Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This research aims to analyze existing norms conflict between Article 16 Paragraph (1) c of Act
No. 2 of 2014 on the Amendment Act No. 30 of 2004 concerning Notary which provides that the
Notary required to attach the fingerprint of the parties facing the Minuta Deed, and Article 77
of Act No. 40 of 2007 on Limited Liability Company which provides that the Annual General
Meeting of Shareholders (AGMS) through media teleconference, videoconference, or other
means of electronic media. It also examines the juridical implications of the Notary and Acts
of the AGMS through electronic media if the Notary does not fulfill the obligation to attach the
fingerprint of the parties facing the Minuta Deed. To answer the above norm conflict, the type of
research conducted by researchers is a normative juridical research using the statute approach
and conceptual approach. The results of this research, that there is a conflict of norms in the
form of obscurity norm, disharmony and emptiness norm in the relevant legislation. Regarding
the juridical implications of the notary when not fulfilling the obligation to attach the fingerprint
of the parties facing the Minuta Deed, then the notary may be subject to sanctions pursuant
to Article 16, paragraph (11) of Act No. 2 of 2014 on the Amendment of Act No. 30 of 2004 on
the Notary. As against the deed of the AGMS, fingerprint embedding function within minutes of
notarial deed is not a legal action to determine the validity or authenticity of the certificate, but
only serves to ensure the correctness identity of the facing parties.
Key words: general meeting of shareholders, electronic media, fingerprints, minuta deed
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisa konflik norma yang ada antara Pasal 16 Ayat (1) huruf
c Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 30
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang mengatur bahwa Notaris wajib untuk melekatkan
sidik jari penghadap pada Minuta Akta, demikian dengan Pasal 77 Undang-undang Nomor
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengatur bahwa penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui media telekonferensi, video konferensi, atau
sarana media elektronik lainnya. Selain itu juga mengkaji implikasi yuridis terhadap Notaris
dan akta RUPS melalui media elektronik apabila Notaris tidak memenuhi kewajiban untuk
melekatkan sidik jari penghadap pada minuta akta. Untuk menjawab konflik norma tersebut
di atas, jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yuridis normatif dengan
menggunakan pendekatan statute approach (pendekatan perUndang-undangan) dan conceptual
approach (pendekatan konsep). Hasil penelitian, bahwa terjadi konflik norma berupa kekaburan
norma, disharmonisasi maupun kekosongan norma di dalam peraturan perUndang-undangan
terkait. Mengenai implikasi yuridis terhadap Notaris apabila tidak memenuhi kewajiban untuk
108
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 109
melekatkan sidik jari penghadap pada minuta akta, maka Notaris dapat dikenai sanksi sesuai
pasal 16 ayat (11) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Sedangkan terhadap akta RUPS,
fungsi melekatkan sidik jari dalam minuta akta Notaris bukan suatu tindakan hukum dalam
menentukan keabsahan atau otentisitas dari akta tersebut melainkan hanya berfungsi untuk
menjamin kebenaran identitas penghadap.
Kata kunci: rapat umum pemegang saham (RUPS), media elektronik, sidik jari, minuta akta
1 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 48.
2 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 8.
110 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
3 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Revisi), Megapoint Kesant Blanc, Jakarta, 2002, hlm.
82.
4 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hlm. 28.
