You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332409428

Analisis Permasalahan Hukum E-Commerce dan Pengaturannya di Indonesia

Research · September 2017


DOI: 10.13140/RG.2.2.27189.52967

CITATIONS READS
0 3,146

1 author:

Tansah Rahmatullah
Universitas Islam Nusantara
17 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tansah Rahmatullah on 14 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tansah R. Analisis Permasalahan … 10

Analisis Permasalahan Hukum E-Commerce


dan Pengaturannya di Indonesia
Tansah Rahmatullah 1)
1)
Universitas Islam Nusantara, Bandung
E-mail: tansah_rahmatullah@uninus.ac.id

Abstract. E-commerce has a unique characteristic where transactions can be done anywhere,
anytime, in a flexible way and carried out online, but can cause legal certainty, namely whether the
trade transaction is lawful, fulfilling the elements of validity, jurisdiction, and legal protection.
whether it is related to buying and selling transactions or related to the use of personal data
(collecting). This study uses a normative juridical research method by reviewing and analyzing
secondary data in the form of primary legal materials, secondary and tertiary legal materials. The
specification of this study is descriptive analytical research to describe and analyze e-commerce
problems through the library research approach which will be presented descriptively. This
normative legal research uses secondary data types because it focuses more on library research.
Based on research, in addition to the existing positive laws related to civilization, namely the Civil
Code, Indonesia has the ITE Law and the Trade Law as well as the Government Regulation on the
Implementation of Electronic Transactions and Systems which is the legal umbrella of e-commerce
transactions, however harmonization is needed for activities e-commerce has legal certainty and
guarantees protection. In fact, given its unique characteristics of e-commerce activities, a self-
regulation (Sui Generis) is needed, like the Personal Data Protection Act.

Keywords: E-Commerce, Legal Certainty, Harmonization

Abstrak. E-commerce memiliki karakteristik yang unik dimana transaksi bisa dilakukan dimana saja,
kapan saja, dengan cara yang fleksibel dan dilakukan secara online, namun bisa menimbulkan
masalah kepastian hukum yaitu apakah transaksi dagang tersebut sah menurut hukum, memenuhi
unsur validitas, yurisdiksi, dan perlindungan hukum baik itu yang terkait dengan transaksi jual beli
maupun yang terkait dengan penggunaan data pribadi (collecting). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian yuridis normatif dengan mengkaji dan menganalisis data sekunder berupa bahan-
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan tersier. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitis untuk menggambarkan dan menganalisa masalah e-commerce melalui pendekatan
penelitian kepustakaan (library research) yang akan disajikan secara deskriptif. Penelitian hukum
normatif ini menggunakan jenis data sekunder karena lebih menitikberatkan pada studi kepustakaan.
Berdasarkan penelitian, selain hukum positif yang sudah ada terkait dengan keperdataan yaitu
KUHPerdata, Indonesia memiliki Undang-undang ITE dan Undang-undang Perdagangan serta
Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik yang menjadi
payung hukum transaksi e-commerce, namun demikian diperlukan harmonisasi agar kegiatan e-
commerce memiliki kepastian hukum dan memberikan jaminan perlindungan. Bahkan, mengingat
karakteristiknya yang unik dari kegiatan e-commerce maka diperlukan suatu aturan sendiri (Sui
Generis) sepertinya halnya UU Perlindungan Data Pribadi.

Kata Kunci: E-Commerce, Kepastian Hukum, Harmonisasi

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
11 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

I. PENDAHULUAN sebagian orang untuk melakukan perbuatan


Tidak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan melawan hukum.
teknologi informasi akhir-akhir ini telah Teknologi informasi dengan sendirinya telah
menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap mengubah perilaku masyarakat dan peradaban
pola kehidupan manusia di planet bumi ini, baik manusia secara global. 2 Disamping itu, menurut
itu dampak positif maupun dampak negatif. Onno W. Purbo menyatakan bahwa
Kedua dampak tersebut berjalan beriringan dan perkembangan teknologi informasi telah
menjadi dua blok kekuatan besar yang mampu menyebabkan dunia menjadi tanpa batas
mempengaruhi segenap aktivitas kemanusiaan, (borderless) sehingga menyebabkan perubahan
baik itu dalam bidang ekonomi, politik, agama, sosial berlangsung secara cepat dan signifikan,
sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan, yaitu sebuah dunia baru yang tidak lagi dihalangi
dan lain-lainnya. oleh batas-batas territorial suatu negara yang
Kemajuan teknologi sebagai bagian dari dahulu ditetapkan sangat esensial sekali, yaitu
perkembangan teknologi informasi dewasa ini, dunia maya, dunia yang tanpa batas atau realitas
menimbulkan banyak sekali kemajuan di berbagai virtual (virtual reality).3
bidang, termasuk didalamnya adalah kontak Teknologi informasi saat ini telah menjadi
seseorang dengan pihak lainnya. Aktivitas dunia seperti pedang bermata dua, karena disatu sisi
maya sebagai salah satu ciri dari kemajuan mampu memberikan kontribusi positif bagi
teknologi mengalami perkembangan yang cepat, peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan
yang percepatannya sendiri mungkin tidak pernah peradaban manusia, sementara di sisi yang lain
terbayangkan sebelumnya, bahwa teknologi ini mampu menjadi sarana yang efektif untuk
hampir tampak seperti menara yang menjulang terjadinya suatu perbuatan melawan hukum.
tinggi tanpa pernah tidak ketahui dimana Pesatnya perkembangan teknologi informasi
ujungnya. Aktivitas dunia maya terjadi dalam telah menimbulkan dampak baru bagi dunia
dimensi yang sangat luas mencakup banyak hal hukum. Kehadiran internet sebagai bentuk
dan di berbagai bidang. Melalui media elektronik perpaduan dari teknologi informasi, media dan
masyarakat memasuki dunia maya yang bersifat komputer 4 telah memunculkan paradigma baru
abstrak, universal, lepas dari keadaan, tempat dan dalam kehidupan manusia. Kehidupan berubah
waktu.1 dari yang hanya bersifat nyata (real) ke realitas
Perkembangan teknologi informasi yang begitu baru yang bersifat maya (virtual), dimana realitas
pesat ini disatu sisi telah berhasil memicu dan kedua inilah kemudian biasa dikaitkan dengan
memacu perubahan tatanan kebutuhan hidup internet dan cyberspace.5
masyarakat di bidang sosial dan ekonomi, yang Dalam kegiatan bisnis, pelanggaran privasi atas
notabene sebelumnya bertransaksi ataupun informasi pribadi dapat dilakukan oleh perorangan,
bersosialisasi secara konvensional menuju perusahaan dan pemerintah. Diawali dengan
transaksi ataupun sosialisasi secara elektronik, perkembangan yang terjadi dalam perdagangan
dimana hal tersebut dinilai lebih efektif dan dewasa ini. Para penjual memasarkan barang
efisien. Sementara di sisi yang lain telah dengan cara pemasaran langsung atau direct
memunculkan berbagai permasalahan di selling. Pemasaran langsung merupakan salah satu
masyarakat, dimana tercipta sebuah media baru cara pemasaran dengan melakukan promosi
untuk berinteraksi yang disebut cyberspace. Di langsung atau dikenal dengan targeted advertising.
cyberspace orang bebas melakukan apapun tanpa
diketahui oleh orang lain karena tidak diketahui 2
Ahmad Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem
asal-usul maupun kewarganegaraan asli Hukum Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm.
seseorang. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh 1
3
Agus Raharjo, Cybercrime, Pemahaman dan Upaya
Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Citra Aditya
Bhakti, Bandung, 2002, Hal. 5
4
Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan
1
Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik dalam Sistem Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung,
Pembuktian Perdata, PT. Alumni, Bandung, 2011, hlm. 2005, Hlm. 103
5
4-5 Ibid

