You are on page 1of 15

PENERAPAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA TRANSAKSI ELEKTRONIK DI PERADILAN UMUM


Rahadi Wasi Bintoro
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
E-mail: mas.wasi@yahoo.co.id

Abstract

This research is study about law construction of forming electronic contract in transaction that
exploiting information technology and law of evidence that applying for electronic document. and to
explaing its, researcher use statue approach, conceptual approach and case approach, that is
included in the approach method in legal research. Pursuant to research which have been done,
agreement in e-commerce is form when there is an acceptance from buyer by electrically or when
the buyer signing a digital signature. Evidence law of electronic document that form in e-commerce
and e-banking have strength of perfect verification as pukka act, as long as it is using security
system which is difficult technically to be able to infiltrate or leaked by other party, while
electronic document from transfer of company document to electronic media have strength of
perfect verification. In the case of dispute in e-commerce, e-banking dispute and dispute of
company document which have been transferred in the form of electronic media, hence can be
raised by evidence appliance in the form of written evidence appliance, eyewitness, presupposition,
confession, oath, and expert eyewitness to strengthen electronic document. But that way, rule of
law not yet been given by comprehensively.

Keywords : internet, e-commerce, e-banking, company documen, evidence law

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai konstruksi hukum lahirnya kontrak elektronik dalam transaksi yang
memanfaatkan teknologi informasi dan hukum pembuktian yang berlaku bagi dokumen elektronik dan
untuk membahasnya, peneliti menggunakan pendekatan undang-undang, pendekatan konseptual dan
pendekatan kasus yang merupakan metode pendekatan dalam penelitian normatif. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, kesepakatan lahir dalam e-commerce sejak saat akseptasi dari pihak
pembeli yang diwujudkan melalui pernyataan penerimaan elektronik dan/atau pembubuhan tanda
tangan digital. Berkaitan hukum pembuktian, dokumen elektronik dalam e-commerce dan e-banking
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna seperti halnya akta otentik, sepanjang menggunakan
sistem keamanan yang secara teknis sulit untuk dapat disusupi atau dibobol pihak lain, sedangkan
dokumen elektronik yang dihasilkan dari pengalihan dokumen perusahaan ke media elektronik
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Dalam hal terjadi sengketa dalam e-commerce, e-
banking dan sengketa terkait dokumen perusahaan dalam bentuk media elektronik, maka dapat
diajukan alat bukti berupa alat bukti tertulis, saksi, persangkaan, pengakuan, sumpah, maupun saksi
ahli untuk memperkuat dokumen elektronik tersebut.

Kata Kunci : internet, e-commerce, e-banking, dokumen perusahan, hukum pembuktian

Pendahuluan fuktur menjadi ekonomi yang berbasis jasa.


Hadirnya masyarakat informasi pada mil- Fenomena ini telah menempatkan informasi
lenium ketiga ditandai dengan pemanfaatan sebagai komoditi ekonomi yang sangat penting
internet yang cenderung semakin meluas da- dan menguntungkan.
lam berbagai aktivitas kehidupan manusia. Teknologi informasi mempunyai penga-
Amerika Serikat sebagai pionir dalam peman- ruh besar terhadap kehidupan masyarakat.1 In-
faatan internet telah mengubah paradigma
ekonominya dari ekonomi yang berbasis manu- 1
Syamsiah Amali, “Pemanfaatan Internet pada Pelajar di
Kota Gorontalo”, Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 259

ternet membawa dunia memasuki babak baru kan secara elektronik yaitu melalui Pengiriman
yang lebih popular dengan istilah digital eco- dana via elektronik (Elektronic Fund Transfer/
nomic atau perekonomian digital. Dalam sektor EFT). EFT menurut Cheseman disebut sebagai
bisnis misalnya, pemanfaatan sistem informasi electronic payment and collection system that
akan membantu dan meningkatkan kinerja.2 are facilitated by computers and others elec-
era infomasi saat ini, agar suatu perusahaan tronic tecnology telah membuat pola layanan
dapat bersaing, maka sebuah perusahaan ha- transfer dana perbankan serba elektronik, ser-
rus melakukan transformasi fondasi internal- ba otomatis dan mengkontruksikan pola laya-
nya secara struktural dengan mengembangkan nan transfer dana yang selama ini berlaku pada
strategi e-bisnis.3 Hampir seluruh aktifitas perbankan.
perkonomian di dunia menggunakan media in- Selain e-commerce, transaksi dalam du-
ternet. Salah satu aspek aktifitas ekonomi ter- nia bisnis yang lebih menekankan pada sifat
sebut adalah dalam hal bertransaksi dengan moving quickly juga telah memunculkan ber-
menggunakan media internet yang dikenal de- bagai transaksi yang tidak perlu dilakukan per-
ngan e-commerce. Selain e-commerce peman- temuan langsung antara penjual dan pembeli
faatan teknologi informasi juga dimanfaatkan atau antara kreditur dengan debitur, diantara-
dalam aktivitas perbankan berupa e-banking. nya yaitu e-banking, yang memudahkan tran-
E-commerce menciptakan suatu transak- saksi keuangan, dimana nasabah tidak perlu
si bisnis yang lebih praktis tanpa menggunakan hadir di bank, tetapi cukup menggunakan fasi-
kertas dan tanpa dilakukan suatu pertemuan litas sms via handphone maupun internet. Gaya
secara langsung (face to face).4 Dalam mela- hidup ini, telah mengalihkan transaksi yang di-
kukan e-commerce, sistem pembayaran dilaku- lakukan dalam alam yang nyata ke alam elek-
tronik yang disebut dunia maya (cyberspace).
Opini Publik, hlm. 17; Yetti, “Telaah Mengenai Peranan
Dalam perkembangan, hal ini menimbulkan sua-
Hukum Nasional Dalam Mengantisipasi Kejahatan Cyber
Crime”, Jurnal Hukum Respublika, Vol. 2 No. 4 Tahun tu keragu-raguan mengenai hukum yang ada
2003, hlm. 167: Yourdan, “Konvergensi Teknologi
dan yurisdiksi hukum yang mengikat kedua
Informasi dan Komunikasi (TLK) Keterkaitannya dengan
Hukum Positif”, Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol. 8 belah pihak, baik konsumen maupun pelaku
No. 2 Juni 2010, hlm. 92; Ai Rosita, “Perubahan
usaha.
Paradigma Teknologi Informasi Abad 21”, Competitive,
Vol. 3 No. 2, Desember 2007, hlm. 18; Bambang Selama melakukan kegiatan di dunia ma-
Widarno, “Efektivitas Perencanaan dan Pengembangan
ya, terutama di bidang keperdataan, seperti
Sistem Informasi”, Jurnal Akuntansi Dan Sistem
Teknologi Informasi Vol. 6 No. 1, April 2008, hlm. 2; perdagangan, perjanjian maupun kegiatan per-
Aloysius R Entah, “Perangkat Hukum Atas Kekayaan
Intelektual Dalam Perspektif Etika Profesional Tek-
bankan, dimungkinkan terjadinya permasalahan
nologi Informasi”, Teknologi dan Manajemen Infor- hukum sebagaimana yang dilakukan dalam hu-
matika, Vol 6, edisi khusus, September 2008, hlm. 8
2 bungan keperdataan secara konvensional. Hu-
Rini Handayani, “Analisis Faktor-faktor yang Mem-
pengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan kum Acara Perdata ditujukan untuk menegak-
Penggunaan Sistem Informasi (Studi Empiris Pada
kan hukum materiil perdata dengan perantara
Perusahaan Manufuktur di Bursa Efek), Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 9 No. 2 November 2007, hakim. Hal ini dilakukan untuk mencegah ter-
hlm. 83
3 jadinya eigenrichting. Alas hukum yang dijadi-
Yulia, “Perancangan Arsitektur E-Bisnis untuk Layanan
Persewaan Video Compact Disk Berbasis Teknologi Short kan dasar suatu gugatan dalam praktek adalah
Massage Service”, Jurnal Informatika, Vol. 7 No. 1, Mei
wanprestasi, perbuatan melawan hukum, pem-
2006, hlm. 30; Muslichah, “Teknologi Informasi Dalam
Peningkatan Keunggulan Bersaing Pada PJP II”, ABM, bagian waris dan perceraian, sedangkan yang
Vol. 1 No. 1, Juli 1997, hlm. 14; Budi Agus Riswandi,
dijadikan dasar gugatan terkait dengan adanya
“Cybersquatters, Domain Name dan Hukum Merek
Indonesia”, Jurnal Hukum Respublica, Vol. 4 No. 1 kegiatan keperdataan dengan menggunakan in-
Tahun 2004, hlm. 111; Meyliana, “Menciptakan
ternet hanya wanprestasi dan perbuatan mela-
Fleksibilitas dan Kemudahan Pengguna dengan Website
Content Management System: Studi Kasus Pada Website wan hukum.
Binus School Simprug”, Jurnal Piranti Warta, Vol 11 No.
3, Agustus 2008, hlm. 406
4
Lihat Arsyad Sanusi, “Problematika Hukum Transaksi E-
Commerce”, Varia Peradilan, Tahun XV No. 178, Mei
2000, hlm. 109
260 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