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 111
ini juga diatur berbagai ancaman hukuman pengertian akta otentik berdasarkan pasal
bagi kejahatan melalui internet. UUITE 1868 KUH Perdata adalah suatu akta yang di
mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-
di internet dan masyarakat pada umumnya undang, dibuatoleh atau di hadapan pegawai-
guna mendapatkan kepastian hukum, dengan pegawai umum yang berkuasa untuk itu di
diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan tempat di mana akta dibuatnya. Namun ada
digital sebagai bukti yang sah di pengadilan. yang berpendapat berbeda seperti apa yang
Dampak yang ditimbulkan adalah bahwa disampaikan oleh Muntinah dalam thesisnya
ketentuan UUPT mensyarakatkan bahwa yang berjudul “Aspek Hukum Rapat Umum
setiap perubahan yang berhubungan dengan Pemegang Saham Perseroan Terbatas Melalui
Anggaran Dasar dari Perseroan Terbatas Telekonferensi” yang menyimpulkan bahwa:5
itu harus dibuatkan risalah rapat yang harus 1) Mekanisme pembuatan akta dari hasil
Rapat Umum Pemegang Saham yang
dituangkan dalam akta otentik, yaitu akta
dilakukan secara telekonferensi meliputi
notaris. Hambatan yang nyata dari proses pembuatan akta oleh Notaris, kemudian
kecanggihan teknologi ini adalah bahwa data dibacakan secara telekonferensi agar
para pihak yang mengikuti RUPS
yang dihasilkan dari sebuah RUPS dengan
dapat mengetahui isi akta. Setelah para
menggunakan mekanisme elektronik tentu pihak setuju dengan isi akta, kemudian
saja menghasilkan data elektronik pula. dilakukan penandatanganan akta
secara elektronik menggunakan digital
Ada pandangan yang berbeda dalam
signature. Pihak yang menandatangani
menganalisa sebuah dokumen elektronik jika adalah para pihak peserta RUPS, para
hal itu dikaitkan dengan suatu akta otentik. saksi, dan Notaris. Semua dilakukan
secara digital. Setelah penandatanganan,
Ada yang berpendapat bahwa aturan yang
maka akta RUPS sudah sah dan mengikat
terdapat pada Pasal 77 UUPT tersebut di atas para pihak sebagai Undang-undang.
bertentangan dengan Pasal 1 ayat (7) Undang- 2) Kekuatan pembuktian data digital dari
undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Rapat Umum Pemegang Saham yang
dilakukan secara telekonferensi adalah
Jabatan Notaris yang telah diperbaharui oleh
sama dengan akta RUPS yang dilakukan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang secara konvensional. Hal ini dikarenakan
Perubahan Undang-undang Nomor 30 tahun hasil RUPS secara telekonferensi sudah
mendapat payung hukum dari:
2004 tentang Jabatan Notaris, bahwa yang
dimaksud akta notaris adalah akta otentik a) Undang-undang Nomor 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan,
yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dimana Pasal 1 angka 2 menyatakan
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan bahwayang dimaksud dengan
dalam Undang-undang ini, sedangkan dokumen perusahaan adalah
5 Muntinah, Aspek Hukum Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas Melalui Telekonferensi,
Thesis Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2010,
Tidak dipublikasikan.
112 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
data, catatan, dan atau keterangan Terlepas dari perdebatan tersebut di atas,
yangdibuat dan atau diterima Pasal 16 Ayat (1) huruf c Undang-undang
oleh perusahaan dalam rangka
pelaksanaan kegiatannya, baik Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
tertulis di atas kertas atau sarana Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang
lain maupun rekaman dalam bentuk Jabatan Notaris, selanjutnya mengatur bahwa
corak apa pun yang dapat dilihat,
dibaca, dan didengar. Dari ruang Notaris wajib untuk melekatkan sidik jari
lingkup data yang dianggap dokumen penghadap pada Minuta Akta. Peneliti melihat
perusahaan tersebut, dapat diketahui ada konflik norma antara pasal tersebut dengan
bahwa data rekaman dalam bentuk
bukan kertas juga diakui sebagai pengaturan penyelenggaraan Rapat Umum
dokumen, sehingga data hasil RUPS Pemegang Saham (RUPS) melalui media
yang merupakan dokumen rekaman telekonferensi, video konferensi, atau sarana
elektronik diakui keabsahannya.
