You are on page 1of 12

Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 137

TERAPI LATIHAN FISIK SEBAGAI TATA LAKSANA CEDERA


SPRAIN PERGELANGAN KAKI BERULANG: LAPORAN KASUS

Alvin Wiharja, Sri Nilawati


Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

ABSTRACT

Ankle sprain is a common injury that often occurs during exercise (Terada et al.,
2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin et al., 2012). Clinicians have been
seeking various ways to deal with this injury. There are a variety of treatment options and
strategies to manage this health issues in patients (Kaminski et al., 2013; Terada et al.,
2013). However, the most effective therapy in these injuries still has not be determined
(Terada et al., 2013).
Firstable, by determining the research question: "Which is the most appropriate
therapy for an ankle sprain injury?" Then conducted a systematic review to gather the latest
scientific evidence in order to help in choosing the appropriate the treatment and prevention
of ankle sprain injury. Obtained two manuscripts that discuss the similar issue, entitled
"Intervention for Increasing Ankle Theurapetic Dorsoflexion After Ankle sprain: A
Systematic Review" and "National Athletic Trainers' Associations Position Statement:
Conservative Management and Prevention of Ankle sprains in Athletes". In the manuscript
describes a combination of stretching exercises, strength training, exercise therapy
propioception in exercise is the most effective procedures on managing and preventing
recurrent ankle sprains (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013).
We can conclude that the treatment of choice based on scientific searches in ankle
sprain injury patients is exercise therapy. However, it should be noted on the prescription of
exercise will vary according to the conditions and circumstances of each patients.

Keywords: ankle sprain, exercise therapy, recurrent injury, prevention program

ABSTRAK

Cedera sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera yang sering terjadi pada saat
melakukan latihan fisik (Terada et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin
et al., 2012). Para klinisi telah mengupayakan berbagai metode tata laksana untuk menangani
cedera ini. Terdapat keanekaragaman pilihan terapi dan strategi penanganan masalah
kesehatan pada pasien dengan keluhan nyeri pada pergelangan pasien (Kaminski et al., 2013;
Terada et al., 2013). Namun demikian, kombinasi ataupun pilihan terapi yang paling efektif
pada cedera ini masih belum dapat ditentukan secara pasti (Terada et al., 2013).
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan pertanyaan penelitian, yaitu:
“Jenis terapi pilihan apakah yang sesuai untuk cedera sprain pergelangan kaki?” Kemudian
dilakukan systematic review untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah terbaru agar membantu
menjelaskan tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki. Didapatkan 2
manuskrip yang membahas isu yang hampir serupa dengan berjudul “Theurapetic
Intervention for Increasing Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A Systematic Review” dan
“National Athletic Trainers’ Associations Position Statement: Conservative Management and
Prevention of Ankle Sprains in Athletes”. Pada manuskrip tersebut menjabarkan kombinasi
latihan peregangan, latihan kekuatan, latihan propioseptif dalam terapi latihan fisik sebagai
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 138

prosedur tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki berulang yang paling
efektif (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013).
Dapat disimpulkan terapi pilihan berdasarkan penelusuran ilmiah pada pasien dengan
keluhan cedera sprain pada pergelangan kaki adalah terapi latihan fisik. Namun perlu
diperhatikan pada peresepan latihan fisik setiap pasien akan berbeda disesuaikan dengan
kondisi dan keadaan masing-masing individunya.

Kata kunci: sprain pergelangan kaki, terapi latihan fisik, cedera berulang, program
pencegahan

PENDAHULUAN cedera sprain pergelangan kaki yang kerap

Cedera sprain pada pergelangan kali terjadi dapat berujung pada perburuk-

kaki merupakan cedera yang sering terjadi an dan dikenal sebagai instabilitas perge-

pada saat melakukan latihan fisik (Terada langan kaki kronis/chronic ankle instabi-

et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche lity (CAI) (Hall et al., 2015; Gribble et al.,

et al., 2015; Lin et al., 2012). Angka cede- 2014).