Proses sentral dalam proses peradilan masi elektronik dan/atau dokumen elektronik
perdata adalah masalah pembuktian.5 Proses dan/atau hasil cetaknya dapat digunakan seba-
pembuktian akan menentukan siapa yang “ber- gai alat bukti apabila nantinya terjadi sengketa
hak” atau “wenang” terhadap pokok perkara antara pelaku usaha dan konsumen. Kalimat
yang disidangkan, terkait dengan perkara per- “merupakan alat bukti hukum yang sah” berim-
data yang bersumber dari penggunaan internet plikasi terhadap macam alat bukti yang dikenal
sebagai medianya, proses pembuktian menjadi dalam HIR dan macam kekuatan pembuktian-
suatu masalah tersendiri. Hukum pembuktian nya. UU ITE memberikan suatu pembaharuan
yang berlaku di Indonesia sekarang ini belum hukum yang bertujuan untuk mengakomodir
dapat digunakan untuk transaksi yang dilakukan kebutuhan masyarakat akan jaminan kepastian
secara elektronik. Hal tersebut dikarenakan di hukum dalam bertransaksi dengan mengguna-
Indonesia masih terdapat keharusan tentang kan media informasi elektronik. Pasal 5 ayat (1)
adanya bukti tertulis yang akan dibawa ke pe- telah menegaskan bahwa seluruh informasi
ngadilan bila terjadi sengketa. Ketentuan Pasal elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/
164 HIR misalnya, masih menentukan secara li- atau hasil cetaknya dapat digunakan sebagai
mitatif alat-alat bukti yang dapat diajukan da- alat bukti apabila terjadi sengketa dan merupa-
lam persidangan perdata, yaitu : bukti tertulis, kan alat bukti hukum yang sah.
bukti saksi, bukti persangkaan-persakaan, bukti
pengakuan dan bukti sumpah. Bukti lain yang Permasalahan
berada di luar Pasal 164 HIR yaitu pemeriksaan Berdasarkan latar belakang tersebut, pe-
setempat (Pasal 153 HIR) dan keterangan ahli nulis tertarik untuk membahas mengenai
(Pasal 154 HIR) konstruksi hukum lahirnya kontrak elektronik
Lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun dalam transaksi yang memanfaatkan teknologi
2008, negara telah memberikan suatu pemba- informasi berupa internet dan hukum pembuk-
haruan hukum dalam penyelesaian sengketa tian yang berlaku bagi dokumen elektronik
terkait penggunaan sistem elektronik. Undang- dalam transaksi yang memanfaatkan teknologi
undang ini sendiri dilatarbelakangi globalisasi informasi berupa internet.
informasi telah menempatkan Indonesia seba-
gai bagian dari masyarakat informasi dunia, di Metode Penelitian
mana perkembangan dan kemajuan Teknologi Metode Pendekatan dalam penelitian ini
Informasi yang demikian pesat telah menyebab- adalah normatif dengan menggunakan bebe-
kan perubahan kegiatan kehidupan manusia da- rapa pendekatan masalah yang meliputi pen-
lam berbagai bidang yang secara langsung telah dekatan undang-undang (statute approach),
mem-pengaruhi lahirnya bentuk-bentuk per- pendekatan konseptual (conceptual approach)
buatan hukum baru. Selain itu, pemanfaatan dan pendekatan kasus (case approach). Metode
teknologi informasi berperan penting dalam pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui
perdagangan dan pertumbuhan perekonomian metode kepustakaan dan metode dokumenter.
nasional untuk mewujudkan kesejahteraan Penelitian ini menggunakan metode analisis
masya-akat. normatif kualitatif.
Pasal 5 ayat (1) UU ITE merumuskan:
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elek- Pembahasan
tronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat Konstruksi Hukum E-Commerce
bukti hukum yang sah”. Berdasarkan rumusan Hubungan hukum dalam e-commerce
pasal tersebut, dapat dijelaskan bahwa infor- pada dasarnya dapat digunakan metode analogi
terhadap hubungan hukum dalam perjanjian
5
Teguh Samudera, “Pemahaman Hukum Pembuktian dan
yang dilakukan secara konvensional sebagaiman
Alat Bukti sebagai Upaya Meningkatkan Pembangunan diatur dalam BW. Hal ini dilakukan dengan cara
Bangsa”, Jurnal Hukum Respublica, Vol. 6 No. 2 Tahun
2007, hlm. 253
menerapkan ketentuan-ketentuan hukum yang
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 261

diatur dalam Buku III BW terhadap hubungan sebut tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut
hukum dalam e-commerce. Konsep perjanjian akan terancam batal.
dalam Buku III BW adalah suatu perbuatan Suatu perjanjian telah dinyatakan lahir
hukum, dimana satu subyek hukum atau lebih pada saat tercapainya suatu kesepakatan atau
mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan persetujuan diantara dua belah pihak menge-
dirinya terhadap satu subyek hukum atau lebih. nai suatu hal pokok yang menjadi objek per-
Sutu perjanjian sah apabila memenuhi unsur- janjian. Sepakat disini diartikan suatu perse-
unsur yang diatur dalam Pasal 1320 BW yang suaian paham (kehendak) dan keinginan antara
menentukan bahwa syarat sahnya suatu per- dua belah pihak. Dalam konteks itu terjadi
janjian adalah kesepakatan para pihak, keca- pertemuan kehendak diantara dua belah pihak
kapan untuk membuat perjanjian, suatu hal untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tertentu; dan suatu sebab yang halal. Dalam perjanjian. Kesepakatan akan melahirkan suatu
hal tidak terpenuhinya unsur pertama (kesepa- perjanjian, dan dalam hal ini terdapat bebe-
katan) dan unsur kedua (kecakapan), maka per- rapa teori.7
janjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan Pertama, teori pernyataan. Teori ini me-
apabila tidak terpenu-hinya unsur ketiga (suatu nekankan, bahwa kehendak baru punya arti/
hal tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab makna pada saat ada pernyataan dan konsensus
yang halal) maka perjanjian tersebut adalah tercapai pada saat dikeluarkannya pernyataan
batal demi hukum. tentang akseptasi. Kedua, teori pengiriman.
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat Teori ini menekankan, bahwa konsensus ter-
apa yang dengan tegas ditentukan didalamnya, capai pada saat pernyataan akseptasi dikirim-
melainkan juga segala sesuatu yang menurut kan, dengan pengiriman tersebut, pihak peneri-
sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan ma penawaran kehilangan kesempatan meng-
keadilan, kebiasaan atau undang-undang (Pasal ubah konsensus. Kelemahan teori ini adalah
1339 BW). Syarat-syarat yang selalu diperjanji- pada proses pengiriman pihak pemberi tawaran
kan menurut kebiasaan, harus dianggap telah belum mengetahui adanya penerimaan/ aksep-
termasuk dalam suatu perjan-jian, walaupun tasi. Ketiga, teori sepengetahuan. Teori ini me-
tidak dengan tegas dimasukkan didalamnya nekankan, bahwa konsensus tercapai pada saat
(Pasal 1347 BW). Berdasar uraian tersebut, akseptasi dari pihak penerima penawaran telah
maka hubungan hukum dalam e-commerce me- diterima oleh pihak yang menawarkan. Kele-
rupakan hubungan hukum per-data, dan mahan teori ini yaitu bahwa salah satu pihak
terhadapnya berlaku ketentuan Buku III BW. tertentu yang beritikad buruk dapat saja
Pada dasarnya, bentuk suatu perjanjian memperpanjang jangka waktu pengetahuannya
adalah bebas, tidak terikat pada bentuk ter- tentang adanya akseptasi dan pada dasarnya
tentu.6 Namun, bila undang-undang menentu- sulit dibuktikan kapan suatu pihak mengetahui
kan syarat sahnya perjanjian seperti bila telah isi pernyataan. Keempat, teori penerimaan. Te-
dibuat secara tertulis, atau bila perjanjian di- ori ini menekankan, bahwa konsensus tercapai
buat dengan akta notaris, perjanjian semacam pada saat surat yang berisi penerimaan sampai
ini di samping tercapai-nya kata sepakat ter- di tangan pemberi tawaran atau untuk siapa
dapat kekecualian yang ditetapkan undang- surat tersebut dialamatkan sehingga pada saat
undang berupa formalitas-formalitas tertentu. itulah terjadi konsensus. Kelima, teori pernya-
Perjanjian semacam ini dikenal dengan per- taan yang objektif. Teori ini menekankan,
janjian formil yang menimbulkan konsekuensi bahwa saat terjadinya konsensus adalah saat
hukum bahwa apabila formalitas-formalitas ter- diterimanya surat akseptasi yang secara akal

