Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Ankle sprain is a common injury that often occurs during exercise (Terada et al.,
2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin et al., 2012). Clinicians have been
seeking various ways to deal with this injury. There are a variety of treatment options and
strategies to manage this health issues in patients (Kaminski et al., 2013; Terada et al.,
2013). However, the most effective therapy in these injuries still has not be determined
(Terada et al., 2013).
Firstable, by determining the research question: "Which is the most appropriate
therapy for an ankle sprain injury?" Then conducted a systematic review to gather the latest
scientific evidence in order to help in choosing the appropriate the treatment and prevention
of ankle sprain injury. Obtained two manuscripts that discuss the similar issue, entitled
"Intervention for Increasing Ankle Theurapetic Dorsoflexion After Ankle sprain: A
Systematic Review" and "National Athletic Trainers' Associations Position Statement:
Conservative Management and Prevention of Ankle sprains in Athletes". In the manuscript
describes a combination of stretching exercises, strength training, exercise therapy
propioception in exercise is the most effective procedures on managing and preventing
recurrent ankle sprains (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013).
We can conclude that the treatment of choice based on scientific searches in ankle
sprain injury patients is exercise therapy. However, it should be noted on the prescription of
exercise will vary according to the conditions and circumstances of each patients.
ABSTRAK
Cedera sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera yang sering terjadi pada saat
melakukan latihan fisik (Terada et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin
et al., 2012). Para klinisi telah mengupayakan berbagai metode tata laksana untuk menangani
cedera ini. Terdapat keanekaragaman pilihan terapi dan strategi penanganan masalah
kesehatan pada pasien dengan keluhan nyeri pada pergelangan pasien (Kaminski et al., 2013;
Terada et al., 2013). Namun demikian, kombinasi ataupun pilihan terapi yang paling efektif
pada cedera ini masih belum dapat ditentukan secara pasti (Terada et al., 2013).
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan pertanyaan penelitian, yaitu:
“Jenis terapi pilihan apakah yang sesuai untuk cedera sprain pergelangan kaki?” Kemudian
dilakukan systematic review untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah terbaru agar membantu
menjelaskan tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki. Didapatkan 2
manuskrip yang membahas isu yang hampir serupa dengan berjudul “Theurapetic
Intervention for Increasing Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A Systematic Review” dan
“National Athletic Trainers’ Associations Position Statement: Conservative Management and
Prevention of Ankle Sprains in Athletes”. Pada manuskrip tersebut menjabarkan kombinasi
latihan peregangan, latihan kekuatan, latihan propioseptif dalam terapi latihan fisik sebagai
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 138
prosedur tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki berulang yang paling
efektif (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013).
Dapat disimpulkan terapi pilihan berdasarkan penelusuran ilmiah pada pasien dengan
keluhan cedera sprain pada pergelangan kaki adalah terapi latihan fisik. Namun perlu
diperhatikan pada peresepan latihan fisik setiap pasien akan berbeda disesuaikan dengan
kondisi dan keadaan masing-masing individunya.
Kata kunci: sprain pergelangan kaki, terapi latihan fisik, cedera berulang, program
pencegahan
Cedera sprain pada pergelangan kali terjadi dapat berujung pada perburuk-
kaki merupakan cedera yang sering terjadi an dan dikenal sebagai instabilitas perge-
