Professional Documents
Culture Documents
1, Januari-Juni 2017
Ali Abubakar
Kewarisan Antarumat Beragama Versus Kewajiban Nafkah
Bismi Khalidin
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di Provinsi Aceh
Iskandar Usman
Hakim dan Kewajiban Menerapkan Hukum Islam Menurut Konsep Al-Quran
Mizaj Iskandar
HAM dalam Prespektif Islam
Muhammad Ridwansyah
Upaya Menemukan Konsep Ideal Hubungan Pusat-Daerah Menurut Undang
Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945
NAMA PENULIS
FAKULTAS
JUDUL SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
MEDIA SYARI’AH
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam Pranata Sosial
Vol. 19, No. 1, 2017
EDITOR-IN-CHIEF
Ihdi Karim Makinara
EDITORS
Agustin Hanafi
Ali Abubakar
Analiansyah
Bismi Khalidin
Jamhir
Mijaz Iskandar
Mursyid
Mutiara Fahmi
COVER DESIGNER
Ikhlas Diko
MEDIA SYARI'AH, is a six-monthly journal published by the Faculty of Sharia and Law of
the State Islamic University of Ar-Raniry Banda Aceh. The journal is published since February
1999 (ISSN. 1411-2353) and (ESSN.2579-5090) Number. 0005.25795090 / Jl.3.1 / SK.ISSN /
2017.04. earned accreditation in 2003 (Accreditation No. 34 / Dikti / Kep / 2003). Media
Syari‟ah has been indexed Google Scholar and other indexation is processing some.
MEDIA SYARI'AH, envisioned as the Forum for Islamic Legal Studies and Social Institution,
so that ideas, innovative research results, including the critical ideas, constructive and
progressive about the development, pengembanan, and the Islamic law into local issues,
national, regional and international levels can be broadcasted and published in this journal.
This desire is marked by the publication of three languages, namely Indonesia, English, and
Arabic to be thinkers, researchers, scholars and observers of Islamic law and social institutions
of various countries can be publishing an article in Media Syari'ah
MEDIA SYARI'AH, editorial Board composed of national and international academia, part of
which are academicians of the Faculty of Sharia and Law of the State Islamic University of Ar-
Raniry Banda Aceh. This becomes a factor Media Syari'ah as prestigious journals in Indonesia
in the study of Islamic law.
Recommendations from the editor to scope issues specific research will be given for each
publishing Publishing in January and July.
Editor Office :
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial
Fakultas Syariah dan Hukum Islam UIN Ar-
Raniry Banda Aceh, Provinsi Aceh – Indonesia
Email: mediasyariah@ar-raniry.ac.id
ihdimakinara@ar-raniry.ac.id
Webs: jurnal.ar -raniry.ac.id/index.php/medsyar
Telp.+62 (651)7557442,Fax. +62 (651) 7557442
HP : 0823 0400 8070
Table of Contents
Articles
37 Ali Abubakar
Kewarisan Antarumat Beragama Versus Kewajiban Nafkah
59 Bismi Khalidin
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kinerja Perbankan
Syariah di Provinsi Aceh
87 Iskandar Usman
Hakim dan Kewajiban Menerapkan Hukum Islam Menurut
Konsep Al-Quran
111 Mizaj Iskandar
HAM dalam Prespektif Islam
Ali Abubakar
A. PENDAHULUAN
D
i antara fenomena hukum Islam modern adalah ide dan
praktik kewarisan antarumat beragama. Di Indonesia, ide
tentang ini mencuat setelah para intelektual Jaringan
Islam Liberal (JIL) mewacanakan keharmonisan antarumat
beragama—antara lain—dengan “membuka kran” kebolehan
saling mewarisi antara umat beragama. Dikatakan “membuka
kran” karena Jumhur ulama fikih menempatkan perbedaan agama
sebagai penghalang hubungan kewarisan, selain pembunuhan,
perbudakan, dan perbedaan negara (tidak disepakati ulama)
(Maruzi, 1981: 13). Pendapat Jumhur ulama ini juga menjadi
dasar larangan kewarisan tersebut dalam Pasal 171 huruf c
Inpres Nomor 1 T ahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
(KHI) ( Tim Redaksi, 2014: 56 ).
