You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/271966786

PEMANFATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA UTILIZATION OF


DATA MINING FOR WEATHER FORECASTING

Article · September 2011

CITATION READS

1 2,744

1 author:

Subekti Mujiasih
Indonesian Agency for Meteorology Climatology and Geophysics
14 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Subekti Mujiasih on 09 February 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMANFATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA
UTILIZATION OF DATA MINING FOR WEATHER FORECASTING

Subekti Mujiasih
Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim BMKG, Jl. Angkasa I/2 Jakarta Pusat 10720
Email : subekti.mujiasih@bmkg.go.id

ABSTRACT
Weather forecasting process needs many weather components, big data size and forecaster experience. They
cause the accuracy and rapid of forecasting were not well-fulfilled. In order to solve this problem, the
research of prediction model was done by using Association Rule and Classification (C4.5, Classification
Tree and Random Forest) methods. The input of model production were wind speed, cloud cover, dew point
temperature and temperature from 9 marine stations in 2009. The input for testing the resulted model was
synoptic data of Tanjung Priok Marine Station since 2002-2010. The result shows the accuracy of C4.5 is
highest than others. Accuracy of C4.5 and Association Rule are about 68.5%, and 60.9%, respectively. Thus,
the appropriate prediction model is the C4.5. Dominant weather component of C4.5 are cloud cover, dew
point temperatur and temperature.
Keywords: data mining, association rule, classification tree, random forest, weather

ABSTRAK
Proses prakiraan cuaca memerlukan banyak komponen data cuaca, jumlah data yang besar serta
kemampuan prakirawan. Hal ini menyebabkan ketepatan dan kecepatan prakiraan kurang terpenuhi. Untuk
memecahkan masalah tersebut, telah dilakukan penelitian model prediksi menggunakan beberapa teknik
data mining yakni Association Rule, C4.5, Classification dan Random Forest. Data masukan adalah data
sinoptik 9 stasiun maritim tahun 2009. Data masukan tersebut terdiri dari kecepatan angin, tutupan awan,
suhu udara dan suhu titik embun. Data untuk pengujian model adalah data sinoptik Stasiun Meteorologi
Maritim Tanjung Priok sejak tahun 2002 hingga 2010. Dari serangkaian pembuatan, pemilihan dan
pengujian model, hasil penelitian menunjukkan Association Rule mempunyai tingkat akurasi 60.9%,
sedangkan C4.5 mempunyai tingkat akurasi 68.5%. Dengan demikian model prediksi yang dipilih adalah
model prediksi C4.5. Komponen cuaca yang dominan memungkinkan terjadinya hujan adalah suhu udara,
suhu titik embun, dan tutupan awan.
Kata kunci: data mining, association rule, classification tree, random forest, cuaca

Naskah masuk : 3 Agustus 2011


Naskah diterima : 13 September 2011

PEMANFAATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA......................................................................Subekti Mujiasih

