You are on page 1of 18

Empowerment Of PT.

MSEs / Individual For Participating In


Government Procurement Of Goods And Services
1
Fakultas Hukum, Universitas Prima Inda, Ema

Articcle Information media and communication causes world relations to


become borderless, significant social, economic and
Article History: cultural changes take place so quickly. The tendency of
Received : xx-xx-2022 society in the use of technology, media, and
Revised : xx-xx-2022 communication certainly brings various implications that
must be anticipated and also watched out for. So with that
Accepted : xx-xx-2022 Law No. 11 of 2008 was formed on Information and
Published : xx-xx-2022 Electronic Transactions (UU ITE). With the creation of
legal regulations and legal institutions both from the
Keyword: regional/central level, they have not yet fully worked
Law; effectively on the actual implementation of the law.
Protection; According to Article 28F of the 1945 Constitution of the
Technogy; Republic of Indonesia, that is, everyone has the right to
communicate and obtain information to develop his
Media; personal and social environment, and has the right to
Communicatin; seek, obtain, possess, store, process, and convey
information using all kinds of channels. which is
Device; available. The development of information technology is
increasing accompanied by all the needs of people's lives.

Abstrak njir ji
Penggunaan Teknologi, media, dan komunikasi banyak
mengubah perilaku masyarakat Indonesia di era
globalisasi saat ini. Perkembangan teknologi, media dan
komunikasi menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa
batas (borderless), perubahan sosial, ekonomi, dan budaya
secara signifikan berlangsung demikian cepat.
Kecenderungan masyarakat dalam penggunaan teknologi,
media, dan komunikasi tentunya membawa perbagai
implikasi yang harus segera diantisipasi dan juga
diwaspadai.Maka dengan itu dibentuk Undang-undang No
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE).Dengan adanya pembuatan aturan
Hukum serta lembaga-lembaga hukum baik dari
daerah/pusat belum sepenuhnya bekerja secara efektif
pada pelaksanan hukum yang sesungguhnya.Menurut
Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republi

Abstract

The use of technology, media, and communication has


changed the behavior of Indonesian people in the current
era of globalization. The development of technology,

DOI: https://doi.org/10.30649/ph.v22i2.145
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman di era modern saat ini sangat memudahkan
masyarakat dalam berinteraksi. Terutama dalam perkembangan teknologi yang salah
satunya perkembangan teknologi media dan komunikasi internet dimana seiring dengan
semakin majunya teknologi internet yang semakin cepat dimanfaatkan baik oleh
masyarakat. Perkembangan di bidang teknologi, media dan komunikasi memberikan
dampak positif pada manusia seperti memudahkan manusia dalam mengakses data,
meraih infomasi, berbelanja secara online, pembayaran elektronik, membantu dalam
proses belajar mengajar, hiburan, media masyarakat, terlebih membantu perkembangan
perekonomian dalam masyarakat. Zaman ini terkenal dengan era teknologi komunikasi. 1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah membawa
dampak kepada tingkat peradaban manusia yang membawa suatu perubahan besar
dalam membentuk pola dan perilaku masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan yang
sangat pesat tersebut antara lain terjadi pada bidang teknologi, media, dan
telekomunikasi. Perkembangan Teknologi yang sangat pesat ini membawa revolusi
komunikasi yang menyebabkan kehidupan masyarakat di berbagai negara tidak bisa
terlepas bahkan ditentukan oleh informasi dan komunikasi. Revolusi Teknologi yang
begitu pesat membuat berbagai dampak yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia seperti:

a. ketergantungan pada media karena memiliki daya tarik yang menyenangkan


seakan-akan menemukan dunianya sendiri yang membuatnya terasa nyaman dan tidak
mau melepaskannya kita bisa menggunakan komputer sebagai pelepas stress dengan
bermain games yang ada.

