You are on page 1of 12

Agro Ekonomi Vol. 24/No.

1 Juni 2014

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA


PETANI TEBU TANAM DAN KEPRASAN DI KABUPATEN BANTUL

Analisys of Income and Walfare of Planting Cane and Ratoon Cane Farm Household
in Bantul District

Wasilatur Rohmah1), Any Suryantini2), Slamet Hartono2)


1)
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
2)
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
This study aimeds to determine (1) factors affecting sugarcane production (2) factors affecting the
sugarcane income (3) the risk ofsugarcane production and income (4) contribution of sugarcane farm-income to
farmer households’ income (5) income distribution among farmer households (6) the level of farmer households’
welfare in Bantul District. The basic method of this research was descriptive analytical, sample was chosen
purposively. Number of respondent was 30 sugarcane farmers. Analytical tools were the Cobb-Douglas production
function and Unit Output Price (UOP) profit function. The result showed that (1) factors that positively influencing
to the sugarcane production were land acreage, sugarcane seedlings, ZA fertilizer, pesticides, cultivating labor,
harvesting labor and cropping method (2) factor that positively influencing to the sugarcane income was land
acreage. Income factor that had negatively influence to the sugarcane income were sugarcane seedling’s price and
cultivating labor’s wage (3) production risk of second ratoon sugarcane was the highest among other sugarcane
planting systems. Income risk of second ratoon sugarcane was the highest among other sugarcane planting system
(4) contribution of sugarcane income to the farm household income was the majority (5) sugarcane income could
improve farm household’s income distribution (6) sugarcane farm-households was classified as a prosperous
household.

Keyword: production, income, sugarcane, risk.

INTISARI
Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui produksi usahatani tebu dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. (2) Mengetahui pendapatan usahatani tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (3)
Mengetahui risiko produksi dan risiko pendapatan usahatani tebu. (4) Mengetahui kontribusi pendapatan usahatani
tebu terhadap pendapatan total rumah tangga petani. (5) Mengetahui distribusi pendapatan rumah tangga petani
tebu di Kabupaten Bantul. (6) Mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani tebu di Kabupaten Bantul.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif analisis. Penentuan sampel lokasi dan sampel
petanidengan metode purposive random sampling; sejumlah 30 petani tebu. Metode analisis menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas dan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik Unit Output Price (UOP). Hasil
penelitian menunjukkan (1) Faktor-faktor produksi tebu yang berpengaruh positif terhadap produksi usahatani tebu
adalah luas lahan, bibit, pupuk ZA, pestisida, tenaga kerja garap, tenaga kerja panen dan sistem penanaman. (2)
Faktor-faktor pendapatan tebu yang berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani tebu adalah luas lahan
sedangkan yang berpengaruh negarif adalah harga bibit dan upah tenaga kerja garap. (3) Tebu keprasan kedua
memiliki risiko produksi dan risiko pendapatan paling tinggi. (4) Pendapatan usahatani tebu memiliki kontribusi
yang tinggi terhadap pendapatan total rumah tangga. (5) Pendapatan usahatani tebu dapat memperbaiki
ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga petani. (6) Rumah tangga petani tebu di Kabupaten Bantul
tergolong rumah tangga yang sejahtera.

Kata kunci: produksi, pendapatan, tebu, risiko, kesejahteraan

PENDAHULUAN Turunnya produksi dan produktivitas gula


Permasalahan industri gula nasional sudah disebabkan berbagai faktor seperti: budidaya tebu
berlangsung sejak tahun 1970 yang mencakup di bawah standar, penanaman dibawah masa
aspek produksi yang berkaitan dengan usahatani optimal, mayoritas lahan tebu adalah lahan kering
tebu, konsumsi, efisiensi pabrik gula, tataniaga dengan produktivitas lebih rendah dari lahan
dan perdagangan internasional. Permasalahan sawah, proporsi tanaman keprasan lebih besar,
aspek produksi berkaitan dengan menurunnya mutu bibit tidak optimal, sistem tebang angkut
kemampuan menghasilkan gula untuk memenuhi yang tidak optimal dan adanya gangguan
kebutuhan gula dalam negeri (Prabowo, 1998). hubungan antara pabrik gula dan petani (Muslim,

