You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/299474652

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PERSPEKTIF


HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL

Research · March 2016


DOI: 10.13140/RG.2.1.2310.0560

CITATIONS READS

0 2,863

1 author:

Acep Rohendi
Universitas BSI
12 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL View project

All content following this page was uploaded by Acep Rohendi on 29 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM


TRANSAKSI E-COMMERCE PERSPEKTIF
HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Acep Rohendi
Program Pascasarjana Universitas BSI
Jalan Sekolah Internasional No. 1-6 Antapani Bandung 40282
acep.aph@bsi.ac.id

Abstract - The objective is to determine consumer protection in e-commerce transactions


according to the laws of Indonesia. Two laws related to consumer protection in e-
commerce transactions is Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection (Consumer Law)
and Act No. 11 of 2008 on Information and Electronic Transactions (IT Law). Both of
these laws has been able to provide adequate legal protection for consumers in the
buying and selling of goods through e-commerce, the legal protection can be seen in
terms of Consumer Law and IT Law. Both these laws have been set regarding the use of
personal data of consumers, the terms validity of e-commerce transactions, the use of CA
(Certification Authority), the problems of standard clauses and regulates the prohibited
acts for businesses to market and produce goods and services that can be used a
reference to the object in the e-commerce transactions. Although has the disadvantage
that only reach businesses based in Indonesia alone, but the weakness is already covered
by the IT Law and various international regulations such as the UNCITRAL Model Law.
Although provision was made the UN is not yet complete

Keywords : e-commerce, consumer protection, Electronic Transactions

Abstrak - Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam
transaksi e-commerce menurut perundang-undangan Indonesia. Dua undang-undang
yang terkait perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce adalah Undang-
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Undang-
Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kedua
undang-undang tersebut telah mampu memberikan perlindungan hukum yang memadai
bagi konsumen dalam melakukan transaksi jual beli barang bergerak melalui e-
commerce, perlindungan hukum tersebut terlihat dalam ketentuan-ketentuan UUPK dan
UU ITE. Kedua undang-undang tersebut telah mengatur mengenai penggunaan data
pribadi konsumen, syarat sahnya suatu transaksi e-commerce, penggunaan CA
(Certification Authority), permasalahan klausula baku dan mengatur mengenai perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha dalam memasarkan dan memproduksi barang dan jasa
yang dapat dijadikan acuan bagi obyek dalam transaksi e-commerce. Walaupun UUPK
memiliki kelemahan yaitu hanya menjangkau pelaku usaha yang berkedudukan di
Indonesia saja, namun kelemahan ini sudah ditutupi oleh UU ITE dan berbagai ketentuan
internasional seperti UNCITRAL Model Law. Meskipun ketentuan yang dibuat PBB ini
belum lengkap.

Kata kunci : e-commerce, perlindungan konsumen, transaksi elektronik.

PENDAHULUAN ITE). Dua hal penting pengaturan e-


commerce dalam undang-undang tersebut
Di Indonesia, pengaturan e- : Pertama pengakuan transaksi elektronik
commerce ditemukan dalam Undang- dan dokumen elektronik dalam kerangka
Undang No 11 tahun 2008 tentang hukum perikatan dan hukum pembuktian,
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU sehingga kepastian hukum transaksi

ISSN : 2355-0295 474


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

elektronik dapat terjamin. Kedua hukum perjanjian, sehingga berlaku pula


diklasifikasikannya tindakan-tindakan Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat
yang termasuk kualifikasi pelanggaran sahnya suatu perjanjian yakni :
hukum terkait penyalahgunaan TI “Supaya terjadi persetujuan yang
(Teknologi Informasi) disertai dengan sah, perlu dipenuhi empat syarat: 1.
sanksi pidananya. kesepakatan mereka yang
Adanya pengakuan terhadap transaksi mengikatkan dirinya; (KUHPerd. 28,
elektronik dan dokumen elektronik maka 1312 dst.) 2. kecakapan untuk
setidaknya kegiatan e-commerce membuat suatu perikatan;
mempunyai basis legalnya dan (KUHPerd. 1329 dst.) ,3. suatu
memberikan perlindungan terhadap pokok persoalan tertentu;
konsumen yang bertransaki E- (KUHPerd. 1332 dst.) dan 4. suatu
commerce. Perlindungan konsumen sebab yang tidak terlarang.
menurut Undang-undang Nomor 8 tahun (KUHPerd. 1335 dst.) “(Kejati
1999 tentang Perlindungan Konsumen Jabar,tanpa tahun).
(UUPK) Pasal 1 angka 1 adalah” segala Secara umum tahapan dalam
upaya yang menjamin adanya kepastian transaksi elektronik melalui e-commerce
hukum untuk memberikan perlindungan dapat diurutkan sebagai berikut (Nofie
bagi konsumen”. Iman,tanpa tahun) (Nofie Iman,2010)2:
Prinsip yang dianut oleh pelaku usaha 1. E-customer dan e-merchant bertemu
dalam menjalankan kegiatan dalam dunia maya melalui server yang
perekonomiannya adalah prinsip disewa dari Internet Server Provider
ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan (ISP) oleh e-merchant.
yang semaksimal mungkin dengan modal 2. Transaksi melalui e-commerce disertai
seminimal mungkin. Artinya, dengan term of use dan sales term condition
pemikiran umum seperti ini, sangat atau klausula standar, yang pada
mungkin konsumen akan dirugikan baik umumnya e-merchant telah
secara langsung aupun tidak langsung. meletakkan klausula kesepakatan pada
Dari latar belakang masalah tersebut, website-nya, sedangkan e-customer
identifikasi permasalahan sebagai jika berminat tinggal memilih tombol
berikut : Apakah konsumen sudah accept atau menerima.
mendapatkan perlindungan hukum dalam 3. Penerimaan e-customer melalui
transaksi e-commerce dalam perundang- mekanisme “klik” tersebut sebagai
undangan Indonesia? perwujudan dari kesepakatan yang
tentunya mengikat pihak e-merchant.
PEMBAHASAN 4. Pada saat kedua belah pihak mencapai
kesepakatan, kemudian diikuti dengan
Transaksi E-Commerce proses pembayaran, yang melibatkan
Electronic Commerce Transaction dua bank perantara dari masing-
adalah transaksi dagang antara penjual masing pihak yaitu acquiring
dengan pembeli untuk menyediakan merchant bank dan issuing customer
barang, jasa atau mengambil alih hak. bank. Prosedurnya e-customer
Kontrak ini dilakukan dengan media memerintahkan kepada issuing
electronic (digital medium) di mana para customer bank untuk dan atas nama e-
pihak tidak hadir secara fisik dan customer melakukan sejumlah
medium ini terdapat dalam jaringan pembayaran atas harga barang kepada
umum dengan sistem terbuka yaitu acquiring merchant bank yang
internet atau world wide web. Transaksi ditujukan kepada e-merchant.
ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan 5. Setelah proses pembayaran selesai
syarat nasional. kemudian diikuti dengan proses
( Badruzaman,2001).1 pemenuhan prestasi oleh pihak e-
Kedudukan e-commerce dalam merchant berupa pengiriman barang
hukum Indonesia terletak dalam bidang sesuai dengan kesepakatan mengenai
hukum perdata sebagai bagian dari