a. Kekejaman dan kekerasan yang ditampilkan dalam media internet, dikarenakan


aktifitas dalam internet tidak terbatas memudahkan manusia mengakses segala aspek
dalam internet termasuk pada kalangan anak-anak. Adanya video dengan unsur
kekerasan, film thriller yang menunjukkan (kasus pembunuhan dan gangguan
1
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juprehum/article/view/3315
2
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

kejiawaan), bahkan permainan komputer yang memiliki sifat kekerasan dan


pembunuhan.

b. Pornografi Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan


pornografi, memang tidak salah. Banyaknya situs-situs pornografi yang ada di internet,
cukup meresahkan banyak pihak terutama orang tua yang khawatir anak-anaknya akan
mengonsumsi hal-hal yang bersifat porno. Ironisnya, ada situs-situs yang memang
menjadikan anak-anak sebagai target khalayaknya.

c. Antisosial salah satu dampak pada perkembangan teknologi saat ini adalah
antisosial dimana masyarakat tidak lagi peduli pada lingkungan sekitarnya dan
kurangnya interaksi pada sesame karena sudah terlalu obesesi dengan dunia media
internet. Lama kelamaan, seseorang akan sulit menjalin komunikasi dan membangun
relasi dengan orang-orang disekitarnya. Bila hal tersebut tidak segera ditanggulangi
akan menumbulkan dampak yang sangat buruk, yang dimana manusia lama kelamaan
akan sangat individualis.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak penduduk dan sumber daya
manusia yang sangat besar membutuhkan keamanan dan perlindungan hukum dalam
pelayanan bidang teknologi, media dan komunikasi dalam permohonan perangkat
Indonesia, karena jika tidak ada perlindungan hukum maka akan menimbulkan dampak
negatif yang dampat mempengaruhi kehidupan di Negara Indonesia termasuk
mempengaruhi petumbuhan perekonomian, informasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.2

Kecenderungan masyarakat dalam penggunaan teknologi, media, dan


komunikasi tentunya membawa perbagai implikasi yang harus segera diantisipasi dan
juga diwaspadai. Maka dengan itu dibentuk Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Dengan adanya pembuatan aturan
Hukum serta lembaga-lembaga hukum baik dari daerah/pusat belum sepenuhnya
bekerja secara efektif pada pelaksanan hukum yang sesungguhnya. Hal ini berdampak
pada hukum oleh karena itu adanya pembaharuan terhadap hukum yaitu berkembangnya

2
http://directory.umm.ac.id/tik/Perlindungan_Hukum_TIK.pdf

3
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

istilah Information and Communication Technology Law (ICT Law) atau Hukum
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Istilah ini berkaitan dengan pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi sehubungan dengan bagian-bagian dari hukum
yang lain.

Salah satu permasalahan yang paling sering muncul adalah permasalahan


mengenai telematika juga dikenal sebagai “The New Hybrid Technology” adalah
mengenai media komputer lebih tepatnya media internet sebgai dunia maya (cyber
space). Contoh kejahatan yang dilakukan adalah rendahnya keamanan terhap data
privasi, pencurian dana kartu kredit melaui pembelanjaan internet. Maka dari itu, dalam
tulisan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana perlindungan hukum dalam pelayanan
di bidang teknologi, media dan komunikasi dalam permohonan perangkat di Indonesia3

(Rumusan masalah digabungkan pada paragraf terakhir pendahuluan)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian hukum normatif, dengan pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan konseptual (conceptual approach).
Menggunakan bahan hukum primer, khususnya UUD NRI 1945, UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, UU No. 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; UU No. 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang; dan bahan hukum sekunder berupa kepustakaan
hukum berupa buku, jurnal, makalah, bahan perkuliahan, serta bahan hukum
sekunder lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut

3
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=668:dinamika-
konvergensi-hukum-telematika-dalam-sistem-hukum-nasional&catid=107&Itemid=187
4
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

dianalisis secara deskriptif-kualitatif, sehingga dapat diperoleh kesimpulan sesuai


rumusan masalah penelitian.

