Professional Documents
Culture Documents
GIZI INDONESIA
Journal of the Indonesian Nutrition Association http://ejournal.persagi.org/go/
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874
ABSTRACT
Breakfast (5-9 AM) is contributed around one third of daily nutrient intake. Some studies shown that
breakfast can maintain the blood glucose level, increase school performance and prevent obesity. This
study aimed to determine the food variety of breakfast consumed by most Indonesian people, aged 6-18
years. Analysis was conducted using secondary data taken from the Individual Food Consumption Survey
(SKMI) 2014. The study was cross-sectional survey design conducted in 33 provinces in Indonesia in May-
June 2014. 27870 (77.5%) subjects were met the criteria. The age group of 6–12 years old consists of 7739
males and 7069 females, while aged 13–18 years old consists of 6612 males and 6450 females. Almost 60
percent (59,1%) subjects consumed a combination of 3 food groups. 72,3 percent were consumed one
food which was consist only serealia. Subjects who consumed with combination of 2 food groups such as
serealia and water (49.6%), serealia and animal food (18.2%). Subjects who consumed combination of 3
food groups, such as serealia, animal food, and fat, were 49.6 percent. In conclusion, most students aged
6-18 years had breakfast but the variety of food was not adequate yet.
ABSTRAK
Sarapan atau makan pagi (jam 5-9 pagi) penting untuk konsumsi makanan sehari. Sarapan dapat
membantu mempertahan kadar gula darah, meningkatkan konsentrasi belajar serta mencegah terjadinya
kegemukan. Perlu diperhatikan selain jumlah makanan juga keragaman jenis yang dikonsumsi. Tujuan
analisis adalah mendapatkan informasi tentang keragaman bahan makanan yang biasa dikonsumsi
penduduk di Indonesia, umur 6-18 tahun. Dilakukan analisis data hasil Survei Konsumsi Makanan Individu
(SKMI) 2014 dari rumah-tangga terpilih di 33 provinsi di Indonesia pada bulan Mei-Juni 2014 dengan
desain penelitian potong-lintang. Sampel terdiri dari umur 6-12 tahun usia sekolah dasar (7739 orang laki-
laki dan 7069 perempuan) dan umur 13-18 tahun usia sekolah menengah (6612 laki-laki dan 6450
perempuan). Hasil analisis menunjukkan, sebanyak 77,5 persen (27870 individu) sampel melakukan
sarapan. Sebanyak 59,1 persen responden mengonsumsi 3 kelompok bahan makanan. Responden yang
mengonsumsi satu kelompok bahan makanan saja, seperti serealia, sejumlah 72,3 persen, sedangkan dari
yang mengonsumsi dua kelompok makanan, sebanyak 49,6 persen mengonsumsi serealia dan air putih
serta 18,2 persen mengonsumsi kombinasi kelompok serealia dan kelompok hewani. Responden
mengonsumsi tiga kelompok bahan makanan, paling banyak mengonsumsi kombinasi kelompok serealia,
hewani dan minyak (49,6%), diikuti kombinasi kelompok serealia, kelompok sayur dan minyak. Dapat
disimpulkan, sebagian besar anak sekolah usia 6-18 tahun sarapan namun keragamannya masih kurang.
25
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk.
M
embiasakan makan makanan beraneka tidak sarapan cenderung mengonsumsi camilan
ragam adalah prinsip pertama dari Gizi yang umumnya tinggi lemak dan gula, tetapi
Seimbang, karena tak ada satu pun rendah vitamin, mineral dan seratnya. Hasil
makanan yang mengandung seluruh zat gizi penelitian Sukati (1991)8 menunjukkan,
yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI (air susu kebiasaan tidak makan pagi dan keadaan
ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. anemia berpengaruh nyata pada konsentrasi
Keragaman konsumsi makanan akan saling belajar. Hasil penelitian Permaesih (2005)9
memenuhi kebutuhan zat gizi. Ketersediaan menunjukkan, kebiasan sarapan merupakan
makanan di rumah-tangga berperan dalam salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
mempengaruhi pemilihan makanan yang akan Sementara hasil Riskesdas 201010
dikonsumsi anggota rumah-tangga pada saat menunjukkan, sebanyak 44 persen anak
waktu makan. Waktu untuk menyiapkan sarapan dengan gizi kurang.
