You are on page 1of 3

Analysis of Determinants Associated with Wound Healing Level At Hospital Of

Bahteramas Kendari of Southeast Sulawesi Province 2016

Vinda Ekabudiningsih
High School Of Health Avicenna, Kendari, South East Sulawesi, IND

Absract

Wound is a break continuity a network of skin because of the injury or surgery. Wound
generally consist of intentional injury and unintentional injuries. Wound healing critical time
is 24 to 72 hours after surgery. If the wound is infected, the infection usually occurs 3 to 6
days after surgery. Mechanical treatment of wounds and sores characteristic is a factor that
can influence wound healing. The purpose of this study was to determine the analysis of
factors that may affect wound healing. This type of research is analytic using cross sectional
study aimed to reveal the relationship between wound care techniques, nutritional status, and
the characteristics of the level of wound healing in hospitals Bahteramas Southeast Sulawesi
Province. The population in this study were all patients with a diagnosis of injuries totaled 53
cases. While the sample amounted to 47 people by making use of non-probability sampling
technique with accidental sampling approach. The results of this study found the following:
there is a correlation techniques wound care with the level of wound healing in hospitals
Bahteramas Southeast Sulawesi Province. Chi-square test results obtained ρ = 0.012 or ρ =
<0.05. There is a relationship of nutritional status to the level of wound healing in hospitals
Bahteramas Southeast Sulawesi province in 2016 chi-square test results obtained ρ = 0.005 or
ρ = <0.05. There is a relationship with the characteristics of the wound healing rate in
hospitals Bahteramas Southeast Sulawesi Province chi-square test results obtained ρ = 0.004
or ρ = <0.05

