You are on page 1of 12

Gizi Indon 2016, 39(1):25-36

GIZI INDONESIA
Journal of the Indonesian Nutrition Association http://ejournal.persagi.org/go/
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874

KERAGAMAN BAHAN MAKANAN UNTUK SARAPAN


ANAK SEKOLAH DI INDONESIA

Food Diversification for the Breakfast of Indonesian School children

Dewi Permaesih, Yuniar Rosmalina


Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I
Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat
E-mail: dpermaesih2002@yahoo.com

Diterima: 10-10-2015 Direvisi: 29-11-2015 Disetujui: 7-02-2016

ABSTRACT

Breakfast (5-9 AM) is contributed around one third of daily nutrient intake. Some studies shown that
breakfast can maintain the blood glucose level, increase school performance and prevent obesity. This
study aimed to determine the food variety of breakfast consumed by most Indonesian people, aged 6-18
years. Analysis was conducted using secondary data taken from the Individual Food Consumption Survey
(SKMI) 2014. The study was cross-sectional survey design conducted in 33 provinces in Indonesia in May-
June 2014. 27870 (77.5%) subjects were met the criteria. The age group of 6–12 years old consists of 7739
males and 7069 females, while aged 13–18 years old consists of 6612 males and 6450 females. Almost 60
percent (59,1%) subjects consumed a combination of 3 food groups. 72,3 percent were consumed one
food which was consist only serealia. Subjects who consumed with combination of 2 food groups such as
serealia and water (49.6%), serealia and animal food (18.2%). Subjects who consumed combination of 3
food groups, such as serealia, animal food, and fat, were 49.6 percent. In conclusion, most students aged
6-18 years had breakfast but the variety of food was not adequate yet.

Keywords: breakfast, food diversity, school children

ABSTRAK

Sarapan atau makan pagi (jam 5-9 pagi) penting untuk konsumsi makanan sehari. Sarapan dapat
membantu mempertahan kadar gula darah, meningkatkan konsentrasi belajar serta mencegah terjadinya
kegemukan. Perlu diperhatikan selain jumlah makanan juga keragaman jenis yang dikonsumsi. Tujuan
analisis adalah mendapatkan informasi tentang keragaman bahan makanan yang biasa dikonsumsi
penduduk di Indonesia, umur 6-18 tahun. Dilakukan analisis data hasil Survei Konsumsi Makanan Individu
(SKMI) 2014 dari rumah-tangga terpilih di 33 provinsi di Indonesia pada bulan Mei-Juni 2014 dengan
desain penelitian potong-lintang. Sampel terdiri dari umur 6-12 tahun usia sekolah dasar (7739 orang laki-
laki dan 7069 perempuan) dan umur 13-18 tahun usia sekolah menengah (6612 laki-laki dan 6450
perempuan). Hasil analisis menunjukkan, sebanyak 77,5 persen (27870 individu) sampel melakukan
sarapan. Sebanyak 59,1 persen responden mengonsumsi 3 kelompok bahan makanan. Responden yang
mengonsumsi satu kelompok bahan makanan saja, seperti serealia, sejumlah 72,3 persen, sedangkan dari
yang mengonsumsi dua kelompok makanan, sebanyak 49,6 persen mengonsumsi serealia dan air putih
serta 18,2 persen mengonsumsi kombinasi kelompok serealia dan kelompok hewani. Responden
mengonsumsi tiga kelompok bahan makanan, paling banyak mengonsumsi kombinasi kelompok serealia,
hewani dan minyak (49,6%), diikuti kombinasi kelompok serealia, kelompok sayur dan minyak. Dapat
disimpulkan, sebagian besar anak sekolah usia 6-18 tahun sarapan namun keragamannya masih kurang.

Kata kunci: sarapan, keragaman bahan makanan, anak sekolah

25
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk.