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 12

Sejak tahun tahun 1920, penjual memasarkan menggunakan dan menyebarkan informasi pribadi
barangnya melalui surat atau katalog. Secara pelanggan kepada pihak ketiga terutama untuk
statistik, teknik pemasaran ini hanya efektif kepentingan pemasaran.
sebesar 2% saja. Kemudian pihak penjual mencari Sekarang ini banyak keluhan data pribadi yang
cara pemasaran lain yang lebih efektif. Akhirnya, tanpa persetujuan pemilik data digunakan untuk
mereka menemukan cara dengan mengumpulkan kepentingan komersial misalnya asuransi, kartu
data konsumen, biasanya melalui data pembelian kredit, pola penyedotan pulsa, pelanggan tidak
di pusat perbelanjaan. Melalui transaksi e- bisa melakukan UnReg, menerima content yang
commerce, informasi pribadi konsumen dapat tak diharapkan, kredit tanpa agunan dengan SMS
dikoleksi dalam jumlah yang banyak. Sistem (Short Message Service) spam atau SMS (Short
penjualan langsung atau targeted selling yang Message Service) broadcast. Tentunya cukup
dilakukan melalui internet dengan cara sering masyarakat mendapatkan telepon dari
mengirimkan e-mail langsung kepada konsumen telemarketing yang menawarkan pinjaman tanpa
maka pemasaran akan lebih efektif. Penjual agunan, penawaran kartu kredit dan juga
memperoleh informasi konsumen melalui cara- penawaran penutupan asuransi. Termasuk
cara tertentu. Contohnya, dengan secara langsung kejahatan penipuan yang mengatasnamakan suatu
mengoleksi informasi ketika konsumen lembaga tertentu atau orang tertentu dengan
melakukan pendaftaran atau melakukan transaksi, mengiming-imingi hadiah dalam jumlah tertentu
sehingga informasi konsumen berhasil dikoleksi padahal tidak benar dan kemudian si target tertipu.
dan kemudian di antara penjual informasi tersebut Pada situasi ini, dunia maya memungkinkan
disusun dalam sebuah bank data dan dapat terjadinya pencurian data identitas. Identitas yang
diperjualbelikan di antara mereka.6 dicuri tersebut bisa digunakan untuk membuka
Praktik pemasaran bisnis tersebut kemudian akses seperti halnya pencuri yang mampu masuk
menjadi salah satu praktik pemasaran yang ke rumah tanpa permisi. 7 Bahkan, data tersebut
diandalkan terutama dalam transaksi e-commerce juga bisa digunakan di berbagai negara. Faktanya,
karena hanya memerlukan biaya yang relatif kadang sulit untuk menginvestigasi dan
murah, dan pihak produsen dapat menjangkau membedakan antara akses yang sah dengan akses
konsumen dengan jumlah yang sangat besar. Hal yang tidak sah.8
ini, menyebabkan informasi pribadi konsumen Banyaknya masyarakat yang menggunakan
memiliki nilai ekonomi tinggi karena dapat media elektronik sebagai alat komunikasi
diperjualbelikan dan menjadi aset perusahaan. memiliki potensi untuk terjadinya pelanggaran
Di Indonesia, praktik pemasaran langsung telah terhadap privacy khususnya adalah
banyak terjadi terutama dalam industri keuangan penyalahgunaan data pribadi. Di karenakan
khususnya dalam pengelolaan kartu kredit. Dalam perilaku atau budaya masyarakat yang senang
praktik informasi pribadi konsumen telah membagi bagi data serta informasi mengenai
diperjualbelikan melalui agen-agen tanpa kerabat dan teman dekatnya. Contohnya dari
meminta izin terlebih dahulu dari pemilik media elektronik seperti telepon seluler yang
informasi. mengharuskan mengisi data pribadi atau registrasi
Meningkatnya popularitas situs pertemanan sebelum menggunakan kartu telepon seluler atau
seperti facebook, My Space dan Twitter telah bahkan melalui media elektronik internet di setiap
mengakibatkan banyak terjadi pelanggaran privasi
karena informasi pribadi seseorang dapat dengan 7
Chuck Easttom and Jeff Taylor, Computer Crime,
mudah diakses, dan disebarluarkan tanpa Investigation, and the Law (USA: Course
sepengetahun pemilik informasi. Hal tersebut Technology) (sumber: Edy Santoso, Consumer
disebabkan dalam Tems of Uses disebutkan bahwa Protection for Online Banking Scams Via E-Mail in
situs-situs tersebut di atas berhak untuk Malaysia, UUM JOURNAL OF LEGAL SUDIES,
VOL. 3 / 2012, 2012, Hal. 2)
8
Easttom and Taylor, Computer Crime, Investigation, and
6
Shinta Dewi, CYBERLAW Perlindungan Privacy Atas the Law, 19. (sumber: Edy Santoso, Consumer
Informasi Pribadi Dalam E-Commerce Menurut Hukum Protection for Online Banking Scams Via E-Mail in
Internasional, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, Hal. Malaysia, UUM JOURNAL OF LEGAL SUDIES,
4 VOL. 3 / 2012, 2012, Hal. 2

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
13 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

