You are on page 1of 14

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ANTIOKSIDAN DARI KUMIS


KUCING DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK BERBASIS FTIR
[α-Glucosidase Inhibitor and Antioxidant Compounds from
Orthosiphon stamineus Benth Using FTIR Based Metabolomics]
Juliani1), Nancy D. Yuliana2,3)*, Slamet Budijanto 2), C. Hanny Wijaya 2,3), dan Alfi Khatib 4)
1)
Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
3)
Pusat Studi Biofarmaka LPPM, Institut Pertanian Bogor, Bogor
4)
Department of Pharmaceutical Chemistry, Faculty of Pharmacy, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Diterima 22 April 2016 / Disetujui 24 Juni 2016

ABSTRACT
Plant is well known as an excellent source for b ioactive compounds. Metab olomics was reported as a
potential tool to accelerate plant acitive compounds identification. In this research, FTIR-b ased metab olomics
method was used to identify active compounds with α-glucosidase inhib itory and antioxidant activity in aerial
parts of Orthosiphon stamineus (OS) extract and its fractions. Chemical profile of OS methanolic extracts and
hexane, chloroform, b utanol, and water fractions were analyzed using infrared spectroscopy. OS extracts and
fractions showed inhib itory activity against α-glucosidase enzymes with IC 50 value 154.07±30.60-
465.83±85.34 µg/mL and antioxidant activity with IC 50 value 7.41±0.02-19.35±0.09 µg/mL. Butanol fraction
was the fraction with the highest α-glucosidase inhib itory activity and moderate antioxidant activity with IC 50
value b etween 154.07±30.60 µg/mL and 10.84±0.54 µg/mL, respectively. The correlation b etween the
b iological activity and chemical composition data were analyzed using Orthogonal Projections to La tent
Structures (OPLS). Based on the VIP (variab le influence on projection), the coefficient value of the respective
OPLS models, and IR datab ase of compounds previously identified in OS, it was suggested that methoxy
flavonoid (sinensitin and 5,6,7,3’-tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-preny-lflavone), diterpenes (orthosiphols,
orthoarisins, neoorthosiphols, staminols, and stam inolactones) and triterpenes (ursolic acid, oleanolic acid,
b etulinic acid, hydroxyb etulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin) were identified as responsib le
compounds for the α-glucosidase inhibitory activity. Meanwhile phenolic (rosmarinic acid ), methoxy flavonoid
(eupatorin, sinensetin, 5-hydroxy-6,7,3’,4’-tetramethoxyflavone, salvigenin, 6-hydroxy-5,7,3’-trimethoxyflavone
and 5,6,7,3’-tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-prenylflavone), diterpenes (orthosiphols, orthoarisins, neoortho-
siphols, staminols, and staminolactones) and triterpenes (ursolic acid, oleanolic acid, b etulinic acid,
hydroxyb etulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin) were identified as responsib le compounds for the
antioxidant activity.
Keywords: α-glucosidase inhib itors, antioxidants, metab olomics, Orthosiphon stamineus

ABSTRAK 1

Tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa aktif yang potensial. Pendekatan metabolomik
dilaporkan sebagai salah satu metode alternatif yang dapat mempercepat proses identifikasi komponen aktif
dari tumbuhan. Pada penelitian ini, metode metabolomik berbasis FTIR digunakan untuk meng-identifikasi
senyawa aktif dengan aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dan antioksidan pada ekstrak
dan fraksi tanaman kumis kucing (OS). Profil kimia ekstrak metanolik dan fraksi heksana, kloroform, butanol,
dan air OS diukur dengan FTIR. Ekstrak dan fraksi OS menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap enzim
α-glukosidase dengan nilai IC 50 berkisar 154,07±30,60-465,83±85,34 µg/mL dan aktivitas antioksidan dengan
nilai IC 50 berkisar 7,41±0,02-19,35±0,09 µg/mL. Fraksi butanol adalah fraksi dengan aktivitas penghambatan
α-glukosidase tertinggi dan aktivitas antioksidan menengah dengan nilai IC 50 berturut-turut turut 154,07±30,60
µg/mL dan 10,84±0,54 µg/mL. Korelasi antara data aktivitas biologis dan komposisi kimia dianalisis dengan
orthogonal projections to latent structures (OPLS). Berdasarkan nilai VIP (variab le influence on projection),
nilai koefisien dari model OPLS, dan pangkalan data IR senyawa yang telah teridentifikasi pada OS. Metoksi
flavonoid (sinensitin dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin,
neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam
hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) diidentifikasi sebagai senyawa penghambat aktivitas
enzim α-glukosidase sedangkan fenolik (asam rosmarinat), flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-
6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-
8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam
ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α -amirin dan β-amirin)
diidentifikasi sebagai senyawa antioksidan.
Kata kunci: α-glukosidase inhibitor, antioksidan, metabolomik, Orthosiphon stamineus

*Penulis Korespondensi: E-mail: nancy_dewi@ipb.ac.id

17
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

PENDAHULUAN senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus


fungsi yang merupakan penanda dari senyawa aktif
Diabetes merupakan penyakit akibat kesalahan dengan menggunakan pendekatan metabolomik
metabolisme glukosa yang disebabkan oleh ke- berbasis FTIR.
kurangan sekresi insulin, resistensi terhadap insulin
maupun keduanya. Indonesia menempati posisi
BAHAN DAN METODE
ketujuh negara dengan penderita diabetes ter-
banyak di dunia (IDF, 2013). Kumis kucing
Bahan
merupakan tanaman obat tradisional Indonesia yang
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
digunakan untuk mengobati diabetes dengan cara
menghambat aktivitas enzim pencernaan salah adalah tanaman (daun, ranting, bunga) kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth) (Nagrak, Sukabumi).
satunya enzim α-glukosidase (Mohamed et al.,
2011; Mohamed et al., 2012). Selain anti hiper-
glikemik, tanaman kumis kucing kaya akan senyawa Persiapan sampel, ekstraksi dan fraksinasi
kumis kucing
antioksidan (Akowuah et al., 2005) sehingga kumis
Sebanyak 3 kg tanaman kumis kucing segar
kucing berpotensi pula untuk menurunkan risiko
komplikasi diabetes akibat stres oksidatif (Baynes disortir dan dikeringkan dengan pengering kabinet
pada suhu 45°C selama 8 jam. Tanaman kumis
dan Thorpe, 1999). Dari sejumlah penelitian ter-
kucing kering dihaluskan menggunakan blender.
identifikasi 116 senyawa aktif dari tanaman kumis
kucing yang berasal dari kelompok monoterpena, Sebanyak 531 g serbuk tanaman kumis kucing
dikemas dalam 3 plastik tertutup untuk 3 kali
diterpena, triterpena, saponin, flavonoid, minyak
ekstraksi. Sampel disimpan di dalam freezer pada
atsiri, dan asam organik (Adnyana et al., 2013).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk suhu -20°C sampai dilakukan proses ekstraksi.
Tanaman kumis kucing (177 g) diekstraksi
mempercepat proses identifikasi komponen aktif dari
dengan menambahkan metanol 80% (Merck, USA)
ekstrak tanaman adalah metode metabolomik
(Yuliana et al., 2011). Metabolomik merupakan sebanyak dua kali volume serbuk kumis kucing,
kemudian disonikasi dengan ultrasonic bath
analisis metabolit baik primer maupun sekunder
(Bransonic Ultrasonic Cleaner model 8510E MTH,
secara menyeluruh di dalam suatu tanaman baik
secara kuantitatif maupun kualitatif (Verpoorte et al., Branson Ultrasonic Corporation, USA) selama 30
menit pada suhu ruang, disaring dan diambil
2007). Pada proses identifikasi senyawa aktif
filtratnya. Proses ekstraksi ini diulang dua kali. Hasil
dengan metode metabolomik ini, sampel kering
tanaman diekstraksi menggunakan berbagai pelarut ekstraksi disatukan dan dikeringkan dengan
evaporator putar (Butchi Rotavapor R-210, BÜCHII
(difraksinasi), masing-masing fraksi kemudian dibagi
Labortechnik, Switzerland), dengan pompa vakum
dua; untuk uji bioaktifitas dan untuk uji profil kimia.
Kedua data ini dianalisis dengan teknik analisis (Buchi B-169 vacum system, BÜCHII Labortechnik,
Switzerland) pada suhu 40°C sampai 1/3 volume
multivariat data (MVDA), misalnya orthogonal
awal (500 mL), sebanyak 100 mL dipisahkan
projections to latent structures (OPLS). OPLS dipilih
pada penelitian ini karena teknik ini secara efektif (ekstrak ini selanjutnya disebut ekstrak metanolik ).
Sisa larutan ekstrak sebanyak 400 mL dikeringkan
mampu memisahkan variasi yang berkorelasi
untuk kemudian difraksinasi sebagai berikut; ekstrak
dengan aktivitas dengan variasi yang tidak ber-
korelasi dengan aktifitas sehingga memudahkan kering dilarutkan dalam 250 mL air, dimasukkan ke
dalam labu pemisah dan ditambahkan 250 mL
intepretasi data (Worley dan Powers, 2013).
pelarut organik (1:1 v/v). Pelarut organik yang
Data profil kimia sampel dapat diperoleh
dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi ditambahkan berturut-turut adalah heksana (Merck,
USA), kloroform (Merck, USA), dan n-butanol
maupun spektroskopi, misalkan fourier transform
(Merck, USA). Tahapan proses ekstraksi dan
infrared (FTIR). Persiapan sampel yang cepat dan
mudah, robust, dan non-destruktif menyebabkan fraksinasi ini diulang sebanyak 3 kali. Ekstrak dan
fraksi dipekatkan dengan evaporator putar dan
teknik FTIR berpotensi untuk memperoleh data profil
dikeringkan dengan pengering beku (Gamma 2-16
kimia pada penelitian ini (Pop et al., 2014).
Metabolomik berbasis FTIR cukup sensitif diguna- LSC, Martin Christ Gefriertrocknungsanlagen GmbH,
Germany).
kan untuk mengevaluasi perubahan metabolit buah
pada berbagai musim (Hussain et al., 2009; Yusof et
al., 2015) dan waktu panen (Yusof et al., 2015). Uji penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase
Uji ini mengacu pada Sancheti et al. (2009).
Selain itu, metabolomik berbasis FTIR juga diguna-
Sebanyak 50 µL bufer fosfat 0,1 M pH 6,9 (Sigma
kan untuk mengevaluasi komposisi kimia secara
kuantitatif untuk membedakan enam kultivar beri Aldrich P0662 dan P3786), 25 µL larutan p-
nitrofenill-α-D-glukopiranosida (Sigma Aldrich N137
(Pop et al., 2014). Penelitian ini bertujuan meng-
7) (dilarutkan dalam 0,1 M larutan bufer fosfat pH
identifikasi senyawa aktif inhibitor α-glukosidase dan

