
Keduang Kabupaten Wonogiri. Sumberdaya Pantai Universitas
AGRISTA, 4(2), 31-42. Diponegoro. Saat ini bekerja sebagai
Rosyadi, I., Purnomo, D. (2012). Tingkat Peneliti di Badan Perencanaan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pembangunan Daerah Kabupaten Pati

26

You might also like