media elektronik lainnya sebagaimana yang
b) Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi diatur oleh Pasal 77 UUPT. Sehingga dalam
dan Transaksi Elektronik (ITE). penelitian ini, Peneliti merumuskan rumusan
Dokumen elektronik berdasarkan masalah sebagai berikut:
pada Pasal 1 ayat 4 UU ITE adalah
setiap informasi elektronik yang 1) Bagaimana konflik norma dalam
dibuat, diteruskan, dikirimkan, penyelenggaraan Rapat Umum
diterima, disimpan dalam bentuk Pemegang Saham Perseroan Terbatas
analog, digital, elektromagnetik,
optikal atau sejenisnya, yang melalui media elektronik terkait dengan
dapat dilihat, ditampilkan dan/atau kewajiban Notaris untuk melekatkan
didengar melalui komputer atau sidik jari penghadap pada minuta akta ?
sistem elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, 2) Bagaimana implikasi yuridis terhadap
gambar, peta, rancangan, foto, atau Notaris dan akta Rapat Umum Pemegang
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Saham Perseroan Terbatas melalui
kode akses, simbol, atau perforasi
yang memiliki makna atau dapat media elektronik apabila Notaris tidak
dipahami oleh orang yang mampu memenuhi kewajiban untuk melekatkan
memahaminya. sidik jari penghadap pada minuta akta ?
c) Selain itu, pelaksanaan RUPS Berdasarkan dengan subtansi
dengan telekonferensi sudah
permasalahan hukum yang hendak dikaji
diperbolehkan oleh UUPT, sehingga
semakin absahlah hasil RUPS dalam penelitian ini, maka penelitian ini
dengan telekonferensi di mata dirancang sebagai suatu penelitian yang
hukum.
bersifat “normatif” (dogmatik).6
6 lihat Terry Hutchinson, Researching and Writing in Law, Lawbook, Sydney, 2002, lihat juga Ian Mcleod,
Legal Method, Macmilan, London, 1993.
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 113
7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 93.
8 Pasal 76 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
114 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
9 Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
10 Yuwono Trisno dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Arkola, Surabaya, 1994,
hlm. 463.
11 Ibid., hlm. 481.
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 115
yang ingin membuat Akta Notaris, bukan tambahan Notaris sebagaimana diatur dalam
orang lain. Diwajibkannya melekatkan sidik 16 Ayat (1) huruf c, demikian untuk disimpan
jari penghadap pada Minuta Akta Notaris sebagai bagian dari Protokol Notaris.
bertujuan untuk mengantisipasi apabila Menurut Pasal 1868 Kitab Undang-
suatu saat para penghadap menyangkal tanda undang Hukum Perdata: ”Suatu akta otentik
tangannya pada Minuta Akta Notaris, maka ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
sebagai bukti tambahan digunakan sidik jari yang ditentukan undang- undang oleh atau
penghadap tersebut.12 dihadapan pejabat umum yang berwenang
Pembuat Undang-undang menggunakan untuk itu di tempat akta itu dibuat.” Dari
istilah “melekatkan” dan bukannya pengertian yang terdapat dalam Pasal 1868
“membubuhkan”. Melekatkan disini memiliki Kitab Undang-undang Hukum Perdata maka
arti yang berbeda dengan membubuhkan. bentuk akta otentik ada dua, yaitu:
Melekatkan menurut Kamus Lengkap Bahasa a. Akta Pejabat / Akta Relaas atau Akta
Berita Acara, yaitu akta yang dibuat
Indonesia, memiliki arti menempelkan pada
oleh (door) Pejabat Umum, berisi uraian
sesuatu.13 Sedangkan membubuhkan menurut dari Pejabat Umum yang dilihat dan
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, memiliki disaksikan Pejabat Umum sendiri atas
permintaan para pihak, agar tindakan
arti menaruh; menambahkan; menuliskan
atau perbuatan para pihak yang dilakukan
(pada).14 Melekatkan sidik jari pada minuta dituangkan kedalam bentuk akta otentik.