PENDAHULUAN menunjukkan sarapan dapat membantu dalam


mempertahankan berat badan. Orang yang

M
embiasakan makan makanan beraneka tidak sarapan cenderung mengonsumsi camilan
ragam adalah prinsip pertama dari Gizi yang umumnya tinggi lemak dan gula, tetapi
Seimbang, karena tak ada satu pun rendah vitamin, mineral dan seratnya. Hasil
makanan yang mengandung seluruh zat gizi penelitian Sukati (1991)8 menunjukkan,
yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI (air susu kebiasaan tidak makan pagi dan keadaan
ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. anemia berpengaruh nyata pada konsentrasi
Keragaman konsumsi makanan akan saling belajar. Hasil penelitian Permaesih (2005)9
memenuhi kebutuhan zat gizi. Ketersediaan menunjukkan, kebiasan sarapan merupakan
makanan di rumah-tangga berperan dalam salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
mempengaruhi pemilihan makanan yang akan Sementara hasil Riskesdas 201010
dikonsumsi anggota rumah-tangga pada saat menunjukkan, sebanyak 44 persen anak
waktu makan. Waktu untuk menyiapkan sarapan dengan gizi kurang.
sarapan (makan pagi) umumnya singkat Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) dan
sehingga ibu biasanya menyiapkan makanan sekolah menengah, baik pertama maupun atas
yang praktis, mudah dan cepat untuk disajikan. (13-18 tahun), banyak melakukan aktivitas fisik.
Sarapan adalah makanan dan minuman Oleh karena itu, pada masa ini anak
yang dikonsumsi sebelum melakukan aktivitas. membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan
Penanaman pembiasaan sarapan berguna penunjang aktivitasnya. Energi dalam tubuh
untuk menunjang energi demi optimalnya dapat timbul karena adanya pembakaran
aktivitas belajar anak di sekolah dan aktivitas karbohidrat, protein dan lemak. Agar energi
lainnya. Sarapan dengan makanan yang tercukupi, konsumsi makanan perlu memiliki
beraneka ragam menjamin kecukupan sumber nilai gizi yang tinggi. Semua anak usia sekolah
zat gizi untuk tenaga, zat pembangun dan zat dasar dan sekolah menengah, yang menjadi
pengatur. responden dalam Survei Konsumsi Makanan
Banyak yang tidak menyadari pentingnya Individu (SKMI) menjadi sampel pada analisis
sarapan. Sarapan (jam 5-9 pagi) penting untuk data ini.
konsumsi makanan sehari. Sarapan dapat SKMI mengumpulkan informasi berbagai
membantu mempertahan kadar gula darah, jenis bahan makanan yang dikonsumsi
meningkatkan konsentrasi belajar serta penduduk Indonesia, termasuk anak usia
mencegah terjadinya kegemukan.1,2,3,4 Batasan sekolah.11 Dari hasil SKMI ingin diketahui
waktu untuk sarapan tidaklah sama. Menurut bagaimana keragaman makanan untuk setiap
Hardinsyah & Aries (2012),5 kondisi Indonesia sumber zat gizi, bahan makanan apa saja yang
sebanding dengan di Amerika Latin, bahwa biasa dikonsumsi saat sarapan. Keragaman
sarapan diartikan kegiatan makan dan minum konsumsi makanan yang dimaksud adalah
dari jam 05:00 hingga jam 09:00 pagi; bila lewat keragaman dari kelompok makanan yang
interval waktu itu tidak bisa dikatakan sarapan. dikonsumsi pada satu waktu makan utamanya
Sementara menurut Wilson et al di New saat makan pagi, bukan keragaman dari
Zealand6 dan Smith et al di Australia (2010),7 konsumsi makanan dalam kelompok makanan.
waktu makan pagi adalah antara jam 6 dan 9 Informasi mengenai keragamanan makanan
pagi. Batasan waktu sarapan yang akhirnya yang dikonsumsi saat sarapan oleh anak
digunakan adalah batasan yang diajukan oleh sekolah merupakan hal penting untuk memberi
Hardinsyah & Aries (2012)5, yakni makanan masukan/saran dalam meningkatkan
yang dikonsumsi di pagi hari sebelum produktivitas anak sekolah. Artikel ini bertujuan
beraktivitas dari jam 5 hingga jam 9. untuk mendapatkan informasi keragaman
Anak usia sekolah perlu energi yang cukup bahan makanan dari sarapan yang dikonsumsi
untuk pertumbuhan dan melakukan aktivitas anak sekolah.
fisik sehari-hari. Sarapan merupakan bagian
penting dari konsumsi makanan sehari, karena METODE PENELITIAN
menyediakan energi dan zat gizi lainnya untuk
peningkatan konsentrasi belajar serta sumber Artikel ini merupakan analisis lanjut dari
energi dan untuk aktivitas fisik. Penelitian juga data Riskesnas, yaitu SKMI 2014 dan