18
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

6,9), ekstrak kumis kucing sebanyak 10 µL Analisis data


dilarutkan dalam DMSO (Merck, USA) dan akarbosa Pada penelitian ini spektrum FTIR merepre-
(Glucobay®, PT. Bayer Indonesia) sebagai kontrol sentasikan profil kimia ekstrak dan fraksi kumis
positif dilarutkan dalam akuabides, 25 µL α- kucing yang kemudian digunakan sebagai matriks
glukosidase 0,04 U/mL (Sigma Aldrich G3651) data X, sedangkan aktivitas (penghambatan enzim
dalam larutan bufer 0,1 M pH 6,9 dicampurkan. α-glukosidase atau antioksidan merupakan matriks
Campuran ini diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 data Y). Spektrum dibuat turunannya menggunakan
menit. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 100 metode multi-plicative signal correction (MSC). Data
µL larutan natrium karbonat 0,2 M (Sigma Aldrich dianalisis dengan orthogonal projection to latent
223530). Reaksi hidrolisis enzimatis diukur pada structures (OPLS) menggunakan perangkat lunak
panjang gelombang 410 nm menggunakan micro- SIMCA-P versi 13.0 dengan penskalaan pareto.
plate reader (Epoch Microplate Spectrophotometer, Model di-deskripsikan dengan kriteria ketepatan
2 2
BioTek® Instruments Inc., USA). Pengujian dilaku- model (R Y) dan ketepatan prediksi (Q Y). Model
kan sebanyak 3 kali. Aktivitas inhibisi α-glukosidase kemudian divalidasi dengan CV ANOVA dan uji
dinyatakan sebagai % inhibisi dan dihitung sebagai permutasi.
berikut:

[(A AK ) (A AK )] HASIL DAN PEMBAHASAN


inhibisi x
(A AK
Aktivitas penghambatan α-glukosidase ekstrak
AB = absorbans blanko, AKB = absorbans dan fraksi kumis kucing
kontrol blanko, AS = absorbans sampel, AKS = Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-
absorbans kontrol sampel. glukosidase oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing
dapat dilihat pada Gambar 1. Ekstrak metanol, fraksi
Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH kloroform dan butanol menunjukkan aktivitas peng-
Uji ini mengacu pada Salazar-Aranda et al. hambatan terhadap enzim α-glukosidase akan tetapi
(2011). Sebanyak 500 µL larutan ekstrak ditam- aktivitas penghambatan terkuat diperoleh dari fraksi
bahkan ke dalam 500 µL larutan DPPH 125 µM butanol. Namun demikian aktivitas penghambatan
(Sigma Aldrich D9132) dalam EtOH (Merck, USA), oleh fraksi butanol masih lebih rendah dibandingkan
diaduk dan didiamkan pada suhu ruang selama 30 dengan kontrol positif akarbosa.
menit. Penurunan absorbansi diukur menggunakan
465,83±
microplate reader (Epoch Microplate Spectrophoto- 600 85,34
meter, BioTek® Instruments Inc., USA) pada gelom-
Nilai IC50 (µg/mL)

500
bang 517 nm. Kuersetin (Sigma Aldrich 337951)
digunakan sebagai kontrol positif. 400 250,69±
51,89
[(A AK ) (A AK )] 300 154,07±
aktivitas antioksidan x 30,60
(A AK 200
100 0,02±
AB = absorbansi blanko, AKB = absorbansi TA* TA* 0,00
kontrol blanko, AS = absorbansi sampel, AKS = 0
absorbansi kontrol sampel.

Uji profil kimia tanaman kumis kucing dengan


Keterangan: *Tidak aktif pada konsentrasi tertinggi
FTIR
diujikan yaitu 476 µg/mL
Uji profil kimia sampel diukur dengan FTIR
(Tensor 37, Bruker Optik GmbH, Germany) Gambar 1. Aktivitas penghambatan enzim α-
dilengkapi detektor DTGS (deuterated triglycine
glukosidase oleh ekstrak dan fraksi
sulphate) menggunakan teknik pelet KBr pada mode kumis kucing
absorbans. Spektrum diperoleh kemudian diproses
dengan peranti lunak OPUS versi 4.2. Perlakuan
Ekstrak etanol daun kumis kucing dilaporkan
pendahuluan berupa pemrosesan sinyal dilakukan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α -
pada area puncak spektra FTIR ekstrak dan fraksi glukosidase dengan IC50 sebesar 4,63 mg/mL
yang diperoleh dari hasil pengukuran yang diskala-
(Mohamed et al., 2012) lebih besar dibandingkan
kan terhadap puncak total dan dikurangi menjadi dengan nilai IC50 yang diperoleh dari hasil penelitian
daerah terintegrasi dengan lebar sama (bilangan yaitu sebesar sebesar 465,83 µg/mL. Perbedaan
-1
gelombang 2 cm ) menggunakan peranti lunak
asal geografis tempat tumbuh, jenis pelarut dan
XLSTAT versi 2012. bagian tanaman yang yang digunakan mem-

19
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

pengaruhi kandungan bioaktif sehingga dapat Tabel 1. Perbandingan aktivitas antioksidan oleh
menyebabkan perbedaan aktifitas biologis dari ekstrak dan fraksi kumis kucing yang
tanaman kumis kucing (Rafi et al., 2015; Akowuah et diperoleh pada penelitian ini dengan
al., 2005). Penggunaan metanol dan air (aquaeos literatur
methanol) sebagai pelarut untuk ekstraksi tanaman IC50 (µg/mL)
Ekstrak atau
kumis kucing diketahui mampu mengekstrak lebih Abdelwahab
Fraksi Hasil Penelitian
banyak senyawa aktif dan memiliki kandungan total et al., 2011
fenolik lebih tinggi dibandingkan pelarut lainnya Metanolik 7,41±0,02 16,66
Heksana TA* 126,2
(Abdelwahab et al., 2011). Tanaman kumis kucing
Kloroform TA* 31,25
kaya akan kandungan senyawa fenolik termasuk
Butanol 10,84±0,54 13,56
flavonoid (Sriplang et al., 2007). Beberapa literatur Air 19,35±0,09 23,0
menyatakan senyawa penghambat aktivitas α- Kuersetin** 5,46±0,00 -
glukosidase termasuk dalam kelompok ini (Kwon et Keterangan: *Tidak aktif pada konsentrasi yang tertinggi
al., 2008; Shobana et al., 2009). diujikan yaitu 25 µg/mL, ** kontrol positif
Fraksi kloroform kumis kucing diketahui
mengandung terpenoid dan flavonoid termasuk Dari empat marker yaitu sinensetin (SEN),
sinensitin (Mohamed et al., 2011). Sinensitin me- eupatorin (EUP and 3’-hidroksi-5,6,7,4’-tetrametok-
rupakan senyawa metoksi flavonoid larut kloroform siflavon (TMF) dan asam rosmarinik (RA) fraksi
dengan aktivitas anti α-glukosidase kuat (IC50 0,66 kloroform tinggi akan kandungan SEN dan EUP
mg/mL) (Mohamed et al., 2012). Aktivitas peng- (Akouwah et al., 2005). Oleh karena gugus O-metil
hambatan α-glukosidase oleh fraksi butanol kumis pada SEN, EUP dan TMF senyawa-senyawa ini
kucing belum pernah dilaporkan akan tetapi bersifat lipofilik sehingga memungkinkan terkandung
senyawa glikosida dan flavonoid dengan aktivitas dalam jumlah besar dalam ekstrak non polar. Fraksi
anti α-glukosidase kuat diisolasi dari fraksi butanol kloroform dan heksan tinggi akan kandungan total
herbal Gynostemma pentaphyllum (Yang et al., flavonoid (Abdelwahab et al., 2011). Diantara
2013). Kumis kucing dilaporkan mengandung solven-solven yang digunakan kloroform dan heksan
senyawa glikosida termasuk saponin (Siddiqui et al., merupakan solven paling tidak polar sehingga
2009). memungkinkan melarutkan sebagian besar senyawa
flavonoid lipofilik. Aktivitas antioksidan tinggi pada
Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi kumis fraksi dan ekstrak semipolar dan polar dapat di-
kucing sebabkan salah satunya oleh senyawa RA yang
Pada Tabel 1 dapat diamati aktivitas anti- diketahui merupakan senyawa polar. Tidak hanya itu
oksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing. Aktivitas senyawa gula diduga juga dapat berperan sebagai
antioksidan pada penelitian ini lebih tinggi pada antioksidan mengingat penstabilan aktivitas radikal
fraksi dan ekstrak yang semipolar dan polar (air, bebas oleh antioksidan disebabkan oleh kemam-
butanol, dan metanolik) dibandingkan fraksi non- puannya mendonorkan hidrogen (Akowuah et al.,
polar (kloroform dan heksana) akan tetapi aktivitas 2005).
yang diperoleh lebih rendah dibandingkan kuersetin
sebagai kontrol positif. Perbedaan polaritas pelarut Korelasi profil komposisi kimia dan bioaktivitas
ekstraksi digunakan yaitu MeOH 80% dengan ekstrak dan fraksi kumis kucing dengan OPLS
MeOH 60% dapat menjadi salah satu penyebab Pada prinsipnya OPLS mencoba mengorelasi-
perbedaan nilai IC50 yang diperoleh dari penelitian ini kan dua jenis data matriks, yaitu data berupa
dengan Abdelwahab et al. (2011). Kemampuan komposisi kimia sampel (X) dan data aktivitas
solven yang digunakan dalam melarutkan senyawa sampel (Y). Terdapat beberapa keluaran OPLS
fenolik menentukan aktivitas antioksidan. Senyawa yang dapat digunakan untuk menafsir data di
marker terpolar yaitu asam rosmarinat dilaporkan antaranya score plot, plot Y-related coefficient dan
tertinggi kandungannya pada solven MeOH 50% plot variable influence on projection (VIP). Untuk
secara signifikan dibandingkan MeOH 100%. Asam mengidentifikasi gugus fungsi senyawa aktif, plot
rosmarinat merupakan antioksidan terkuat diban- VIP digunakan sebagai parameter sinyal x penting
dingkan marker lainnya (Akowuah et al., 2005). terhadap data Y sedangkan plot Y-related coefficient
Khamsiah et al. (2006) melaporkan perbedaan digunakan guna mempelajari sinyal yang berkorelasi
tempat tumbuh tanaman kumis kucing yang juga positif dengan mariks data Y (bioaktivitas). VIP
dapat menjadi penyebab perbedaan kandungan hanya memberikan nilai korelasi positif untuk semua
senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan. Fenolik sinyal sedangkan plot Y-related coefficient dapat
merupakan salah satu kelompok penting senyawa memberikan nilai korelasi baik positif dan negatif
aktif kumis kucing yang berkontribusi terhadap (Eriksson et al., 2006). Sinyal yang dipilih adalah
aktivitas antioksidan (Akowuah et al., 2004). sinyal yang berkorelasi positif dan bernilai VIP>0,5.

