You are on page 1of 15

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA

Potentials and Constraints of Warehouse Receipt System to Sustain Agriculture


Finance in Indonesia
Ashari

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

Naskah masuk : 22 Agustus 2011 Naskah diterima : 18 Oktober 2012

ABSTRACT

Price fall of agricultural commodities usually taking place during harvest season adversely affect the
farmers. The government addresses this issue through launching the Warehouse Receipt System (SRG). This
paper critically reviews potencies and constraints of WRS in supporting agricultural finance and its improvement
measures. Theoretically, SRG provides potential benefits, especially in financial support, stabilizing price
fluctuation, increasing farmers’ income, credit mobilization, improving product quality, etc. However, SRG
implementation in the agricultural sector encounters a number of constraints, such as high transaction costs,
inconsistency of quantity and quality of agricultural products, lack of bank support, and weak farmers’ institutions.
Since the farmers’ institutions are not well organized yet, SRG procedures seem very complicated and need
simplification. In addition, SRG promotion and more conducive government policy are also necessary to optimize
this credit scheme.

Key words : warehouse receipt system, agricultural commodities, agricultural finance, government policy,
Indonesia

ABSTRAK

Fenomena jatuh harga komoditas pertanian, terutama saat panen raya, seringkali merugikan petani.
Untuk mengatasi permasalahan ini sekaligus membantu pembiayaan usaha pertanian pemerintah telah
menggulirkan skim pembiayaan dengan Sistem Resi Gudang (SRG). Tulisan ini bertujuan melakukan tinjauan
secara kritis terkait potensi dan kendala penerapan SRG untuk pembiayaan sektor pertanian. Hasil studi
menunjukkan adanya potensi yang dapat dimanfaatkan dari pelaksanaan SRG utamanya dalam mendukung
pembiayaan, minimalisasi fluktuasi harga, peningkatan pendapatan petani, mobilisasi kredit, perbaikan mutu
produk dan sebagainya. Namun, implementasi SRG di sektor pertanian masih dihadapkan sejumlah kendala
diantaranya besarnya biaya transaksi, inkonsistensi kuantitas dan kualitas produk pertanian, minimnya dukungan
lembaga perbankan, serta masih lemahnya kelembagaan petani. Dengan kelembagaan petani belum tertata
secara baik, aturan SRG masih dipandang terlalu rumit sehingga diperlukan penyederhanaan prosedur agar SRG
dapat dimanfaatkan oleh petani. Disamping itu, sosialisasi keberadaan SRG serta dukungan kebijakan
pemerintah yang kondusif akan menjadi faktor penting sehingga SRG dapat diimplementasikan lebih optimal.

Kata kunci : sistem resi gudang, komoditas pertanian, pembiayaan pertanian, kebijakan pemerintah, Indonesia

PENDAHULUAN musiman, dihasilkan dari skala usaha kecil,


produksi terpencar, bersifat berat (bulky),
memakan tempat (volumnious), dan mudah
Komoditas pertanian menurut Teken rusak (perishable). Terkait dengan sifat pro-
dan Hamid (1982) memiliki sejumlah duksi yang musiman tersebut, fenomena jatuh
karakteritik yang khas di antaranya: produksi harga pada komoditas pertanian (terutama

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

129
pada saat panen raya) telah menjadi masalah Pada tahun 2006, DPR RI dengan
laten yang sangat merugikan petani. Bahkan inisiasi pemerintah telah mensyahkan UU No 9
seringkali terjadi, karena harga produk tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang
pertanian yang terlalu rendah saat panen raya (SRG) yang kemudian diamandemen dengan
menyebabkan sebagian petani enggan untuk UU No 9 tahun 2011. Kementerian Perda-
memanen hasil pertaniannya, disebabkan gangan yang menginisiasi SRG mengharap-
biaya panen lebih besar dibandingkan dengan kan agar skim ini dapat menjadi salah satu
harga jual produknya (Muhi, 2011). alternatif solusi dalam rangka stabilisasi harga
Permasalahan anjlok harga ini selalu komoditas pertanian sekaligus untuk menjaga
stok komoditas. Secara lebih khusus, dengan
terjadi berulang kali baik dalam durasi
penerapan SRG ini petani dapat menunda
musiman, tahunan, maupun siklus beberapa
waktu penjualan hasil panen saat panen raya
tahun sekali. Secara umum hampir semua
karena harga cenderung turun serta
komoditas pertanian (tanaman pangan, horti-
menunggu saat yang tepat untuk mendapat-
kultura, perkebunan dan komoditas lainnya) kan harga yang lebih baik. Ashari (2010) juga
mengalami nasib yang sama. Bahkan untuk mengusulkan SRG dapat menjadi salah satu
beberapa komoditas ekspor perkebunan, terobosan sumber pembiayaan pertanian
insiden anjlok harga bukan hanya terjadi ketika sehingga perlu dikaji kelayakannya. SRG
panen raya, tetapi juga rentan terhadap dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani dan
dinamika kondisi perkonomian global seperti UKM sebagai bukti kepemilikan komoditas
saat krisis finansial. sebagai agunan untuk mendapatkan kredit dari
Untuk menghindari kerugian akibat pihak perbankan maupun nonperbankan.
anjlok harga saat panen raya, secara teori Pemerintah dan sejumlah kalangan
petani dapat melakukan tunda jual. Namun, mempunyai harapan besar terhadap SRG
sebagian besar petani tidak mempunyai untuk menjadi salah satu skim pemasaran
bargaining position yang kuat untuk mem- yang dapat difungsikan sebagai instrumen
pertahankan hasil panennya agar tidak dijual untuk melindungi petani dari kerugian akibat
pada saat panen raya. Hal ini disebabkan anjloknya harga. Krishnamurti (2009) meng-
sebagian besar petani memberlakukan hasil ungkapkan bahwa instrumen resi gudang
panennya sebagai “cash crop” dalam arti dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
petani membutuhkan segera uang tunai guna kelebihan pasokan komoditas tertentu dan
memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk pada bulan-bulan tertentu pada masa panen.
melakukan usahatani di musim berikutnya Selanjutnya pembiayaan yang didapat dari
(Pusat Pembiayaan, 2006). skema tersebut kemudian akan disalurkan
kembali untuk kebutuhan para petani. Tidak
Pemerintah telah berupaya untuk
sebatas sebagai instrumen pemasaran dalam
mengurangi dampak tertekannya harga komo-
kontek kepentingan nasional, SRG juga dapat
ditas pertanian saat panen raya, terutama menjadi pendukung kebijakan stabilitas harga
untuk komoditas tertentu (misalnya gabah/ dan ketersediaan pangan. Harapan tersebut
beras), melalui kebijakan Harga Pembelian bisa jadi tidak terlalu berlebihan, karena SRG
Pemerintah (HPP). Namun demikian, nampak- sudah diterapkan di beberapa negara lain dan
nya dari sisi kemampuan, jangkauan dan secara umum berjalan relatif sukses.
efektivitas program pemerintah masih sangat
terbatas sehingga insiden anjloknya harga Walaupun demikian, sebagai skim
gabah/beras masih saja terjadi. Oleh karena yang relatif baru manfaat dan prospek SRG
masih belum teruji benar sebagai alternatif
itu, untuk mengantisipasi hal ini diperlukan
untuk mendukung pembiayaan pertanian.
terobosan skim pemasaran yang diharapkan
Masih muncul sejumlah pertanyaan: apakah
mampu mengatasi rendahnya harga di saat
SRG memang memberikan manfaat bagi
panen raya tanpa menyebabkan kerugian di
petani dan stakeholder yang terlibat; apakah
pihak petani. Lebih jauh lagi, dari skim tersebut dalam pelaksanaannya sudah dapat berjalan
diharapkan petani justru mendapatkan ke- dengan optimal, bagaimana dari sisi format,
untungan yang layak sehingga dapat melaku- aturan, dan operasionalisasinya, apakah
kan kegiatan usahatani serta memenuhi sudah match dengan karakteristik petani dan
kebutuhan rumah tangganya. usaha pertanian. Tulisan ini berusaha melaku-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