ra tercatat lebih tinggi pada olahraga yang Namun demikian, kombinasi atau-

berintensitas tinggi, berkecepatan tinggi pun pilihan terapi yang paling efektif

dan jenis olahraga yang pergerakannya untuk penanganan cedera ini masih belum

dinamis (Lin et al., 2012). Didapatkan dapat ditentukan secara pasti (Terada et al.,

bahwa sekitar 28% atlet pelajar mengalami 2013). Oleh karena itu, penulis menyusun

cedera sprain pergelangan kaki berulang. laporan kasus ini sebagai bahan pertim-

Persentase ini lebih besar jika dibandingan bangan pemilihan terapi yang sesuai dan

dengan cedera yang lain. Sekitar 74%, dapat menjadi masukan untuk sejawat lain

yang mengalami cedera berulang ini yang mendapatkan kasus serupa.

nampak menyerah dan tidak melanjutkan LAPORAN KASUS

terapi hingga tuntas (Bowker et al., 2016). Pasien seorang laki-laki berumur

Cedera sprain pada pergelangan 27 tahun datang ke klinik spesialis kedok-

kaki dapat menyebabkan kerusakan pada teran olahraga dengan nyeri pada perge-

struktur ligamen, di sekitarnya. Kejadian langan kaki kanan yang dirasakan sejak 1
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 139

bulan yang lalu. Pada anamnesis dida- berkonsultasi ke dokter ataupun mengon-

patkan bahwa nyeri tersebut timbul setelah sumsi obat-obatan tertentu.

kaki kanan terkilir saat bermain bola. Pada 3 bulan yang lalu, pasien juga

Tepatnya, saat mendarat dengan keadaan mengalami cedera non-kontak saat ber-

pergelangan kaki menekuk ke dalam sete- main bola. Tepatnya, pasien jatuh saat

lah menendang bola yang datang ke arah tersandung bola dan pergelangan kaki

pasien terjadi secara mendadak. Lokasi kirinya terkilir. Lokasi nyeri timbul pada

nyeri terdapat pada sisi luar di bawah mata sisi luar di bawah mata kaki pada daerah

kaki pada daerah pergelangan kaki sebelah pergelangan kaki sebelah kiri. Pada fase

kanan. Saat terjadinya cedera, pasien ma- awal terjadinya cedera, nyeri dirasakan

sih dapat jinjit serta berjalan walaupun dengan skala VAS 10 dari 10, disertai

dalam keadaan nyeri. Pada awalnya, nyeri bengkak dan kemerahan. Pasien menga-

terasa dengan skala VAS 8 dari 10 disertai lami kesulitan berjalan dan beraktivitas

bengkak dan kemerahan. Sekarang ini sehari-hari.

nyeri sudah dirasakan berkurang dengan Sejak cedera ankle kiri yang terjadi

skala VAS 4 dari 10. 3 bulan yang lalu, telah melakukan kom-

Sebelum datang ke klinik spesialis pres es, berobat ke klinik fisioterapi untuk

kedokteran olahraga, pasien sudah mela- mendapatkan terapi “getar” dan terapi

kukan beberapa usaha berobat. Selain me- ultrasound untuk pergelangan kaki kirinya

ngompres es, usaha berobat lainnya yang tersebut. Terapi tersebut dijalankan oleh

dilakukan pasien adalah kembali ke klinik pasien setiap 2 kali seminggu, selama 6

fisioterapi untuk masalah cedera tersebut. minggu. Selama menjalani terapi nyeri

Di klinik fisioterapi tersebut, pasien dibe- yang dirasakan pasien berkurang dari skala

rikan: kompres es, terapi “getar”, ultra- VAS 10 menjadi skala VAS 0, namun

sound dan diistirahatkan. Pasien tidak pasien masih merasa pergelangan kakinya
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 140

mengganjal saat melakukan gerakan point- Pasien tersebut secara rutin mela-

ing dengan kaki kirinya. 6 minggu yang kukan latihan fisik kardiorespiratori se-

lalu pasien memutuskan untuk men-coba banyak 2-3 kali seminggu. Latihan pere-

bermain bola kembali. Setelah 2 minggu, gangan dilakukan sesudah dan sebelum

pasien mengalami cedera pergelangan sesi latihan larinya. Dia tidak melakukan

kaki. latihan beban atau latihan penguatan lain-

Pasien mengaku bahwa kerap kali nya.

mengalami cedera pergelangan kaki kanan Pemeriksaan Fisik

dan kiri yang berulang. Cedera tersebut 1. Inspeksi: tidak terlihat kemerahan atau

mulai dialami sejak berada di bangku bengkak di kedua pergelangan kaki

SMP. Pasien mengaku bahwa cedera yang pasien. Bentuk dan struktur tungkai

dialaminya tersebut semakin sering dira- kanan dan kiri pasien relatif sama.

sakan dengan berjalannya waktu. Jika

diambil rerata, menurut pasien, dia dapat

mengalami cedera tersebut kurang lebih 2x

per tahunnya. Pada awalnya pasien meng-


Gambar 1. Pergelangan kaki pasien
anggap bahwa cedera tersebut dapat sem- tampak belakang

buh sendiri dan tidak perlu penanganan

yang serius. Biasanya apabila pasien

mengalami cedera tersebut, dia mengisti-

rahatkan diri kurang lebih selama 3 bulan.