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Bidang Teknologi, Media, dan Komunikasi Dalam Permohonan


Perangkat

Prosedur sertifikasi alat dan perangkat telekomunikasi pada dasarnya dapat


dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

a. Permohonan Sertifikasi

Pada tahap ini pemohon sertifikasi alat dan perangkat telekomunikasi yang
ditujukan kepada Direktur Standardisasi Pos dan Telekomunikasi. Pemohon sertifikasi
adalah Pabrikan (Perwakilannya), Distributor (Resmi), Importir dan Institusi. Institusi
adalah badan usaha yang menggunakan alat dan perangkat telekomunikasi, service
provider atau institusi pemerintah.

Setelah permohonan diajukan, maka akan dilakukan pengecekan kelengkapan


persyaratan administrasi dan persyaratan teknis alat dan perangkat telekomunikasi yang
akan digunakan sebagai acuan untuk pengujian. Apabila persyaratan administrasi
dinyatakan lengkap dan persyaratan teknis tersedia, maka dalam waktu maksimun 5 hari
akan diterbitkan Surat Pemberitahuan Pembayaran (SP2) dan Surat Pengantar Pengujian
Perangkat (SP3), apabial pengujian dilakukan di Telkom Risti Bandung, maka
maksimun 5 hari akan diterbitkan Surat Pengantar (SP3).

b. Pengujian Alat dan Perangkat Telekomunikasi

5
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

Setelah permohonan menerima SP3, tahap sertifikasi dilanjutkan dengan


pengujian alat dan perangkat telekomunikasi. Pemohon membawa bukti pembayaran
biaya pengujian dan SP3 ke Balai Uji Ditjen Postel. Pengujian alat dan perangkat
telekomunikasi maksimun 45 hari.

c. Penerbitan Sertifikat

Setelah pengujian alat dan perangkat telekomunikasi, Balau Uji Ditjen Postel
atau Telkom Risti Bandung mengirimkan Laporan Hasil Uji kepada Direktur
Standardisasi Postel. Laporan Hasil Uji tersebut akan dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Apabila alat dan perangkat telekomunikasi memenuhi persyaratan teknis yang berlaku,
akan diterbitkan sertifikat. Sedangkan apabila alat dan perangkat telekomunikasi todak
memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, pemohon akan diberitahukan melalui
surat.

Pengaturan pelayanan bidang teknologi diperlukan prinsip pengaturan


telekomunikasi yang mendasar agar dapat membaca kecenderungan yang terjadi di
Indonesia. Masuknya pembahasan mengenai bidang telekomunikasi menjadi penting
saat sektor ini merupakan fasiliator teknologi yang memungkinkan penyempurnaan
pengiriman informasi dan komunikasi. Saat teknologi media baru sudah memungkinkan
medium telekomunikasi, khususnya mobile telephone menjadi platform pesan-pesan
konvergensi media, kebijakan di bidang telekomunikasi menjadi penting dideskripsikan.

Fokus mengenai kebijakan telekomunikasi sangat terkait dengan sejauh mana


negara mengambil terobosan-terobosan yang penting di bidang telekomunikasi. Peran
dan keterlibatan negara dalam bidang telekomunikasi mengalami pergeseran, mulai dari
keterlibatan yang kuat hingga peran yang tidak langsung atau mulai berkurang.
Johannes M. Bauer mencatat bahwa perubahan peran negara dalam telekomunikasi ini
akibat beradaptasi dengan berbagai tekanan yang multigram, termasuk tantangan baru
dalam berbagai sektor, kondisi ekonomi dan teknik, perubahan politik, dan banyaknya
pergeseran konfigurasi dari stakeholders yang relevan dalam upaya mempengaruhi
pembentukan kebijakan komunikasi.
6
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