pada saat melakukan latihan fisik (Terada langan kaki kronis/chronic ankle instabi-
et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche lity (CAI) (Hall et al., 2015; Gribble et al.,
ra tercatat lebih tinggi pada olahraga yang Namun demikian, kombinasi atau-
berintensitas tinggi, berkecepatan tinggi pun pilihan terapi yang paling efektif
dan jenis olahraga yang pergerakannya untuk penanganan cedera ini masih belum
dinamis (Lin et al., 2012). Didapatkan dapat ditentukan secara pasti (Terada et al.,
bahwa sekitar 28% atlet pelajar mengalami 2013). Oleh karena itu, penulis menyusun
cedera sprain pergelangan kaki berulang. laporan kasus ini sebagai bahan pertim-
Persentase ini lebih besar jika dibandingan bangan pemilihan terapi yang sesuai dan
dengan cedera yang lain. Sekitar 74%, dapat menjadi masukan untuk sejawat lain
terapi hingga tuntas (Bowker et al., 2016). Pasien seorang laki-laki berumur
kaki dapat menyebabkan kerusakan pada teran olahraga dengan nyeri pada perge-
struktur ligamen, di sekitarnya. Kejadian langan kaki kanan yang dirasakan sejak 1
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 139
bulan yang lalu. Pada anamnesis dida- berkonsultasi ke dokter ataupun mengon-
kaki kanan terkilir saat bermain bola. Pada 3 bulan yang lalu, pasien juga
Tepatnya, saat mendarat dengan keadaan mengalami cedera non-kontak saat ber-
pergelangan kaki menekuk ke dalam sete- main bola. Tepatnya, pasien jatuh saat
lah menendang bola yang datang ke arah tersandung bola dan pergelangan kaki
pasien terjadi secara mendadak. Lokasi kirinya terkilir. Lokasi nyeri timbul pada
nyeri terdapat pada sisi luar di bawah mata sisi luar di bawah mata kaki pada daerah
kaki pada daerah pergelangan kaki sebelah pergelangan kaki sebelah kiri. Pada fase
kanan. Saat terjadinya cedera, pasien ma- awal terjadinya cedera, nyeri dirasakan
sih dapat jinjit serta berjalan walaupun dengan skala VAS 10 dari 10, disertai
dalam keadaan nyeri. Pada awalnya, nyeri bengkak dan kemerahan. Pasien menga-
terasa dengan skala VAS 8 dari 10 disertai lami kesulitan berjalan dan beraktivitas
nyeri sudah dirasakan berkurang dengan Sejak cedera ankle kiri yang terjadi
skala VAS 4 dari 10. 3 bulan yang lalu, telah melakukan kom-
Sebelum datang ke klinik spesialis pres es, berobat ke klinik fisioterapi untuk
kedokteran olahraga, pasien sudah mela- mendapatkan terapi “getar” dan terapi
kukan beberapa usaha berobat. Selain me- ultrasound untuk pergelangan kaki kirinya
ngompres es, usaha berobat lainnya yang tersebut. Terapi tersebut dijalankan oleh
dilakukan pasien adalah kembali ke klinik pasien setiap 2 kali seminggu, selama 6
fisioterapi untuk masalah cedera tersebut. minggu. Selama menjalani terapi nyeri
Di klinik fisioterapi tersebut, pasien dibe- yang dirasakan pasien berkurang dari skala
rikan: kompres es, terapi “getar”, ultra- VAS 10 menjadi skala VAS 0, namun
sound dan diistirahatkan. Pasien tidak pasien masih merasa pergelangan kakinya
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 140
mengganjal saat melakukan gerakan point- Pasien tersebut secara rutin mela-
ing dengan kaki kirinya. 6 minggu yang kukan latihan fisik kardiorespiratori se-
lalu pasien memutuskan untuk men-coba banyak 2-3 kali seminggu. Latihan pere-
bermain bola kembali. Setelah 2 minggu, gangan dilakukan sesudah dan sebelum
pasien mengalami cedera pergelangan sesi latihan larinya. Dia tidak melakukan
dan kiri yang berulang. Cedera tersebut 1. Inspeksi: tidak terlihat kemerahan atau
SMP. Pasien mengaku bahwa cedera yang pasien. Bentuk dan struktur tungkai
dialaminya tersebut semakin sering dira- kanan dan kiri pasien relatif sama.
seperti sediakala.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 141
Gambar 3. Pergelangan kaki kiri tampak an lain, yaitu: pemeriksaan lingkar per-
medial
gelangan kaki (hasil dalam batas nor-
Gambar 4. Pergelangan kaki kanan saan anterior drawer test ankle, tidak
tampak lateral
ditemukan adanya kelainan.