ISSN : 2355-0295 475


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

saat penyerahan dan spesifikasi besar daripada penjual atau merchant-


barang. nya. Atau dengan kata lain hak-hak
Undang-undang Informasi dan konsumen dalam transaksi e-commerce
Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor lebih rentan untuk dilanggar. Hal ini
11 Tahun 2008 merupakan dasar hukum disebabkan karena karakteristik dari
utama bagi e-commerce di Indonesia. UU transaksi e-commerce sendiri, yakni
ITE ini disahkan pada tanggal 21 april dalam transaksi e-commerce tidak terjadi
2008 dan mulai berlaku pada saat pertemuan secara fisik antara konsumen
diundangkan (Pasal 54 ayat 1 UU ITE). dengan penjualnya yang kemudian dapat
UU ITE berlaku bagi setiap orang menimbulkan berbagai permasalahan.
yang melakukan perbuatan hukum, baik Perlindungan hukum bagi konsumen
yang berada di wilayah Indonesia dalam transaksi e-commerce dapat
maupun diluar Indonesia. Sehingga ditemui dalam UUPK dan UU ITE.
jangkauan UU ini tidak hanya bersifat UUPK merupakan dasar hukum bagi
lokal saja tetapi juga internasional (Pasal perlindungan konsumen di Indonesia,
2 ITE) sedangkan UU ITE merupakan dasar
Demikian pula e-commerce hukum bagi konsumen yang melakukan
mengandung permasalahan yang lebih transaksi e-commerce. Sebagaimana
luas terjadi pada bidang keperdataan disebutkan diatas bahwa transaksi e-
karena transaksi elektronik untuk commerce menimbulkan berbagai
kegiatan perdagangan melalui sistem permasalahan, maka dalam pembahasan
elektronik (electronic commerce) telah berikut akan dijabarkan berbagai
menjadi bagian dari perniagaan nasional permasalahan yang penting seputar
dan internasional. Secara yuridis transaksi e-commerce dan pengaturan
kegiatan pada ruang siber tidak dapat permasalahan tersebut menurut UUPK
didekati dengan ukuran dan kualifikasi dan UU ITE.
hukum konvensional saja sebab jika cara Permasalahan tersebut sebagai berikut
ini yang ditempuh akan terlalu banyak (Purnama,2011):
kesulitan dan hal yang lolos dari A. Privasi Data Konsumen
pemberlakuan hukum.(Penjelasan Umum Privasi adalah claim of individuals,
UU ITE)3 groups, or institution to determine for
Dengan demikian karena kegiatan themselves when, how, and what extent
Electronic Commerce yang diatur dalam information about them is communicated
UNCITRAL Model Law on Electronic to others.(Edmon Makarim , 2005 )6.
Commerce 1996 (adalah salah satu Permasalahan mengenai privasi di
produk dari UNCITRAL) maka, Indonesia belum terlalu dipermasalahkan
sekiranya tersebut, UNCITRAL Model oleh masyarakat, namun lain halnya
Law on 5 Electronic Commerce 1996 dengan negara lain dimana privasi
dapat digunakan sebagai "pegangan" dianggap suatu hal yang amat penting
atau kepastian dalam transaksi sebagai bagian dari hak pribadi
perdagangan internasional di Electronic seseorang. Pengertian privasi tidak sama
Commerce4(Zamrud,tanpa tahun). dengan kerahasiaan (Confidentiality),
Namun berkaitan dengan perlindungan privasi merupakan konsep yang lebih
konsumen tidak mengaturnya karena “ luas dari sekedar kerahasiaan yang
This Law does not override any rule of meliputi hak untuk bebas dari gangguan,
law intended for the protection hak untuk tetap mandiri, hak untuk
consumers (Uncitral,1998).5 UNCITRAL dibiarkan sendiri, hak untuk mengontrol
Model Law 1996 tidak dimaksudkan peredaran dari informasi tentang
dalam rangka perlindungan konsumen. seseorang dan dalam hal apa saja
informasi tersebut harus diperoleh dan
Perlindungan Konsumen Dalam digunakan.(Endmon makarim,2005).7
Transaksi E-Commerce Pada umumnya ada tiga aspek dari
Konsumen dalam transaksi e- privasi, yaitu privasi mengenai pribadi
commerce memiliki resiko yang lebih seseorang, privasi dari data seseorang

ISSN : 2355-0295 476


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

dan privasi atas komunikasi berkontrak seperti diatur pula dalam


seseorang.(Edmon makarim 2005)8 Article 4 UNCITRAL Model Law : “ The
Permasalahan yang muncul dalam Model Law is thus intended to support
transaksi e-commerce adalah pelanggaran the principle of party autonomy” (United
terhadap privasi dari data tentang Nation 1999)9.
seseorang atau dengan kata lain disebut 2. Pendaftaran online (Online
“data pribadi”, pelanggaran ini biasanya Registration)
dalam bentuk penyalahgunaan informasi- Kebanyakan situs-situs yang
informasi yang dikumpulkan atas melakukan penjualan barang/jasa
anggota-anggota suatu mengharuskan pengunjung/konsumen
organisasi/lembaga atau atas pelanggan- melakukan registrasi terlebih dahulu
pelanggan dari suatu perusahaan. sebelum dapat melakukan transaksi jual
Pengumpulan data pribadi konsumen beli atau memanfaatkan fitur lengkap dari
dalam transaksi e-commerce dilakukan suatu situs. Form registrasi dari suatu
melalui media-media seperti berikut : situs mewajibkan pengunjung untuk
1. Cookies mengisi informasi informasi pribadi
Cookies adalah suatu aplikasi kecil seperti nama, alamat e-mail, alamat dan
yang ditempatkan dalam hard drive kota tempat tinggal, user name dan
seseorang ketika mengunjungi suatu password, jenis kelamin, tanggal lahir,
website/situs, cookies ini dapat penghasilan, pekerjaan. Bahkan ada
mengumpulkan informasi mengenai beberapa situs yang mewajibkan
nomor kartu kredit, situs-situs yang konsumen untuk memasukkan nomor
dikunjungi, alamat e-mail, minat maupun kartu kreditnya.
pola belanja. Informasi tersebut Jika hal-hal diatas tidak dilengkapi,
digunakan untuk melacak kunjungan- maka konsekuensinya adalah
kunjungan ke suatu situs serta untuk pengunjung/konsumen tidak dapat
mengetahui apa yang disukai atau tidak menikmati fitur lengkap dari suatu situs
disukai oleh seorang pengunjung tentang atau konsumen tidak dapat melakukan
situs tersebut. Apabila informasi- transaksi jual beli. Permasalahannya
informasi yang dikumpulkan oleh adalah, konsumen tidak mengetahui
cookies digabungkan, maka akan dapat penggunaan dari data pribadinya, terlebih
mengidentifikasi seorang individu secara lagi terhadap informasi-informasi sensitif
spesifik. seperti nama, alamat dan nomor kartu
Dengan adanya cookies dalam hard kredit yang apabila disalahgunakan dapat
drive konsumen, maka setiap kali membahayakan dan merugikan pemilik
konsumen mengunjungi suatu situs maka informasi tersebut.
konsumen hanya akan mendapati barang- UU ITE sudah memberikan
barang tertentu saja yang menurut perlindungan terhadap data pribadi
cookies disukai oleh konsumen yang seseorang, hal ini diatur dalam Pasal 26
bersangkutan. Hal ini dapat saja UU ITE. Dalam Pasal 26 Ayat 1
membuat konsumen lebih mudah dalam disebutkan bahwa
berbelanja melalui internet namun ”Kecuali ditentukan lain oleh
konsumen tidak dapat Peraturan Perundang- undangan,
mengetahui/memilih produk selain yang penggunaan setiap informasi
ditawarkan oleh cookies karena cookies melalui media elektronik yang
memblokir akses terhadap produk-produk menyangkut data pribadi seseorang
lain selain yang ditawarkan oleh cookies harus dilakukan atas persetujuan
itu sendiri. Hal ini merupakan Orang yang bersangkutan”.
pelanggaran terhadap hak-hak konsumen Cakupan dari pengertian data pribadi
terutama terhadap hak untuk memilih yang dianut oleh Pasal 26 ayat 1 UU ITE
barang dan jasa sesuai keinginan (UUPK dapat ditemui dalam penjelasannya,
Pasal 4 huruf b). yakni :
Dengan adanya coockies ini jelas
bertentangan dengan asas kebebasan

