You are on page 1of 8

Berita Kedokteran Masyarakat  Volume​ 33 ​Nomor ​12 

(BKM Journal of Community Medicine and Public Health)  Halaman​ 587-594 

Evaluasi sistem pengelolaan limbah medis


Puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul
Evaluation of community health center's medical waste
management system in Bantul Regency
Riang Lala Manila1 & Sarto2

Abstract
Purpose: This study aimed to evaluate the community health center medical
waste management systems. ​Methods: This research was a qualitative study
Dikirim: ​14 Juni 2017 
Diterbitkan: ​1 Desember 2017 
using a case study design in five community health center of Bantul Dis​trict.
Results: The manage​ment of medical waste in Bantul Regency is a new model
using private party as a user (health cooperative) to hire services to the
private transporter (CV. Jogya Prima Per​kasa) to carry out the transportation
and destruction of medical waste generated by health facilities of community
health center, auxiliary health center and private health facilities.
Con​sideration of Health Cooperation is a private institution belonging to
Dinas Kesehatan and has a legal entity con​sidered more flexible to bail out
the initially issued funds to pay the financing of transport and extermination
services to the transporter. ​Conclusion: Community health center medical
waste man​agement has followed the regulations. Health center has
conducted medical waste management starting from the sorting, collection,
pack​aging, storage, and transport. There should be improvements in some
aspects, especially the creation of garbage dump for community health
center that do not have them yet, while community health center who
already have garbage dump need to make im​provements ac​cording to the
conditions specified.

Keywords:​ medical waste; community health center; evaluation

1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada 
(Email: manilarianglala651@gmail.com)
2
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 

587
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

Puskesmas  (5  orang),  sanitarian  (5  orang),  Petugas 


PENDAHULUAN
pelaksana pengelolaan limbah di Puskesmas (5 orang). 
Pajanan  limbah  layanan  kesehatan  dapat  Instrumen  yang  digunakan  adalah  pan¬duan 
mengakibatkan  penyakit  atau  cidera  petugas  wawancara  mendalam,  ​voice  recorder​,  lembar 
kesehatan,  pasien,  pengunjung  dan  masyarakat  pedoman ​check list​, kamera, data sekunder lain sebagai 
disekitar lingkungan fasilitas kesehatan (1,2). Meskipun  pendukung  informasi  dengan mengikuti rapat evaluasi 
proporsi  limbah  medis  yang  masuk  ke  dalam  kategori  pengelolaan  limbah  dan  mencatat  hasil  rapat.  Data 
limbah  berbahaya  hanya  sebesar  15-25%,  tetapi  risiko  dianalisis  dengan  mengategorikan  jawaban  responden 
yang  ditimbulkan  cukup  besar.  WHO  memprediksi  dalam  bentuk  kuotasi,  dan  memberi  kode  untuk 
risiko  limbah benda tajam sebesar 1% dari total limbah  menyampaikan  kejadian  yang  ada.  Hasil  wawancara 
kesehatan  pada  tahun  2000.  Hal  ini  menjadi  resiko  yang didapatkan dianalisis, dipertajam kembali dengan 
karena  mampu  menyebarkan  infeksi  hepatitis  B  dan  hasil observasi ataupun studi data sekunder. 
hepatitis C (3). 
Pengelolaan  limbah  medis  puskesmas  memiliki  HASIL
permasalahan  yang  cukup  kompleks  mengingat 
sumber  daya  yang  terbatas  yang  di  miliki  oleh  Pengelolaan limbah medis di Kabupaten Bantul
 