20
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

Profil kimia senyawa penghambat aktivitas en- dengan variabel yang berjumlah besar (Lindgren et
zim α-glukosidase al., 1996). Model yang valid seharusnya memiliki
2 2
Score plot pada OPLS digunakan untuk nilai intersep R dan Q pada sumbu Y berturut-turut
mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik tidak lebih dari 0,3-0,4 (Eriksson et al., 2006). Nilai
2 2
data matriks Y (aktivitas penghambatan enzim α - intersep R dan Q yang diperoleh pada model ini
glukosidase). Pemisahan yang baik antara sampel berturut-turut adalah 0,26 dan -0,94.
dengan aktivitas rendah dan sampel dengan Pada Gambar 3 diketahui ada lima area puncak
aktivitas tinggi menunjukkan bahwa OPLS dapat bilangan gelombang yang berkorelasi positif ter-
digunakan lebih lanjut untuk mengidentifikasi gugus hadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase
-1
fungsi senyawa aktif. Pada Gambar 2 terlihat fraksi yaitu Area A (2844-2978 cm ), Area B (1675-1758
-1 -1
aktif dan fraksi tidak aktif terpisah dengan baik cm ), Area C (1161-1302 cm ), Area D (934-980
-1 -1
sehingga proses identifikasi gugus fungsi senyawa cm ), dan Area E (480–399 cm ). Area Puncak A,
aktif dengan OPLS dapat dilakukan lebih lanjut. B, C dan D dipilih untuk diidentifikasi lebih lanjut
2
Ketepatan model OPLS dapat dilihat dari nilai R Y karena pada puncak tersebut terdapat sinyal
2 2
dan Q Y. Nilai R Y merupakan jumlah variabel Y penanda senyawa aktif penting terhadap aktivitas
yang dapat dijelaskan oleh model dan peninjauan penghambatan terhadap α-glukosidase. Pita se-
2 -1
kecocokan model. Q Y adalah hasil validasi silang rapan Area A (2845-2977 cm ) mengindikasikan
dan pengukuran kuantitatif antara hasil prediksi vibrasi ulur asimetri dan simetri gugus fungsi dari
2
dengan data yang sebenarnya. Nilai R Y diperoleh grup metilena (CH2 dan CH3), turunan metoksi dan
2
pada model ini sebesar 0,76 sedangkan nilai Q Y C-H (aldehid) termasuk cis ikatan rangkap dan
sebesar 0,59. Pada model OPLS ini kedua nilai hidroksil (Saidan et al., 2015). Area B (1676-1755
-1
tersebut >0,5 sehingga tergolong model yang baik cm ) mengindikasikan gugus karbonil sedangkan
-1
(Eriksson et al., 2006). Area C (1162-1301 cm ) mengindikasikan gugus
-1
OPLS cenderung memaksakan kecocokan ulur C-O dan OH. Area D (935-979 cm ) meng-
model dengan data (over-fit) sehingga dibutuhkan indikasikan keberadaan vinil atau pita tekuk C-H dari
tahapan validasi untuk memastikan keandalan senyawa aromatik (Silva et al., 2014; Pop et al.,
(reliability) dari model (Worley dan Powers, 2013). 2014).
Nilai p yang menjadi patokan pada metode validasi
CV ANOVA yang diperoleh pada penelitian ini Penanda senyawa penghambat aktivitas enzim
sebesar 0,03, lebih kecil dari nilai maksimum yang α-glukosidase
diterima, yaitu P<0,05 sehingga model dianggap Pita serapan serapan sempit dan tajam pada
-1 -1
memiliki reabilitas yang baik (Eriksson et al., 2008). bilangan gelombang 2924 cm dan 2854 cm yang
Selain itu, test permutasi juga dilakukan untuk mencirikan senyawa metoksi flavonoid (Rafi et al.,
mengetahui seberapa besar terjadinya korelasi yang 2015).
tidak disengaja akibat jumlah sampel yang kecil

60

40 K1a
Tidak Aktif K3a Aktif
K1b K3b
H2b A3a
20 H2a H3a K2a K2b
M1b M3b B3b
H3b H1a M2b
a
A3b
1,18429 * to[1]

H1b M2a B3a


0 A2a M3a
B2a
A2b
-20 M1a B1a
B2b
B1b
-40
A1b

-60 A1a

-80
-15 -10 -5 0 5 10 15
1,00065 * t[1]
R2X [XSide Comp. 1] = 0,793 Ellips: Hotelling’s T2 (95%)
22,5131-40,4579 58,4027-76,3474
40,4579-58,4027 76,3474-94,2922
Gambar 2. OPLS score plot aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing.
Tiap sampel diwakili oleh lingkaran dengan variasi warna abu-abu ke hitam mewakili sampel
dengan aktivitas rendah ke aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS
untuk setiap sampel

21
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

0,04 A
B
Y Related Profile (Var_1867)

A C E
0,02
D
0
-0,02
-0,04
-0,06

-0,08
-0,1

1157,21
3625,91

3255,61
3132,17

2761,87

1404,08

1033,77
3502,48
3379,04

1527,51

1280,64

663,465

416,594
2391,56
2268,12

1897,82

910,335

540,029
2885,3
3996,22
3872,78
3749,35

3008,74

2638,43
2514,99

2144,69
2021,25

1774,38
1650,95

768,9
Var ID (Sampel)
-1
Gambar 3. Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing. Area A (2845-2977 cm ), Area B
-1 -1 -1 -1
(1676-1755 cm ), Area C (1162-1301 cm ), Area D (935-979 cm ), dan Area E (480–399 cm )
adalah puncak-puncak yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas penghambatan α -
glukosidase

