You are on page 1of 6

PERBANDINGAN PEMBERIAN TEKNIK SLOW DEEP BREATHING

DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN


PASCA OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
COMPARISON BETWEEN ADMINISTRATION OF SLOW DEEP
BREATHING TECHNIQUE AND THAT COLD COMPRESS ON POST-
OPERATIVE PAIN INTENSITY OF LOWER EXTREMITY FRACTURE

S. Dwi Sulisetyawati1 , Slamet Evvendi1, Wahyu Dwi Agussafutri 2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
email: sanni_salsabila@yahoo.co.id

ABSTRACT
One of the main problems in the musculoskeletal system is fracture, and the parts of body which are
most exposed to the fracture are lower extremities. Surgery or operation is an intervention to deal with the
fracture, and this usually induces post-operative pain.Therefore, relaxation should be done as to reduce
the pain. The objective of this research is to investigate the comparison between administration of deep
breathing technique and that of cold compress on post-operative pain intensity of the lower extremity fracture
patients at Karima Utama Surgical Hospital of Surakarta. This research used the quantitative research with
quasi experimental design conducted at Karima Utama Surgical Hospital of Surakarta. Purposive sampling
technique was used to determine its samples. They consisted of 38 respondents. The data on the pain intensity
were collected with observation sheet. They were then processed by using the Wilcoxon’s Sign Rank Test and
the Mann Withney’s Test with the significance value of (α) = 0.005 The result of the Wilcoxon’s Test on the
two groups shows that the p-value was 0.001 which was less than 0.005, and that of the Mann-Whitney’s Test
shows that the p-value was α = 0.337, which was greater than 0.005, meaning that Ha was not verified but
Ho was verified. Thus, there was not any difference between the administration of deep breathing technique
and that of cold compress on post-operative pain intensity of the lower extremity fracture patients at Karima
Utama Surgical Hospital of Surakarta. The hospital is accordingly expected to apply the two interventions to
reduce post-operative pain felt by patients.
Keywords: Slow Deep Breathing, cold compress, pain, fracture, lower extremities

ABSTRAK
Salah satu masalah utama pada sistem muskuloskeletal adalah fraktur dan bagian tubuh yang paling
banyak terkena fraktur adalah ekstremitas bawah. Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan
yang dilakukan untuk mengatasi fraktur sehingga akan muncul masalah nyeri pada pasien pasca operasi frak-
tur. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan relaksasi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemberian teknik slow deep breathing dan kompres dingin terh-
adap intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah di RS Khusus Bedah Karima Utama Su-
rakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasy experimental yang dilakukan di
RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
dengan jumlah responden sebanyak 38 responden. Alat ukur yang digunakan adalah lembar observasi, data
yang diperoleh diolah menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dan uji Mann Withney dengan kemaknaan
(α) = 0,005. Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon pada kedua kelompok menunjukan bahwa nilai P
value 0,001 < 0,005, hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan nilai P=0.337 (α> 0,005),
artinya Ha ditolak dan Ho diterima.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan pemberian
terapi slow deep breathing dan kompres dingin terhadap intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas
bawah di RS Khusus Bedah Karima Utama Surakarta, untuk itu rumah sakit diharapkan dapat menerapkan
kedua intervensi tersebut untuk meredakan nyeri yang dirasakan pasien.
Kata kunci: Slow Deep Breathing, kompres dingin, nyeri, fraktur ekstremitas bawah

MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019 P-ISSN: 2541-3120 E-ISSN: 2541-5085 7
PENDAHULUAN PELAKSANAAN
Pada era sekarang ini, masalah utama yang ser- a. Lokasi dan Waktu Penelitian
ing menimpa sistem muskuloskeletal yaitu trauma. Penelitian ini dilakukan di ruang pavil-
Trauma dapat terjadi mulai dari masalah otot iun AA (ruang kelas 1), paviliun BC (ruang
hingga fraktur tulang dengan kerusakan jaringan kelas3), dan paviliun CA (ruang kelas 2) di
yang parah.Trauma akibat kecelakaan bermotor Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama
merupakan penyebab utama terjadinya fraktur Surakarta.
(Rhomadona, 2013).Ektremitas bawah merupakan b. Populasi dan Sampel
bagian tubuh yang sering terkena fraktur akibat Populasi dalam penelitian ini adalah re-
kecelakaan karena merupakan anggota gerak akti- sponden pasca operasi fraktur ekstremitas
f(Rhomadona, 2013) bawah di Rumah Sakit Khusus Bedah Karima
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di Utama Surakarta.Pemilihan sampel dalam
tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang men- penelitian ini menggunakan teknikpurposive
inggal dikarenakan insiden kecelakaan Kecelakaan sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden yaitu 38 responden dengan 19 responden pada
fraktur ekstremitas bawah sekitar 40%. Riset Kese- kelompok SDB dan 19 responden pada kelom-
pok kompres dingin.
hatan Dasar 2011 menemukan ada sebanyak 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak
1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas METODE PENELITIAN
sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami frak- Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantit-
tur ekstremitas bawah sebanyak 1.770 orang (8,5 atif.Rancangan yang digunakan dalam penelitian
%) (Wahyu, 2016). ini adalah Quasy Experimentaldengan pendekatan
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pretest-post test design with group control.
pengobatan yang menggunakan cara infasive Alat yang digunakan dalam penelitian ini
(Wahyu,2016).Pasien pasca operasi fraktur se- adalah lembar observasi nyeri NumerikRate
ringkali mengeluh rasa nyeri. Keluhan ini seben- Scale(NRS) dengan rentang skala nyeri 0 tidak
arnya wajar karena tubuh mengalami luka dan poses nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri
penyembuhannya tidak sempurna. Nyeri yang dira- berat, 10 nyeri sangat berat.
sakan pasien akan meningkat seiring dengan berkur- Peneliti memilih 19 responden pertama untuk
angnya pengaruh anastesi. Secara signifikan nyeri menjadi kelompok SDB, dan 19 responden berikut-
yang dirasakan ini dapat memperlambat pemulihan nya menjadi kelompok kompres dingin.Peneliti
(Alan, 2015 menjelaskan kepada kelompok SDBbahwa perlak-
Tindakan untuk mengatasi nyeri, bisa dilak- uan akan dilakukan di ruang perawatan sebanyak
3-5 kali dalam sehari dan dilakukan dalam 3 hari
ukan penatalaksanaan farmakologi dan non far-
berturut-turut, dengan rentang waktu ±10 menit
makologi (Firdaus, 2014). Dalam penelitian ini,
setiap harinya. Peneliti menjelaskan kepada kelom-
peneliti akan menggunakan teknik slow deep pok kompres dingin bahwa perlakuan akan dilak-
breathing dan kompres dingin sebagai salah satu ukan di ruang perawatan sebanyak 1 kali dalam
penatalaksanaan non farmakologis. Teknik slow sehari dan dilakukan dalam 3 hari berturut-turut,
deep breathing merupakan suatu teknik relaksasi dengan rentang waktu ±5-10 menit setiap harinya.
dengan pernapasan lambat yang dapat berupa per- Pada hari ke tiga dilakukannya tindakan, setelah
napasan dada maupun perut yang bertujuan mem- selesai melakukan tindakan peneliti akan mem-
berikan efek relaksasi (Indah, 2015). Sedangkan bagikan lembar observasi untuk menilai kembali
kompres dingin pada tubuh bertujuan untuk men- tingkat nyeri responden.
ingkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Efek Peneliti menggunakan Uji Wilcoxon untuk
dingin yang diberikan dapat menghilangkan nyeri mengukur perbedaan tingkat nyeri sebelum dan
yang dirasakan oleh pasien (Purnama. 2014) sesudah perlakuan pada masing masing kelompok.
Mengetahui perbandingan pemberian teknik Kemudian peneliti menggunakanUjiMann Whitney
slow deep breathing dan kompres dingin terhadap untuk melihat perbedaan tingkat nyeri yang terjadi
intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur ek- pada kelompok SDB dan kelompok kompres dingin
stremitas bawah di Rumah Sakit Khusus Bedah sesudah diberikan perlakuan peneliti
Karima Utama Surakarta