profil pada akun jejaring sosial (seperti Facebook, deskriptif dan bertujuan untuk memberikan
Twitter, Friendster, MySpace, dan lain-lain) gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
individu yang bersangkutan selalu mencantumkan mengenai fakta-fakta, dalam hal ini menganalisis
data-data pribadinya secara relatif lengkap dan mengenai e-commerce dan pengaturannya
jujur.9 Indonesia. Penelitian hukum normatif ini
Pada saat yang sama, ketika aktivitas di dunia menggunakan jenis data sekunder karena lebih
maya telah berlangsung secara luas dengan menitikberatkan pada studi kepustakaan untuk
penggunaan teknologi informasi yang semakin mendapatkan landasan teoritis, berupa hukum
deras dalam berbagai kegiatan yang berbasis positif, tulisan-tulisan dan pendapat para akhli.12.
transaksi elektronik, seperti misalnya layanan
ATM (Anjungan Tunai Mandiri), transaksi bisnis III. HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui Handphone, mobile banking, internet A. Gambaran Umum E-Commerce
banking, e-commerce, dan lain-lain; ternyata Sistem perdagangan dan perbankan dengan
belum diikuti dengan perkembangan hukum yang memanfaatkan sarana teknologi informasi dan
dapat mengikuti percepatan kemajuan teknologi komunikasi (internet) yang kemudian kita kenal
informasi dan komunikasi 10 . Dengan kata lain, saat ini sebagai e-commerce, telah mengubah
pada kondisi yang demikian mutlak diperlukan wajah bisnis di dunia tidak terkecuali di
kehadiran hukum yang dapat menyelesaikan Indonesia. E-commerce lahir sebagai akibat dari
permasalahan/sengketa yang terjadi di dunia perkembangan teknologi informasi dan
maya, karena hukum positif yang ada belum komunikasi dan juga atas tuntutan masyarakat
cukup dapat menjangkaunya. yang membutuhkan pelayanan yang serba cepat,
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan mudah dan praktis. Dengan penggunaan internet,
masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah masyarakat atau pelaku bisnis memiliki ruang
mengenai: (1) Bagaimanakah permasalahan gerak yang lebih luas dalam memilih produk
hukum yang terkait dengan e-commerce ? dan (2) (barang/jasa) dengan berbagai kualitas dan
Bagaimanakah pengaturan e-commerce di kuantitas sesuai dengan yang diinginkan.
Indonesia ?  Dengan e-commerce konsep perdagangan
tradisional (dimana penjual dan pembeli secara
II. METODE
fisik bertemu) berubah menjadi konsep
Penelitian ini menggunakan metode penelitian telemarketing (perdagangan jarak jauh dengan
yuridis normatif yang dilakukan dengan mengkaji menggunakan internet). Perubahan yang lainnya
dan menganalisis data sekunder berupa bahan- adalah tentang bagaimana cara konsumen
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan memperoleh produk yang diinginkan.
tersier. 11 Spesifikasi penelitian ini adalah Formalitas-formalitas yang biasa digunakan
penelitian deskriptif analitis untuk dalam perdagangan atau transaksi secara
menggambarkan dan menganalisa masalah yang tradisional/konvensional semakin dikurangi dalam
terkait dengan e-commerce dan regulasinya perdagangan atau transaksi yang dilakukan secara
melalui pendekatan penelitian kepustakaan elektronik (e-commerce). Konsumen pun
(library research) yang akan disajikan secara memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan
membandingkan informasi barang/jasa yang
9
Artikel oleh Prof. Richardus Eko Indrajit, Fenomena dibutuhkan secara lebih leluasa tanpa dibatasi
Kebocoran Data; Mencari Sumber Penyebab dan Akar oleh batas wilayah (borderless).
Permasalahannya, Michel Pattison sebagaimana dikutip oleh
http://folder.idsirtii.or.id/pdf/IDSIRTII-Artikel309- Dikdik M. Arief Mansur dan Alitaris Gultom 13
FenomenaKebocoranData.pdf, Diakses tanggal 23 Maret
2017 pukul 10.30 WIB
10
Efa Laela Fakhriah, Op. Cit, hlm.5
11 12
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Filsafat Ilmu, Metode Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda,
Penelitian, dan Karya Tulis Ilmiah Hukum, (Metode Bandung, 2006, Hlm. 195
13
Penelitian Hukum), Monograf, Program Studi Magister Dikdik M. Arief Mansur dan Alitaris Gultom, Cyber Law:
Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama,
Bandung, 2012, Hlm. 7 Bandung, 2005, hal. 145

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 14

dalam “Legal Implication of Doing Business on “a general term for any type of business or
the Internet” menyebutkan bahwa : commercial transaction that involves the
“There are several features, which transfer of information across the
distinguish electronic commerce from internet” 16 (istilah umum untuk semua
business conducted by traditional means. jenis bisnis atau transaksi komersial yang
In particular: electronic commerce melibatkan transfer informasi di internet).
establishes a global market-place, where Lebih lanjut Vivek menyebutkan bahwa e-
tradisional geographic boundaries are not commerce merupakan kegiatan bisnis yang
only ignored, they are quite simply memperdagangkan barang atau jasa antara
irrelevant …(Ada beberapa fitur, yang perusahaan e-commerce yang meliputi
membedakan perdagangan elektronik (e- penggunaan teknologi, proses dan praktek
commerce) dari bisnis yang dilakukan manajemen yang meningkatkan daya saing
dengan cara tradisional, dimana organisasi melalui penggunaan strategis atas
perdagangan elektronik membentuk suatu informasi elektronik.
pasar global, di mana batas-batas geografis Dalam tulisannya tersebut, Vivek merujuk pada
tradisional tidak hanya diabaikan, juga definisi e-commerce menurut David Baum, yang
sama sekali tidak relevan” memaknai e-commerce sebagai :
Dari sisi produsen, e-commerce telah “a dynamic set of technologies,
memberikan kemudahan dalam hal pemasaran applications, and business process that link
produk sehingga memotong jalur distribusi yang enterprise, consumers, and communities
berimplikasi pada penghematan biaya dan waktu, through electronic transactions and the
serta adanya kemudahan dalam menghimpun data electronic exchange of goods, services, and
pelanggan secara elektronik. information” 17 (satu set dinamis teknologi,
Namun demikian, mengingat dalam e- aplikasi, dan proses bisnis yang
commerce antara penjual dan pembeli tidak saling menghubungkan perusahaan, konsumen,
bertemu secara tatap muka sebagaimana halnya dan komunitas tertentu melalui transaksi
dalam transaksi konvensional, maka kemungkinan elektronik dan perdagangan barang,
munculnya kecurangan dan kekeliruan sangat pelayanan, dan informasi yang dilakukan
terbuka lebar. secara elektronik).
Secara umum, electronic commerce (e- Kamus Elektronik Wikipedia, mendefiniska e-
commerce) didefinisikan sebagai segala bentuk commerce sebagai :
kegiatan pembelian dan penjualan, pemasaran “a transaction of buying or selling online.
produk, jasa, dan informasi yang dilakukan secara Electronic commerce draws on
elektronis 14. technologies such as mobile commerce,
Menurut Roger Clarke, e-commerce electronic funds transfer, supply chain
didefinisikan sebagai : management, Internet marketing, online
“The conduct of commerce in goods and transaction processing, electronic data
services, with the assistance of interchange (EDI), inventory management
telecomunications and telecomunications- systems, and automated data collection
based tools” 15 (tata cara perdagangan systems. Modern electronic commerce
barang dan jasa yang menggunakan media typically uses the World Wide Web for at
telekomunikasi sebagai alat bantunya). least one part of the transaction's life cycle
Sementara itu, Vivek Rajbahadur Singh dalam although it may also use other technologies
tulisannya yang berjudul An Overview of E- such as e-mail” 18 (transaksi pembelian
Commerce in India, menyebut e-commerce
sebagai : 16
Vivek Rajbahadur Singh, An Overview of E-Commerce
in India, Intercontinental Journal of Marketing Research
14
Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni, Pengenalan Review, Volume 2, Issue 3 (March, 2014), ISSN: 2321-
Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003, 0346- Online ISSN:2347-1670-Print, hal. 67
17
hal. 530 Ibid
15 18
http://www.rogerclarke.com/EC/ECDefns.html#EC https://en.wikipedia.org/wiki/E-commerce