26
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

Riskesdas 2013, dengan desain potong-lintang. pendidikan dibagi menjadi kelompok yang
Analisis dilakukan di Pusat Teknologi Terapan tidak/belum sekolah dan sudah sekolah.
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (TTK-EK) Untuk mengkaji keragaman makanan yang
Bogor dari bulan Juni-Oktober 2015. Populasi dikonsumsi, dibuat pengelompokan bahan
adalah seluruh rumah-tangga di 33 provinsi makanan yang baru menjadi 7 kelompok
yang menjadi sampel SKMI 2014. Sampel sebagai berikut: (1) Sumber karbohidrat, yang
adalah semua anak usia sekolah dari menjadi sumber energi/tenaga, terdiri dari
responden SKMI 2014 yang memiliki data kelompok serealia dan olahannya, umbi batang
konsumsi makanan dan minuman. berpati dan olahannya, serta gula, sirup dan
konfeksioneri; (2) Sumber protein hewani, yang
Kriteria inklusi adalah semua responden
berfungsi sebagai sumber zat pembangun,
berumur 6 hingga 18 tahun yang mempunyai
terdiri dari daging dan olahannya, jeroan, non-
data konsumsi dalam SKMI 2014 dan data
daging dan olahannya, ikan hewan laut dan
sosial ekonomi dalam Riskesdas 2013.
olahannya, telur dan olahannya, susu dan
Sementara kriteria ekslusinya adalah semua
olahannya serta makanan komposit; (3) Sumber
responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi.
protein nabati, yang menjadi sumber zat
Instrumen yang digunakan adalah
pembangun lainnya, berasal dari kacang-
kuesioner rumah-tangga dan kuesioner individu
kacangan, biji-bijian, polong-polongan dan
SKMI 2014 dan laporan Riskesdas 2013. Data
olahannya; (4) Kelompok sayur dan olahan
yang sudah dikumpulkan saat pelaksanaan
sebagai sumber zat pengatur; (5) Kelompok
SKMI 2014 dan Riskesdas 2013 dipilih sesuai
buah dan olahan, yang bersama dengan sayur
dengan variabel yang diperlukan untuk analisis
merupakan sumber zat pengatur karena
lanjut ini.
mengandung berbagai vitamin dan mineral; (6)
Data yang digunakan dalam analisis ini
Kelompok minyak dan lemak, selain sebagai
adalah data entry konsumsi makanan dari SDT
penyedap, juga sebagai sumber zat tenaga; (7)
201411 dan data lain dari Riskesdas 2013,12
Kelompok air. Kelompok bahan makanan
yang terdiri dari identitas subyek, usia, jenis
bumbu dan olahan serta kelompok suplemen
kelamin, wilayah tempat tinggal, status ekonomi
dan jamu/herbal tidak dimasukkan ke dalam
rumah-tangga, tingkat pendidikan, jenis dan
perhitungan keragaman.
jumlah bahan makanan serta waktu makan.
Penentuan jenis bahan makanan sarapan
Pengolahan dan analisis data dilakukan
yang banyak dikonsumsi didasarkan pada tiga
dengan memverifikasi, apakah semua variabel
peringkat pertama jenis bahan makanan yang
yang diperlukan telah tersedia datanya,
dikonsumsi subyek. Keragaman bahan
terutama variabel waktu makan. Proses
makanan ditentukan berdasarkan konsumsi dari
cleaning data dilakukan untuk memastikan
7 jenis jenis bahan yang telah dikelompokkan.
bahwa data yang digunakan logis dan sesuai.
Bila mengonsumsi ≥ 4 kelompok bahan
Subyek dikeluarkan bila data waktu konsumsi
makanan dianggap sudah baik.
makanan tidak sesuai dengan kriteria inklusi.
Analisis lanjut ini tidak membutuhkan
Selain itu juga dikeluarkan bila subyek sedang
persetujuan etik karena tidak melibatkan sampel
hamil.
manusia/hewan secara langsung. Namun, pada
Dalam proses analisis data, umur sampel saat SKMI persetujuan etik sudah didapatkan
dibagi menjadi 2 kelompok umur, yakni usia dari Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan.
sekolah dasar 6-12 tahun dan usia sekolah
menengah 13-18 tahun. Untuk tempat tinggal HASIL
tidak dilakukan perubahan, mengikuti data yang
tersedia, yakni perkotaan dan perdesaan. Untuk Gambaran Responden
mengetahui tingkat ekonomi responden,
dilakukan pengelompokan pada variabel kuintil Subyek yang dianalisis adalah seluruh
kepemilikan: kuintil bawah, menengah bawah responden SKMI 2014 yang berumur 6-18
dan menengah menjadi kelompok kemampuan tahun, tidak sedang hamil dan mengonsumsi
ekonomi kurang, sedangkan kuintil kepemilikan sarapan pagi antara jam 5 dan jam 9 pagi.
menengah atas dan teratas menjadi kelompok Tersebar di 33 provinsi seluruh Indonesia. Dari
kemampuan ekonomi mampu. Tingkat sebanyak 35950 individu pada kelompok umur

27
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

6-18 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi Keragaman Konsumsi Makanan


sebanyak 27870 individu (77,5%). Rerata umur Analisis yang telah dilakukan menunjukkan,
seluruh responden 12,8 tahun. makin banyak keragamanan bahan makanan
yang dikonsumsi, semakin sedikit jumlah
Dalam pengolahan data, kelompok umur
responden. Tabel 3 menunjukkan, jumlah yang
dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok
paling banyak adalah keragaman konsumsi 3
umur 6-12 tahun usia sekolah dasar dan
sebanyak 27,3 persen dan keragaman
kelompok umur 13-18 tahun usia sekolah
konsumsi 4 sebanyak 27,1 persen.
menengah (Tabel 1). Responden dengan jenis
Hasil analisis menunjukkan, sekitar 60
kelamin laki-laki persentasenya lebih tinggi
persen responden mengonsumsi makanan
pada kelompok umur 6-12 tahun (52,3%)
sarapan kurang dari 4 jenis kelompok bahan
dibandingkan dengan kelompok 13-18 tahun
makanan. Rerata seluruh responden umumnya
(50,6%), sedangkan jenis kelamin perempuan
mengonsumsi sarapan terdiri dari 3 jenis bahan
persentasenya lebih tinggi pada kelompok umur
makanan, dan hampir seluruh responden
13-18 tahun (49,4%) dibandingkan dengan
mengonsumsi serealia.
kelompok umur 6-12 tahun (47,7%). Persentase
Kombinasi dari ke-7 kelompok bahan
responden yang tinggal di perkotaan hampir
makanan tersebut berbeda-beda. Jumlah
sama antara umur 6-12 tahun (44,1%) dan
responden yang mengonsumsi 1-3 keragaman
umur 13-18 tahun (44,0%). Begitu juga
dan yang banyak dikonsumsi disajikan pada
responden yang tinggal di perdesaan,
Tabel 4.
persentasenya hampir sama, yaitu kelompok
Tabel 4 menunjukkan, pada responden
usia 6-12 tahun sebanyak 55,9 persen dan
yang mengonsumsi keragaman 1 jenis
kelompok usia 13-18 tahun sebanyak 56,0
sebanyak 14 persen dari seluruh responden.
persen. Sebaran responden yang kurang
Jenis kelompok bahan makanan yang
mampu, persentasenya lebih tinggi pada umur
dikonsumsi adalah serealia (72%), terutama
13-16 tahun (59,6%) dibandingkan dengan
beras putih.
umur 6-12 tahun (57,7%), sedangkan
Sebanyak 20 persen responden lainnya
responden dengan kategori mampu,
adalah kelompok yang mengonsumsi 2 jenis
persentasenya lebih tinggi pada kelompok umur
makanan kombinasi. Sebanyak 49,6 persen
6-12 tahun (42,3%) dibandingkan dengan
pada kelompok ini mengonsumsi dengan
kelompok umur 13-18 tahun (40,4%).
kombinasi kelompok serealia dan air putih,
Dilihat dari pendidikan, masih ada 20,4
diikuti kombinasi kelompok serealia dan
persen responden yang tidak sekolah, yaitu
kelompok hewani (18,2%), sisanya kombinasi
17,9 persen pada kelompok umur 6-12 tahun
kelompok serealia dan kelompok berbeda
dan 2,5 persen pada kelompok umur 13-18
lainnya.
tahun.
Selanjutnya 27 persen dari seluruh
Setiap wilayah mempunyai kebiasaan atau responden adalah kelompok yang
tradisi yang berbeda dalam kegiatan makan. mengonsumsi 3 kelompok bahan makanan.
Dari sebanyak 35950 responden tiap provinsi, Kombinasi yang paling banyak adalah
pada kelompok yang masuk dalam kriteria kombinasi kelompok serealia, kelompok hewani
inklusi, sebanyak 77,5 persen melakukan dan minyak (49,6%), diikuti kombinasi kelompok
sarapan. Distribusi jumlah responden yang serealia, kelompok sayur dan minyak (14,9%),
melakukan sarapan berdasarkan provinsi kemudian kombinasi kelompok serealia,
disajikan pada Tabel 2. kelompok nabati dan air (10,9%), sisanya
Tabel 2 memperlihatkan, ada 8 provinsi kombinasi kelompok serealia dan kelompok
yang penduduknya lebih dari 80 persen bahan makanan yang berbeda-beda.
melakukan sarapan. Provinsi dengan jumlah Hasil analisis berdasarkan 2 kelompok
penduduk terbanyak melakukan sarapan adalah keragaman, yakni keragaman 1-3 dan
provinsi Kalimantan Tengah (83,7%), Nusa keragaman 4-7, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tenggara Barat (83,6%), Jawa Barat (81,4%), Hasil analisis menunjukkan, ada hubungan
Banten (81,4%), DKI Jakarta (81,4%), antara umur responden dan keragaman bahan
Kalimantan Selatan (80,9%), Aceh (80,5%), dan makanan. Tabel 5 selanjutnya menunjukkan,
Bali (80,4%). keragaman konsumsi makanan sarapan pada