Gambar 2. Pergelangan kaki kiri tampak
lateral
Bila kondisi sudah dirasakan membaik,

pasien kembali melakukan latihan fisik

seperti sediakala.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 141

Gambar 3. Pergelangan kaki kiri tampak an lain, yaitu: pemeriksaan lingkar per-
medial
gelangan kaki (hasil dalam batas nor-

mal), pemeriksaan leg length discre-

pancy (hasil dalam batas normal), pe-

meriksaan wet foot test dan pemerik-

Gambar 4. Pergelangan kaki kanan saan anterior drawer test ankle, tidak
tampak lateral
ditemukan adanya kelainan.

Diagnosis kerja

Ankle sprain kronis dekstra.

Ilustrasi kasus

Gambar 5. Pergelangan kaki kanan Penegakan diagnosis pada pasien


tampak medial
ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksa-
2. Palpasi: nyeri tekan di daerah perge-
an fisik. Pada anamnesis didapatkan pasien
langan kaki kanan dan kiri lateral
mengalami cedera pada pergelangan kaki
dengan skala nyeri (VAS) 4-5 untuk
kanan yang diakibatkan oleh trauma non-
pergelangan kaki kanan dan skala nyeri
kontak sewaktu penderita melakukan ber-
(VAS) 1-2 untuk pergelangan kaki kiri.
main bola. Dari hasil analisis anamnesis
Sedangkan pada pergerakan (move),
didapatkan bahwa mekanisme terjadinya
ruang lingkup sendi pergelangan kaki
trauma ketika kaki pasien mendarat
kanan dan kaki kiri pasien masih dalam
dengan keadaan pergelangan kaki kanan
batas normal. Namun dirasakan adanya
inversi ke dalam setelah menendang bola
nyeri saat gerakan inversi pada ruang
yang datang secara mendadak. Pada pe-
lingkup sendi maksimal pergelangan
meriksaan fisik tidak didapatkan tanda-
kaki kanan.
tanda inflamasi akut secara inspeksi,
Untuk menyingkirkan diagnosis
namun penderita masih merasakan nyeri
banding lainnya dilakukan pemeriksa-
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 142

pada saat palpasi dan pergerakan. Tidak kat pencarian Proquest yang membahas

ditemukan juga diskontinuitas totalis pada isu yang hampir serupa dengan judul

struktur yang mengalami cedera melalui “Theurapetic Intervention for Increasing

pemeriksaan fisik pergerakan dan tes Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A

khusus. Dari pemeriksaan dapat disimpul- Systematic Review” dan “National Athletic

kan bahwa cedera yang dialami penderita Trainers’ Associations Position Statement:

adalah cedera sprain pergelangan kaki Conservative Management and Prevention

derajat 1-2 subakut dekstra dan sinistra. of Ankle Sprains in Athletes”. Kedua

Diskusi manuskrip tersebut berisi tatacara terapi

Para klinisi telah mengupayakan cedera strain pergelangan kaki yang meli-

berbagai metode tata laksana untuk mena- puti: latihan peregangan, latihan kekuatan,

ngani cedera ini. Terdapat keanekara- latihan propioseptif dan program pence-

gaman pilihan terapi dan strategi penang- gahan cedera sprain pergelangan kaki ber-

anan masalah kesehatan pada pasien ulang. Terapi latihan fisik dinyatakan se-

dengan keluhan nyeri pada pergelangan bagai prosedur tata laksana yang paling

pasien. Pilihan terapi yang sesuai dapat efektif dibandingkan dengan terapi lainnya

memberikan hasil yang maksimal dalam (Kaminski et al., 2013; Terada et al.,

tata laksana cedera tersebut. Mulai dari 2013).