ث ْال ُو ْسلِ ُن ْال َنافِ َش َّ ََل ْال َنافِ ُش ْال ُو ْسلِ َن
ُ ََل يَ ِش
Hadis lain terkait ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al-Timiżi, al-
Nasā‟ī, dan al-Dārimī:
ث أَ ُْ ُل ِهلَّتَ ْي ِي َشتَّى
ُ ََل يَتَ َْا َس
َضى َسبُّلَ أَ ََّل تَ ْعبُ ُذّا إِ ََّل إِيَّاٍُ َّبِ ْال َْالِ َذي ِْي إِحْ َساًًا إِ َّها يَ ْبلُ َغ َّي ِع ٌْذَك َ ََّق
ف َّ ََل تَ ٌَِْشْ ُُ َوا َّقُلْ لَُِ َوا ٍّ ُ ْال ِنبَ َش أَ َح ُذُُ َوا أَّْ ِم َلُُ َوا فَ َل تَقُلْ لَُِ َوا أ
.قَْْ ًَل َم ِشي ًوا
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
َّ َّللا إِ َّى
َّللاَ بِ ُن ِّل َش ْي ٍء ِ َّ بِ ْض فِي ِمتَا ُ َّأُّلُْ ْاْلَسْ َح ِام بَ ْع
ٍ ضُِ ْن أَّْ لَى ِببَع
. َعلِي ٌن
E. PENUTUP
Menurut penulis, masalah kewarisan bukanlah masalah
teologis atau berada dalam ranah akidah atau ibadah, walaupun
pengaturannya demikian rinci di dalam al-Qur‟an dan hadis. Jadi
ini bukan masalah agree in disagreement (setuju untuk tidak
setuju), tetapi lebih kepada ajaran yang agree in agreement (setuju
untuk saling setuju) karena sifatnya yang humanis
(perikemanusiaan); sama halnya dengan kejujuran, kasih sayang,
dan keberpihakan kepada orang-orang yang lemah. Semua agama
mengajarkan saling memberi dan menyantuni sebagai sebuah
kebajikan, karena itu ia menjadi ajaran universal yang dibawa oleh
al-Qur‟an. Kalau Nabi Muhammad dapat menerima berbagai
hadiah dari non-Muslim untuk kepentingan hubungan diplomatis,
tentu tidak logis apabila seorang Muslim tidak memberikan
warisan kepada anaknya yang non-Muslim, atau sebaliknya,
padahal mereka terikat dengan nasab dan tanggungjawab nafkah.
Kalau warisan dapat dinilai sebagai bagian dari nafkah, sementara
nafkah tidak terkait dengan agama, maka seharusnya warisan
harus dibagikan kepada yang berhak menerimanya tanpa
membedakan agamanya.
ENDNOTES:
1
Penjelasan lengkap tentang bangunan kategori mu‟abbad dan muwaqqat
ini dapat ditelusuri dalam Ali, “Hubungan al-Qur'an dan Hadis: Kajian
Metodologis terhadap Hukuman Rajam”, Disertasi tidak diterbitkan (Banda
Aceh: UIN Ar-Raniry, 2014), hlm. 61-65.
2
Ibnu Rusyd, Syarḥ Bidāyah al-Mujtahid, jilid IV, hlm. jilid IV. Dalam
hal ini tampaknya Abū Ḥanīfah menganggap berbeda status kafir dengan
murtad. Murtad dianggap belum kafir sepenuhnya, atau, paling kurang, pernah
menjadi Islam, sehingga ahli warisnya dinilai masih satu agama dengannya.
3
Dari pertimbangan Mahkamah Agung dalam perkara 16 K/AG/2010
implisit ada persyaratan yang diberikan. Perkawinan pewaris dengan isterinya
sudah berlangsung cukup lama yakni 18 tahun. Hakim Agung melihat fakta
bahwa sang isteri telah mengabdikan dirinya dalam keluarga bersama suami
dalam waktu yang cukup lama. Sehingga “layak dan adil untuk memperoleh
hak-haknya selaku isteri untuk mendapat bagian dari harta peninggalan berupa
wasiat wajibah serta bagian harta bersama”. Pemberian bagian berupa wasiat
wajibah kepada anggota keluarga yang berbeda agama juga disinggung dalam
putusan No. 368 K/AG/1995 dan putusan No. 51K/AG/1999. Diakses
pada Tanggal 6 Maret 2017 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50d
01c1b99cd2/isteri-beda-agama-berhak-dapat-warisan-suami,
4
Setelah mengemukakan al-Baqarah: 233 sebagai dalil kewajiban nafkah,
Abdul Wahhab Khallaf menyatakan bahwa sebab kewajiban nafkah adalah
karena juz`iyyah (cabang atau bagian). Anak adalah cabang atau bagian dari
orantuanya. Kewajiban menafkahi cabang sama dengan kewajiban menafkahi
diri. Namun demikian, Khallaf tampaknya cenderung menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara nafkah dan warisan. Dia menyatakan bahwa kewajiban
timbal balik antara pokok dengan cabang berlaku walaupun tidak berhak atas
warisan karena perbedaan agama. Khallaf, Aḥkām al-Aḥwāl al-Syakhṣiyyah fī
al-Syarī‟at al-Islāmiyyah (Kuwait: Dār al-Qalam li al-Nasyr wa al-Tawzī‟,
1990M/1410H), hlm. 203.
5
Fazlur Rahman menyatakan, “setiap pernyataan yang legal atau quasi-
legal disertai oleh sebuah ratio-legis yang menjelaskan mengapa ada sebuah
hukum dinyatakan. Ratio legis merupakan inti, sedang legislasi yang aktual
merupakan perwujudannya asalkan tepat dan benar merealisasikan ratio-legis
tersebut.” Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur'an, cet. II, terj. Anas
Mahyuddin (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 70.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000.
Ibnu Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad bin Aḥmad bin Rusyd al-
Qurṭubī al-Andalusī, Syarḥ Bidāyah al-Mujtahid wa
Nihāyah al-Muqtaṣid, jilid IV, cet. I, Kairo: Dār al-Salām,
1416 H/1995 M.
Nawāwī, Muhyī al-Dīn Abū Zakariyā Yaḥyā bin Syaraf al-, Ṣāḥīḥ
Muslim bi Syarḥ al-Nawāwī, cet. I, Kairo: Maṭbaʻah al-
Miṣriyyah, 1347 H/1929 M.