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
15 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

atau penjualan yang dilakukan secara Commerce pada tanggal 25 September 1998, 21
online. Electronic commerce mengacu pada bahwa e-commerce adalah :
penggunaan perangkat teknologi dalam “The production, distribution, marketing,
prakteknya seperti mobile commerce, sale, delivery od goods and services by
transfer dana elektronik, manajemen rantai electronic means” (suatu proses produksi,
pasokan, pemasaran Internet, proses distribusi, pemasaran, penjualan, dan
transaksi online, pertukaran data elektronik pengiriman barang serta jasa melalui sarana
(EDI), sistem manajemen persediaan, dan elektronik).
sistem pengumpulan data otomatis. Dari beberapa pengertian dan definisi mengenai
perdagangan elektronik modern biasanya e-Commerce diatas, dapat diketahui bahwa e-
menggunakan World Wide Web (internet) commerce telah menghasilkan suatu bentuk
setidaknya satu bagian dari siklus proses revolusi baru tentang bagaimana cara orang
transaksinya ini meskipun pada prakteknya berbisnis, yang mengubah cara membeli dan
juga dapat menggunakan teknologi lain menjual produk dan jasa. E-Commerce adalah
seperti e-mail). masa depan cara orang “belanja”. Meskipun
Definisi e-commerce lainnya dapat kita demikian, ada kesenjangan besar antara perkiraan
temukan pada dokumen Guidelines on E- potensi dan tingkat partisipasi konsumen saat ini
commerce 1996 UNCITRAL (Komisi dibawah di e-commerce, yang terlepas dari pertumbuhan
PBB yang khusus membahas perdagangan yang menguntungkan dalam beberapa tahun
internasional), sebagaimana dikutip oleh Shinta terakhir.
Dewi 19, dengan mengartikan e-commerce sebagai E-commerce akan terus tumbuh kokoh dimana
: hadirnya World Wide Web (internet) telah
“applies to any kind of information in the mengubah cara di mana konsumen berbisnis dan
form of a data message used in the context berkomunikasi. Hambatan yang mungkin dihadapi
of commercial activities” (penggunaan oleh para pengguna adalah bagaimana
setiap jenis informasi dalam bentuk pesan menemukan informasi yang dicari secara cepat.
data (data message) yang digunakan dalam Berkaitan dengan sifat dan karakteristik e-
konteks kegiatan komersial). commerce, Baker & McKenzie dalam sebuah
Sementara data message sendiri didefinisikan Research project berjudul Doing E-Commerce in
sebagai : Europe sebagaimana dikutip oleh Shinta Dewi 22
“information generated, sent, received or menyebutkan tiga hal, yaitu :
stored by electronic, optical or similar a. Transparan dan simultan;
means including, but not limited to, b. Interaktif; dan
electronic data interchange (EDI), c. Cepat.
electronic mail, telegram, telex or Sementara itu, Rayport dan Jaworski
telecopy” 20 (informasi yang dihasilkan, berpendapat bahwa karakteristik e-commerce
dikirimkan, diterima atau disimpan melalui merupakan informasi digital. Artinya pertukaran
sarana elektronik, optik atau yang serupa informasi digital antara para pihak yang terjadi
termasuk, namun tidak terbatas pada, dalam proses komunikasi, serta koordinasi antara
pertukaran data elektronik (EDI), surat perusahaan dengan individu dalam jual beli
elektronik, telegram, teleks, telecopy. barang dan jasa dan pengiriman barang, sebagai
Selain UNCITRAL, definisi e-commerce juga berikut:23
terdapat dalam dokumen WTO (World Trade a. Technology enabled, dalam e-commerce
organization) Declaration on Electronic transaksi-transaksi yang terjadi dimungkinkan
oleh adanya teknologi.
b. Technology mediated, e-commerce merupakan
mekanisme perdagangan yang tidak hanya
19
Shinta Dewi, Op. Cit, Hal. 57
20 21
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce Guide Shinta Dewi, Op. Cit, Hal. 57
22
to Enactment with 1996 with additional article 5 as Shinta Dewi, Op. Cit, Hal. 58
23
adopted in 1998 Ibid

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 16

dimungkinkan dengan adanya teknologi akan E-commerce juga dapat diterapkan di bidang
tetapi e-commerce juga merupakan hubungan- berikut ini :
hubungan yang menggunakan teknologi 1) Pendidikan
sebagai media sehingga keberhasilan e- 2) Pelatihan Personil
commerce sangat ditentukan dan bergantung 3) Hiburan
kepada seberapa baik teknologi dan alat yang 4) Perbankan dan transaksi keuangan
digunakan. 5) Layanan-layanan esensial dll.
c. Intra and Inter organizational mechanism, Berkaitan dengan jenis/kategori e-commerce
ruang lingkup e-commerce mencakup Roger Clarke membagi kategori e-commerce
keseluruhan aktifitas inter dan intra organisasi berdasarkan taksonomi market space dan sangat
yang berbasis elektronik yang secara langsung bergantung pada sifat penjual dan pembeli 25 .
maupun tidak langsung menunjang terjadinya Kategorisasi e-commerce dalam pengertian Clarke
proses pertukaran. menggunakan istilah konvensional, yaitu :
Secara umum, sifat dan karakteristik e- 1) B2B (Business to Businessi).
commerce dapat dirinci sebagai berikut : Merupakan kegiatan bisnis atau transaksi
a. Terjadinya transaksi antar dua belah pihak. bisnis (jual-beli) antar pelaku bisnis
b. Adanya pertukaran barang, jasa dan informasi. (perusahaan bisnis kepada perusahaan bisnis
c. Internet merupakan medium utama dalam yang lainnya. Dikdik M. Arief Mansur dan
proses atau mekanisme perdagangan tersebut. Alitaris Gultom menambahkan karakteristik
d. Transaksi tanpa batas. B2B sebagai berikut: 26
e. Transaksi anonim (dapat). a. Trading partners yang sudah saling
f. Produk digital dan non digital. mengetahui dan antara mereka sudah
g. Produk barang tak berwujud. terjalin hubungan yang berlangsung cukup
Mengenai ruang lingkup, E-Commerce lama dan pertukaran informasi hanya
mencakup semua kegiatan bisnis, mulai dari dilakukan atas dasar kebutuhan dan
pengembangan manufaktur, pemasaran dan kepercayaan.
penjualan produk, perolehan informasi mengenai b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-
pasar lewat penelitian pasar, menilai pasar, ulang dan berskala dengan format data yang
merawat pasar, memberikan dukungan pra dan telah disepakati.
pasca-penjualan, pengadaan bahan untuk c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu
memfasilitasi kontak antara pedagang, partner mereka yang lainnya untuk
memberikan dukungan secara bersama dalam mengirim data.
proses bisnis, dan lain-lain. d. Model yang umum digunakan adalah pear
Dalam pengertian yang lebih luas, istilah e- to pear, dimana processing intelligence
commerce mencakup setiap bentuk dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
usaha/perdagangan yang dilakukan dengan 2) B2G / G2B (Business to Government /
menggunakan media elektronik dan kegiatan Government to business)
tersebut bisa melibatkan barang atau jasa. Mengacu pada penjualan oleh perusahaan
Menurut Vivek Rajbahadur Singh, Transaksi e- bisnis kepada pemerintah. Lebih formalitas,
commerce bisa berlangsung antara: 24 menekankan pada kejujuran, dan kontrak yang
a. Satu organisasi dengan organisasi yang lain; dimasukkan pada lembaga yang relevan.
b. Organisasi dengan individu; dan dengan badan Dalam kasus lain, B2G mengacu pada layanan
hukum atau lembaga legislatif. pengiriman oleh pemerintah kepada
Dengan demikian, e-commerce mencakup perusahaan bisnis (G2B). Perbedaan yang
semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan mencolok dari B2B umumnya adalah
bisnis dan manufaktur, kecuali untuk beberapa melibatkan barang dan jasa yang berbeda,
kegiatan tertentu yang dilakukan secara fisik,
seperti manufaktur, pengepakan dan pengiriman. 25
http://www.rogerclarke.com/EC/ECDefns.html#EC
26
Dikdik M. Arief Mansur dan Alitaris Gultom, Cyber
Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika
24
Vivek Rajbahadur Singh, Op. Cit. hal. 68 Aditama, Bandung, 2005, hal. 151