sarapan (makan pagi) umumnya singkat Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) dan
sehingga ibu biasanya menyiapkan makanan sekolah menengah, baik pertama maupun atas
yang praktis, mudah dan cepat untuk disajikan. (13-18 tahun), banyak melakukan aktivitas fisik.
Sarapan adalah makanan dan minuman Oleh karena itu, pada masa ini anak
yang dikonsumsi sebelum melakukan aktivitas. membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan
Penanaman pembiasaan sarapan berguna penunjang aktivitasnya. Energi dalam tubuh
untuk menunjang energi demi optimalnya dapat timbul karena adanya pembakaran
aktivitas belajar anak di sekolah dan aktivitas karbohidrat, protein dan lemak. Agar energi
lainnya. Sarapan dengan makanan yang tercukupi, konsumsi makanan perlu memiliki
beraneka ragam menjamin kecukupan sumber nilai gizi yang tinggi. Semua anak usia sekolah
zat gizi untuk tenaga, zat pembangun dan zat dasar dan sekolah menengah, yang menjadi
pengatur. responden dalam Survei Konsumsi Makanan
Banyak yang tidak menyadari pentingnya Individu (SKMI) menjadi sampel pada analisis
sarapan. Sarapan (jam 5-9 pagi) penting untuk data ini.
konsumsi makanan sehari. Sarapan dapat SKMI mengumpulkan informasi berbagai
membantu mempertahan kadar gula darah, jenis bahan makanan yang dikonsumsi
meningkatkan konsentrasi belajar serta penduduk Indonesia, termasuk anak usia
mencegah terjadinya kegemukan.1,2,3,4 Batasan sekolah.11 Dari hasil SKMI ingin diketahui
waktu untuk sarapan tidaklah sama. Menurut bagaimana keragaman makanan untuk setiap
Hardinsyah & Aries (2012),5 kondisi Indonesia sumber zat gizi, bahan makanan apa saja yang
sebanding dengan di Amerika Latin, bahwa biasa dikonsumsi saat sarapan. Keragaman
sarapan diartikan kegiatan makan dan minum konsumsi makanan yang dimaksud adalah
dari jam 05:00 hingga jam 09:00 pagi; bila lewat keragaman dari kelompok makanan yang
interval waktu itu tidak bisa dikatakan sarapan. dikonsumsi pada satu waktu makan utamanya
Sementara menurut Wilson et al di New saat makan pagi, bukan keragaman dari
Zealand6 dan Smith et al di Australia (2010),7 konsumsi makanan dalam kelompok makanan.
waktu makan pagi adalah antara jam 6 dan 9 Informasi mengenai keragamanan makanan
pagi. Batasan waktu sarapan yang akhirnya yang dikonsumsi saat sarapan oleh anak
digunakan adalah batasan yang diajukan oleh sekolah merupakan hal penting untuk memberi
Hardinsyah & Aries (2012)5, yakni makanan masukan/saran dalam meningkatkan
yang dikonsumsi di pagi hari sebelum produktivitas anak sekolah. Artikel ini bertujuan
beraktivitas dari jam 5 hingga jam 9. untuk mendapatkan informasi keragaman
Anak usia sekolah perlu energi yang cukup bahan makanan dari sarapan yang dikonsumsi
untuk pertumbuhan dan melakukan aktivitas anak sekolah.
fisik sehari-hari. Sarapan merupakan bagian
penting dari konsumsi makanan sehari, karena METODE PENELITIAN
menyediakan energi dan zat gizi lainnya untuk
peningkatan konsentrasi belajar serta sumber Artikel ini merupakan analisis lanjut dari
energi dan untuk aktivitas fisik. Penelitian juga data Riskesnas, yaitu SKMI 2014 dan
26
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
Riskesdas 2013, dengan desain potong-lintang. pendidikan dibagi menjadi kelompok yang
Analisis dilakukan di Pusat Teknologi Terapan tidak/belum sekolah dan sudah sekolah.