28
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

kelompok umur 6-12 tahun lebih dari 54 persen Namun, wilayah tempat tinggal dan tingkat
keragaman makanannya 1-3 jenis, sedangkan pendididikan menunjukkan ada hubungan yang
pada kelompok umur 13-18 tahun sebanyak bermakna (p<0,05) dengan keragaman
51,2 persen. Hasil analisis menunjukkan, ada konsumsi sarapan. Responden di kota,
hubungan secara bermakna (<0,05) antara persentase keragamannya lebih tinggi dengan
umur dengan keragaman konsumsi makanan jumlah keragaman 4-7 jenis, sedangkan di
sarapan. desa, persentase keragamannnya lebih tinggi
Berdasarkan kelompok umur, sebanyak persentasenya dengan jumlah keragaman 1-3
54,5 persen anak kelompok umur 6-12 tahun (kurang beragam) (Tabel 5).
dan 45,5 persen anak kelompok umur 13-18
Keragaman makanan yang dikonsumsi
tahun keragamanan bahan makanannya pada
antara lain tergantung dari kebiasaan,
1-3 jenis kelompok bahan makanan dari jenis
ketersediaan bahan makanan, ketersediaan
dan yang paling banyak dikonsumsi adalah
waktu, jumlah anggota rumah-tangga dan juga
kelompok serealia. Hasil uji statistik
aktivitas yang biasa dilakukan. Kondisi ini akan
menunjukkan perbedaan yang bermakna untuk
membawa perbedaan, termasuk berbeda di
keragaman konsumsi bahan makanan antara
setiap provinsi. Gambaran banyaknya
umur 6-12 tahun dan 13-18 tahun (Tabel 5).
responden dengan keragaman konsumsi bahan
Tabel 5 memperlihatkan bahwa jenis
makanan menurut provinsi disajikan pada Tabel
kelamin ternyata tidak menunjukkan hubungan
6.
yang bermakna dengan keragaman makanan
sarapan (p >0,05). Pada laki-laki, persentase Tabel 6 menunjukkan, provinsi dengan
keragaman makanan sarapan sedikit lebih persentase keragaman makanan sarapan ‘baik’
tinggi dengan keragaman 4-7 jenis, sedangkan (4-7 jenis) yang tertinggi adalah Bali (53,5%),
pada perempuan persentase keragaman lebih diikuti DIY (50,9%) dan Sumatera Utara
tinggi dengan jumlah 1-3 jenis. Hal yang sama (50,6%), sedangkan provinsi dengan
juga menunjukkan, hubungan tingkat ekonomi persentase keragaman makanan sarapan
baik, responden dengan ekonomi kurang atau ‘kurang’ (1-3 jenis) yang tertinggi adalah NTT
mampu tidak menunjukkan ada hubungan yang (87%), diikuti Papua (82,6%) dan Maluku
bermakna dengan keragaman makanan (77,0%).
sarapan (p<0,05).