189
I. PENDAHULUAN Clustering, Prediction, Classification, dan
1.1. Latar Belakang Association Rule telah diterapkan untuk analisis
pola data meteorologi di wilayah Jalur Gaza9).
Data mining atau sering disebut sebagai
Kedua, teknik Decision Tree(C4.5), Artificial
knowledge discovery in database (KDD) adalah
Neural Network (ANN), dan Support Vector
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian
Machine (SVM) telah dilakukan untuk wilayah
data historis untuk menemukan keteraturan, pola
Thailand. C4.5 digunakan untuk memprediksi
atau hubungan dalam data berukuran besar.
status hujan atau tidak hujan. ANN digunakan
Keluaran data mining ini bisa dipakai untuk
untuk memprediksi jumlah hujan. SVM digunakan
membantu pengambilan keputusan di masa depan.
untuk mengklasifikasikan jumlah hujan
Pengembangan KDD ini menyebabkan
berdasarkan tiga kelas yakni tidak hujan, hujan
penggunaan pattern recognition semakin
ringan, hujan lebat10).
berkurang karena telah menjadi bagian data
BMKG memiliki sekitar 10 stasiun
mining1). Metode ini merupakan gabungan 4
meteorologi maritim dan 3 (tiga) stasiun yang
(empat) disiplin ilmu yakni statistik, visualisasi,
diperbantukan untuk memberikan pelayanan
database, dan machine learning 1) . Adapun
meteorologi maritim. Sebagian besar stasiun
machine learning adalah suatu area dalam artificial
tersebut melakukan pengamatan sinoptik dan
intelligence atau kecerdasan buatan yang
sebagian diantaranya memberikan pelayanan
berhubungan dengan pengembangan teknik-teknik
analisa dan prakiraan cuaca maritim. Data
pemrograman berdasarkan pembelajaran masa lalu
pengamatan ini sangat penting untuk melihat
dan bersinggungan dengan ilmu statistik kadang
karakteristik cuaca setempat dan pembuatan
juga optimasi.
informasi prakiraan beberapa hari ke depan.
Kajian mengenai data mining untuk prakiraan
Sementara itu dalam proses pembuatan informasi
cuaca telah banyak di lakukan. Pemilihan teknik
prakiraan cuaca, terdapat beberapa kendala.
Data mining menggunakan Association Rule
Pertama, sulitnya membuat informasi prakiraan
dengan algoritma Apriori menunjukkan hasil yang
karena melibatkan banyak sumber data seperti data
lebih baik dalam hal kebenaran, proses komputasi,
pengamatan, data model aplikasi cuaca, data
dan terminasi2). Metode data mining lainnya yakni
gambar kondisi awan dari satelit, data kondisi awan
R a n d o m F o re s t m e m i l i k i k e m a m p u a n
dari radar. Kedua, prakiraan cuaca maritim
memprediksi turbulensi dan formasi tornado di
umumnya mengandalkan kemampuan dari
wilayah benua Amerika3) dan kejadian badai dalam
prakirawan, sehingga intepretasi yang dihasilkan
satu jam pertama di setiap piksel data4). Selain itu,
bisa berbeda antar prakirawan satu dengan yang
metode Clustering yang merupakan teknik data
lain karena bergantung dari pengalaman masing-
mining, juga diuji untuk mendeteksi badai di
masing. Perbedaan interpretasi dapat
wilayah Amerika5).Tidak terbatas hanya pada faktor
membingungkan pengguna yang pada akhirnya
keakuratan, kecepatan proses prediksi cuaca dapat
berpeluang menurunkan kualitas informasi yang
ditingkatkan dengan menggabungkan kemampuan
disampaikan. Berdasarkan masalah tersebut
teknik data mining SVM (Support Vector Machine)
penulis bermaksud melakukan kajian model
dan arsitektur komputasi yang berbasis Service
prakiraan untuk memperoleh model yang sesuai
Oriented Architecture6). Tidak kalah penting adalah
sehingga memudahkan proses analisa dan
kemampuan self-organizing data mining yang diuji
prakiraan cuaca maritim.
melalui the enhanced Group Method of Data
Handling (e-GMDH), dimana telah dimanfaatkan
1.2.Tujuan
untuk prakiraan parameter cuaca seperti suhu,
curah hujan bulanan dan tekanan udara harian7). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Teknik data mining lain yakni Fuzzy Association memperoleh model prakiraan yang sesuai agar
Rule juga telah dilakukan untuk memprediksi curah memudahkan proses analisa dan prakiraan cuaca.
hujan Moonson di wilayah India8). Beberapa kajian
menggunakan beberapa teknik data mining 1.3.Teori
sekaligus. Pertama, kajian prakiraan hujan jangka Beberapa teknik data mining yang cukup
pendek menggunakan Outliner Analysis, dikenal antara lain Association Rule dan

JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 189 - 195

190
Classification. Metode Classification bisa dibagi metode classification yang paling mudah untuk
lagi menjadi C4.5, classification tree dan Random diintrepretasikan. Algoritma decision tree yang
Forest. Ketiga teknik tersebut masing-masing paling terkenal adalah C4.512) Proses
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Rincian klasifikasi biasanya dibagi menjadi dua fase
mengenai bagaimana teknik-teknik bekerja dapat yakni learning dan test. Pada fase learning,
dijelaskan sebagai berikut : sebagian data yang telah diketahui kelas datanya
a. Association Rule digunakan untuk memeriksa diumpankan untuk membentuk model perkiraan.
semua kemungkinan hubungan if-then antar Kemudian pada tahapan test, model yang sudah
item dan memilih hanya yang paling mungkin terbentuk diuji dengan sebagian data lainnya
sebagai indikator dari hubungan ketergantungan untuk mengetahui akurasi dari model tersebut.
antar item1. Indikator-indikator penting yang Bila akurasinya mencukupi maka model ini
diperlukan adalah support, confidence dan lift dapat dipakai untuk memprediksi kelas data
ratio dimana hubungan ketiganya adalah yang belum diketahui.
sebagai berikut : Saat ini banyak sekali data mining tool
Asosiasi antara X dan Y, Jika X maka Y, dikembangkan oleh lembaga riset, universitas atau
dinotasikan dalam bentuk X ' Y perusahaan yang bergerak di bidang teknologi
Support (X'Y) = P(XdanY)=P(X)*P(Y) (1)2) informasi. Pada penelitian ini penulis
Conf(X -> Y) = supp(X -> Y)/supp(X) menggunakan perangkat lunak Orange Ailab
= P(X and Y)/P(X) sebagai tool data mining13). Orange Ailab adalah
2)
= P(Y | X) (2) perangkat lunak open source yang memungkinkan
Lift(X -> Y) = conf(X -> Y)/supp(Y) pengguna yang tidak memahami sedikitpun
= P(X and Y)/(P(X)P(Y)) (3)2) tentang pemrograman dapat melakukan visualisasi
Keterangan : dan analisis data. Fitur-fitur yang dimiliki
X = bagian"jika",Y = bagian"maka" diantaranya scatterplots, bar charts, trees,
P(X) = Peluang munculnya item dalam X dendrograms, networks dan heatmaps.
P(Y) = Peluang munculnya item dalam Y
P(X dan Y) = Peluang munculnya item baik II. METODE PENELITIAN
dalam X maupun dalam Y Metode yang digunakan dapat dilihat dalam
P(X) = freq(X)/|D| diagram alir (Gambar 1). Dari gambar tersebut,
P(Y) = f r e q ( Y ) / | D | f r e q ( X ) = f r e k w e n s i data yang diperoleh kemudian diolah, diuji, dan
munculnya item dalam X dianalisis.
freq (Y) = frekwensi munculnya item dalam Y
|D| = Jumlah transaksi dalam database
Support, confidence dan Lift Ratio adalah (%)
Nilai yang tinggi untuk consequent
menunjukkan suatu aturan asosiasi yang kuat.
Adapun Nilai lift ratio > 1 menunjukkan adanya
manfaat dari aturan tersebut, atau dengan kata
lain semakin tinggi nilai lift ratio, maka lebih
semakin kuat asosiasinya.
b. Classification adalah proses untuk menemukan
model atau fungsi yang menjelaskan atau
membedakan konsep atau kelas data, yang
diperlukan untuk memperkirakan kelas dari
suatu objek yang labelnya tidak diketahui11).
Model itu bisa berupa aturan "jika-maka",
berupa decision tree, formula matematis atau
neural network. Decision tree dimana
keluarannya bernilai diskrit adalah salah satu Gambar 1. Metode Penelitian

PEMANFAATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA......................................................................Subekti Mujiasih

