You are on page 1of 9

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN


(Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

Ardelia Rezeki Harsono


Saparila Worokinasih
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Ardeliarezeki@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of inflation, interest rates, and the exchange rate of the rupiah against
the Indonesia Composite Index(ICI). The independent variables in this research are inflation(X1), interest rate
(X2), and rupiah exchange rate(X3) and dependent variable are Indonesia Composite Index(ICI)(Y). The type
of research used explanatory research, with quantitative approach. This study took all time series data
covering Inflation, Interest Rates, Rupiah Exchange Rate and Indonesia Composite Index(ICI) for the period
of 2013 until 2017. The number of samples of the research using saturation sampling technique that is
obtained as many as 60 samples. The data analysis used multiple linear regression analysis using SPSS23.0.
The results of this study indicate that the value of coefficient of determination(R2) 0.357% which means
independent variables affect the dependent variable 35.7% and the rest is 64.3% influenced by other variables
outside this study. F test results indicate that the independent variables of inflation, interest rate, and rupiah
exchange rate simultaneously have significant effect on the Indonesia Composite Index(ICI). The result of t
test shows that the inflation variable partially negatively influenced the Indonesia Composite Index(ICI),
interest rate and rupiah exchange rate have significant negative effect on Indonesia Composite Index(ICI).

Keywords: Inflation, Interest Rate, and Rupiah Exchange Rate and Indonesia Composite Index

АBSTRАK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Inflasi (X1), Suku Bunga
(X2), dan Nilai Tukar Rupiah (X3) dan variabel dependen adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y).
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian explanatory research, dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini mengambil seluruh data time series meliputi Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah serta
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2013 sampai tahun 2017. Jumlah sampel penelitian
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh yaitu diperoleh sebanyak 60 sampel. Analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 23.0. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,357% yang berarti variabel independen
mempengaruhi variabel dependen sebesar 35,7% dan sisanya yaitu 64,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel independen inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil Uji t
menunjukkan bahwa variabel inflasi secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), variabel suku bunga dan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kаtа Kunci: Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Indeks Harga Saham Gabungan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 102


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDAHULUAN menyatakan bahwa inflasi adalah kecenderungan
Menurut Sunariyah (2003:147), Indeks terjadinya peningkatan harga produk-produk yang
Harga Saham Gabungan adalah suatu rangkaian beredar di masyarakat secara keseluruhan.
informasi historis mengenai pergerakan harga Terjadinya inflasi mengakibatkan beberapa efek
saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan dalam perekonomian, salah satunya kegiatan
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai investasi pada saham. Inflasi membuat investor
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa sebagai pemodal menurunkan minat investasinya
efek. Informasi yang ditunjukkan oleh Indeks kepada perusahaan yang listing di Bursa Efek
Harga Saham Gabungan setiap waktunya Indonesia sehingga berpengaruh terhadap
merupakan gambaran dari situasi pasar yang terjadi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
secara umum atau untuk menunjukkan apakah Harianto dan Sudomo (2001:14) menjelaskan
harga saham mengalami kenaikan atau penurunan bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan
di suatu negara tersebut. Kenaikan atau penurunan sinyal negatif bagi para investor di pasar modal.
yang terjadi di Indeks Harga Saham Gabungan pun Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan
bisa tercermin dari pergerakan fenomena- peningkatan beban operasional pada perusahaan
fenomena ekonomi dan politik yang terjadi. yang berdampak pada turunnya laba perusahaan.
Tandelilin (2001:211) menyatakan bahwa Akibatnya, dividen yang akan dibagikan kepada
terdapat beberapa variabel yang memengaruhi pemegang saham akan bermasalah bisa mengalami
fluktuasi harga saham yang tercermin di dalam penurunan atau tidak dibagikan karena akan
Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu inflasi, suku menjadi laba ditahan untuk dijadikan modal kerja.
bunga, dan nilai tukar rupiah. Faktor makro Data inflasi tahun 2013-2017 yaitu sebagai berikut:
ekonomi tersebut akan memberikan reaksi positif
maupun negatif kepada indeks harga saham di Tabel 1 Data Inflasi Tahun 2013-2017 (Per Tahun)
pasar modal. Pergerakan Indeks Harga Saham No Tahun Inflasi (%)
Gabungan dari tahun 2013-2017 ditunjukkan 1 2013 6,95 %
dalam gambar 1 sebagai berikut: 2 2014 6,42 %
3 2015 6,40 %
4 2016 3,53 %
5 2017 3,81 %
Sumber: www.bi.go.id, data diolah, 2018
Tabel 1 menunjukkan bahwa inflasi
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Inflasi
mengalami penurunan secara bertahap dari 6,95%
pada tahun 2013 menjadi 6,42% pada tahun 2014,
Gambar 1 Grafik Pergerakan IHSG di Bursa Efek dan kembali menurun ditahun 2015 yaitu 6,40%.