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (TTK-EK) Untuk mengkaji keragaman makanan yang
Bogor dari bulan Juni-Oktober 2015. Populasi dikonsumsi, dibuat pengelompokan bahan
adalah seluruh rumah-tangga di 33 provinsi makanan yang baru menjadi 7 kelompok
yang menjadi sampel SKMI 2014. Sampel sebagai berikut: (1) Sumber karbohidrat, yang
adalah semua anak usia sekolah dari menjadi sumber energi/tenaga, terdiri dari
responden SKMI 2014 yang memiliki data kelompok serealia dan olahannya, umbi batang
konsumsi makanan dan minuman. berpati dan olahannya, serta gula, sirup dan
konfeksioneri; (2) Sumber protein hewani, yang
Kriteria inklusi adalah semua responden
berfungsi sebagai sumber zat pembangun,
berumur 6 hingga 18 tahun yang mempunyai
terdiri dari daging dan olahannya, jeroan, non-
data konsumsi dalam SKMI 2014 dan data
daging dan olahannya, ikan hewan laut dan
sosial ekonomi dalam Riskesdas 2013.
olahannya, telur dan olahannya, susu dan
Sementara kriteria ekslusinya adalah semua
olahannya serta makanan komposit; (3) Sumber
responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi.
protein nabati, yang menjadi sumber zat
Instrumen yang digunakan adalah
pembangun lainnya, berasal dari kacang-
kuesioner rumah-tangga dan kuesioner individu
kacangan, biji-bijian, polong-polongan dan
SKMI 2014 dan laporan Riskesdas 2013. Data
olahannya; (4) Kelompok sayur dan olahan
yang sudah dikumpulkan saat pelaksanaan
sebagai sumber zat pengatur; (5) Kelompok
SKMI 2014 dan Riskesdas 2013 dipilih sesuai
buah dan olahan, yang bersama dengan sayur
dengan variabel yang diperlukan untuk analisis
merupakan sumber zat pengatur karena
lanjut ini.
mengandung berbagai vitamin dan mineral; (6)
Data yang digunakan dalam analisis ini
Kelompok minyak dan lemak, selain sebagai
adalah data entry konsumsi makanan dari SDT
penyedap, juga sebagai sumber zat tenaga; (7)
201411 dan data lain dari Riskesdas 2013,12
Kelompok air. Kelompok bahan makanan
yang terdiri dari identitas subyek, usia, jenis
bumbu dan olahan serta kelompok suplemen
kelamin, wilayah tempat tinggal, status ekonomi
dan jamu/herbal tidak dimasukkan ke dalam
rumah-tangga, tingkat pendidikan, jenis dan
perhitungan keragaman.
jumlah bahan makanan serta waktu makan.
Penentuan jenis bahan makanan sarapan
Pengolahan dan analisis data dilakukan
yang banyak dikonsumsi didasarkan pada tiga
dengan memverifikasi, apakah semua variabel
peringkat pertama jenis bahan makanan yang
yang diperlukan telah tersedia datanya,
dikonsumsi subyek. Keragaman bahan
terutama variabel waktu makan. Proses
makanan ditentukan berdasarkan konsumsi dari
cleaning data dilakukan untuk memastikan
7 jenis jenis bahan yang telah dikelompokkan.
bahwa data yang digunakan logis dan sesuai.
Bila mengonsumsi ≥ 4 kelompok bahan
Subyek dikeluarkan bila data waktu konsumsi
makanan dianggap sudah baik.
makanan tidak sesuai dengan kriteria inklusi.