Hasil analisis OPLS mengindikasikan senyawa empat flavonoid tersebut tetrametilskutellarein dan
sinensitin dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C- 3,7,4'-tri-O-metilkaempferol menghambat a-glukosi-
prenilflavon (Hossain dan Rahman, 2015) memiliki dase khamir dengan IC50 berturut-turut sebesar 6,34
aktivitas penghambatan terhadap enzim α-gluko- mM dan 0,75 mM. Diketahui bahwa subtitusi gugus
sidase. Flavonoid kumis kucing umumnya terdapat metoksil pada flavonoid menurunkan aktivitas peng-
dalam bentuk termetoksilasi dan larut kloroform, hambatan α-glukosidase (Gao et al., 2004; Asghari
bilangan gelombang penanda gugus fungsi aktif et al., 2015). Sinensetin dengan struktur kimia
-1 -1
flavonoid seperti OCH3 (2928 cm dan 2857 cm ), terdapat lima gugus metoksi merupakan senyawa
-1
C-O (1234-1284 cm ), C-O dan C-OH (1173-1176 flavonoid dengan subtitusi gugus metoksi terbanyak
-1
cm ) dan dan pita tekuk C-H dari senyawa aromatik dari tanaman kumis kucing. Selain itu keberadaan
-1
(913-997 cm ) pada penelitian ini dapat diamati gugus OH dan C=O diduga memiliki kecenderungan
pada spektrum fraksi aktif kloroform. Perbedaan meningkatkan aktivitas penghambatan α-gluko-
antara bilangan gelombang yang diperoleh pada sidase oleh flavonoid. Kemampuan gugus fungsi
literatur dengan pada spektra kemungkinan disebab- C=O diduga lebih baik dibandingkan gugus fungsi
kan oleh senyawa yang diukur pada literatur OH dalam membentuk ikatan hidrogen pada sisi
merupakan senyawa murni. Pengukuran contoh aktif enzim yang merupakan salah satu mekanisme
dalam bentuk campuran memungkinkan terjadi penghambatan enzim α-glukosidase oleh senyawa
tumpang tindih puncak gugus fungsi penanda bioaktif (Asghari et al., 2015; Uddin et al., 2012).
senyawa aktif dalam spektra ekstrak maupun fraksi Senyawa diterpen ditandai dengan adanya pita
(Stehfest et al., 2004). Rangkuman hasil analisis serapan gugus hidroksil pada bilangan gelombang
-1
karakteristik IR seluruh senyawa yang diidentifikasi 3500-3480 cm , ester karbonil pada bilangan
-1
memiliki aktivitas penghambatan terhadap α-gluko- gelombang 1270-1150 cm , dan fenil pada bilangan
-1 -1
sidase berupa nilai VIP berkisar 0,00-1,63 dan gelombang 1600 cm dan 1420 cm (Sim et al.,
memiliki nilai Y-related coefficient positif dapat dilihat 2004). Senyawa diterpen dapat diisolasi dari fraksi
pada Tabel 2. Nilai VIP≥ ,5 dianggap relevan kloroform (Awale et al., 2002; Awale et al., 2003).
sedangkan nilai VIP>1 sangat relevan (Galindo- Pada spektrum aktif fraksi kloroform dapat diamati
Prieto et al., 2014). Sinensitin dengan gugus fungsi gugus fungsi aktif penanda diterpen yaitu hidroksil
-1
dari grup metoksi, asam karboksilat, cincin aromatik pada bilangan gelombang 3396-3420 cm dan ester
-1
dan heteroaromatik, metil, hidroksi fenolik, C-O, dan karbonil pada bilangan gelombang 1113-1284 cm .
ujung metilena merupakan salah satu senyawa yang Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi penanda
diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase
α-glukosidase (Hossain dan Rahman, 2015; mengindikasikan senyawa dari kelompok diterpen
Mohamed et al., 2012). Hasil berbeda dikemukakan tipe isopimaran yaitu ortosifol F-J (Tezuka et al.,
oleh Damsud et al. (2014) yang mengisolasi 4 2000), ortoarisin A, ortoarisin B, ortoarisin C,
flavonoid yaitu sinensetin, salvigenin, tetrametil- ortoarisin D, ortoarisin E, ortoarisin F, ortoarisin G
skutellarein dan 3,7,4'-tri-O-metilkaempferol. Dari (Di et al., 2013) sebagai senyawa penghambat

22
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

aktivitas enzim α-glukosidase. Walaupun belum ada granatum L. (Salah et al., 2014). Asam hidroksi-
laporan aktivitas senyawa isopimaran diterpen dari betulinat belum pernah dilaporkan memiliki aktivitas
kumis kucing tetapi isopimaran diterpen baru 5R, penghambatan terhadap enzim α-glukosidase akan
6S, 10S, 11R, 13R and 14S dan isopimaran diterpen tetapi pentasiklik triterpen asetat 3β-asetoksi- 6β-
teridentifikasi 11-deoksidiaportein A dari kapang laut asam hidroksibetulinat dari tanaman Fagara tess-
Epicoccum sp. HS-1 dilaporkan memiliki aktivitas mannii Engl. menunjukkan aktivitas penghambatan
penghambatan terhadap enzim α-glucosidase yang signifikan terhadap enzim α-glukosidase (IC50
dengan nilai IC50 berturut-turut 4,6 μM dan 11,9 μM 7,6 μM) (Mbaze et al., 2007). Secara in vivo α-amirin
(Xia et al., 2015). dan β-amirin menunjukkan aktivitas antihiper-
enyawa penghambat aktivitas enzim α-gluko- glikemik pada konsentrasi 10, 30 dan 100 mg/kg
sidase juga diidentifikasi dari kelompok diterpen tipe terhadap mencit (Santos et al., 2012). Aktivitas
isopimaran teroksigenasi yaitu ortosifol O, ortosifol antihiperglikemik ini dapat diakibatkan salah satunya
P, ortosifol Q, dan noortosifonolida A (Awale et al., oleh aktivitas penghambatan terhadap enzim α-
2002), kelompok diterpen tipe isopimaran ter- glukosidase. β-amirin dari Memecylon umbellatum
oksigenasi tinggi ortosifol A, ortosifol B, ortosifol U, Burm. F dilaporkan memiliki aktivitas pengham-
ortosifol V, ortosifol W, ortosifol X, ortosifol Y dan batan terhadap enzim α-glukosidase secara signifi-
ortosifol Z (Masuda et al., 1992; Awale et al., 2003), kan pada konsentrasi 10,0 mM (Sridevi et al., 2015).
kelompok diterpen tipe isopimaran termigrasi yaitu
neoortosifol A dan neoortosifol B (Ohashi et al., Profil kimia senyawa antioksidan
2000), dan senyawa ortoarisin H dari kelompok Score plot pada OPLS digunakan untuk
diterpen tipe sekoisopimaran (Di et al., 2013). mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik
Diterpen tipe isopimaran teroksigenasi tinggi data matriks Y (aktivitas antioksidan). Pada Gambar
ortosifol A yang dikarakterisasi berdasarkan data 4 terlihat fraksi aktif dan fraksi tidak aktif terpisah
spektroskopi secara selektif menghambat enzim dengan baik sehingga memungkinkan penggunaan
maltase dengan nilai IC50 sebesar 6,54 mM. Studi OPLS dalam mengidentifikasi gugus fungsi senyawa
2 2
lebih lanjut ortosifol A menunjukkan bahwa aktivitas aktif lebih lanjut. Nilai R Y dan Q Y diperoleh
penghambatan fungsi maltase terjadi secara tidak berturut-turut sebesar 0,82 dan 0,59. Hasil validasi
kompetitif (Damsud et al., 2014). Diterpen tipe seko- silang CV ANOVA diperoleh 0,03 sehingga secara
isopimaran dari Salvia cinnabarina diketahui statistik metode ini tergolong valid (Eriksson et al.,
memiliki aktivitas antipasmodik (Capasso et al., 2008). Dari hasil permutasi diperoleh nilai intersep
2 2
2004) dan mutagenik (Di Sotto et al., 2009) akan R dan Q berturut-turut adalah 0,29 dan -0,95
tetapi aktivitas penghambatan terhadap enzim α- sehingga dapat disimpulkan bahwa model OPLS ini
glukosidase belum pernah dilaporkan. Senyawa cukup valid. Pada Gambar 5 terdapat lima area
penghambat aktivitas enzim α-glukosidase diidenti- puncak dengan bilangan gelombang yang ber-
fikasi dari kelompok diterpen tipe staminan adalah korelasi positif terhadap aktivitas antioksidan yaitu
-1 -1
staminol A, staminol B, staminolakton A, stamino- Area A (3020-3649 cm ), Area B (1600-1635 cm ),
-1 -1
lakton B, norstaminol A (Tezuka et al., 2000) dan Area C (1519–1598 cm ), Area D (1380-1409 cm ),
-1
ortoarisin I (Di et al., 2013). dan Area E (408–430 cm ). Selain Area E (408–430
-1
Asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, cm ), puncak-puncak yang korelasi positif dengan
asam hidroksibetulinat, α-amirin, β-amirin, asam aktivitas antioksidan digunakan untuk identifikasi
maslinat (Hossain dan Ismail, 2013) merupakan senyawa aktif lebih lanjut karena terdapat sinyal
senyawa triterpen yang diidentifikasi dari gugus penanda senyawa aktif penting (VIP>0,5). Gugus
fungsi penanda senyawa penghambat aktivitas fungsi OH direpresentasikan oleh bilangan gelom-
-1
enzim α-glukosidase yang diduga berkontribusi ter- bang pada Area A (3020–3649 cm ) sedangkan
-1 -1
hadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase. Area B (1600-1635 cm ), Area C (1519–1598 cm )
Asam maslinat dan asam oleanolat dari ekstrak etil mengindikasikan keberadaan cincin aromatik. Area
asetat daun Lagerstroemia speciosa dilaporkan D (1380-1409 mengindikasikan pita tekuk CH3 (Pop
memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α- et al., 2014; Saidan et al., 2015).
glukosidase dengan IC50 berturut-turut 5,52 g/mL Penanda senyawa antioksidan
dan 6,29 g/mL (Hou et al., 2009). Lebih lanjut Pita ulur dari grup fenil (C=C) pada bilangan
senyawa triterpen penghambat aktivitas enzim α- -1
gelombang 1609-1608 cm dan bilangan gelom-
glukosidase asam ursolat (IC50 47,6 μM) dan asam -1
bang 1516-1516 cm merupakan karakteristik IR
betulinat (IC50 14,0 μM) diisolasi dari apel emas tipikal senyawa aromatik yang dapat mengindikasi-
merah (Malus domestica) (He et al., 2014). Asam kan keberadaan senyawa fenolik (Silva et al., 2014).
ursolat dan asam oleanolat sebagai senyawa yang Pada spektra karakteristik IR senyawa fenolik
menghambat aktivitas enzim α-glukosidase secara berupa pita ulur dari grup fenil (C=C) berada pada
tidak kompetitif dengan nilai IC50 berturut-turut 39,0 bilangan gelombang 1602-1608 dan 1522-2527 cm
-
dan 35,0 mM juga dilaporkan dari bunga Punica 1
.