latihan peregangan, elektroterapi, ultra- Pada manuskrip pertama hasil kar-

sound (Kaminski et al., 2013; Terada et al., ya Terada M. et al. yang merupakan suatu

2013). kajian sistematis, terdapat 9 studi lain yang

Langkah pertama yang dilakukan dianalisis lebih dalam. Studi-studi tersebut

untuk menentukan tata laksana yang sesuai dikelompokan dalam beberapa metode tata

adalah dengan melakukan systematic re- laksana sprain pergelangan kaki. Berikut

view. Didapatkan 2 manuskrip dari perang- ini pengelompokan metode-metode terse-


Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 143

but (Terada et al., 2013: 1) Terapi manual, jaringan dan struktur yang rusak akibat

2) Terapi modalitas, 3) Terapi latihan fisik, cedera (Silbernagel et al., 2007).

dan 4) Intervensi psikologis. Sedangkan pada pustaka kedua,

Pada manuskrip ini dikemukakan pustaka ini membahas lengkap cedera

bahwa mengembalikan ruang lingkup sen- sprain pergelangan kaki, mulai dari diag-

di setelah cedera sprain pergelangan kaki nosis, terapi bahkan hingga langkah-lang-

sangat penting untuk dilakukan. Oleh kah preventif. Kelebihan pustaka milik

karena dengan mengembalikan ruang ling- Kaminski T.W. et al. adalah pengelom-

kup sendi ke jangkauan normal maka pokan kekuatan rekomendasi dari masing-

risiko terjadinya cedera berulang akan masing data yang dianalisis. Pengelom-

menurun. Bukan hanya itu, pengembalian pokan tersebut menggunakan tingkat A-B-

kemampuan fungsional pergelangan kaki C. Tingkat kekuatan rekomendasi A berda-

lebih cepat tercapai. Berdasarkan kondisi sarkan dari bukti ilmiah berbasis pasien

unik masing-masing pasien, klinisi perlu yang didapatkan memiliki konsistensi dan

menentukan tata laksana yang paling se- kualitas yang baik. Tingkat kekuatan reko-

suai untuk diterapkan. Masing-masing pa- mendasi B berdasarkan bukti ilmiah ber-

sien mungkin memiliki pilihan terapi yang basis pasien yang memiliki kualitas ter-

berbeda satu sama lain (Terada et al., batas dan terkadang didapatkan pemaparan

2013). Satu hal yang perlu diingat, bahwa bukti yang tidak konsisten. Sedangkan

rasa nyeri bukan sebagai indikator tunggal tingkat kekuaran rekomendasi C berda-

dalam menentukan kesembuhan dan kesi- sarkan pemaparan consensus, kebiasaan

apan seorang pasien untuk dapat berolah- praktik sehari-hari, pendapat ahli, hasil

raga kembali. Rasa nyeri akan hilang kasus serial (Kaminski et al., 2013).

dalam jangka waktu yang lebih cepat Hasil dari analisis Kaminski T.W.

dibandingkan dengan masa penyembuhan et al., didapatkan pilihan tata laksana pe-
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 144

nanganan cedera sprain pergelangan kaki dengan melakukan rehabilitasi fungsional.

dengan tingkat kekuatan rekomendasi A Program tersebut meliputi stabilisasi per-

(terbaik) (Kaminski et al., 2013): gelangan kaki (bisa dengan penggunaan

1. Medikamentosa Nonsteroidal anti-in- brace, taping, dan lain-lain) yang dikom-

flammatory drugs. Pemberian dapat se- binasikan dengan latihan weight-bearing

cara per oral atau sediaan topikal. Pem- secara progresif. Dari berbagai penelitian,

berian sediaan ini bertujuan untuk me- penerapan latihan weight-bearing progresif

ngurangi nyeri dan bengkak yang ter- ini memberikan hasil yang lebih baik jika

jadi serta membantu dalam memper- dibandingkan dengan immobilisasi dalam

baiki fungsi jangka pendek setelah hal pengurangan rasa nyeri dan waktu

cedera sprain pergelangan kaki. yang dibutuhkan untuk melakukan kembali

2. Dalam tata laksana cedera sprain aktivitas sehari-hari (Kaminski et al.,

pergelangan kaki derajat 1 atau 2, 2013).

penerapan rehabilitasi fungsional akan Terapi latihan juga digunakan

memberikan hasil yang lebih efektif di- sebagai metode dalam program rehabilitasi

bandingkan immobilisasi. fungsional cedera sprain pergelangan kaki.