6 7
Johannes Ibrahim, “Kontrak Dalam Perspektif Multi- Sri Mulyani, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Da-
disipliner”, Gloria Juris, Vol. 6 No. 2, Mei-Agustus lam Transaksi Electronic Commerce”, Hukum dan Dina-
2006, hlm. 112 mika Masyarakat, Vol. 1, Oktober 2003, hlm. 45
262 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

dapat dianggap bahwa pemberi tawaran telah kukan proses reversal yaitu proses dekripsi se-
menerima dan mengetahui isi surat tersebut. belumnya telah banyak diterapkan dengan ada-
Berkaitan dengan kapan suatu perjanji- nya sistem sekuriti seperti SSL, Firewall. Perlu
an lahir, UU ITE dalam ketentuan Pasal 20 ayat diperhatikan bahwa, kelemahan hakiki dari
(1) yang merumuskan: “Kecuali ditentukan lain open network yang telah dikemukakan tersebut
oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi semestinya dapat diantisipasi atau diminima-
pada saat penawaran transaksi yang dikirim lisasi dengan adanya sistem penga-manan ja-
Pengirim telah diterima dan disetujui Pene- ringan yang juga menggunakan kriptografi
rima”. Kemudian dalam penjelasan ditekankan terhadap data dengan menggunakan sistem pe-
lagi bahwa: “Transaksi Elektronik terjadi pada ngamanan dengan digital signature.8
saat kesepakatan antara para pihak yang dapat
berupa, antara lain pengecekan data, identitas, Konstruksi Hukum E-banking
nomor identifikasi pribadi (personal identifi- Kemajuan ilmu dan teknologi di dunia se-
cation number/PIN) atau sandi lewat (pass- makin canggih, seperti halnya kegiatan-kegiat-
word)”. an e-banking yang mempermudah masyarakat
Berdasarkan rumusan Pasal 20 ayat (1) (nasabah) dalam dunia bisnis atau jual beli
beserta penjelasannya tersebut, tampak bah- secara online dan tanpa harus menghabis ener-
wa e-commerce dalam hukum Indonesia lahir gi dan waktu. Contohnya mentransfer uang ke
manakala penawaran yang dilakukan oleh pe- rekening orang lain, membeli produk secara on-
laku usaha dalam web shop disetujui oleh pene- line, membayar tagihan-tagihan anda secara
rima. Kesepakatan ini dapat dilakukan dalam online. E-banking meru-pakan sebuah aktifitas
bentuk pengecekan data, identitas, nomor perbankan yang dijalankan oleh media elektro-
identifikasi pribadi (personal identi-fication nik dengan transaksi melalui internet yang
number/PIN) atau sandi lewat (password). Da- memberikan kemudahan bagi para nasabah ser-
lam hal ini, tampak bahwa UU ITE menganut te- ta lebih menguntungkan dari sisi bank karena
ori pernyataan, yang menekankan bahwa per- biaya yang murah, membuat penggunaan tek-
janjian lahir manakala terdapat suatu aksep- nologi e-banking cenderung semakin mening-
tasi. Dengan demikian, dalam e-commerce kat.
lahirnya perjanjian ditentukan oleh sikap dari Salah satu aspek yang sangat penting da-
pembeli, apabila pembeli melakukan atau lam layanan perbankan adalah aspek keamanan
mengirimkan identitas, nomor identifikasi pri- (security). Arsitektur keamanan teknologi infor-
badi (personal identification number/PIN) atau masi memiliki beberapa komponen9, yaitu kum-
sandi (pass-word, maka perjanjian dalam e- pulan sumber daya yang tersentralisasi (cen-
commerce telah lahir dan kemudian memuncul- tralized resource), pengelolaan identitas (iden-
kan hak dan kewajiban para pihak. tity management), sistem otorisasi (authoriza-
Jaringan internet memiliki kelemahan, tion system), access control, pengelolaan
sehingga dapat dimasuki oleh pihak ketiga yang kebijakan (policy mana-gement), system pe-
dapat mengambil atau merusak data-data ter- mantau (monitoring system), security operati-
kait transaksi yang dilakukan. Namun demikian, on, intranet yang aman (secure intranet/LAN),
kelemahan yang dimiliki oleh internet sebagai dan Internet yang aman (secure Internet).
jaringan publik yang tidak aman tersebut telah
8
Arianto Mukti Wibowo, 1999, Kerangka Hukum Digital
dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan
Signature Dalam Electronic Commerce, dipresen-
teknologi penyandian informasi (Crypthogra- tasikan di hadapan Masyarakat Telekomunikasi Indone-
sia, pada bulan Juni 1999 di Pusat Ilmu Komputer
phy). Electronic data transmission dalam tran-
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat; Akhmad
saksi elektronik (e-commerce) disekuritisasi de- Fauzi, “Penerapan Alogaritma Enkripsi RSA dan IDEA
untuk Aplikasi Online”, Saintek, Vol 11 No. 1, Juli 2007,
ngan melaku-kan proses enkripsi (dengan rumus hlm. 57-62
algoritma) sehingga menjadi cipher/locked da- 9
Budi Rahardjo, 2005. Arsitektur Keamanan Teknologi
Informasi, majalah INFOLINUX edisi 09/2005, Jakarta,
ta yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan mela- hal. 11.
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 263