ISSN : 2355-0295 477


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

(1) Hak untuk menikmati kehidupan perjanjian yang merugikan salah satu
pribadi dan bebas dari segala pihak yang dalam hal ini konsumen.
macam gangguan. UUPK tidak merumuskan pengertian
(2) Hak untuk berkomunikasi dengan perjanjian baku tapi menggunakan istilah
orang lain tanpa tindakan memata- klausula baku yang menurut Pasal 1 ayat
matai. (10) UUPK dirumuskan sebagai berikut :
(3) Hak untuk mengawasi akses “Klausula baku adalah setiap aturan
informasi tentang kehidupan pribadi atau ketentuan dan syarat-syarat yang
dan data seseorang telah dipersiapkan dan ditetapkan
Pada umumnya setiap website e- terlebih dahulu secara sepihak oleh
commerce seperti e-bay dan amazon telah pelaku usaha yang dituangkan dalam
memiliki kebijakan privasinya sendiri, di suatu dokumen dan/atau perjanjian
mana dalam kebijakan tersebut yang mengikat dan wajib dipenuhi
dicantumkan mengenai penggunaan oleh konsumen”.
cookies, data pribadi apa saja yang Menurut Gunawan Widjaja dan
dikumpulkan, jaminan kerahasiaan data- Ahmad Yani (2011)11 menyatakan,
data sensitif seperti nomor kartu kredit. “UUPK tidak melarang pelaku
Pencantuman kebijakan privasi oleh usaha untuk membuat klausula baku
website e-commerce adalah tindakan atas setiap dokumen dan/atau
yang tepat, karena kebijakan privasi ini perjanjian transaksi usaha
dapat memberitahu calon konsumen perdagangan barang dan/ atau jasa,
maupun konsumen website ecommerce selama dan sepanjang perjanjian
yang bersangkutan mengenai penggunaan baku dan/ atau klausul baku tersebut
data pribadi mereka, namun banyak juga tidak mencantumkan ketentuan
website e-commerce yang tidak sebagaimana dilarang dalam Pasal
mencantumkan kebijakan privasinya 18 ayat (1), serta tidak “berbentuk”
seperti rakitan.com, indo-lcd.com dan sebagaimana dilarang dalam pasal 18
lain-lain. ayat (2) UUPK tersebut”.
Sebaiknya UU ITE juga Tujuan penggunaan klausula baku
mencantumkan kewajiban bagi website dalam kegiatan bisnis sebenarnya adalah
e-commerce yang mengumpulkan data untuk menghemat waktu dalam setiap
pribadi konsumen untuk mencatumkan kegiatan jual beli, amat tidak efisien
kebijakan privasinya. Perlindungan apabila setiap terjadi transaksi jual beli
hukum terhadap data pribadi oleh Pasal antara pihak penjual dan pembeli mereka
26 UU ITE sudah cukup memadai, selain membicarakan mengenai isi kontrak jual
karena cakupan pengertian data pribadi beli. Oleh karena itu dalam suatu kontrak
yang dianut cukup luas, juga memberikan standard dicantumkan klausul-klausul
hak mengajukan gugatan kepada orang yang umumnya digunakan dalam kontrak
yang dirugikan atas penggunaan data jual beli.
pribadi orang yang bersangkutan (UU Dalam transaksi e-commerce,
ITE Pasal 26 ayat 2). penggunaan klausula baku adalah hal
UNCITRAL mengakui setiap yang mutlak. Karena dalam transaksi e-
perlindungan konsumen pada setiap commerce para pihak tidak berinteraksi
negara. “....thus recognizes that any such secara langsung melainkan berinteraksi
consumer protection law may take menggunakan media elektronik, salah
precedence over the provisions in the satunya adalah internet. Saat konsumen
Model Law...”10(United Nation,1999). hendak membeli suatu barang pada suatu
website, maka penjual/merchant akan
Klausula Baku Yang di Buat Penjual menyodorkan suatu perjanjian (term and
Dalam dunia usaha, terdapat klausula condition) yang berisikan mengenai
baku / perjanjian baku yang persyaratan-persyaratan seperti layaknya
menempatkan posisi tidak seimbang perjanjian jual beli pada umumnya.
antara pelaku usaha dan konsumen, yang Perjanjian (term and condition) inilah
pada akhirnya melahirkan suatu yang dapat dikategorikan sebagai