Analisis lanjut ini tidak membutuhkan
Selain itu juga dikeluarkan bila subyek sedang
persetujuan etik karena tidak melibatkan sampel
hamil.
manusia/hewan secara langsung. Namun, pada
Dalam proses analisis data, umur sampel saat SKMI persetujuan etik sudah didapatkan
dibagi menjadi 2 kelompok umur, yakni usia dari Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan.
sekolah dasar 6-12 tahun dan usia sekolah
menengah 13-18 tahun. Untuk tempat tinggal HASIL
tidak dilakukan perubahan, mengikuti data yang
tersedia, yakni perkotaan dan perdesaan. Untuk Gambaran Responden
mengetahui tingkat ekonomi responden,
dilakukan pengelompokan pada variabel kuintil Subyek yang dianalisis adalah seluruh
kepemilikan: kuintil bawah, menengah bawah responden SKMI 2014 yang berumur 6-18
dan menengah menjadi kelompok kemampuan tahun, tidak sedang hamil dan mengonsumsi
ekonomi kurang, sedangkan kuintil kepemilikan sarapan pagi antara jam 5 dan jam 9 pagi.
menengah atas dan teratas menjadi kelompok Tersebar di 33 provinsi seluruh Indonesia. Dari
kemampuan ekonomi mampu. Tingkat sebanyak 35950 individu pada kelompok umur
27
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
28
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
kelompok umur 6-12 tahun lebih dari 54 persen Namun, wilayah tempat tinggal dan tingkat
keragaman makanannya 1-3 jenis, sedangkan pendididikan menunjukkan ada hubungan yang
pada kelompok umur 13-18 tahun sebanyak bermakna (p<0,05) dengan keragaman
51,2 persen. Hasil analisis menunjukkan, ada konsumsi sarapan. Responden di kota,
hubungan secara bermakna (<0,05) antara persentase keragamannya lebih tinggi dengan
umur dengan keragaman konsumsi makanan jumlah keragaman 4-7 jenis, sedangkan di
sarapan. desa, persentase keragamannnya lebih tinggi
Berdasarkan kelompok umur, sebanyak persentasenya dengan jumlah keragaman 1-3
54,5 persen anak kelompok umur 6-12 tahun (kurang beragam) (Tabel 5).
dan 45,5 persen anak kelompok umur 13-18
Keragaman makanan yang dikonsumsi
tahun keragamanan bahan makanannya pada
antara lain tergantung dari kebiasaan,
1-3 jenis kelompok bahan makanan dari jenis
ketersediaan bahan makanan, ketersediaan
dan yang paling banyak dikonsumsi adalah
waktu, jumlah anggota rumah-tangga dan juga
kelompok serealia. Hasil uji statistik
aktivitas yang biasa dilakukan. Kondisi ini akan
menunjukkan perbedaan yang bermakna untuk
membawa perbedaan, termasuk berbeda di
keragaman konsumsi bahan makanan antara
setiap provinsi. Gambaran banyaknya
umur 6-12 tahun dan 13-18 tahun (Tabel 5).
responden dengan keragaman konsumsi bahan
Tabel 5 memperlihatkan bahwa jenis
makanan menurut provinsi disajikan pada Tabel
kelamin ternyata tidak menunjukkan hubungan
6.
yang bermakna dengan keragaman makanan
sarapan (p >0,05). Pada laki-laki, persentase Tabel 6 menunjukkan, provinsi dengan
keragaman makanan sarapan sedikit lebih persentase keragaman makanan sarapan ‘baik’
tinggi dengan keragaman 4-7 jenis, sedangkan (4-7 jenis) yang tertinggi adalah Bali (53,5%),
pada perempuan persentase keragaman lebih diikuti DIY (50,9%) dan Sumatera Utara
tinggi dengan jumlah 1-3 jenis. Hal yang sama (50,6%), sedangkan provinsi dengan
juga menunjukkan, hubungan tingkat ekonomi persentase keragaman makanan sarapan
baik, responden dengan ekonomi kurang atau ‘kurang’ (1-3 jenis) yang tertinggi adalah NTT
mampu tidak menunjukkan ada hubungan yang (87%), diikuti Papua (82,6%) dan Maluku
bermakna dengan keragaman makanan (77,0%).
sarapan (p<0,05).
