You are on page 1of 11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI


BENIGNAPROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DI
RSUD PROF Dr. MARGONO SOEKARJO

Muliana1), Suci Khasanah2), Susanti3)


Bachelor’s Degree Of Nursing Program
Harapan Bangsa Institute Of Health Science Purwokerto
1
e-mail:felinmuliana4@gmail.com
2
e-mail: sucimedika90@gmail.com

ABSTRACT
The anxiety experienced by pre-surgery Benign Prostat Hiperplasi (BPH )
patients may lead to the stress like nervous feeling of the operation which further
affect the autonomic nervous system. The increase of adrenal glands release
adrenaline, which causes the body to increase the heart frequency.Anxiety causes
the cognitive, psychomotoric, and physiological responses, one of them is an
increase in the blood pressure.
The purpose of this study was to know the correlation between anxiety
levels and blood pressure increase on patients of pre- surgery benign prostate
hyperplasia (bph) in prof. margono soekarjo hospital purwokerto 2016.
The type of this research was descriptive correlation with cross sectional
approach. The sampling technique used consecutive sampling, while the samples
of this study were the patients who underwent surgery for BPH in Prof. Dr.
Margono Soekarjo Hospital Purwokerto as many as 30 people. Further, the
statistical analysis used Spearman rank analysis.
The result of this study showed that half of respondents experienced
moderate anxiety as many as 15 respondents (50%). Most respondents
experienced an increase in the blood pressure as much as 19 respondents
(63.3%). Hence, it can be concluded that there is a significant correlation
between the level of anxiety and an increase in blood pressure over pre-surgery
patients with p value: 0.003.