130
kan tinjauan (review) terhadap potensi/prospek disimpan di suatu gudang yang diterbitkan
dan kendala SRG sebagai alternatif pembiaya- oleh pengelola gudang (UU No 9, 2011). Resi
an sektor pertanian serta upaya perbaikan Gudang merupakan sekuriti yang menjadi
yang perlu dilakukan agar SRG dapat diman- instrumen perdagangan serta merupakan
faatkan secara optimal. bagian dari sistem pemasaran dan sistem
keuangan di banyak negara (Wikipedia, 2009).
Dalam konteks ini, “gudang” memiliki pe-
DISKRIPSI UMUM SISTEM RESI GUDANG ngertian bermacam-macam, tergantung komo-
ditas yang disimpan, mulai dari coklat, kopi,
Sistem Resi Gudang (SRG) telah beras, hingga minyak sawit (crude palm oil-
memiliki dasar hukum yang kuat sejak CPO). Resi gudang ini nantinya bisa
disyahkan UU No. 9/2006 tentang SRG yang digunakan sebagai jaminan atas kredit dari
kemudian diamandemen dengan UU No perbankan.
9/2011. Undang-Undang tentang SRG meru- Sementara itu, Sistem Resi Gudang
pakan terobosan baru yang melengkapi hukum (SRG) adalah kegiatan yang berkaitan dengan
penjaminan yang berlaku di Indonesia seperti penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan
gadai dan jaminan fidusia (Anonim, 2007). penyelesaian transaksi Resi Gudang (UU No
Setelah ditetapkan UU tersebut, lahir pula 9, 2011). Secara lebih spesifik untuk sektor
sejumlah peraturan pendukung diantaranya : pertanian, SRG merupakan bukti kepemilikan
(a) PP No. 36 Tahun 2007 tentang atas barang yang disimpan oleh para petani di
Pelaksanaan UU No. 9 Tahun 2006 Tentang gudang (Document of Title) yang dapat
SRG; (b) Permendag No. 26/M- dialihkan, diperjualbelikan bahkan dijadikan
DAG/PER/6/2007 tentang Barang Yang Dapat agunan tanpa perlu persyaratan agunan yang
Disimpan di Gudang dalam Penyelenggaraan lain. Oleh karena resi gudang merupakan
SRG; (c) Peraturan Kepala Bappebti (13 buah) instrumen surat berharga maka resi gudang ini
yang mengatur mengenai teknis penyeleng- dapat diperdagangkan, diperjualbelikan, diper-
garaan SRG; dan (d) Peraturan Bank tukarkan, ataupun digunakan sebagai jaminan
Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 tentang Peru- bagi pinjaman. Resi gudang dapat juga
bahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia digunakan untuk pengiriman barang dalam
Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kuali- transaksi derivatif seperti halnya kontrak serah
tas Aktiva Bank Umum. (futures contract).
Kementerian Perdagangan sebagai Untuk Resi Gudang dikenal dalam 2
pihak yang menginisiasi UU SRG, mengharap- bentuk yaitu : Pertama, resi gudang yang
kan dengan adanya UU tersebut dapat tercipta dapat diperdagangkan (negotiable warehouse
iklim usaha yang lebih kondusif dengan receipt), yaitu suatu resi gudang yang memuat
tersedia dan tertatanya sistem pembiayaan perintah penyerahan barang kepada siapa
perdagangan yang efektif. SRG diharapkan saja yang memegang resi gudang tersebut
dapat mendorong pengembangan sektor atau atas suatu perintah pihak tertentu; Kedua,
perdagangan dan pertanian, terutama dalam resi gudang yang tidak dapat diperdagangkan
meningkatkan produktivitas dan kualitas yang (non-negotiable warehouse receipt) yaitu resi
selanjutnya dapat meningkatkan daya saing gudang yang memuat ketentuan bahwa
komoditas baik di pasar lokal/domestik barang yang dimaksud hanya dapat
maupun internasional. Dengan penerapan diserahkan kepada pihak yang namanya telah
SRG, pemerintah akan semakin lebih baik ditetapkan.
dalam melakukan pemantauan harga serta
menjaga ketersediaan (stock) komoditas Sebagaimana surat berharga, resi
secara nasional. gudang juga dapat diperjual-belikan sehingga
ada transaksi derivatifnya. Derivatif resi
gudang adalah turunan resi gudang yang
Pengertian Resi Gudang dan Sistem Resi dapat berupa kontrak berjangka resi gudang,
Gudang opsi atas resi gudang, indeks atas resi
gudang, surat berharga diskonto resi gudang,
Resi gudang atau disebut juga
warehouse receipt system (WRS) adalah unit resi gudang, atau derivatif lainnya dari resi
dokumen bukti kepemilikan barang yang gudang sebagai instrumen keuangan. Derivatif

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

131
Resi Gudang ini hanya dapat diterbitkan oleh dan memiliki peluang ada kenaikan harga di
bank, lembaga keuangan nonbank, dan masa mendatang (e) mempunyai pasar dan
pedagang berjangka yang telah mendapat informasi harga yang jelas. Disamping itu,
persetujuan Badan Pengawas. komoditas tersebut merupakan komoditas
Perdagangan resi gudang di Indonesia yang potensial dan sangat berperan dalam
diatur oleh suatu badan yang disebut ”Badan perekonomian daerah setempat dan nasional,
Pengawas Sistem Resi Gudang” yaitu suatu misalnya untuk ketahanan pangan maupun
unit organisasi di bawah Menteri yang diberi ekspor (sumber devisa).
wewenang untuk melakukan pembinaan, Dalam Permendag No. 26/M-DAG/
pengaturan, dan pengawasan pelaksanaan PER/6/2007 telah ditetapkan 8 komoditas
sistem resi gudang. Resi gudang yang pertanian sebagai barang yang dapat disimpan
diperdagangkan di Indonesia wajib untuk di gudang dalam penyelenggaraan SRG.
melalui suatu proses penilaian yang dilakukan Kedelapan komoditas itu adalah : (1) gabah,
oleh suatu lembaga terakreditasi yang disebut (2) beras (3) kopi, (4) kakao, (5) lada, (6) karet,
”Lembaga Penilaian Kesesuaian” yang berke- (7) rumput laut dan (8) jagung. Penetapan
wajiban untuk melakukan serangkaian ke- komoditas lainnya tentang barang dalam SRG
giatan guna menilai atau membuktikan bahwa dilakukan dengan mempertimbangkan reko-
persyaratan tertentu yang berkaitan dengan mendasi dari Pemda, instansi terkait atau
produk, proses, sistem, dan/atau personel asosiasi komoditas. Namun demikian harus
terpenuhi. Pihak yang mendapat kewenangan tetap memperhatikan persyaratan Pasal 3 SK
melakukan penatausahaan resi gudang dan Mendag N0. 26 Tahun 2007 tentang daya
derivatif resi gudang yang meliputi pencatatan, simpan , standar mutu, serta jumlah minimum
penyimpanan, pemindahbukuan kepemilikan, barang yang disimpan.
pembebanan hak jaminan, pelaporan, serta
penyediaan sistem dan jaringan informasi
adalah ”Pusat Registrasi Resi Gudang” yang Kelembagaan Sistem Resi Gudang
merupakan suatu badan usaha yang berbadan Terkait kelembagaan, di dalam UU No
hukum. 9 tahun 2006 diatur tentang lembaga Badan
Resi gudang memuat sekurang- Pengawas Resi Gudang, Pengelola Gudang,
kurangnya: (1) judul resi gudang; (2) jenis resi Lembaga Penilaian Kesesuaian, Pusat
gudang yaitu ”resi gudang atas nama” atau Registrasi serta hubungan kelembagaan Pusat
”resi gudang atas perintah”; (3) nama dan dan Daerah. Namun, dalam perkembangannya
alamat pihak pemilik barang; (4) lokasi gudang terdapat beberapa kelemahan di lapangan
tempat penyimpanan barang; (5) tanggal yang sangat menghambat perkembangan Resi
penerbitan; (6) nomor penerbitan; (7) waktu Gudang, di antaranya adalah dengan tidak
jatuh tempo; (8) deskripsi barang; (9) biaya tersedianya mekanisme jaminan yang relatif
penyimpanan; (10) tanda tangan pemilik terjangkau bagi pelaku usaha apabila Penge-
barang dan pengelola gudang; dan (11) nilai lola Gudang mengalami pailit atau melakukan
barang berdasarkan harga pasar pada saat kelalaian dalam pengelolaan (mishandling)
barang dimasukkan ke dalam gudang. sehingga tidak dapat melaksanakan kewa-
jibannya mengembalikan barang yang
Adapun komoditas atau barang yang disimpan di gudang sesuai dengan kualitas
dimaksud dalam undang-undang dan per- dan kuantitas yang tertera dalam Resi
aturan tentang SRG adalah setiap benda Gudang.
bergerak yang dapat disimpan dalam jangka
waktu tertentu dan diperdagangkan secara Dengan kondisi di atas, akhirnya DPR
umum. Untuk komoditas RG, menurut sebagaimana dilaporkan Antara (2011),
Bappebti (2011) dan Ashari (2007), paling melakukan amandemen UU N0 9 tahun 2006,
sedikit harus memenuhi persyaratan sebagai yaitu UU No 9 tahun 2011 dengan menam-
berikut: (a) memiliki daya simpan paling sedikit bahkan Lembaga Jaminan Resi Gudang.
3 (tiga) bulan, (b) memenuhi standar mutu Dengan dibentuknya Lembaga Jaminan Resi
tertentu, (c) jumlah minimum barang yang Gudang diharapkan kepercayaan pelaku
disimpan, (d) harga berfluktuasi; rendah (mu- usaha (pemegang Resi Gudang, Bank, dan
sim panen) dan tinggi (musim tanam/paceklik) Pengelola Gudang) terhadap integritas Sistem