Menurut Budi Rahardjo,10 ada beberapa menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
aspek keamanan yang harus dijaga dari in- membobol informasi yang dienkrip mengguna-
ternet banking. Pertama, confidentiality. As- kan RC4 yang dipakai di SSL tergantung pada
pek confidentiality memberi jaminan bahwa jumlah bit kunci yang digunakan, yaitu: 11
data-data tidak dapat disadap oleh pihak-pihak Panjang Jaminan waktu untuk
yang tidak berwenang. Serangan terhadap as- kunci RC4 menemukan kunci
40-bit 15 hari
pek ini adalah penyadapan nama account dan 56-bit 2.691,49 tahun
PIN dari pengguna internet banking. Kedua, in- 64-bit 689.021,57 tahun
tegrity. Aspek integrity menjamin integritas 128-bit 12.710.204.652.610.00
0.000.000.000 tahun
data, dimana data tidak boleh berubah atau
diubah oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Bank sendiri dapat dibedakan menjadi
Salah satu cara untuk memproteksi hal ini ada- bank umum dan bank perkreditan rakyat. Ber-
lah dengan menggunakan checksum, signature, kaitan dengan layanan yang diberikan oleh
atau certificate. Mekanisme signature akan da- bank, Pasal 6 dan Pasal 7 UU No. 7 tahun 1992
pat mendeteksi adanya perubahan terhadap tentang Perbankan jo. UU No. 10 Tahun 1998
data. Ketiga, authentication. Authentication
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
digunakan untuk meyakinkan orang yang meng-
7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, telah menen-
akses servis dan juga server (web) yang mem- tukan layanan-layanan yang dapat diberikan
berikan pelayanan. Keempat, non-repudiation. oleh bank dan dalam ketentuan Pasal 10 UU No.
Aspek nonrepudiation menjamin bahwa jika
7 tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 telah
nasabah melakukan transaksi maka dia tidak
ditentukan bentuk kegiatan yang dilarangan
dapat menolak telah melakukan transaksi. Hal dalam suatu Bank Umum.
ini dilakukan dengan menggunakan digital sig-
Pasal 13 UU No. 7 tahun 1992 jo. UU No.
nature yang diberikan oleh kripto kunci publik 10 Tahun 1998 telah menentukan bentuk-ben-
(public keycryptosystem). Kelima, availability.
tuk kegiatan atau layanan bagi Bank Perkre-
Aspek availability difokuskan kepada keterse-
ditan rakyat. Lebih lanjut, ketentuan Pasal 14
diaan layanan. Jika sebuah bank menggelar
UU No. 7 tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998
layanan internet banking dan kemudian tidak telah menentukan bentuk kegiatan yang
dapat menyediakan layanan tersebut ketika dilarang dalam Bank Perkreditan Rakyat.
dibutuhkan oleh nasabah, maka nasabah akan Berdasarkan ketentuan pasal-pasal ter-
mempertanyakan keandalannya dan mening- sebut, tampak bahwa suatu bank tidak dilarang
galkan layanan tersebut. Bahkan dapat dimung- untuk memberikan layanan lain selain apa yang
kinkan nasabah akan pindah ke bank yang dapat
diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 jo. UU No.
memberikan layanan lebih baik.
10 Tahun 1998, sepanjang tidak bertentangan
Berkaitan dengan sistem keamanan laya- dengan peraturan perundang-undangan. Seba-
nan e-banking di Indonesia, pada dasarnya ke-
gaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk
cenderungan bank di Indonesia mengguna-kan
dapat mengakomodir kemajuan teknologi dan
sistem pengamanan dengan menggunakan sis- kebutuhan pelaku bisnis untuk dapat lebih me-
tem SSL, seperti Bank Mandiri dan Bank BII.
ngefisiensikan kegiatan usaha atau transaksi-
Kedua bank ini menggunakan teknologi SSL 128
transaksi yang dilakukannya, khususnya berkait-
bit. Menurut pendapat Onno W Purbo seorang an dengan waktu, maka dunia perbankan
pakar Informatika SSL 128-bit RC4, dibutuhkan
kemudian mengeluarkan layanan e-banking.
triliun miliar tahun dengan 120 komputer jalan Layanan e-banking ini mempermudah nasabah
paralel untuk menembus keamanan ini. Onno
11
Arrianto Mukti Wibowo, 2007, Studi Perbandingan
Sistem-sistem Perdagangan di Internet dan Desain
10
Budi Rahardjo, 2002, Arsitektur Internet Banking Yang Protokol Cek Bilyet Digital, diakses pada website :
Terpercaya: Trusted Internet Banking Architecture, http://reocities.com/SiliconValley/8972/resource/kom
diakses pada www.INDOCISC.com tanggal 20 Desember parasi/komparasi.html#daftar pada tanggal 20
2009 Desember 2009
264 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

maupun pelaku bisnis untuk dapat melakukan telah lahir dan kemudian memunculkan hak dan
pem-bayaran atas transaksi, khususnya dalam kewa-jiban para pihak.
e-commerce, yang dilakukannya, tanpa dibatasi Pada dasarnya, lahirnya perjanjian dalam
oleh waktu maupun tempat. Transaksi yang di- konsep e-banking dapat dianalogikan dengan e-
lakukan antara para pihak dalam e-commerce commerce, yaitu pada saat pemasukkan nomor
masuk dalam ranah hukum perdata, karena identitas atau password nasabah. Hal ini dise-
didalamnya terdapat hak dan kewajiban, khu- babkan, e-commerce dan e-banking merupakan
susnya dalam bidang harta kekayaan. Dengan sebuah transaksi yang memanfaatkan teknologi
demikian, dapat dideskripsikan, bahwa layanan informasi berbasis internet dan dapat dikualifi-
e-banking yang diberikan oleh dunia perbankan kasikan sebagai transaksi elektronik sebagai-
masuk pula dalam ranah hukum perdata. Hal ini mana diatur dalam UU ITE.
disebabkan, layanan e-banking ini ditujukan un-
tuk mempermudah hubungan antara pelaku Dokumen Perusahaan
usaha/penjual dalam web shop dengan pem- Pada tahun 1997, lahirlah UU No. 8 Tahun
beli. Dalam hal ini, terdapat tiga hubungan hu- 1997 tentang Dokumen Perusahaan (selanjutnya
kum, sebagaimana telah dijelaskan sebelum- disebut UU Dokumen Perusahaan), salah satu-
nya, yaitu hubungan antara pelaku usaha/ nya dilatarbelakangi adanya ketentuan yang
penjual dalam web shop dengan pembeli, hu- mewajibkan penyimpanan dokumen dan keten-
bungan antara pembeli dengan bank, dan hu- tuan-ketentuan dalam peraturan perundang-
bungan antara bank dengan pelaku usaha/ undangan yang berkaitan dengan tata cara
penjual dalam web shop. penyimpanan, pemindahan, pemusnahan, dan
Untuk sahnya perjanjian, dalam suatu penyerahan arsip yang selama ini berlaku,
transaksi antara para pihak, harus dipenuhi se- menimbulkan beban ekonomis dan administratif
luruh unsur yang terdapat dalam ketentuan Pa- yang memberatkan perusahaan
sal 1320 BW, yaitu sepakat, cakap, hal tertentu Salah satu Permasalahan yang harus di-
dan kausa halal. Kemudian berkaitan dengan, cermati dalam mengelola dokumen perusahaan
saat lahirnya perjanjian antara para pihak, adalah mengetahui jenis dokumen yang dimili-
telah ditentukan dalam ketentuan Pasal 20 ayat ki perusahaan. Dokumen perusahaan merupa-
(1) beserta penjelasannya, bahwa dalam hukum kan suatu aset penting bagi suatu perusahaan.
Indonesia perjanjian melaui sistem elektronik, UU Dokumen Perusahaan lebih lanjut meng-
termasuk didalamnya e-banking, lahir manakala akomodir urgensitas pengelolaan dokumen per-
penawaran yang dilakukan oleh pelaku usaha usahaan dengan memperhatikan kemajuan di-
dalam web shop disetujui oleh penerima. Per- bidang teknologi, yaitu dimungkinkannya peng-
setujuan ini dapat dilakukan dalam bentuk alihan dokumen perusahaan dalam bentuk mik-
pengecekan data, identitas, nomor identifikasi rofilm atau bentuk lainnya.
pribadi (personal identification number/PIN) Dokumen perusahaan adalah data, catat-
atau sandi lewat (password). Dalam hal ini, an, dan atau keterangan yang dibuat dan atau
tampak bahwa UU ITE menganut teori per- diterima oleh perusahaan dalam rangka pelak-
nyataan, yang menekankan bahwa perjanjian sanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas
lahir manakala terdapat suatu akseptasi. De- atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk
ngan demikian, dalam e-banking lahirnya per- corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau
janjian ditentukan oleh sikap dari nasabah didengar (Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 8
maupun pelaku usaha, apabila nasabah maupun tahun 1997). Suatu dokumen perusahaan dapat
pelaku usaha melakukan atau mengirimkan dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lain-
identitas, nomor identifikasi pribadi (personal nya. Mikrofilm adalah film yang memuat reka-
identification number/PIN) atau sandi (pass- man bahan tertulis, tercetak, dan atau tergam-
word, maka hubungan hukum dalam e-banking bar dalam ukuran yang sangat kecil. Pengalihan
dokumen perusahaan ini dapat dilakukan sejak
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 265