ISSN : 2355-0295 478


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

klausula baku, karena isi dari perjanjian d. Menyatakan pemberian kuasa dari
tersebut ditetapkan secara sepihak oleh konsumen kepada pelaku usaha
penjual/merchant. Disini pihak konsumen baik secara langsung maupun
tidak bisa memprotes isi daripada tidak langsung untuk melakukan
perjanjian, karena dalam website yang segala tindakan sepihak yang
menampilkan perjanjian tersebut tidak berkaitan dengan barang yang
mempunyai opsi (pilihan) untuk merubah dibeli oleh konsumen secara
perjanjian. angsuran.
Dalam hal ini konsumen hanya e. Mengatur perihal pembuktian atas
mempunyai dua pilihan yakni menerima hilangnya kegunaan barang atau
atau membatalkan pesanan. Apabila pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
dalam dunia nyata persetujuan terhadap konsumen.
klausula baku tersebut dilakukan dengan f. Memberi hak kepada pelaku usaha
perbuatan penandatanganan, maka dalam untuk mengurangi manfaat jasa
transaksi e-commerce persetujuan atau mengurangi manfaat harta
dilakukan dengan “mengklik” pilihan kekayaan konsumen yang menjadi
setuju/ok/yes. Perbuatan “mengklik” objek jual beli jasa.
tersebut dapat diartikan sebagai akseptasi g. Menyatakan tunduknya konsumen
atau sama dengan perbuatan kepada peraturan yang berupa
penandatanganan. aturan baru, tambahan, lanjutan
Dalam UUPK penggunaan klausula dan/atau pengubahan lanjutan
baku pada prinsipnya tidak dilarang, yang dibuat sepihak oleh pelaku
namun yang perlu dikhawatirkan adalah usaha dalam masa konsumen
pencantuman klausula eksonerasi memanfaatkan jasa yang dibelinya.
(exemption clause) dalam perjanjian h. Menyatakan bahwa konsumen
tersebut. Klausula eksonerasi adalah memberi kuasa kepada pelaku
klausula yang mengandung kondisi usaha untuk pembebanan hak
membatasi, atau bahkan menghapus sama tanggungan, hak gadai, atau hak
sekali tanggung jawab yang semestinya jaminan terhadap barang yang
dibebankan kepada pihak dibeli oleh konsumen secara
produsen/penyalur produk (penjual) angsuran.
(Shidarta,2006)12. 2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan
UUPK sendiri memberikan klausula baku yang letak atau
persyaratan mengenai pencantuman bentuknya sulit terlihat atau tidak
klausula baku yang diatur dalam pasal 18 dapat dibaca secara jelas, atau yang
UUPK, yakni sebagai berikut : pengungkapannya sulit dimengerti.
1. Pelaku usaha dalam menawarkan 3. Setiap klausula baku yang telah
barang dan/atau jasa yang ditujukan ditetapkan oleh pelaku usaha pada
untuk diperdagangkan dilarang dokumen atau perjanjian yang
membuat atau mencantumkan memenuhi ketentuan sebagaimana
klausula baku pada setiap dokumen dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dan/atau perjanjian apabila : dinyatakan batal demi hukum.
a. Menyatakan pengalihan tanggung 4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan
jawab pelaku usaha. klausula baku yang bertentangan
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha dengan undang-undang ini.
berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli Walaupun UUPK secara jelas
konsumen. mengatur mengenai tata cara pembuatan
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha klausula baku, namun dalam praktek
berhak menolak penyerahan masih terjadi penyimpangan terlebih lagi
kembali uang yang dibayarkan dalam transaksi e-commerce dimana
atas barang dan/atau jasa yang segala kegiatan transaksi dilakukan
dibeli oleh konsumen. dengan proses “klik” tanpa adanya proses
tawar-menawar. Klausula eksenorasi

ISSN : 2355-0295 479


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

dalam transaksi e-commerce banyak Hal ini tentu memberatkan


terdapat dalam hal : konsumen karena apabila ia dirugikan
1. Pilihan hukum (choice of law) oleh pelaku usaha, maka ia harus
Klausula mengenai pilihan hukum mengajukan gugatannya ke negara
pada umumnya terjadi pada transaksi e- bagian Washington dan hal ini tentu
commerce yang bersifat lintas batas memakan biaya yang tidak sedikit.
Negara. Pilihan hukum menyangkut Seharusnya UU ITE sebagai dasar hukum
hukum negara mana yang akan transaksi e-commerce yang telah
digunakan bila terjadi sengketa, dalam menjangkau transaksi e-commerce
hal ini sengketa antara konsumen dan internasional mencantumkan mengenai
pelaku usaha yang berkedudukan di luar perihal pilihan hukum ini, karena
negeri. ketentuan Pasal 18 ayat 2 UU ITE ini
UUPK memiliki kelemahan, yakni tidak memberikan perlindungan kepada
tidak dapat menjangkau pelaku usaha konsumen. Walaupun Pasal 18 ayat 2 UU
yang berkedudukan di luar negeri. Hal ini ITE mempunyai kelemahan sebagaimana
terlihat dalam rumusan Pasal 1 butir 3 disebutkan di atas, namun terdapat
UUPK yang menyatakan : ketentuan internasional yang dapat
“Pelaku usaha adalah setiap orang digunakan untuk memberikan
perorangan atau badan usaha, baik perlindungan kepada konsumen dalam
yang didirikan dan berkedudukan transaksi e-commerce internasional.
atau melakukan kegiatan dalam Ketentuan tersebut terdapat dalam
wilayah hukum negara Republik Konvensi Roma 1980 Pasal 5 ayat 2 yang
Indonesia, baik sendiri maupun menegaskan bahwa
bersama-sama melalui perjanjian “dalam kontrak bisnis-konsumen,
penyelenggaraan kegiatan usaha pilihan hukum yang dibuat di dalam
dalam berbagai bidang ekonomi”. kontrak tidak dapat menghilangkan
Berdasarkan pengertian pelaku usaha hak-hak konsumen atas perlindungan
di atas maka ruang lingkup dari UUPK konsumen dari Negara tempat ia
hanyalah pelaku usaha yang bergerak di memiliki kediaman tetap”.
dalam wilayah hukum Republik Sejalan dengan ketentuan yang
Indonesia. UU ITE sudah mengatur terkandung dalam konvensi Roma 1980
perihal mengenai pilihan hukum yakni tersebut, berlaku asas bahwa hukum yang
dicantumkan dalam Pasal 18 ayat (2) dipilih para pihak dalam kontrak tidak
dimana disebutkan bahwa para pihak dapat mengesampingkan kaidah-kaidah
mempunyai kewenangan untuk memilih memaksa (mandatory laws) dari Negara
hukum yang berlaku bagi transaksi yang meiliki closest connection dengan
elektronik internasional yang dibuatnya, kontrak (Edmon Makarim,2005)14
namun UU ITE tidak mengatur perihal Dengan adanya ketentuan ini,
mengenai klausula baku sebagaimana walaupun pihak konsumen menggugat
diatur oleh UUPK, sehingga mau tidak pelaku usaha di Negara lain, konsumen
mau konsumen tunduk pada ketentuan tersebut tetap mendapatkan hak-haknya
yang dikeluarkan oleh pelaku usaha. sebagai konsumen sebagaimana
Contoh penggunaan klausul baku diberikan oleh UUPK.
tentang pilihan hukum terdapat dalam
EULA (End User License Agreement) 2. Pembagian resiko yang tidak
yang dikeluarkan oleh amazon.com yang berimbang
berbunyi “bahwa segala transaksi yang Pembagian resiko yang tidak
terjadi dengan amazon.com berlaku the berimbang banyak terjadi dalam transaksi
laws of state of Washington.” e-commerce, khususnya dalam transaksi
(www.amazon.com)13 Dengan demikian pembayaran. Biasanya konsumen harus
konsumen yang berasal dari negara terlebih dahulu membayar secara penuh
manapun yang melakukan transaksi (menggunakan kartu kredit atau transfer
dengan amazon.com tunduk pada hukum antar bank) atas barang yang dibeli,
negara bagian Washington. barulah pesanannya akan diproses oleh