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

132
Resi Gudang akan makin meningkat. Dengan barang, gudang dan Pengelola Gudang.
demikian, seluruh pelaku usaha dari skala Penyimpanan barang di gudang sangat erat
besar (pedagang, prosesor, eksportir, dan kaitannya dengan konsistensi mutu barang
perusahaan perkebunan) sampai skala kecil yang disimpan sehingga perlu disiapkan
(petani, kelompok tani, gabungan kelompok sistem penilaian kesesuaian yang dapat
tani, dan koperasi) merasa terlindungi dengan menjamin konsistensi mutu barang yang
mempergunakan SRG. disimpan. Sertifikat yang diterbitkan Lembaga
Penilaian Kesesuaian sekurang-kurangnya
memuat nomor dan tanggal penerbitan,
Badan Pengawas Resi Gudang identitas pemilik barang, jenis dan jumlah
Badan Pengawas Resi Gudang adalah barang, sifat barang, metode pengujian mutu
unit organisasi di bawah Menteri, yang diberi barang, tingkat mutu dan kelas barang, jangka
wewenang untuk melakukan pembinaan, waktu mutu barang dan tanda tangan pihak
pengaturan, dan pengawasan terhadap ke- yang berhak mewakili lembaga.
giatan yang berkaitan dengan Sistem Resi
Gudang. Badan ini antara lain berwenang
memberikan persetujuan sebagai Pengelola Pusat Registrasi
Gudang, Lembaga Penilaian Kesesuaian dan Pusat Registrasi adalah institusi yang
Pusat Registrasi. Badan ini juga memberikan melakukan penatausahaan Resi Gudang dan
persetujuan bagi bank, Lembaga keuangan Derivatif Resi Gudang, yang meliputi pen-
non-bank dan Pedagang Berjangka sebagai catatan, penyimpanan, pemindahbukuan
penerbit Derivatif Resi Gudang. Badan Penga- kepemilikan, pembebanan hak jaminan,
was juga berwenang melakukan pemeriksaan pelaporan, serta penyediaan sistem dan
terhadap setiap pihak yang diberikan jaringan informasi. Penatausahaan dilakukan
persetujuan apabila mereka diduga melakukan untuk menjamin keamanan dan keabsahan
pelanggaran. setiap pengalihan dan pembebanan hak
jaminan atas Resi Gudang dan Derivatif Resi
Gudang, karena setiap pihak yang mener-
Pengelola Gudang
bitkan, mengalihkan dan melakukan pembe-
Pengelola Gudang adalah pihak yang banan hak jaminan atas Resi Gudang wajib
melakukan usaha perdagangan, baik gudang melaporkan tindakannya kepada Pusat
milik sendiri maupun milik orang lain, yang Registrasi.
melakukan penyimpanan, pemeliharaan dan
pengawasan barang yang disimpan oleh
pemilik barang. Pengelola Gudang berhak Hubungan Kelembagaan Pusat dan Daerah
menerbitkan Resi Gudang. Lembaga ini Hubungan kelembagaan antara Peme-
dipersyaratkan harus berbentuk badan usaha rintah Pusat dan Daerah diatur dalam rangka
berbadan hukum dan telah mendapat perse- pembinaan dan pengembangan Sistem Resi
tujuan dari Badan Pengawas. Dalam pelak- Gudang. Urusan Pemerintah Pusat antara lain
sanaannya, Pengelola Gudang wajib membuat mencakup penyusunan kebijakan nasional
perjanjian pengelolaan secara tertulis dengan untuk mempercepat penerapannya, melaku-
pemilik barang atau kuasanya, yang sekurang- kan koordinasi antar sektor pertanian,
kurangnya memuat identitas serta hak dan keuangan, perbankan, dan sektor terkait
kewajiban para pihak, jangka waktu lainnya untuk pengembangannya, dan mem-
penyimpanan, deskripsi barang dan asuransi. berikan kemudahan bagi sektor usaha kecil
dan menengah serta kelompok tani untuk
berperan serta di dalam Sistem Resi Gudang.
Lembaga Penilaian Kesesuaian
Urusan Pernerintah Daerah antara lain
Kegiatan penilaian kesesuaian dalam mencakup pengembangan komoditas unggul-
Sistem Resi Gudang dilakukan oleh Lembaga an daerah, penguatan peran pelaku usaha
Penilaian Kesesuaian yang telah mendapat ekonomi kerakyatan untuk mengembangkan
persetujuan Badan Pengawas. Kegiatan Sistem Resi Gudang dan memfasilitasi
dimaksud mencakup kegiatan sertifikasi, pengembangan pasar lelang komoditas.
inspeksi dan pengujian yang berkaitan dengan

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

133
Lembaga Jaminan Resi Gudang penerapan SRG sangat prospektif untuk
Lembaga Jaminan Resi Gudang meningkatkan pendapatan usaha tani. Melalui
memiliki fungsi melindungi hak Pemegang SRG akan diperoleh beberapa manfaat
Resi Gudang dan/atau Penerima Hak Jaminan melalui: (1) tunda jual, yaitu saat panen raya
apabila terjadi kegagalan, ketidakmampuan, petani menyimpan hasil pertanian di gudang;
dan/atau kebangkrutan Pengelola Gudang (2) penjualan dilakukan pada saat harga
dalam menjalankan kewajibannya. Disamping komoditas pertanian telah tinggi, serta (3)
itu lembaga ini akan memelihara stabilitas dan meminimalisir penimbunan barang oleh
integritas Sistem Resi Gudang sesuai dengan pedagang pengumpul. Dengan RG yang dapat
kewenangannya. diagunkan petani akan mendapatkan dana
tunai untuk kebutuhan modal usaha maupun
untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
POTENSI SRG UNTUK PEMBIAYAAN Sementara itu, menurut Sadaristuwati
USAHA DI SEKTOR PERTANIAN (2008), RG memiliki posisi yang penting dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan pelaku
Ketersediaan modal sangat diperlukan usaha di sektor pertanian dengan argumentasi
bagi pelaku bisnis untuk menjamin kelancaran sebagai berikut: (a) RG merupakan salah satu
usahanya, terutama bagi petani serta usaha bentuk sistem tunda jual yang menjadi
kecil dan menengah (UKM) yang berbasis alternatif dalam meningkatkan nilai tukar
pertanian. Pelaku usaha jenis ini umumnya petani, (b) Di era perdagangan bebas, RG
menghadapi masalah pembiayaan karena sangat diperlukan untuk membentuk petani
keterbatasan akses dan jaminan kredit. Untuk menjadi petani pengusaha dan petani mandiri,
pemberdayaan dan pembinaan kepada petani dan (c) SRG bisa memangkas pola per-
serta UKM yang berbasis pertanian, Sistem dagangan komoditas pertanian sehingga
Resi Gudang (SRG) diharapkan akan menjadi petani bisa mendapatkan peningkatan harga
salah satu solusi untuk memperoleh pem- jual komoditi.
biayaan dengan jaminan komoditas yang Selanjutnya, masih menurut
tersimpan di gudang. Disamping itu, dampak Sadaristuwati (2008) keberadaan SRG tidak
yang lebih luas SRG adalah akan meningkat- hanya bermanfaat bagi kalangan petani tetapi
kan produktivitas dan kualitas produk yang juga pelaku ekonomi lainnya seperti dunia
dihasilkan para petani. Selanjutnya, jika SRG perbankan, pelaku usaha dan serta bagi
dapat diterapkan maka managemen usahatani pemerintah. Di antara manfaat SRG tersebut
akan lebih tertata karena petani dapat adalah: (1) Ikut menjaga kestabilan dan
menetapkan strategi jadwal tanam dan keterkendalian harga komoditas, (2) Mem-
pemasarannya. berikan jaminan modal produksi karena
Potensi manfaat yang dapat diperoleh adanya pembiayaan dari lembaga keuangan,
dengan implementasi SRG relatif cukup besar. (3) Keleluasaan penyaluran kredit bagi
Misalnya dalam peningkatan kapasitas sektor perbankan yang minim risiko, (4) Ada jaminan
pertanian untuk mendukung perekonomian ketersediaan barang, (6) Ikut menjaga stok
nasional, SRG dapat memainkan peranan nasional dalam rangka menjaga ketahanan
yang signifikan. Menurut BRI (2009), dengan dan ketersediaan pangan nasional, (7) Lalu
dilaksanakan SRG berpeluang untuk mening- lintas perdagangan komoditas menjadi lebih
katkan produksi, menambah perputaran terpantau, (8) Bisa menjamin ketersediaan
ekonomi, dan menyerap tenaga kerja/ bahan baku industri, khususnya agroindustri,
mengurangi pengangguran. Di samping itu (9) Mampu melakukan efisiensi baik logistik
dengan SRG diharapkan kontribusi UMK pada maupun distribusi, (10) Dapat memberikan
pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. kontribusi fiskal kepada pemerintah, dan (11)
Kondisi ini hanya dapat dicapai jika ada Mendorong tumbuhnya industri pergudangan
kemudahan untuk mengakses sumber pen- dan bidang usaha yang terkait dengan SRG
danaan, yang salah satu alternatif dapat lainnya
disediakan dengan SRG. Terkait dengan SRG ini, secara lebih
Selanjutnya, secara khusus untuk komprehensif Bappebti (2011b) mengemuka-
sektor pertanian, menurut BRI (2011) kan bahwa manfaat SRG akan diterima oleh