54
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

2003:283: Siagian, 2004:56). Departemen 4. Mengetahui kontribusi pendapatan tebu


pertanian sejak pertengahan tahun 2003 telah terhadap pendapatn total rumah tangga tani.
mengambil inisiatif untuk merancang 5. Mengetahui distribusi pendapatan petani tebu
pembangunan Industri Gula Nasional (IGN) di Kabupaten Bantul.
secara komprehensif yang mampu mendorong 6. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani tebu
peningkatan produksi gula nasional secara di Kabupaten Bantul.
efisien, mengurangi impor gula dan
meningkatkan pendapatan produksi petani tebu. TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan itu mencakup pemecahan berbagai 1. Teori Produksi
masalah budidaya tebu, kemitraan antara pabrik Konsep dasar ilmu ekonomi adalah fungsi
gula dengan petani tebu, efisiensi pabrik gula, produksi. Konsep ini merupakan cara sistematis
perdagangan dan impor serta dukungan yang menunjukkan hubungan antara berbagai
pemerintah terutama infrastruktur di lahan jumlah sumber daya atau input yang dapat
kering, penguatan Research and Development digunakan untuk menghasilkan produk.
dan dukungan harga yang menguntungkan petani Hubungan yang sama dalam disiplin ilmu
(P3GI, 2003; LP IPB, 2002; Booker Tate Ltd, pertanian lainnya dikenal sebagai response curve,
1999). yield curve, atau input/output relationships.
Gula merupakan salah satu komoditas Apapun namanya, suatu fungsi produksi
strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan menunjukkan jumlah output yang dihasilkan
luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000- melalui penggunaan input variabel dalam jumlah
2005, industri gula berbasis tebu merupakan yang berbeda-beda. Secara matematis fungsi
salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 produksi didefinisikan sebagai berikut (Haryanto
ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang et al, 2009):
terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang. Gula
Q = f (X1, X2, ..., Xn)
juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Q adalah kuantitas produk tertentu,
Karena merupakan kebutuhan pokok, maka sedangkan X1, X2, ..., Xn menggambarkan
dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh kuantitas sejumlah n input yang digunakan dalam
langsung terhadap laju inflasi. Dengan posisinya proses produksi. Persamaan di atas menyatakan
yang penting dan sejalan dengan revitalisasi bahwa output merupakan fungsi dari tingkat
sektor pertanian, maka industri gula berbasis tebu penggunaan input.
juga perlu melakukan berbagai upaya sehingga Konsep fungsi Cobb Douglas ada suatu
sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian. Hal persamaan yang melibatkan dua atau lebih
ini menuntut industri gula berbasis tebu perlu variabel, satu variabel independen dan yang
melakukan berbagai perubahan dan penyesuaian lainnya disebut variabel independen. Model
guna meningkatkan produktivitas, dan efisiensi, matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas
sehingga menjadi industri yang kompetitif, adalah sebgai berikut ( Soekartawi, 1994):
mempunyai nilai tambah yang tinggi, dan Q= ALαKβ
memberi tingkat kesejahteraan yang memadai
pada para pelakunya, khususnya petani Keterangan:
(Departemen Pertanian, 2007). Q: output produksi
Secara lebih rinci tujuan dari penelitian ini A: intersep (parameter efisiensi)
adalah: K: input 1 (modal)
1. Mengetahui produksi tebu dan faktor-faktor L: input 2 (tenaga kerja)
yang mempengaruhinya. α: elastisitas input 1 (modal)
2. Mengetahui pendapatan petani tebu dan β: elastisitas input 2 (tenaga kerja)
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara memperoleh fungsi produksi Cobb
3. Mengetahui risiko produksi dan risiko Douglas dapat diperoleh dengan membuat
pendapatan tebu. persamaan linier, sehingga menjadi:

55
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

ln Q= ln A + α lnK + β lnL + µ, S = input tetap


dengan meregresi persamaan fungsi produksi Berdasarkan fungsi keuntungan pada
Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan persamaan (1), maka Yotopoulus dan Nugent
diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas (1976) merumuskan persamaan fungsi
inputnya (Soekartawi, 1994). keuntungan sebagai berikut:

Π = pY (X1, ..., Xm; S1, .., Sn) – (2)


2. Teori Pendapatan
Usahatani adalah himpunan dari sumber- Keterangan :
sumber alam yang terdapat di tempat itu yang Π : keuntungan
diperlukan untuk produksi seperti tanah dan air, P : harga output per unit
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas Y : otal output
tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan X1, ...m : faktor produksi variabel ke-1 hingga
yang didirikan di atas tanah dan sebagainya ke-m
(Mubyarto, 1997). S1, ....n : faktor produksi tetap ke-1 hingga ke-n
Usahatani akan dianggap berhasil ketika V : harga input
dapat menghasilkan pendapatan yang cukup
Untuk mendapatkan keuntungan yang
untuk membayar alat-alat yang digunakan, bunga
maksimal, syarat yang harus dipenuhi adalah
modal dalam usahatani, membayar upah tenaga
diferensiasi pertama π terhadap x harus sama
kerja dalam keluarga, mengembalikan modal
dengan nol, sehingga:
awal dan membayar petani sendiri sebagai
manajer dalam kegiatan usahatani (Hadisapoetra, ................................ (3)
1973).
Fungsi keuntungan Cobb-Douglas ..................... (4)
digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi
keuntungan yang berasal dari fungsi Cobb- ............................. (5)
Douglas dengan teknik Unit Output Price (UOP)
yang merupakan fungsi yang melibatkan harga atau nilai produk marginal dari penggunaan input
produksi dan harga faktor produksi yang telah x sama dengan harga input x. Dengan
dinormalkan dalam bentuk double natural menyatakan v* = v/p sebagai harga input yang
logarithm (Soekartawi et al, 2003). Fungsi ini dinormalkan, maka persamaan (5) dapat ditulis
digunakan untuk mengukur pengaruh berbagai sebagai:
perubahan input terhadap output. Teknik ini ................................ (6)
didasarkan pada asumsi bahwa tujuan petani
berproduksi adalah untuk memaksimumkan Dengan menormalkan persamaan (6) maka
keuntungan dan bukannya memaksimumkan persamaannya menjadi:
kepuasan. UOP Cobb-Douglas profit function
adalah fungsi yang melibatkan harga produksi.
Produksi yang telah dinormalkan dengan harga ...............(7)
tertentu, yang mempunyai arti besarnya Dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas,
keuntungan dan variabel lain dibagi dengan maka fungsi keuntungan yang dinormalkan
besarnya harga produksi. dalam bentuk double natural logarithm ditulis
Yotopoulus dan Nugent (1976) sebagai berikut:
menurunkan fungsi keuntungan yang berasal dari Ln π* = ln A* +
fungsi produksi sebagai berikut: ..... (8)
Y= F (X1, ..., Xm; S1, ..., Sn) ...... (1) Keterangan:
Keterangan: Π* = keuntungan yang dinormalkan
Y = output A* = intersept
X = input variable α*i = koefisien harga produksi variabel ke-i