Puskesmas.  Pengelolaan  limbah  medis  di  Puskesmas 
Pengelolaan  limbah  medis  di  Bantul  tahun  2005 
menggunakan  metode  insenerasi  yang  menimbulkan 
menggunakan  incenerator  yang  ditempatkan  pada 
masalah  pencema-ran  udara  dan  kebisingan. 
empat  lokasi:  Puskesmas  Kretek,  Srandakan,  Piyungan 
Pengelolaan  limbah  padat  perlu pengelolaan yang baik 
dan  Imogiri  I.  Dalam  perkembangannya  hanya  dua 
dan  benar.  Namun  pemusnahan  dengan  incenerator 
incenerator  yang  berfungsi:  Srandakan  dan  Kretek. 
yang  beroperasi  dibawah  suhu  1.000  C  berpotensi 
Incenerator  yang  digunakan  menimbulkan  dampak 
menghasilkan  emisi  dioksin,  zat  kimia  yang  bersifat 
lingkungan  sekitar  berupa  abu,  bau,  suhu,  kebisingan 
persisten,  akumulasi  dan  beracun  serta  berdampak 
dan  pencemaran  udara.  Masalah  lain  adalah 
besar pada lingkungan dan kesehatan (4).  
pemberlakuan  izin operasional incenerator oleh Badan 
Penelitian  lain  menemukan  pemanfaatan 
Pengelolaan  Lingkungan  Hidup  (BPLH)  yang  berat 
incenerator  untuk  limbah  medis  masih  berfungsi  dan 
untuk  dipenuhi  karena  Puskesmas  tidak  mempunyai 
dimanfaatkan,  tetapi  sudah  tidak  stabil  sehingga  bisa 
sumber daya operasional yang cukup. 
menghasilkan  polusi  di  wilayah  sekitar  (5).  Institusi 
Dinas  Kesehatan  menghentikan  pengoperasian 
yang  memproduksi  limbah  medis  harus  secara 
incenerator  di Kretek dan Srandakan dan mencari cara 
sukarela  membuangnya  atau  melakukan  outsource  ke 
lain  yang  lebih  efisien  dan  tidak  melanggar peraturan. 
perusahaan  pembuangan  sampah  swasta  (6).  Hal  ini 
Dinas  Kesehatan  menyusun  kerjasama  seluruh 
sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  101 
Puskesmas  dengan  pihak  ketiga  swasta  dalam  hal 
Tahun  2014  tentang  pengelolaan  limbah  bahan 
pengangkutan dan pemusnahan.  
berbahaya dan beracun. 
Produksi  sampah  Puskesmas  tahun  2009  yang 
“Sebagai  langkah  awal, kita mulai mencari pihak ke-tiga 
dihasilkan  sebesar  71%  dari  total  produksi  sampah  yang  berperan  sebagai  transpoter  dalam  pe-nanganan 
medis  di  Kabupaten  Bantul  dan  cenderung  meningkat  limbah.  Se¬hingga  mulai  bu¬lan  Maret  2014  itulah 
setiap  tahun  (7).  Penanganan  limbah  medis  limbah  B3  limbah  kita  mulai  di¬angkut  oleh  PT...dulu  CV.Jogya 
untuk  Puskesmas  dan jaringannya kebawah di wilayah  Prima Perkasa”. (R3). 
Kabupaten  Bantul  telah  mengadakan  kerjasama 
Limbah  medis  dihasilkan  bukan  hanya berasal dari 
dengan  pihak  swasta  dalam  hal  pengangkutan  dan 
Puskesmas  saja,  tetapi  berasal  dari  klinik  swasta,  BP 
pemusnahan. 
umum,  dokter  praktek  swasta  yang  berada  di  wilayah 
 
kerja  Puskesmas  masing-masing.  Kerjasama  dengan 
METODE pihak  ketiga  menyangkut  hak  dan  kewajiban  dalam 
bentuk perjanjian tentang jasa pengelolaan limbah B3. 
Penelitian  kualitatif  ini  menggunakan  rancangan 
studi  kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan 
Kelembagaan
purposive  sampling.  Subyek  penelitian  adalah  Kepala   
Bidang  P2PL  Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Bantul  (1  Manajemen  pengelolaan  limbah  medis  di 
Orang), Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan (1 orang),  Puskesmas  secara  struktural  berada  di  bawah  Seksi 
Sekretaris  Koperasi  Kesehatan Bantul (1 orang), Kepala 

 
588
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

Kesehatan  Lingkungan  Dinas  Kesehatan.  Dinas  Koperasi  melakukan  pembayaran  jasa 