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

134
Tabel 1. Potensi Manfaat SRG bagi Berbagai Stakeholder

No Stakeholder Manfaat
1. Petani/Produsen  Mendapatkan harga yang lebih baik (menunda waktu penjualan).
 Kepastian kualitas dan kuantitas atas barang yang disimpan.
 Mendapatkan pembiayaan dengan cara yang tepat dan mudah.
 Mendorong berusaha secara berkelompok sehingga meningkatkan
posisi tawar.
2. Pergudangan  Mendorong tumbuhnya industri pergudangan dan bidang Usaha
Terkait.
 Mendapatkan income dari jasa pergudangan
3. Perusahaan pengguna  Meningkatkan akses untuk mendapatkan sumber bahan baku yang
komoditas/prosesor berkualitas.
 Mengurangi biaya penyimpanan.
 Perencanaan supply yang lebih baik.
4. Pedagang/eksportir  Ketersediaan atas volume dan kualitas.
 Supply tersedia sepanjang musim.
 Terdapatnya pembiayaan bagi perdagangan (ekspor)
 RG sebagai dokumen transaksi Letter of Credit akan menambah
keyakinan para pihak termasuk bank (issuing bank & nominated
bank)
 Mencegah/mengurangi terjadinya fraud dalam transaksi ekspor
5. Perbankan  Tumbuhnya peluang baru: jasa perbankan di daerah (provinsi &
kabupaten).
 Perlindungan yang tinggi atas jaminan
 Jaminan bersifat Liquid.
 Aktivitas penyaluran kredit yang aman dan menguntungkan.
 Pengenalan dan pemanfaatan produk perbankan bagi petani/UKM
berupa kredit RG serta produk perbankan lainnya (tabungan,
deposito dll).
 Pembiayaan transaksi dalam negeri dan ekspor
6. Perekonomian  Mendorong tumbuhnya pelaku usaha (petani produsen/eksportir),
daerah/nasional industri pergudangan, jasa perbankan, jasa asuransi, jasa
pengujian mutu, dll di daerah.
 Sarana pengendalian sediaan (stok) nasional yang lebih efisien
Sumber: Bappebti (2011b), diolah

semua stakeholder, yaitu: petani, usaha waktu kredit SRG relatif pendek, (3) analisis
pergudangan, perusahaan pengguna komodi- kelayakan nasabah (4C) dilaksanakan oleh
tas/prosesor, dan perbankan. Bahkan, dalam Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK), pengelola
tataran yang lebih makro manfaat SRG juga gudang dan asuransi, serta (4) bank hanya
akan berdampak positif pada perekonomian deal dengan dokumen resi gudang.
daerah dan nasional. Lebih detail, manfaat Dengan beberapa argumenn sebagai-
SRG bagi berbagai stakeholder disajikan pada mana diuraikan di atas dapat dikatakan
Tabel 1. bahwa SRG memiliki prospek yang cukup
Dalam aspek ketersediaan dana, potensial sebagai alternatif skim pembiayaan
menurut BRI (2008) secara teori peluang di sektor pertanian. Jika skim ini dapat
pengembangan SRG sebagai alternatif pem- dijalankan secara optimal maka SRG
biayaan pertanian dengan dukungan berpotensi mengatasi kelangkaan uang tunai
perbankan sangat terbuka. Hal ini didasarkan di tingkat usahatani, petani memperoleh harga
pada argumen sebagai berikut: (1) secara lebih baik dan dapat mengakses fasilitas
kumulatif potensi pertanian besar, (2) jangka kredit dari bank/non bank. Petani sebagai

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

135
produsen merupakan salah satu simpul utama Hasil kajian empiris dan ilmiah tentang
dari semua stakeholder SRG yang saling manfaat SRG, terutama untuk petani, masih
terkait satu dengan lainnya. Jika simpul kritis sangat terbatas. Namun dari studi Kurniawan
ini (petani/produsen) dapat terbantu dengan (2009) di Kabupaten Majalengka tentang SRG
adanya SRG, maka simpul lainnya juga akan menyimpulkan bahwa dari hasil struktur
menerima manfaat; dan hal ini merupakan pendapatan usahatani padi, petani yang
faktor kunci keberlanjutan usaha dengan skim berpartisipasi di SRG memiliki pendapatan
RG bagi semua stakeholder. lebih tinggi dibandingkan dengan petani Non
Perlu digarisbawahi bahwa potensi SRG. Dengan demikian, SRG memiliki
dan manfaat SRG akan dapat direalisasi jika kemampuan menghasilkan penerimaan tunai
didukung dengan perangkat yang memadai. yang lebih baik. Hasil studi Yudho (2008) juga
Disadari sepenuhnya bahwa kata kunci dari menunjukkan SRG cukup efektif dan mem-
kesuksesan SRG adalah kelayakan gudang/ berikan manfaat lindung nilai bagi petani.
Biaya untuk RG masih lebih rendah
warehouse ability (Penjelasan UU No 9, 2011).
dibandingkan penerimaan yang diterima
Oleh karena itu, pemerintah c.q. Kementerian
dengan mengikuti SRG.
Perdagangan telah membangun sejumlah
gudang yang memenuhi spesifikasi di
beberapa daerah. Data dari Bappebti (2011) PERKEMBANGAN DAN KENDALA
menunjukkan bahwa telah dibangun gudang PELAKSANAAN SRG
dengan dana stimulus fiskal Departemen
Perdagangan (di 34 daerah), dana APBN-P (di
11 daerah), dan dari DAK 2011 (15 unit). Resi gudang merupakan “barang”
Disamping itu sejumlah gudang potensial baru di Indonesia. Walaupun telah dirintis
diantaranya milik PT Pertani (404 unit), PT Bappebti sejak tahun 2003, namun UU yang
BGR (99 unit), PT PPI (108 unit), gudang milik mengatur SRG baru ada pada tahun 2006 dan
koperasi/KUD dan gudang swasta yang PP pendamping UU tersebut dikeluarkan
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. tahun 2007. Sebetulnya skim yang mirip resi
gudang sebagai alternatif pembiayaaan bagi
Dukungan lembaga keuangan juga pengusaha, produsen kecil (termasuk petani)
menjadi faktor keberhasilan pelaksanaan SRG yang tidak memiliki akses kredit langsung
baik melalui skim komersial maupun program. sudah lama digunakan di Indonesia yaitu
Terkait dengan skim program, Kementerian skema Collateral Management Agreement
Keuangan telah mengeluarkan Peraturan (CMA) (kompas.com, 2007). Skema CMA
Menteri Keuangan No 171/PMK.05/2009 ten- melibatkan tiga pihak, yakni pemilik barang,
tang Skema subsidi SRG. Untuk pelaksanaan pengelola agunan dan bank sebagai penyan-
skema SRG tersebut, telah diterbitkan pula dang dana. Namun skema ini lebih banyak
Peraturan Menteri Perdagangan No 66/M- dimanfaatkan oleh eksportir dan bersifat
DAG/PER/12/2009 tentang Pelaksanaan tertutup.
Skema SRG. Menurut BRI (2011) tujuan dari
Berbeda dengan Indonesia, SRG
Skema SRG adalah memfasilitasi petani, sudah dikenal lama di manca negara sebagai
kelompok tani, gabungan kelompok tani dan sebuah skim pembiayaan pertanian. India,
koperasi untuk memperoleh pembiayaan dari Uganda, Polandia, Nigeria, Tanzania dan
bank pelaksana/lembaga keuangan non bank Ghana adalah beberapa negara yang sudah
dengan memanfaatkan RG sebagai jaminan/ menjalankan program ini lebih dulu. Di negara-
agunan. Dalam skema ini beban bunga negara tersebut, program SRG bahkan sudah
kepada peserta S-SRG ditetapkan sebesar 6 memberikan pengaruh besar bagi sektor
persen. Selisih tingkat bunga S-SRG dengan pertanian maupun perbankan (Anonim, 2008).
beban bunga peserta S-SRG merupakan Berdasarkan data dari konferensi warehouse
subsidi pemerintah. Subsidi bunga diberikan receipt system (WRS) di Amsterdam tahun
selama masa jangka waktu paling lama 6 2001, negara-negara berkembang yang
bulan, tidak termasuk perpanjangan jangka tercatat cukup berhasil menerapkan sistem
waktu pinjaman dan/atau jatuh tempo Resi resi gudang ini adalah Rumania, Hungaria,
Gudang. Afrika Selatan, Zambia, Ghana, Rusia,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