Keywords: anxiety, pre-surgery, blood pressure

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 42


LATAR BELAKANG (Sjamsuhidayat, 2010). Salah satu penyebab
terhalangnya kegiatan operasi adalah
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
terjadinya peningkatan tekanan darah
merupakan penyakit yang umum yang
mendadak pada pasien yang akan memasuki
menyerang system reproduksi pada pria
kamar operasi (Ikhsan, 2012).
dewasa karena penyakit ini dipengaruhi oleh
Penelitian Merdekawati (2013)
faktor umur seseorang menurut (Lewis 2005).
mengemukakan bahwa kecemasan yang sangat
BPH adalah pembesaran progresif dari
berlebihan, akan membuat tidak siap secara
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih
emosional untuk menghadapii pembedahan,
tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai
dan akan menghadapi masalah praoperatif
derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
seperti tertundanya operasi karena tingginya
urinarius (Doengoes,2000) dalam Haryono
denyut nadi dan mempengaruhi palpasi
(2012).
jantung pasien akan mengalami tanda-tanda
Salah satu penatalaksanaan untuk BPH fisiologis seperti peningkatan tekanan darah.
yaitu dengan tindakan pembedahan Kecemasan adalah gangguan alam
Transurethral Resection of the Prostate perasaan yang ditandai dengan perasaan
(TURP) merupakan salah satu prosedur ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
pembedahan untuk mengatasi masalah BPH, dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap
serta tidak mempunyai efek merugikan utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih
terhadap potensi kesembuhan (Haryono, dalam batas-batas normal (Hawari, 2013).
2012). Sebagian besar pasien beranggapan Menurut World Health Organization
bahwa operasi merupakan pengalaman yang (WHO) 2004 penderita (BPH) diseluruh dunia
menakutkan reaksi cemas ini akan berlanjut mencapai 2.466.000 jiwa sedangkan untuk
bila pasien tidak pernah atau kurang mendapat benua ASIA mencapai 764.000 jiwa. Angka
informasi yang berhubungan dengan penyakit kejadian (prevalensi) BPH setiap tahunnya di
dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya Indonesia sekitar 20% terjadi pada pria berusia
(Ikhsan dkk, 2012) 41-50 tahun. Prevalensi itu meningkat hingga
Persiapan mental pre operasi juga harus 50% pada pria 51-60 tahun dan bertambah lagi
dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan hingga 90% pada pria di atas 80 tahun (Ardi,
karena selalu ada kecemasan pasien terhadap 2014). Jumlah kasus gangguan prostat di
penyuntikan, nyeri luka, anastesi, bahkan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebanyak
terhadap kemungkinan cacat atau mati 2.614 kasus. Hasil survey di bagian Rekam
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
43
Medis di RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Pada penelitian ini analisa data
Purwokerto di peroleh data pasien BPH pada menggunakan uji Spearman Rank Correlation,
tahun 2013 dengan jumlah 40 orang pada untuk mengukur tingkat atau eratnya
tahun 2014 mencapai 152 orang, kemudian hubungan antara dua variabel yang berskala
tahun 2015 mengalami peningkatan mencapai ordinal
111 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
1. Gambaran tingkat kecemasan pasien pre
METODE PENELITIAN
operasi Benign Prostat Hiperplasia
(BPH) di RSUD Prof. Margono
Jenis penelitian yang digunakan dalam
Soekarjo tahun 2016.
penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan
Tabel 4.1
metode deskriptif korelasi, yaitu
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
mendeskripsikan variabel bebas dan terikat Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
Di RSUD Prof. Margono
kemudian melakukan analisis korelasi antara
Soekarjo tahun 2016
keduavariabel tersebut. Menggunakan desain
No Tingkat (f) (%)
observasional dengan pendekatan cross
Kecemasan
sectional yaitu penelitihanya melakukan 1. Ringan 10 33,3
observasi dan pengukuran pada saat tertentu 2. Sedang 15 50
3 Berat 5 16,7
saja (Saryono,2008). Jumlah 30 100
Populasi dalam penelitian ini adalah
Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa
seluruh pasien Benigna Prostat Hiperplasia
separuh responden mengalami kecemasan
(BPH) yang akan menjalani operasi di RSUD sedang sebanyak 15 responden (50%).
Prof.Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Gambaran peningkatan tekanan darah
Teknik pengambilan sampel yang pasien pre operasi di RSUD Prof.
Margono Soekarjo Tahun 2016.
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Consecutive Sampling. Jumlah sampel pada Tabel 4.2.
Peningkatan Tekanan Darah Pasien Pre
penelitian ini sebanyak 30.
Operasi Benign Prostat Hiperplasia
Instrumen penelitian yang digunakan (BPH) Di RSUD Prof. Margono
Soekarjo Tahun 2016
dalam penelitian ini adalah kuesioner DASS
untuk mengukur tingkat kecemasan dan No Tekanan (f) (%)
sphygmomanometer air raksa,Stetoschope Darah
1. Tetap 11 36,7
untuk mengukur tekanan darah. 2. Meningkat 19 63,3
3. Menurun 0 0
Jumlah 30 100
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
44
dengan kecemasan berat paling banyak
Tabel 4.2 memberikan informasi
mengalami peningkatan tekanan darah
bahwa sebagian besar responden mengalami
peningkatan tekanan darah sebanyak 19 sebanyak 5 responden (16,7%). Hasil analisis
responden (63,3%).
didapatkan nilai ρ-value sebesar 0,003 dan
nilai taraf signifikansi atau alpha (α) sebesar
3. Menganalisis hubungan antara tingkat
5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa nilai ρ-
kecemasan pasien pre operasi Benign
Prostat Hiperplasia (BPH) dengan value < taraf signifikansi (α) yaitu 0,003 <
peningkatan tekanan darah di RSUD
0,05. Dapat diartikan bahwa Ho ditolak atau
Prof. Margono Soekarjo Tahun 2016.
ada hubungan antara tingkat kecemasan
Tabel 3.3 pasien pre operasi dengan peningkatan tekanan
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan darah yang bernilai signifikan.
Pasien Pre Operasi Benign Prostat
Hiperplasia (BPH)dengan Peningkatan
Tekanan Darah Di RSUD Prof. Margono
PEMBAHASAN
Soekarjo
Tahun 2016
1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre
operasi Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
di RSUD Prof. Margono Soekarjo tahun
Peningkatan 2016.
Kece Tekanan Darah p-
Total Hasil penelitian didapatkan separuh
mas Tetap Meningk val
an at ue responden mengalami kecemasan sedang
f % F % f %
sebanyak 15 responden (50%). Penyesuaian
Ring 7 23, 10 33,
3 10
an 3 3 diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan
Seda 4 13, 36, 15 50 0,0 terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien
11
ng 3 7 03
Bera 0 0 16, 5 16, baik kondisi fisik maupun kondisi
5
t 7 7 psikososialnya (Brunner & Suddart, 2008).
Tota 11 36, 63, 30 10
19 Kecemasan merupakan respon individu
l 6 4 0
terhadap suatu keadaan yang tidak
Tabel 3.3 memberikan informasi
menyenangkan dan dialami oleh semua
bahwa responden dengan kecemasan ringan
makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.
paling banyak tidak mengalami peningkatan
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif
tekanan darah sebanyak 7 responden (23,3%),
dari individu dan tidak dapat diobservasi
responden dengan kecemasan sedang paling
secara langsung serta merupakan suatu
banyak mengalami peningkatan tekanan darah
keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.
sebanyak 11 responden (36,7%) dan responden
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
45
Kecemasan individu dapat memberikan memikirkan hal-hal yang menyenangkan
motivasi untuk mencapai sesuatu dan (Stuart, 2007).
merupakan sumber penting dalam usaha Banyak faktor yang mempengaruhi
memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, kecemasan pasien pre operasi, salah satunya
Payapo, Maruhawa, Sianturi, Sumijatun, yakni tipe operasi yang akan dijalaninya.
2004). Menurut Long (1996), bedah minor
Tingginya angka penderita yang merupakan pembedahan yang sederhana dan
mengalami kecemasan sedang, berat, ringan sedikit menimbulkan faktor resiko dan
dapat dikaitkan dengan faktor-faktor resiko dilakukan pada bagian kecil pada tubuh.
yang dapat menimbulkan kecemasan. Hal ini Bedah minor ini menimbulkan trauma fisik