kesehatan  melakukan  perencanaan  pengelolaan,  pengangkutan  dan  pemusnahan  setiap  bulan  kepada 
sementara  pelaksanaan  pengelolaan  limbah  medis  pihak  tranporter.  Koperasi  kesehatan  akan 
diserahkan ke Puskesmas.   mengirimkan  tagihan  ​manifest  kepada  Puskesmas. 
Puskesmas  sebagai  penanggung  jawab  wilayah  Berdasarkan  manifest  ini  pihak  Puskesmas  dalam  hal 
harus  memastikan  limbah  medis  yang  dihasilkan  oleh  ini  sanitarian  akan  melakukan  komunikasi  kepada 
fasilitas  kesehatan  di  bawahnya  seperti  puskemas  faskes  swasta  mengenai  pembayaran  kepada  pihak 
pembantu,  pondok  bersalin  desa,  bidan  desa  serta  koperasi.  Koperasi  kesehatan  melakukan  talangan 
fasilitas  kesehatan  swasta.  Dinas Kesehatan memegang  dana  terlebih  dahulu  untuk  pembayaran  karena 
peranan  penting  dalam  hal  perencanaan  awal  untuk  koperasi  mempunyai  ketersediaan  dana  dan  bersifat 
mencarikan  rumusan  yang  tepat  mengatasi  masalah  fleksibel.  Pengangkutan  limbah  medis  ini  oleh 
limbah medis yang ada di Puskesmas.  transporter  swasta  dipusatkan  di  masing  –  masing 
Puskesmas  sehingga  faskes  swasta  mengirimkan 
“Ya,  malah  anu  itu  yang  mencarikan  solusi  yang 
limbah  nya  untuk  dikumpulkan  di  tempat 
me-rencanakan  malah  kita,  karena  kayak  Puskesmas 
penampungan  puskesmas  untuk  selanjutnya  diangkut 
kemudian  fasyankes  yang  ada  di  wilayah  puskesmas 
dan  dimusnahkan  oleh  transpoter  swasta.  Badan 
mereka  itu  kan  nggak  berpikiran  sampai  kesana,  kita 
yang  mengetahui  aturan  diatas  kita  yang  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup  berperan  dalam 
merencanakan.(R2).  perizinan,  pengawasan  dan  pembinaan.  BPLH 
Kabupaten  Bantul  menerapkan  kewajiban  fasilitas 
Dalam  pelaksanaannya  manajemen  pe-ngelolaan  kesehatan  harus  bekerjasama  dengan  pihak  ketiga 
limbah  medis  diserahkan  ke  Koperasi  Kesehatan  milik  untuk pengelolaan limbah. 
Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Bantul  untuk  melakukan 
kerjasama  dengan  pihak  ketiga  dalam  hal  ini  adalah  Sumber daya manusia
CV.  Jogya  Prima  Perkasa  (transpoter)  dan  PT.  Wastec   
Internasional  (pemusnahan)  dengan  pertimbangan  Jumlah  tenaga  sanitarian  di  Kabupaten  Bantul 
limbah  medis  yang  berada  di  Puskesmas  bukan  hanya  sebanyak  60  orang yang tersebar di Puskesmas, Rumah 
berasal  dari  lingkup  Puskesmas  seperti  polindes  dan  Sakit  maupun  di  Dinas  Kesehatan.  Setiap  Puskesmas 