23
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

60
Tidak Aktif Aktif
40
K1b K1a
K2b
20 K3a
H3b
K2a H2b K3b A3a M3b M2b
1.05953* to[1]

H1a H3a M1b M3a B3b B3a


M2a
0 A3b
H1b A2a B2a
M1a A2b
-20 B1b
B1a B2b

-40
A1b

-60
A1a

-80
-15 -10 -5 0 5 10 15
1,00052 * t[1]
R2X [XSide Comp. 1] = 0,804 Ellips: Hotelling’s T2 (95%)
17,9153-57,6217
57,6217-97,3282

Gambar 4. OPLS score plot antioksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing. Tiap sampel diwakili oleh
lingkaran dengan variasi warna abu-abu ke hitam mewakili sampel dengan aktivitas rendah ke
aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS untuk setiap sampel

A
0,01 BD C
Y Related Profile (Var_1867)

E
0 A
A
-0,01
-0,02
-0,03
-0,04
-0,05
-0,06
-0,07

416,594
3625,91

3255,61

1527,51

1157,21
2761,87

2268,12

1897,82

1404,08
1280,64

910,335
3132,17

1650,95

1033,77
3996,22

2638,43

2391,56

1774,38
2885,3
3872,78

3502,48
3379,04

3008,74

2144,69
2021,25

663,465
540,029
768,9
3749,35

2514,99

Var ID (Sampel)
-1
Gambar 5. Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing. Area A (3020–3649 cm ), Area B
-1 -1 -1
(1600-1635 cm ), Area C (1519–1598 cm ), Area D (1380-1409 cm ), dan Area E (408–430
-1
cm ) adalah puncak-puncak yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas antioksidan
-1
Asam rosmarinat yang merupakan senyawa OH (>3000 cm ) dan cicin aromatik (>1500-1600
-1
fenolik polar turunan asam kafeat dengan gugus cm ) bernilai VIP berturut-turut 0,15-0,67 dan 0,09-
fungsi cincin aromatik, C-H aromatik, grup fenol dan 0,33 memiliki peranan penting terhadap aktivitas
karboksilat diketahui memiliki kontribusi kuat antioksidan. Kedua gugus fungsi ini sangat umum
terhadap aktivitas antioksidan (Stehfest et al., 2004; ditemukan terutama jika contoh yang diukur dalam
Hunaefi et al., 2012). Rangkuman hasil analisis bentuk campuran sehingga tumpang tindih gugus
karakteristik IR seluruh senyawa yang diidentifikasi fungsi OH dan cincin aromatik senyawa aktif dengan
memiliki aktivitas antioksidan berupa nilai VIP senyawa tidak aktif sangat mungkin terjadi. Kumis
berkisar 0,01-0,67 dan memiliki nilai Y-related kucing diketahui tinggi akan kandungan senyawa
coefficient positif dapat dilihat pada Tabel 3. VIP fenolik salah satunya flavonoid. Berdasarkan hasil
merupakan parameter yang digunakan untuk identifikasi gugus fungsi penanda senyawa antioksi-
mengukur secara kumulatif pengaruh variabel X dan mengindikasikan senyawa-senyawa metoksi
pada model yang mana nilai VIP≥ ,5 dianggap flavonoid dan flavonoid terprenilasi berikut memiliki
relevan (Galindo-Prieto et al., 2014). Gugus fungsi aktivitas antioksidan antara lain eupatorin, sinensitin,

24
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrame-toksflavon, salvegenin, Bilangan Y-related


Seny awa Gelombang Coe- VIP Ref .
6-hidroksi-5,7,3’-trimetok-siflavon, dan 5,6,7,3’-tetra- (cm-1) fficients
metoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon (Hossain dan 1200 + 0,77
Rahman 2015). Eupatorin dan 3’-hidroksi-5,6,7,4’- 1270 + 0,91
Staminol B 1725 + 0,94
tetrametoksiflavon (TMF) diketahui memiliki aktivitas 1200 + 0,77
antioksidan yang relatif sama dengan butylated 1270 + 0,91
Staminolakton 1730 + 0,83
hydroxylanisole (BHA) sedangkan aktivitas anti- A 1200 + 0,77
oksidan sinensitin lebih rendah dari BHA pada 1240 + 0,67
Staminolakton 1730 + 0,83
konsentrasi yang sama (0,05 mg/mL) (Akowuah et B 1270 + 0,91
al., 2005). 1200 + 0,77
1240 + 0,67
Norstaminol A 1725 + 0,94
Tabel 2. Karakteristik IR senyawa aktif terhadap 1280 + 0,98
aktivitas penghambatan enzim α-gluko- 1200 + 0,77
1240 + 0,67
sidase berdasarkan nilai Y-related coe- Ortoarisin A 1716 + 1,12 Di
fficient dan VIP 1275 + 0,96 et al.,
Bilangan Y-related Ortoarisin B 1716 + 1,12 2013
Seny awa Gelombang Coe- VIP Ref . 1279 + 0,98
-1
(cm ) fficients Ortoarisin C 1720 + 1,01
Sinensitin 2850 + 0,72 Hossain 1276 + 0,93
1215 + 0,67 dan Ortoarisin D 1712 + 1,19
1189 + 0,72 Rahman, 1238 + 0,67
5,6,7,3’- 2964 + 0,69 2015 Ortoarisin E 2972 + 0,32
tetrametoksi- 2936 + 1,13 2944 + 0,77
4’-hidroksi-8- 1271 + 0,93 2883 + 0,04
C-prenilf lav on 1200 + 0,77 1729 + 0,86
Neoortosif ol A 1720 + 1,01 Ohashi 1276 + 0,93
1267 + 0,88 et al., Ortoarisin F 2970 + 0,42
Neoortosif ol B 1720 + 1,01 2000 2938 + 1,02
1250 + 0,75 2881 + 0,06
Ortosif ol O 1725 + 0,94 Awale 1725 + 0,94
1280 + 0,98 et al., 1283 + 0,78
Ortosif ol P 1720 + 1,01 2002 1235 + 0,65
1275 + 0,96 1174 + 0,81
Ortosif ol Q 1725 + 0,94 Ortoarisin G 2970 + 0,42
1265 + 0,86 2938 + 1,02
Noortosif onoli 1720 + 1,01 2881 + 0,06
da A 1725 + 0,94
1285 + 0,94 1283 + 0,78
Ortosif ol A 2967 + 0,60 Masuda et 1235 + 0,65
1723 + 0,98 al., 1992 1174 + 0,81
1287 + 0,89 Ortoarisin H 1731 + 0,79
1240 + 0.69 1277 + 0,97
Ortosif ol B 2970 + 0,40 1244 + 0,71
1717 + 1,12 Ortoarisin I 1718 + 1,06
1289 + 0,82 1271 + 0,93
1240 + 0.69 Asam ursolat 1293 + 0,62 Hossain
Ortosif ol U 1720 + 1,01 Awale 1216 + 0,65 dan Ismail,
1210 + 0,72 et al., 963 + 0,07 2013
1180 + 0,80 2003 Asam 2876 + 0,18
Ortosif ol V 1720 + 1,01 oleanolat 1265 + 0,86
1210 + 0,72 1227 + 0,62
1180 + 0,80 964 + 0,06
Ortosif ol W 1725 + 0,94 Asam 2953 + 0,78
1210 + 0,72 betulinat 2887 + 0,04
1180 + 0,80 1682 + 0,57
Ortosif ol X 1720 + 1,01 1221 + 0,63
1210 + 0,72 1194 + 0,73
1175 + 0,81 980 + 0,00
Ortosif ol Y 1735 + 0,66 Asam 2926 + 1,63
1210 + 0,72 hidroksi- 1742 + 0,46
Ortosif ol Z 1725 + 0,94 betulinat 1254 + 0,77
1265 + 0,86 975 + 0,07
Ortosif ol F 1725 + 0,94 Tezuka et α-amirin 2969 + 0,51
1280 + 0,98 al., 2000 2931 + 1,36
Ortosif ol G 1720 + 1,01 2849 + 0,61
1280 + 0,98 1254 + 0,77
Ortosif ol H 1725 + 0,94 969 + 0,07
1280 + 0,98 β-amirin 2964 + 0,69
1240 + 0,69 2920 + 1,67
Ortosif ol I 1725 + 0,94 1753 + 0,08
1270 + 0,91 1260 + 0,81
Ortosiphol J 1725 + 0,94 Asam 2926 + 1,63
1270 + 0,91 maslinat 1742 + 0,46
1230 + 0,63 1254 + 0,77
Staminol A 1725 + 0,94 975 + 0,07