Indonesia Tahun 2013-2017 (Per bulan) Pada tahun 2016 terjadi penurunan yang signifikan
Sumber: www.ihsg-idx.com, data diolah (2018). menjadi 3,53%. Pada tahun 2017 inflasi mengalami
Gambar 1 menunjukkan bahwa Indeks kenaikan menjadi 3,81% pada periode tersebut.
Harga Saham Gabungan mengalami pergerakan Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id)
cenderung naik dari tahun 2013-2017. Indeks “tingkat bunga atau BI rate adalah suku bunga
Harga Saham Gabungan juga mengalami beberapa kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kali penurunan yaitu salah satunya terjadi kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
penurunan signifikan pada bulan Juli 2013 yakni Indonesia dan diumumkan kepada publik”. Suku
dari 4,610.377 poin menjadi 4,195.089 poin pada bunga juga memengaruhi fluktuasi harga saham di
bulan Agustus 2013. Seiring berjalannya waktu bursa efek. Kenaikan suku bunga yang signifikan
Indeks Harga Saham Gabungan cenderung bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks Harga Saham
mengalami kenaikan sampai pada akhir periode Gabungan akan mengalami penurunan karena
2017. investor lebih suka menabung di bank. Apabila
Salah satu faktor makro ekonomi yang suku bunga mengalami peningkatan maka harga
dapat memberikan dampak pada pergerakan Indeks saham akan mengalami penurunan, begitu juga
Harga Saham Gabungan adalah inflasi. Inflasi sebaliknya ketika suku bunga mengalami
merupakan salah satu variabel yang memengaruhi penurunan maka harga saham akan mengalami
harga saham di pasar modal. Tandelilin (2010:342) peningkatan. Karena dengan tingginya suku bunga,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 103


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
rupiah melemah. Sebaliknya apabila suku bunga dan mengakibatkan dividen yang dibagikan kepada
mengalami penurunan maka investor akan kembali pemegang saham menurun. Data nilai tukar (kurs)
berinvestasi pada pasar modal, karena posisi Dollar AS tahun 2013-2017 yaitu sebagai berikut:
Indeks Harga Saham Gabungan mengalami
peningkatan. Tabel 3 Data Nilai Tukar (Kurs) Dollar AS Tahun
2013-2017 (Per Tahun)
Tabel 2 Data Suku Bunga Tahun 2013-2017 (Per Nilai Tukar
Tahun)
No Tahun
(Kurs) Dollar AS
No Tahun Suku Bunga (%) 1 2013 10.563
1 2013 6,48 % 2 2014 11.864
2 2014 7,54 % 3 2015 13.432
3 2015 7,52 % 4 2016 13.333
4 2016 6,00 % 5 2017 13.404
5 2017 4,73 % Sumber: www.bi.go.id, data diolah, 2018
Sumber: www.bi.go.id, data diolah, 2018 Tabel 3 menunjukkan bahwa kurs Dollar
Tabel 2 menunjukkan bahwa suku bunga mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Kurs
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Pada Dollar mengalami kenaikan secara bertahap yaitu
tahun 2016 BI Rate digantikan dengan suku bunga mulai dari 10.563 Rupiah/US$ pada tahun 2013,
acuan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate yang berlaku kemudian naik menjadi 11.864 Rupiah/US$ pada
mulai tanggal 19 Agustus 2016, sehingga suku tahun 2014 dan kembali naik secara signifikan
bunga acuan terbaru adalah memakai BI 7-Day menjadi 13.432 Rupiah/US$. Terjadi penurunan
Repo Rate. Suku bunga cenderung mengalami kurs Dollar yang yaitu pada tahun 2016 menjadi
penurunan yang setiap periodenya kecuali pada 13.333 Rupiah/US$, namun kembali meningkat
tahun 2014 suku bunga mengalami kenaikan dari menjadi 13.404 Rupiah/US$ pada tahun 2017.