3. Latihan keseimbangan sebaiknya di- Tujuan dari penerapan terapi latihan ini

masukkan dalam program rehabilitasi adalah untuk mengembalikan ruang ling-

dan manajemen lebih lanjut untuk me- kup sendi, kekuatan dan fungsi sensori-

ngurangi angka kejadian cedera kem- motor yang mungkin berkurang akibat

bali pada cedera sprain pergelangan cedera ke dalam kondisi normal (Kaminski

kaki. et al., 2013).

Pada pasien cedera sprain perge-

Standar awal penatalaksanaan langan kaki yang dialaminya terjadi saat

cedera sprain pergelangan kaki adalah kaki mendarat dengan sisi lateral dari kaki
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 145

dan menyebabkan cedera sprain inversi. Berdasarkan kedua manuskrip

Pada tipe cedera ini sangat mungkin terjadi tersebut (Kaminski et al., 2013; Terada et

disabilitas mekanis ataupun fungsional al., 2013) dan panduan protokol terapi

yang bervariasi. Oleh karena itu diperlukan sesuai tahapan fase cedera sprain perge-

penanganan yang spesifik untuk memper- langan kaki (J. Andrews et al., 2012) dan

baiki setiap fungsi dari struktur yang disesuaikan dengan kondisi pasien ini

mengalami cedera. Tujuan akhir dari tata maka dibuat program latihan sebagai

laksana cedera ini adalah mengembalikan berikut. Beberapa tipe latihan, antara lain:

ruang lingkup sendi hingga dalam batas latihan kebugaran jantung paru, latihan

normal, melatih struktur-struktur kontraktil kekuatan dan latihan fleksibilitas.

diharapkan agar dapat bekerja secara opti- 1. Latihan kebugaran jantung paru

mal serta mengembalikan kemampuan pro- Tabel 1. Deskripsi Latihan Kebugaran


Jantung Paru
prioseptifnya untuk mencegah cedera ber-

ulang (J. Andrews et al., 2012).

Jika disesuaikan dengan kondisi

penderita saat ini, penderita berada dalam

fase subakut. Kondisi tersebut didukung 2. Latihan fleksibilitas

dengan tidak tampaknya gejala-gejala in- Latihan fleksibilitas dilakukan

flamasi pada pemeriksaan fisik inspeksi awal dan akhir sesi latihan fisik kebu-

dan waktu kejadian cedera yang lebih dari garan jantung paru dan kekuatan otot.

4 minggu sejak penderita datang untuk Latihan fleksibilitas ini dilakukan

berkonsultasi dengan dokter spesialis dengan peregangan statis untuk arah

kedokteran olahraga (J. Andrews et al., gerak dorsofleksi, plantar plantarfleksi,

2012). inversi dan eversi. Pada peregangan ini

Terapi latihan fisik setiap gerakan dilakukan 2 kali untuk


Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 146

setiap arah geraknya. Dan setiap gerak- fase subakut dengan target hingga

an dilakukan penahanan posisi pada minggu keempat. Latihan kekuatan di-

ruang lingkup sendi maksimal yang rencanakan untuk dilakukan sebanyak

dapat ditolerir oleh pasien selama 10 3x seminggu dengan penjabaran yang

detik. dapat dilihat pada tabel 2 (untuk

3. Latihan kekuatan dan lainnya masing-masing kaki kanan dan kaki

Latihan kekuatan ini spesifik kiri) (James Andrews et al., 2012).

untuk pasien ini yang diterapkan pada

Tabel 2. Contoh Perencanaan Latihan Kekuatan

Ketiga jenis latihan fisik di atas di- melihat keteraturan pasien menjalani prog-

lakukan dalam 1 sesi dengan urutan latihan ram tersebut.

kelenturan, latihan daya tahan jantung paru Peregangan statis yang menjadi

dan latihan kekuatan otot. Di akhir sesi bagian dari program terapi latihan (kom-

latihan kembali ditutup dengan melakukan binasi latihan peregangan statis, krioterapi,

latihan kelenturan. Rancana latihan pada latihan penguatan dan latihan propriosep-

peresepan diatas akan dilakukan pada 4 tif) di rumah mempunyai efek pada per-

minggu dan dilakukan penyesuaian dengan baikan ruang lingkup sendi dorsofleksi

pada cedera sprain pergelangan kaki. Ke-


Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 147

terbatasan ruang lingkup sendi dorsofleksi yang komprehensif akan memberikan hasil

biasanya terjadi karena kekakuan otot terbaik dalam proses terapi pada kondisi

gastrocnemius. Namun pada kasus cedera seperti ini serta dalam konteks pencegahan

sprain pergelangan kaki akut, kekakuan cedera berulang.