Tabel 1
Karakteristik Responden

Umur 6-12 tahun 13-18 tahun


Karakteristik Total
n % n %
Jenis kelamin
 Laki-laki 7739 52,3 6612 50,6 14351
 Perempuan 7069 47,7 6450 49,4 13519
Wilayah tempat tinggal
 Perkotaan 6531 44,1 5722 44,0 12253
 Perdesaan 8277 55,9 7340 56,0 15617
Kuintil kepemilikan/ekonomi
 Kurang 8543 57,7 7786 59,6 16329
 Mampu 6265 42,3 5276 40,4 11541
Tingkat pendidikan
 Tidak/belum sekolah 2645 17,9 324 2,5 2969
 Sekolah 12163 82,1 12738 97,5 24901
Jumlah 14808 100,0 13062 100,0 27870

29
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

Tabel 2
Sebaran Responden yang Melakukan Sarapan menurut Provinsi

Provinsi Jumlah Jumlah sampel yang Persentase sampel


sampel sarapan yang sarapan (%)
Aceh 1586 1277 80,5
Sumatera Utara 3017 2405 79,7
Sumatera Barat 1356 1078 79,5
Riau 930 685 73,7
Jambi 774 536 69,3
Sumatera Selatan 1307 1012 77,4
Bengkulu 684 542 79,2
Lampung 1085 836 77,0
Kep. Bangka Belitung 443 328 74,0
Kepulauan Riau 417 331 79,4
DKI Jakarta 379 300 79,2
Jawa Barat 2691 2190 81,4
Jawa Tengah 2976 2330 78,3
DI Yogyakarta 294 222 75,5
Jawa Timur 3046 2324 76,3
Banten 937 763 81,4
Bali 581 467 80,4
Nusa Tenggara Barat 817 683 83,6
Nusa Tenggara Timur 1537 1056 68,7
Kalimantan Barat 997 763 76,5
Kalimantan Tengah 675 565 83,7
Kalimantan Selatan 887 718 80,9
Kalimantan Timur 783 582 74,3
Sulawesi Utara 701 509 72,6
Sulawesi Tengah 793 620 78,2
Sulawesi Selatan 1759 1387 78,9
Sulawesi Tenggara 927 693 74,8
Gorontalo 381 255 66,9
Sulawesi Barat 430 317 73,7
Maluku 778 560 72,0
Maluku Utara 676 533 78,9
Papua Barat 365 277 75,9
Papua 941 726 77,2
Total 35950 27870 77,5

Tabel 3
Sebaran Responden menurut Keragaman Bahan Makanan

Jumlah keragamanan n %
bahan makanan
1 3892 14,0
2 5463 19,6
3 7612 27,3
4 7543 27,1
5 2867 10,3
6 480 1,7
7 13 0

30
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

Tabel 4
Sebaran Responden dengan Jumlah Keragaman 1-3 dan Kelompok Bahan Makanan

Jumlah Keragaman Kelompok Bahan Makanan %


1 Jenis (14%) Serealia 72 ,0
2 Jenis (20%) Serealia, air putih 49,6
Serealia, hewani 18,2
Seralia dan lainnya 30,2
3 jenis (27%) Serealia, hewani, minyak 49,6
Serealia, sayur dan minyak 14,9
Serealia, sayur dan air 10,9
Serealia dan 2 jenis lainnya 24,6

Tabel 5
Sebaran Responden menurut Kelompok Keragaman Bahan Makanan

Keragaman 1-3 Keragaman 4-7


Karakteristik Total p
n % n %
Kelompok umur
 Umur 6-12 tahun 9239 54,5 5569 51,1 14808 <0,05
 Umur 13-18 tahun 7728 45,5 5334 48,9 13062
Jenis kelamin
 Laki-laki 8678 51,1 5673 52,0 14351 >0,05
 Perempuan 8289 48,9 5230 48,0 13519
Wilayah tempat tinggal
 Perkotaan 7372 43,4 4881 44,8 12253 <0,05
 Perdesaan 9595 56,6 6022 55,2 15617
Kuintil kepemilikan/ekonomi
 Kurang 10001 58,9 6328 58,0 16329 >0,05
 Mampu 6966 41,1 4575 42,0 11541
Tingkat pendidikan
 Tidak/belum sekolah 1941 11,4 1028 9,4 2969 <0,05
 Sekolah 15026 88,6 9875 90,6 24901
Jumlah 16967 100,0 10903 100,0 27870

BAHASAN perkotaan. Hasil analisis pada anak usia


sekolah (6-18 tahun) memperlihatkan, dari
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sampel SKMI 2014 menunjukkan sebanyak 77
bangsa, perlu dilakukan peningkatan dalam persen yang melakukan sarapan. Hasil
berbagai hal, salah satunya adalah gizi. Karena penelitian Setyorini (2005)13 di Depok
gizi berpengaruh terhadap kesehatan, menemukan proporsi siswa sekolah SD di
kecerdasan dan produktivitas kerja.1,2,3,4 Depok yang biasa sarapan berada pada kisaran
Berdasarkan data Riskesdas 2010, makanan 68,8-80 persen. Hal ini menunjukkan, budaya
yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sarapan sudah tampak, namun perlu
sesuai dengan kebutuhan dan masih ada ditingkatkan agar semua masyarakat biasa
masyarakat yang kekurangan gizi, tetapi di sisi melakukan sarapan.
lain ada yang kelebihan, terutama di daerah

31
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk.