Diagnosis kerja
Ilustrasi kasus
pada saat palpasi dan pergerakan. Tidak kat pencarian Proquest yang membahas
ditemukan juga diskontinuitas totalis pada isu yang hampir serupa dengan judul
pemeriksaan fisik pergerakan dan tes Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A
khusus. Dari pemeriksaan dapat disimpul- Systematic Review” dan “National Athletic
kan bahwa cedera yang dialami penderita Trainers’ Associations Position Statement:
derajat 1-2 subakut dekstra dan sinistra. of Ankle Sprains in Athletes”. Kedua
Para klinisi telah mengupayakan cedera strain pergelangan kaki yang meli-
berbagai metode tata laksana untuk mena- puti: latihan peregangan, latihan kekuatan,
ngani cedera ini. Terdapat keanekara- latihan propioseptif dan program pence-
gaman pilihan terapi dan strategi penang- gahan cedera sprain pergelangan kaki ber-
anan masalah kesehatan pada pasien ulang. Terapi latihan fisik dinyatakan se-
dengan keluhan nyeri pada pergelangan bagai prosedur tata laksana yang paling
pasien. Pilihan terapi yang sesuai dapat efektif dibandingkan dengan terapi lainnya
memberikan hasil yang maksimal dalam (Kaminski et al., 2013; Terada et al.,
sound (Kaminski et al., 2013; Terada et al., ya Terada M. et al. yang merupakan suatu
untuk menentukan tata laksana yang sesuai dikelompokan dalam beberapa metode tata
adalah dengan melakukan systematic re- laksana sprain pergelangan kaki. Berikut
but (Terada et al., 2013: 1) Terapi manual, jaringan dan struktur yang rusak akibat
bahwa mengembalikan ruang lingkup sen- sprain pergelangan kaki, mulai dari diag-
di setelah cedera sprain pergelangan kaki nosis, terapi bahkan hingga langkah-lang-
sangat penting untuk dilakukan. Oleh kah preventif. Kelebihan pustaka milik
karena dengan mengembalikan ruang ling- Kaminski T.W. et al. adalah pengelom-
kup sendi ke jangkauan normal maka pokan kekuatan rekomendasi dari masing-
risiko terjadinya cedera berulang akan masing data yang dianalisis. Pengelom-
menurun. Bukan hanya itu, pengembalian pokan tersebut menggunakan tingkat A-B-
lebih cepat tercapai. Berdasarkan kondisi sarkan dari bukti ilmiah berbasis pasien
unik masing-masing pasien, klinisi perlu yang didapatkan memiliki konsistensi dan
menentukan tata laksana yang paling se- kualitas yang baik. Tingkat kekuatan reko-
suai untuk diterapkan. Masing-masing pa- mendasi B berdasarkan bukti ilmiah ber-
sien mungkin memiliki pilihan terapi yang basis pasien yang memiliki kualitas ter-
berbeda satu sama lain (Terada et al., batas dan terkadang didapatkan pemaparan
2013). Satu hal yang perlu diingat, bahwa bukti yang tidak konsisten. Sedangkan
rasa nyeri bukan sebagai indikator tunggal tingkat kekuaran rekomendasi C berda-
apan seorang pasien untuk dapat berolah- praktik sehari-hari, pendapat ahli, hasil
raga kembali. Rasa nyeri akan hilang kasus serial (Kaminski et al., 2013).
dalam jangka waktu yang lebih cepat Hasil dari analisis Kaminski T.W.
dibandingkan dengan masa penyembuhan et al., didapatkan pilihan tata laksana pe-
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 144
cara per oral atau sediaan topikal. Pem- secara progresif. Dari berbagai penelitian,
berian sediaan ini bertujuan untuk me- penerapan latihan weight-bearing progresif
ngurangi nyeri dan bengkak yang ter- ini memberikan hasil yang lebih baik jika
baiki fungsi jangka pendek setelah hal pengurangan rasa nyeri dan waktu
memberikan hasil yang lebih efektif di- sebagai metode dalam program rehabilitasi
3. Latihan keseimbangan sebaiknya di- Tujuan dari penerapan terapi latihan ini
dan manajemen lebih lanjut untuk me- kup sendi, kekuatan dan fungsi sensori-
ngurangi angka kejadian cedera kem- motor yang mungkin berkurang akibat
bali pada cedera sprain pergelangan cedera ke dalam kondisi normal (Kaminski
cedera sprain pergelangan kaki adalah kaki mendarat dengan sisi lateral dari kaki
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 145
Pada tipe cedera ini sangat mungkin terjadi tersebut (Kaminski et al., 2013; Terada et
disabilitas mekanis ataupun fungsional al., 2013) dan panduan protokol terapi
yang bervariasi. Oleh karena itu diperlukan sesuai tahapan fase cedera sprain perge-
penanganan yang spesifik untuk memper- langan kaki (J. Andrews et al., 2012) dan
baiki setiap fungsi dari struktur yang disesuaikan dengan kondisi pasien ini
mengalami cedera. Tujuan akhir dari tata maka dibuat program latihan sebagai
laksana cedera ini adalah mengembalikan berikut. Beberapa tipe latihan, antara lain:
ruang lingkup sendi hingga dalam batas latihan kebugaran jantung paru, latihan
diharapkan agar dapat bekerja secara opti- 1. Latihan kebugaran jantung paru
flamasi pada pemeriksaan fisik inspeksi awal dan akhir sesi latihan fisik kebu-
dan waktu kejadian cedera yang lebih dari garan jantung paru dan kekuatan otot.