Tabel 1
Karakteristik Responden
29
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
Tabel 2
Sebaran Responden yang Melakukan Sarapan menurut Provinsi
Tabel 3
Sebaran Responden menurut Keragaman Bahan Makanan
Jumlah keragamanan n %
bahan makanan
1 3892 14,0
2 5463 19,6
3 7612 27,3
4 7543 27,1
5 2867 10,3
6 480 1,7
7 13 0
30
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
Tabel 4
Sebaran Responden dengan Jumlah Keragaman 1-3 dan Kelompok Bahan Makanan
Tabel 5
Sebaran Responden menurut Kelompok Keragaman Bahan Makanan
31
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk.
Tabel 6
Sebaran Responden dengan Keragaman Konsumsi
Bahan Makanan menurut Provinsi
Menurut Pereira et al (2010),14 frekuensi melakukan penelitian pada anak usia 9-15
sarapan serta kualitas makanan yang tahun di Australia pada tahun 1985. Di sisi lain,
dikonsumsi diduga berhubungan dengan kadar menurut Sung Cho et al,16 ‘melewatkan’
gula darah dan nafsu makan pada anak dan sarapan tidak efektif untuk mengatur berat
orang dewasa, di sisi lain penelitian tentang badan, konsumsi sereal siap saji atau roti
‘melewatkan’ makan pagi dan jenis yang berhubungan secara bermakna dibandingkan
dikonsumsi, dilakukan Priya et al (2012)15 dengan tidak sarapan atau sarapan dengan
dengan mengolah data the National Health and konsumsi daging atau telur. Oleh karena itu,
Nutrition Examination Survey (NHANES): 1999- sarapan tidak hanya ditekankan untuk
2006, menunjukkan konsumsi sereal siap saji mengonsumsi makanan atau minuman, tetapi
berkaitan dengan peningkatan risiko juga dianjurkan jenis makanan yang sebaiknya
kardiometabolik. Demikian pula dengan hasil dikonsumsi. Pada data yang dianalisis, terdapat
penelitian Smith KJ et al (2010),7 yang sampel yang hanya minum teh, tidak disertai
32
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
gula atau makanan lainnya. Hal ini dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
kemungkinan terkait dengan kemampuan dan mempertahankan kesehatannya.22 Makin
ekonomi responden. Dalam analisis ini, lebih beragam, semakin tinggi kualitasnya. Kualitas
dari 50 persen responden berkemampuan tidak hanya jumlahnya namun juga jenisnya.
ekonomi kurang.
Penilaian konsumsi makanan individu
Di Indonesia, menurut Khomsan (2005),17
sebaiknya tidak hanya melihat dari salah satu
alasan anak tidak biasa sarapan sebelum
komponen saja, tetapi harus menyeluruh, baik
berangkat sekolah adalah karena tidak tersedia
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas dan
makanan untuk dimakan, bosan, waktu tidak
kuantitas konsumsi dikategorikan baik jika
cukup karena harus berangkat pagi. Menurut
keragaman, proporsi dan kecukupan baik/
Sartika (2012),18 yang melakukan penelitian di
terpenuhi. Dalam analisis sarapan ini yang
dua SD Kabupaten Bogor menunjukkan,
dinilai adalah kualitas dari makanan yang
sebagian besar siswa melakukan sarapan di
dikonsumsi dengan melihat keragaman.