6,48% pada tahun 2013 menjadi 7,54% di tahun Faktor makroekonomi yang telah
2014. Penurunan terjadi pada tahun 2015 yakni dari dijelaskan yaitu inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
7,54% menjadi 7,52%. Penurunan suku bunga rupiah akan memberikan pengaruh positif maupun
kembali kembali terjadi yang lebih signifikan yaitu negatif kepada Indeks Harga Saham Gabungan.
pada tahun 2016 menjadi 6,00%. Penurunan Fluktuasi tersebut akan mengikuti berdasarkan
tersebut terjadi sampai pada akhir periode 2017 permintaan dan penawaran oleh investor di pasar
yaitu sebesar 4,73%. modal.
Faktor makro ekonomi lainnya yang
memengaruhi harga saham yaitu nilai tukar mata KAJIAN PUSTAKA
uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah Inflasi
harga satu unit mata uang asing dalam mata uang Menurut Putong (2013:276) inflasi
domestik atau dapat juga dikatakan harga mata didefinisikan sebagai naiknya harga komoditi yang
uang domestik terhadap mata uang asing (Bank disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program
Indonesia, 2004:4). Kurs yang dimaksud dalam sistem pengadaan komoditi dengan tingkat
penelitian ini adalah kurs Dollar AS (USD/IDR). pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat di suatu
Perubahan nilai tukar akan memengaruhi investasi negara tertentu. Inflasi tidak akan menjadi
di pasar modal, terutama dalam pergerakan harga permasalahan ekonomi apabila diiringi oleh
saham. Harianto dan Sudomo (2001:15) tersedianya komoditi yang diperlukan secara cukup
menyatakan bahwa melemahnya kurs rupiah dan diikuti dengan naiknya tingkat pendapatan
terhadap mata uang asing (depresiasi) akan yang lebih besar dari tingkat inflasi tersebut.
meningkatkan biaya impor bahan baku untuk Apabila biaya produksi untuk menghasilkan
produksi. Perusahaan yang berorientasi pada impor komoditi semakin tinggi, maka menyebabkan
dan melakukan transaksinya menggunakan uang harga jual relatif tinggi. Sementara disisi lain
Dollar AS, menurunnya nilai tukar mata uang tingkat pendapatan masyarakat relatif tetap tidak
Rupiah terhadap mata uang Dollar AS akan ada perubahan, maka inflasi akan menjadi masalah
menyebabkan meningkatnya biaya impor bahan- ekonomi bila berlangsung dalam waktu yang relatif
bahan baku yang akan digunakan untuk proses lama dengan porsi berbanding terbalik antara
produksi. Hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat inflasi terhadap tingkat pendapatan.
menurunnya laba yang didapatkan oleh perusahaan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 104


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Suku Bunga banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
Negara Indonesia mengeluarkan Suku memperoleh satu unit mata uang asing” (Sukirno,
Bunga yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang 2010:397). Nilai tukar ditentukan oleh banyaknya
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai permintaan dan penawaran di pasar atas mata uang
pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 tersebut. Para ahli menyebutkan ada dua nilai
bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI tukar, yaitu nilai tukar nominal (nominal exchange
adalah salah satu mekanisme yang digunakan Bank rate) dan nilai tukar riil (real exchange rate).