Tabel 6
Sebaran Responden dengan Keragaman Konsumsi
Bahan Makanan menurut Provinsi

Provinsi Keragaman 1-3 Keragaman 4-7


Aceh 51,4 48,6
Sumatera Utara 49,4 50,6
Sumatera Barat 64,1 35,9
Riau 64,8 35,2
Jambi 62,5 37,5
Sumatera Selatan 64,4 35,6
Bengkulu 54,2 45,8
Lampung 56,2 43,8
Kep. Bangka Belitung 69,2 30,8
Kepulauan Riau 68,9 31,1
DKI Jakarta 61,0 39,0
Jawa Barat 56,4 43,6
Jawa Tengah 53,4 46,6
DI Yogyakarta 49,1 50,9
Jawa Timur 53,7 46,3
Banten 65,4 34,6
Bali 46,5 53,5
Nusa Tenggara Barat 59,2 40,8
Nusa Tenggara Timur 87,0 13,0
Kalimantan Barat 65,5 34,5
Kalimantan Tengah 61,1 38,9
Kalimantan Selatan 60,0 40,0
Kalimantan Timur 62,9 37,1
Sulawesi Utara 69,4 30,6
Sulawesi Tengah 67,6 32,4
Sulawesi Selatan 65,6 34,4
Sulawesi Tenggara 73,0 27,0
Gorontalo 60,0 40,0
Sulawesi Barat 63,4 36,6
Maluku 77,0 23,0
Maluku Utara 60,8 39,2
Papua Barat 67,5 32,5
Papua 82,6 17,4
Total 60,9 39,1

Menurut Pereira et al (2010),14 frekuensi melakukan penelitian pada anak usia 9-15
sarapan serta kualitas makanan yang tahun di Australia pada tahun 1985. Di sisi lain,
dikonsumsi diduga berhubungan dengan kadar menurut Sung Cho et al,16 ‘melewatkan’
gula darah dan nafsu makan pada anak dan sarapan tidak efektif untuk mengatur berat
orang dewasa, di sisi lain penelitian tentang badan, konsumsi sereal siap saji atau roti
‘melewatkan’ makan pagi dan jenis yang berhubungan secara bermakna dibandingkan
dikonsumsi, dilakukan Priya et al (2012)15 dengan tidak sarapan atau sarapan dengan
dengan mengolah data the National Health and konsumsi daging atau telur. Oleh karena itu,
Nutrition Examination Survey (NHANES): 1999- sarapan tidak hanya ditekankan untuk
2006, menunjukkan konsumsi sereal siap saji mengonsumsi makanan atau minuman, tetapi
berkaitan dengan peningkatan risiko juga dianjurkan jenis makanan yang sebaiknya
kardiometabolik. Demikian pula dengan hasil dikonsumsi. Pada data yang dianalisis, terdapat
penelitian Smith KJ et al (2010),7 yang sampel yang hanya minum teh, tidak disertai

32
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

gula atau makanan lainnya. Hal ini dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
kemungkinan terkait dengan kemampuan dan mempertahankan kesehatannya.22 Makin
ekonomi responden. Dalam analisis ini, lebih beragam, semakin tinggi kualitasnya. Kualitas
dari 50 persen responden berkemampuan tidak hanya jumlahnya namun juga jenisnya.
ekonomi kurang.
Penilaian konsumsi makanan individu
Di Indonesia, menurut Khomsan (2005),17
sebaiknya tidak hanya melihat dari salah satu
alasan anak tidak biasa sarapan sebelum
komponen saja, tetapi harus menyeluruh, baik
berangkat sekolah adalah karena tidak tersedia
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas dan
makanan untuk dimakan, bosan, waktu tidak
kuantitas konsumsi dikategorikan baik jika
cukup karena harus berangkat pagi. Menurut
keragaman, proporsi dan kecukupan baik/
Sartika (2012),18 yang melakukan penelitian di
terpenuhi. Dalam analisis sarapan ini yang
dua SD Kabupaten Bogor menunjukkan,
dinilai adalah kualitas dari makanan yang
sebagian besar siswa melakukan sarapan di
dikonsumsi dengan melihat keragaman.
rumah dan yang membawa bekal adalah anak
yang rumahnya jauh dari sekolah. Namun, tidak Keragaman makanan pada saat sarapan
dijelaskan jenis bekal yang biasa dibawa. yang dikonsumsi penduduk dalam analisis ini,
Undang-Undang (UU) Kesehatan No. dilihat dari wilayah dan jenis kelamin tidak jauh
36/2009 19 tentang Kesehatan serta UU No. berbeda. Umumnya konsumsi makanan
18/201220 tentang Pangan mengamanatkan sarapan berasal dari kelompok serealia seperti
pentingnya kesehatan untuk seluruh warga nasi, mi dan roti yang diolah menjadi hidangan
Indonesia dengan mewujudkan gizi seimbang; seperti nasi goreng, mi goreng. Kelompok
pesan ke-6 dalam Pedoman Gizi Seimbang, serealia merupakan sumber zat tenaga yang
yaitu biasakan makan pagi atau sarapan perlu diperlukan untuk beraktivitas sehari-hari. Terigu
terus disosialisasikan dan ditingkatkan. kurang mengandung asam amino terutama lisin.
Sosialisasi untuk melakukan sarapan saat ini Oleh karena itu perlu dikonsumsi bersama-
sudah gencar dilakukan di media-media, sama dengan bahan makanan lain yang
termasuk media sosial. Pemerintah telah mengandung asam asam amino lisin yang
mengadakan Program Pekan Sarapan Nasional berasal dari sumber protein hewani seperti
yang diperingati setiap tanggal 14-20 Februari. daging, telur, sedangkan dari protein nabati,
Dengan Pekan Sarapan ini diharapkan ada kandungan asam amino yang tinggi berasal dari
peningkatan dalam kebiasaan sarapan sesuai kacang kedelai.
dengan kebutuhan dan anjuran. Pada Hasil analisis menunjukkan, keragaman
pelaksanaan program Pekan Sarapan ini tidak bahan makanan terdiri dari serealia dan sumber
hanya kebiasaan sarapan, namun juga perlu protein hewani. Telur, misalnya, mengandung
diperhatikan jumlah serta jenis bahan makanan asam amino lengkap sehingga dapat mengisi
yang dikonsumsi. Jumlah dan jenis bahan kekurangan asam amino yang dikandung
makanan yang dikonsumsi berpengaruh serealia. Namun, ditemukan juga kombinasi
terhadap asupan zat gizi. Komposisi makanan serealia dengan sayur dan minyak, di mana
berkadar protein tinggi, menurut Zeng et al sayuran hanya mengandung sedikit protein,
(2011)21 yang melakukan penelitian pada tetapi mengandung vitamin dan mineral.
remaja akhir (18-23 tahun) menunjukkan, kadar Hasil analisis menunjukkan, responden
gula lebih bertahan dibandingkan dengan usia 6-18 tahun ada 27 persen yang
komposisi makanan berkadar protein cukup. mengonsumsi sarapan dengan keragaman 3
Keragaman bahan makanan diperlukan kelompok bahan, dan persentase tertinggi
untuk pemenuhan pola makan ber-Gizi (49,6%) mengonsumsi serealia, lauk hewani
Seimbang dengan memperhatikan sumber zat- dan minyak. Hasil penelitian Hardinsyah dan
zat gizi makro (zat-zat gizi yang dibutuhkan Aries (2012),5 menunjukkan bahan makanan
dalam jumlah besar) seperti karbohidrat, lemak, yang banyak dikonsumsi dari kelompok serealia
protein dan air, melainkan juga sumber zat-zat adalah beras yang dikonsumsi dengan
gizi mikro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam kombinasi telor ceplok (kelompok serealia dan
jumlah lebih kecil) seperti vitamin dan mineral, minyak), ikan goreng, tempe goreng, tahu
karena tidak ada satu pun jenis makanan yang goreng. Bila dilihat dari bahan dasarnya,
mengandung semua jenis zat gizi yang makanan tersebut terdiri dari 2 kelompok bahan