25
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

Aktivitas antioksidan oleh flavonoid dan Bilangan Y-related


Seny awa Gelombang Coe- VIP Ref .
senyawa fenol lainnya sebagian besar disebabkan (cm-1) fficients
oleh gugus hidroksil aromatik sehingga radikal Ortosif ol Y 3450 + 0,52
fenolik menjadi lebih stabil langsung setelah radikal Ortosif ol Z 3450 + 0,52
Ortosif ol F 3550 + 0,19 Tezuka
terbentuk ketika satu hidrogen radikal didonorkan ke 3450 + 0,52 et al.,
DPPH (de Souza et al., 2013). Semakin banyak Ortosif ol G 3550 + 0,19 2000
gugus hidroksi pada struktur kimia semakin tinggi 3400 + 0,50
Ortosif ol H 3550 + 0,19
aktivitas antioksidan oleh senyawa tersebut (Liu et 3400 + 0,50
al., 2010). Sebaliknya, flavonoid yang disubtitusi Ortosif ol I 3550 + 0,19
3400 + 0,50
dengan sejumlah metoksi menunjukkan penurunan Ortosif ol J 3550 + 0,19
aktivitas antioksidan (Jeong et al., 2007). Senyawa Staminol A 3550 + 0,19
3430 + 0,61
diterpen ditandai dengan adanya pita serapan gugus 3300 + 0,53
-1
hidroksil pada bilangan gelombang 3500-3480 cm , 1600 + 0,27
Staminol B 3550 + 0,19
ester karbonil pada bilangan gelombang 1270-1150 3430 + 0,61
-1 -1
cm , dan fenil pada bilangan gelombang 1600 cm 3300 + 0,53
-1
dan 1420 cm (Sim et al., 2004). 1600 + 0,27
Staminolakton A 3570 + 0,44
1600 + 0,27
Tabel 3. Karakteristik IR senyawa aktif terhadap Staminolakton B 3570 + 0,44
1600 + 0,27
aktivitas antioksidan berdasarkan nilai Y- Norstaminol A 3550 + 0,19
related coefficient dan VIP 1600 + 0,27
Bilangan Y-related Ortoarisin A 3580 + 0,15 Di et al.,
Seny awa Gelombang Coe- VIP Ref . 1602 + 0,24 2013
-1
(cm ) fficients Ortoarisin B 3439 + 0,45
Asam rosmarinat 3382 + 0,66 Abedini 1602 + 0,24
1606 + 0,21 et al., Ortoarisin C 3430 + 0,61
1522 + 0,11 2013 1601 + 0,27
Eupatorin 3470 + 0,44 Hossain Ortoarisin D 3460 + 0,56
3250 + 0,55 dan 1601 + 0,27
1605 + 0,22 Rahman, Ortoarisin E 3519 + 0,32
1599 + 0,31 2015 1601 + 0,27
Sinensitin 1600 + 0,27 Ortoarisin F 3425 + 0,62
1590 + 0,23 1601 + 0,27
5-hidroksi-6,7,3’,4’- 3415 + 0,52 Ortoarisin G 3425 + 0,62
tetrametoksf lavon 1600 + 0,27 1601 + 0,27
1590 + 0,23 Ortoarisin H 3363 + 0,58
Salv egenin 3450 + 0,52 1601 + 0,27
1600 + 0,27 Ortoarisin I 3438 + 0,45
1590 + 0,23 1601 + 0,27
6-hidroksi-5,7,3’- 3470 + 0,44 Asam ursolat 3435 + 0,43 Hossain
trimetoksif lavon 1595 + 0,33 3243 + 0,67 dan
1590 + 0,23 1621 + 0,12 Ismail,
5,6,7,3’- 3435 + 0,43 1600 + 0,27 2013
tetrametoksi-4’- 1610 + 0,19 1528 + 0,12
hidroksi-8-C- 1595 + 0,33 1380 + 0,01
prenilf lav on Asam oleanolat 3331 + 0,54
Neoortosif ol A 3420 + 0,61 Ohashi 3161 + 0,65
3080 + 0,51 et al., 3095 + 0,54
Neoortosif ol B 3410 + 0,55 2000 1616 + 0,16
3080 + 0,51 Asam betulinat 3473 + 0,38
Ortosif ol O 3550 + 0,19 Awale et 3063 + 0,46
3400 + 0,50 al., 2002 Asam 3435 + 0,43
Ortosif ol P 3550 + 0,19 hidroksibetulinat 1380 + 0,01
3450 + 0,52 α-amirin 3446 + 0,48
Ortosif ol Q 3550 + 0,19 3035 + 0,34
3450 + 0,52 β-amirin 3452 + 0,52
Noortosif onolida A 3550 + 0,19 3035 + 0,34
3450 + 0,52 Asam maslinat 3435 + 0,43
Ortosif ol A 3425 + 0,62 Masuda 1380 + 0,01
Ortosif ol B 3420 + 0,61 et al.,
1992
Ortosif ol U 3450 + 0,52 Awale et Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi
1605 + 0,22 al., 2003 penanda senyawa antioksidan mengindikasikan
1590 + 0,23
Ortosif ol V 3450 + 0,52 senyawa dari kelompok diterpen tipe isopimaran
1605 + 0,22 yaitu ortosifol F, ortosifol G, ortosifol H, ortosifol I,
1590 + 0,23
Ortosif ol W 3400 + 0,50
ortosifol J (Tezuka et al., 2000), ortoarisin A, orto-
1605 + 0,22 arisin B, ortoarisin C, ortoarisin D, ortoarisin E,
1590 + 0,23
Ortosif ol X 3450 + 0,52
ortoarisin F dan ortoarisin G (Di et al., 2013). Diter-
1605 + 0,22 pen tipe isopimaran teroksigenasi antara lain orto-
1585 + 0,09 sifol O, ortosifol P, ortosifol Q, dan noortosifonolida
A (Awale et al., 2002), diterpen tipe isopimaran

26
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

teroksigenasi tinggi antara lain ortosifol A, ortosifol RC50>909.09 µM. Asam ursolat merupakan peng-
B, ortosifol U, ortosifol V, ortosifol W, ortosifol X, hambat NO• tertinggi (IC50>166,67 µM) yang disusul
ortosifol Y, dan ortosifol Z (Masuda et al., 1992; asam oleanolat dan kemudian α-amirin. Asam
Awale et al., 2003), diterpen tipe isopimaran ursolat juga merupakan penghambat radikal •O2
termigrasi neoortosifol A dan neoortosifol B (Ohashi tertinggi. Tidak hanya itu, α-amirin, asam oleanolat
et al., 2000) dan diterpen tipe sekoisopimaran dan asam ursolat menujukkan kemampuan meng-
ortoarisin H (Di et al., 2013). 18 senyawa diterpen hambat peroksidasi lipid dengan nilai IC50 <15 µM
(ortosifol U-Z, ortosifol A, B, D, F, G, I, J, O, R, T, (Santiago et al., 2014).
ortosifonon A dan sekoortosifol B) diisolasi dari
ekstrak metanol kumis kucing menujukkan aktivitas
penghambatan yang signifikan terhadap produksi
KESIMPULAN
nitrit oksida (NO) pada sel serupa mikrofag J774,1
teraktivasi lipopolisakarida (LPS). Namun demikian Metode metabolomik berbasis FTIR memung-
ortosifol A, B, D, dan X menunjukkan aktivitas peng- kinkan identifikasi secara cepat gugus fungsional
hambatan kuat melebihi kontrol positif NG- penanda senyawa yang berkorelasi positif dengan
monometil-L-arginin (L-NMMA). Ortosifol U me- aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan
nunjukkan aktivitas terkuat dengan nilai IC50 sebesar antioksidan dari ekstrak kasar dan fraksi kumis
6,4 µM (Awale et al., 2003). kucing. Hasil analisis menunjukkan bahwa gugus
Selain itu senyawa antioksidan juga diduga dari fungsi karbonil, metoksi, hidroksil dan C-O yang
kelompok diterpen tipe staminan. Beberapa se- mengindikasikan keberadaan senyawa dari kelom-
nyawa diterpen tipe staminan diidentifikasi yaitu pok metoksi flavonoid (sinensitin dan 5,6,7,3’-
staminol A, staminol B, staminolakton A, stamina- tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena
lakton B, norstaminol A (Tezuka et al., 2000) dan (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan
ortoarisin I (Di et al., 2013). Aktivitas antioksidan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam
diterpen tipe staminan terhadap produksi nitrit oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat,
oksida (NO) pada sel serupa mikrofag J774,1 asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) diidentifikasi
teraktivasi lipopolisakarida (LPS) dilaporkan dari sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim α-
senyawa staminol C dan D yang diisolasi dari glukosidase sedangkan fenolik (asam rosmarinat),
ekstrak metanol kumis kucing dengan nilai IC50 flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’-
berturut-turut sebesar 61,1 µM dan 92,0 µM tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-
(Nguyen et al., 2004). trimetoksiflavon dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidrok-
Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi si-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin,
penanda senyawa antioksidan mengindikasikan neoortosifol, staminol, dan staminalakton), triter-
senyawa dari kelompok triterpen yaitu asam ursolat, pena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat,
asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksi- asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan
betulinat, α-amirin, β-amirin, dan asam maslinat β-amirin) diidentifikasi sebagai senyawa antioksidan.
(Hossain dan Ismail, 2013) sebagai senyawa Untuk konfirmasi, senyawa-senyawa tersebut dapat
antioksidan. Asam ursolat yang diisolasi dari ekstrak diisolasi dan diuji aktivitas penghambatan enzim α-
Sambucus australis menunjukkan aktivitas anti- glukosidase dan antioksidannya. Dengan adanya
oksidan terhadap senyawa DPPH dengan nilai IC50 informasi dari analisis OPLS ini, maka proses isolasi
-2
sebesar 5,97 x 10 mg/mL, asam maslinat yang dan identifikasi akan jauh lebih mudah dan terarah.
diisolasi dari kulit buah Ziziphus jujuba Mill. menun-
jukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH setara UCAPAN TERIMA KASIH
standar BHT dengan nilai dengan nilai IC50 berturut-
turut sebesar 39,6; 28,12 µg/mL (do Nascimento et Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan
al., 2014; Rajopadhye dan Upadhye, 2016). Aktivitas dari Riset Inovatif Produktif (RISPRO) Lembaga
antioksidan juga dilaporkan dari triterpen β-amirin Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bekerja sama
dari daun Symplocos cochinchinensis Moore. yang dengan PT Soho Industri Farmasi.
menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal
DPPH (IC50 89,63 g/mL), hidroksil (IC50 76,41 g/mL),
nitrit oksida (IC50 87,03 g/mL) dan superoksida (IC50 DAFTAR PUSTAKA
81,28 g/mL) sekaligus aktivitas mereduksi radikal
yang tinggi dan kuat dalam menekan pengaruh Abdelwahab SI, Mohan S, Elhassan MM, Al-
peroksidasi lipid (Sunil et al., 2014). Selain itu, Mekhlafi N, Mariod AA, Abdul AB, Abdulla MA.
senyawa triterpen α-amirin, asam ursolat, dan asam Alkharfy KH. 2011. Antiapoptotic and antioxi-
oleanolat yang diisolasi dari F. pseudopalma dant properties of Orthosiphon stamineus benth
merupakan pendonor proton dengan nilai IC50 (cat’s whiskers): intervention in the Bcl-2-
>333,33 µM dan kemampuan mereduksi sebessar mediated apoptotic pathway. Evid-Based

