Professional Documents
Culture Documents
net/publication/299474652
CITATIONS READS
0 2,863
1 author:
Acep Rohendi
Universitas BSI
12 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL View project
All content following this page was uploaded by Acep Rohendi on 29 March 2016.
Abstrak - Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam
transaksi e-commerce menurut perundang-undangan Indonesia. Dua undang-undang
yang terkait perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce adalah Undang-
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Undang-
Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kedua
undang-undang tersebut telah mampu memberikan perlindungan hukum yang memadai
bagi konsumen dalam melakukan transaksi jual beli barang bergerak melalui e-
commerce, perlindungan hukum tersebut terlihat dalam ketentuan-ketentuan UUPK dan
UU ITE. Kedua undang-undang tersebut telah mengatur mengenai penggunaan data
pribadi konsumen, syarat sahnya suatu transaksi e-commerce, penggunaan CA
(Certification Authority), permasalahan klausula baku dan mengatur mengenai perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha dalam memasarkan dan memproduksi barang dan jasa
yang dapat dijadikan acuan bagi obyek dalam transaksi e-commerce. Walaupun UUPK
memiliki kelemahan yaitu hanya menjangkau pelaku usaha yang berkedudukan di
Indonesia saja, namun kelemahan ini sudah ditutupi oleh UU ITE dan berbagai ketentuan
internasional seperti UNCITRAL Model Law. Meskipun ketentuan yang dibuat PBB ini
belum lengkap.
(1) Hak untuk menikmati kehidupan perjanjian yang merugikan salah satu
pribadi dan bebas dari segala pihak yang dalam hal ini konsumen.
macam gangguan. UUPK tidak merumuskan pengertian
(2) Hak untuk berkomunikasi dengan perjanjian baku tapi menggunakan istilah
orang lain tanpa tindakan memata- klausula baku yang menurut Pasal 1 ayat
matai. (10) UUPK dirumuskan sebagai berikut :
(3) Hak untuk mengawasi akses “Klausula baku adalah setiap aturan
informasi tentang kehidupan pribadi atau ketentuan dan syarat-syarat yang
dan data seseorang telah dipersiapkan dan ditetapkan
Pada umumnya setiap website e- terlebih dahulu secara sepihak oleh
commerce seperti e-bay dan amazon telah pelaku usaha yang dituangkan dalam
memiliki kebijakan privasinya sendiri, di suatu dokumen dan/atau perjanjian
mana dalam kebijakan tersebut yang mengikat dan wajib dipenuhi
dicantumkan mengenai penggunaan oleh konsumen”.
cookies, data pribadi apa saja yang Menurut Gunawan Widjaja dan
dikumpulkan, jaminan kerahasiaan data- Ahmad Yani (2011)11 menyatakan,
data sensitif seperti nomor kartu kredit. “UUPK tidak melarang pelaku
Pencantuman kebijakan privasi oleh usaha untuk membuat klausula baku
website e-commerce adalah tindakan atas setiap dokumen dan/atau
yang tepat, karena kebijakan privasi ini perjanjian transaksi usaha
dapat memberitahu calon konsumen perdagangan barang dan/ atau jasa,
maupun konsumen website ecommerce selama dan sepanjang perjanjian
yang bersangkutan mengenai penggunaan baku dan/ atau klausul baku tersebut
data pribadi mereka, namun banyak juga tidak mencantumkan ketentuan
website e-commerce yang tidak sebagaimana dilarang dalam Pasal
mencantumkan kebijakan privasinya 18 ayat (1), serta tidak “berbentuk”
seperti rakitan.com, indo-lcd.com dan sebagaimana dilarang dalam pasal 18
lain-lain. ayat (2) UUPK tersebut”.
Sebaiknya UU ITE juga Tujuan penggunaan klausula baku
mencantumkan kewajiban bagi website dalam kegiatan bisnis sebenarnya adalah
e-commerce yang mengumpulkan data untuk menghemat waktu dalam setiap
pribadi konsumen untuk mencatumkan kegiatan jual beli, amat tidak efisien
kebijakan privasinya. Perlindungan apabila setiap terjadi transaksi jual beli
hukum terhadap data pribadi oleh Pasal antara pihak penjual dan pembeli mereka
26 UU ITE sudah cukup memadai, selain membicarakan mengenai isi kontrak jual
karena cakupan pengertian data pribadi beli. Oleh karena itu dalam suatu kontrak
yang dianut cukup luas, juga memberikan standard dicantumkan klausul-klausul
hak mengajukan gugatan kepada orang yang umumnya digunakan dalam kontrak
yang dirugikan atas penggunaan data jual beli.