rumah dan yang membawa bekal adalah anak
yang rumahnya jauh dari sekolah. Namun, tidak Keragaman makanan pada saat sarapan
dijelaskan jenis bekal yang biasa dibawa. yang dikonsumsi penduduk dalam analisis ini,
Undang-Undang (UU) Kesehatan No. dilihat dari wilayah dan jenis kelamin tidak jauh
36/2009 19 tentang Kesehatan serta UU No. berbeda. Umumnya konsumsi makanan
18/201220 tentang Pangan mengamanatkan sarapan berasal dari kelompok serealia seperti
pentingnya kesehatan untuk seluruh warga nasi, mi dan roti yang diolah menjadi hidangan
Indonesia dengan mewujudkan gizi seimbang; seperti nasi goreng, mi goreng. Kelompok
pesan ke-6 dalam Pedoman Gizi Seimbang, serealia merupakan sumber zat tenaga yang
yaitu biasakan makan pagi atau sarapan perlu diperlukan untuk beraktivitas sehari-hari. Terigu
terus disosialisasikan dan ditingkatkan. kurang mengandung asam amino terutama lisin.
Sosialisasi untuk melakukan sarapan saat ini Oleh karena itu perlu dikonsumsi bersama-
sudah gencar dilakukan di media-media, sama dengan bahan makanan lain yang
termasuk media sosial. Pemerintah telah mengandung asam asam amino lisin yang
mengadakan Program Pekan Sarapan Nasional berasal dari sumber protein hewani seperti
yang diperingati setiap tanggal 14-20 Februari. daging, telur, sedangkan dari protein nabati,
Dengan Pekan Sarapan ini diharapkan ada kandungan asam amino yang tinggi berasal dari
peningkatan dalam kebiasaan sarapan sesuai kacang kedelai.
dengan kebutuhan dan anjuran. Pada Hasil analisis menunjukkan, keragaman
pelaksanaan program Pekan Sarapan ini tidak bahan makanan terdiri dari serealia dan sumber
hanya kebiasaan sarapan, namun juga perlu protein hewani. Telur, misalnya, mengandung
diperhatikan jumlah serta jenis bahan makanan asam amino lengkap sehingga dapat mengisi
yang dikonsumsi. Jumlah dan jenis bahan kekurangan asam amino yang dikandung
makanan yang dikonsumsi berpengaruh serealia. Namun, ditemukan juga kombinasi
terhadap asupan zat gizi. Komposisi makanan serealia dengan sayur dan minyak, di mana
berkadar protein tinggi, menurut Zeng et al sayuran hanya mengandung sedikit protein,
(2011)21 yang melakukan penelitian pada tetapi mengandung vitamin dan mineral.
remaja akhir (18-23 tahun) menunjukkan, kadar Hasil analisis menunjukkan, responden
gula lebih bertahan dibandingkan dengan usia 6-18 tahun ada 27 persen yang
komposisi makanan berkadar protein cukup. mengonsumsi sarapan dengan keragaman 3
Keragaman bahan makanan diperlukan kelompok bahan, dan persentase tertinggi
untuk pemenuhan pola makan ber-Gizi (49,6%) mengonsumsi serealia, lauk hewani
Seimbang dengan memperhatikan sumber zat- dan minyak. Hasil penelitian Hardinsyah dan
zat gizi makro (zat-zat gizi yang dibutuhkan Aries (2012),5 menunjukkan bahan makanan
dalam jumlah besar) seperti karbohidrat, lemak, yang banyak dikonsumsi dari kelompok serealia
protein dan air, melainkan juga sumber zat-zat adalah beras yang dikonsumsi dengan
gizi mikro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam kombinasi telor ceplok (kelompok serealia dan
jumlah lebih kecil) seperti vitamin dan mineral, minyak), ikan goreng, tempe goreng, tahu
karena tidak ada satu pun jenis makanan yang goreng. Bila dilihat dari bahan dasarnya,
mengandung semua jenis zat gizi yang makanan tersebut terdiri dari 2 kelompok bahan
33
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
34
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
between habitual breakfast and intellectual Breakfast frequency and quality may affect
performance (logical reasoning) in well- glycemia and appetite ini adults and
nourished schoolchildren of Madrid (Spain). children. J Nutr. 2011; 141(1); 163-8.
Eur J Clin Nutr. 2003; 57 Suppl 1: S49-53.