setiap arah geraknya. Dan setiap gerak- fase subakut dengan target hingga
Ketiga jenis latihan fisik di atas di- melihat keteraturan pasien menjalani prog-
kelenturan, latihan daya tahan jantung paru Peregangan statis yang menjadi
dan latihan kekuatan otot. Di akhir sesi bagian dari program terapi latihan (kom-
latihan kembali ditutup dengan melakukan binasi latihan peregangan statis, krioterapi,
latihan kelenturan. Rancana latihan pada latihan penguatan dan latihan propriosep-
peresepan diatas akan dilakukan pada 4 tif) di rumah mempunyai efek pada per-
minggu dan dilakukan penyesuaian dengan baikan ruang lingkup sendi dorsofleksi
terbatasan ruang lingkup sendi dorsofleksi yang komprehensif akan memberikan hasil
biasanya terjadi karena kekakuan otot terbaik dalam proses terapi pada kondisi
gastrocnemius. Namun pada kasus cedera seperti ini serta dalam konteks pencegahan
soleus tidak terjadi dalam jarak waktu disarankan pada pasien ini adalah latihan
singkat setelah kejadian. Biasanya keka- peregangan, latihan kekuatan dan juga
kuan yang terjadi merupakan respon adap- latihan propioseptif menjadi prioritas. Te-
tif dari immobilisasi dan hasil dari gaya rapi latihan fisik disarankan untuk dila-
berjalan yang terganggu (Terada et al., kukan secara teratur dan hingga penderita
tihan fisik. Salah satu jenis latihan yang Dari hasil penelusuran pustaka,
menjadi bagian dari program terapi latihan telaah kritis, dan diskusi bisa dibuktikan
fisik adalah latihan proprioseptif. Pada da- bahwa terapi pilihan pada pasien dengan
sarnya yang dimaksud dengan propriosep- keluhan cedera sprain pada pergelangan
tif adalah kemampuan fungsional sensorik kaki adalah terapi latihan fisik. Latihan
yang dapat merasakan rangsang berupa fisik yang harus dilakukan oleh pasien
rangsangan gerakan pasif maupun gerakan adalah latihan daya tahan jantung paru,
aktif, posisi dan merasakan adanya pem- latihan kelenturan dan latihan kekuatan
bebanan berserta arah gaya (J. Andrews et otot. Namun perlu diperhatikan pada pere-
al., 2012). Dikemukakan resep latihan fisik sepan latihan fisik setiap pasien akan ber-
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 14, Nomor 2, Juli 2018 | 148
beda disesuaikan dengan kondisi dan kea- Hall, E.A., et al. (2015) Strength-training
protocols to improve deficits in
daan masing-masing individunya. Program participants with chronic ankle
instability: a randomized
latihan fisik tersebut harus dilakukan hing- controlled trial. Journal of Athletic
Training, 50(1), 36-44.
ga pasien benar-benar siap untuk kembali
Kaminski, T.W., et al. (2013) National
berolahraga. Dengan menjalankan program athletic trainers’ association
position statement: conservative
latihan fisik tersebut maka diharapkan management and prevention of
ankle sprains in athletes. Journal of
hasil yang optimal dalam proses penyem- Athletic Training, 48(4), 528-545.
buhan dan pencegahan cedera berulang. Ktaiche, J., Bassal, A., & Kalach, A.
(2015). Validity of proprioceptive
rehabilitation for ankle instability
based on freeman board training.
DAFTAR PUSTAKA European Scientific Journal,
7881(7), 370-388.
Andrews, J., Harrelson, G., & Wilk, K.
(2012). Physical rehabilitation of Lin, C.C., Delahunt, E., & King E. (2012).
the injured athlete. Phildelphia: Neuromuscular training for
Elvesier. chronic ankle instability. Physical
Therapy, 92(8), 987-992.
Bowker, S., et al. (2016). Neural
excitability and joint laxity in Silbernagel, K.G., et al. (2007). Full
chronic ankle instability, coper, symptomatic recovery does not
and control groups. Journal of ensure full recovery of muscle
Athletic Training,51(4), 336-343. tendon function in patients with
achilles tendinopathy. Br J Sports
Gribble, P.A., et al. (2014). Selection Med, 41, 276-280.
criteria for patients with chronic
ankle instability in controlled Terada, M., Pietrosimone, B.G., &
research: a position statement of Gribble, P.A. (2013). Therapeutic
the international ankle consortium. interventions for increasing ankle
Journal of Athletic Training, 49(1), dorsiflexion after ankle sprain: a
121-127. systematic review. Journal of
Athletic Training, 48(5), 696-709.