dokumen tersebut dibuat atau diterima oleh setujui bersama. Oleh karena itu dokumen
perusahaan yang bersangkutan. Dalam meng- elektronik ini jelas dapat di kategorikan seba-
alihkan dokumen perusahaan, pimpinan per- gai alat bukti dalam bentuk tertulis sebagai-
usahaan wajib mempertimbangkan kegunaan mana di atur dalam Pasal 164 HIR. Mengenai
naskah asli dokumen yang perlu tetap disimpan hal ini Pasal 5 ayat (2) UU ITE menyebutkan,
karena mengandung nilai tertentu demi ke- bahwa dokumen elektronik sebagai perluasan
pentingan perusahaan atau kepentingan nasio- dari alat bukti yang ada dalam hukum acara.
nal. Terlepas dari perbuatan pengalihan doku- Alat bukti tertulis dalam hukum perdata
men perusahaan ke dalam mikrofilm atau me- memang merupakan alat bukti pertama yang di
dia lainnya, naskah asli tetap mempunyai sebutkan dalam Pasal 164 HIR. Ini berarti alat
kekuatan pembuktian otentik sepanjang dibuat bukti tertulis ini merupakan alat bukti yang
oleh pejabat yang berwenang dan terhadap paling krusial dalam pembuktian perkara atau
naskah asli tersebut, pimpinan perusahaan sengketa perdata. Pada prakteknya, bentuk
wajib tetap menyimpannya. alat bukti tertulis (surat) ini sangat beraneka
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka ragam, ada tulisan yang di buat secara asal-
dokumen perusahaan yang telah dialihkan da- asalan (surat biasa), tulisan yang di buat de-
lam bentuk elektronik dapat dijadikan sebagai ngan akta khusus (akta). Akta pun juga dapat di
alat bukti yang sah. Namun demikian, perlu di- bedakan menjadi akta di bawah tangan dan ak-
tegaskan disini, bahwa sahnya pengalihan ter- ta otentik. Lalu bagaimana dengan dokumen
sebut bermula dari proses legalisasi yang di- elektronik apakah termasuk dalam bentuk surat
lakukan oleh pejabat yang berwenang, dalam biasa atau akta. Jika memang akta, termasuk
hal ini adalah pimpinan perusahaan atau pe- dalam kategori akta di bawah tangan atau akta
jabat yang ditunjuk di lingkungan perusahaan otentik.
yang bersangkutan. Akta otentik, yaitu akta yang dibuat oleh
atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang
Hukum Pembuktian Dokumen Eektronik untuk itu dan dalam bentuk menurut ketentuan
Dokumen elektronik ini pada hakekatnya yang ditetapkan untuk itu, baik dengan maupun
merupakan tulisan yang di tuangkan dalam se- tanpa bantuan dari yang berkepentingan, di
buah surat elektronik. Selanjutnya tujuan dari tempat di mana pejabat berwenang menjalan-
pembuatan tulisan ini adalah untuk mewujud- kan tugasnya (Pasal 1868 BW). Akta otentik
kan suatu kejadian yang telah terjadi dan me- dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu Akta
nyatakan perbuatan hukum yang harus dilaku- yang dibuat oleh pejabat (acta ambtelijk, pro-
kan oleh seseorang. ces verbaal acte), yaitu akta yang dibuat oleh
Pitlo, seorang Guru besar hukum Perdata pejabat yang berwenang untuk itu karena ja-
menjelaskan hakekat alat bukti tulisan itu se- batannya tanpa campur tangan pihak lain, de-
bagai “pembawa tanda-tanda bacaan yang ber- ngan mana pejabat tersebut menerangkan apa
arti untuk menterjemahkan suatu pikiran”. Se- yang dilihat, didengar serta apa yang dilaku-
nada dengan pendapat ini, Sudikno Mertoku- kannya dan akta yang dibuat di hadapan pe-
sumo melengkapinya dengan mendefinisikan jabat (partij acte), yaitu akte yang dibuat oleh
alat bukti surat ‘segala sesuatu yang memuat para pihak di hadapan pejabat yang berwenang
tanda-tanda bacaan yang di maksudkan untuk untuk itu atas kehendak para pihak, dengan
mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan mana pejabat tersebut menerangkan juga apa
buah pikiran seseorang dan di pergunakan yang dilihat, didengar dan dilakukannya.
sebagai pembuktian”. Akta di bawah tangan adalah akta yang
Terkait dengan hal ini, keberadaan doku- dibuat oleh para pihak dengan sengaja untuk
men elektronik pun di maksudkan untuk meng- pembuktian, tatapi tanpa bantuan dari sese-
utarakan maksud seseorang atau dua belah orang. Hal ini diatur dalam Staatsblaad No. 29
pihak dalam bentuk surat elektronik yang di tahun 1867 untuk Jawa dan Madura, sedang un-
266 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

tuk luar Jawa dan Madura diatur dalam Pasal penggunaan sistem elektronik yang telah men-
286 sampai dengan Pasal 305 Rbg, Pasal 1874 – dapatkan sertifikasi elektornik dari pemerintah
1180 BW. ( Pasal 13-16 UU No. 11 Tahun 2008).
Kekuatan pembuktian akta dapat dikua- Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE me-
lifikasikan menjadi tiga. Pertama, kekuatan nekankan bahwa dokumen elektronik dapat
pembuktian lahir, yaitu kekuatan pembuktian dijadikan sebagai alat bukti yang sah di pe-
yang didasarkan atas keadaan lahir, apa yang ngadilan. Alat bukti ini merupakan perluasan
tampak pada bentuk fisiknya, yaitu bahwa surat dari alat bukti yang sah menurut hukum acara
yang tampaknya (dari bentuk fisik) seperti ak- di Indonesia. Oleh karena itu, pada dasarnya
ta, dianggap (mempunyai kekuatan) seperti alat bukti ini dapat digunakan di semua ling-
akta sepanjang tidak terbukti sebaliknya; ke- kungan peradilan, baik peradilan agama, per-
dua, kekuatan pembuktian formil yaitu kekuat- adilan militer, peradilan umum, maupun per-
an pembuktian yang didasarkan atas benar adilan tata usaha negara. Pasal 5 ayat (3) ke-
tidaknya ada pertanyaan oleh yang bertanda mudian menegaskan bahwa informasi elektronik
tangan di bawah akta itu. Kekuatan pembuktian dan/atau dokumen elektronik sah apabila
formil ini memberi kepastian tentang peristiwa menggunakan sistem elektronik sebagaimana
bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan diatur dalam UU ITE. Dalam suatu hubungan
melakukan apa yang dimuat dalam akta; dan hukum perdata, dikenal penjanjian formil,
ketiga, kekuatan pembuktian materiil, yaitu dimana terhadap sahnya perjanjian ini masih
kekuatan pembuktian yang memberikan kepas- memerlukan syarat lain yang ditentukan oleh
tian tentang materi suatu akta, memberi ke- undang-undang, seperti perjanjian pembebanan
pastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau hak tanggungan, dalam perjanjian ini, selain
para pihak menyatakan dan melakukan seperti syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur
yang dimuat dalam akta. dalam Pasal 1320 BW, untuk sahnya perjanjian
Berkaitan dengan akta otentik, berdasar pem-bebanan hak tanggungan harus melalui
ketentuan Pasal 165 HIR jo Pasal 285 Rbg jo PPAT. Menurut hemat peneliti, ketentuan Pasal
Pasal 1870 jo 1871 BW, maka akta otentik bagi 5 ayat (3) UU ITE ini dapat dianalogikan dengan
para pihak dan ahli warisnya, serta bagi pihak syarat formil yang harus terakomodir dalam
lain yang memperoleh hak daripadanya, meru- perjanjian atau transaksi elektronik. Hal ini di-
pakan bukti sempurna, tentang apa yang ter- sebabkan Pasal 5 ayat (3) ini mensyaratkan
muat di dalamnya dan bahkan tentang yang bahwa agar suatu dokumen elektronik sah maka
terdapat dalam akta sebagai penuturan belaka, harus menggunakan sistem elektronik sesuai
yang terakhir ini hanya sepanjang yang dituang- dengan undang-undang ITE. Sistem elektronik
kan dalam akta tersebut ada hubungannya lang- tersebut, sepanjang informasi yang tercantum
sung dengan pokok akta. didalamnya harus dapat diakses, ditampilkan,
Bentuk dokumen elektronik sangat ber- dijamin keutuhannya, dan dapat dipertang-
aneka ragam, tergantung pada maksud peng- gungjawabkan sehingga menerangkan suatu
gunaan dari dokumen itu sendiri. Apabila doku- keadaan. Namun demikian, terhadap hubungan
men elektronik itu hanya berupa informasi hukum dalam ranah privat masih diperlukan
biasa maka dokumen itu termasuk dalam surat beberapa peraturan pemerintah untuk melak-
biasa atau akta di bawah tangan karena me- sanakan UU ITE. Peraturan pemerintah yang ha-
mang di buat seadanya dan tidak digunakan rus diterbitkan yaitu: lembaga sertifikasi kean-
sebagai alat bukti nantinya. Namun jika ter- dalan, tanda tangan elektronik, penyelenggara
nyata dokumen itu dimaksudkan sebagai doku- sertifikasi elektronik, syarat minimum sistem
men yang otentik, maka dokumen tersebut ha- elektronik, penyelenggara transaksi elektronik,
rus memenuhi beberapa persyaratan. Persya- penyelenggara agen elektronik, pengelola nama
ratan utama agar dokumen elektronik itu dapat domain, tata cara intersepsi dan peran peme-
dinyatakan sebagai alat bukti yang sah adalah rintah.
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 267