56
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

β*i = koefisien faktor produksi tetap persentase pendapatan yang mereka


v* = harga faktor produksi variabel ke-i terima, misalnya dalam satu tahun. Jumlah
yang dinormalkan penerima pendapatan digambarkan pada
Si = kuantitas faktor produksi tetap sumbu horizontal, tidak dalam angka
mutlak namun dalam persentase kumulatif.
Seperti dijelaskan sebelumnya, fungsi Pada ujung horizontal menunjukkan
keuntungan Cobb-Douglas adalah dipakai untuk jumlah 100 persen penduduk yang dihitung
mengukur tingkatan efisiensi. Begitu pula halnya pendapatannya. Sumbu vertikal
dengan UOP-CDPF. Dalam UOP-CDPF ini menunjukkan pangsa pendapatan yang
asumsinya petani atau pengusaha adalah diterima oleh masing-masing persentase
melakukan tindakan yang berorientasikan jumlah penduduk. Jumlah ini juga
memaksimumkan keuntungan juga berlaku kumulatif sampai 100 persen, dengan
asumsi lainnya, yaitu (Soekartawi, 1994): demikian kedua sumbu ini sama
1. Fungsi keuntungan adalah menurun panjangnya dan akhirnya membentuk bujur
bersamaan dengan bertambahnya jumlah sangkar. Sebuah garis diagonal kemudian
fixed variable (faktor produksi tetap). digambarkan melalui titik origin menuju
2. Masing-masing individu sampel sudut kanan atas dari bujur sangkar
memperlakukan harga input yang tersebut. Setiap titik pada garis diagonal
bervariasi sedemikian rupa dalam usaha tersebut menunjukkan bahwa persentase
memaksimumkan keuntungan. pendapatan yang diterima sama persis
3. Walaupun masing-masing individu petani dengan persentase penerima pendapatan
atau pengusaha mempunyai fungsi tersebut.
produksi yang sama tetapi fungsi tersebut Semakin jauh Kurva Lorenz tersebut dari
menjadi berbeda kalau ada perbedaan garis diagonal (kemerataan sempurna),
penggunaan input tetap yang berbeda maka semakin tinggi pula derajat
jumlahnya. ketidakmerataan yang ditunjukkan.
Keadaan yang paling ekstrim dari
3. Distribusi Pendapatan ketidakmerataan sempurna, misalnya
Distribusi pendapatan dapat dilihat melalui keadaan dimana seluruh pendapatan hanya
beberapa indikator yaitu Arsyad (2010): diterima oleh satu orang, akan ditunjukkan
a. Kurva Lorentz oleh berhimpitnya Kurva Lorenz tersebut
Kurva Lorentz menunjukkan hubungan dengan sumbu horizontal bagian bawah
kuantitatif antara persentase penduduk dan dan sumbu vertikal sebelah kanan.

Gambar 2.1. Kurva Lorenz (Arsyad, 2010)