akta berarti membubuhkan sidik jari pada b. Akta Pihak / Akta Partij, yaitu akta yang
suatu lembar kertas terpisah yang selanjutnya dibuat di hadapan (ten overstan) Pejabat
Umum, berisi uraian atau keterangan,
menempelkannya pada minuta akta.
pernyataan para pihak yang diberikan
Minuta akta itu menurut Pasal 1 Angka 8 atau yang diceritakan di hadapan Pejabat
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Umum. Para pihak berkeinginan agar
uraian atau keterangannya dituangkan ke
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
dalam bentuk akta otentik.
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris adalah
Pembuatan akta, baik akta relaas maupun
asli akta yang mencantumkan tanda tangan
akta partij, yang menjadi dasar utama atau inti
para penghadap, saksi, dan Notaris, yang
dalam pembuatan akta otentik, yaitu harus ada
disimpan sebagai bagian dari Protokol Notaris.
keinginan atu kehendak (wilsvorming) dan
Disini tampak adanya inkonsistensi antara
permintaan dari para pihak, jika keinginan
Pasal 1 Angka 8 dengan Pasal 16 Ayat (1)
dan permintaan para pihak tidak ada, maka
huruf c, dikarenakan di dalam Pasal 1 Angka
Pejabat Umum tidak akan membuat akta yang
8 sama sekali tidak menyebutkan kewajiban
dimaksud.
12 Arief Rahman Mahmoud, Implikasi Hukum bagi Notaris yang Tidak Melekatkan Sidik Jari Penghadap
pada Minuta Akta, Artikel untuk Jurnal, Tidak dipublikasikan, 2014, hlm. 19.
13 Yuwono Trisno dan Pius Abdullah, Op.cit., hlm. 259.
14 Ibid., hlm. 278.
116 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
Penyelenggaraan RUPS dapat dituangkan dokumen serta sidik jari penghadap. Surat
dalam bentuk akta Berita Acara RUPS yang merupakan tulisan yang mengandung arti,
merupakan jenis kta pejabat/akta relaas baik yang dimaksudkan sebagai alat bukti
maupun dalam bentuk akta Pernyataan maupun yang tidak dimaksudkan sebagai alat
Keputusan Rapat yang merupakan jenis akta bukti, yang dibuat diatas kertas atau sarana
pihak/akta partij. Dalam penyelenggaraan lainnya. Sedangkan dokumen merupakan
RUPS melalui media elektronik yang semua tulisan atau gambar yang dapat
dituangkan dalam bentuk akta Pernyataan digunakan untuk suatu kepentingan.
Keputusan Rapat, disini tidak ada Dengan kata lain, pengertian dokumen lebih
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan luas jika dibandingkan dengan surat, sebab
kewajiban Notaris untuk melekatkan sidik jari dalam dokumen termasuk gambar, foto, dan
pada minuta akta, dikarenakan para pemegang sebagainya. Melekatkan surat dan dokumen
saham melakukan rapat internal diantara dalam minuta akta adalah merupakan hal yang
mereka dan menuangkan hasil RUPS dalam sudah lazim dan seharusnya terjadi dalam
Notulen RUPS yang dibuat dibawah tangan, pembuatan akta karena surat dan sokumen ini
dimana pada akhir acara RUPS tersebut akan merupakan dokumen pendukung dari suatu
ditentukan siapa yang diberi kuasa (biasanya akta yang didalamnya terdapat perbuatan
dengan hak substitusi) untu menghadap di hukum para pihak.