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Menurut Sukirno (2010:400) nilai tukar riil
rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat (real exchange rate) merupakan harga relatif dari
menyerap kelebihan uang primer beredar. barang-barang antar suatu negara dengan negara
Penjualan SBI diutamakan untuk lembaga lain. Sederhananya dapat dianalogikan sebagai
perbankan, namun mansyarakat juga bisa berikut, harga mobil di Indonesia adalah
membelinya secara perorangan. Pembelian SBI 300.000.000 rupiah dan harga mobil di Amerika
oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara sebesar $20.000. Untuk membandingkan harga
langsung dengan Bank Indonesia (BI), melainkan dari kedua mobil tersebut kita mengubahnya
harus melalui bank umum serta pialang pasar dengan menggunakan nilai tukar nominal terlebih
modal yang ditunjuk oleh BI. dulu, jika 1 dolar Amerika adalah 13.500 maka
BI Rate ditetapkan setiap bulan melalui harga mobil di Amerika adalah 30.000.000 rupiah
rapat anggota dewan gubernur dengan lebih murah dibanding di Indonesia. Untuk
mempertimbangkan kondisi perekonomian baik di menghitung nilai tukar riil dapat menggunakan
Indonesia maupun situasi perekonomian global rumus sebagai berikut:
secara umum. Hasil rapat inilah yang
Nilai tukar × Harga barang domestik
diterjemahkan menjadi kebijakan moneter untuk Nilai tukar riil =
Harga barang luar negri
penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan
bank-bank yang lainnya di Indonesia. Faktor Sumber: Sukirno (2010:400)
penentu utama dari penetapan nilai BI Rate adalah
inflasi di Indonesia. Inflasi dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan
banyaknya peredaran mata uang di dalam negri dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
jumlah produksi dan permintaan masyarakat yang atau biasa juga disebut dengan Composite Share
berakibat pada naik-turunnya harg-harga. Jika Price Index yaitu salah satu Indeks Pasar Saham
inflasi naik maka BI Rate juga ikut naik, dan yang ditetapkan untuk mengukur kinerja gabungan
sebaliknya jika inflasi turun maka Bank Indonesia seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek
akan menurunkan besaran BI Rate. Imbas dari Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan yang
perubahan nilai BI Rate tidak hanya pada naik- digunakan pada penelitian ini untuk mewakili
turunya harga saja, melainkan terhadap bursa saham Indonesia karena indeks ini
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara mencerminkan pasar modal Indonesia secara
secara global. Saat nilai inflasi meningkat, maka keseluruhan dan merepresentasikan pergerakan
suku bunga kredit dan deposito juga akan naik bursa saham Indonesia. Pergerakan harga saham
sehingga mengurangi laju peredaran mata uang di tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan closing
masyarakat. Jika perekonomian sedang lemah, price atau harga penutupannya di bursa pada hari
maka Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate tersebut.
untuk menstimulus perkembangan industri kecil Indeks Harga Saham Gabungan meliputi
dan sektor perekonomian lainnya. Pemerintah pergerakan harga saham biasa dan saham preferen
diharapkan dapat mengendalikan laju inflasi agar serta menggunakan seluruh perusahaan tercatat
perekonomian negara tetap stabil. sebagai komponen perhitungan indeks. Bursa Efek
Indonesia memiliki wewenang untuk
Nilai Tukar mengeluarkan dan atau tidak memasukan satu atau
Nilai tukar mata uang atau yang sering beberapa perusahaan tercatat ke dalam perhitungan
disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata Indeks Harga Saham Gabungan, agar Indeks Harga
uang asing dalam mata uang domestik atau dapat Saham Gabungan menunjukkan keadaan yang
juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap wajar saat dipublikasikan kepada publik pada
mata uang asing (Bank Indonesia, 2004:4). “Kurs periode tertentu. Mencerminkan suatu nilai yang
valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham
jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu gabungan di bursa efek (Sunariyah, 2003:142).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 105
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Hipotеsis a. Dependent Variable: LagY
Sumber: Data Diolah (2018)
Inflasi
(X1) Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
H1 Tabеl 5 Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Model Summaryb
Indeks Harga
Adjusted R
Suku Bunga Saham
H2 Gabungan (Y) Model Square
(X2)
1 0,357

H3 a. Predictors: (Constant), LagX3, LagX1, LagX2


Nilai Tukar b. Dependent Variable: LagY
Rupiah Sumbеr: Data diolah, 2018
H4
(X3)
Tabеl 6 Hasil Uji F
Gambar 2 Modеl Hipotеsis
ANOVAa
Sumber: Data Diolah (2018)
Model df F Sig.
H1 = Diduga inflasi berpengaruh secara parsial 1 Regression 3 11,738 0,000b
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Residual 55
H2 = Diduga suku bunga berpengaruh secara
Total 58
parsial terhadap Indeks Harga Saham
a. Dependent Variable: LagY
Gabungan. b. Predictors: (Constant), LagX3, LagX1, LagX2
H3 = Diduga nilai tukar rupiah berpengaruh secara Sumbеr: Data diolah (2018)
parsial terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Hasil Pengujian Hipotesis 1 (Variabel Inflasi)
H4 = Diduga inflasi, suku bunga, dan nilai tukar Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel
rupiah berpengaruh secara simultan terhadap inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
Indeks Harga Saham Gabungan. dan berhubungan negatif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Variabel inflasi
MЕTODE PЕNЕLITIAN dinyatakan tidak signifikan karena nilai
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian signifikansi inflasi sebesar 0,297 lebih besar dari
pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan taraf signifikansi sebesar (0,05). Hal ini bahwa H0
pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian ini dilakukan diterima dan H1 ditolak.