ISSN : 2355-0295 480


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

pelaku usaha atau penjual. Hal ini tentu UNCITRAL Model Law Article 1115,
berisiko tinggi karena membuka peluang yang berbunyi :
terlambatnya pengiriman barang yang “In the context of contract formation,
dipesan, isi dan mutu barang tidak sesuai unless otherwise agreed by the
dengan pesanan atau bahkan barang sama parties, an offer and the acceptance
sekali tidak sampai di tangan konsumen. of an offer may be expressed by
Klausula baku mengenai pembagian means of data messages. Where a
resiko ini banyak digunakan dengan data message is used in the
alasan melindungi pelaku usaha dari formation of a contract, that
konsumen yang tidak bertanggung jawab, contract shall not be denied validity
namun di sisi lain klausula ini dapat or enforceability on the sole ground
merugikan kepentingan konsumen karena that a data message was used for that
jaminan bahwa pesanan akan diproses purpose”
setelah pembayaran hanya berasal dari Bahwa dalam konteks pembentukan
pelaku usaha saja. kontrak, kecuali disetujui oleh pihak,
Dalam Pasal 16 UUPK, terdapat tawaran dan penerimaan dapat
pengaturan mengenai kewajiban pelaku dinyatakan oleh pesan data. Di mana
usaha untuk memenuhi janji dalam hal pesan data yang digunakan dalam
menawarkan barang atau jasa melalui pembentukan kontrak, kontrak yang tidak
pesanan, di mana disebutkan bahwa akan ditolak keabsahan atau
pelaku usaha dilarang untuk: penegakkannya atas dasar semata bahwa
1) Tidak menepati pesanan atau pesan data digunakan untuk tujuan itu.
kesepakatan waktu penyelesaian
sesuai dengan yang dijanjikan. 3. Otensitas Para Pihak dalam
2) Tidak menepati janji atas suatu Transaksi E-commerce
pelayanan atau prestasi. Otensitas sama artinya dengan
Dengan adanya Pasal 16 UUPK ini, autentik, autentik menurut Kamus Umum
maka pelaksanaan janji yang diberikan Bahasa Indonesia artinya dapat
oleh pelaku usaha dapat lebih terjamin. dipercaya, asli atau sah
16
Selain jaminan yang diberikan oleh Pasal (Poerwadarminta,1776) . Masalah
16 UUPK, faktor kepercayaan juga otensitas para subyek hukum dalam
berlaku disini karena kepercayaan transaksi e-commerce menjadi isu yang
merupakan dasar dari e-commerce. penting untuk dibahas karena
Apabila konsumen di sini sudah percaya menyangkut keabsahan perjanjian yang
kepada penjual/merchantnya maka dibuat melalui e-commerce. Isu yang
klausula ini tidak menjadi masalah. Di menyangkut otensitas adalah :
sini konsumen harus lebih berhati-hati
dalam berbelanja melalui internet dan a. Kecakapan para pihak
harus memastikan validitas pelaku usaha. Dasar hukum bagi perjanjian di
Validitas erat kaitannya dengan Indonesia diatur dalam pasal 1320
keberadaan pelaku usaha usaha, atau KUHPerdata. Dalam pasal 1320 ini
dengan kata lain validitas menunjukkan terdapat 4 syarat untuk sahnya suatu
bahwa pelaku usaha senyatanya ada. perjanjian yakni : 1) Kesepakatan para
Apabila konsumen berbelanja pada pihak, 2) Kecakapan,3) Suatu hal
website e-commerce yang sudah ternama tertentu; 4) Suatu sebab yang halal
seperti amazon.com maka dapat Syarat 1 dan 2 disebut syarat
dipastikan bahwa pelaku usaha tersebut subyektif karena menyangkut individu
terjamin validitasnya, maka bagi yang membuat perjanjian, sedangkan
konsumen yang hendak berbelanja syarat 3 dan 4 merupakan syarat obyektif.
melalui internet sebaiknya berbelanja Tidak terpenuhinya salah satu syarat
pada situs-situs yang ternama. Hal ini diatas dalam suatu perjanjian akan
berkaitan dengan terjadinya kontrak e- menimbulkan dampak hukum yang
commerce apabila pembeli mengirimkan berbeda tergantung syarat mana yang
data persetujuannya, seperti diatur dalam tidak dipenuhi. Apabila syarat 1 dan 2

ISSN : 2355-0295 481


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

tidak dipenuhi maka akibat hukumnya the grounds that it is in the form of a
adalah perjanjian tersebut dapat data message.”
dibatalkan, sedangkan apabila syarat 3 Berbeda dengan Pasal 1320 KUH
dan 4 yang tidak dipenuhi maka akibat Perdata, dalam UNCITRAl Model Law
hukumnya adalah perjanjian tersebut Article 12, menekankan kesepakatan
batal demi hukum. kontrak terjadi pada saat saat pengiriman
Pada asasnya semua orang cakap data dari masing-masing pihak dianggap
untuk membuat perikatan/perjanjian, sepakat menurut hukum
kecuali jika ia oleh undang-undang
dinyatakan tidak cakap. Menurut undang- b.Validitas subyek hukum
undang, orang yang tak cakap adalah Validitas dalam e-commerce adalah
mereka yang belum dewasa (genap hal yang sangat penting, pengertian
berusia 21 tahun atau mereka yang belum validitas ini adalah sejauh mana
berusia 21 tahun tetapi sudah menikah) kebenaran akan keberadaan suatu subyek
dan mereka yang di bawah pengampuan hukum. (
(gila, dungu, mata gelap, lemah akal dan http://violetatniyamani.blogspot.com/200
pemboros). (Abdul Kadir 7)19
Muhmmad,1993)17 Namun dalam Konsep validitas dalam e-commerce
transaksi e-commerce sangat sulit untuk menjadi penting karena dapat mencegah
menentukan seseorang yang melakukan terjadinya penipuan, untuk mengetahui
transaksi telah dewasa atau tidak berada kemana ganti rugi harus diajukan dan
di bawah pengampuan karena proses menambah kepercayaan konsumen untuk
penawaran dan penerimaan tidak berbelanja. Dalam e-commerce banyak
dilakukan secara fisik melainkan melalui cara yang dilakukan oleh pelaku usaha
suatu media elektronik yang rawan untuk menunjukkan validitasnya
penipuan. misalnya :
Apabila syarat kecakapan tidak 1). pencantuman alamat.
dipenuhi maka transaksi elektronik Biasanya website e-commerce
tersebut tidak sah/ tidak memiliki mencantumkan alamatnya di website
kekuatan hukum sehingga berdasarkan mereka dengan tujuan untuk
pasal 1320 KUH Perdata perjanjian memberitahu kepada calon
tersebut dapat dibatalkan. Kemudian konsumen mereka bahwa mereka
dalam Pasal 3 RPP ITE disebutkan betul-betul ada, sehingga konsumen
mengenai kewajiban penyelenggara merasa aman untuk berbelanja di
transaksi elektronik untuk melakukan website tersebut. Selain itu, dengan
langkah-langkah yang memadai untuk dicantumkannya alamat penjual
menguji keaslian identitas dan maka pembeli mengetahui kemana
kewenangan konsumen yang melakukan harus mengajukan ganti rugi apabila
transaksi elektronik dengan berbagai terjadi kerusakan terhadap barang
metode yang dimungkinkan. yang dibeli atau apabila barang tidak
Dengan adanya pengaturan sampai ke tangan konsumen.
sebagaimana disebutkan di atas, maka 2).mencantumkan logo perusahaan
jelas bahwa untuk melakukan transaksi Pencantuman logo perusahaan dalam
elektronik harus memenuhi syarat suatu website, menandakan bahwa
kecakapan sebagaimana yang disebutkan website tersebut benar-benar ada,
dalam Pasal 1320 KUH Perdata. karena sudah diotorisasi oleh CA
UNCITRAl Model Law Article 1218, (Certification Authority).
yang berbunyi : 3).feed back dari pelanggan.
“As between the originator and the Ini adalah salah satu bentuk validitas
addressee of a data message, a yang paling sederhana namun tingkat
declaration of will or other statement validitasnya hampir sempurna. Feed
shall not be denied legal effect, back ini diberikan oleh pelangGan
validity or enforceability solely on yang merasa puas dengan pelayanan,
kecepatan pengiriman barang yang