57
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

Semakin tinggi derajat ketidak b. Ketimpangan sedang antara 0,36-


merataannya, maka Kurva lorenz tersebut 0,49
juga akan semakin melengkung (cembung) c. Ketimpangan tinggi berkisar antara
dan semakin mendekati sumbu horizontal 0,5-0,7.
sebelah bawah. Hal ini karena tidak ada Bank Dunia mengkategorikan
suatu negarapun yang mengalami ketimpangan tinggi jika 40% penduduk
kemerataan sempurna ataupun berpendapatan rendah menerima kurang
ketidakmerataan sempurna, maka kurva- dari 12% pendapaatn total, ketimpangan
kurva Lorenz setiap negara akan terletak di sedang menerima 12-17% dari pendapatan
sebelah kanan kurva diagonal (Arsyad, total, dan ketimpangan tinggi jika
2010). menerima lebih dari 17% dari pendapatan
b. Koefisien Gini total.
Dalam suatu negara dapat diperoleh
dengan menghitung luas daerah antara METODE PENELITIAN
garis diagonal (kemerataan sempurna) 1. Jenis dan Sumber Data
dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan Data yang digunakan dalam penelitian ini
luas total dari separuh bujur sangkar merupakan sebagian data yang diambil dari data
dimana kurva Lorenz itu berada. hibah komprehensif tahun 2013 yang berjudul
Secara matematis rumus koefisien gini “Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap
dapat disajikan sebgai berikut (Arsyad, Kinerja dan Risiko Usahatani Tebu di wilayah
2010): Kerja PG Madukismo” yang diteliti oleh Dr.Ir
Slamet Hartono, SU, M.Sc. Dalam penelitian ini
KG =
peneliti bertindak sebagai asisten penelitian.
Atau Daerah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian
adalah Kabupaten Bantul. Pemilihan lokasi
KG = ( + ) penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
Keterangan: hal ini dikarenakan Kabupaten Bantul merupakan
KG = angka Koefisien Gini salah satu kabupaten yang menjadi mitra PG
Xi = proporsi jumlah rumah tangga Madukismo. Penelitian dilakukan hanya di 7
kumulatif dalam kelas ke i kecamatan, yaitu Piyungan, Sewon, Sedayu,
fi = proporsi jumlah rumah tangga Kasihan, Jetis, Pajangan dan Imogiri. Hal ini
dalam kelas ke i dikarenakan petani tebu mitra PG Madukismo
Yi = proporsi jumlah pendapatan rumah hanya berada di 7 kecamatan tersebut.
rangga kumulatif dalam kelas ke i Pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja (purposive), yaitu pengambilan sampel
Koefisien Gini ini merupakan ukuran
berdasarkan kesengajaan, pemilihan sekelompok
ketidakmerataan agregat dan nilainya
subyek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu
terletak antara 0 (kemerataan sempurn)
yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang
sampai 1 (ketidakmerataan sempurna).
erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah
Semakin besar nilai indeks Gini, maka
diketahui sebelumnya (Soekartawi, 2006). Petani
distribusi pendapatan semakin timpang dan
sampel merupakan petani tebu yang
semakin kecil indeks gini maka
mengusahakan tebu tanam yang menjadi mitra
pendapatan semakin merata. Kategori
PG Madukismo. Jumlah petani tebu yang
ketimpangan pendapatan rumah tangga
menjadi sampel dalam penelitian sebanyak 30
dapat diklasifikasikan sebagai berikut
orang petani tebu.
(Arsyad, 2010):
a. Ketimpangan rendah jika nilai
indeks Gini berkisar antara 0,2-0,35

58
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

2. Metode Analisis Data


CVP =
Untuk mengetahui produksi tebu dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya,
Keterangan :
menggunakan model regresi sebagai berikut:
CVP : koefisien variansi produksi tebu
Ln Prod = Ln 0+1 ln LL + 2 ln BBT + 3 ln σQ : standar deviasi produksi per hektar
PHS + 4 ln ZA + 5 ln PTR + 6 ln (Ku/ha)
PST + 7 ln TKG + 8 ln TKP + Q : rata-rata produksi per hektar (Ku)
d1D1 + 
Keterangan: CVR =
PROD : produksi per ha (ku/ha)
LL : luas lahan (ha) Keterangan :
BBT : penggunaan bibit per ha (ku/ha) CVR : koefisien variansi pendapatan tebu
PHS : penggunaan pupuk Phonska per ha σR : standar deviasi pendapatan per hektar
(ku/ha) (Rp/ha)
ZA : penggunaan pupuk ZA per ha (ku/ha) R : rata-rata pendapatan per hektar (Rp)
PTR : penggunaan pupuk Petroganik per ha
(ku/ha) Untuk mengetahui kontribusi pendapatan tebu
PST : penggunaan pestisida per ha (l/ha) terhadap pendapatan total rumah tangga tani.
TKG : penggunaan tenaga kerja per ha Dilakukan pengujian menggunakan rumus:
(HKO/ha) X= x 100%
TKP : penggunaan tenaga kerja panen
(HKO/ha) Keterangan:
D : Dummy sistem penanaman tebu X : persentase sumbangan pendapatan usahatani
tebu terhadap pendapatan total rumah tangga
Analisis faktor-faktor yang mepengaruhi tani
pendapatan usahatani tebu menggunakan model P1 : pendapatan usahatani tebu (Rp)
regresi: Pt : pendapatan total rumah tangga tani (Rp)
ln Pdpt* = Ln 0 + 1 ln Lhn + 2 ln HBbt* + 3
ln HPhs* + 4 ln HZA* + 5 ln Suratiyah dan Hariyadi (1990),
HPtrg* + 6 ln Hpest* + 7 ln HTkg* menentukan besarnya kontribusi pendapatan
+ 8 ln HTkp* + d1D1 + ε terhadap pendapatan total digunakan kriteria
sebgai berikut:
Keterangan:
a. Jika kontribusi pendapatan < 25%,
Pdpt* : pendapatan yang dinormalkan
kontribusinya kecil
Lhn : luas lahan (ha)
b. Jika kontribudi pendapatan 25-49%,
HBbh* : harga benih yang dinormalkan
kontribusinya sedang
HPhn* : harga Phonska yang dinormalkan
c. Jika kontribusi pendapatan 50-75%,
HZA* : harga ZA yang dinormalkan
kontribusi besar
HPtrg* : harga Petroganik yang dinormalkan
d. Jika kontribusi pendapatan > 75%,
Hpest* : harga pestisida yang dinormalkan
kontribusi besar sekali
HTkg* : upah tenaga kerja garap yang
Untuk mengetahui distribusi pendapatan petani
dinormalkan
tebu di Kabupaten Bantul, dilakukan pengujian
HTkp* : upah tenaga kerja panen yang
dengan menggunakan indeks Gini. Model
dinormalkan
analisis Indeks Gini (Mahyudi, 2004) adalah:
D : sistem usahatani tebu
GR = 1-
Untuk mengetahui risiko produksi dan risiko
pendapatan tebu, digunakan cara:

59
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

Keterangan: HASIL DAN PEMBAHASAN


Yj : persentase kumulatif yang diterima sampai Produksi Tebu dan Faktor-faktor yang
kelompok ke-j Mempengaruhinya
Yj-1 : persentase kumulatif pendapatan yang 1. Koefisien Determinasi
diterima sampai kelompok sebelumnya Hasil analisis regresi menunjukkan nilai
K : jumlah kelompok( kelas) koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0,943.
Untuk menentukan apakah distribusi pendapatan Hal ini menunjukkan 94,3% variabel dependen
petani tebu merata atau timpang digunakan dapat dijelaskan terhadap variabel independen.
kriteria sebagai berikut: Sisanya 5,7% dijelaskan oleh variabel yang lain
a. Ketimpangan rendah jika nilai indeks Gini di luar model.
berkisar antara 0,2-0,35 2. Uji F
b. Ketimpangan sedang antara 0,36-0,49 Berdasarkan hasil analisis nilai F hitung
c. Ketimpangan tinggi berkisar antara ≥0,5. sebesar 135,604. Pada tingkat kepercayaan 95%
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani nilai F tabel sebesar 2,006. Nilai f hitung lebih
tebu di Kabupetan Bantul. Digunakan metode besar dari F tabel (135,604> 2,006) yang berarti
Pangsa Pengeluaran pangan (PPP) dan Good bahwa secara bersama-sama variabel independen
Servise Ratio (GSR). Pangsa Pengeluaran Pangan berpengaruh terhadap variabel dependen.
(PPP) rumah tangga tani menggunakan 3. Uji t
persamaan sebagai berikut: Uji t untuk mengetahui apakah masing-
masing variabel independen berpengaruh secara
PPP = x 100% signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel faktor-
Dimana: faktor yang mempengaruhi produksi tebu di
PPP : Pangsa Pengeluaran Pangan (%) Kabupaten Bantul adalah luas lahan, jumlah
FE : Pengeluaran untuk belanja kebutuhan bibit, jumlah pupuk ZA, jumlah pestisida, jumlah
pangan (Rp/tahun) tenaga kerja garab, jumlah tenaga kerja panen
TE : Total Pengeluaran Kebutuhan Rumah dan sistem penanaman tebu.
Tangga (Rp/tahun)
Pendapatan Tebu dan Faktor-faktor yang
Hasil dari perhitungan tersebut tentunya akan Mempengaruhinya
dihasilkan persentase yang dapat 1. Koefisien Determinasi
dikategorisasikan dengan ketentuan: Hasil analisis regresi menunjukkan nilai
 Kategori Pengeluaran Pangan Rendah, yaitu koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0,813.
apabila PPP < 60% dari Pengeluaran Total Hal ini menunjukkan 81,3% variabel dependen
 Kategori Pengeluaran Pangan Tinggi, yaitu dapat dijelaskan terhadap variabel independen.
apabila PPP ≥ 60% dari Pengeluaran Total Sisanya 19,7% dijelaskan oleh variabel yang lain
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah di luar model.
tangga diukur dengan menggunakan Good 2. Uji F
Servise Ratio (GSR) dengan rumus: Berdasarkan hasil analisis nilai F hitung
sebesar 36,63. Pada tingkat kepercayaan 95%
nilai F tabel sebesar 2,464. Nilai F hitung lebih
GSR= besar dari F tabel (36,63 > 2,464) yang berarti
bahwa secara bersama-sama variabel independen
Keterangan:
berpengaruh terhadap variabel dependen.
GSR > 1 artinya ekonomi rumah tangga kurang
3. Uji t
sejahtera
Uji t untuk mengetahui apakah masing-
GSR = 1 artinya ekonomi rumah tangga sejahtera
masing variabel independen berpengaruh secara
GSR < 1 artinya ekonomi rumah tangga lebih
signifikan terhadap variabel dependen.
sejahtera
Berdasarkan tabel yang menjyajikan hasil analisis

60
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

Tabel 1. Hasil Uji Regresi Faktor Produksi Tebu di Kabupaten Bantul, 2012
Expected sign Koefisien Regresi t Hitung Sig.
Konstanta 4,153 *** 16,954 0,000
Luas Lahan 0,292 *** 6,086 0,000
Bibit 0,159 *** 4,353 0,000
Phonska 0,043 ns 1,117 0,268
ZA 0,131 ** 2,569 0,012
Petroganik -0,081 ns -1,566 0,122
Pestisida 0,122 * 1,804 0,075
TKG 0,126 ** 2,586 0,012
TKP 0,245 *** 4,003 0,000
D1 -0,250 *** -2,949 0,004
D2 0,118 * 1,791 0,078
Adjusted R2 0,943
F Hitung 135,604***
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Keterangan:
*** = signifikansi pada tingkat kepercayaan 99% (α= 0,01; n=30; t tabel= 2,749)
** = signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05; n=30; t tabel= 2,042)
*= signifikansi pada tingkat kepercayaan 90% (α= 0,1; n=30; t tabel= 1,697)
ns= tidak signifikan