27
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

Compl Alt Med 2011: 1-11. DOI: 10.1155/ 2011/ Brazil Chem Soc 24: 1857-1863. DOI: 10.5
156765. 935/0103-5053.20130231.
Abedini A, Roumy V, Mahieux S, Biabiany M, Di XX, Wang SQ, Zhang XL, Wang B, Lou XL,Wang
Standaert-Vitse A, Rivière C, Sahpaz S, Bailleul XN. 2013. Diterpenoids from the aerial parts of
F, Neut C, Hennebelle T. 2013. Rosmarinic acid Orthosiphon aristatus var. aristatus. Phytochem
and its methyl ester as antimicrobial Lett 6: 412–417. DOI: 10.1016/j.phytol.2013.
components of the hydromethanolic extract of 05.015.
Hyptis atrorubens poit. (lamiaceae). Evid-Based Di Sotto A, Mastrangelo S, Romussi G, Bisio A,
Compl Alt Med 2013: 1-11. DOI: 10.1155/ Mazzanti G. 2009. Antimutagenic activity of a
2013/604536. secoisopimarane diterpenoid from Salvia
Adnyana IK, Setiawan F, Insanu M. 2013. From cinnabarina M. Martens et Galeotti in the
ethnopharmacology to clinical study of Orthosi- bacterial reverse mutation assay. Food Chem
phon stamineus Benth. Int J Pharm Sci 5: 63- Toxicol 47: 2092-2096. DOI: 10.1016/j.fct.
66. 2009.05.030.2.
Akowuah GA, Ismail Z, Norhayati I, Sadikun A. do Nascimento PG, Lemos TL, Bizerra AM, Arriaga
2005. The effects of different extraction ÂM, Ferreira DA, Santiago GM, Braz-Filho R,
solvents of varying polarities on polyphenols of Costa JG. 2014. Antibacterial and antioxidant
Orthosiphon stamineus and evaluation of the activities of ursolic acid and derivatives.
free radical-scavenging activity. Food Chem 93: Molecules 19: 1317-1327. DOI: 10.3390/mole
311–317. DOI: 10.1016/j.foodchem.2004.09.02 cules19011317.
8. Eriksson L, Johansson E, Wold N, Trygg J,
Asghari B, Salehi P, Sonboli A, Nejad ES. 2015. Wikstrom C, Wold S. 2006. Multi- and Mega-
Flavonoids from Salvia chloroleuca with α- variate Data Analysis: Advanced Appli-cations
amylsae and α-glucosidase inhibitory effect. and Method Extensions. 1st ed. 103-119.
Iran J Pharm Res 14: 609-615. Umetrics AB, Umea Sweden.
Awale S, Tezuka Y, Banskota AH, Kouda K, Tun Eriksson L, Trygg J, Wold S. 2008. CV-ANOVA for
KM, Kadota S. 2002. Four highly oxygenated significance testing of PLS and OPLS models. J
isopimarane-type diterpenes of Orthosiphon Chemometr 22: 594–600. DOI: 10.1002/cem.
stamineus. Planta Med 68: 286-288. DOI: 1187.
10.1055/s-2002-23137. Galindo-Prieto B, Eriksson L, Trygg J. 2014.
Awale S, Tezuka Y, Banskota AH, I Ketut Adnyana, Variable influence on projection (VIP) for ortho-
Kadota S. 2003. Nitric oxide inhibitory gonal projections to latent structures (OPLS). J
isopimarane-type diterpenes from Orthosiphon Chemometr 28: 623-632. DOI: 10.1002/cem.26
stamineus of Indonesia. J Nat Prod 66: 255-8. 27.
DOI: 10.1021/np020455x. He QQ, Yang L, Zhang JY, Ma JN, Ma CM. 2014.
Baynes JW, Thorpe SR. 1999. Perspectives in Chemical constituents of gold-red apple and
diabetes: Role of oxidative stress in diabetic their α-glucosidase inhibitory activities. J Food
complications a new perspective on an old Sci 79: C1970-83. DOI: 10.1111/1750-3841.125
paradigm. Diabetes 48: 1-09. 99.
Capasso R, Izzo AA, Romussi G, Capasso F, De Hossain MA, Rahman SMM. 2015. Isolation and
Tommasi N, Bisio A, Mascolo N. 2004. A characterisation of flavonoids from the leaves of
secoisopimarane diterpenoid from Salvia me dicinal plant Orthosiphon stamineus. Arab J
cinnabarina inhibits rat urinary bladder Chem 8: 218-221. DOI: 10.1016/j.arabjc.
contractility in vitro. Planta Med 70: 185-8. DOI: 2011.06.016.
10.1055/s-2004-815501. Hossain MA, Ismail Z. 2013. Isolation and
Damsud T, Grace MH, Adisakwattana S, characterizati on of triterpenes from the leaves
Phuwapraisirisan P. 2014. Orthosiphol A from of Orthosiphon stamineus. Arab J Chem 6:
the aerial parts of Orthosiphon aristatus is 295–298. DOI: 10.1016/j.arabjc.2010.10.009.
putatively responsible for hypoglycemic effect Hou W, Li Y, Zhang Q, Wei X, Peng A, Chen L, Wei
via alpha-glucosidase inhibition. Nat Prod Y. 2009. Triterpene acids isolated from Lager-
Commun 9: 639-41. stroemia speciosa leaves as alpha-glucosidase
de Souza RF, Marinho VHS, da Silva GA, Costa-Jr. inhibitors. Phytother Res 23: 614-618. DOI:
LM, da Silva JKR, Bastos GNT, Arruda AC, da 10.1002/ptr.2661.
Silva MN, Arruda MSP. 2013. New isoflvones Hunaefi D, Akumo DN, Riedel H, Smetanska I. 2012.
from the leaves of Vatairea guianensis aublé. J The effect of Lactobacillus plantarum ATCC