disebabkan karena pasien merasa takut karena yang minimal dengan resiko kerusakan yang
akan dilakukan operasi, takut jika sakitnya minim. Penelitian oleh Wardhani (2012)
tidak sembuh, takut terhadap peralatan operasi, menunjukkan bahwa kecemasan lebih tinggi
selain itu juga karena takut akan kematian. pada pasien preoperasi mayor daripada pasien
Menurut Carpenito (2007) faktor yang dapat preoperasi minor.
mempengaruhi kecemasan seseorang yang Hasil penelitian ini sesuai dengan
menderita sakit akan lebih mudah mengalami penelitian yang dilakukan Rangkuti (2005) di
kecemasan dibandingkan dengan orang yang Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan. Dari
tidak sakit. Kecemasan merupakan reaksi 48 responden yang didapat maka diperoleh
umum terhadap penyakit karena penyakit 100% responden mengalami kecemasan dalam
dirasakan suatu ancaman terhadap kehidupan, menghadapi operasi dengan 38 orang (79,2%)
kesehatan dan keutuhan tubuh, rasa malu, pada tingkat kecemasan ringan dan 8 orang
ketidaknyamanan karena nyeri dan kelelahan. (16,7%) pada tingkat kecemasan sedang, serta
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh 2 orang (4,2%) pada tingkat kecemasan berat.
berbagai faktor namun tergantung pada Keadaan cemas yang relatif tidak tinggi
kematangan kepribadian seseorang, dimungkinkan oleh operasi yang dilakukan
pengalaman terhadap tantangan, harga diri dan merupakan operasi elektif atau operasi dengan
mekanisme koping (Stuart&Laraia, 2009). perencanaan, dimana pasien sudah terlebih
Mekanisme pertahanan diri juga digunakan dahulu diinformasikan oleh tim medis
untuk mengatasi kecemasan antara lain dengan khususnya dokter yang merawat tentang
menekan konflik, impuls-impuls yang tidak rencana dan prosedur yang akan dilakukan
dapat diterima dengan sadar dan tak mau sebelum operasi (Torrance & Serginson, 1997
dalam Rangkuti, 2005).
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
46
Faktor lain yang mempengaruhi
2. Mengidentifikasi peningkatan tekanan tekanan darah adalah tahanan perifer dan
darah pasien pre operasi Benign Prostat cairan intravaskular, keduanya ini dipengaruhi
Hiperplasia (BPH) di RSUD Prof. oleh faktor neural, hormonal dan renal
Margono Soekarjo Tahun 2016. (Bevers, 2008). Peneliti berasumsi faktor lain
Hasil penelitian didapatkan sebagian yang mempengaruhi tekanan darah adalah
besar responden mengalami peningkatan pendamping pasien saat dirumah sakit, pasien
tekanan darah sebanyak 19 responden akan lebih merasa aman dan tenang saat ada
(63,3%). Terjadinya peningkatan tekanan pendamping. Resiko untuk mengalami
darah pada pasien pre operasi dapat peningkatan tekanan darah semakin
dipengaruhi oleh jenis kelamin responden, meningkat, jika kondisi tersebut tidak diikuti
dalam penelitian ini jenis kelamin pasien pre dengan dukungan dari keluarga saat masih
operasi BPH adalah laki-laki. Ikhsan (2012) berada di ruang perawatan (Ikhsan, 2012).
menyatakan bahwa jenis kelamin seseorang Peneliti berasumsi dukungan keluarga
juga dapat mempengaruhi terjadinya berperan besar dalam meningkatkan rasa
peningkatan tekanan darah. Peneliti berasumsi nyaman pasien, ketika pasien mengalami
pasien laki-laki lebih besar peningkatan kecemasan keluarga ataupun pasangan dapat
tekanan darahnya dikarenakan rasa takut akan memberikan ketenangan hati berupa verbal
kematian, kegagalan operasi dan tekanan maupun non verbal, semangat dan dorongan
psikologis karena mereka mempunyai untuk cepat sembuh
kedudukan kepala rumah tangga dan punya Hasil penelitian didapatkan bahwa
tanggung jawab penuh atas kelangsungan responden yang memiliki tekanan darah
hidup keluarganya. normal (35%). Tekanan darah adalah
Ikhsan (2012) menjelaskan bahwa pada pengukuran tekanan jantung untuk melawan
dasarnya tekanan psikologis memberikan efek tekanan pembuluh darah saat sistole dan
pada peningkatan tekanan darah. Pada orang diastole. Tekanan darah ini diukur dalam
yang mengalami tekanan psikologis maka satuan mmHg dengan alat yang disebut
pemompaan darah ke jantung menjadi lebih tensimeter (sphygmomanometer atau aneroid