191
2.1. Sumber Data Seksi 1
Data sinoptik berasal dari pengamatan 9 iRiXhVV Nddff (00fff) 1SnTTT { 2SnTdTdTd
(sembilan) stasiun meteorologi maritim tahun 2009 (or 29UUU) }3PdPdPdPd{ 4PPPP (or 4a3hhh)}
berukuran (2571 raw data)14). Data Sinoptik adalah 5appp 6RRRtR {7wwW1W2 (or
data pengamatan cuaca permukaan yang dikirim 7wawaWa1Wa2)} 8NhCLCMCH 9GGgg
dari stasiun-stasiun pengamatan cuaca di seluruh Untuk data tanggal H, kondisi cuaca
Indonesia setiap tiga jam. Data tersebut meliputi hujan/tidak hujan dan curah hujan diambil dari data
suhu udara, jumlah curah hujan, arah dan kecepatan tanggal H+1, karena nilai curah hujan merupakan
angin, tekanan udara dan sebagainya. Data yang nilai akumulasi selama 24 jam terakhir. Tahap
dikirim tersebut berupa sandi sinoptik dalam berikutnya adalah pembuatan model dengan
bentuk text file. Format data sinoptik mengikuti menggunakan data yang telah diterjemahkan dan
a t u r a n W M O ( Wo r l d M e t e o r o l o g i c a l menguji kehandalannya.
Organization)15). Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah data sinoptik seksi 0 dan seksi 1 2.4. Pembuatan Model
yang meliputi kecepatan angin, suhu udara, suhu 2.4.1. Metode Association Rule
titik embun, tutupan awan, dan curah hujan. Pada pengujian ini dipilih support = 15% dan
confidence = 25%, maximum rule = 15399, dengan
2.2. Pemilihan Perangkat lunak dan teknik
alasan nilai support sebesar 15% akan
Data mining
memperkecil jumlah rule yang terjadi dan
Perangkat lunak yang dipilih adalah Orange menghemat memori komputer. Adapun confidence
Ailab dengan menggunakan metode Association sebesar 25% adalah untuk memperkuat asosiasi
Rule, Classification Tree, dan Random Forest. antar rule sehingga rule yang dihasilkan dapat lebih
Perangkat lunak ini dipilih dengan alasan selain bermanfaat untuk prediksi. Selain itu, untuk
gratis, penulis ingin menguji kehandalan perangkat menentukan kuatnya hubungan antara komponen
lunak ini dalam melakukan data mining. Metode cuaca digunakan Lift ratio > 1 seperti pada
Association Rule yang termasuk metode learning Gambar 2.
unsupervise 16) diujicobakan pada seluruh
komponen data sinoptik yakni tanggal, stasiun,
arah angin, kecepatan angin, suhu udara, suhu titik
embun, tutupan awan, dan curah hujan. Sedangkan
metode Classification Tree dan Random Forest
termasuk metode supervised diujicobakan pada 4
komponen data sinoptik yakni suhu udara, suhu
titik embun, tutupan awan, dan kecepatan angin
untuk memprediksi cuaca di suatu wilayah.

2.3. Pengolahan Data


Data sinoptik yang telah dikumpulkan,
diterjemahkan ke dalam nilai yang bukan bentuk
kode yakni kecepatan angin, suhu titik embun, suhu
udara, dan kondisi cuaca. Kelompok data sinoptik
yang diterjemahkan adalah kelompok data seksi 1
yang digaris bawahi seperti berikut.
Format Sandi : Gambar 2. Proses Association Rule pada Orange Ailab
Seksi 0
MiMiMiMi {( D.......D****) atau (A1bwnbnbnb )} 2.4.2. Metode C4.5, Classification Tree, dan
YYGGiw { Iiiii* atau 99LaLaLa QcLoLoLo**** } Random Forest
MMMULaULo*** hohohohoim *** Komponen data sinoptik yang menjadi
masukan adalah suhu udara, suhu titik embun,

JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 189 - 195

192
perbedaan suhu udara dan suhu titik embun serta lift rationya yang paling tinggi. Hasil penyaringan
kecepatan angin. Metode yang digunakan untuk didapatkan satu model dengan bentuk : Jika suhu
membuat model dengan masukan komponen data udara > 23.9 dan suhu titik embun 23.6 maka
cuaca tersebut adalah C4.5, Classification Tree, terjadi hujan dengan nilai support = 0.307,
dan Random Forest. Model keluaran masing- confidence = 0.613, lift ratio = 1.248. Pengujian
masing metode tersebut diuji dengan sebagian data dilakukan dengan menggunakan data sinoptik
masukan untuk melihat kehandalan model. Setelah stasiun Meteorologi Tanjung Priok sejak tahun
itu, hasilnya dibandingkan untuk mendapatkan 2002 hingga 2010. Setelah dilakukan pengujian
akurasi yang tertinggi, dan memutuskan model ternyata tingkat akurasinya sebesar 60.9%
prediksi yang paling baik. Proses pembuatan model
menggunakan perangkat lunak Orange tampak
seperti pada Gambar 3.