136
Slovakia, Bulgaria, Cesnia, Polandia, Sumber pembiayaan SRG berasal dari
Kazakstan, Turki, dan Mexico. Lembaga Keuangan Bank seperti BRI, Bank
Jabar, Bank Jatim, Bank Kalsel, dan Lembaga
Keuangan Non-Bank seperti BPRS, Program
Perkembangan Pelaksanaan SRG Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT
Perkembangan pelaksanaan SRG Kliring Berjangka Indonesia (KBI dan
pada masa-masa awal terbilang sangat Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)
lambat. Sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian KUKM. Total nilai pembiayaan
Suhendro (2008), bahwa sejak UU SRG yang telah diberikan sejak mulai diimplemen-
diperkenalkan pada tahun 2007 sebagai tasikannya SRG pada tahun 2008 hingga akhir
sebuah alternatif pembiayaan keuangan bagi tahun 2010 tercatat sebesar Rp. 4,6 milyar
para petani, ternyata penetrasinya masih atau rata-rata 70 persen dari nilai Resi Gudang
terbilang rendah. Setidaknya hal ini dapat yang diagunkan.
dilihat berdasarkan proyek percontohan sistem Laporan Bappebti (2011a) juga
resi gudang di empat daerah, yaitu di menunjukkan bahwa selama tahun 2010
Indramayu, Banyumas, Jombang untuk implementasi SRG terus mengalami pening-
komoditas gabah dan Gowa untuk komoditas katan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
jagung. Dari proyek tersebut, hanya 305 ton penerbitan RG yang mencapai 57 RG untuk
komoditas dikeluarkan sebagai surat berharga komoditas gabah di enam kabupaten (Indra-
(resi) gudang yang mencakup 15 resi gudang mayu, Banyuwangi, Sidrap, Pinrang, Subang
dengan nilai kurang lebih Rp 1 miliar. dan Barito Kuala) dengan volume 2.299,94 ton
Namun dengan seiring waktu, lambat dengan total nilai Rp 8,7 milyar. Pemanfaatan
laun SRG mulai banyak diimplementasikan RG untuk agunan pebiayaan sebanyak 36 RG
oleh berbagai pihak walaupun dalam skala dengan nilai Rp 4,2 milyar.
percontohan yang terbatas. Dari Laporan Pada tahun 2011, perkembangan
Tahunan Bappebti (2011a), disebutkan bahwa jumlah RG meningkat cukup signifikan. Dari
sejak diundangkannya Undang-Undang No 9 data Bappebti (2011b) dikemukakan bahwa
Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang secara komulatif selama 2008-2011 (bulan
(SRG) dan diimplementasikan tahun 2008 Oktober), sudah diterbitkan 344 RG dengan
pemanfaatan SRG sampai dengan tahun 2010 total nilai Rp 48, 7 milyar. Dari total nilai RG
telah dilakukan di 10 kabupaten, meliputi tersebut dapat diagunkan sebesar Rp 18,8
Banyumas, Karanganyar, Jombang, Indra- milyar. Komoditas gabah masih mendominasi
mayu, Banyuwangi, Sidrap, Pinrang, Subang, barang RG, disusul beras, jagung dan kopi
Gowa,dan Barito Kuala. Hasil dari percontohan (Tabel 2).
tersebut adalah telah diterbitkannya sebanyak
86 Resi Gudang dengan total volume Beberapa faktor yang mendukung
komoditas 3.022,88 ton (terdiri dari 2.896,63 peningkatan transaksi RG (Bappebti, 2011a)
ton gabah dan 126,25 ton jagung) senilai Rp. antara lain adalah semakin meluasnya daerah
10.663.331.940. yang memanfaatkan SRG, khususnya di

Tabel 2. Akumulasi Jumlah RG, Volume dan Nilai Barang SRG Tahun 2008-2011

Penerbitan Diagunkan
Komoditas
Jumlah RG Vol (ton) Nilai Barang (Rp) Jumlah RG Nilai (Rp)

Gabah 302 10.685,6 43.396.343.000 207 22.411.932.450


Beras 27 660,75 5.009.475.000 23 3.019.687.500
Jagung 9 126,25 268.138.440 4 76.200.000
Kopi 3 0,46 26.871.400 3 18.809.980
TOTAL 344 11.473,06 48.700.827.840 237 25.526.629.930
Sumber: Bappebti (2011b)
Keterangan: sampai bulan Oktober 2011