Namun demikian, perlu ditekankan disini, tara para pihak, karena belum terdapat peng-
bahwa belum adanya pengaturan lebih lanjut aturan lebih lanjut mengenai sistem elektronik
mengenai syarat minimum sistem elektronik dan lembaga-lembaga yang terkait didalamnya.
dan lembaga-lembaga yang terkait didalamnya, Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada pem-
tidak menghilangkan keabsahan dokumen elek- buktian yang dilakukan oleh para pihak.
tronik untuk dapat diajukan di muka persidang- Sebelum lahirnya UU ITE, pada dasarnya
an. Dalam hal ini, harus dipisahkan antara hu- dokumen elektronik tidak termasuk dalam alat
kum formil (hukum acara) dan hukum materiil- bukti yang dapat diajukan di muka persidangan
nya (hukum dalam hubungan hukum para pi- sebagaimana diatur dalam Pasal 164 HIR. Doku-
hak). Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) merupakan men elektronik dalam hal ini menurut peneliti
pengaturan dokumen elektronik dalam ranah tetap dapat diajukan kemuka persidangan,
hukum formil, sedangkan pengaturan dalam ke- akan tetapi dokumen elektronik tersebut hanya
tentuan Pasal 5 ayat (3) merupakan pengaturan mempunyai kekuatan pembuktian dalam kuali-
mengenai hukum materiilnya. fikasi yang kelima, yaitu bukti bukan bukti, se-
Apabila dikaitkan dengan sistem keama- hingga terhadapnya dapat dikesampingkan oleh
nan sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam hakim. Sejak lahirnya UU ITE, dokumen elek-
kaitannya dengan sistem keamanan e-commer- tronik dapat diajukan ke muka persidangan
ce dan e-banking, maka pada dasarnya sistem sebagai alat bukti yang sah. Hal ini menimbul-
keamanan yang digunakan saat ini relatif sulit kan konsekuensi hukum, bahwa alat bukti do-
untuk ditembus atau dibobol oleh pihak lain. kumen elektronik harus dipertimbangkan oleh
Selama ini bentuk tertulis identik dengan in- hakim. Namun demikian, untuk sampai dapat
formasi dan/atau dokumen yang tertuang di menentukan kekuatan pembuktian dokumen
atas kertas semata, padahal pada hakikatnya elektronik, maka harus dikualifikasikan terlebih
informasi dan/atau dokumen dapat dituangkan dahulu mengenai kualifikasi dokumen elektro-
ke dalam media apa saja, termasuk media elek- nik dalam alat-alat bukti sebagaimana diatur
tronik. Dalam lingkup sistem elektronik, infor- dalam ketentuan dalam Pasal 164 HIR.
masi yang asli dengan salinannya tidak relevan Dokumen elektronik e-commerce dan e-
lagi untuk dibedakan sebab sistem elektronik banking mempunyai kekuatan pembuktian se-
pada dasarnya beroperasi dengan cara peng- bagai berikut. Pertama, Kekuatan pembuktian
gandaan yang mengakibatkan informasi yang lahir dokumen elektronik dalam e-commerce
asli tidak dapat dibedakan lagi dari salinannya. dan e-banking. Berdasarkan ketentuan Pasal 20
Berdasarkan uraian tersebut, dapat di- UU ITE, maka perjanjian lahir manakala telah
tarik suatu kesimpulan sementara bahwa dalam terjadi akseptasi dari pembeli yang dituangkan
aspek normatif, belum adanya pengaturan lebih dalam dua metode, yaitu melalui pernyataan
lanjut mengenai sistem elektronik dan lem- penerimaan secara elektronik dan pembubuh-
baga-lembaga yang terkait didalamnya menim- an tanda tangan digital (digital signature). Ter-
bulkan ketidak pastian hukum dalam melaksa- hadap pernyataan penerimaan secara elektro-
nakan hubungan hukum dalam bertransaksi se- nik, dapat dilakukan dalam bentuk pengecekan
cara elektronik (e-commerce, maupun e-bank- data, identitas, nomor identifikasi pribadi (per-
ing), akan tetapi hal ini tidak menghapuskan sonal identification number/PIN) atau sandi le-
keabsahan dokumen elektronik untuk dapat di- wat (password), sedangkan dalam transaksi
ajukan ke muka persidangan. Dalam aspek tek- elektronik dengan metode pembubuhan tanda
nis, sistem keamanan yang digunakan dalam tangan digital, kesepakatan dituangkan dalam
transaksi e-commerce maupun e-banking cen- bentuk pengiriman tanda tangan digital (digital
derung sulit untuk dapat ditembus atau dibobol signature) yang berupa angka-angka biner. Ke-
oleh pihak lain, sehingga secara teknis terdapat dua metode ini, pada dasarnya dapat dikualifi-
kepastian bagi para pihaknya. Namun demikian, kasikan sebagai tanda tangan sebagaimana ter-
akan bermasalah apabila terdapat sengketa an- tuang dalam perjanjian konvensional. Oleh
268 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

karena itu, ketentuan akta dibawah tangan da- keterangan di dalam dokumen elek-tronik da-
lam hal ini berlaku pula terhadap kesepakatan lam e-commerce dan e-banking itu berlaku se-
dalam transaksi elektronik melalui dua metode bagai benar terhadap siapa yang membuatnya
tersebut. dan demi keuntungan orang untuk siapa per-
Kedua, kekuatan pembuktian formil do- nyataan itu dibuat. Suatu akta di bawah tangan
kumen elektronik dalam e-commerce dan e- dalam bentuk dokumen elektronik dalam e-
banking. Dalam suatu perjanjian konvensional, commerce dan e-banking hanya memberi pem-
apabila tanda tangan akta di bawah tangan buktian sempurna bagi para pihak saja, sedang-
telah diakui, maka keterangan atau pernyataan kan terhadap setiap orang lainnya kekuatan
di atas tanda tangan itu merupakan kete- pembuktiannya adalah bebas.
rangan atau pernyataan dari si penanda tangan. Hal tersebut berbeda dengan dokumen
Kekuatan pembuktian formil dari akta di bawah elektronik yang merupakan pengalihan doku-
tangan ini sama dengan kekuatan pembuktian men perusahaan ke media elektronik. Doku-
formil dari akta otentik. Jadi di sini telah pasti men elektronik ini dapat dikualifikasikan se-
bagi siapapun bahwa si penanda tangan menya- bagai bukti tertulis dalam bentuk akta otentik
takan seperti yang terdapat di atas tanda ta- berupa akta pejabat, karena terhadapnya harus
ngannya. Hal ini berlaku pula terhadap doku- dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang, yaitu
men elektronik dalam e-commerce dan e-bank- pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditun-
ing, kesepakatan sebagaimana diwujudkan da- juk di lingkungan perusahaan yang bersangkut-
lam dua metode tersebut di atas, pada dasar- an, dengan dibuatkan berita acara yang me-
nya dengan digunakannya sistem keamanan muat: keterangan tempat, hari, tanggal, bulan,
yang sulit untuk ditembus, menunjukkan bahwa dan tahun dilakukannya legalisasi; keterangan
kemungkinan untuk disangkalnya kesepakatan bahwa pengalihan dokumen perusahaan yang
oleh salah satu pihak sulit untuk dilakukan, ter- dibuat di atas kertas ke dalam mikrofilm atau
lebih lagi dengan digunakannya meteode pem- media lainnya telah dilakukan sesuai dengan
bubuhan tanda tangan digital (digital signa- aslinya; dan tanda tangan dan nama jelas pe-
ture) akan memberikan jaminan keamanan se- jabat yang bersangkutan. Naskah asli tersebut
cara teknis bagi para pihak, terkecuali apabila merupakan dokumen perusahaan yang dibuat
terhadap kunci publik maupun kunci privat atau diterima oleh perusahaan sebagaimana
yang dimiliki diberikan kepada pihak lain. De- adanya pada saat dibuat atau diterima.
ngan demikian, dokumen elektronik yang diha- Pembedaan akta otentik dan akta di ba-
silkan dalam transaksi melalui e-commerce dan wah tangan ini, pada akhirnya akan berpenga-
e-banking dalam hal ini mempunyai kekuatan ruh kepada kekuatan pembuktian akta terse-
pembuktian sama dengan suatu akta otentik, but. Dokumen perusahaan, mempunyai kekuat-
yaitu sempurna. an pembuktian yang sempurna, oleh karena
Ketiga, kekuatan pembuktian materiil beberapa alasan. Pertama, dokumen perusaha-
dokumen elektronik dalam e-commerce dan e- an mempu-nyai kekuatan pembuktian lahir. Hal
banking. Tidak dapat dipungkirinya kesepaka- ini berarti bahwa tanda tangan pejabat di-
tan yang dituangkan dalam dua metode anggap sebagai aslinya, sampai ada pembuktian
tersebut diatas, maka berdasarkan ketentuan sebaliknya. Beban pembuktiannya terletak pa-
Pasal 1875 BW jo. Pasal 211 Rbg, dokumen da siapa yang mempersoalkan otentik tidaknya
elektronik dalam e-commerce dan e-banking (authenticity). Beban pembuktian ini terikat
diakui oleh orang terhadap siapa akta itu di- pada ketentuan khusus seperti yang diatur
gunakan atau yang dapat dianggap diakui dalam Pasal 138 HIR (Pasal 164 Rbg, Pasal 148
menurut undang-undang, bagi yang menanda Rv). Kekuatan pembuktian lahir ini berlaku bagi
tangani, ahli warisnya, serta orang-orang yang kepentingan atau keuntungan dan terhadap
mendapat hak darinya, merupakam bukti sem- setiap orang dan tidak terbatas pada para pihak
purna seperti akta otentik. Oleh karena itu, isi saja.
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 269