hadapan Notaris dalam rangka menotariilkan Sedangkan terkait dengan sidik jari, maka
Notulen RUPS tersebut. Sedangkan dalam perlu dipahami terlebih dahulu ketentuan
penyelenggaraan RUPS melalui media Pasal 44 ayat (1) dan (2) Undang-undang
elektronik yang dituangkan dalam bentuk akta Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Berita Acara RUPS, disini berarti Notaris ikut Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004
menghadiri dan menyaksikan jalannya rapat, Tentang Jabatan Notaris juncto Pasal 46 (1)
sehingga disini timbul permasalahan bagi dan (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun
Notaris dalam pelaksanaan kewajibannya 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagai berikut:
untuk melekatkan sidik jari pemegang saham/ Pasal 44 Ayat (1) dan (2):
para pemegang saham pada minuta akta, karena (1) “Segera setelah Akta dibacakan, Akta
tersebut ditandatangani oleh setiap
dimungkinkan dari para pemegang saham ada
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali
yang tidak hadir dihadapan Notaris secara apabila ada penghadap yang tidak dapat
langsung melainkan kehadirannya “hanya” membubuhkan tanda tangan dengan
menyebutkan alasannya.
dapat dilihat melalui media elektronik.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat
Obyek yang wajib dilekatkan oleh Notaris
(1) dinyatakan secara tegas pada akhir
pada minuta akta adalah meliputi: surat dan Akta.”
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 117
cap jempol atau orang itu diperkenalkan dan dapat menjadi alasan bagi pihak
kepadanya, bahwa isi akta itu dijelaskan yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
(voorhouden) kepada itu, setelah itu orangnya kepada Notaris.”
membubuhkan cap jempolnya di hadapan
Terkait dengan keberadaan sidik jari dalam
Notaris. Ketentuan tersebut serupa dengan
akta Notariil, yang semula hanya merupakan
yang diatur dalam Pasal 1874 Kitab Undang-
kebiasaan di dalam praktek Notaris mapun
undang Hukum Perdata, dimana pembubuhan
PPAT untuk membubuhkan cap jempol atau ibu
cap jempol yang dimaksud dalam ketentuan-
jari hanya apabila penghadap/para penghadap
ketentuan tersebut di atas ditujukan bagi
tidak bisa membubuhkan tanda tangan,
penghadap/para penghadap yang tidak bisa
oleh karena tidak pernah belajar tulis baca,
tandatangan, hal mana berbeda dengan yang
dengan keberadaan Pasal 16 Ayat (1) huruf c
dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf c
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, kini telah
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
bergeser menjadi suatu kewajiban yang harus
Apabila terdapat penghadap/para
dilaksanakan oleh Notaris untuk melekatkan
penghadap yang tidak dapat membubuhkan
sidik jari pengahadap/para penghadap pada
tanda tangan dalam pembuatan akta otentik
setiap minuta akta notaris yang dibuat olehnya.
harus dijelaskan dalam akta harus dipatuhi
Hanya sayangnya, Undang-undang Nomor 2
notaris, dan apabila ketentuan tersebut
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
dilanggar maka akta tersebut dapat kehilangan
undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
otentitasnya atau hanya mempunyai kekuatan
Notaris tidak mengatur secara jelas mengenai
pembuktian sebagai akta di bawah tangan
mekanisme melekatkan sidik jari penghadap
serta dapat menjadi alasan bagi pihak
pada minuta akta, sehingga kekaburan
yang menderita kerugian untuk menuntut
norma (vague van normen) pun terjadi dan
biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris,
tentu saja menimbulkan kebingungan dalam
sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Ayat (5)
pelaksanaannya.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Terkait kewajiban untuk melekatkan sidik
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
jari penghadap pada Minuta Akta, belum
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris sebagai