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

137
beberapa gudang SRG yang dibangun melalui Ariyani (2008) mengungkapkan bahwa
Dana Stimulus Fiskal 2009, mulai diterap- implementasi resi gudang masih menemukan
kannya Subsidi Resi Gudang, serta semakin banyak hambatan di lapangan. Hambatan
meningkatnya pemahaman petani, Kelompok tersebut antara lain terbatasnya jumlah
Tani (Poktan), Gapoktan, Koperasi/UKM dan gudang penyimpan hasil pertanian dan sikap
pelaku usaha lainnya. Peran serta dari petani yang tidak sabar dengan sistem tunda
kalangan perbankan dan lembaga keuangan jual produk yang diagunkan tersebut. Faktor
juga menjadi faktor yang membantu per- yang dianggap crucial menjadi penyebab
kembangan yang positif ini, di mana mereka lambatnya implementasi SRG adalah masih
turut terlibat dalam memberikan pembiayaan terbatasnya sosialisasi mengenai SRG
kepada petani melalui Skema Subsidi Resi terutama di daerah-daerah sentra penghasil
Gudang (S-SRG) serta kemudahan prosedur komoditas pertanian.
dalam melakukan permohonan pembiayaan BRI (2008) telah mengidentifikasi
melalui S-SRG. Dari sisi kelembagaan, berbagai kendala yang dapat menghambat
implementasi SRG juga menunjukkan perkem- implementasi SRG, diantaranya: (1) biaya
bangan yang cukup positif. Sebagai gambar- yang harus dikeluarkan oleh pemilik komoditas
an, sepanjang tahun 2010 telah diterbitkan 13 relatif lebih besar dibanding skema CMA,
persetujuan gudang untuk SRG dan 2 mengingat banyaknya lembaga yang terlibat
Lembaga Uji Mutu komoditas. Diharapkan pada SRG, (2) kuantitas komoditas petani
implementasi SRG dapat berkembang lebih relatif kecil sehingga apabila di RG-kan tidak
pesat lagi di daerah di mana lokasi gudang sebanding dengan biaya yang harus dikeluar-
tersebut berada. kan, (3) belum adanya pihak yang berfungsi
sebagai off taker, dan (4) kuantitas, inde-
Walaupun trend perkembangan SRG pendensi dan profesionalisme Lembaga
cukup positif yaitu tercermin dari peningkatan Penilai Kesesuaian perlu ditingkatkan. Peran
volume dan nilai RG, namun dibandingkan sektor perbankan juga masih belum dapat
dengan jumlah total komoditas pertanian yang optimal.
ada serta keikutsertaan petani/stakeholder lain
maka SRG terbilang masih minim. Sebagai Hasil studi Riana (2010) mengungkap-
kan bahwa sektor perbankan sebagai kom-
ilustrasi, pada tahun 2010 produksi gabah
ponen pendukung SRG belum banyak yang
nasional mencapai 66,41 juta ton GKG.
menggunakan resi gudang sebagai hak
Sementara pada tahun tersebut SRG hanya
jaminan. Hal tersebut dikarenakan timbul
mampu menyerap 2.299 ton atau 0,003 persen
beberapa masalah dalam pelaksanaannya.
dari total produksi. Nampaknya masih ada Masalah-masalah tersebut antara lain biaya
beberapa kendala yang dihadapi SRG yang cukup besar, belum meratanya pem-
sehingga dalam implementasinya belum dapat bangunan fasilitas pendukung, pembiayaan
optimal. dikucurkan untuk jangka waktu yang pendek,
keraguan sektor perbankan untuk mengguna-
Kendala Penerapan SRG kan SRG dan kurangnya pemahaman menge-
nai arti penting dan manfaat resi gudang.
Masih minimnya implementasi SRG,
Sementara menurut Sadaristuwati
harus dipandang sebagai “pekerjaan rumah”
(2008), sebagai instrumen yang relatif baru,
bagi semua pihak yang concern dalam
keberadaan SRG masih menghadapi sejumlah
masalah ini. Salah satu poin penting dari
permasalahan, diantaranya: (1) minimnya
rancangan awal penerapan RG adalah seba- sarana dan prasarana, (2) kualitas barang
gai sarana membantu petani untuk terhindar masih rendah (mutu/keseragaman), (3) beban
dari kerugian pada saat harga komoditas yang biaya, (4) kurangnya tingkat kepercayaan dari
diproduksinya turun dengan cara menjaminkan lembaga keuangan atau bank, (5) tingkat suku
produknya ke resi gudang. Dari penjaminan itu bunga yang masih terlalu tinggi serta (6)
para petani akan mendapatkan surat berharga hubungan antar lembaga yang kurang
atau resi jaminan yang bisa diagunkan ke sinergis.
perbankan/non bank untuk mendapatkan
Sebagai pihak yang mendapat perhati-
kredit.
an khusus dalam SRG, implementasinya di

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

138
tingkat petani/klomtan/gapoktan juga menga- belum handal, (h) Sistem Informasi Harga dan
lami banyak kendala baik yang menyangkut Pasar belum tersedia untuk seluruh varian
kapasitas sumberdaya, kelembagaan, sarana komoditas, (i) Pembiayaan di Lembaga
prasarana, sosial ekonomi dan budaya. Menu- Keuangan masih relatif lama (lebih dari 3 hari)
rut Direktorat Pembiayaan (2011), berdasar- dan (j) Kelompok Tani, Gapoktan dan Koperasi
kan pemantauan pelaksanaan SRG di bebe- kurang sosialisasi dan permodalan untuk
rapa daerah menunjukkan bahwa beberapa melaksanakan pengadaan komoditas (Stan-
permasalahan tersebut disebabkan oleh darisasi Produk).
beberapa hal, diantaranya: (a) Rata-rata Dari kendala pelaksanaan SRG se-
kepemilikan lahan sempit sehingga kesulitan tidaknya ada 7 hal yang perlu dibenahi yaitu:
dalam mengkonsolidasikan hasilnya; (b) (1) sosialisasi SRG ke stakeholder yang masih
Lemahnya kelembagaan petani (kelompok lemah, (2) fasilitas gudang yang belum merata
tani/Gapoktan); (c) Terbatasnya pemahaman dan memadai, (3) kesiapan pengelola, (4)
S-SRG baik oleh petani maupun petugas kontinuitas pasokan komoditas, (4) lemahnya
pendamping di tingkat lapangan; (d) Beban kelembagaan di tingkat petani, (5) belum
biaya yang ditimbulkan dalam S-SRG seperti jelasnya off taker/penjamin pasar, (6)
biaya angkutan, sewa gudang/penyimpanan, transaction cost yang relatif tinggi, dan (7)
asuransi dan lain-lain dirasakan cukup berat; sinergi antar stakeholder yang masih lemah.
(e) Petani setelah panen membutuhkan uang Selain permasalahan tersebut, juga harus ada
segera untuk biaya usaha berikutnya; (f) Hasil ketegasan tujuan dari SRG apakah akan
produksi yang dihasilkan belum tentu digunakan sebagai instrumen untuk member-
memenuhi kualitas yang dapat digudangkan; dayakan petani atau semata-mata instrumen
(g) Hasil panen belum bisa dikonsolidasi di bisnis. Hal ini penting diklarifikasi karena
tingkat kelompok tani/gapoktan karena pilihan terhadap tujuan akan mempengaruhi
lemahnya kelembagaan petani; (h) Terbatas- kebijakan dan arah pengembangan SRG di
nya sosialisasi S-SRG baik dari Dinas Teknis masa mendatang.
terkait dan Bank kepada petani; (i) Lemahnya
pendampingan petani untuk mengakses ke Hasan (2008) melakukan diagnosis
lembaga pembiayaan. yang cukup kritis terhadap kelembagaan SRG
ini yang harus direspon oleh pihak yang
Menurut iPasar (2011) agar SRG concern untuk menjadikan SRG sebagai
dapat diimplementasi, minimal ada 4 alternatif pembiayaan untuk sektor pertanian.
komponen yang harus tersedia dan berjalan Menurut pandangannya, kelembagaan dalam
secara baik yaitu: (1) ketersediaan gudang penerbitan, pengalihan, penggantian dan
SRG, (2) kesiapan pengelola, (3) keandalan penerbitan derivatif resi gudang menandakan
sistem, dan (4) ketersediaan komoditas SRG. lebih fokus pada ke pembentukan pasar
Dari pengalaman iPasar yang selama ini telah sekunder SRG dan derivatifnya, daripada
menggeluti RG dan Pasar Lelang, mengung- pasar komoditas itu sendiri. Jika ada
kapkan bahwa implementasi SRG di daerah kecenderungan ke arah derivatif, maka
masih menghadapi sejumlah masalah opera- muatan SRG sebagai instrumen bisnis akan
sional. Permasalahan tersebut diantaranya: (a) lebih dominan sehingga bisa trade-off dengan
Gudang SRG belum tersedia di seluruh daerah tujuan pemberdayaan petani.
potensial karena biaya investasi gudang yang
mahal, (b) Biaya operasional pengelolaan Ada yang menganggap SRG juga
yang ditanggung oleh Pengelola Gudang (PG) cukup rumit untuk dilaksanakan oleh petani.
tinggi, (c) Partisipasi dalam SRG masih rendah Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam
karena manfaatnya belum dipahami oleh SRG dari hulu sampai hilir yang penuh
seluruh pelaku usaha, (d) Pasca panen prosedur, bisa saja kurang match dengan
komoditas yang dilakukan oleh pelaku usaha kondisi petani/klomtan/gapoktan yang secara
umumnya belum sesuai standar SNI, (e) Pada kelembagaan belum mantap. Kondisi ini
tahap awal umumnya petani belum bersedia dikhawatirkan menjadikan SRG tidak dapat
membayar biaya penyimpanan barang kepada dinikmati oleh petani tetapi lebih banyak
Pengelola Gudang (PG), (f) LPK/Petugas uji diakses oleh pedagang. Oleh karena itu, agar
mutu barang belum tersedia di seluruh daerah, SRG dapat dimanfaatkan oleh petani perlu
(g) Sistem Informasi Resi Gudang (Is-Ware) juga dilakukan modifikasi/penyerderhanaan