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara
www.idx.co.id, dan Bank Indonesia melalui parsial terhadap IHSG, menurut data deskriptif
website www.bi.go.id. Lokasi tersebut dipilih terlampir hubungan tidak signifikan ini disebabkan
karena data yang dibutuhkan pada penelitian ini selama periode penelitian tingkat inflasi yang
yaitu pergerakan inflasi, suku bunga, dan nilai terjadi selalu dibawah 10% per tahun yaitu pada
tukar rupiah terdapat pada website Bank Indonesia, tahun 2013 sebesar 6,95%, tahun 2014 sebesar
dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan 6,42, tahun 2015 sebesar 6,40%, tahun 2016
terdapat pada website Bursa Efek Indonesia (BEI). sebesar 3,53%, dan pada tahun 2017 sebesar
3,81%. Menurut Putong (2013:422) inflasi yang
HASIL DAN PЕMBAHASAN besarnya kurang dari 10% masih bisa diterima oleh
Tabеl 4 Hasil Analisis Rеgrеsi Linear Bеrganda pasar karena tingkat inflasi masih dalam kategori
Coefficientsa merayap atau rendah. Hal tersebut memengaruhi
Standardized minat investor untuk berinvestasi dan akhirnya
Coefficients
tidak memengaruhi secara signifikan fluktuasi dari
Model Beta t Sig.
IHSG. Apabila inflasi menembus angka 10%, pasar
1 (Constant) 9,776 0,000
modal akan terganggu karena Bank Indonesia akan
LagX1 -0,117 -1,053 0,297
LagX2 -0,429 -3,851 0,000
meningkatkan BI rate yang akan mengakibatkan
LagX3 -0,388 -3,684 0,001 investor cenderung mengalihkan modalnya di
sektor perbankan. Hal tersebut juga didasarkan
pada asumsi sebab inflasi yang terjadi adalah Cost
Push Inflation. Cost push inflation adalah inflasi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 106
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
yang terjadi karena tingginya biaya produksi yang Kecenderungan investor untuk membeli Sertifikat
disebabkan oleh tidak efisiensinya perusahaan, Bank Indonesia akan berdampak negatif terhadap
kurs mata uang negara yang bersangkutan, indeks harga saham gabungan di bursa. Hal ini
kenaikan harga bahan baku, upah tenaga kerja dan didukung dengan adanya teori Tandelilin
sebagainya sehingga mengakibatkan turunnya (2001:48) yaitu sebagai berikut: Perubahan suku
jumlah produksi (Putong, 2013:422). Sunariyah bunga akan memengaruhi harga saham secara
(2011:23) juga menjelaskan bahwa inflasi yang terbalik, cateris paribus. Cateris paribus diartikan
tinggi menyebabkan turunnya kinerja keuangan jika suku bunga meningkat, maka harga saham
suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan akan turun, cateris paribus, dan sebaliknya. Jika
pembagian dividen dan daya beli masyarakat juga suku bunga naik, maka return investasi yang terkait
menurun. Jika dividen yang merupakan salah satu dengan suku bunga juga naik. Kondisi seperti ini
aspek perhitungan dalam pembelian saham dapat menarik minat investor yang sebelumnya
menurun, mencerminkan profitabilitas perusahaan berinvestasi di saham untuk memindahkan
juga menurun. Profitabilitas sebuah perusahaan dananya dari saham ke deposito dan tabungan. Jika
yang menurun membuat investor akan melepas sebagian besar investor melakukan tindakan yang
saham yang dimilikinya. Minat investor juga akan sama yaitu banyak investor yang menjual saham,
menurun untuk membeli saham jika profitabilitas maka harga saham akan turun.