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
17 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

pendekatan yang berbeda untuk transaksi, dan 1. Penjual (merchant), perusahaan/produsen yang
kebutuhan yang berbeda dari teknologi (mis. menawarkan produknya melalui internet.
sistem pembayaran, dan aspek keamanan). Untuk menjadi merchant, maka harus
3) B2C (Business to Consumer) mendaftarkan diri sebagai merchant account
Istilah B2C ini umumnya digunakan untuk pada sebuah bank, agar dapat menerima
merujuk pada penjualan oleh sebuah pembayaran dari customer dalam bentuk credit
perusahaan bisnis kepada orang (konsumen). card.
Meskipun istilah ini tidaklah tepat, karena 2. Konsumen (card holder), yaitu orang yang
perusahaan bisnis juga dapat menjadi ingin memperoleh produk (barang, jasa dan
konsumen. Bussines to Cunsumer (B2C) informasi) melalui pembelian secara online.
merupakan transaksi ritel dengan pembeli Konsumen (card holder) adalah seorang yang
individual. Selain itu Bussines to Cunsumer namanya tercetak pada kartu kredit yang
(B2C) juga dapat berarti mekanisme toko dikeluarkan oleh penerbit berdasarkan
online (electronic shoping mall) yaitu transaksi perjanjian yang telah dibuat.
antara e-merchant dengan e-customeri-(pen). 3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan
Karakteristik B2C: (a) Terbuka untuk umum, (antara penjual dan penerbit) dan perantara
dimana informasi disebarkan ke umum; (b) pembayaran (antara pemegang dan penerbit).
Servis yang diberikan bersifat umum (generic) 4. Issuer, yaitu perusahaan credit card yang
dengan mekanisme yang dapat digunakan oleh menerbitkan kartu.
khayalak ramai. c/o: servis diberikan dengan 5. Certification Authorities, yaitu pihak ketiga
menggunakan basis web; (c) Servis diberikan yang netral yang memegang hak untuk
berdasarkan permohonan (on demand). mengeluarkan sertifikasi kepada merchant,
Consumer melakukan inisiatif dan produser kepada issuer dan dalam beberapa hal
harus siap memberikan respon sesuai dengan diberikan pula kepada card holder.
permohonan. 27 Banyak kemudahan yang ditawarkan e-
4) C2C (Consumer to Consumeri) commerce dan bisa dinikmati oleh
Merupakan transaksi antara individu masyarakat/pengguna, diantaranya adalah
(konsumen), dimana konsumen menjual produk menekan biaya komunikasi, transaksi tanpa batas
secara langsung kepada konsumen lainnya. baik itu dari segi waktu maupun lokasi,
Juga seorang individu yang mengiklankan memberikan lebih banyak pilihan, harga yang
produk barang atau jasa, pengetahuan, maupun relatif lebih murah. Pada sektor jasa pengiriman
keahliannya di salah satu situs lelang. produk-produk lebih tepat, adanya pertukaran
Lazimnya sebagai sebuah kegiatan informasi antara sesama konsumen dalam
bisnis/transaksi bisnis, melibatkan beberapa pihak komunitas tertentu dan emungkinkan banyak
baik itu yang terlibat secara langsung maupun orang untuk bekerja di rumah sendiri.
tidak langsung dan akan sangat bergantung pada Namun disisi yang lain, juga memiliki
kompleksitas transaksi yang dilakukan. Artinya kelemahan yang bisa menimbulkan kerugian
apakah semua proses transaksi dilakukan secara seperti misalnya secara teknis, kurang
online atau hanya beberapa tahap saja yang terjaminnya keamanan dan realibilitas sistem,
dilakukan secara online. Infrastruktur dan bandwith telekomunikasi yang
Budhiyanto sebagaimana dikutip oleh Dikdik kurang memadai. Kebutuhan akan infrastruktur
M. Arief Mansur dan Alitaris Gultom pendukung yang cukup tinggi (web server, server
mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan, dll). Secara hukum, peraturan
transaksi e-commerce yang keseluruhan perundang-undangan yang belum sempurna dan
transaksinya dilakukan secara online dari mulai belum memadai untuk menjangkau permasalahan
awal proses transaksi sampai dengan proses yang terkait dengan perdagangan elektronik
pembayaran, terdiri dari:28 (hubungan kontraktual, bukti elektronik,
yurisdiksi) dan peraturan perlindungan data
pribadi dan privasi yang belum maksimal
27
Ibid, hal. 152
28
Ibid, hal. 152-153

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 18

berakibat pada akses yang terbuka luas sehingga online, bisa menimbulkan masalah kepastian
merugikan. hukum yaitu apakah transaksi dagang tersebut sah
menurut hukum perdata Indonesia. Permasalahan
B. Permasalahan Hukum E-commerce yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan
1). E-commerce Dalam Perspektif Hukum karena transaksi elektronik untuk kegiatan
Kontrak transaksi jual-beli berbasis e-commerce telah
E-commerce pada prakteknya adalah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan
merupakan bentuk transaksi yang dilakukan internasional sebagaimana diatur dalam UU No. 7
secara elektronik. UU No. 11 Tahun 2008 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Tentang ITE Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa Kontrak elektronik, meskipun berbeda bentuk
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum fisik dengan kontrak konvesional, namun
yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, keduanya tunduk pada aturan hukum
jaringan Komputer, dan/atau media elektronik kontrak/hukum perjanjian/hukum perikatan.
lainnya. Kedua jenis kontrak tersebut juga harus
Meskipun demikian, proses transaksi dagang memenuhi “syarat-syarat sah perjanjian” dan
secara elektronik (e-commerce) dan transaksi “azas-azas perjanjian”. Disamping itu, meskipun
dagang secara konvensional memiliki kesamaan. kontrak elektronik kebanyakan berbentuk kontrak
Dari keduanya baik dalam transaksi dagang secara standar (kontrak baku) yang sudah ditentukan
elektronik (e-commerce) maupun dalam transaksi oleh pihak penjual, kontrak standar tersebut tidak
dagang secara konvensional terdapat proses yang boleh melanggar Undang-Undang Nomor 8 tahun
sama, yaitu, (1) penawaran, (2) penerimaan 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
penawaran (pembelian), (3) pembayaran, dan (4) Berkaitan dengan kontrak elektronik (e-
penyerahan barang. Yang membedakan hanyalah contract), Edmon Makarim mendefinisikan
bahwa transaksi dagang secara elektronik (e- kontrak elektronik sebagai :
commerce) dilakukan tanpa tatap muka “Perikatan ataupun hubungan hukum yang
(bertemunya pedagang dan pembeli) dan dilakukan secara elektronik dengan
prosesnya terjadi lebih cepat serta lebih mudah. memadukan jaringan (networking) dari
Dalam kegiatan e-commerce seringkali sistem informasi berbasiskan komputer
dijumpai adanya kontrak/perjanjian untuk (computer based information system)
melakukan transaksi jual beli produk yang dengan sistem komunikasi yang
ditawarkan melalui website atau situs internet berdasarkan atas jaringan dan jasa
(sistem elektronik 29 ). Kontrak tersebut pada telekomunikasi (telecommunication based),
umumnya berbentuk kontrak elektronik (e- yang selanjutnya difasilitasi oleh
contract) yaitu kontrak/ perjanjian para pihak keberadaan jaringan komputer global
yang dibuat melalui Sistem Elektronik 30, dimana Internet”.31
para pihak tidak saling bertemu langsung. Hal ini Sebagai sebuah kontrak, kontrak elektronik
berbeda dengan kontrak biasa/konvensional yang terlebih dahulu dimulai dengan adanya
dilakukan di dunia nyata (offline) yang umumnya kesepakatan antara para pihak, serta berlaku dan
dibuat di atas kertas dan disepakati para pihak mengikat bagi para pihak layaknya undang-
secara langsung melalui tatap muka. undang (pacta sunt servanda). Kontrak elektronik
Dengan karakteristiknya yang unik dimana dapat lahir karena perantaraan alat-alat elektronik,
transaksi bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, misalnya handphone, mesin fax, telepon, chatting,
dengan cara yang fleksibel dan dilakukan secara internet, website dan lainnya. Kontrak elektronik
dapat terbentuk dengan berbagai macam cara.
Misalnya melalui korespondensi e-mail,
29
UU No. 11 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 5 mendefinisikan kunjungan ke website dan melakukan penawaran
sistem elektronik sebagai serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
31
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, Suatu
menyebarkan Informasi Elektronik Kompilasi Kajian, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
30
UU No. 11 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 17 2005, hlm. 215-246