cepat, paru-paru bekerja lebih cepat dan ini manometer). Pengukuran tekanan darah ini
juga menyebabkan timbulnya simpton-simpton pada umumnya dilakukan pada lengan tangan
pada aliran darah dan akhirnya tekanan darah dominan bagian atas (Debora, 2012).
mengalami peningkatan. Hasil tersebut dapat dipengaruhi karena
responden adalah berjenis kelamin laki-laki.
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
47
Hal tersebut mendukung teori yang seiring dengan meningkatnya kecemasan yang
dikemukakan oleh Crisp (2003) dalam Debora yang dialami responden. Hasil penelitian ini
(2012), tekanan darah pada laki-laki akan mendukung pendapat yang dikemukanan oleh
cenderung lebih tinggi pada masa pubertas jika Muttaqin & Sari (2011) ansietas, takut, nyeri,
dibandingkan dengan seusianya. Akan tetapi dan emosi dapat merangsang saraf simpatis
pada masa menopuose tekanan darah wanita sehinga menimbulkan penekanan denyut
akan cenderung lebih tinggi dbandingkan jantung, dan tahanan vena perifer.
dengan laki-laki seusianya. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan
peningkatan tekanan darah, nadi dan respirasi.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat Tekanan darah dapat di pengaruhi oleh
kecemasan pasien pre operasi Benign banyak faktor salah satunya adalah kecemasan.
Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Hal ini dikarenakan tekanan darah pada sistem
peningkatan tekanan darah di RSUD Prof. kardiovaskular di atur oleh sistem saraf
Margono Soekarjo Tahun 2016. otonom. Kecemasan merupakan sifat subjektif
Hasil penelitian diketahui responden dan secara sadar disertai perangsangan sistem
dengan kecemasan ringan sebagian besar saraf otonom yang dapat meningkatkan
tekanan darah tetap sebanyak 7 responden tekanan darah, denyut jantung dan respirasi.
(70%), responden dengan kecemasan sedang Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar tekanan darah meningkat peningkatan tekanan darah merupakan respons
sebanyak 11 responden (73,3%) dan responden fisiologis dan psikologis dari kecemasan.
dengan kecemasan berat seluruhnya tekanan Kedua hal ini saling berhubungan sebagai
darah meningkat sebanyak 5 responden dampak dari perubahan psikologis yang akan
(100%). Hasil analisi didapatkan nilai ρ-value mempengaruhi fisiologis, begitu pula
sebesar 0,003 dan nilai taraf signifikansi atau sebaliknya. Apabila pasien mengalami
alpha (α) sebesar 5% (0,05). Hal ini kecemasan maka akan berdampak pada
menunjukan bahwa nilai ρ-value < taraf peningkatan tekanan darah. Hal ini
signifikansi (α) yaitu 0,003 < 0,05. Sehingga dikarenakan pusat pengaturan tekanan darah
dapat diartikan bahwa Ho ditolak atau ada dilakukan oleh sistem syaraf, sistem humoral
hubungan antara antara tingkat kecemasan dan sistem hemodinamik (Wahyuningsih,
pasien pre operasi dengan peningkatan tekanan 2011).
darah yang bernilai signifikan. Menurut Salan, pada kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sedang terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh
bahwa tekanan darah responden meningkat komponen parasimpatis sehingga akan
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
48
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan Hormon tersebut akan merangsang korteks
frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan adrenal untuk mensekresi kortisol kedalam
yang kronis kadar adrenalin terus meninggi sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol
sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang dalam darah akan mengakibatkan peningkatan
lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah rennin plasma, angiotensin II, dan peningkatan
meninggi. Pada sistem saraf yang salah kepekaan pembuluh darah terhadap
satunya dilakukan oleh hipotalamus, akan katekolamin sehingga terjadi peningkatan
berperan dalam mengatur emosi dan tingkah tekanan darah (Al-Owari, 2009).
laku yang berhubungan dengan pengaturan Kecemasan yang dialami responden
kardiovaskuler. Rangsangan pada merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan
hipothalamus anterior menyebabkan tidak didukung oleh situasi hal ini dapat