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Faktor Data Pendapatan di Kabupaten Bantul, 2012
Expected Sign Koefisien Regresi t Hitung Sig.
Konstanta -0,202 ns -0,069 0,945
LL 0,756 *** 14,878 0,000
HBBT -0,398 * -1,893 0,062
HPHS -0,693 ns -0,728 0,469
HZA 1,199 ns 1,110 0,271
HPTR -0,762 ns -0,524 0,602
HPST 0,565 ns 1,141 0,258
HTKG -0,471 * -1,909 0,060
HTKP -0,290 ns -1,429 0,157
D1 -0,188 * -1,755 0,084
D2 0,175 * 1,685 0,096
Adjusted R2 0,813
F Hitung 36,63***
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

fungsi pendapatan maka dapat diketahui bahwa analisis koefisien variansi (CV), yaitu
luas lahan, harga pupuk phonska dan sisitem perbandingan antara nilai standar deviasi dengan
penanaman tebu memiliki pengaruh yang nilai rata-rata produksi. Semakin kecil nilai
signifikan terhadapa pendapatan petani tebu. koefisien variansi (CV) maka akan semakin
rendah risiko yang dihadapi. Hasil analisis
Risiko Produksi dan Risiko Pendapatan Tebu koefisien variansi produksi petani tebu di
Tanam dan Tebu Keprasan Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel 3.
Penilaian risiko produksi dan risiko Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa
pendapatan usahatani tebu didasarkan pada jenis nilai koefisien variansi produksi secara berurutan
petani dalam menanam tebu, yaitu petani tebu dari yang paling tinggi adalah tebu keprasan2,
tanam, tebu keprasan 1 dan tebu keprasan 2. tebu tanam dan tebu keprasan 1.
Untuk mengetahui risiko produksi dilakukan

61
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

Tabel 3. Risiko Produksi Usahatani Tebu di Kabupaten Bantul, 2012


Uraian Petani Tebu Tanam Petani Tebu Keprasan 1 Petani Tebu Keprasan 2
Produktivitas (Ku/ha) 784,792 792,152 752,525
Standar Deviasi 111,103 109,120 113,957
Koefisien Variansi 0,142 0,138 0,151
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 4. Risiko Pendapatan Usahatani Tebu di Kabupaten Bantul, 2012


Uraian Petani Tebu Tanam Petani Tebu Keprasan 1 Petani Tebu Keprasan 2
Pendapatan Per Ha (Rp) 23.119.051 29.452.140 22.344.645
Standar Deviasi 60.805,076 63.244,471 83.919,053
Koefisien Variansi 2,630 2,147 3,756
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Hal ini menunjukkan tebu keprasan 2 Berdasarkan tabel kontribusi yang paling
memiliki risiko produksi paling tinggi. tinggi terhadap pendapatan total rumah tangga
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai adalah pendapatan dari tebu baik tebu tanam,
koefisien variansi pendapatan secara berurutan tebu keprasan 1 maupun keprasan 2. Kontribusi
dari yang paling tinggi adalah tebu keprasan2, pendapatan tebu untuk tebu tanam, tebu keprasan
tebu tanam dan tebu keprasan 1. Hal ini 1 dan tebu keprasan 2 terhadap pendapatan total
menunjukkan tebu keprasan 2 memiliki risiko menunjukkan nilai lebih besar dari 75%, yaitu
pendapatan paling tinggi. 82%, 87% dan 81%. Nilai kontribusi
menunjukkan nilai yang sangat tinggi. Hal ini
Kontribusi Pendapatan Tebu Tanam dan menunjukkan bahwa sebagian besar petani tebu
Tebu Keprasan di Kabupaten Bantul sumber utama penghasilan
Pendapatan rumah tangga tani dalam rumah tangganya adalah usahatani tebu.
penelitian ini merupakan hasil penjumlahan dari
pendapatan usahatani tebu, pendapatan bukan Distribusi Pendapatan Petani Tebu
usahatani tebu, dan pendapatan luar usahatani. 1. Indeks Gini
Keberagaman sumber pendapatan yang dimiliki Cara pengukuran distribusi pendapatan
oleh rumah tangga petani memiliki nilai dengan Indeks Gini berupa angka yang besarnya
kontribusi masing-masing pada total pendapatan terletak antara nol dan satu. Semakin mendekati
rumah tangga petani. Gambaran masing-masing nol berarti semakin baik distribusinya, sebaliknya
sumber pendapatan dan kontribusinya pada semakin mendekati angka satu distribusi
pendapatn rumah tangga tani di Kabupaten pendapatan semakin buruk atau timpang. Indeks
Bantul dapat dilihat pada tabel 5. Gini untuk masing-masing pendapatan dapat

Tabel 5. Tabel Kontribusi Pendapatan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Tebu di
Kabupaten Bantul, 2012
Tebu Keprasan Tebu
Uraian Tebu Tanam Kontribusi Kontribusi Kontribusi
1 Keprasan 2
Pendapatan
69,638,985 82% 109,476,956 87% 71,277,442 81%
Tebu
Pendapatan
5,947,273 7% 3,835,900 3% 4,399,842 5%
Tanaman Lain
Pendapatan
9,818,182 11% 12,786,332 10% 12,319,558 14%
Luar Usahatani
Pendapatan
85,404,440 126,099,187 87,996,842
Total
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