pustu tetapi juga berasal dari pihak fasyankes swasta.   rata-rata  mempunyai  sanitarian  sebanyak  1  orang 
dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil. 
“Itu  ceritanya  kenapa  kita  bisa  menyalahi  pera-turan  Tenaga  sanitarian  di Puskesmas bertanggung jawab 
begini.  Kalau  dengan  PP  nya  itu,  Peraturan  Pemerintah 
mengelola  kebersihan  dan  kesehatan  lingkungan, 
mengenai  hal  ini  kebetulan  harus  bekerjasama  dengan 
pengelolaan  limbah  medis  B3,  dan  pengelolaan limbah 
pihak  ketiga.  Kerjasama  dengan  pihak  ketiga  itu  bisa 
dengan  pengolah  ataupun  trans-porternya  yang  sudah  non  medis.  Sanitarian  Puskesmas  bertanggung  jawab 
berizin.  Kendalanya  adalah  kita  itu  di  Bantul  ini  kan  memantau tenaga ​cleaning service. 
banyak  puskesmasnya  itu  kecil,  kemudian  banyak  di  Jumlah  cleaning service di Puskesmas sebanyak satu 
wilayah  puskesmasnya  itu  karena  dia  punya  tugas  sampai  tiga  orang.  ​Cleaning  service  mempunyai jadwal 
membina  pasien  yang  ada  di  wila¬yahnya,  klinik-klinik  pengumpulan  limbah  medis  setiap  ruangan  untuk 
kecil,  dokter  praktik,  maka dia punya kewajiban tentang  diangkut  ke  tempat  penampungan  sementara.  Status 
itu.  nah  di  satu  sisi  peraturan  PP  tadi  menjadikan 
petugas  ​cleaning  service  Puskesmas  adalah  pegawai 
transporter  atau  pengolah  limbah  tadi  untuk 
honorer  dan  ada  yang  berstatus  pegawai  swasta. 
bekerjasama itu syaratnya mahal biayanya.” (R2) 
Petugas  ​cleaning  service  ​Puskesmas  ini  rata-rata belum 
Pertimbangan  biaya  menjadi alasan Puskesmas dan  pernah  mendapatkan  pelatihan  khusus  mengenai 
fasilitas  kesehatan  swasta  bekejasama  karena  pihak  limbah medis. 
transporter  menerapkan  standar  biaya  minimum  dan 
“Belum  pernah  dilatih.  Ya  dibilang  kerjanya  di 
standar  jumlah  berat  limbah  medis yang diangkut dari 
Puskesmas.  Kan  sambil  jalan  kita  tahu  kalo  sampah 
tiap  faskes  sebanyak  minimum  10  kg  sedangkan 
medis di sana, kalo bukan medis disitu”. (R9) 
banyak  Puskesmas  kecil  dan  faskes  swasta  kecil  yang 
jumlah  limbah medis tidak mencapai jumlah minimum 
Sanitarian  sudah  melaksanakan  tugas  dan 
10  kg.  Dinas  Kesehatan  belum  mempunyai mekanisme 
fungsinya  walau  belum  dilengkapi  dengan  dokumen 
hukum  yang  jelas  untuk  menerima  jasa  pembayaran 
lengkap.  Sanitarian  mempunyai  beban  tugas  ganda, 
dari Puskesmas dan faskes swasta dibawahnya. 
sehingga  sulit memantau kinerja ​cleaning service setiap 