4
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sampai saat ini telah mengubah
gaya hidup dan cara masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan informasi
pengetahuan. Tidak hanya itu, kemajuan teknologi jaringan atau internet, yang
berkembang beriringan dengan kemajuan teknologi digital, telah mampu memperluas
cakrawala pengetahuan pengguna media dan teknologi. Teknologi telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari semua aspek kehidupan manusia. Hampir semua kegiatan,
manusia memanfaatkan teknologi, baik yang sederhana maupun yang canggih.
B. Perlindungan Hukum Pelaksanaan Kewajiban Universal Telekomunikasi

Telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu tele yang berarti jauh atau alat dan
komunikasi yang berarti pengiriman dan penerimaan pesan yang dapat dipahami.
Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap
informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui
sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya (Permen Kominfo
Nomor 25 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1). Menurut Gouzali telekomunikasi adalah suatu
upaya penyampaian berita dari satu tempat ke tempat lain (jarak jauh) yang
mempergunakan alat atau media elektronik.5

Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata, kepastian


hukum, keamanan, kemitraan, etika, dan kepercayaan pada diri sendiri. Telekomunikasi
memiliki peran yang cukup strategis dalam memperkuat persatuan serta kesatuan
bangsa, menunjang dan mendukung kegiatan perekonomian, memperkuat ketahanan
nasional, dan perlindungan atas bencana dan situasi darurat.[2] Dalam penyelenggaraan
kewajiban universal telekomunikasi meliputi penyelenggaraan jaringan dan jasa
telekomunikasi; serta penyelenggaraan telekomunikasi khusus.6

Pelaksaan Kewajiban universal telekomunikasi perlu memperhatikan beberapa hal


seperti melindungi kepentingan dan keamanan Negara, mengantisipasi perkembangan
teknologi dan tuntutan global yang dilakukan secara profesional dan dapat

4
Papathanassopolous, Stylianos dan Negrune Ralph. 2010. Communications Policy, Theories and Issues, China:
Palgrave MacMilan. Hlm. 20
5
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/151093/permenkominfo-no-25-tahun-2015
6

7
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

dipertanggungjawabkan, dan memerlukan peran serta dari masyarakat. Setiap


penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa teiekomunikasi
wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal. Kontribusi pelayanan
universal berbentuk penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi dan atau
kompensasi lain. Sesuai dengan ketentuan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi dan peraturan pelaksanaannya mengharapkan Undang-Undang
telekomunikasi mampu melindungi konsumen jasa telekomunikasi. Banyaknya
pelanggaran yang dilakukan tentunya membawa dampak buruk bagi banyak orang,
tidak terkecuali dalam penggunaan penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Untuk
menjamin keamanan pelaksanaan kewajiban universal telekomunikasi sebagaimana
yang diamanatkan oleh undang-undang, maka diperlukan adanya perlindungan hukum
terhadap pelaksanaan kewajiban universal telekomunikasi.7

Salah satu contoh perlindungan hukum terhadap pelaksanaan kewajiban universal


telekomunikasi adalah perlindungan hukum terhadap data pribadi di Indonesia. Istilah
data pribadi merupakan bagian dari hak privasi. Istiah data pribadi dicantumkan dalam
Pasal 1 ayat (1) Permenkominfo No.20 Tahun 2016. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) data
perseorangan tertentu diartikan sebagai setiap keterangan yang benar dan nyata yang
melekat dan dapat diidentifikasi, baik yang langsung maupun tidak langsung, pada
masing-masing individu yang pemanfaatannya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Lalu Pasal 1 ayat (3) memberikan penjelasan pemilik data pribadi adalah
individu yang padanya melekat data perseorangan tertentu. Adanya amandemen pada
tahun 2000 dengan ditambahkannya sepuluh butir mengenai HAM perlindungan hak
atas privasi di Indonesia telah mendapatkan perlindungan secara konstitusional8.