ISSN : 2355-0295 482


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

dipesan dan kualitas barang yang memancing seseorang agar mendatangi


dibeli dari suatu website, feed back alamat web melalui e-mail,
yang menyatakan kepuasaan Salah satu tujuannya adalah untuk
pelanggan terhadap suatu website menjebol informasi yang sangat pribadi
dalam dunia internet dikenal dengan dari sang penerima email, seperti
istilah positive feed back. Semakin password, nomor kartu kredit, dan lain-
banyak konsumen yang puas terhadap lain dengan cara mengirimkan informasi
suatu website e-commerce, semakin yang seakan-akan dari penerima e-mail
tinggi reputasi dan validitas website mendapatkan pesan dari sebuah situs,
tersebut, sehingga calon pelanggan lalu mengundangnya untuk mendatangi
akan semakin yakin akan pelayanan sebuah situs palsu. Situs palsu dibuat
website tersebut. Sistem ini sangat sedemikian rupa yang penampilannya
bagus, karena pelaku usaha dituntut mirip dengan situs aslinya, lalu ketika
untuk memberikan pelayanan yang korban mengisikan password maka pada
sebaik-baiknya. saat itulah penjahat ini mengetahui
Dalam transaksi e-commerce, password korban.
apabila suatu website menerima feed Penggunaan situs palsu ini disebut juga
back yang buruk/negative dari dengan istilah pharming(Fika Hanna
pelanggannya maka dapat dipastikan Mayasari, et al, 2012) 20. Bila suatu situs
bahwa website tersebut akan sepi oleh e-commerce menggunakan jasa CA,
pembeli. Validitas erat kaitannya dengan maka otentisitas dari situs tersebut akan
CA (Certification Authority), namun terjamin, sehingga konsumen dapat
dalam UU ITE tidak menggunakan istilah bertransaksi dengan lebih aman. Selain
CA tapi menggunakan istilah “lembaga mengatur tentang CA, UU ITE secara
sertifikasi keandalan”, dimana dalam implisit mengatur kejahatan mengenai
Pasal 1 angka 11 diartikan sebagai phising yakni tercantum dalam Pasal 35,
lembaga independen yang dibentuk oleh dimana disebutkan bahwa “Setiap orang
profesional yang diakui, disahkan dan yang dengan sengaja dan tanpa hak atau
diawasi oleh pemerintah dengan melawan hukum melakukan manipulasi,
kewenangan mengaudit dan penciptaan, perubahan, penghilangan,
mengeluarkan sertifikat keandalan dalam pengrusakan informasi elektronik
transaksi elektronik. dan/atau dokumen elektronik dengan
Salah satu tugas CA adalah tujuan agar informasi elektronik tersebut
melakukan verifikasi, pemeriksaan dan dianggap seolah-olah otentik”, dimana
pembuktian identitas pengguna dan pelanggaran terhadap Pasal 35 ini
pelanggan atau dengan kata lain CA dikenakan pidana penjara paling lama 12
bertugas untuk memastikan dan tahun dan/atau denda paling banyak 12
menjamin kebenaran keberadaan miliar rupiah (Pasal 51 ayat 1 UU ITE).
pengguna dan pelanggan sehingga UU ITE tidak mewajibkan suatu
terjamin otentisitasnya. Yang dimaksud situs e-commerce untuk menggunakan
dengan pengguna dan pelanggan adalah jasa CA, ini terlihat dalam Pasal 10 ayat
para pihak yang terlibat dalam transaksi 1 dimana disebutkan “Setiap pelaku
e-commerce. usaha yang menyelenggarakan Transaksi
Peranan CA untuk menjamin Elektronik dapat disertifikasi oleh
otentisitas para pihak yang terlibat dalam Lembaga Sertifikasi keandalan” (garis
transaksi ecommerce adalah untuk bawah dari penulis). Dari rumusan pasal
mencegah penipuan-penipuan yang tersebut dapat ditafsirkan bahwa pelaku
sering terjadi dalam transaksi e- usaha tidak diwajibkan untuk
commerce seperti ”phising”. Phising menggunakan jasa CA, sehingga tidak
sering diartikan sebagai suatu cara untuk semua situs e-commerce dijamin
memancing seseorang ke halaman otentisitasnya oleh CA. Seharusnya UU
tertentu. phising tidak jarang digunakan ITE mewajibkan sertifikasi setiap situs e-
oleh para pelaku kriminal untuk commerce untuk memberikan
perlindungan bagi konsumen dari

ISSN : 2355-0295 483


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

penipuan. Demikian pula UNCITRAL (3) Tidak sesuai dengan ukuran,


Model Law, kewajiban sertifikasi tersebut takaran, timbangan, dan jumlah
tidak mengaturnya. dalam hitungan menurut ukuran
yang sebenarnya.
4. Obyek Transaksi E-commerce (4) Tidak sesuai dengan kondisi,
Yang menjadi obyek transaksi e- jaminan, keistimewaan, atau
commerce adalah barang atau jasa yang kemanjuran sebagaimana dinyatakan
diperjual belikan oleh pelaku usaha dalam label, etiket atau keterangan
kepada setiap orang yang membeli barang dan/atau jasa tersebut.
barang dan jasa melalui e-commerce. (5) Tidak sesuai dengan mutu,
Namun tidak semua barang atau jasa tingkatan, komposisi, proses,
dapat diperjualbelikan dalam transaksi e- pengolahan, gaya, mode, atau
commerce. UU ITE dan UUPK tidak penggunaan tertentu sebagaimana
mengaturi syarat-syarat barang atau jasa dinyatakan dalam label atau
yang diperbolehkan untuk keterangan barang dan/atau jasa
diperjualbelikan dalam transaksi e- tersebut.
commerce, namun dengan melihat (6) Tidak sesuai dengan janji yang
ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan dalam label , etiket,
terdapat ketentuan yang mengatur keterangan, iklan atau promosi
mengenai barang-barang yang boleh penjualan barang/jasa tersebut.
untuk diperdagangkan yakni21 : (7) Tidak mencantumkan tanggal
a. Barang itu adalah barang yang dapat kadaluarsa atau jangka waktu
diperdagangkan, baik yang ada penggunaan/pemanfaatan yang
sekarang maupun yang akan ada. paling baik atas barang tersebut.
b. Tidak bertentangan dengan undang- (8) Tidak mengikuti ketentuan
undang dan ketertiban umum. berproduksi secara halal,
c. Apabila kedua hal tersebut diatas sebagaimana pernyataan “halal”
dilanggar, maka perjanjian jual beli yang dicantumkan dalam label.
dalam transaksi barang dinyatakan (9) Tidak memasang label atau membuat
batal demi hukum. penjelasan barang yang memuat
UUPK tidak mengatur mengenai nama barang, ukuran, berat/isi
persyaratan tentang barang atau jasa yang bersih atau netto, komposisi, aturan
boleh diperdagangkan, melainkan hanya pakai, tanggal pembuatan, akibat
mengatur mengenai perbuatan yang sampingan, nama dan alamat pelaku
dilarang bagi pelaku usaha dalam usaha serta keterangan lain untuk
memasarkan barang atau jasa (BAB IV penggunaan yang menurut ketentuan
UUPK Pasal 8-17). Namun dari harus dipasang/dibuat.
ketentuan yang tercantum dalam bab IV (10) Tidak mencantumkan informasi
tersebut, dapat dijadikan acuan mengenai dan/atau petunjuk penggunaan
barang atau jasa yang boleh untuk barang dalam bahasa Indonesia
diperdagangkan. Dalam Pasal 8 ayat 1 sesuai dengan ketentuan
UUPK, disebutkan bahwa pelaku usaha perundang-undangan yang berlaku.
dilarang untuk mengedarkan barang atau (11) Sedangkan dalam ayat 2
jasa yang : disebutkan bahwa pelaku usaha
(1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dilarang memperdagangkan barang
dengan standar yang dipersyaratkan yang rusak, cacat atau bekas, dan
dalam ketentuan peraturan tercemar tanpa memberikan
perundang-undangan. informasi secara lengkap dan benar
(2) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi atas barang yang dimaksud. Dalam
bersih atau netto, dan jumlah dalam ayat 3 disebutkan bahwa pelaku
hitungan sebagaimana yang usaha dilarang memperdagangkan
diyatakan dalam label atau etiket persediaan farmasi dan pangan yang
barang. rusak, cacat atau bekas, dan
tercemar, dengan atau tanpa