 
589
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

harinya.  Sanitarian  bertanggung  jawab  menjaga  kedua  berdasarkan  ​manifest  yang  dilakukan.  Setelah 
kebersihan  dan  mengendalikan  pembuangan  limbah  melakukan  pembayaran  jasa,  Koperasi  Kesehatan 
bahan  berbahaya  dan  limbah  rumah tangga. Beberapa  mengirim  rincian  ​manifest  ke  Puskesmas  dan  faskes 
Puskesmas  belum  menyusun  surat  keputusan  uraian  swasta yang bekerjasama dalam pengumpulan limbah. 
tugas ini.  Pemilahan 
Puskesmas  di  Kabupaten  Bantul  telah  melakukan 
“Nah  ini  dalam  rangka  administrasi  ya  mba.  dalam 
pemilahan  limbah  medis  dan  non  medis.  Wadah 
rangka  akreditasi  tahun  2017  ya,  kami  kan  mencoba 
masing  masing  limbah  telah  diberi  label  limbah  medis 
membuat  dengan  standard  semua.  Memang  pada 
dan  limbah  non  medis  serta  ​safety  box  untuk  limbah 
tahun-tahun  sebelumnya  kita  memang  penugasan- 
medis  tajam.  Pemilahan  limbah  medis  di  puskesmas 
penugasan,  tapi  belum  ke  SK.  Tapi  kalo  rincian  semua 
hanya  dikategorikan  menjadi  dua  jenis:  limbah  medis 
sudah  ada  SK  nya.  jadwal,  penugasan,  tupo-ksi,  semua 
padat dan limbah medis tajam. 
itu  ada.  Tapi  SK  nya  justru  yang  belum.  Itu  yang 
Tempat  sampah  medis  Puskesmas  B  dilapisi  plastik 
kemaren. Tapi mulai tahun ini udah buka.”(R4). 
warna  kuning,  kuat  dan  tidak mudah bocor sedangkan 
Puskesmas  A,  C,  D  dan  E  hanya  melapisi  dengan 
Puskesmas  yang  telah  terakreditasi,  kelengkapan 
kantong plastik biasa dengan warna lain dengan alasan 
surat  keputusan  penugasan  sani-tarian,  uraian  tugas 
persediaan plastik khusus wadah limbah habis. Tempat 
dan  tanggung  jawab  serta  protap telah disusun dengan 
sampah  medis  berwarna  kuning  tidak  dilapisi  plastik 
baik  sehingga  dalam  melaksanakan  tugasnya  seorang 
sehingga  ketika  diangkut  ke  tempat  penampungan 
sanitarian  mengikuti  standar  operasional  yang  telah 
sementara,  ​cleaning service menyalin secara manual ke 
disediakan. 
kantong  plastik  sehingga  ditempat  sampah  medis 
Regulasi masih  tertinggal  sisa  cairan  atau  darah.  Ini  karena 
  kurang  ada  supervisi  kebersihan  dan  tidak  ada 
Penanganan  limbah  medis  di  Bantul  mengikuti  inisiatif  petugas  medis  melapor  pada  petugas  ​cleaning 
Peraturan  Presiden.  Peraturan  menyebutkan  bahwa  service​. 
penghasil  limbah  B3  wajib  melakukan  pengumpulan  Petugas  kesehatan  dan  pasien  masih  mencampur 
dan  pengolahan  limbah  dan  apabila  tidak  dapat  sampah  medis  dan  non  medis.  Ketika  mendapati 
dilakukan,  wajib  untuk  menyerahkan  ke  pengelola  kondisi  tersebut  ​cleaning  service  langsung  memungut 
limbah B3 yang berizin. Pihak pertama adalah koperasi  sampah  yang  tercampur  itu  dan  memindahkan  ke 
kesehatan  KPN  RI  “Kesehatan”  Bantul,  dan  pihak  wadah  yang  seharusnya.  Pada  awal  mengadakan 
kedua adalah CV.Jogya Prima Perkasa, dan pihak ketiga  kerjasama,  transporter  pernah  komplain  saat  limbah 
adalah PT. Wastec. Internasional.   medis  dan  non  medis  tercampur.  Alasan  ekonomis 
menjadi  pertimbangan  cleaning  service  Puskesmas  C 
Sarana Prasarana dan  E  untuk  tidak  menggabungkan  ​plabote  infuse  ke 
  dalam limbah medis tetapi dikumpulkan untuk dijual. 
Sarana  prasarana  limbah  medis  meliputi  tempat  Plabote  infuse  masuk  dalam  kategori  limbah  medis, 
sampah  limbah  medis  dan  non  medis,  kantong  plastik  tetapi  seiring peningkatan jumlah limbah plastik, maka 
untuk  penyimpanan  limbah,  tempat  penampungan  plabote  infus​e  didaur  ulang.  Dinas  kesehatan 
sementara,  sapu,  dan  IPAL  (instalasi  pembuangan  air  merencanakan  pengolahan  ​plabote  infuse  untuk 
limbah).  Peralatan  untuk  pemilahan,  pengumpulan,  menghilangkan  sifat  infeksius,  tetapi  BPLH  belum 
pengangkutan dan pemusnahan yang dig-nakan adalah  mensosialisasikan  aturan  baru  itu,  sehingga  belum 
tempat  sampah  berkode,  wadah  plastik  berwarna,  dilaksanakan. 
safety box, wheelbi​n, dan TPS. 
Pengangkutan
Pembiayaan  
  Pengangkutan  limbah  medis  melalui  dua  tahap: 
Biaya  jasa  pengelolaan  limbah  medis  sebesar  Rp.  pengangkutan  internal  dan  pengangkutan  eksternal. 
15.000/kg  dengan  harga  sudah  termasuk  pajak  PPN  Proses  pengangkutan  internal  dilakukan  oleh  ​cleaning 
10%.  Biaya  jasa  dibayarkan  pihak  pertama  kepada  service  setiap  hari  untuk  dibawa  ke  penampungan 
pihak  kedua  paling  lambat  tujuh  hari  setelah  tagihan  sementara.  Kegiatan  itu  dilakukan  secara  manual 
invoice  dikirim  pihak  pertama.  Koperasi  Kesehatan  tanpa  menggunakan  alat  dengan alasan jumlah limbah 
melakukan  pembayaran  jasa  terlebih  dahulu  ke  pihak  yang  diangkut  tidak  besar.  Limbah  medis  disimpan  di 