pribadi orang yang bersangkutan (UU Dalam transaksi e-commerce,
ITE Pasal 26 ayat 2). penggunaan klausula baku adalah hal
UNCITRAL mengakui setiap yang mutlak. Karena dalam transaksi e-
perlindungan konsumen pada setiap commerce para pihak tidak berinteraksi
negara. “....thus recognizes that any such secara langsung melainkan berinteraksi
consumer protection law may take menggunakan media elektronik, salah
precedence over the provisions in the satunya adalah internet. Saat konsumen
Model Law...”10(United Nation,1999). hendak membeli suatu barang pada suatu
website, maka penjual/merchant akan
Klausula Baku Yang di Buat Penjual menyodorkan suatu perjanjian (term and
Dalam dunia usaha, terdapat klausula condition) yang berisikan mengenai
baku / perjanjian baku yang persyaratan-persyaratan seperti layaknya
menempatkan posisi tidak seimbang perjanjian jual beli pada umumnya.
antara pelaku usaha dan konsumen, yang Perjanjian (term and condition) inilah
pada akhirnya melahirkan suatu yang dapat dikategorikan sebagai
klausula baku, karena isi dari perjanjian d. Menyatakan pemberian kuasa dari
tersebut ditetapkan secara sepihak oleh konsumen kepada pelaku usaha
penjual/merchant. Disini pihak konsumen baik secara langsung maupun
tidak bisa memprotes isi daripada tidak langsung untuk melakukan
perjanjian, karena dalam website yang segala tindakan sepihak yang
menampilkan perjanjian tersebut tidak berkaitan dengan barang yang
mempunyai opsi (pilihan) untuk merubah dibeli oleh konsumen secara
perjanjian. angsuran.
Dalam hal ini konsumen hanya e. Mengatur perihal pembuktian atas
mempunyai dua pilihan yakni menerima hilangnya kegunaan barang atau
atau membatalkan pesanan. Apabila pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
dalam dunia nyata persetujuan terhadap konsumen.
klausula baku tersebut dilakukan dengan f. Memberi hak kepada pelaku usaha
perbuatan penandatanganan, maka dalam untuk mengurangi manfaat jasa
transaksi e-commerce persetujuan atau mengurangi manfaat harta
dilakukan dengan “mengklik” pilihan kekayaan konsumen yang menjadi
setuju/ok/yes. Perbuatan “mengklik” objek jual beli jasa.
tersebut dapat diartikan sebagai akseptasi g. Menyatakan tunduknya konsumen
atau sama dengan perbuatan kepada peraturan yang berupa
penandatanganan. aturan baru, tambahan, lanjutan
Dalam UUPK penggunaan klausula dan/atau pengubahan lanjutan
baku pada prinsipnya tidak dilarang, yang dibuat sepihak oleh pelaku
namun yang perlu dikhawatirkan adalah usaha dalam masa konsumen
pencantuman klausula eksonerasi memanfaatkan jasa yang dibelinya.
(exemption clause) dalam perjanjian h. Menyatakan bahwa konsumen
tersebut. Klausula eksonerasi adalah memberi kuasa kepada pelaku
klausula yang mengandung kondisi usaha untuk pembebanan hak
membatasi, atau bahkan menghapus sama tanggungan, hak gadai, atau hak
sekali tanggung jawab yang semestinya jaminan terhadap barang yang
dibebankan kepada pihak dibeli oleh konsumen secara
produsen/penyalur produk (penjual) angsuran.
(Shidarta,2006)12. 2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan
UUPK sendiri memberikan klausula baku yang letak atau
persyaratan mengenai pencantuman bentuknya sulit terlihat atau tidak
klausula baku yang diatur dalam pasal 18 dapat dibaca secara jelas, atau yang
UUPK, yakni sebagai berikut : pengungkapannya sulit dimengerti.
1. Pelaku usaha dalam menawarkan 3. Setiap klausula baku yang telah
barang dan/atau jasa yang ditujukan ditetapkan oleh pelaku usaha pada
untuk diperdagangkan dilarang dokumen atau perjanjian yang
membuat atau mencantumkan memenuhi ketentuan sebagaimana
klausula baku pada setiap dokumen dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dan/atau perjanjian apabila : dinyatakan batal demi hukum.
a. Menyatakan pengalihan tanggung 4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan
jawab pelaku usaha. klausula baku yang bertentangan
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha dengan undang-undang ini.
berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli Walaupun UUPK secara jelas
konsumen. mengatur mengenai tata cara pembuatan
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha klausula baku, namun dalam praktek
berhak menolak penyerahan masih terjadi penyimpangan terlebih lagi
kembali uang yang dibayarkan dalam transaksi e-commerce dimana
atas barang dan/atau jasa yang segala kegiatan transaksi dilakukan
dibeli oleh konsumen. dengan proses “klik” tanpa adanya proses
tawar-menawar. Klausula eksenorasi
pelaku usaha atau penjual. Hal ini tentu UNCITRAL Model Law Article 1115,
berisiko tinggi karena membuka peluang yang berbunyi :
terlambatnya pengiriman barang yang “In the context of contract formation,
dipesan, isi dan mutu barang tidak sesuai unless otherwise agreed by the
dengan pesanan atau bahkan barang sama parties, an offer and the acceptance
sekali tidak sampai di tangan konsumen. of an offer may be expressed by
Klausula baku mengenai pembagian means of data messages. Where a
resiko ini banyak digunakan dengan data message is used in the
alasan melindungi pelaku usaha dari formation of a contract, that
konsumen yang tidak bertanggung jawab, contract shall not be denied validity
namun di sisi lain klausula ini dapat or enforceability on the sole ground
merugikan kepentingan konsumen karena that a data message was used for that
jaminan bahwa pesanan akan diproses purpose”
setelah pembayaran hanya berasal dari Bahwa dalam konteks pembentukan
pelaku usaha saja. kontrak, kecuali disetujui oleh pihak,
Dalam Pasal 16 UUPK, terdapat tawaran dan penerimaan dapat
pengaturan mengenai kewajiban pelaku dinyatakan oleh pesan data. Di mana
usaha untuk memenuhi janji dalam hal pesan data yang digunakan dalam
menawarkan barang atau jasa melalui pembentukan kontrak, kontrak yang tidak
pesanan, di mana disebutkan bahwa akan ditolak keabsahan atau
pelaku usaha dilarang untuk: penegakkannya atas dasar semata bahwa
1) Tidak menepati pesanan atau pesan data digunakan untuk tujuan itu.
kesepakatan waktu penyelesaian
sesuai dengan yang dijanjikan. 3. Otensitas Para Pihak dalam
2) Tidak menepati janji atas suatu Transaksi E-commerce
pelayanan atau prestasi. Otensitas sama artinya dengan
Dengan adanya Pasal 16 UUPK ini, autentik, autentik menurut Kamus Umum
maka pelaksanaan janji yang diberikan Bahasa Indonesia artinya dapat
oleh pelaku usaha dapat lebih terjamin. dipercaya, asli atau sah
16
Selain jaminan yang diberikan oleh Pasal (Poerwadarminta,1776) . Masalah
16 UUPK, faktor kepercayaan juga otensitas para subyek hukum dalam
berlaku disini karena kepercayaan transaksi e-commerce menjadi isu yang
merupakan dasar dari e-commerce. penting untuk dibahas karena
Apabila konsumen di sini sudah percaya menyangkut keabsahan perjanjian yang
kepada penjual/merchantnya maka dibuat melalui e-commerce. Isu yang
klausula ini tidak menjadi masalah. Di menyangkut otensitas adalah :
sini konsumen harus lebih berhati-hati
dalam berbelanja melalui internet dan a. Kecakapan para pihak
harus memastikan validitas pelaku usaha. Dasar hukum bagi perjanjian di
Validitas erat kaitannya dengan Indonesia diatur dalam pasal 1320
keberadaan pelaku usaha usaha, atau KUHPerdata. Dalam pasal 1320 ini
dengan kata lain validitas menunjukkan terdapat 4 syarat untuk sahnya suatu
bahwa pelaku usaha senyatanya ada. perjanjian yakni : 1) Kesepakatan para
Apabila konsumen berbelanja pada pihak, 2) Kecakapan,3) Suatu hal
website e-commerce yang sudah ternama tertentu; 4) Suatu sebab yang halal
seperti amazon.com maka dapat Syarat 1 dan 2 disebut syarat
dipastikan bahwa pelaku usaha tersebut subyektif karena menyangkut individu
terjamin validitasnya, maka bagi yang membuat perjanjian, sedangkan
konsumen yang hendak berbelanja syarat 3 dan 4 merupakan syarat obyektif.
melalui internet sebaiknya berbelanja Tidak terpenuhinya salah satu syarat
pada situs-situs yang ternama. Hal ini diatas dalam suatu perjanjian akan
berkaitan dengan terjadinya kontrak e- menimbulkan dampak hukum yang
commerce apabila pembeli mengirimkan berbeda tergantung syarat mana yang
data persetujuannya, seperti diatur dalam tidak dipenuhi. Apabila syarat 1 dan 2
tidak dipenuhi maka akibat hukumnya the grounds that it is in the form of a
adalah perjanjian tersebut dapat data message.”