KEYWORDS: Wound Care Techniques, Nutritional Status, Characteristics


Wound, Level Wound Healing

Corresponding Author :
Email : vindhamaknae@gmail.com
B. Metodologi
A. Latar Belakang Penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional dimana variabel
bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu
Luka adalah cidera pada integumen atau
yang bersamaan dengan perangkat kuisioner
truktur dasar kulit yang sengaja atau tidak disengaja
terhadap sampel yang dipilih
mengakibatkan hilangnya kulit atau jaringan serta
Nursalam dan Siti Pariani (2008) mengatakan
fungsi jaringan fisiknya dapat terganggu (Kerylin,
variabel yang telah didefinisikan perlu identifikasi
2012). Secara definisi luka adalah terputusnya
secara operasional, sebab setiap istilah (variabel)
kontuinitas suatu jaringan oleh kaena adanya cedera
dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang
atau pembedahan. Luka secara umum terdiri dari
yang berlainan. Dalam penelitian ini definisi
luka yang disengaja dan luka yang tidak disengaja.
operasionalnya adalah :
Luka yang disengaja bertujuan sebagai terapi,
1. Tehnik perawatan luka merupakan tindakan
misalnya pada prosedur operasi atau pungsi vena,
perawat dalam melakukan praktik perawatan luka
sedangkan luka yang tidak disengaja terjadi secara
sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan oleh pihak
accidental (Kozier et al., 2009).
Rumah Sakit
Menurut WHO angka kejadian luka setiap
Kriteria Objektif :
tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun
Sesuai SPO : jika skor hasil observasi > 50%.
luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika
Tidak Sesuai SPO : Jika skor hasil observasi ≤ 50%
menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah
2. Status Nutrisi adalah hasil pengukuran berat
3.50 per 1000 populasi penduduk. Mayoritas luka
badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2).
pada penduduk dunia adalah luka karea
Status nutrisi diukur menggunakan rumus IMT
pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%),
(Indeks Massa Tubuh)
luka dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009,
Kriteria Objektif :
MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di
Normal : Bila IMT >18,5 - 22,9 kg/ m2
Amerika melakukan penenlitian tentang insiden
Tidak Normal : Bila IMT <18,5 - >23,0. Kg/ m2
luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit.
3. Karakteristik luka adalah jenis ataupun sifat
Diperoleh data untuk luka bedah ada 110.30 juta
luka baik secara derajat kontaminasi, penyebab luka,
kasus, luka trauma 1.60 juta kasus, luka lecet ada
dan tingkat kedalaman luka yang didapat. Dalam
20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus
penelitian ini yang akan diukur adalah derajat
dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena 12.50 juta
kontaminasi luka. Yang dimaksud dengan tidak
kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi
terkontaminasi adalah luka bedah tak terinfeksi
0.20 juta pertahun, karsinoma 0.60 juta pertahun,
yang mana luka tersebut tidak terjadi proses
melanoma 0.10 juta pertahun, komplikasi kanker
peradangan (inflamasi) dan juga infeksi pada sistem
kulit ada sebanyak 0.10 juta kasus (Diligence,
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak
2009).
terjadi. Sedangkan luka terkontaminasi adalah luka
Luka bedah mengalami stres selama masa
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi
penyembuhan. Stres akibat nutrisi yang tidak
dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
adekuat, gangguan sirkulasi, dan perubahan
kontaminasi dari saluran cerna, ditandai dengan
metabolisme akan meningkatkan risiko lambatnya
terjadinya proses peradangan (inflamasi) (Taylor
penyembuhan. Regangan jahitan akibat batuk,
2010). Alat yang digunakan adalah kuesioner
muntah, distensi, dan gerakan bagian tubuh dapat
dengan menggunakan skala Guttman, dengan nilai
mengganggu lapisan luka. Perawat harus
jika Ya=1, dan Tidak=0.
melindungi luka dan mempercepat penyembuhan.
Kriteria Objektif :
Waktu kritis penyembuhan luka adalah 24 sampai
Terkontaminasi : Jika skor hasilobservasi ≤ 50%.
72 jam setelah pembedahan. Jika luka mengalami
Dengan ditemukannya ciri-ciri adanya rubor
infeksi, biasanya infeksi terjadi 3 sampai 6 hari
(kemerahan), kalor (rasa panas), dolor (rasa nyeri),
setelah pembedahan. Luka bedah yang bersih
tumor (adanya pembengkakan), dan fungtio lesa
biasanya tidak kuat menghadapi stres normal
(gangguan fungsi).
selama 15 sampai 20 hari setelah pembedahan.
Tidak Terokontaminasi : Jika skor hasil observasi
Perawat menggunakan teknik aseptik saat
> 50% Dengan tidak ditemukannya ciri-ciri adanya
mengganti balutan dan merawat luka. Drain bedah
rubor (kemerahan), kalor (rasa panas), dolor (rasa
harus tetap paten sehingga akumulasi sekret dapat
nyeri), tumor (adanya pembengkakan), dan fungtio
keluar dari dasar luka. Observasi luka secara terus-
lesa (gangguan fungsi).
menerus dapat mengidentifikasi adanya tanda dan
4. Tingkat penyembuhan luka yaitu suatu kondisi
gejala awal terjadinya infeksi. Klien lansia terutama
dimana pasien sudah melewati fase penyembuhan
berisiko mengalami infeksi luka pascaoperatif,
luka sampai menuju tingkat yang lebih optimal dari
sehingga perawat preoperatif menurunkan risiko ini
sebelumnya. Diukur menggunakan skala Guttman
dengan cara memberi lingkungan yang aman dan
yaitu Ya atau Tidak. Pernyataan negatif dengan
asuhan keperawatan yang komprehensif (Potter,
nilai Ya=1, dan Tidak=0. Alat yang digunakan
2006).
dalam pengukuran adalah kuesioner observasi yang
diisi oleh peneliti dengan melihat kondisi luka
pasien
Kriteria Objektif :
Tingkat Penyembuhan Tinggi : Jika skor hasil
observasi > 50% . Dengan ciri-ciri pada fase
inflamasi dan Proliferatif pada hari ke 5
(Penggantian verban pertama)hingga hari ke 14
terdapat scab (keropeng), nampak garis dibawah
luka, luka merapat, luka mengecil, dan
meninggalkan garis putih
Tingkat Penyembuhan Rendah : Jika skor hasil
observasi ≤ 50%. Dengan ciri-ciri pada fase
inflamasi dan Proliferatif pada hari ke
5(Penggantian verban pertama) hingga hari 14 tidak
terdapat scab (keropeng), tidak nampak garis
dibawah luka, luka tidak merapat, luka tidak
mengecil, dan tidak meninggalkan garis putih.

C. Result
Penelitian ini akan dilaksanakan RSUD
Provinsi Sulewesi Tenggara dan waktu penelitian
dilaksanakan dari tanggal 18 November sampai
dengan tanggal 2 Desember 2016.
1. Teknik Perawatan Luka
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 47
responden yang dilakukan teknik perawatan
luka terbanyak adalah kategori sesuai SOP
yaitu sebanyak 24 responden (51,1%) dan yang
dilakukan teknik perawatan luka yang memiliki
kategori tidak sesuai SOP sebanyak 23
responden (48,9%).

No. Kriteria Frekuensi %


1. Sesuai SOP 24 51,1
2. Tidak Sesuai SOP 23 48,9
Jumlah 47 100

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Teknik


Perawatan Luka Pasien yang Menjalani Rawat
Inap Di Ruang Rawat Inap Asoka Di RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016

You might also like