 
590
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

wheelbin  dengan  kapasitas  30  liter,  dimana  tiap  Pertim​bangan  memilih  Koperasi  Kesehatan  sebagai 
Puskesmas  mempunyai  wadah  ​wheelbin  sekitar  dua  mitra  karena  merupakan  lembaga  swasta  milik  Dinas 
sampai tiga buah.    Kesehatan  dan  memiliki  ba​dan  hukum  di​anggap  lebih 
Pengangkutan  eksternal  dilakukan  transporter  fleksibel  untuk  menalangi  dana  yang  dikeluarkan  di 
swasta  menggunakan  mobil  ​box  setiap  satu  bulan  awal  un​tuk  mem​bayar  pem​biayaan jasa pengangkutan 
sekali.  Limbah  medis  diambil  langsung  dari  tempat  dan  pemusna​han.  Hal  ini  disebut  dengan  con​tracting 
penyimpanan  sementara  Puskesmas.  Sebelum  limbah  out:  tindakan  yang  dilakukan  lembaga  pemerintah 
dimasukkan  ke  dalam  mobil  box,  limbah  medis  untuk  memperker​jakan  dan  mem​biayai  agen  swasta 
ditimbang  dan  dicatat  oleh  pihak  koperasi  kesehatan  untuk  menyediakan  pela​yanan  tertentu  daripada 
sebanyak  dua  rangkap.  Limbah  medis  yang  berada  mengelola sendiri (8). 
dalam  ​wheelbin  akan  di¬masukkan  langsung  ke  dalam  Faktor  terpenting  dalam  memilih  pe​rus​ahaan 
mobil  kemudian  dilakukan  tukar  ​wheelbin  kosong dari  penanganan  limbah  in​feksius  adalah  harga  yang 
transporter.  Tetapi  terkadang  karena  kapasitas  mobil  dita​warkan  harus  kompetitif  (9).  Meskipun  pihak 
telah  penuh  maka  kantong  plastik dimasukkan dengan  swasta  te​lah  melakukan  pengel​olaan  pembuangan 
cara  di  disisipkan  di  mobil  ​box.  ​Pengangkutan  limbah  limbah  medis  efek​tif,  Puskesmas  ha​rus  ber​tanggung 
dilakukan  transporter  swasta  menggunakan  mobil  ​box  jawab atas pembuangan limbah yang aman dan layak. 
ukuran  kecil  dengan  memudahkan  mobil  pengangkut  Dinas  Kesehatan  harus  melakukan penilaian secara 
untuk  masuk  ke  area  Puskesmas.  Padahal  melihat  teliti  kepada  pihak  swasta  sebagai  transporter  dan 
volume  limbah  medis  yang  dihasilkan  semakin  pemusna​han.  Item  minimal  yang  ha​rus  dipenuhi 
meningkat  seharusnya  pihak  transporter  perlu  adalah ketersedi​aan alat pembekuan, kontainer limbah 
menambah kapasitas lebih besar.  medis  tajam,  frekuensi  dan  metode  pembuangan  dan 
pemusna​han  serta  ken​daraan  yang  me​menuhi  syarat 
Penampungan pengangkutan  limbah  medis.  Un​tuk  me​mastikan 
  limbah  medis  yang  di​angkut  te​lah  dimusnahkan 
Belum  semua  Puskesmas  di  Kabupaten  Bantul  dengan  benar,  Koperasi  Kesehatan,  Pusk​esmas,  Dinas 
memiliki  tempat  penampungan  sementara  limbah  Kesehatan, dan BPLH mengunjungi PT. Wastec.. 
medis.  Tempat  penampungan  sementara limbah medis  Dinas  Kesehatan  tidak  menghilangkan  fungsi  dan 
ini  belum  memiliki  pengatur  suhu  ruangan  dimana  tanggung  jawabnya  sebagai  pem​bina  dengan 
dalam  aturan  sanitasi  Rumah  Sakit  disebutkan  mengadakan  evaluasi  se​tiap  ta​hunnya.  Evaluasi 
penyimpanan limbah medis maksimal 2x24 jam karena  internal  hanya  melibatkan  Pusk​esmas  diwakili  oleh 
sifat  infeksius  sedangkan  limbah  medis  yang  sifatnya  sani​tarian  dan  Di​nas  Kesehatan  diwakili  oleh  seksi 
kimia  mencapai  maksimal  90  hari  sebelum  Kesehatan  Ling​kungan.  Evaluasi  ek​sternal  dilakukan 
dimusnahkan.  Padahal  jadwal  pengangkutan  limbah  bertahap.  Tahap  per​tama  dil​akukan  antara  Koperasi 
oleh pihak transporter dilakukan sekali dalam sebulan.  Kesehatan,  Dinas  Kesehatan,  Puskesmas  dan  BPLH. 
Pada  tahap  selanjutnya  dil​akukan  eval​uasi  antara 
Cakupan limbah
Dinas Kesehatan, BPLH dan pihak transporter swasta. 
 
Dinas  Kesehatan  melalui  Puskesmas  ha​rus  secara 
Cakupan  limbah  medis  setiap  tahun  mengalami 
tegas  memberi  teguran  kepada  fasilitas  pelayanan 
peningkatan.  Tercatat  limbah  yang  terangkut  tahun 
kesehatan  swasta  yang  telah  me​nandatangani 
2014  sebanyak  5.125  kg  dengan  88  fasyankes  swasta 
perjanjian  ker​jasama  pengel​olaan  limbah  medis  tetapi 
didalamnya.  Pada  tahun  2015  terjadi  peningkatan 
tidak  rutin  mengirim  limbah  ke  Pusk​esmas.  Di​nas 
menjadi  8.500  kg  dengan  fasyankes  yang  terlibat 
berperan melakukan pem​binaan dan pengawasan. 
sebanyak 109. 