ISSN : 2355-0295 484


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

memberikan informasi secara a. Penjual atau merchant yang


lengkap dan benar. menawarkan sebuah produk melalui
Selain Pasal 8 UUPK , terdapat juga Internet sebagai pelaku usaha.
Pasal lain dalam UUPK yang dapat b. Pembeli yaitu setiap orang tidak
dijadikan acuan mengenai barang-barang dilarang oleh undang-undang, yang
yang diperbolehkan dalam transaksi e- menerima penawaran dari penjual atau
commerce yakni terdapat dalam : pelaku usaha dan berkeinginan
a. Pasal 9 melarang melakukan melakukan transaksi jual beli produk
manipulasi produk atau jasa. yang ditawarkan oleh penjual.
b. Pasal 10 melarang memberikan c. Bank sebagai pihak penyalur dana dari
informasi yang tidak benar atau pembeli atau konsumen kepada
menyesatkan. penjual atau pelaku usaha/merchant,
c. Pasal 11 mengatur mengenai barang- karena transaksi jual beli dilakukan
barang yang dijual secara lelang atau secara elektronik, penjual dan pembeli
obral. tidak berhadapan langsung, sebab
d. Pasal 13 dan 14 mengatur mengenai mereka berada pada lokasi yang
perihal pemberian hadiah terhadap berbeda sehingga pembayaran dapat
barang/jasa yang dibeli. dilakukan melalui perantara dalam hal
e. Pasal 16 mengatur tentang keharusan ini yaitu Bank.
pelaku usaha untuk menepati janji d. Provider sebagai penyedia jasa
dalam hal pembelian barang dibeli layanan akses Internet22.
melalui pesanan. Hal ini Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual
f. banyak terjadi dalam transaksi e- beli secara elektronik tersebut di atas,
commerce dimana pembeli membeli masing-masing memiliki hak dan
barang dengan cara memesan. kewajiban,penjual/pelaku usaha
g. Pasal 17 mengatur secara khusus /merchant merupakan pihak yang
tentang periklanan menawarkan produk melalui Internet,
Walaupun UU ITE tidak oleh karena itu penjual bertanggung
mengatur mengenai kriteria barang yang jawab memberikan informasi secara
boleh diperdagangkan dalam transaksi e- benar dan jujur atas produk yang
commerce, namun UU ITE mewajibkan ditawarkan kepada pembeli atau
pelaku usaha untuk menyediakan konsumen (UU ITE Pasal 9). Di samping
informasi yang lengkap dan benar itu, penjual juga harus menawarkan
berkaitan dengan produk yang produk yang diperkenankan oleh undang-
ditawarkan (Pasal 9 UU ITE ) dan undang maksudnya barang yang
melarang penyebaran berita bohong dan ditawarkan tersebut bukan barang yang
menyesatkan yang mengakibatkan bertentangan dengan peraturan
kerugian konsumen dalam transaksi perundang-undangan, tidak rusak atau
elektronik (Pasal 28 ayat 1 UU ITE). mengandung cacat tersembunyi, sehingga
Demikian pula dalam UNCITRAL barang yang ditawarkan adalah barang
Model Law sejauh ini belum yang layak untuk diperjualbelikan
mengaturnya (UUPK Pasal 8). Penjual juga
bertanggung jawab atas pengiriman
5. Tanggung Jawab Para Pihak produk atau jasa yang telah dibeli oleh
Transaksi e-commerce dilakukan seorang konsumen.
oleh pihak yang terkait, walaupun pihak- Dengan demikian, transaksi jual beli
pihaknya tidak bertemu secara langsung termaksud tidak menimbulkan kerugian
satu sama lain melainkan berhubungan bagi siapa pun yang membelinya. Di sisi
melalui media internet. Dalam e- lain, seorang penjual atau pelaku usaha
commerce, pihak-pihak yang terkait memiliki hak untuk mendapatkan
tersebut antara lain (Edmon Makarim, pembayaran dari pembeli/konsumen atas
2005) : harga barang yang dijualnya dan juga
berhak untuk mendapatkan perlindungan
atas tindakan pembeli/konsumen yang