Gambar 4. Hasil Metode Association Rule

3.2. C4.5, Classification Tree, dan Random Forest


Pembuatan model menggunakan teknik C4.5,
Classification Tree dan Random Forest
menghasilkan Gambar-5 dan 6. Gambar-5
menunjukkan perbandingan kondisi cuaca riil,
hasil keluaran dari masing-masing metode.
Gambar 3. Proses classification pada Orange Ailab
Sebagian data menunjukkan kesesuaian hasil
prediksi C4.5 dengan kondisi cuaca riil. Pada
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar-6 pemilihan sampling dilakukan dengan
3.1. Association Rule cross validation dimana number of folds adalah 5,
Hasil running Orange Ailab dengan masukan repeat training set data 5 kali, dengan ukuran data
seluruh komponen cuaca sinoptik dengan support = yang dijadikan training test adalah sebesar 20%
15% dan confidence = 25%, maximum Rule = dari total data. Hasil tampak pada Gambar-6, dari
15399 menghasilkan 42 kelompok rule seperti ketiga teknik terlihat bahwa tingkat akurasi C4.5
tampak pada Gambar 4. Dari kelompok tersebut, paling tinggi yakni sebesar 69.5% dibandingkan
penulis melakukan penyaringan dengan beberapa dengan metode Random Forest yakni 64.6% dan
tahap. Pertama, penulis memilih rule-rule dengan Classification Tree sebesar 64.4%. Dengan
bentuk asosiasi jika "komponen cuaca seperti suhu demikian model yang digunakan untuk pengujian
udara atau suhu titik embun atau tutupan awan atau adalah model keluaran C4.5. Gambar-7
kecepatan angin mempunyai nilai tertentu" maka menunjukkan banyaknya model prediksi yang
"kondisi hujan yang terjadi bagaimana". Kedua, terjadi dari 4 komponen data cuaca tersebut.
memilih rule dengan nilai lift rationya lebih besar Namun keluaran yang dihasilkan model umumnya
dari satu (Lift ratio > 1) seperti pada Gambar 4. tidak hujan, maka menurut pendapat penulis model
Ketiga, jika terdapat rule yang sama, maka dipilih ini lebih tepat sebagai "model prediksi tidak hujan".

PEMANFAATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA......................................................................Subekti Mujiasih

193
Kemungkinan ini disebabkan interval data yang
relatif pendek, sehingga untuk memperbaiki model
diperlukan interval data yang cukup panjang,
paling tidak antara 5 - 10 tahun. Gambar 7
menunjukkan salah satu model prediksi yang
melibatkan lebih dari satu komponen cuaca.
Dimana jika diketahui tutupan awan sebesar 6 suhu
titik embun lebih besar dari 22.3 dan suhu udara
lebih kecil dari 25.9 maka model tersebut
memprediksikan cuaca berpeluang hujan. Selain
itu Gambar-7 juga menunjukkan sejumlah model
yang dihasilkan metode C4.5 yang mungkin
digunakan. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan data sinoptik stasiun Meteorologi
Tanjung Priok sejak tahun 2002 hingga 2010.
Setelah dilakukan pengujian ternyata tingkat
akurasinya sebesar 68.5%
Gambar 7. Classification graph dari C4.5
Berdasarkan hasil pembuatan dan pengujian
model pada teknik Association rule dan
Classification (Gambar 7), maka penulis
berpendapat bahwa model prediksi yang dihasilkan
dari dua metode tersebut tidak memiliki perbedaan
yang besar baik dari komponen cuaca yang
menyusunnya ataupun dari nilai syarat batas
masing-masing komponen cuaca. Hasil
Association rule menunjukkan faktor penentu
hujan atau tidak hujan adalah suhu udara dan suhu
titik embun. Sedangkan Classification yang
diwakili C4.5 menunjukkan faktor penentu hujan
atau tidak hujan adalah suhu udara, suhu titik
embun, dan tutupan awan. Namun interval syarat
batasnya tidak jauh berbeda. Menurut metode
Assocition Rule, nilai syarat batas suhu udara >=
23.9 dan suhu titik embun >=23.6. Pada metode
C4.5, syarat terjadinya hujan jika suhu udara =<
25.9, suhu titik embun >= 22.3 ditambah tutupan
awan>=6. Dengan membandingkan tingkat
Gambar 5. P e r b a n d i n g a n h a s i l m e t o d e C 4 . 5 , akurasinya, Association Rule mempunyai tingkat
Classification Tree, dan Random Forest
akurasi 60.9%, sedangkan C.45 mempunyai
tingkat akurasi 68.5%. Dengan demikian model
prediksi yang disarankan adalah model prediksi
C4.5. Tingkat akurasi sebesar 68.5% ini sebenarnya
masih mengandung resiko apakah prediksi cuaca
sesuai dengan kenyataan. Untuk meningkatkan
tingkat akurasi tampaknya diperlukan data seluruh
stasiun meteorologi maritim yang memiliki
Gambar 6. Perbandingan akurasi metode C4.5, interval 5 - 10 tahun.
Classifcation tree, dan Random Forest

JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 12 NOMOR 2 - SEPTEMBER 2011: 189 - 195