Kedua, dokumen perusahaan mempu-nyai debatan di dalam proses pembuktian nantinya.


kekuatan pembuktian formil. Dalam arti formil Dalam proses pembuktian ini perlu diperhatikan
dokumen perusahaan membuktian kebenaran ketentuan Pasal 163 HIR, yang menegaskan
daripada apa yang dilihat, didengar dan dilaku- bahwa pihak yang harus melakukan pembuktian
kan pejabat. Hal ini merupakan pembuktian adalah pihak yang mengaku mempunyai suatu
tentang kebenaran daripada keterangan peja- hak, pihak yang mengemukakan suatu peristiwa
bat sepanjang mengenai apa yang dilakukan (keadaan) untuk menguatkan haknya dan pihak
dan dilihatnya. Dalam hal ini yang telah pasti yang membantah hak orang lain.
adalah tentang tanggal dan tempat akta dibuat Berdasarkan hal tersebut, maka pembuk-
serta keaslian tanda tangan. Pada akta pejabat tian menjadi beban kedua belah pihak, yaitu
(akta ambtelijk) tidak terdapat pernyataan penggugat dan tergugat. Berkaitan dengan
atau keterangan dari para pihak, pejabatlah pembuktian dalam persidangan UU ITE mene-
yang menerangkan. pejabat menerangkan de- gaskan bahwa setiap orang yang menyatakan
mikian itu sudah pasti bagi siapapun. hak, memperkuat hak yang telah ada, atau me-
Ketiga, dokumen perusahaan mempu- nolak hak orang lain berdasarkan adanya infor-
nyai kekuatan pembuktian materiil. Dokumen masi elektronik dan/atau dokumen elektronik
perusahaan mempunyai kebenaran materiil, harus memastikan bahwa informasi elektronik
seperti akta pejabat yang dikeluarkan oleh dan/atau dokumen elektronik yang ada pada-
Kantor Pencatatan Sipil (Pasal 25 S 1849 no. 25, nya berasal dari sistem elektronik yang meme-
27, S 1917 no. 130 jo. S 1919 no. 81, 22,S 1920 nuhi syarat berdasarkan peraturan perundang-
no. 751 jo. S 1972 no. 564), karena legalisasi undangan (Pasal 7). Ketentuan ini dimaksudkan
yang dilakukan terhadap dokumen perusahaan bahwa suatu informasi elektronik dan/atau
ini tidak lain merupakan petikan atau salinan dokumen elektronik dapat digunakan sebagai
dari aslinya, sepanjang isinya sesuai dengan alasan timbulnya suatu hak. Hal ini kemudian
daftar aslinya harus dianggap benar sampai dihadapkan dengan kondisi, dimana hakim-
dapat dibuktikan sebaliknya. hakim di Indonesia kecenderungan belum me-
Berdasarkan uraian tersebut, maka doku- nguasai teknologi secara mendalam. Namun
men elektronik dalam e-commerce dan e-bank- perlu diketahui, bahwa dalam ilmu hukum,
ing, untuk saat ini belum dapat dikualifikasikan terdapat suatu fictie hukum, bahwa hakim tahu
sebagai akta otentik yang mempunyai kekuatan akan hukumnya dan dalam Pasal 10 ayat (1) UU
pembuktian sempurna. Namun demikian, sis- No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakim-
tem keamanan yang digunakan dalam transaksi an yang menekankan bahwa pengadilan di-
e-commerce dan e-banking secara teknis relatif larang menolak untuk memeriksa, mengadili,
sulit untuk ditembus olek pihak lain, maka se- dan memutus suatu perkara yang diajukan de-
kalipun dokumen elektronik yang dihasilkan ngan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
dalam e-commerce dan e-banking, untuk sam- jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
pai saat ini, termasuk akta dibawah tangan, mengadilinya. Dalam hal ini, hakim wajib
akan tetapi mempunyai kekuatan pembuktian menggali, meng-ikuti, dan memahami nilai-nilai
yang sempurna seperti halnya akta otentik, se- hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
panjang keaslian dokumen tersebut dapat masyarakat (Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun
terjamin keamanannya oleh sistem elektronik 2009).
yang digunakan. Proses tersebut di atas, dapat dilakukan
Suatu transaksi dalam e-commerce dan e- dengan mendatangkan saksi ahli. Keterangan
banking dapat terjadi sengketa yang disebab- ahli (expertise) diatur dalam ketentuan Pasal
kan oleh wanprestasi atau perbuatan melawan 154 HIR (Pasal 181 Rbg, 215 Rv) yang menen-
hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak. tukan, bahwa apabila pengadilan ber-pendapat
Apabila terdapat suatu sengketa dalam e-com- bahwa perkaranya dapat dijelaskan oleh
merce dan e-banking, maka akan terjadi per- seorang ahli, maka atas perminataan salah satu
270 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