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

139
prosedur tetapi tetap menggunakan spirit implikasi makro dan mikro yang menuntut
SRG. Sebagai contoh, hasil kajian Ashari koordinasi lintas instansi (kementrian Koperasi
(2007) mengungkapkan pelaksanaan SRG dan UMKM, Bulog, Deptan, Bank Indonesia,
dapat dilakukan dengan prosedur yang Pemda). Pada aspek makro, arah kebijakan
sederhana dengan sistem bagi hasil. Pada pengendalian stok dan harga komoditas dalam
skim ini yang terlibat hanya empat pihak: kerangka penataan sistem perdagangan yang
kelompok tani, UPJA (pemilik gudang), efektif dan efisien harus terintegrasi dengan
pengelola gudang, dan penyandang dana program-program lain. Misalnya dalam kerang-
(CSR sebuah BUMN). Dengan menggunakan ka program ketahanan pangan nasional,
dana CSR, pada saat panen raya gabah dibeli peningkatan kesejahteraan petani, penguatan
dan disimpan dalam gudang milik UPJA. perbankan mikro (unit mikro bank umum dan
Setelah 3-4 bulan kemudian saat harga telah BPR-pembiayaan resi gudang), dan peran
cukup tinggi, gabah tersebut dijual sehingga Pemda untuk mengembangkan produk-produk
diperoleh margin. Kemudian margin yang unggulan yang bisa diresigudangkan
didapat dibagi (profit sharing) dengan proporsi Sementara dari aspek mikro, pem-
yang disepakati antara pihak yang terlibat biayaan resi gudang tidak akan efektif-efisien
dalam SRG tersebut. bila dilakukan secara individual kepada petani
Permasalahan SRG tidak hanya di gurem, melainkan harus kepada kelompok tani
tataran operasional tetapi juga memasuki berbadan hukum (misal koperasi tani).
ranah kebijakan. Tanpa disadari terkadang Penerapan SRG kepada sektor koorporat/
kebijakan yang sedang dijalankan pemerintah perusahaan besar tidak akan ada kesulitan,
dapat menjadi kendala bagi tumbuh dan tetapi jika difokuskan pada segmen ini akan
berkembangnya SRG. Kebijakan penetapan timbul pertanyaan apakah misi SRG dapat
harga dasar oleh pemerintah, misalnya, dicapai?. Peraturan perundang-undangan ten-
menyebabkan harga antara panen dan masa tang SRG dinilai lebih siap diimplementasikan
sesudah panen menjadi tetap dan seragam di bagi sektor koorporasi/komersial daripada
seluruh wilayah negara. Padahal, komoditas untuk membantu dalam mengakses sumber-
SRG seharusnya tidak di-setting untuk stabil sumber pembiayaan. Disamping itu, belum
setiap tahunnya. Jika harga cukup stabil tentu ada keyakinan akan terciptanya stabilitas
tidak akan menarik untuk dilakukan SRG harga komoditas melalui mekanisme pengen-
karena tidak akan memperoleh margin, bah- dalian stok.
kan akan merugi karena harus mengeluarkan Oleh karena itu, Hasan (2008) menya-
biaya yang cukup besar. Disamping itu, rankan seyogyanya penerbitan dan pembiaya-
kebijakan di bidang moneter menyebabkan an SRG harus langsung yang dapat dirasakan
tingkat suku bunga yang berlaku seringkali manfaatnya oleh pelaku usaha, daripada
lebih tinggi sehingga meminjam uang dengan mengembangkan derivatif resi gudang yang
jaminan stok gudang menjadi tidak layak akan lebih banyak berhubungan dengan
karena beban pinjaman tersebut tidak dapat kepentingan pelaku pasar dan spekulan di
ditutupi dengan adanya kenaikan harga bursa. Agenda mendesak yang perlu segera
komoditas yang disimpan dengan skim SRG. dituntaskan adalah bagaimana melaksanakan
Berbagai kendala yang masih terjadi fungsi-fungsi strategisnya sesuai dengan
dalam implementasi SRG di Indonesia ketentuan Pasal 32 UU No 9/2006 (pemerintah
barangkali dapat dikatakan wajar terjadi jika pusat cq Departemen Perdagangan) dan
mengingat skim tersebut baru berjalan kurang Pasal 33 (pemda). Diantara urusan pemerinah
lebih lima tahun. Selama kurun waktu tersebut, pusat adalah koordinasi antar sektor pertanian,
SRG masih mencari bentuk dan senantiasa keuangan, perbankan dan sektor terkait
dinamis untuk menuju posisi equilibrium. lainnya dan antara SRG dengan perdagangan
Dibutuhkan saran pemikiran dari berbagai berjangka komoditas, serta memberikan kemu-
pihak (terutama pakar) untuk mengkritisi dahan bagi UKM dan kelompok tani untuk
secara konstruktif arah perkembangan SRG ke memanfaatkan skim SRG.
depan. Sementara itu, menurut Aviliani dan
Hasan (2008) menyatakan bahwa Hidayat (2005) secara kelembagaan, sebenar-
peraturan perundang-undangan SRG memiliki nya infrastruktur untuk mendukung SRG telah

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

140
cukup memadai. Masalahnya, bagaimana kan dalam UU baru tentang SRG (UU No
hubungan kelembagaan itu terbentuk secara 9/2011).
optimal, efisien, dan berdaya guna tanpa harus Titik lemah yang masih terlihat nyata
melakukan penyesuaian terhadap regulasi dalam implementasi SRG adalah kurangnya
yang sudah ada. Langkah penting yang harus sosialisasi kepada stakeholder, terutama
ditempuh adalah menyamakan persepsi kepada petani/klomtan. Sosialisasi yang
antarlembaga/stakeholder dan meletakkan dilakukan selama ini masih terbatas di tingkat
struktur program aksi sesuai kompetensinya elit (pejabat Dinas Pertanian di provinsi/
masing- masing. Paling tidak terdapat lima kabupaten). Selain sosialisasi, hal lain yang
pelaku utama yang berperan dalam pengem- perlu dilakukan adalah upaya menarik minat
bangan SRG, yakni underwriter, perbankan, petani untuk bergabung dalam SRG. Faktor
collateral management service (CMS), kunci ketertarikan petani adalah adanya
penjamin, dan pasar keuangan. kejelasan pasar dan dukungan pendanaan
Selanjutnya Aviliani dan Hidayat sehingga tidak ada keraguan petani dalam
(2005) menyatakan bahwa dengan melihat melaksanakan SRG. Terkait dengan pema-
manfaat dari pembiayaan resi gudang, maka saran ini, SRG harus disinergikan dengan
skim ini harus mendapat fasilitasi serius dari kegiatan Bursa Berjangka Komoditas dan
pemerintah maupun Bank Indonesia (BI). Pasar Lelang sebagai tiga pilar penopang
Departemen Perdagangan hendaknya dapat perdagangan komoditas.
menetapkan prioritas program dan sasaran Beberapa poin penting yang perlu
yang hendak dicapai secara nasional. dipersiapkan untuk mendukung efektifnya
Misalnya, SRG sebagai salah satu instrumen SRG di sektor pertanian, diantaranya: (a)
program pengendalian stok bahan pangan, sarana dan prasarana yang memadai harus
stabilisasi harga produk pertanian, dan akses dimiliki oleh petani atau kelompok tani agar
permodalan bagi petani. Langkah ini memerlu- kualitas produk yang akan disimpan bisa
kan koordinasi lintas departemen, termasuk sesuai dengan standar yang ditentukan; (b)
dengan BI. Diperlukan kesamaan persepsi jaringan pasar dan jaringan informasi harga
bahwa pembiayaan resi gudang bukan dilihat harus segera dibuat; (c) pelaksanaan secara
semata sebagai produk pembiayaan- konsisten kebijakan dalam pembiayaan
perbankan, namun memiliki arti strategis. pertanian, diantaranya subsidi bunga bank
Seperti di negara lain, pemerintah bahkan (skema SRG); (d) sarana pergudangan yang
berperan sebagai penjamin pelunasan WRF memadai; dan (e) resi gudang sebagai agunan
bila debitor cidera janji atau kejadian force kredit bagi petani/UKM perlu dibarengi upaya
majeur. penguatan kelembagaan usahatan/UKM.
Upaya-upaya tersebut juga harus
PENUTUP disinergikan dengan pengembangan produk-
tivitas dan kualitas hasil pertanian yang harus
lebih prima. Diperlukan perencanaan yang
Sebagai sebuah skim yang relatif komprehensif mulai dari pembibitan, peme-
baru, SRG akan dapat berjalan efektif apabila liharaan, panen, pasca panen, sehingga
masing-masing stakeholder yang terlibat dapat diperoleh mutu terbaik, harga terbaik, dan
bersinergi dan memegang komitmen sesuai penghasilan terbaik bagi petani. Agar kebe-
dengan yang tertuang dalam Undang-Undang radaan SRG dapat dimanfaatkan petani
tentang SRG dan peraturan turunannya. Jika secara lebih luas maka secara khusus Kemen-
SRG di-setting sebagai alternatif pembiayaan terian Pertanian perlu melakukan modifikasi
komoditas pertanian, maka lembaga yang atau penyerdahanaan prosedur SRG disesuai-
sangat crucial perannya adalah perbankan kan dengan kondisi sosial, ekonomi dan
atau lembaga keuangan lainnya. Sektor budaya masyarakat setempat. Dengan tetap
keuangan merupakan “engine” untuk meng- memegang spirit SRG, implementasinya di
hidupkan dan menggerakkan SRG. Peran masyarakat dapat dilakukan dengan lebih
lembaga keuangan diharapkan dapat mening- sederhana. Jika SRG difungsikan sebagai
kat signifikan setelah dibentuknya Lembaga instrumen kebijakan dalam rangka pember-
Jaminan Resi Gudang sebagaimana dicantum- dayaan petani, maka pola kerjasama dengan