terjadi kesepakatan di antara para Notaris,
berikut:
padahal Undang-undang Jabatan Notaris telah
(5) “Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat secara tegas mengaturnya. Pengurus Pusat
(2), ayat (3), dan ayat (4) mengakibatkan Ikatan Notaris Indonesia (PP INI) Adrian
suatu Akta hanya mempunyai kekuatan Djuaini (Ketua Umum), Arry Supratno,
pembuktian sebagai akta di bawah tangan
Abdul Syukur, beranggapan bahwa “sidik
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 119
jari” tersebut wajib dilekatkan pada Minuta kesatuan sikap diantaranya yang menyatakan
Akta Notaris untuk seluruh penghadap, baik bahwa yang digunakan adalah cap ibu jari
penghadap yang bisa membubuhkan tanda kanan saja. Selain itu sidik jari tersebut
tangan, maupun yang tidak bisa membubuhkan diambil berkaitan dengan pembuatan akta
tanda tangan. Mereka menyampaikan bahwa:15 tertentu (diambil pada setiap pembuatan
“Bahwa sekalipun bagi penghadap akta yang dibuat dalam bentuk minuta
yang tidak bisa bertanda tangan akta), yang diambil pada lembaran kertas
dapat diganti dengan surogat
(lembaga pengganti tanda tangan), tersendiri dengan memuat uraian yang jelas
namun mengenai bukti kehadiran judul akta, tanggal akta, nomor akta, nama
penghadap di hadapan Notaris,
penghadap dan bila dirasa perlu dikuatkan
sidik jari dipandang perlu, apalagi
Undang-undang Jabatan Notaris dengan tandatangan dari penghadap kemudian
telah mengaturnya, terutama apabila dilekatkan pada minuta akta. Sidik jari
satu-satunya penghadap atau seluruh
penghadap tidak bisa membubuhkan tersebut diambil pada hari dan tanggal yang
tanda tangannya. Alat bukti tersebut sama dihadapan Notaris dan saksi-saksi pada
adalah sidik jari penghadap, saat berlangsungnya proses pembuatan akta
sekalipun akta autentik yang
bersangkutan sudah merupakan alat dan sebelum penandatanganan akta.16
bukti otentik.” Notaris yang tidak memenuhi kewajiban
Meskipun telah dilaksanakan beberapa untuk melekatkan sidik jari penghadap pada
sosialisasi baik oleh Kementerian maupun PP Minuta Akta sebagaimana diatur dalam Pasal
INI pasca diundangkannya Undang-undang 16 Ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 2
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Tentang Jabatan Notaris, tetapi kekaburan Jabatan Notaris tersebut, dapat dikenai sanksi
norma (vague van normen) yang terjadi berupa: 17
di beberapa pasal termasuk pada Pasal 16 a. peringatan tertulis;
Ayat (1) huruf c, menimbulkan kebingungan b. pemberhentian sementara;
dalam pelaksanaannya. Kebingungan tersebut c. pemberhentian dengan hormat; atau
disikapi oleh PP INI dengan menyampaikan d. pemberhentian dengan tidak hormat.
15 PP INI, Seminar Nasional, Membangun Hukum Kenotariatan di Indonesia, Yogyakarta, 27 Februari 2014.
16 Ibid.
17 Pasal 16 Ayat (11) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
120 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
3. Konflik norma dalam pengaturan Alwesius, harus ada 4 (empat) hal yang harus
penyelenggaraan rapat umum dipastikan berkaitan dengan pelekatan sidik
pemegang saham perseroan jari tersebut, yaitu:19
terbatas melalui media elektronik 1. Sidik jari tersebut benar berasal dari jari
terkait dengan kewajiban notaris penghadap yang bersangkutan;
untuk melekatkan sidik jari 2. Sidik jari tersebut bersumber langsung
penghadap pada minuta akta dari jari tangan penghadap, dalam arti
Latar belakang dilekatkan sidik jari tidak melalui perantara media lainnya;
penghadap pada Minuta Akta adalah untuk 3. Sidik jari tersebut diambil berkaitan
identifikasi kehadiran penghadap. Bukti dengan pembuatan akta tertentu;
kehadiran bahwa yang datang menghadap 4. Sidik jari tersebut diambil pada saat
kepada Notaris ialah orang yang bersangkutan mulai berlangsungnya proses pembuatan
yang ingin membuat Akta Notaris, bukan akta dan sebelum penandatangan akta.