struktur kompleks otot gastrocnemius- Resep terapi latihan yang

soleus tidak terjadi dalam jarak waktu disarankan pada pasien ini adalah latihan

singkat setelah kejadian. Biasanya keka- peregangan, latihan kekuatan dan juga

kuan yang terjadi merupakan respon adap- latihan propioseptif menjadi prioritas. Te-

tif dari immobilisasi dan hasil dari gaya rapi latihan fisik disarankan untuk dila-

berjalan yang terganggu (Terada et al., kukan secara teratur dan hingga penderita

2013). dinyatakan sudah siap untuk kembali me-

Berdasarkan kedua pustaka yang lakukan latihan fisiknya (Kaminski et al.,

didapatkan pilihan utama pencegahan ce- 2013; Terada et al., 2013).

dera berulang pada pasien dengan keluhan

sprain pergelangan kaki adalah terapi la- KESIMPULAN

tihan fisik. Salah satu jenis latihan yang Dari hasil penelusuran pustaka,

menjadi bagian dari program terapi latihan telaah kritis, dan diskusi bisa dibuktikan

fisik adalah latihan proprioseptif. Pada da- bahwa terapi pilihan pada pasien dengan

sarnya yang dimaksud dengan propriosep- keluhan cedera sprain pada pergelangan

tif adalah kemampuan fungsional sensorik kaki adalah terapi latihan fisik. Latihan

yang dapat merasakan rangsang berupa fisik yang harus dilakukan oleh pasien

rangsangan gerakan pasif maupun gerakan adalah latihan daya tahan jantung paru,

aktif, posisi dan merasakan adanya pem- latihan kelenturan dan latihan kekuatan

bebanan berserta arah gaya (J. Andrews et otot. Namun perlu diperhatikan pada pere-

al., 2012). Dikemukakan resep latihan fisik sepan latihan fisik setiap pasien akan ber-
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 148

beda disesuaikan dengan kondisi dan kea- Hall, E.A., et al. (2015) Strength-training
protocols to improve deficits in
daan masing-masing individunya. Program participants with chronic ankle
instability: a randomized
latihan fisik tersebut harus dilakukan hing- controlled trial. Journal of Athletic
Training, 50(1), 36-44.
ga pasien benar-benar siap untuk kembali
Kaminski, T.W., et al. (2013) National
berolahraga. Dengan menjalankan program athletic trainers’ association
position statement: conservative
latihan fisik tersebut maka diharapkan management and prevention of
ankle sprains in athletes. Journal of
hasil yang optimal dalam proses penyem- Athletic Training, 48(4), 528-545.

buhan dan pencegahan cedera berulang. Ktaiche, J., Bassal, A., & Kalach, A.
(2015). Validity of proprioceptive
rehabilitation for ankle instability
based on freeman board training.
DAFTAR PUSTAKA European Scientific Journal,
7881(7), 370-388.
Andrews, J., Harrelson, G., & Wilk, K.
(2012). Physical rehabilitation of Lin, C.C., Delahunt, E., & King E. (2012).
the injured athlete. Phildelphia: Neuromuscular training for
Elvesier. chronic ankle instability. Physical
Therapy, 92(8), 987-992.
Bowker, S., et al. (2016). Neural
excitability and joint laxity in Silbernagel, K.G., et al. (2007). Full
chronic ankle instability, coper, symptomatic recovery does not
and control groups. Journal of ensure full recovery of muscle
Athletic Training,51(4), 336-343. tendon function in patients with
achilles tendinopathy. Br J Sports
Gribble, P.A., et al. (2014). Selection Med, 41, 276-280.
criteria for patients with chronic
ankle instability in controlled Terada, M., Pietrosimone, B.G., &
research: a position statement of Gribble, P.A. (2013). Therapeutic
the international ankle consortium. interventions for increasing ankle
Journal of Athletic Training, 49(1), dorsiflexion after ankle sprain: a
121-127. systematic review. Journal of
Athletic Training, 48(5), 696-709.

You might also like