33
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

makanan sehingga menjadi 3 kelompok dengan Saran


serealia. Pemenuhan gizi seimbang serta kualitas
Tidak hanya sumber protein yang perlu dan kuantitas makanan sarapan pada anak usia
diperhatikan. Mengingat jumlah buah dan sayur sekolah (6-18 tahun) di Indonesia masih
yang dikonsumsi masih rendah (SDT, 2014),11 rendah. Perlu dilakukan upaya untuk
anjuran untuk menambahkan sayuran pada meningkatkan pemahaman mengenai gizi
saat sarapan, termasuk saat mengonsumsi mi, seimbang mulai dari usia dini sampai dewasa
perlu benar-benar ditekankan. Sayuran dan melalui edukasi gizi yang melibatkan berbagai
buah merupakan sumber vitamin dan mineral sektor terkait, seperti: melalui jalur formal
yang berperan sebagai zat pengatur. Makan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan
buah saat sarapan belum menjadi budaya di dan Kebudayaan dengan memasukkan
Indonesia. Terbukti dari hasil analisis, hanya kurikulum gizi mulai tingkat sekolah dasar
sedikit yang mengonsumsi buah saat sarapan. sampai dengan menengah atas. Juga dengan
Keragaman konsumsi makanan juga Kementerian Dalam Negeri melalui PKK,
diakibatkan kurangnya pengetahuan akan melalui jalur informal bekerja sama dengan
pentingnya makanan sarapan yang beragam. tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh
Menurut Sartika (2012),18 pengetahuan yang luas seperti ulama atau organisasi masyarakat
rendah dan sikap ibu dalam merancang menu lainnya.
sarapan agar tidak bosan menjadi masalah
yang sering timbul. Menurut Achadi dkk UCAPAN TERIMA KASIH
(2010),23 pendidikan KIE yang baik, yang
dimulai pada anak sekolah, dapat membantu Ucapan terima kasih kami sampaikan
mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku kepada Kepala Badan Penelitian dan
anak sekolah. Namun, konsumsi makanan Pengembangan Kesehatan berserta jajarannya,
siswa masih sangat tergantung dari praktik para Tim Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI)
ibu, sementara intervensi tidak ditujukan kepada 2014, Tim Manajemen Data (Mandat) Badan
ibu siswa. Litbangkes, yang telah menyiapkan data.
Walaupun hampir semua responden dalam Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
analisis ini berpendidikan, tidak berarti paham kepada bapak Dr. Abas Basuni Jahari MSc,
akan pentingnya keragaman dalam yang telah memberi arahan dan masukkan
mengonsumsi makanan sehari-hari. Kurangnya dalam proses pengolahan data. Kepada pihak-
keragaman makanan yang dikonsumsi dapat pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan
disebabkan juga karena kemampuan penduduk satu persatu, kami mengucapkan terima kasih
untuk membeli makanan masih rendah, atas kerja sama dan bantuannya.
terutama pada tingkat ekonomi terbawah.
Faktor lain adalah ketersediaan waktu ibu atau RUJUKAN
siapapun yang biasa menyiapkan sarapan di
rumah tangga, sebagaimana disampaikan 1. Alexander KE, Ventura EE, Spruijt-Metz D,
Khomsan (2005)17 dan Sartika (2012).18 Waktu Weigensberg MJ, Goran MI, Davis JN.
untuk penyediaan makanan dapat disiasati Association of breakfast skipping with
dengan sudah menyiapkan makanan sarapan visceral fat and insulin indices in overweight
pada malam hari. Latino youth. Obesity 2009; 17(8): 1528-33.
doi:10.1038/oby.2009.127
SIMPULAN DAN SARAN
2. Amrin SH, Indriasari R, Najamuddin U.
Hubungan Kebiasaan Sarapan dan
Simpulan
Konsumsi Suplemen dengan Status
Secara umum sebanyak 77,5 persen anak
Hemoglobin pada Remaja Putri di SMAN
usia sekolah 6-18 tahun melakukan sarapan,
10 Makasar. URI:
baik berupa makanan lengkap maupun hanya
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456
air putih saja. Keragaman makanan sarapan
789/11304
pada anak usia 6-18 tahun menunjukkan,
sebanyak 60 persen mengonsumsi hanya 1-3 3. López-Sobaler AM, Ortega RM, Quintas
kelompok atau kurang keragamannya. ME, Navia B, Requejo AM. Relationship