Manajemen proses pengelolaan limbah medis


BAHASAN  
Pemilahan  limbah  medis  menggunakan  kode 
Manajemen input pengelolaan limbah medis
  pelabelan  dan  warna  yang  dibedakan  menjadi  dua 

Pengelolaan  limbah  medis  menggunakan  model  jenis:  limbah in​feksius dan limbah benda tajam. Hal ini 

baru  dengan  meli​batkan  koperasi  kesehatan  sebagai  berbeda  dengan  peraturan  Men​teri  Ling​kungan  Hidup 

user  untuk  menyewa  jasa  angkut  pihak  trans​porter  dan  Kehutanan  yang  menge​lompokkan  limbah  medis 

swasta.  Mekanisme  ini  digunakan  karena  Puskesmas  menjadi  9  jenis.  Walaupun  belum  semua  Puskesmas 

tidak mem​iliki incenerator.  memiliki  jenis  limbah  lengkap  ber​dasar​kan  kriteria, 

 
591
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

tetapi  setiap  Pusk​esmas  harus  men​gidentifikasi  jenis  evaluasi  rutin  pelaksanaan  pengelolaan  limbah  medis 
limbah  medis  yang  dihasilkan  dari kegiatan pela​yanan  berdasarkan aturan. 
medis.  Praktik  pemilahan  pada  sumber  aliran  limbah 
harus diperkenal​kan ke semua petugas kesehatan. 
Pengumpulan  limbah  medis  dil​akukan  setiap  hari 
Abstrak 
oleh  petugas  ​cleaning  service  sudah  sesuai  dengan 
Tujuan:  Penelitian  ini  bertujuan  mengevaluasi 
aturan  yang  berlaku.  Limbah  medis  dik​umpulkan  dari 
sistem  pengelolaan  limbah  medis  Puskesmas. 
tiap  ruangan,  kantong  wa​dah  plastik  diikat  dan 
Metode:  Jenis  penelitian  kualitatif  ini menggunakan 
dimasukkan ke da​lam wheelbin dan diletakkan di TPS. 
rancangan  studi kasus di lima Puskesmas Kabupaten 
Frekuensi  pengangkutan  eksternal  yang  dil​akukan 
Bantul.  Hasil:  Pengelolaan  limbah  medis  di 
sebulan  sekali  oleh  pihak  trans​porter  swasta  masih 
Kabupaten  Bantul  merupakan  model  baru  meng- 
menjadi  masalah  tersendiri.  Pera​turan  Menteri 
gunakan  pihak  swasta  sebagai  user  (koperasi 
Lingkungan  Hidup  dan  Kehu​tanan  nomor  56  Tahun 
kesehatan)  untuk  menyewa  jasa kepada pihak trans- 
2015  tentang  tata​cara  dan  persyaratan  teknis  penge- 
porter  swasta  (CV.  Jogya  Prima  Perkasa)  melakukan 
l​olaan  limbah  B3  dari  fasilitas  pelayanan  kesehatan 
pengangkutan  dan  pemusnahan  limbah  medis  yang 
disebutkan  limbah  infeksius,  benda  tajam  dan  limbah 
dihasilkan  oleh fasilitas kesehatan Puskesmas, Pustu, 
pa​tolo​gis  tidak  boleh  disimpan  lebih  dari  2  hari  untuk 
Polindes  dan  fasilitas  kesehatan  swasta.  Pertim- 
menghindari  pertumbuhan  bakteri,  ​outrekasi  dan bau. 
bangan  Koperasi  Kesehatan  adalah  lembaga  swasta 
Apabila  disimpan  lebih  dari  dua  hari  limbah  harus 
yang  merupakan  milik  Dinas  Kesehatan  dan 
dilakukan  des​infeksi  kimiawi  atau  disimpan  dalam 
memiliki  badan  hukum  dianggap  lebih  fleksibel 
re​frigator  suhu  0​o  C  atau  lebih  rendah.  Namun,  belum 
untuk  menalangi  dana  yang dikeluarkan awal untuk 
semua  Puskesmas  mem​iliki  TPS.  Puskesmas  be​lum 
membayar  pembiayaan  jasa  pengangkutan  dan 
memenuhi  per​syaratan  untuk  menyimpan  limbah 
pemusnahan  kepada  pihak  transporter.  ​Simpulan: 
medis  lebih  dari  dua  hari  karena  tidak  dilengkapi 
Perlu  ada  peningkatan  dalam  beberapa  aspek 
penga​tur suhu untuk penyim​panan limbah in​feksius. 
terutama  pembuatan  TPS  bagi  Puskesmas  yang 
Pengangkutan  limbah  dilakukan  sebulan  sekali 
belum  memiliki,  sementara  Puskesmas  yang  sudah 
karena  terkendala  pada  masalah  biaya.  Pengangkutan 
memiliki  TPS perlu meningkatkan sesuai syarat yang 
limbah  setiap  hari  tidak  me​nutupi  biaya  operasional. 
ditentukan.  Pengelolaan  limbah  medis  Puskesmas 
Sementara,  ketika  memberla​kukan  sistem  pengang- 
sudah  mengikuti  peraturan.  Puskesmas  telah 
ku​tan  dua  hari  sekali  maka  biaya  angkut  yang 
melakukan  pengelolaan  limbah  medis  yang  dimulai 
dikeluarkan  menjadi  besar.  Perlu  so​lusi  dengan  men- 
dari  pemilahan,  pengumpulan,  pengemasan,  pe- 
cari  penawaran  ke  perus​ahaan  lain  yang  bisa  mem- 
nyimpanan dan pengangkutan. 
berikan  pena​waran  yang  lebih  baik.  Alternatif  lain 
dengan  membuat  tempat  penam​pungan  semen​tara  di  Kata kunci:​ limbah medis; Puskesmas; evaluasi 
Puskesmas yang dilengkapi alat penga​tur suhu. 