194
IV.KESIMPULAN Networking and Applications. 2(2), 608-
Untuk memenuhi kecepatan dan ketepatan 613.
7)
prakiraan, diperoleh model prediksi yang dapat C.Onwubolu, Godfrey., Buryan, Petr., Garimella,
digunakan selanjutnya adalah model keluaran C4.5 Sitaram., Ramachandran, Visagaperuman.,
dengan tingkat akurasi 68.5%. Komponen cuaca Buadromo, Viti., & Abraham, Ajith.
yang dominan memungkinkan terjadinya hujan (2007).Self-Organizing Data Mining For
adalah suhu udara =< 25.9, suhu titik embun >= Weather Forecasting. Proceedings of IADIS
22.3, dan tutupan awan>=6. Pada kajian model European Conference Data Mining.81-88.
8)
selanjutnya, diperlukan data dengan interval 5 - 10 Dhanya, C.T., & Kumar, Nagesh. (2009). Data
tahun untuk memperbaiki akurasi model. Mining for Evolving Fuzzy Association
Rules for Predicting Monsoon Rainfall of
V. DAFTAR PUSTAKA India. Journal of Intelligent System. 18(3),
1)
Santosa, Budi.(2007). Data mining:Teknik 193-209.
9)
Pemanfaatan Data untuk Keperluan Bisnis. N.Kohail, Sarah., & El-Halees, Alaa M. (2011).
Yogyakarta: Graha Ilmu- Bisnis.Edisi Implementation of Data Mining Techniques
Pertama. for Meteorological Data Analysis (A case
2)
Nandagopal, S., Karthik, S., & Arunachalam, V.P. study for Gaza Strip). International Journal
(2010). Mining of Meteorological Data of Informatics and Communication
Using Modified Apriori Algorithm. Technology Research, 1(3),96-100.
10)
European Journal of Scientific Research, Ingsrisawang, Lily., Ingsrisawang, Supawadee.,
47(2),295-308. Somchit, Saisuda., Aungsuratana, Prasert.,
3)
Mcgovern, Amy., Supinie, Timothy., John Cagne & Khantiyanan, Wawarut. (2008). Machine
II, David., Troutman, Nathaniel., Collier, Learing Techniques for Short-Time Rain
Matthew., A..Brown, Rodger., et. al.(2010). Forecasting System in the Northeastern Part
Understanding Severe Weather Processes of Thailand. International Journal of World
Through Spatiotemporal Relational Random Academy of science, engineering and
Forest. Proceedings of Conference on Technology. v41-43, 248-253.
11)
Intelligent data Understanding.213-227. Situs http://michael.hahsler.net/research/
4)
Williams, K., Ahijevych., Kessinger, C.J., Saxen, association_rules/measures.html diakses
T.R., Steiner, M., & Dettling, S. (2008). A tanggal 18 Juni 2011
12)
machine-learning approach to finding Iqbal. (2007). Penerapan Data mining di Badan
weather regimes and skillful predictor M e t e o ro l o g i d a n G e o f i s i k a u n t u k
combinations for short-term storm memprediksi cuaca di Jakarta. Thesis
forecasting. Presentation/webcast. Situs Program Studi Magister Teknologi
http://nldr.library.ucar.edu/repository/collec Informasi, Fasilkom UI.
tions/OSGC-000-000-003-270 diakses 13)
Situs www.orange.com diakses tanggal 8
tanggal 10 Desember 2011 Desember 2010
5)
Li, Xiang., Plale, Beth., Vijayakumar, Nithya., 14)
Situs www.ogimet.com diakses tanggal 01
Ramachandran, Rahul., Graves, Sara., & Desember 2010
Conover, Helen. (2008). Real-Time Storm 15)
Technical Documentation-471.(2001).Guide to
Detection and Weather Forecast Activation Marine Meteorological Services.World
through Data Mining and Events Processing. Meteorological Organization.
Journal of Earth Science Informatics, 1(2), 16)
Turban et.al,. (2009). Decision Support and
49-57.
6) Business Intelligence Systems. Nineth
Christalin Latha, C.Beulah., Paul, Sujni., Edition.Pearson.
Kirubakaran,E., & Sathianarayanan. (2010).
A Service Oriented Architecture for weather
Forecasting Using Data Mining.
International Journal of Advanced

PEMANFAATAN DATA MINING UNTUK PRAKIRAAN CUACA......................................................................Subekti Mujiasih

195

View publication stats

You might also like