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
19 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

dari sebuah program komputer penawaran online, b). Teori pengetahuan (vernemings theory),
oleh agen elektronik, atau dengan EDI.32 yaitu pengetahuan dari pihak yang
menawarkan. Jadi menurut teori ini suatu
Mekanisme transaksi e-commerce. kata sepakat dianggap telah terbentuk pada
(1). Penawaran (offer). 33 Transaksi e-commerce saat orang yang menawarkan tersebut
dimulai dengan adanya undangan penawaran mengetahui bahwa penawarannya itu telah
(offer) yang ditampilkan dalam sebuah media disetujui oleh pihak lainnya. Jadi teori ini
online (iklan produk yang biasanya disertai pada hakikatnya mengajarkan bahwa pihak
dengan keterangan rinci baik itu kondisi fisik yang menawarkan seharusnya sudah
maupun harga) dari pihak penjual (offeror) mengetahui banhwa tawarannya diterima.
yang bersifat terbuka bagi semua orang. c). Teori kotak pos (mail box theory), suatu
(2). Penerimaan. Terdapat tiga kemungkinan penerimaan tawaran dari suatu kontrak
reaksi dari pihak yang mendapatkan sehingga kontrak dianggap mulai terjadi,
penawaran (offeree) dari produsen/penjual adalah pada saat surat jawaban yang
(offeror), yaitu (1) menerima, (2) menolak berisikan penerimaan tersebut dimasukkan
atau (3) contra offer. 34 Penerimaan adalah dalam kotak pos (penerimaan efektif
persetujuan akhir dan mutlak terhadap isi dari adalah sesaat surat itu dikirimkan dan
suatu penawaran, dan umumnya harus bukan pada saat diterima). 36
disampaikan atau dikomunikasikan kepada
pihak yang menyampaikan penawaran Sahnya kontrak elektronik
(offeror). Penerimaan biasanya dilakukan Sebagaimana halnya suatu perjanjian, kontrak
dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh elektronik dinyatakan sah apabila memenuhi
offeror atau dengan cara-cara yang masuk unsur-unsur sebagaimana disyaratkan dalam Pasal
akal. 1320-1337 KUH Perdata, yaitu :
(3). Lahirnya kontrak. Kontrak elektronik lahir (a). Adanya kesepakatan para pihak (syarat
pada saat adanya penerimaan terhadap subjektif).
penawaran yang dilakukan. Lahirnya kontrak (1) Sepakat lewat email
elektronik ini dapat dilihat dari alat yang Kesepakatan terjadi pada saat email yang
digunakan untuk menghasilkan kontrak menyatakan penerimaan penawaran
tersebut, sehingga dapat diketahui kapan dikirimkan dari penerima (mail box
adanya penerimaan terhadap penawaran yang theory). Penerimaan efektif adalah sesaat
dilakukan. surat itu dikirimkan dan bukan pada saat
Terdapat beberapa teori yang dapat diterima.
menyatakan lahirnya sebuah kontrak:35 (2) Sepakat lewat website
a). Teori Pengiriman (verzend theorie), suatu Kesepakatan terjadi saat konsumen men
kata sepakat terbentuk pada saat “submit” form aplikasi dan setuju
dikirimnya surat jawaban oleh pihak yang melakukan pembayaran.
kepadanya telah ditawarkan suatu kontrak, (b). Kecakapan melakukan perbuatan hukum
karena sejak saat pengiriman tersebut, si (syarat subjektif) 37 , Orang-orang yang
pengirim jawaban telah kehilangan mengadakan perjanjian harus cakap dan
kekuasaan atas surat yang dikirimnya. itu. berwenang untuk melakukan perjanjian
tersebut.
Beberapa situs e-commerce mempersyaratkan
32
Rosa Agustina, Kontrak Elektronik (E-Contract) Dalam customer untuk melakukan transaksi haruslah
Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Gloria Juris, Volume 8, telah berumur minimal 18 tahun. Syarat ini
Nomor 1, Januari-April 2008, hlm. 6 dapat ditemukan pada saat customer mengisi
33
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen/penjual
form pendaftaran yang berisi mengenai data
ingin tawarkan atau jual pada berbagai tingkat harga
selama satu periode waktu tertentu diri dari customer, dimana terdapat suatu
34
Rosa Agustina, Op. Cit. hlm. 9
35 36
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Rosa Agustina, Op. Cit. hlm. 9
37
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001 Pasal 1330 KUH Perdata