Cakupan limbah medis PUSTAKA 


1. Adisasmito  W.  Sistem  Manajemen  Lingkungan
Secara  jumlah  cakupan  pengelolaan  limbah  medis  Rumah  Sakit.  Jakarta:  PT.  Raja  Grafindo  Persada;
sudah  mencakup  seluruh  wilayah di Ka​bupaten Bantul  2009.
2. Adisasmito  W.  Audit  Lingkungan  Ru¬mah  Sakit.
tetapi  potensi  jumlah  limbah  medis  yang  dihasilkan 
Jakarta: Rajawali Pers; 2008.
masih  cukup  be​sar  mengingat  belum  semua  fasyankes  3. WHO.  Pengelolaan  Aman  Limbah  Layanan
swasta melakukan kerjasama rutin pengiriman limbah.  Kesehatan. Jakarta: EGC; 2005.
4. Habibi  E,  Taheri  MR,  Hasanzadeh  A.  Relationship
between  mental  workload  and  musculoskeletal
SIMPULAN disorders  among  Alzahra  Hospital  nurses.  Iran  J
Nurs  Midwifery  Res.  Wolters  Kluwer  --  Medknow
Contracting  out  pengelolaan  limbah  medis  Publications; 2015;20(1):1–6.
5. Sudewi  S.  Pemanfaatan  Incenerator  Untuk
menggunakan  lembaga koperasi milik Dinas Kesehatan 
Limbah  Medis  Puskesmas  di  Kabu¬paten  Bantul
sebagai  pihak  penghubung  Puskesmas  dengan  pihak  (Studi  Kasus  Puskesmas  Srandakan).  Universitas
transporter  swasta.  Peran  Dinas  Kesehatan  sebagai  Gadjah Mada; 2013.
6. Liao  C-J,  Ho  CC.  Risk  management  for outsourcing
koordinator  dari  Puskesmas  harus  ditingkatkan  dalam  biomedical  waste  disposal  –  Using  the  failure
mode  and  effects  analysis.  Waste  Manag.  2014
Jul;34(7):1324–9.

592
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

7. Sukantoro.  Evaluasi  Pengelolaan  Limbah  Klinis  8. Murti  B.  Contracting  out  pelayanan  kesehatan.  J 
Tajam  Puskesmas  di  Kota  Yogyakarta.  Universitas  Manaj Pelayanan Kesehat. 2006;9(3). 
Gadjah Mada; 2008.  9. Garcia-Prado  A,  Chawla  M.  The  impact  of  hospital 
management  reforms  on  absenteeism  in  Costa 
Rica. Health Policy Plan. 2006;21(2):91–100. 
 

 
593
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 12 Tahun 2017 

594

You might also like