sebuah perusahaan menurun yang disebabkan oleh Hasil penelitian ini tidak mendukung
inflasi. Hal tersebut juga akan membuat indeks penelitian Kewal (2012) karena hasil
harga saham cenderung akan menurun karena mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh
dampak dari inflasi yang membuat profitabilitas negatif tidak signifikan terhadap IHSG. Penelitian
perusahaan menurun sehingga inflasi merupakan ini mendukung Jayanti (2014) karena hasil
sebuah informasi yang negatif bagi para investor di mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh
pasar modal. negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Kewal (2012) yang mengungkapkan Hasil Pengujian Hipotesis 3 (Variabel Nilai
bahwa inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan Tukar Rupiah)
terhadap IHSG. Jayanti (2014) mengungkapkan Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel
bahwa inflasi berpengaruh negatif dan tidak nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Hal tersebut terjadi signifikan dan berhubungan negatif terhadap
karena inflasi yang terjadi selalu dibawah 1% per Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel
tahun. nilai tukar rupiah dinyatakan signifikan karena
nilai signifikansi inflasi sebesar 0,001 lebih kecil
Hasil Pengujian Hipotesis 2 (Variabel Suku dari taraf signifikansi sebesar (0,05). Hal ini bahwa
Bunga) H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Nilai tukar rupiah berpengaruh secara
suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan parsial terhadap IHSG, hal ini berarti bahwa
dan berhubungan negatif terhadap Indeks Harga investor saham mencermati pergerakan tingkat
Saham Gabungan (IHSG). Variabel suku bunga nilai tukar rupiah untuk membuat keputusan
dinyatakan signifikan karena nilai signifikansi investasi. Nilai tukar rupiah memiliki pengaruh
inflasi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf negatif terhadap IHSG, hal ini sejalan dengan teori
signifikansi sebesar (0,05). Hal ini bahwa H0 yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
ditolak dan H1 diterima. tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif
Suku bunga berpengaruh secara parsial terhadap IHSG. Harianto dan Sudomo (2001:15)
terhadap IHSG, hal ini berarti bahwa investor menjelaskan bahwa keadaan nilai tukar rupiah
saham mencermati pergerakan tingkat suku bunga yang melemah terhadap mata uang asing akan
untuk membuat keputusan investasi. Suku bunga meningkatkan beban biaya impor bahan baku
memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG, hal ini untuk produksi. Bagi perusahan yang berorientasi
sejalan dengan teori yang telah dikemukakan pada impor dan membeli bahan baku produksi
sebelumnya bahwa tingkat suku bunga memiliki dengan menggunakan uang Dollar AS,
pengaruh negatif terhadap IHSG. Jika suku bunga menurunnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap
mengalami peningkatan, maka investor akan mata uang Dollar AS akan menyebabkan
cenderung mengalihkan dananya dari investasi meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang
saham untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia. akan digunakan untuk proses produksi. Hal
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 107
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tersebut akan berpengaruh pada menurunnya laba KЕSIMPULAN DAN SARAN
yang didapatkan oleh perusahaan. Tingkat laba Kеsimpulan
yang rendah akan mengakibatkan dividen yang 1. Variabel inflasi secara parsial berpengaruh
dibagikan kepada pemegang saham menurun. negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga
Dividen yang rendah menyebabkan investasi di Saham Gabungan (IHSG). Hal ini ditunjukkan
pasar saham menjadi kurang menarik bagi investor. oleh nilai signifikansi inflasi sebesar 0,297
Dividen merupakan salah satu aspek yang lebih besar dari taraf signifikansi yang
diperhitungkan dalam pembelian saham. Jika disyaratkan sebesar (0,05). Hal ini berarti
dividen yang dibagikan menurun, maka hal ini bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Inflasi
akan mengurangi daya tarik bagi investor untuk memiliki hubungan negatif terhadap IHSG,
berinvestasi di pasar modal. Berdasarkan uraian yaitu apabila inflasi meningkat maka akan
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mengakibatkan penurunan IHSG di Bursa
rupiah memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG. Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian 2. Variabel suku bunga secara parsial
Kewal (2012) karena hasil mengungkapkan bahwa berpengaruh negatif signifikan terhadap
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal
terhadap IHSG. Penelitian ini juga mendukung ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi suku
penelitian Jayanti (2014) karena hasil bunga sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf
mengungkapkan bahwa suku bunga berpengaruh signifikansi yang disyaratkan sebesar (0,05).