15. Deshmukh-Taskar PR, Nicklas TA, O’Neil
4. Rampersaud GC, Pereira MA, Girard BL, CE, Keast DR, Radcliffe JD, Cho S. The
Adams J, Metzl JD. Breakfast habits, relationship of breakfast skipping and type
nutritional status, body weight, and of breakfast consumption with nutrient
academic performance in children and intake and weight status in children and
adolescents. J Am Diet Assoc. 2005; adolescents: the National Health and
105(5): 743-60. Nutrition Examination Survey (NHANES):
5. Hardinsyah, Aries M. Jenis pangan sarapan 1999-2006. J Am Diet Assoc. 2010; 110(6):
dan perannya dalam asupan gizi harian 869-78.
anak usia 6-12 tahun di Indonesia, JGP
16. Cho S, Dietrich M, Brown CJP, Clark CA,
2012; 7(2): 89-96.
Block G. The effect of breakfast type on
6. Wilson NC, Parnell WR, Wohlers M, Shirley total daily energy intake and body mass
PM. Eating breakfast and its impact on index: results from the Third National
children’s daily diet. Nutr Diet. 2006; 63(1): Health and Nutrition Examination Survey
15-20. (NHANES III). J Am Coll Nutr. 2003; 22(4):
7. Smith KJ, Gall SL, McNaughton SA, 296-302.
Blizzard L, Dwyer T, Venn AJ. Skipping http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/
breakfast: longitudinal associations with 07315724.2003.10719307?scroll=top&need
cardiometabolic risk factors in the Access=true 22 February 2016
Childhood Determinants of Adult Health
Study. Am J Clin Nutr. 2010; 92(6): 1316- 17. Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk
25. Kesehatan. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB,
8. Sukati. Hubungan kebiasaan makan pagi
2005.
dengan konsentrasi belajar. Penel Gizi
Makan. 1991; 14: 60-73. 18. Sartika RAD. Penelitian komunikasi,
informasi dan edukasi gizi terhadap
9. Permaesih D, Herman S. Faktor-faktor
perilaku sarapan siswa sekolah dasar.
yang mempengaruhi anemia pada remaja.
Kesmas. 2012; 7(2): 76-82.
Bul Penel Kes 2005; 33(4): 162-7.
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmasphj/articl
10. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian
e/view/66 [5 Oktober 2016]
Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan 19. Indonesia, Kementerian Kesehatan.
Litbangkes, 2010. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun
11. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan. Studi Diet Total, Survey 20. Indonesia, Kementerian Kesehatan.
Konsumsi Makanan Individu 2014. Jakarta: Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
Badan Litbangkes, 2014. tentang Pangan.
12. Indonesia, Badan Litbangkes Kementerian 21. Zeng YC, Li SM, Xiong GL, Su HM, Wan
Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan JC. Influences of protein to energy ratios in
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan breakfast on mood, alertness and attention
Litbangkes, 2013. in the healthy undergraduate students.
13. Setyorini E. Gambaran perilaku sarapan Health. 2011; 3: 383-93.
dan hubungannya dengan prestasi belajar 22. Indonesia, Ditjen Bina Gizi dan KIA
siswa kelas 3 dan 4 SD Daar Ei Salam, Kementerian Kesehatan. Pedoman Gizi
Bogor. Skripsi. Depok: Fakulas Kesehatan Seimbang 2014. Jakarta: Kementerian
Masyarakat Universitas Indonesia. 2006. Kesehatan RI, 2014.
14. Pereira MA, Erickson E, McKee P, 23. Achadi E, Pujonarti SA, Sudiarti T,
Schrankler K, Raatz SK, Lytle LA, et al. Rahmawati, Kusharisupeni, Mardatillah, et
35
Gizi Indon 2016, 39(1):25-36 Keragaman bahan makanan… Dewi Permaesih, dkk
al. Sekolah dasar pintu masuk perbaikan seimbang masyarakat. Kesmas. 2010; 5(1):
pengetahuan, sikap dan perilaku gizi 42-8.
36