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 20

kolom yang berisi mengenai tanggal lahir, langsung telah memenuhi syarat suatu sebab
serta adanya suatu box yang harus di check (√) yang halal, bahwa kontrak atau perjanjian
yang menyatakan bahwa si customer telah yang dilakukan antar para pihaknya
berusia 18 tahun. Sehingga kecakapan mempunyai sebab yang halal sebagai dasar
customer dapat terlihat pada saat ia perjanjian.
melakukan pengisian form.
Contoh : Terdapat pada Your User Aggrement Permasalahan Validitas
eBay http://www.ebay.com dimana dituliskan: United Nations Commission on International
“use the Sites if you are not able to form Trade Law (UNCITRAL) Model Law on
legally binding contracts, are under the age Electronic Commerce yang menjadi rujukan
of 18, or are temporarily or indefinitely pembuatan Undang-Undang dan Hukum e-
suspended from our Sites” (seseorang tidak commerce seluruh masyarakat dunia,
berhak menggunakan web eBay tersebut jika menyebutkan pada Article 5 UNCITRAL Model
tidak mampu atau cakap untuk membuat Law on Electronic Commerce bahwa:
kontrak menurut hukum, berusia dibawah 18 ”Information shall not be denied legal
tahun, atau pihak eBay untuk sementara effect, validity or enforceability solely on
waktu atau dengan waktu tak terbatas the grounds that it is in the form of a data
melarang seseorang tersebut untuk message ” (sebuah informasi, efek,
mengakses atau menggunakan situs tersebut). validitas, atau keberdayaan hukumnya,
(c). Adanya objek tertentu (syarat objektif). Suatu tidak dapat ditolak semata-mata atas dasar
perjanjian haruslah mengenai objek tertentu. karena ia dalam bentuk data message).
E-commerce yang menyediakan berbagai Data message yang dimaksud bila mana
macam benda atau produk yang ditawarkan keotentikannya telah dapat dibuktikan dengan
dan customer bebas memilih terhadap salah menggunakan teknik dan instrumen sebagai mana
satu atau beberapa jenis benda atau produk mestinya. Sehingga kontrak dalam e-commerce
yang dinginkannya, Sehingga apa yang yang dibuat oleh pihak yang berlainan negara,
dipilih customer menjadi obyek dalam dengan adanya aturan tersebut memberikan
perjanjian tersebut. jaminan hukum terhadap kontrak yang dibuat.
(d). Adanya sebab yang halal (syarat objektif).
Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa Permasalahan Yurisdiksi
suatu persetujuan yang dibuat karena sebab Permasalahan yurisdiksi yang mungkin terjadi
yang terlarang tidak mempunyai kekuatan. pada saat terjadi sengketa dapat didekati dengan
Lebih lanjut dalam Pasal 1337 KUH Perdata menggunakan teori-teori berikut ini :
disebutkan bahwa yang termasuk dalam 1) Mail box theory (Teori Kotak Pos),
sebab yang terlarang adalah yang dilarang menyatakan bahwa dalam hal transaksi e-
oleh undang-undang atau berlawanan dengan commerce terjadi, maka hukum yang berlaku
kesusilaan dan ketertiban umum. adalah hukum dimana pembeli mengirimkan
Kontrak e-commerce yang dibuat haruslah pesanan melalui komputernya yang dapat
memenuhi norma-norma yang hidup dalam berarti hukum si customer. Untuk ini
masyarakat, bahwa di dalam persyaratan diperlukan konfirmasi dari merchant. Jadi
mengadakan pendaftaran anggota sebagai perjanjian atau kontrak terjadi pada saat
syarat untuk melakukan transaksi pihak jawaban yang berisikan penerimaan tawaran
merchant. tersebut dimasukkan ke dalam kotak pos (mail
(contoh lihat situs eBay) menegaskan dan box).
mengharuskan customer untuk membaca dan 2) Acceptance theory (Teori Penerimaan), bahwa
memperhatikan bagian Prohibited and hukum yang berlaku adalah hukum dimana
Restricted Items yang mana bagian tersebut pesan dari pihak yang menerima tawaran
berisi mengenai apa saja produk yang tidak tersebut disampaikan. (hukum si merchant).
boleh diperdagangkan. bahwa kontrak yang 3) Proper Law of Contract, bahwa hukum yang
terjadi dalam e-commerce secara tidak berlaku adalah hukum yang paling sering

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
21 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

dipergunakan pada saat pembuatan perjanjian. pemerintah kemudian kembali mengatur tentang
Misalnya, bahasa yang dipakai adalah bahasa e-commerce dalam Undang-undang No. 7 Tahun
Indonesia, kemudian mata uang yang dipakai 2014 tentang Perdagangan.
dalam transaksinya Rupiah, dan arbitrase yang Dalam Pasal 65 ayat (1) menyatakan bahwa
dipakai menggunakan BANI, maka yang setiap pelaku usaha yang memperdagangkan
menjadi pilihan hukumnya adalah hukum barang dan/atau jasa dengan menggunakan sistem
Indonesia. elektronik wajib menyediakan data dan atau
4) The most characteristic connection; hukum informasi secara lengkap dan benar. Sedangkan
yang dipakai adalah hukum pihak yang paling dalam Pasal 66 menyatakan bahwa ketentuan
banyak melakukan prestasi. lebih lanjut mengenai transaksi perdagangan
Pada beberapa kasus, misalnya di negara-negara melalui sistem elektronik diatur dengan atau
eropa dikembangkan prinsip country of origin 38 berdasarkan Peraturan Pemerintah. 40
yaitu mengaplikasikan hukum dari mana kontrak Undang-undang tersebut mengatur banyak hal
itu berasal (umumnya prinsip ini di berlakukan yang patut diperhatikan. Salah satunya adalah
bila ada dispute). pijakan hukum terhadap bisnis elektronik atau e-
commerce yang diatur dalam pasal 65-66. Aturan
2). Regulasi e-commerce di Indonesia ini penting karena bisnis berbasis online sudah
Perdagangan melalui sistem transaksi elektronik menjamur di Indonesia. Seperti diketahui bahwa
pada saat ini sedang berkembang dengan sangat sebelumnya aturan e-commerce merujuk pada
pesat dan menunjukkan perkembangan yang Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang
sangat menggembirakan. Saat ini banyak pelaku Informasi dan Transaksi Elektronik.
usaha (baik itu perorangan maupun berbadan Pemberlakuan aturan e-commerce sebagaimana
hukum) yang menawarkan barang/jasa dengan tercantum dalam UU Perdagangan berlaku untuk
sistem online kepada konsumen. skala internasional. Dalam artian seluruh transaksi
Di Indonesia, pada tanggal 21 April 2008 telah elektronik yang dilakukan pelaku usaha dalam
disahkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 negeri dan luar negeri, yang menjadikan Indonesia
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU sebagai pasar wajib mematuhi aturan e-commerce
ITE). Salah satu yang diatur dalam UU ITE yang ada di dalam UU Perdagangan. Langkah
adalah mengenai perdagangan dengan sistem selanjutnya yang mesti dilakukan oleh Pemerintah
elektronik, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU adalah melakukan sinkronisasi terhadap UU lain
ITE yang menyebutkan bahwa : yang mengatur soal transaksi elektronik seperti
“pelaku usaha yang menawarkan produk UU ITE.
melalui sistem elektronik harus Dengan adanya dua peraturan yang mengatur
menyediakan informasi yang lengkap dan kegiatan e-commerce yaitu UU No. 11 Tahun
benar berkaitan dengan syarat kontrak, 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
produsen dan produk yang ditawarkan” 39 yang menjadi wewenang Kementerian
Semangat yang muncul dengan disahkannya Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta UU
UU ITE ini adalah untuk memberikan No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang
perlindungan kepada para pelaku perdangangan menjadi kewenangan Kementerian Perdagangan
melalui sistem elektronik (e-commerce). Pada maka perlu ada sinkronisasi dalam
perjalanannya, seiring dengan semakin pesatnya pelaksanaannya. Sebagaimana diketahui bahwa
perkembangan teknologi informasi maka semakin dalam e-commerce terdapat dua dimensi, (1)
pesat pula perkembangan perdagangan melalui dimensi perdagangan, dimana ada transaksi
sistem transaksi elektronik, oleh karena itu maka barang dan harga, ada uang di dalamnya, (2)
dimensi ITE-nya yang mencakup segala jenis
38
aktivitas yang terkait dengan penggunaan
Opposite dari prinsip country of Origin adalah Country of
informasi dan transaksi berbasis elektronik.
reception bahwa dalam prinsip ini end user memperoleh
keuntungan dari penerapan perlindungan konsumen di
negaranya (diaplikasikan pada penerapan e- commerce)
39
UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
40
Elektronik Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung
Tansah R. Analisis Permasalahan … 22