28
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

8014 and Lactobacillus acidophilus NCFM glycemic effect of Orthosiphon stamineus benth
fermentation on antioxidant properties of leaves extract and its bioassay-guided
selected in vitro sprout culture of Orthosiphon fractions. Molecules 16: 3787-3801. DOI: 10.33
aristatus (Java Tea) as a Model Study. Anti- 90/molecules16053787.
oxidants (Basel) 1: 4–32. DOI: 10.3390/anti Mohamed EAH, Siddiqui MJA, Ang LF, Sadikun A,
ox1010004. Chan SH, Tan SC, Asmawi MZ, Yam MF. 2012.
Hussain K, Ismail Z, Sadikun A, Ibrahim P. 2009. Potent α-glucosidase and α-amylase inhibitory
Evaluation of metabolic changes in fruit of Piper activities of standardized 50% ethanolic
sarmentosum in various seasons by meta- extracts and sinensetin from Orthosiphon
bolomics using fourier transform infrared (FTIR) stamineus Benth as anti-diabetic mechanism.
spectroscopy. Int J Clin Pharm Res 1: 68-71. BMC Complem Altern M 12: 01-07. DOI:
Jeong JM, Choi CH, Kang SK, Lee IH, Lee JY, Jung 10.1186/1472-6882-12-176.
H. 2007. Antioxidant and chemosensitizing Nguyen MT, Awale S, Tezuka Y, Chien-Hsiung C,
effects of flavonoids with hydroxy and/or Kadota S. 2004. Staminane- and isopimarane-
methoxy groups and structure-activity relation- type diterpenes from Orthosiphon stamineus of
ship. J Pharm Pharm Sci 10: 537-46. Taiwan and their nitric oxide inhibitory activity. J
Khamsiah SM, Akowah G, Zhari I. 2006. Antioxidant Nat Prod 67: 654-8. DOI: 10.1021/np030471+.
activity and phenolic content of Orthosiphon Ohashi K, Bohgaki T, Matsubara T, Shibuya H.
stamineus benth from different geographical 2000. Indonesian medicinal plants. XXIII.
origin. J Sustain Sci Manage 1: 14-20. Chemical structures of two new migrated
Kwon YI, Apostolidis E, Shetty K. 2008. In vitro pimarane-type diterpenes, neoorthosiphols A
studies of eggplant (Solanum melongena) and B, and suppressive effects on rat thoracic
phenolics as inhibitors of key enzymes relevant aorta of chemical constituents isolated from the
for type 2 diabetes and hypertension. Bioresour leaves of Orthosiphon aristatus (Lamiaceae).
Technol 99: 2981-8. 10.1016/j.biortech.2007. Chem Pharm Bull (Tokyo) 48: 433-435.
06.035. Pop RM, uzoianu AD, Raţi IV, ocaciu C. 2 4.
[IDF] International Diabetes Federation. 2013. Untargeted metabolomics for sea buckthorn
Diabetes atlas. Sixth edition. http://www.idf.org/ (Hippophae rhamnoides ssp. carpatica) berries
diabetesatlas. [28 Februari 2014]. and leaves: fourier transform infrared spectros-
copy as a rapid approach for evaluation and
Lindgren F, Hansen B, Karcher W. 1996. Model
discrimination. Not Bot Horti Agrobo 42: 545-
validation by permutation tests: applications to
550. DOI: 10.1583/nbha422 9654.
variable selection. J Chemometr 10: 521-532.
DOI: 10.1002/(SICI)1099-128X(199609)10:5/6< Rafi M, Purwakusumah ED, Ridwan T, Barus B,
521::AID-CEM448>3.0.CO;2-J. Sutandi A, Darusman LK. 2015. Geographical
classification of Java tea (Orthosiphon
Liu W, Yu Y, Yang R, Wan C, Xu B, Cao S. 2010.
stamineus) from Java Island by FTIR spectro-
Optimization of total flavonoid compound
copy combined with canonical variate analysis.
extraction from Gynura medica leaf using
J Sains Matematika 23: 25-31.
response surface methodology and chemical
composition analysis. Int J Mol Sci 11: 4750– Rajopadhye A, Upadhye AS. 2016. Estimation of
4763. DOI: 10.3390/ijms11114750. bioactive compound, maslinic acid by HPTLC,
and E valuation of hepatoprotective activity on
Masuda T, Masuda K, Shiragami S, Jitoe A,
fruit pulp of Ziziphus jujuba mill. Cultivars in
Nakatani N. 1992. Orthosiphol A and B, novel
India. Evid-Based Compl Alt 2016: 1-8. DOI:
diterpenoid inhibitors of TPA (12-O- Tetradeca-
10.1155/2016/4758734.
noylphorbol-13-acetate)-induced inflammation,
from Orthosiphon stamineus. Tetrahedron 48: Saidan NH, Hamil MSR, Memon AH, Abdelbari MM,
6787–6792. DOI: 10.1016/ S00404020(01)898 Hamdan MR, Mohd KS, Majid AMSA, Ismail Z.
68-9. 2015. Selected metabolites profiling of Orthos-
iphon stamineus Benth. leaves extracts combin-
Mbaze LM, Poumale HM, Wansi JD, Lado JA, Khan
ed with chemometrics analysis and correlation
SN, Iqbal MC, Ngadjui BT, Laatsch H. 2007.
with biological activities. BMC Complem Altern
alpha-Glucosidase inhibitory pentacyclic
M 15: 12-30. DOI: 10.1186/ s12906-015-0884-
triterpenes from the stem bark of Fagara
0.
tessmannii (Rutaceae). Phytochemistry 68:
591-5. DOI: 10.1016/j.phytochem.2006.12.015. Salah EDR, Ma Q, Kandil ZA, El-Halawany AM.
2014. Triterpenes as uncompetitive inhibitors of
Mohamed EAH, Mohamed AJ, Asmawi MZ, Sadikun
α-glucosidase from flowers of Punica granatum
A, Ebrika OS, Yam MF. 2011. Antihyper-

29
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(1): 17-30 Th. 2016

L. Nat Prod Res 28: 2191-2194. DOI: 10.1080/ Stehfest K, Boese M, Kerns G, Piry A, Wilhelm C.
14786419.2014.928292. 2004. Fourier transform infrared spectroscopy
Salazar-Aranda R, P´erez-L´opez LA, L´opez-Arroyo as a new tool to determine rosmarinic acid in
J, Alan´ıs-Garza BA, de Torres NW. 2011. situ. J Plant Physiol 161: 151–156. DOI:
Antimicrobial and antioxidant activities of plants 10.1078/0176-1617-01099.
from Northeast of Mexico. Evid-Based Compl Sunil C, Irudayaraj SS, Duraipandiyan V, Al-Dhabi
Alt 2011: 01-06. DOI: 10.1093/ecam/nep127. NF, Agastian P, Ignacimuthu S. 2014. Anti-
Sancheti S, Sancheti S, Seo SY. 2009. Chaeno- oxidant and free radical scavenging effects of β-
meles Sinensis: A potent α-and β-glucosidase amyrin isolated from S. cochinchinensis Moore.
inhibitor. Am J Pharm Toxicol 4: 8-11. DOI: Leaves. Ind Crop Prod 61: 510–516. DOI:
10.3844/ajptsp.2009.8.11. 10.1016/j.indcrop.2014.07.005.
Santiago LA, Dayrit KC, Correa PCB, Mayor ABR. Tezuka Y, Stampoulis P, Banskota AH, Awale S,
2014. Comparison of antioxidant and free Tran KQ, Saiki I, Kadota S. 2000. Constituents
radical scavenging activity of triterpenes α- of the Vietnamese medicinal plant Orthosiphon
amyrin, oleanolic acid and ursolic acid. J Nat stamineus. Chem Pharm Bull (Tokyo) 48: 1711-
Prod 7: 29-36. 9. DOI: 10.1248/cpb.48.1711.
Santos FA, Frota JT, Arruda BR, de Melo TS, de Uddin G, Rauf A, Al-Othman AM, Collina S, Arfan M,
Carvalho Almeida da Silva AA, de Castro Brito Ali G, Khan I. 2012. Pistagremic acid, a
GA, Chaves MH, Rao VS. 2012. Antihyper- glucosidase inhibitor from Pistacia integerrima.
glycemic and hypolipidemic effects of α, β - Fitoterapia 83: 1648-52. DOI: 10.1016/j.fitote.
amyrin, a triterpenoid mixture from Protium 2012.09.017.
heptaphyllum in mice. Lipids Health Dis 11: 98. Worley B, Powers R. 2013. Multivariate analysis in
DOI: 10.1186/1476-511X-11-98. metabolomics. Current Metabolomics 1: 92-
Siddiqui M, Hafizoh S, Zhari I, Sahib H, Helal M, 107. DOI: 10.2174/2213235X11301010092.
Majid AA. 2009. Analysis of total proteins, Verpoorte R, Choi YH, Kim HK. 2007. NMR-based
polysaccharides and glycosaponins contents of metabolomics at work in phytochemistry. Phyto-
Orthosiphon stamineus Benth. in spray and chem Rev 6: 3–14. DOI: 10.1007/s11101-006-
freeze dried methanol: water (1:1) extract and 9031-3.
its contribution to cytotoxic and antiangiogenic Xia X, Qi J, Liu Y, Jia A, Zhang Y, Liu C, Gao C, She
activities. Pharmacognosy Res 1: 320-326. Z. 2015. Bioactive isopimarane diterpenes from
Silva SD, Feliciano RP, Boas LV, Bronze MR. 2014. the fungus, Epicoccum sp. HS-1, associated
Application of FTIR-ATR to Moscatel dessert with Apostichopus japonicus. Mar Drugs 13:
wines for prediction of total phenolic and 1124-32. DOI: 10.3390/md13031124.
flavonoid contents and antioxidant capacity. Yang F, Shi H, Zhang X, Yang H, Zhou Q, Yu L.
Food Chem 150: 489–493. DOI: 10.1016/j.food 2013. Two new saponins from tetraploid
chem.2013.11.028. jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), and
Sim CO, Hamdan MR, Ismail Z , Ahmad MN. 2004. their anti-inflammatory and a-glucosidase inhibi-
Assessment of herbal medicines by chemo- tory activities. Food Chem 141: 3606–3613.
metrics-assisted interpretation of FTIR spectra. DOI: 10.1016/j.foodchem.2013.06.015.
J Anal Chimica Acta 570: 116-123. Yuliana ND, Khatib A, Verpoorte R, Choi YH. 2011.
Shobana S, Sreerama YN, Malleshi NG. 2009. Comprehensive extraction method integrated
Composition and enzyme inhibitory properties with NMR metabolomics: a new bioactivity
of finger millet (Eleusine coracana L.) seed coat screening method for plants, adenosine A1
phenolics: Mode of inhibition of α-glucosidase receptor binding compounds in Orthosiphon
and pancreatic amylase. Food Chem 115: stamineus benth. Anal Chem 83: 6902–6906.
1268–1273. DOI: 10.1016/j.foodchem.2009.01. DOI: 10.1021/ac201458n.
042. Yusof NA, Isha A, Ismail IS, Khatib A, Shaari K,
.
Sridevi H, Jayaraman P, Pachaiyappan P. 2015. Abas F, Rukayadi Y 2015. Infrared-metabo-
Evaluation of α-glucosidase inhibitory action of lomics approach in detecting changes in
isolated compound beta amyrin from Andrographis paniculata metabolites due to
Memecylon umbellatum burm. Int J Pharma- different harvesting ages and times. J Sci Food
cogn Phytochem Res 7: 1033-1038. Agr 95: 2533-43. DOI: 10.1002/jsfa.6987.

30

You might also like