ISSN : 2355-0295 485


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

beritikad tidak baik dalam melaksanakan komunikasi yang berdasarkan jaringan


transaksi jual beli elektronik ini. Jadi, dan jasa tekomunikasi. Atau Informastion
pembeli berkewajiban untuk membayar system dalam istilah UNCITRAL Model
sejumlah harga atas produk atau jasa Law Article 223, bahwa : “Information
yang telah dipesannya pada penjual system” means a system for generating,
tersebut. sending, receiving, storing or otherwise
Seorang pembeli memiliki processing data messages. Yakni bahwa
kewajiban untuk membayar harga barang "Sistem Informasi" berarti sebuah sistem
yang telah dibelinya dari penjual sesuai untuk menghasilkan, mengirim,
jenis barang dan harga yang telah menerima, menyimpan atau pesan data
disampaikan antara penjual dan pembeli lain yang diproses.
tersebut, selain itu mengisi data identitas
diri yang sebenar-benarnya dalam PENUTUP
formulir penerimaan. Di sisi lain,
pembeli / konsumen berhak mendapatkan Kesimpulan
informasi secara lengkap atas barang
yang akan dibelinya itu. Pembeli juga Berdasarkan pembahasan atas
berhak mendapat perlindungan hukum permasalahan diatas, dapat diambil
atas perbuatan penjual/pelaku usaha yang kesimpulan sebagai berikut : UUPK dan
ber’itikad tidak baik. UU ITE telah mampu memberikan
Bank sebagai perantara dalam perlindungan hukum yang memadai bagi
transaksi jual beli secara elektronik, konsumen dalam melakukan transaksi
berkewajiban dan bertanggung jawab jual beli barang bergerak melalui e-
sebagai penyalur dana atas pembayaran commerce, perlindungan hukum tersebut
suatu produk dari pembeli kepada penjual terlihat dalam ketentuan-ketentuan
produk itu karena mungkin saja UUPK dan UU ITE dimana kedua
pembeli/konsumen yang berkeinginan peraturan tersebut telah mengatur
membeli produk dari penjual melalui mengenai penggunaan data pribadi
Internet yang letaknya berada saling konsumen, syarat sahnya suatu transaksi
berjauhan sehingga pembeli termaksud e-commerce, penggunaan CA
harus mengunakan fasilitas Bank untuk (Certification Authority), permasalahan
melakukan pembayaran atas harga klausula baku dan mengatur mengenai
produk yang telah dibelinya dari penjual, perbuatan yang dilarang bagi pelaku
misalnya dengan proses pentransferan usaha dalam memasarkan dan
dari rekening pembeli kepada rekening memproduksi barang dan jasa yang dapat
penjual (acount to acount). dijadikan acuan bagi obyek dalam
Provider merupakan pihak lain transaksi e-commerce. Walaupun UUPK
dalam transaksi jual beli secara memiliki kelemahan yaitu hanya
elektronik, dalam hal ini provider menjangkau pelaku usaha yang
memiliki kewajiban atau tanggung jawab berkedudukan di Indonesia saja, namun
untuk menyediakan layanan akses 24 jam kelemahan ini sudah ditutupi oleh UU
kepada calon pembeli untuk dapat ITE dan berbagai ketentuan internasional
melakukan transaksi jual beli secara seperti UNCITRAL Model Law.
elektronik melalui media Internet dengan Meskipun ketentuan yang dibuat PBB ini
penjualan yang menawarkan produk belum lengkap.
lewat Internet tersebut, dalam hal ini Saran
terdapat kerja sama antara penjual/pelaku
usaha dengan provider dalam Adapun saran-saran yang dapat
menjalankan usaha melalui Internet ini. diberikan agar perlindungan hukum bagi
Transaksi jual beli secara elektronik konsumen dalam transaksi e-commerce
merupakan hubungan hukum yang dapat terjamin adalah sebagai berikut ;
dilakukan dengan memadukan jaringan
(network) dari sistem yang informasi 1. Pemerintah perlu segera membuat
berbasis computer dengan sistem peraturan pelaksana untuk melengkapi

ISSN : 2355-0295 486


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

ketentuan hukum dalam UU ITE, uku_III_UU_Perdata_Perikatan.pdf


karena masih terdapat hal-hal yang +&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id,
tidak diatur dalam UU ITE, sehingga akses 3 September 2015.
perlu dimasukkan kedalam peraturan
pelaksana. Mariam Darus Badrulzaman et al,
Kompilasi Hukum Perikatan, PT.
2. Perlu dilakukannya sosialisasi UU Citra Aditya Bhakti, Bandung,2001.
ITE agar masyarakat mengetahui
bahwa saat ini telah ada undang- Nofie Iman, Mengenal E-Commerce,
undang khusus yang mengatur www.hasan-uad.com /mengenal-
mengenai penggunaan informasi dan ecommerce.pdf, Unduh 2 Juli 2010.
transaksi yang dilakukan secara
elektronik. Disamping itu dengan Purnama, Tinjauan Umum Tentang
adanya sosialisasi UU ITE diharapkan Transaksi Elektronik ,
pelaku usaha, konsumen dan http://repository.usu.ac.id/bitstream/
pemerintah menyiapkan diri terhadap 123456789/36037/5/Chapter%20III-
ketentuan hukum baru dalam UU ITE V.pdf.. Akses 03 September 2015.
sehingga pelaksanaan dari UU ITE ini
dapat berjalan secara efisien. Shidarta, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia, PT Gramedia
REFERENSI Widiasarana Indonesia, 2006.
Abdul kadir Muhammad, Abdulkadir
Muhammad, Hukum Perdata Undang-Undang No 11 tahun 2008
Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, tentang Informasi dan Transaksi
Bandung, 1993. Elektronik

Anomin. Teori Validitas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1999


http://violetatniyamani.blogspot.co tentang Perlindungan Konsumen
m/2007/09/teori-validitas.html,
bahan diakses tanggal 8 Juli 2010 United Nation. UNCITRAL Model Law
on Electronic Commerce Guide to
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Enactment with 1996 : with
Telematika, PT Raja Grafindo additional article 5 as adopted in
Persada, Jakarta, 2005. 1998 bis.New York,1999. page 3.
www.uncitral.org. (e-book) Unduh
Fika Hanna Mayasari, et al, Makalah 5 Juli 2010
Komputer Dan Teknologi
Informasi,Cybercrime , Program W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum
Studi Matematika Jurusan Bahasa Indonesia, PN Balai
Pendidikan Matematika Fakultas pustaka, Jakarta, 1976, hlm. 65.
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.2012 1
Mariam Darus Badrulzaman et al,
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra
Hukum Tentang Perlindungan Aditya Bhakti, Bandung,2001 hlm. 283.
Konsumen, Gramedia Pustaka 2
Nofie Iman, Mengenal E-Commerce,
Utama, Jakarta, 2000. www.hasan-uad.com /mengenal-
Kejati Jabar, Kitab Undang-Undang ecommerce.pdf, Unduh 2 Juli 2010. hlm. 5.
3
Hukum Perdata,tanpa tahun, Penjelasan Umum UU ITE
4
http://webcache.googleusercontent.c Wa Ode Zamrud. Transaksi Elektronik
om/search?q=cache:FZmlsIeB6P4J: Dalam Aspek Hukum Perjanjian
kejati- Perdagangan. www.unidayan.ac.id/.Unduh 2
jabar.go.id/images/peraturan/1889B Juli 2010

ISSN : 2355-0295 487


Ecodemica. Vol III. No.2 September 2015

5
United Nation. UNCITRAL Model Law on
Electronic Commerce Guide to Enactment
with 1996 : with additional article 5 as
adopted in 1998 bis.New York,1999. page 3.
www.uncitral.org. Unduh 5 Juli 2010
6
Edmon Makarim, Pengantar Hukum
Telematika, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm.159.
7
Ibid, hlm. 162.
8
Ibid, hlms. 160.
9
United Nation. ibid . hlm. 30.
10
United Nation. Op cit, hlm.25 .
11
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,
Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hlm.
57.
12
Shidarta, op.cit, hlm147.
13
www.amazon.com, bahan diakses
pada tanggal 4 Juli 2010
14
Edmon Makarim, op cit, hlm. 379.
15
United Nation, op cit, hlm.8
16
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, PN Balai pustaka, Jakarta,
1976, hlm. 65.
17
Abdul kadir Muhammad, , Hukum Perdata
Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
1993, hlm. 250.
18
United Nation, op cit, hlm.8
19

http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09
/teori-validitas.html, bahan diakses tanggal 8
Juli 2010
20
. Unduh 2 Juni 2010.
21
Mariam Darus Badrulzaman et al, op.cit, h.
169.
22
Edmon Makarim, op . cit , hlm. 65.
23
United Nation, op cit, hlm.4

ISSN : 2355-0295 488

View publication stats

You might also like