dibatalkan, sedangkan apabila syarat 3 Berbeda dengan Pasal 1320 KUH
dan 4 yang tidak dipenuhi maka akibat Perdata, dalam UNCITRAl Model Law
hukumnya adalah perjanjian tersebut Article 12, menekankan kesepakatan
batal demi hukum. kontrak terjadi pada saat saat pengiriman
Pada asasnya semua orang cakap data dari masing-masing pihak dianggap
untuk membuat perikatan/perjanjian, sepakat menurut hukum
kecuali jika ia oleh undang-undang
dinyatakan tidak cakap. Menurut undang- b.Validitas subyek hukum
undang, orang yang tak cakap adalah Validitas dalam e-commerce adalah
mereka yang belum dewasa (genap hal yang sangat penting, pengertian
berusia 21 tahun atau mereka yang belum validitas ini adalah sejauh mana
berusia 21 tahun tetapi sudah menikah) kebenaran akan keberadaan suatu subyek
dan mereka yang di bawah pengampuan hukum. (
(gila, dungu, mata gelap, lemah akal dan http://violetatniyamani.blogspot.com/200
pemboros). (Abdul Kadir 7)19
Muhmmad,1993)17 Namun dalam Konsep validitas dalam e-commerce
transaksi e-commerce sangat sulit untuk menjadi penting karena dapat mencegah
menentukan seseorang yang melakukan terjadinya penipuan, untuk mengetahui
transaksi telah dewasa atau tidak berada kemana ganti rugi harus diajukan dan
di bawah pengampuan karena proses menambah kepercayaan konsumen untuk
penawaran dan penerimaan tidak berbelanja. Dalam e-commerce banyak
dilakukan secara fisik melainkan melalui cara yang dilakukan oleh pelaku usaha
suatu media elektronik yang rawan untuk menunjukkan validitasnya
penipuan. misalnya :
Apabila syarat kecakapan tidak 1). pencantuman alamat.
dipenuhi maka transaksi elektronik Biasanya website e-commerce
tersebut tidak sah/ tidak memiliki mencantumkan alamatnya di website
kekuatan hukum sehingga berdasarkan mereka dengan tujuan untuk
pasal 1320 KUH Perdata perjanjian memberitahu kepada calon
tersebut dapat dibatalkan. Kemudian konsumen mereka bahwa mereka
dalam Pasal 3 RPP ITE disebutkan betul-betul ada, sehingga konsumen
mengenai kewajiban penyelenggara merasa aman untuk berbelanja di
transaksi elektronik untuk melakukan website tersebut. Selain itu, dengan
langkah-langkah yang memadai untuk dicantumkannya alamat penjual
menguji keaslian identitas dan maka pembeli mengetahui kemana
kewenangan konsumen yang melakukan harus mengajukan ganti rugi apabila
transaksi elektronik dengan berbagai terjadi kerusakan terhadap barang
metode yang dimungkinkan. yang dibeli atau apabila barang tidak
Dengan adanya pengaturan sampai ke tangan konsumen.
sebagaimana disebutkan di atas, maka 2).mencantumkan logo perusahaan
jelas bahwa untuk melakukan transaksi Pencantuman logo perusahaan dalam
elektronik harus memenuhi syarat suatu website, menandakan bahwa
kecakapan sebagaimana yang disebutkan website tersebut benar-benar ada,
dalam Pasal 1320 KUH Perdata. karena sudah diotorisasi oleh CA
UNCITRAl Model Law Article 1218, (Certification Authority).
yang berbunyi : 3).feed back dari pelanggan.
“As between the originator and the Ini adalah salah satu bentuk validitas
addressee of a data message, a yang paling sederhana namun tingkat
declaration of will or other statement validitasnya hampir sempurna. Feed
shall not be denied legal effect, back ini diberikan oleh pelangGan
validity or enforceability solely on yang merasa puas dengan pelayanan,
kecepatan pengiriman barang yang
5
United Nation. UNCITRAL Model Law on
Electronic Commerce Guide to Enactment
with 1996 : with additional article 5 as
adopted in 1998 bis.New York,1999. page 3.
www.uncitral.org. Unduh 5 Juli 2010
6
Edmon Makarim, Pengantar Hukum
Telematika, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm.159.
7
Ibid, hlm. 162.
8
Ibid, hlms. 160.
9
United Nation. ibid . hlm. 30.
10
United Nation. Op cit, hlm.25 .
11
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,
Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hlm.
57.
12
Shidarta, op.cit, hlm147.
13
www.amazon.com, bahan diakses
pada tanggal 4 Juli 2010
14
Edmon Makarim, op cit, hlm. 379.
15
United Nation, op cit, hlm.8
16
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, PN Balai pustaka, Jakarta,
1976, hlm. 65.
17
Abdul kadir Muhammad, , Hukum Perdata
Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
1993, hlm. 250.
18
United Nation, op cit, hlm.8
19
http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09
/teori-validitas.html, bahan diakses tanggal 8
Juli 2010
20
. Unduh 2 Juni 2010.
21
Mariam Darus Badrulzaman et al, op.cit, h.
169.
22
Edmon Makarim, op . cit , hlm. 65.
23
United Nation, op cit, hlm.4