penurunan tekanan darah dan bradikardi menimbulkan berbagai respon fisiologi salah
sedangkan rangsangan pada hipothalamus satunya adalah peningkatan tekanan darah.
posterior dapat meningkatkan tekanan darah Meningkatnya tekanan darah akan
dan takikardi (Al-Owari, 2009). mengganggu operasi karena bisa
Teori menurut Cannon, menyatakan menyebabkan pendarahan dan bisa
bahwa kecemasan akan menimbulkan respon menggagalkan penatalaksanaan operasi
“fight or flight”. Flight merupakan reaksi (Videbeck, 2008). Berbagai kemungkinan
isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana buruk bisa saja terjadi dan akan
terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam membahayakan bagi diri pasien, sehingga
sirkulasi darah yang akan menyebabkan tidak heran jika sering kali pasien menunjukan
meningkatnya denyut jantung dan tekan darah sikap yang sedikit berlebihan dengan
sistolik. Sedangkan fight merupakan reaksi kecemasan yang dialami.
agresif untuk menyerang yang akan Kecemasan yang dialami biasanya
meyebabkan sekresi nonadrenalin rennin terkait dengan segala macam prosedur asing
angiotensin sehingga tekanan darah meningkat yang akan dijalani dan juga ancaman terhadap
baik sistolik maupun diastolik. Kecemasan keselamatan jiwa akibat segala macam
akan merangsang respons hormonal dari prosedur pembedahan. Kecemasan merupakan
hipothalamus yang akan mensekresi CRF respon yang wajar terjadi apabila kita
(Corticotrophin-Releasing Factor) yang berhadapan dengan masalah atau sesuatu yang
menyebabkan sekresi hormon-hormon baru dan bersifat mengancam keamanan atau
hipofisis. Salah satu hormon tersebut adalah keselamatan diri. Beberapa orang kadang tidak
ACTH (Adreno Corticotrophin Hormon). mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi,
Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016
49
sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh, hal 2. Sebagian besar responden mengalami
ini akan beralkibat buruk, karena apabila tidak peningkatan tekanan darah sebanyak
segera ditangani akan meningkatkan tekanan 19 responden (63,3%).
darah yang dapat menyebabkan perdarahan 3. Ada hubungan antara antara tingkat
baik pada saat pembedahan atau pasca kecemasan pasien pre operasi dengan
pembedahan (Sadock, 2010). peningkatan tekanan darah yang
Merdekawati (2013) mengemukakan bernilai signifikan (p-value: 0,003)
bahwa ketakutan dan kecemasan yang sangat SARAN
berlebihan, akan membuat klien menjadi tidak 1. Bagi Tempat Penelitian
siap secara emosional untuk menghadapi Diharapkan pihak rumah sakit untuk
pembedahan, dan akan menghadapi masalah meningkatkan pelayanan kesehatan
praoperatif seperti tertundanya operasi karena terhadap pasien agar lebih baik terutama
tingginya denyut nadi perifer dan pasien yang menjalani pre operasi, serta
mempengaruhi palpasi jantung. Pasien akan lebih memperhatikan tingkat kecemasan
mengalami tanda-tanda fisiologis seperti yang dialami pasien saat menjalani pre
peningkatan tekanan darah. Jika tekanan darah operasi
yang meningkat tidak segera diatasi, itu bisa 2. Bagi Responden
menjadi salah satu penyebab terhalangnya Bagi pasien diharapkan agar dapat
kegiatan operasi, tekanan darah standart yang mengembangkan mekanisme koping salah
bisa menjadi pedoman untuk pelaksanaan satunya dengan cara mengikuti kegiatan-
kegiatan di ruang premedikasi dan sebelum kegiatan yang dapat meningkatkan
pasien diputuskan untuk dianastesi adalah mekanisme koping misalnya mengikuti
dengan standart 150 hingga dengan 160 kegiatan keagamaan sehingga kecemasan
mmHg untuk sistolik dan 90-100 mmHg untuk saat menjalani persiapan pre operasi
diastolik (Ikhsan, 2012) berkurang
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
KESIMPULAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Berdasarkan hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam pembuatan
disimpulkan bahwa: penelitian tentang faktor-faktor yang
1. Separuh responden mengalami mempengaruhi kecemasan responden,
kecemasan sedang sebanyak 15 sehingga diketahui faktor apakah yang
responden (50%). paling dominan yang berhubungan dengan