Perlindungan hak atas privasi juga diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
1945) hak atas privasi telah dituangkan dalam Konstitusi Indonesia, UUD 1945, sejak
perubahan kedua pada tahun 2000. Adapun pasal-pasal yang mengakui hak atas pribadi
dan kebebasan yang melekat pada diri manusia untuk tidak diganggu:

7
http://eprints.undip.ac.id/13534/1/2004MH3116.pdf
8
Peraturan menteri komunikasi dan informatika republik indonesia nomor 20 tahun 2016
8
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

Pasal 28 G ayat (1):

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.

Pasal 28 H ayat (4):

Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

Setelah UUD 1945 diamandemen, lahirlah beberapa peraturan yang terkait dengan hak
atas privasi seperti UU tentang ITE. Beberapa pasal undang-undang juga mengalami
perubahan pada tahun 2016 yang dikenal dengan UU No.19 Tahun 2016. Pembentukan
UU ITE merupakan amanat dari UUD 1945 yang terkait dengan data pribadi, hak atas
privasi. Pada Pasal 26 ayat 1, UU No.19 Tahun 2016 pengertian hak pribadi yaitu hak
menikmati kehidupan pribadi dan bebas, hak untuk dapat berkomunikasi degan orang
lain tanpa tindakan memata-matai, hak untuk mengawasi akses informasi tentang
kehidupan pribadi dan data seseorang9.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1999 tentang


Telekomunikasi pada Pasal 19 Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin
kebebasan penggunanya memilih jaringan telekomunikasi lain untuk pemenuhan
kebutuhan telekomunikasi. Pasal 21 Penyelenggara telekomunikasi dilarang melakukan
kegiatan usaha penyelenggaraan telekomunikasi yang bertentangan dengan kepentingan
umum, kesusilaan, keamanan atau ketertiban umum. Adapun sanksi yang dikenakan
jika Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Penyelenggara
telekomunikasi yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,

9
http://repository.lppm.unila.ac.id/20585/1/Tulisan%20Perlindungan%20Data%20Pribadi%20Review%20Editor
%2018%20November%202019.pdf

9
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Menurut UU No 36 Tahun 1999 Pasal 42 (1) Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib


merahasiakan informasi yang dikirim dan atau diterima oleh pelanggan jasa
telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang
diselenggarakannya. (2) Untuk keperluan proses peradilan pidana, penyelenggara jasa
telekomunikasi dapat merekam informasi yang dikirim dan atau diterima oleh
penyelenggara jasa telekomunikasi serta dapat memberikan informasi yang diperlukan
atas :

a. permintaan tertulis Jaksa Agung dan atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia
untuk tindak pidana tertentu;

b. permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-


undang yang berlaku.[6]

[1]https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/151093/permenkominfo-no-25-tahun-2015

[2]https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/abstrak/335

[3]http://eprints.undip.ac.id/13534/1/2004MH3116.pdf

[4] Peraturan menteri komunikasi dan informatika republik indonesia nomor 20 tahun
2016

[5]http://repository.lppm.unila.ac.id/20585/1/Tulisan%20Perlindungan%20Data%20Pribadi%20Review
%20Editor%2018%20November%202019.pdf
10
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