62
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

dilihat pada tabel 6,7,8. dibandingkan dengan pendapatan tanpa tebu


Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa dengan tanam. Secara garis besar dapat diketahui bahwa
adanya pendapatan dari usahatani tebu tanam, dengan adanya pendapatan dari tebu tanam,
nilai ketimpangan pendapatan total rumah tangga pendapatan total rumah tangga antar petani tebu
tebu tanam menjadi lebih kecil, artinya distribusi tanam menjadi lebih merata.
pendapatan menjadi semakin rata. Berdasarkan Kurva Lorenz menunjukkan

Tabel 6. Tabel Indeks Gini antara Pendapatan Non Tebu Tanam dan Pendapatan Total Rumah Tangga
Tani Tebu Tanam di Kabupaten Bantul, 2012
Uraian Indeks Gini
Pendapatan Tanpa Tebu Tanam 0,482
Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Tebu Tanam 0,312
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 7. Tabel Indeks Gini antara Pendapatan Non Tebu Keprasan 1 dan Pendapatan Total Rumah
Tangga Tani Tebu Keprasan 1 di Kabupaten Bantul, 2012
Uraian Indeks Gini
Pendapatan Tanpa Tebu Keprasan 1 0,813
Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Tebu keprasan 1 0,286
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Tabel 8. Tabel Indeks Gini antara Pendapatan Non Tebu Keprasan 2 dan Pendapatan Total Rumah
Tangga Tani Tebu Keprasan 2 di Kabupaten Bantul, 2012
Uraian Indeks Gini
Pendapatan Tanpa Tebu Keprasan 2 0,606
Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Tebu keprasan 2 0,312
Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 7. terlihat bahwa dengan bahwa pendapatan total rumah tangga petani tebu
adanya pendapatan dari usahatani tebu keprasan keprasan 1 lebih merata dibandingkan dengan
1, nilai ketimpangan pendapatan total rumah pendapatan tanpa tebu keprasan 1. Secara garis
tangga tebu keprasan 1 menjadi lebih kecil, besar dapat diketahui bahwa dengan adanya
artinya distribusi pendapatan menjadi semakin pendapatan dari tebu keprasan 1, pendapatan total
rata. rumah tangga antar petani tebu keprasan 1
Berdasarkan tabel 8. terlihat bahwa dengan menjadi lebih merata.
adanya pendapatan dari usahatani tebu keprasan 120%
2, nilai ketimpangan pendapatan total rumah
Persentase Kumulatif Pendapatan

100%
tangga tebu keprasan 2 menjadi lebih kecil, 80%

artinya distribusi pendapatan menjadi semakin 60%


40%
rata.
20%
0%
2. Kurva Lorenz -20% 0% 50% 100% 150%
Semakin cembung kurva yang terbentuk Lorentz total
Persentase Kumulatif Penerima Pendapatan
dari garis keseimbangan (450) maka semakin Kurva 1. Kurva Lorenz Pendapatan Non Tebu
tidak merata distribusi pendapatan petani tebu Tanam dan Pendapatan Total Rumah Tangga
baik tebu tanam maupun tebu keprasan. Apabila Tani Tebu Tanam di Kabupaten Bantul, 2012
kurva Lorenz yang terbentuk berada di dekat Sumber: Analisis Data Primer, 2013
garis keseimbangan maka dapat diartikan bahwa
distribusi pendapatan petani lebih merata. Berdasarkan Kurva Lorenz tersebut
Berdasarkan Kurva Lorenz 1-3 menunjukkan bahwa pendapatan total rumah
menunjukkan bahwa pendapatan total rumah tangga petani tebu keprasan 2 lebih merata
tangga petani tebu tanam lebih merata dibandingkan dengan pendapatan tanpa tebu

63
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

keprasan 2. Secara garis besar dapat diketahui sejahtera. Nilai GSR dapat dilihat pada tabel 9
bahwa dengan adanya pendapatan dari tebu berikut.
keprasan 2, pendapatan total rumah tangga antar
Tabel 9. Hasil Uji Good Servise Ratio (GSR)
petani tebu keprasan 2 menjadi lebih merata. Petani tebu di Kabupaten Bantul, 2012
Jumlah Persentase
120%
GSR > 1 1 3%
Persentase Kumulatif Pendapatan

100%
80%
GSR = 1 0 0%
60% GSR < 1 29 97%
40% Jumlah 30 100%
20%
Sumber: Analisis data Primer, 2013
0%
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Lorentz
Persentase Kumulatif total Pendapatan
Penerima Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa
Kurva 2. Kurva Lorenz Pendapatan Non Tebu persentase GSR < 1 lebih besar yaitu 97%,
Keprasan 1 dan Pendapatan Total Rumah Tangga sehingga dapat disimpulkan bahwa sebanyak
Tani Tebu Keprasan 1 di Kabupaten Bantul, 2012 97% petani tebu di Kabupaten Banttul adalah
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 rumah tangga yang lebih sejahtera.