orang lain. Diwajibkannya melekatkan sidik Keempat hal tersebut menurut Penulis tidak
akan bisa terpenuhi ketika Notaris membuat
jari penghadap pada Minuta Akta Notaris
akta Berita Acara RUPS yang diselenggarakan
bertujuan untuk mengantisipasi apabila
melalui media elektronik.
suatu saat para penghadap menyangkal tanda
Penulis disini berpendapat bahwa
tangannya pada Minuta Akta Notaris, maka
terdapat adanya konflik norma yaitu dalam
sebagai bukti tambahan digunakan sidik jari
bentuk disharmonisasi dalam pengaturan
penghadap tersebut.18
penyelenggaraan RUPS PT melalui media
Hal senada juga disampaikan oleh Notaris
elektronik sebagaimana diatur dalam Pasal
senior, Alwesius, bahwa latar belakang
77 Ayat (1) dan (4) Undang-undang Nomor
dibuatnya ketentuan yang mengatur mengenai
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
kewajiban melekatkan sidik jari tersebut
dengan pengaturan terkait kewajiban notaris
menurut Alwesius adalah untuk memperkuat
untuk melekatkan sidik jari penghadap pada
pembuktian mengenai pembuatan suatu akta
minuta akta sebagaimana diatur dalam Pasal
agar penghadap/para pengadap tidak mudah
16 Ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 2
lagi untuk membantah adanya pembuatan
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
dan penandatanganan akta tersebut dihadapan
undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Notaris. Jika ini latar belakangnya maka
Jabatan Notaris.
untuk tercapainya maksud tersebut menurut
18 Arief Rahman Mahmoud, Implikasi Hukum bagi Notaris yang Tidak Melekatkan Sidik Jari Penghadap
pada Minuta Akta, Artikel untuk Jurnal, Tidak dipublikasikan, 2014, hlm. 19.
19 Alwesius, Beberapa Catatan Berkaitan dengan Beberapa Ketentuan dalam UUJN dan Perubahannya
(Revisi), http://alwesius.blogspot.com/, diakses 1 Juni 2014 pukul 09.00 WIB.
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 121
Pasal 77 Ayat (1) dan (4) Undang-undang Maka kewajiban tersebut menurut Penulis
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan akan mustahil untuk dilaksanakan.
Terbatas mengatur hal sebagai berikut: Perlu diingat kembali, bahwa terkait
Ayat (1): “Selain penyelenggaraan RUPS dengan tanda tangan elektronik memang telah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, diatur dalam Pasal 1 Angka 12 Undang-undang
RUPS dapat juga dilakukan melalui
media telekonferensi, video konferensi, Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
atau sarana media elektronik lainnya Transaksi Elektronik, bahwa yang dimaksud
yang memungkinkan semua peserta dengan
RUPS saling melihat dan mendengar
secara langsung serta berpartisipasi Tanda Tangan Elektronik adalah tanda
dalam rapat.” tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik
yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Ayat (4): “Setiap penyelenggaraan
RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat Informasi Elektronik lainnya yang digunakan
(1) harus dibuatkan risalah rapat yang sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
disetujui dan ditandatangani oleh semua
Pasal 11 Ayat (1) Undang-undang
peserta RUPS.”
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
Penjelasan Pasal 77 Ayat (4) menjelaskan
Dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 53
bahwa yang dimaksud dengan “disetujui
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
dan ditandatangani” adalah disetujui dan
2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan
ditandatangani secara fisik atau secara
Transaksi Elektronik mengatur bahwa Tanda
elektronik.
Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum
Artinya meskipun bentuk persetujuan
dan akibat hukum yang sah selama memenuhi
dari para pemegang saham yang tidak hadir
persyaratan sebagai berikut:
secara nyata di dalam RUPS telah diberikan
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik
melalui mekanisme penandatanganan secara
terkait hanya kepada Penanda Tangan;
elektronik (digital signature). Tapi terkait
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik
pelaksanaan kewajiban Notaris sebagaimana
pada saat proses penandatanganan
diatur dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf c
elektronik hanya berada dalam kuasa
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Penanda Tangan;
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris sebagai
Elektronik yang terjadi setelah waktu
berikut:
penandatanganan dapat diketahui;
“Dalam menjalankan jabatannya,
d. segala perubahan terhadap Informasi
Notaris wajib melekatkan surat dan
dokumen serta sidik jari penghadap Elektronik yang terkait dengan Tanda
pada Minuta Akta.” Tangan Elektronik tersebut setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui;
122 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
e. terdapat cara tertentu yang dipakai 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
untuk mengidentifikasi siapa Elektronik.
Penandatangannya; dan
B. Implikasi Yuridis terhadap Notaris
f. terdapat cara tertentu untuk
dan Akta Rapat Umum Pemegang
menunjukkan bahwa Penanda Tangan
Saham Perseroan Terbatas Melalui
telah memberikan persetujuan terhadap
Media Elektronik Apabila Notaris
Informasi Elektronik yang terkait.
Tidak Memenuhi Kewajiban
Undang-undang ini memberikan
untuk Melekatkan Sidik Jari
pengakuan secara tegasbahwa meskipun
Penghadap Pada Minuta Akta
hanya merupakan suatu kode. Tanda Tangan
Pasal 16 ayat (1) huruf c Undang-undang
Elektronik memiliki kedudukan yang sama
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan
dengan tanda tangan manual pada umumnya
Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004
yang memiliki kekuatan hukum dan akibat
Tentang Jabatan Notaris mengatur mengenai
hukum. Persyaratan sebagaimana dimaksud
kewajiban Notaris untuk melekatkan surat
dalam Pasal tersebut di atas merupakan
dan dokumen serta sidik jari penghadap pada
persyaratan minimum yang harus dipenuhi
Minuta Akta. Sehingga ketika Notaris dalam
dalam setiap Tanda Tangan Elektronik.
membuat akta Berita Acara RUPS PT yang
Ketentuan ini membuka kesempatan
pelaksanaannya melalui media elektronik dan
seluas luasnya kepada siapa pun untuk
kemudian dikarenakan hal tersebut, Notaris
mengembangkan metode, teknik, atau proses
menjadi tidak dapat memenuhi kewajibannya
pembuatan Tanda Tangan Elektronik.
untuk melekatkan sidik jari penghadap/para
Sebenarnya tekhnologi yang berkembang
penghadap pada minuta akta, maka Notaris
saat ini juga telah mengenal adanya sidik
dapat dikenai sanksi sesuai pasal 16 ayat (11)
jari elektronik atau yang biasa dikenal
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
dengan istilah fingerprint. Sayangnya terkait
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30
keberadaan sidik jari elektronik belum
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yaitu:
diakomodir di dalam Undang-undang Nomor
1) peringatan tertulis
11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
2) pemberhentian sementara
Transaksi Elektronik. Sehingga menurut
3) pemberhentian dengan hormat
Penulis disini, keberadaan sidik jari elektronik
4) pemberhentian dengan tidak hormat
tidak bisa dipersamakan dengan tanda tangan
Sanksi yang terdapat dalam Pasal 16
elektronik. Disini menurut Penulis konflik
ayat (11) Undang-undang Nomor 2 Tahun
norma yang terjadi adalah kekosongan norma
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
yang mengatur mengenai sidik jari elektronik
undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
Jabatan Notaris, atas pelanggaran pasal 16
Amelia Sri Kusuma Dewi, Penyelenggaraan Rups Melalui Media Elektronik Terkait ... 123
20 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 211.
21 Ibid., hlm. 212.
124 ARENA HUKUM Volume 8, Nomor 1, April 2015, Halaman 1-146
DAFTAR PUSTAKA