[6] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

PENUTUP
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: pertama, politik hukum
pengaturan Pasal 27 ayat (3) Perppu No. 1 Tahun 2020 jo. UU No. 2 Tahun 2020 yang
menentukan segala tindakan atau keputusan yang diambil berdasarkan Perppu/UU a
quo menjadi bukan sebagai objek gugatan yang dapat diajukan kepada PTUN diketahui
untuk maksud menjamin kepastian hukum. Kepastian hukum dalam konteks ini adalah
jaminan atas produk hukum atau kebijakan pemerintah yang tepat, terukur, dan tidak
berubah-ubah dalam waktu singkat. Sebab dalam menghadapi keadaan darurat, dan
saat-saat kritis seperti ini membutuhkan tindakan pemerintah dalam pengelolaan
keuangan negara yang dirancang dengan baik dan memberikan pelayanan publik yang
efektif, serta memastikan stabilitas makroekonomi. Kedua, meskipun Pasal 27 ayat (3)
Perppu No. 1 Tahun 2020 jo. UU No. 2 Tahun 2020 menutup peluang dapat digugatnya
tindakan atau keputusan pemerintah kepada PTUN, namun warga negara atau badan
hukum perdata yang berpotensi atau merasa dirugikan atas tindakan atau keputusan
tersebut masih memeroleh pelindungan hukum. Pelindungan hukum yang tersedia
antara lain: pelindungan hukum secara preventif melalui pengawasan terhadap
administrasi, pengesahan atau persetujuan, keterbukaan pemerintah. Dalam konteks
penanganan pandemi Covid-19 telah tersedia Inpres No. 4 Tahun 2020 sebagai
instrumen hukum pencegahan tindakan/keputusan yang merugikan warga negara/badan

11
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

hukum perdata. Selain itu juga masih tersedia pelindungan hukum secara represif
melalui mekanisme upaya administratif, serta laporan kepada Ombudsman RI.

SARAN
Penelitian ini merekomendasikan kepada pemerintah agar dalam mengambil
tindakan atau keputusan pemerintah dalam mengelola keuangan negara untuk
penanganan pandemi Covid-19 selalu berpedoman pada peraturan perundang-undangan
dan AUPB, sebab meski tindakan atau keputusan tersebut tidak dapat diajukan gugatan
kepada PTUN, namun pejabat yang bersangkutan tidak terbebas dari prosedur dan
pertanggungjawaban hukumnya. Badan atau lembaga pemerintah yang ditunjuk agar
melakukan pembinaan dan pengawasan administratif secara ketat dan tepat. Khusus
bagi warga negara atau badan hukum perdata yang potensial dirugikan atau merasakan
dirugikan atas tindakan atau keputusan pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara
untuk penanganan pandemi Covid-19, dapat menempuh upaya hukum melalui
mekanisme upaya administratif, dan/atau mengajukan laporan kepada Ombudsman RI.

DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Djafar Saidi, Muhammad & Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori
dan Praktik, Ed. 3, Cet. 6, Rajawali Pers, Depok, 2018
M. Hadjon, Philipus, Pegantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2008
________________, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, 1987
Manan, Bagir, Hukum Positif Indonesia: Suatu Kajian Teoritik, FH UII Press,
Yogyakarta, 2004
Marbun, SF., Hukum Administrasi Negara I (Administrative Law I), Cet. II (Edisi
Revisi), FH UII Press, Yogyakarta, 2018
Muh. Ali Rahman, Andi, Penyerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Ke Dalam Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, FH UII Press, Yogyakarta, 2019

12
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

Nick O’Brien & Mary Seneviratne, Ombudsmen at the Crossroads: The Legal Services
Ombudsman, Dispute Resolution and Democratic Accountability, Macmillan
Publishers, London, 2017
Peter Leyland and Gordon Anthony, Texbook on Administrative Law, Sixth Edition,
Oxford University Press, New York, 2009
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Cet. 16, Rajawali Pers, Depok, 2020, hlm.
267
_________, Diskresi & Tanggungjawab Pemerintah, FH UII Press, Yogyakarta, 2014
_________, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, FH UII
Press, Yogyakarta, 2009
_________, Urgensi Upaya Administratif di Indonesia, Cet. Pertama, FH UII Press,
Yogyakarta, 2019
Tjandra, Riawan, Hukum Keuangan Negara, PT. Grasindo, Jakarta, 2014