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016


50
kecemasan responden dalam menjalani Gunawan, Lany, (2001). Hipertensi Tekanan
Darah Tinggi. Yogjakarta: Kanisius
pre operasi.
Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah:
DAFTAR PUSTAKA SistemPerkemihan. Yogyakarta :
ANDI Yogyakarta.
Al-Omari WM, Al-Omiri MK. 2009. Dental
anxiety among university student and Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas
its correlation with their field of study. dan Depresi.Jakarta: Fakultas
J Appl Oral Sci 2009; 17: 199-203 Kedokteran Universitas Indonesia.

Arfian.2013.KTI Kecemasan BAB Hawari, Dadang H. (2013). Manajemen Stres


II.(http://liyanzaruki Cemas dan Depresi.Jakarta :Fakultas
.blogspot.com/2013/01/kti-kecemasan- Kedokteran Universitas Indonesia.
bab-2.html, diakses 23 Januari 2013). Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian
Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian. Jakarta Keperawatan dan Teknik Analisa
:RinekaCipta. Data.Jakarta :SalembaMedika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian


Jakarta :RinekaCipta Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : SalembaMedika.
Beevers, D.G. (2008). Bimbingan Dokter Pada
Tekanan Darah. Jakarta: PT. Dias Ikhsan, M dan Asdar, F dkk. (2012). Faktor-
Rakyat Faktor Yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Peningkatan Tekanan
Brunner, Suddarth. (2008). Keperawatan Darah Pada Pasien Pr eOperasi
Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Laparatomi Di Rumah SakitUmum
Islam Faisal Makassar. Makassar:
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa
STIKES Nani Hasanuddin
Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Makassar.
Klinis. Jakarta. EGC
Kojima, M. (2012). Epidemiology studies of
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan psychosocial factor associated with
Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba quality of life among patients with
Medika chronic disease in Japan. Japan
Dedi. 2011.Tingkat Kecemasan Keluarga Epidemiol, 22, 7-11
Pada Pasien Operasi Di Rumah Sakit Kowalski, Robert, E. (2010). Terapi
Umum Daerah Langsa. Skripsi: Hipertensi: Program 8 Minggu
Universitas Sumatra Utara. menurunkan tekanan darah tinggi
DinkesJateng. (2006). Kasus Benigna Prostat dan mengurangi resiko serangan
Hiperplasia.Diakses dari jantung dan stroke alami. Bandung.
www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/ Long, B, C. (1996). Perawatan Medikal
profile/profile/BAB5.2006.html Bedah.cetakan I. Bandung: Yayasan
Doenges, Marlynn E. 1999. Alumni Pendidikan Keperawatan.
RencanaAsuhanKeperawatan: Merdekawati, DiahdanAguspairidkk. (2013).
Pedoman untuk Perencanaan dan Efektivitas Terapi Psikoedukasi Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Terapi Murattal Terhadap Kecemasan
Jakarta: EGC. Pasien Preoperasi Fraktur Di Ruang
Perawatan Bedah Rsud Raden

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016


51
Mattaher Jambi. Jambi: Universitas Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian
Batanghari. Kuantitatif Kualitatif. Bandung :
ALFABETA
Muttaqin,Arifdan Sari dkk. 2011. Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Stuart, G.W, & Sundeen (2007). Keperawatan
Perkemihan. Jakarta Salemba Medika. Jiwa. (Edisi 5.). Jakarta: EGC.
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Stuart & Laraia. (2009). Buku Saku
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jiwa, Edisi 6. Jakarta:
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis EGC
dan Instrument Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Supardi&Rustika. (2013). Metodologi Riset
medika. Keperawtan.jakarta:TIM
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Suliswati.(2005). Konsep Dasar Keperawatan
Metodologi Penelitian Keperawatan. Jiwa.Jakarta : EGC.
Jakarta.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keperawatan Edisi3.Jakarta: Salemba
Medika. World Health Organization,
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian 2004.Phatologyang Genetics of Tumors
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta of the Urinary System and Male
Genital Organs .
Price, S. A. dan Wilson, L. M.
(2006).Patofisiologi :KonsepKlinis
Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 1. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
Sadock, Benjamin S danSadockVirgina A.
(2010).Kaplan &Sadock; Buku Ajar
Psikiatri Klinisedisi ke-2. Jakarta: EGC
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian
Kesehatan.Yogyakarta :Mitra Cendikia
Press
Sjamsuhidayat, R dan Karnadiharja,Wdkk.
(2010). Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:
EGC.
Suliswati, Payapo, Maruhawa, Sianturi,
Sumijatun. (2004). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian
Kuantitatif kualitatif. Bandung :
ALFABETA.

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016


52

You might also like