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

141
perusahaan melalui PKBL/CSR bisa dikem- Sistem Resi Gudang, Pengembangan
bangkan lebih baik lagi di masa mendatang. Alternatif Pembiayaan melalui Sistem Resi
Gudang. Hotel Borobudur, tanggal 4
Nopember 2008
DAFTAR PUSTAKA BRI. 2011. Penjaminan Resi Gudang ke Bank
Sebagai Alternatif Pembiayaan. Makalah
disampaikan pada Workshop Penguatan
Anonim. 2007. Sistem Resi Gudang Departemen Kelembagaan Sistem Resi Gudang dalam
Perdagangan Beri Akses Pembiayaan bagi Mendukung Pembiayaan Sektor Pertanian,
Petani dan sektor Best Western Mangga Dua Hotel
UKM.http://www.depdag.go.id/index.php?o &Residence. Menko Perekonomian, 7
ption= siaran_pers&task=detil&id=2905 Desember 2011. Jakarta.
[30/3/09]
Hasan, F. 2008. Potensi Penerapan Sistem Resi
Anonim.2008. Kisah Sukses dari Negeri Seberang Gudang di Indonesia. Institute for
http://jurnalnasional.com/?med- Development of Economic and Financing
=Koran%20Harian&sec=Utama&rbrk=&id= (INDEF). Makalah disampaikan pada
44239&detail=Utama Seminar Nasional Sistem Resi Gudang,
Antara. 2011. DPR: Resi Gudang Perkuat Posisi Pengembangan Alternatif Pembiayaan
Tawar Petani. http://id.berita. yahoo.com/ melalui Sistem Resi Gudang. Hotel
dpr-resi-gudang-perkuat-posisi-tawar- Borobudur, tanggal 4 Nopember 2008
petani-000815023.html (16/12/11) Jakarta.
Ariyani, RR. 2008. Sistem Resi Gudang akan iPasar. 2011. Implementasi Pelaksanaan Pasar
Diberlakukan Nasional. http://www.tempo- Lelang dalam Mendukung Pelaksanaan
interaktif.com/hg/ekbis/2008/04/16/brk,200 Sistem Resi Gudang. Makalah
80416-121425,id.html [30/03/09] disampaikan pada Workshop Penguatan
Kelembagaan Sistem Resi Gudang dalam
Ashari. 2007. Resi Gudang: Alternatif Model
Mendukung Pembiayaan Sektor Pertanian,
Pemasaran Komoditas Pertanian. Warta
Best Western Mangga Dua Hotel
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
&Residence. Menko Perekonomian, 7
29 (4): 7-8. Badan Penelitian dan
Desember 2011. Jakarta.
Pengembangan Pertanian.
Kompas. Com. 2007. Perbankan Diminta Biayai
Ashari. 2010. Pendirian Bank Pertanian di
Resi Gudang. Kamis, 10 Mei. http://
Indonesia: Apakah Agenda mendesak?
www2.kom-pas-cetak/0705/10/jatim/6635
AKP 8 (1): 13-27. Pusat Sosial Ekonomi
(6/05/09)
dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Krisnamurthi, B. 2009. Resi Gudang di Tengah
Kelebihan Pasokan. Bappepti/Mjl/096/X/
Aviliani dan Usman Hidayat. 2005. Menuju Skim
2009/edisi Maret. Bappebti. Departemen
Pembiayaan Resi Gudang yang Atraktif .
Perdagangan.
http://www.indef.or.id/xplod/upload/arts/Re
si%20Gudang.HTM (5/5/2009) Kurniawan,D. 2009. Faktor-Faktor yang Mempe-
ngaruhi Penerapan Sistem Resi Gudang
Bappebti. 2009. Resi Gudang di Tengah Kelebihan
oleh Petani di Kecamatan Palasah,
Pasokan. Bappebti/mjl/096/IX/2009.
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Bappebti, Departemen Perdagangan.
Program Studi Manajemen Agribisnis,
Jakarta.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Bappebti. 2011a. Laporan Tahunan 2010. Bappebti, Bogor.
Kementerian Perdagangan RI. Jakarta.
Muhi, H. A. Fenomena Pembangunan Desa. Institut
Bappepti. 2011b. Sistem Resi Gudang sebagai Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor,
Instrumen Pembiayaan. Makalah disam- Jawa Barat, 2011. http://alimuhi.staff.ipdn.
paikan pada Workshop Penguatan ac.id/ wp-content/uploads/2011/08/
Kelembagaan Sistem Resi Gudang dalam FENOMENA-PEMBANGUNAN-DESA2.pdf
Mendukung Pembiayaan Sektor Pertanian, (19/12/11)
Best Western Mangga Dua Hotel
Pusat Pembiayaan. 2006. Pedoman Umum Sistem
&Residence. Menko Perekonomian, 7
Tunda Jual Komoditas Pertanian. Pusat
Desember 2011. Jakarta.
Pembiayaan Pertanian, Departemen Per-
BRI. 2008. Sistem Resi Gudang: Peluang, tanian. Jakarta.
Tantangan dan Hambatan. Makalah
Riana, D. 2010. Penggunaan Sistem Resi Gudang
disampaikan pada Seminar Nasional
Sebagai Jaminan Perbankan Di Indonesia.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 129 - 143

142
Thesis. Magister Hukum. Fakultas Hukum 906/4/panetrasi-sistem-resi-gudang-masih-
Universitas Indonesia. Jakarta rendah [ 30/3/09]
Sadarestuwati. 2008. Pentingnya Sistem Resi Teken, I.B dan A.K. Hamid, 1982. Tataniaga
Gudang bagi Petani. Makalah disampaikan Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
pada Seminar Nasional Sistem Resi Bogor.
Gudang, Pengembangan Alternatif Pem- Wikipedia. 2009. Resi Gudang. http://id.wikipedia.
biayaan melalui Sistem Resi Gudang. org/ wiki/Resi_gudang[30/3/09]
Hotel Borobudur, tanggal 4 Nopember
2008. Yudho, U. 2008. Sistem Resi Gudang sebagai
Lindung Nilai: Studi pada PT Petindo Daya
Suhendra. 2008. Panetrasi Sistem Resi Gudang mandiri. Thesis. Program Studi Magister
Masih Rendah. http://www.detik- Manajemen. Pasca Sarjana. Universitas
finance.com/read/2008/11/04/115658/1030 Gadjah Mada. Yogyakarta.

POTENSI DAN KENDALA SISTEM RESI GUDANG (SRG) UNTUK MENDUKUNG PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA
Ashari

143

You might also like