Jurnal:
Ahmad Gelora Mahardika, “Potensi Penyimpangan Hukum dalam Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020”, Jurnal Ius Quia Iustum No. 2
Vol. 27 Mei, 2020: 264-284
Colin C. Williams and Aysegul Kayaoglu, “The Coronavirus Pandemic and Europe’s
Undeclared Economy: Impacts and A Policy Proposal”, South East European
Journal of Economics and Business, Vol. 15, No. 1, 2020, hlm. 89.
Despan Heryansyah, “Shifting the Absolute Competence of State Administrative Justice
in the Indonesian Legal System”, International and Public Affairs, Vol. 4, No. 2:
28-34
Dina Eva Santi Silalahi Rasinta Ria Ginting, “Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah
Indonesia dalam Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19”, Jurnal Ekonomi &
Ekonomi Syariah Vol 3 No 2, Juni 2020: 156-167
Fatria Khairo, “Urgensi Pembatasan Kompetensi Absolut Peradilan Tata Usaha Negara
di Indonesia”, Jurnal Lex Librum Vol. III, No. 2, Juni 2017: 539-548
Radian Yudha Pradipta, “Batas-Batas Tanggung Jawab Hukum Pejabat Pembuat
Komitmen Terhadap Kerugian Negara Dalam Pengadaan Barang /Jasa Oleh

13
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

Pemerintah Prinsip Asas Maslahat”, Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Vol.
8 No.1, 2017
Ridwan, et.al, “Perluasan Kompetensi Absolut Pengadilan Tata Usaha Negara dalam
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan”, Jurnal Ius Quia Iustum No. 2 Vol. 25
Mei 2018: 339-358

Hasil Penelitian
Norman V. Loayza and Steven Pennings, “Macroeconomic Policy in the Time of
COVID-19: A Primer for Developing Countries”, Research & Policy Brief,
No.28, From the World Bank Malaysia Hub

Makalah/Perkuliahan
Riawan Tjandra, UU No. 2 Tahun 2020: Solusi Fiskal Dan Moneter Atasi Dampak
Covid-19, Tulisan Lepas dalam Perkuliahan Hukum Pajak dan Keuangan Negara,
Program Magister Hukum Pascasarjana UII, 2020.
Riawan Tjandra, Materi Perkuliahan: Kebijakan Fiskal, BKU HTN/HAN Program
Magister Hukum Pascasarjana, FH UII, 2020.

Internet:
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Apa dan Mengapa: Perppu No. 1 Tahun
2020, diakses dari
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/05/FAQ-Perppu-1-
2020.pdf pada 4 September 2020.

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara
RI No. 3344

14
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI No.
4286
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara RI No. 4899
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara
RI No. 5601.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
menjadi Undang-Undang
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Peraturan Presiden No. 192 Tahun 2014 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan
Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa mengenai fungsi
LKPP.
Peraturan Mahkamah Agung RI No. 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Administrasi Pemerintahan setelah Menempuh Upaya Administratif.

Putusan Pengadilan
Putusan Mahkamah Konstitusi RI No. 138/PUU-VII/2009

Author Guidelines
Petunjuk Penulisan Naskah Jurnal Perspektif Hukum (Author Guidelines)

15
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

Jurnal “Perspektif Hukum” adalah jurnal ilmiah Fakultas Hukum Universitas


Hang Tuah Surabaya yang terbit dua edisi dalam setahun dengan menggunakan
ketentuan sebagai berikut:

1. Naskah dapat berupa artikel hasil penelitian atau artikel konseptual di bidang hukum.
Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris sepanjang 20-30 halaman.
Naskah diketik di atas kertas A4 dengan margin atas dan kiri 4 cm, margin bawah dan kanan
3 cm, menggunakan tipe huruf Time New Roman, ukuran font 12 dan spasi 1,5. Naskah harus
disertai dengan abstract sepanjang 100- 200 kata dan keywords antara 3-5 kata, masing-masing
dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan spasi tunggal.

2. Sistematika penulisan untuk artikel hasil penelitian harus mencakup: judul, nama penulis
(tanpa gelar), nama instansi disertai alamat korespondensi, abstrak dan kata kunci,
pendahuluan (termasuk permasalahan), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka.