120% KESIMPULAN DAN SARAN


Persentase Kumulatif Pendapatan

100%
Kesimpulan
80%
1. Faktor-faktor yang berpengaruh secara positif
60%
40%
terhadap produksi usahatani tebu di
20% Kabupaten Bantul adalah luas lahan, jumlah
0% bibit, jumlah pupuk ZA, jumlah pestisida,
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
jumlah tenaga kerja garap dan jumlah tenaga
Persentase Kumulatif Penerima
Lorentz total Pendapatan
kerja panen.
Kurva 3. Kurva Lorenz Pendapatan Non Tebu 2. Pendapatan tebu per hektar untuk tebu
Keprasan 2 dan Pendapatan Total Rumah Tangga keprasan 1 lebih tinggi daripada pendapatan
Tani Tebu Keprasan 2 di Kabupaten Bantul, 2012 tebu tanam dan keprasan 2 per hektar.
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 3. Faktor-faktor yang berpengaruh secara positif
terhadap pendapatan usahatani tebu di
3. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Kabupaten bantul adalah luas lahan,
Tani sedangkan faktor yang berpengaruh secara
Analisis kesejahteraan dilakukan untuk negatif terhadap pendapatan adalah harga
mengetahui keadaan ekonomi rumah tangga bibit yang dinormalkan dan upah tenaga kerja
petani. Dalam ekonomi rumah tangga, garap yang dinormalkan.
perhitungan pendapatan dan pengeluaran rumah 4. Risiko usahatani tebu dari yang paling rendah
tangga dapat digunakan untuk mencerminkan risikonya baik risiko produksi maupun risiko
tingkat kesejahteraan. Dalam penelitian ini untuk pendapatan adalah tebu keprasan 1, tebu
mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga tanam dan tebu keprasan 2.
tani dilakukan dengan membandingkan 5. Kontribusi pedapatan usahatani tebu baik tebu
pengeluaran pangan dengan pengeluaran non tanam, keprasan 1 dan keprasan 2 hampir
pangan atau biasa disebut dengan metode Good sama yaitu memiliki kontribusi yang tinggi
Servise Ratio (GSR). Jika nilai GSR lebih dari 1 terhadap pendapatan total.
maka rumah tangga tani dianggap kurang 6. Pendapatan usahatani tebu baik tebu tanam,
sejahtera. Nilai GSR yang menunjukkan sama tebu keprasan 1 dan tebu keprasan 2
dengan 1 maka rumah tangga tani dianggap memperkecil ketimpangan pendapatan total
sejahtera. Nilai GSR menunjukkan nilai kurang rumah tangga.
dari 1 maka rumah tangga tani dianggap lebih 7. Rumah tangga tani tebu merupakan rumah
tangga yang sejahtera.

64
Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1 Juni 2014

Saran Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi:


Upaya untuk meningkatkan produksi tebu Pokok Bahasan analisis fungsi produksi
di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan cara cobb douglas. Raja grafindo persada,
jakarta.
intensifikasi pertanian yaitu meliputi
penambahan kualitas dan kuantitas penggunaan Soekartawi. 1995. Analisis usahatani. UI- Press.
bibit, ZA dan pestisida. Hal ini dikarenakan di Jakarta
Kabupaten Bantul sudah tidak memungkinkan Suratiyah, K., S.S. Hariadi. 1991. Wanita, Kerja
lagi untuk upaya perluasan lahan untuk usahatani dan Rumah Tangga: Pengaruh
tebu. Sistem penanaman tebu sebaiknya sampai Pembangunan Pertanian Terhadap Peranan
keprasan 1 setelah itu diharapkan petani Wanita Pedesaan di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pusat Penelitian
melakukan sistem tebu tanam, karena
Kependudukan UGM, Yogyakarta
produktivitas pada tebu keprasan 2 lebih rendah
daripada tanam. Teken, I.B. 1965. Penelitian di Bidang Ilmu
Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode
Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian
DAFTAR PUSTAKA IPB. Bogor
Arsayd, Licolin. 2010. Ekonomi Pembangunan Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian
Edisi Kelima. Yogyakarta: STIE YKPN Menggunakan SPSS. Penerbit Universitas
Booker Tate Ltd. 1999. Study of The Indonesian Atma Jaya, Yogyakarta.
Sugar Industry, (vol 1-3). Research Report World Bank, 2006. Era Baru Pengentasan
for Meneg BUMN, UK. Jakarta. Kemiskinan di Indonesia. Gradasi
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Aksara.Jakarta.
Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta Yotopoulus, P and J. Nugent. 1976. Economic of
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Development. New York, Harper Row
Ekonometrika. Penerbit Erlangga, Jakarta Publisher.
Haryanto, T., Hidayati, N.A dan Wagiono
Djoewito. 2009. Ekonomi Pertanian.
Airlangga University Press, Surabaya.
Lembaga Penelitian IPB. 2002. Studi
Pengembangan Sistem Industri Pergulaan
Nasional. Kerjasama antara Ditjen Bina
Perkebunan dengan LP IPB, Bogor,
Desember 2002
Mahyudi, A. 2004. Ekonomi Pembangunan dan
Analisis Data Empiris. Ghalia Indonesia,
Bogor.
Mubyarto. 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian
Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta
Muslim, A. 2002. Program Swasembada dan
Kebijakan Gula di Indonesia, LPFE:
Lembaga Penerbit FE Universitas Trisakti.
Jakarta. Hal 277-299
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula
Indonesia (p3GI). 2003. Studi Konsolidasi
Pergulaan Nasional. Kerjasama Ditjen BPP
Deptan dengan P3GI, Jakarta
Soedarsono H., 1975. Biaya dan Pendapatan di
Dalam Usahatani. Departemen Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

65

You might also like