pihak atau karena jabatan hakim, pengadilan menggunakan kartu tersebut; dan hubungan
dapat mengangkat seorang ahli. Keterangan hukum antara perusahaan penerbit kartu dan
ahli adalah keterangan pihak ketiga yang ob- pemegang kartu, atau pemegang rekening,
jektif yang bertujuan untuk membantu hakim yang berdasarkan perjanjian itu pemegang kar-
dalam pemeriksaan dan menambah penge- tu menyetujui untuk melunasi pembayaran
tahuan hakim. Hakim menggunakan keterangan yang telah dilakukan oleh penerbit kartu kepa-
seorang ahli agar memperoleh pengetahuan da penjual barang dan/atau jasa berkenaan
yang lebih mendalam tentang sesuatu yang dengan penggunaan kartu oleh pemegang kartu
hanya dimiliki oleh seorang ahli tertentu, yang bersangkutan. Kedua, kesepakatan lahir
seperti hal-hal yang bersifat teknis, kebiasaan dalam e-commerce sejak saat akseptasi dari pi-
dalam lalu lintas perdagangan, maupun hukum hak pembeli yang diwujudkan melalui pernya-
adat. Hakim tidak terikat terhadap keterangan taan penerimaan secara elektronik dan pembu-
yang diberikan oleh saksi ahli. Dalam hal ini, buhan tanda tangan digital (digital signature).
keterangan saksi ahli mempunyai kekuatan Terhadap pernyataan penerimaan secara elek-
pembuktian bebas, keterangan tersebut kemu- tronik, dapat dilakukan dalam bentuk pengece-
dian akan dipertimbangkan oleh hakim dengan kan data, identitas, nomor identifikasi pribadi
cara menghubungkan dengan alat-alat bukti (personal identification number/PIN) atau san-
lainnya, sehingga akan melahirkan suatu per- di lewat (password), sedangkan dalam transaksi
sangkaan hakim. Persangkaan ini termasuk alat elektronik dengan metode pembubuhan tanda
bukti sebagaimana diatur dalam ketentuan tangan digital, kesepakatan dituangkan dalam
Pasal 173 HIR. bentuk pengiriman tanda tangan digital (digital
Sengketa yang terjadi sebagai akibat hu- signature) yang berupa angka-angka biner. Ke-
bungan hukum dalam e-commerce dan e-bank- dua metode ini, dapat dikualifikasikan sebagai
ing pun dapat dihadirkan alat bukti berupa sak- tanda tangan sebagai-mana tertuang dalam
si, pengakuan, maupun sumpah. Khusus dalam perjanjian konvensional.
hal sengketa yang diakibatkan adanya teransak- Ada enam hal dalam hukum pembuktian
si elektronik dalam e-commerce maupun e- yang berlaku terhadap dokumen elektronik.
banking, alat bukti sumpah yang dapat diajukan Pertama, pihak yang harus melakukan pembuk-
hanya berupa sumpah aestimatoir maupun tian adalah setiap subyek hukum yang menyata-
sumpah suppletoir. Hal ini disebabkan, dalam kan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau
sengketa ini paling tidak sudah ada aat bukti menolak hak subyek hukum lain berdasarkan
berupa dokumen elektronik yang dihasilkan adanya informasi elektronik dan/atau dokumen
dalam e-commerce maupun e-banking, sehing- elektronik. Dalam hal ini, subyek hukum ter-
ga sumpah decisoir tidak mungkin lagi dapat sebut harus memastikan, bahwa informasi elek-
diajukan sebagai alat bukti. tronik dan/atau dokumen elektronik yang ada
padanya berasal dari sistem elektronik yang
Penutup memenuhi syarat berdasarkan peraturan perun-
Simpulan dang-undangan. Kedua, Dokumen elektronik
Pada dasarnya konstruksi hukum e-com- dalam e-commerce dan e-banking dapat dikua-
merce adalah sebagai berikut. Pertama, dalam lifikasi-kan sebagai alat bukti surat berupa akta
model e-commerce terdapat 3 (tiga) hubungan dibawah tangan. Ketiga, Dokumen elektronik
hukum yang terjadi antara para pihak, yaitu: yang dihasilkan dari pengalihan dokumen per-
hubungan hukum antara penjual dengan peme- usahaan ke media elektronik dapat dikualifi-
gang kartu (pembeli), berupa hubungan hukum kasikan sebagai alat bukti surat berupa akta
jual beli; hubungan hukum antara penjual de- otentik. Keempat, Dokumen elektronik dalam
ngan perusahaan penerbit kartu, yang ber- e-commerce dan e-banking mempunyai kekuat-
dasarkan perjanjian itu penjual yang bersang- an pembuktian sempurna seperti halnya akta
kutan setuju untuk menerima pembayaran yang otentik, sepanjang menggunakan sistem ke-
Penerapan Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik di Peradilan Umum 271

amanan yang secara teknis sulit untuk dapat tent Management System: Studi Kasus
disusupi atau dibobol pihak lain. Kelima, Doku- Pada Website Binus School Simprug”.
men elektronik yang dihasilkan dari pengalihan Jurnal Piranti Warta, Vol 11 No. 3,
Agustus 2008;
dokumen perusahaan ke media elektronik mem-
Mulyani, Sri. “Perlindungan Hukum Bagi Kon-
punyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
sumen dalam Transaksi Electronic Com-
Keenam, dalam hal terjadi sengketa dalam e- merce”. Hukum dan Dinamika Masyara-
commerce, e-banking dan sengketa terkait do- kat, Vol. 1, Oktober 2003;
kumen perusahaan yang telah dialihkan dalam Muslichah. “Teknologi Informasi Dalam Pening-
bentuk media elektronik, maka dapat diajukan katan Keunggulan Bersaing Pada PJP II”.
alat bukti berupa alat bukti tertulis, saksi, per- ABM, Vol. 1 No. 1, Juli 1997;
sangkaan, pengakuan, sumpah, maupun saksi Rahardjo, Budi. 2002. Arsitektur Internet Bank-
ahli. ing Yang Terpercaya: Trusted Internet
Banking Architecture. diakses pada
http://www.INDOCISC.com tanggal 20
Saran
Desember 2009;
Peraturan-peraturan pemerintah sebagai-
-------. 2005. “Arsitektur Keamanan Teknologi
mana diamanatkan dalam UU No. 11 Tahun Informasi”. Majalah INFOLINUX edisi 09/
2008 menjadi suatu hal yang urgent untuk 2005, Jakarta;
segera dibentuk. Hal ini disebabkan, kecen- Riswandi, Budi Agus. “Cybersquatters, Domain
derungan pemanfaatan teknologi informasi, Name dan Hukum Merek Indonesia”.
khususnya dalam bertransaksi melalui e-com- Jurnal Hukum Respublica, Vol. 4 No. 1
merce dan e-banking relatif tinggi, sehing-ga Tahun 2004;
dengan terbitnya peraturan-peraturan pemerin- Rosita, Ai. “Perubahan Paradigma Teknologi In-
tah tersebut, pada gilirannya dapat memberi- formasi Abad 21”, Competitive”. Vol. 3
No. 2, Desember 2007;
kan kepastian hukum, baik bagi para pihak
maupun penegak hukum, khususnya hakim. Samudera, Teguh. “Pemahaman Hukum Pem-
buktian dan Alat Bukti sebagai Upaya
Meningkatkan Pembangunan Bangsa”.
Daftar Pustaka Jurnal Hukum Respublica, Vol. 6 No. 2
Amali, Syamsiah. “Pemanfaatan Internet pada Tahun 2007;
Pelajar di Kota Gorontalo”. Jurnal Sanusi, Arsyad. “Problematika Hukum Transaksi
Penelitian Komunikasi dan Opini Publik; E-Commerce”. Varia Peradilan, Tahun
Entah, Aloysius R. “Perangkat Hukum Atas Ke- XV No. 178, Mei 2000;
kayaan Intelektual dalam Perspektif Wibowo, Arianto Mukti. 1999. Kerangka Hukum
Etika Profesional Teknologi Informasi”. Digital Signature Dalam Electronic Com-
Teknologi dan Manajemen Informatika, merce. Makalah dipresentasikan di ha-
Vol 6, edisi khusus, September 2008; dapan Masyarakat Telekomunikasi Indo-
Fauzi, Akhmad. “Penerapan Alogaritma Enkripsi nesia, pada bulan Juni 1999 di Pusat Il-
RSA dan IDEA untuk Aplikasi Online”. mu Komputer Universitas Indonesia,
Saintek, Vol 11 No. 1, Juli 2007; Depok, Jawa Barat;
Handayani, Rini. “Analisis Faktor-faktor yang -------. 2007. Studi Perbandingan Sistem-sistem
Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sis- Perdagangan di Internet dan Desain
tem Informasi dan Penggunaan Sistem Protokol Cek Bilyet Digital. diakses pada
Informasi (Studi Empiris Pada Perusaha- website http://reocities.com/SiliconVal-
an Manufuktur di Bursa Efek)”. Jurnal ley/8972/resource/komparasi/komparas
Akuntansi dan Keuangan Vol. 9 No. 2 i.html#daftar pada tanggal 20 Desember
November 2007; 2009;
Ibrahim, Johannes. “Kontrak Dalam Perspektif Widarno, Bambang. “Efektivitas Perencanaan
Multi-disipliner”. Gloria Juris, Vol. 6 No. dan Pengembangan Sistem Informasi”.
2, Mei-Agustus 2006; Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi
Informasi Vol. 6 No. 1, April 2008;
Meyliana. “Menciptakan Fleksibilitas dan Kemu-
dahan Pengguna dengan Website Con-
272 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

Yetti. “Telaah Mengenai Peranan Hukum Nasio- Hukum Positif”. Buletin Pos dan Tele-
nal Dalam Mengantisipasi Kejahatan komunikasi, Vol. 8 No. 2 Juni 2010;
Cyber Crime”. Jurnal Hukum Respub- Yulia. “Perancangan Arsitektur E-Bisnis untuk
lika, Vol. 2 No. 4 Tahun 2003; Layanan Persewaan Video Compact Disk
Yourdan. “Konvergensi Teknologi Informasi dan Berbasis Teknologi Short Massage Ser-
Komunikasi (TLK) Keterkaitannya dengan vice”. Jurnal Informatika, Vol. 7 No. 1,
Mei 2006.

You might also like