3. Sistematika penulisan untuk artikel konseptual harus terdiri atas bagian-bagian: judul,
nama penulis (tanpa gelar), nama instansi disertai alamat korespondensi, abstrak dan kata
kunci, pendahuluan, pembahasan (terdiri dari sub bagian sesuai dengan permasalahan yang
dibahas), kesimpulan, dan daftar isi.

4. Penulisan kutipan menggunakan model catatan kaki (footnote).

Untuk buku teks:


nama pengarang, tahun terbit, judul, tempat terbit, penerbit, halaman. Alwi
Wahyudi, 2013, Hukum Tata Negara Indonesia dalam Perspektif Pancasila Pasca
Reformasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 61-63.
Untuk jurnal:
nama pengarang, “judul”, nama jurnal, volume, nomor, bulan tahun, halaman.
Chan Sek Keong, “Securing and Maintaining the Independence of the Court in
Judicial Proceedings”,
Singapore Academy of Law Journal, Vol. 15, No. 2, Maret 2010, hal. 230.
Untuk sumber elektronik:
nama pengarang, “judul artikel”, alamat url lengkap, diakses tanggal akses.
Antaranews, “Pemerintahan Desa Disarankan Masuk
16
Perspektif Hukum; Vol 22 Issue 2: 1-25

Objek Pemeriksaan BPK”,


http://www.antaranews.com/berita/452768/pemerintahan-desa-disarankan-masuk-
objek-pemeriksaan- bpk, diakses 9 September 2014.
Untuk hasil penelitian/tugas akhir:
nama pengarang, tahun terbit, judul, jenis publikasi (hasil
penelitian/skripsi/tesis/desertasi), institusi, tempat institusi, halaman.
Nabil Bahasuan, 2014, Makna Culva Lata dan Culva Levis dalam Hukum
Kedokteran, Tesis, Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Hang Tuah, Surabaya, hal. 40.
Untuk majalah atau koran:
nama pengarang, “judul artikel”, nama majalah/koran, tanggal artikel
diterbitkan, halaman.
Eko Pujiono, “Melegalkan Aborsi secara Terbatas”, Jawa Pos, 22 Agustus 2014,
hal. 4.

5. Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis dengan nama pengarang dibalik.
Contoh penulisannya seperti cara penulisan footnote di atas , tetapi tanpa diikuti
halaman. Sedangkan untuk peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan
disusun seperti contoh berikut:
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 769).
Putusan Mahkamah Agung Nomor 740 K/Pid.Sus/2013 perihal Kasasi
perkara Andat Kusumawati Sinta, S.T. Binti Simal U. Lingkus, 30
Oktober 2013.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-XII/2014 perihal Pengujian
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, 3 Juli 2014.

17
P-ISSN: 1411-9536 | E-ISSN: 2460-3406

6. Similaritas pada naskah maksimal 25%.

7. Sumber pustaka yang dijadikan rujukan 70% berasal dari Jurnal yang merupakan terbitan
10 tahun terakhir.

8. Proses submit, seleksi dan publikasi jurnal Perspektif Hukum dilakukan secara OJS di
website https://perspektif-hukum.hangtuah.ac.id/index.php/jurnal

9. Tahapan seleksi ialah seleksi Pra Subtansi dan Substansi. Tahapan Pra Subtansi yang berisi
pengecekan similaritas dan teknik penulisan. Tahapan Substansi merupakan seleksi oleh
Reviewer dalam proses Review (double-blind peer- review system).

10. Penyunting berhak menyeleksi dan mengedit naskah yang masuk. Kepastian pemuatan
atau penolakan naskah akan diberitahukan kepada penulis. Prioritas pemuatan naskah
didasarkan pada penilaian substansi dan urutan naskah yang masuk ke Jurnal Perspektif
Hukum. Substansi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

18

You might also like