34
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

between habitual breakfast and intellectual Breakfast frequency and quality may affect
performance (logical reasoning) in well- glycemia and appetite ini adults and
nourished schoolchildren of Madrid (Spain). children. J Nutr. 2011; 141(1); 163-8.
Eur J Clin Nutr. 2003; 57 Suppl 1: S49-53.
15. Deshmukh-Taskar PR, Nicklas TA, O’Neil
4. Rampersaud GC, Pereira MA, Girard BL, CE, Keast DR, Radcliffe JD, Cho S. The
Adams J, Metzl JD. Breakfast habits, relationship of breakfast skipping and type
nutritional status, body weight, and of breakfast consumption with nutrient
academic performance in children and intake and weight status in children and
adolescents. J Am Diet Assoc. 2005; adolescents: the National Health and
105(5): 743-60. Nutrition Examination Survey (NHANES):
5. Hardinsyah, Aries M. Jenis pangan sarapan 1999-2006. J Am Diet Assoc. 2010; 110(6):
dan perannya dalam asupan gizi harian 869-78.
anak usia 6-12 tahun di Indonesia, JGP
16. Cho S, Dietrich M, Brown CJP, Clark CA,
2012; 7(2): 89-96.
Block G. The effect of breakfast type on
6. Wilson NC, Parnell WR, Wohlers M, Shirley total daily energy intake and body mass
PM. Eating breakfast and its impact on index: results from the Third National
children’s daily diet. Nutr Diet. 2006; 63(1): Health and Nutrition Examination Survey
15-20. (NHANES III). J Am Coll Nutr. 2003; 22(4):
7. Smith KJ, Gall SL, McNaughton SA, 296-302.
Blizzard L, Dwyer T, Venn AJ. Skipping http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/
breakfast: longitudinal associations with 07315724.2003.10719307?scroll=top&need
cardiometabolic risk factors in the Access=true 22 February 2016
Childhood Determinants of Adult Health
Study. Am J Clin Nutr. 2010; 92(6): 1316- 17. Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk
25. Kesehatan. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB,
8. Sukati. Hubungan kebiasaan makan pagi
2005.
dengan konsentrasi belajar. Penel Gizi
Makan. 1991; 14: 60-73. 18. Sartika RAD. Penelitian komunikasi,
informasi dan edukasi gizi terhadap
9. Permaesih D, Herman S. Faktor-faktor
perilaku sarapan siswa sekolah dasar.
yang mempengaruhi anemia pada remaja.
Kesmas. 2012; 7(2): 76-82.
Bul Penel Kes 2005; 33(4): 162-7.
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmasphj/articl
10. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian
e/view/66 [5 Oktober 2016]
Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan 19. Indonesia, Kementerian Kesehatan.
Litbangkes, 2010. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun
11. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan. Studi Diet Total, Survey 20. Indonesia, Kementerian Kesehatan.
Konsumsi Makanan Individu 2014. Jakarta: Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
Badan Litbangkes, 2014. tentang Pangan.
12. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian 21. Zeng YC, Li SM, Xiong GL, Su HM, Wan
Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan JC. Influences of protein to energy ratios in
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan breakfast on mood, alertness and attention
Litbangkes, 2013. in the healthy undergraduate students.
13. Setyorini E. Gambaran perilaku sarapan Health. 2011; 3: 383-93.
dan hubungannya dengan prestasi belajar 22. Indonesia, Ditjen Bina Gizi dan KIA
siswa kelas 3 dan 4 SD Daar Ei Salam, Kementerian Kesehatan. Pedoman Gizi
Bogor. Skripsi. Depok: Fakulas Kesehatan Seimbang 2014. Jakarta: Kementerian
Masyarakat Universitas Indonesia. 2006. Kesehatan RI, 2014.
14. Pereira MA, Erickson E, McKee P, 23. Achadi E, Pujonarti SA, Sudiarti T,
Schrankler K, Raatz SK, Lytle LA, et al. Rahmawati, Kusharisupeni, Mardatillah, et

35
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk

al. Sekolah dasar pintu masuk perbaikan seimbang masyarakat. Kesmas. 2010; 5(1):
pengetahuan, sikap dan perilaku gizi 42-8.

36

You might also like