8 MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019 P-ISSN: 2541-3120 E-ISSN: 2541-5085
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa
a. Analisis Univariat jumlah responden terbanyak tingkat pen-
didikan berada pada tingkat pendidikan
Tabel 1. Karakteristik Responden
SMA sebanyak 37%.Hal ini sesuai
Variabel Total dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syahputra (2013), yang menyatakan
F % bahwa secara umum distribusi responden
Usia fraktur ekstremitas bawah berdasarkan
18-35 12 31 status pendidikan terbanyak adalah status
36-45 14 37 pendidikan SMA yang berjumlah 16 res-
46-55 6 16 ponden.
56-65 6 16 Didalam teori menyatakan bahwa
Jumlah 38 100 tingkat pendidikan merupakan salah satu
Jenis kelamin faktor yang menentukan terhadap terjad-
Laki-laki 29 76 inya perubahan perilaku, dimana semakin
Perempuan 9 24 tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
Jumlah 38 100 seseorang telah mengalami proses belajar
Tingkat Pendidikan yang lebih sering, dengan kata lain tingkat
Tidak Sekolah 1 3 pendidikan mencerminkan intensitas ter-
SD 12 31 jadinya proses belajar (Notoatmodjo,
SMP 6 16 2012).
SMA 14 37
Perguruan Tinggi 5 13 b. Analisa Bivariat
Jumlah 38 100
Tabel 2. Analisis Tingkat Nyeri Kelompok SDB
Hasil penelitian menunjukan bahwa
mayoritas responden berada pada usia36- Post
45 tahun, yaitu 37 %. Ringan Sedang Berat P-Value
Pre
Menurut Winda (2014), Kelompok
umur dewasa awal lebih banyak mela- Ringan 3 0 0
kukan aktivitas yang berat daripada Sedang 2 6 0 0.001
kelompok umur dewasa akhir. Aktivitas
yang banyak akan cenderung mengalami Berat 0 1 3
kelelahan tulang dan jika ada trauma ben-
turan atau kekerasan tulang bisa saja pa- Tabel 2 menggambarkan menggam-
tah. Aktivitas masyarakat umur dewasa barkan distribusi hasil dan analisis tingkat
awal di luar rumah cukup tinggi dengan nyeripre-test dan post-test pada kelompok
pergerakan yang cepat pula sehingga SDB.Hasil uji analisis dengan menggun-
dapat meningkatkan risiko terjadinya ben- akan ujiWilcoxon, menunjukan bahwa ada
turan atau kecelakaan yang menyebabkan perubahan yang bermakna pada kelom-
fraktur (Syahputra, 2013) pok SDB,dengan P-Value 0.001.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Fraktur menyebabkan adanya ker-
mayoritas responden penelitian berjenis usakan jaringan pada tubuh, sebagai re-
kelaminlaki-laki dengan presentase 76 %. sponnya tubuh mengeluarkan zat neur-
Menurut Kneale (2011), Jenis otransmitter (prostaglandin, bradikinin,
kelamin perempuan lebih peka terhadap histamin, serotonin), yang kemudian stim-
nyeri dan derajat nyeri yang lebih besar ulus tersebut dibawa oleh serabut aferent
dari pada laki-laki serta menggunakan (serabut C dan A Delta) menuju medulla
obat penghilang rasa sakit lebih sering spinalis kemudian diteruskan menuju
daripada laki-laki.Kneale (2011) menye- korteks serebri untuk di interpretasiksan
butkan bahwa laki-laki lebih mampu lalu hasilnya dibawa oleh serabut aferent
untuk menahan nyeri tetapi tidak berarti dan tubuh lalu mulai berespon terhadap
laki-laki mengalami nyeri yang lebih nyeri (Prasetyo, 2010).Hasil penelitian
ringan daripada perempuan. yang didapat peneliti didukung hasil
penelitian Khodijah (2011), tentang efek-

MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019 P-ISSN: 2541-3120 E-ISSN: 2541-5085 9
tifitas kompres dingin terhadap penurunan Gambaran nyeri sebelum pemberian
intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu terapi relaksasi nafas dalam menunjukan
B RSUP H. Adam Malik Medan. Hasil rata-rata intensitas nyeri sedang. Menurut
penelitian didapatkan untuk kelompok in- asumsi peneliti, intensitas nyeri sedang
tervensi dan yang diberi kompres dingin apabila tidak segera diatasi akan men-
selama 10 menit, rata-rata nyeri sebelum jadi meningkat intensitas nyerinya yaitu
kompres dingin 5,25 (sedang). menjadi nyeri berat dan juga dapat meng-
Menurut asumsi peneliti, nyeri yang ganggu himodinamika pasien post fraktur
timbulPostpada pasien fraktur ektremitas ekstremitas bawah. Sebelum intervensi
Ringan Sedang P-Value
bawahPre disebabkan karena adanya keru- intensitas nyeri yaitu nyeri sedang setelah
sakan
Ringanjaringan 3tubuh 0yang disebabkan diberikan intervensi relaksasi nafas dalam
karena fraktur dan karena spasme otot intensitas nyeri post fraktur ekstremitas
Sedang
sebagai salah satu8 respon
0 tubuh0.001
adanya bawah menjadi nyeri ringan. Terjadi pe-
Berat jaringan
kerusakan 2 tubuh.
6 Selain itu juga, nurunan intensitas nyeri setelah intervensi
persepsi setiap individu dalam menang- rata-rata menjadi nyeri ringan.
gapi nyeri itu berbeda-beda, tergantung Kompres dingin adalah memberi
bagaimana individu itu mengartikan rasa dingin pada daerah setempat dengan
nyeri, apakah sebagai sesuatu yang pos- menggunakan alat kompres cold pack atau
itif atau negatif serta banyak sekali fakt- kain yang dicelupkan pada air biasa atau
or-faktor yang mempengaruhi persepsi air es sehingga memberi efek rasa dingin
seseorang terhadap nyeri misalnya usia, pada daerah tersebut. Tujuan diberikan
jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, kompres dingin adalah menghilangkan
lokasi dan tingkat keparahan nyeri, per- rasa nyeri akibat trauma atau odema,
hatian terhadap nyeri, ansietas, keletihan, mencegah kongesti kepala, memper-
pengalaman nyeri sebelumnya, dukungan lambat denyut jantung, mempersempit
keluarga dan sosial. pembuluh darah dan mengurangi arus
darah lokal.Selama pemberian kompres,
Tabel 3. Analisis Tingkat Nyeri kulit klien diperiksa minimal setelah 5
Kelompok Kompres Dingin menit dan maksimal 20 menit pemberian
(Istichomah, 2011).
Post
Ringan Sedang P-Value
Pre Tabel 4. Tingkat Nyeri Post-Test Kelompok
SDB dan Kompres Dingin
Ringan 3 0
Sedang 8 0 0.001 Kompres
SDB Analisis
Berat 2 6 Dingin
N Mean N Mean Z Asym.S
Berdasarkan tabel 3, tentang dis- Rank Rank ig(2-
tribusi hasil dan analisis tingkat nyeri- tailed)
pre-test dan post-test pada kelompok 19 20.97 19 18.0 -.961 .337
kompres dingin. Hasil uji analisis dengan 3
menggunakan uji Wilcoxon, menunjukan
bahwa ada perubahan yang bermakna Berdasarkan tabel 4, hasil uji analisis
pada kelompok kompres dingin dengan dengan menggunakan uji Mann-Whitney
P-Value 0.001. didapatkan nilai P=0.337 (α > 0,005).
Teknik relaksasi nafas dalam juga Nilai ini menunjukan bahwa tidak ada
merupakan suatu bentuk asuhan keper- perbedan yang signifikan terhadap tingkat
awatan dengan mengajarkan kepada klien nyeri pasien yang menderita fraktur
bagaimana cara melakukan nafas dalam ekstremitas bawah pada kelompoky-
(menahan inspirasi secara maksimal) dan ang diberikan SDB dan kelompok yang
bagaimana menghembuskan nafas se- diberikan kompres dingin. Maka Ha di-
cara perlahan. Selain dapat menurunkan tolak dan Ho diterima sehingga tidak ada
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas perbedaan pemberian terapi slow deep
dalam juga dapat meningkatkan ventilasi breathing dan kompres dingin terhadap
paru dan oksigenasi darah (Suseno, 2014). intensitas nyeri pada pasien fraktur ek-
stremitas bawah.
Kompres
SDB Analisis
Dingin
10 MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019
N MeanP-ISSN: 2541-3120Z E-ISSN:
N Mean 2541-5085
Asym.S
Rank Rank ig(2-
tailed)
19 20.97 19 18.0 -.961 .337
3
stremitas bawah.
Menurut asumsi peneliti, kenapa menggunakan Uji Mann-Withney didapatkan
sampai kedua terapi ini tidak memiliki nilai P=0.337 (α > 0,005) sehingga ke dua
perbedaan, karena terapi SDB dan kom- intervensi tersebut sama-sama efektif untuk
pres dingin sama-sama merupakan terapi menurunkan intensitas nyeri atau H0 diterima.
yang menstimulus respons saraf otonom Nilai ini menunjukan bahwa tidak ada per-
melalui pengeluaran neurotransmitter en- bedan yang signifikan terhadap tingkat nyeri
dorphin yang berefek pada penurunan pasien yang menderita fraktur ekstremitas
respons saraf simpatis dan peningkatkan bawah pada kelompok yang diberikan SDB
respons parasimpatis sehingga nyeri
dan kelompok yang diberikan kompres dingin.
dapat berkurang. Dalam penelitian ini
pun, pada saat jalannya penelitian tidak
terdapat hambatan yang mempengaruhi
hasil dalam kedua kelompok ini.Dengan DAFTAR PUSTAKA
demikian, hasil dalam penelitian ini ada- Alan. Yanuar.(2015). Pengaruh terapi musik klasik
lah Ha ditolak dan Ho diterima sehingga terhadap intensitas nyeri pada pasien post
tidak ada perbedaan pemberian terapi operasi fraktur di RSU PKU Muhammadiyah
slow deep breathing dan kompres dingin Yogyakarta.Skripsi Program Studi Ilmu
terhadap intensitas nyeri pada pasien frak- Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta
tur ekstremitas bawah
Firdaus, Muhammad, Bayhakki, Misrawati. (2014).
Efektifitas terapi musik mozart terhadap pen-
SIMPULAN urunan intensitas nyeri pada pasien post op-
erasi fraktur ekstremitas bawah. JOM PSIK
a. Responden dalam penelitian ini mayoritas be- Vol.1 No.2
rada pada usia 36-45 tahun, dengan presentase
37 %, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki Indah, Astria, Sri, Utami, Wasisto, Utomo. (2015).
dengan presentase 76% dan tingkat pendidikan Efektifitas kombinasi teknik slow deep
terbanyak berada pada tingkat pendidikan breathing dan teknik effleurage terhadapin-
SMA dengan presentase 37%. tensitas nyeri dismenorea. JOM Vol.2 No.2
b. Tingkat nyeri pada saat pre-test pada kelompok Istichomah.(2011). Pengaruh teknik pemberian
SDB, mayoritas responden memiliki tingkat kompres terhadap perubahan skala nyeri
nyeri sedang dengan presentase 63%. pada klien kontusio di RSUD Sleman.
c. Tingkat nyeri pada saat pre-test pada kelom- Yogyakarta: Stikes Surya Global
pok kompres dingin, mayoritas responden Riskesdas, (2011).  Data jumlah kasus fraktur di
memiliki tingkat nyeri sedang dan berat dalam indonesia.  Di akses 28 Maret 2018.http://
jumlah yang sama dengan presentase yang www.depkes.go.id/resources/download/gen-
sama yaitu 42% eral/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
d. Tingkat nyeri pada saat post-test pada kelom-
pok SDB, mayoritas responden berada pada Rizky Ika Winda. Fathra Annis Nauli. Yesi Hasneli.
tingkat nyeri ringan dengan presentase 58%. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kecemasan pasien fraktur tulang
h Tingkat nyeri pada saat post-test pada kelom- panjang pra operasi yang dirawat di RSUD
pok kompres dingin, mayoritas responden Arifin Achmad Pekanbaru.JOM PSIK Vol. 1
memiliki tingkat nyeri ringan dengan NO.2
presentase 68%.
Hasil analisis menggunakan UjiWilcoxon, Kneale, J. Davis, P. (2011). Keperawatan Ortopedik
menunjukan bahwa ada perubahan yang ber- Dan Trauma. Jakarta: EGC
makna pada kelompok SDB, dengan P-Value Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kese-
0.001. hatan/Soekidjo Notoatmodjo – Ed. Rev.
a. Hasil analisis menggunakan UjiWilcoxon, Jakarta: Rineka Cipta
menunjukan bahwa ada perubahan yang ber-
makna pada kelompok kompres dingin dengan Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keper-
P-Value 0.001. awatan Nyeri.Graha Ilmu: Yogyakarta
b. Hasil analisis tingkat nyeri post-test pada
kelompok SDB dan kelompok kompres dingin,

MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019 P-ISSN: 2541-3120 E-ISSN: 2541-5085 11
Rhomadona, Adiaka Dwi Putra, Wasisto Utomo,
Siti Rahmalia. HD. (2013).Efektifitas kom-
pres hangat pada area lumbal terhadap pen-
urunan nyeri pasca bedah fraktur ekstremitas
bawah di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau.PSIK STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
PSIK Universitas Riau
Suseno, Y. A. (2014). Pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam dan counter pressure terhadap
penurunan nyeri kala I fase aktif pada ibu
persalinan normal di RSUD Ungaran Se-
marangWahyu,
Syahputra, H. (2013). Hubungan tingkat nyeri
dengan tingkat kecemasan pada pasien frak-
tur tulang panjang di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Pekanbaru: UR. Naskah asli
tidak dipublikasikan
Wahyu, Saputo. (2016). Upaya penurunan nyeri
pada pasien post operasi open fraktur cruris
di RSOP Dr. R. Soeharso Surakarta.Skripsi.
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas: Muhammadiyah
Surakarta
WHO. (2016). ”Prevalensi fraktur ekstremitas”.
WHO Epidemologi Sub Region AFRD and
AFRE. Genewa

12 MATERNAL VOL. III NO. 1 - APRIL 2019 P-ISSN: 2541-3120 E-ISSN: 2541-5085

You might also like