Ada catatan penting yang mesti mendapatkan transaksi terkait dengan cara orang berbisnis baik
perhatian terkait aturan hukum (regulasi) tentang itu kegiatan perdagangan maupun perbankan,
penyelenggaraan perdagangan secara online (e- dalam sebuah era perdagangan bebas yang berada
commerce), pertama, apakah aturan e-commerce pada posisi dimana teknologi informasi
juga berlaku kepada penggunaan transaksi online memainkan peranan yang sangat penting sebagai
retail yang menggunakan blog sebagai media media perantara, maka perbuatan hukum tidak
bisnis, kedua, terkait dengan potensi pajak yang lagi didasarkan pada tindakan yang konkret,
mungkin akan diperoleh oleh negara melalui kontan dan komun, melainkan lebih bersifat tidak
aturan e-commerce ini. kontan dan individual.
Secara umum, dapatlah dikatakan bahwa Pada kenyataannya, kondisi tersebut ternyata
Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang belum diikuti dengan perkembangan hukum yang
Perdagangan pada akhirnya memberikan dapat mengikuti percepatan kemajuan teknologi
kepastian hukum kepada pelaku usaha dan informasi dan komunikasi. Dengan kata lain, pada
konsumen dalam negeri yang melakukan bisnis kondisi yang demikian mutlak diperlukan
atau transaksi elektronik. Bentuk kepastian hukum kehadiran hukum yang dapat menyelesaikan
tersebut diantaranya adalah adanya dasar hukum permasalahan/sengketa yang terjadi di dunia
untuk melakukan pengelolaan perdagangan maya, karena hukum positif yang ada belum
transasksi elektronik dan perlindungan hukumnya cukup dapat menjangkaunya.
sekaligus panduan dan arahan untuk bisa Secara garis besar, permasalahan hukum yang
menjalankan bisnis secara baik. UU ini muncul dari pelaksanaan e-commerce berkaitan
memberikan perlindungan kepada konsumen erat dengan hal-hal berikut: (1)
terutama dari bisnis elektronik yang berkedok Originalitas/keaslian data; (2) Keabsahan
penipuan. UU Perdagangan mengatur bagaimana (Validitas – terkait dengan bukti elektronik); (3)
transaksi elektronik dan binis online bisa Kerahasiaan (confidentiality/privacy); (4)
dipertanggungjawabkan oleh pelaku bisnis. Keberadaan barang (availability); (5)
Selain undang-undang, di Indonesia pengaturan Perlindungan konsumen; (6) Pajak; (7)
mengenai kegiatan transaksi yang menggunakan Pembuktian kecakapan para pihak (Hukum
sarana/media elektronik (e-commerce) juga kontrak); dan (8) Yurisdiksi.
terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Sejauh ini, di Indonesia terdapat 2 (dua)
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan undang-undang yang mengatur mengenai kegiatan
Transaksi Elektronik (PSTE). PP PSTE e-commerce, yaitu Undang-undang No. 11 Tahun
merupakan turunan dan aturan pelaksanaan dari 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE dan memuat yang kemudian direvisi menjadi UU No. 19
ketentuan umum mengenai: (1) Sistem Elektronik, Tahun 2016 dan UU No. No. 7 Tahun 2014
(2) Transaksi Elektronik, (3) Agen Elektronik, (4) tentang Perdagangan dan 1 (satu) Peraturan
Penyelenggara Sistem Elektronik, (5) Instansi Pemerintah (PP) yaitu PP No. 82 Tahun 2012
Pengawas dan Pengatur Sektor Terkait, (6) Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Perangkat Lunak, (7) Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik (PSTE) yang merupakan aturan
Elektronik, (8) Instansi Penyelenggara. Pada pelaksana dari UU ITE, selain hukum positif yang
tahun 2009, Bank Indonesia mengeluarkan sudah ada terkait dengan keperdataan yaitu
peraturan mengenai uang elektronik (electronic KUHPerdata. Oleh karenanya, diperlukan upaya
money) yaitu Peraturan Bank Indonesia No. harmonisasi aturan agar kegiatan e-commerce
11/12/PBI/2009. memiliki kepastian hukum dan memberikan
jaminan perlindungan bagi setiap pelaku kegiatan
IV. KESIMPULAN e-commerce. Bahkan, mengingat karakteristik
Aktivitas di dunia maya telah berlangsung yang unik dari kegiatan e-commerce penulis juga
secara luas dengan penggunaan teknologi mengusulkan agar e-commerce dibuat dalam suatu
informasi yang semakin deras dalam berbagai aturan sendiri dengan kata lain Sui Generis. 
kegiatan yang berbasis transaksi elektronik, tidak
terkecuali e-commerce. Adanya perubahan pola

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
23 Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 7 No. 2 September 2017

DAFTAR PUSTAKA Artikel dan Internet


Buku Artikel oleh Prof. Richardus Eko Indrajit,
Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni, Fenomena Kebocoran Data; Mencari Sumber
Pengenalan Teknologi Informasi, Penerbit Penyebab dan Akar Permasalahannya,
Andi, Yogyakarta, 2003 http://folder.idsirtii.or.id/pdf/IDSIRTII-
Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Artikel309-FenomenaKebocoranData.pdf
Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, http://www.rogerclarke.com/EC/ECDefns.html#E
Bandung, 2005 C
Agus Raharjo, Cybercrime, Pemahaman dan https://en.wikipedia.org/wiki/E-commerce
Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, https://statistik.kominfo.go.id/
Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002
Ahmad Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam UNDANG-UNDANG DAN PEDOMAN
Sistem Hukum Indonesia, Refika Aditama, KUH Perdata
Bandung, 2004 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Dikdik M. Arief Mansur dan Alitaris Gultom, Transaksi Elektronik
Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang
Refika Aditama, Bandung, 2005 Perdagangan
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce
Suatu Kompilasi Kajian, PT. RajaGrafindo Guide to Enactment with 1996 with additional
Persada, Jakarta, 2005 article 5 as adopted in 1998
Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik dalam
Sistem Pembuktian Perdata, PT. Alumni,
Bandung, 2011
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Filsafat Ilmu,
Metode Penelitian, dan Karya Tulis Ilmiah
Hukum, (Metode Penelitian Hukum), Monograf,
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Islam Nusantara,
Bandung, 2012
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi
Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001
Shinta Dewi, CYBERLAW Perlindungan Privacy
Atas Informasi Pribadi Dalam E-Commerce
Menurut Hukum Internasional, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009

Jurnal
Edy Santoso, Consumer Protection for Online
Banking Scams Via E-Mail in Malaysia, UUM
JOURNAL OF LEGAL SUDIES, VOL. 3 /
2012, 2012
Rosa Agustina, Kontrak Elektronik (E-Contract)
Dalam Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Gloria
Juris, Volume 8, Nomor 1, Januari-April 2008
Vivek Rajbahadur Singh, An Overview of E-
Commerce in India, Intercontinental Journal of
Marketing Research Review, Volume 2, Issue
3 (March, 2014)

Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana


  Universitas Islam Nusantara Bandung

View publication stats

You might also like