negatif dan signifikan terhadap IHSG. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Suku Bunga memiliki hubungan
Hasil Pengujian Hipotesis 4 (Variabel Inflasi, negatif terhadap IHSG, yaitu apabila suku
Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah) bunga meningkat maka akan mengakibatkan
Hasil pengujian hipotesis keempat penurunan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga, dan nilai 3. Variabel nilai tukar rupiah secara parsial
tukar rupiah secara simultan berpengaruh berpengaruh negatif signifikan terhadap
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal
Gabungan (IHSG) pada periode tahun 2013-2017. ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi suku
Hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa bunga sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga signifikansi yang disyaratkan sebesar (0,05).
hipotesis keempat diterima. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R diterima. Nilai tukar rupiah memiliki
Square) yang diperoleh dari tabel 17 sebesar 0,357 hubungan negatif terhadap IHSG, yaitu
atau 35,7%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa apabila nilai tukar rupiah meningkat maka
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan akan mengakibatkan penurunan IHSG di
(IHSG) pada periode 2013-2017 dipengaruhi oleh Bursa Efek Indonesia.
variabel inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, 4. Variabel inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
sebesar 35,7%. Nilai tersebut dapat dikatakan rupiah secara simultan berpengaruh signifikan
rendah karena berada pada selang 0,20-0,399. Nilai terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
koefisien korelasi (R) dianggap sangat kuat jika (IHSG). Hal ini ditunjukkan oleh nilai
mendekati 1. signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 lebih kecil
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari taraf signifikan yang disyaratkan (0,05).
Kewal (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Nilai Fhitung sebesar 11,738 lebih besar dari
Kewal mengungkapkan bahwa inflasi, suku bunga, Ftabel sebesar 2,76, maka hasil analisis regresi
kurs, dan pertumbuhan PDB berpengaruh secara adalah signifikan. Hasil dari uji F ini
simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian diterima.
Jayanti (2014). Penelitian yang dilakukan oleh
Jayanti mengungkapkan bahwa Tingkat Inflasi, Saran
Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah,
Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE berpengaruh 1. Bagi investor yang akan melakukan transaksi
secara simultan terhadap Indeks Harga Saham investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Gabungan sebaiknya selalu memperhatikan informasi
inflasi. Pada hasil penelitian ini variabel inflasi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 108
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yaitu selanjutnya.
apabila inflasi naik maka IHSG turun, begitu 5. Bagi investor yang akan melakukan transaksi
juga sebaliknya. Hasil ini menunjukkan investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
keadaan yang stabil karena inflasi terjadi sebaiknya selalu memperhatikan informasi
dibawah 10% pertahun, maka resiko investasi tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
di pasar modal cenderung lebih rendah. rupiah sebelum mengambil keputusan untuk
Keadaan inflasi yang stabil adalah keadaan berinvestasi saham di BEI, karena pergerakan
yang aman apabila investor mengalokasikan IHSG di BEI dipengaruhi oleh faktor-faktor
dananya pada investasi saham di pasar modal. makro ekonomi tersebut.
2. Bagi investor yang akan melakukan transaksi
investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) DAFTAR PUSTAKA
sebaiknya selalu memperhatikan informasi Harianto dan Sudomo. 2001. Merger dan Akuisisi.
suku bunga. Pada hasil penelitian ini variabel Jurnal Manajemen
suku bunga berpengaruh negatif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar
(IHSG), yaitu apabila suku bunga naik maka Mikro dan Makro. Edisi Kelima. Jakarta:
IHSG turun, begitu juga sebaliknya. Suku Mitra Wacana Media
bunga yang rendah akan membuat investor Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi: Teori
mengalihkan dananya dari sektor perbankan Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali
ke pasar modal. Maka resiko investasi di pasar Pers
modal cenderung lebih rendah. Keadaan suku
bunga yang rendah ini adalah keadaan yang Sunariyah. 2003. Pengetahuan Pasar Modal. Edisi
aman apabila investor mengalokasikan Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
dananya pada investasi saham di pasar modal. Percetakan (UMP) AMP YKPN
3. Bagi investor yang akan melakukan transaksi Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
sebaiknya selalu memperhatikan informasi
suku bunga. Pada hasil penelitian ini variabel Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Pertama. Yogyakarta: Kanisius
Gabungan (IHSG), yaitu apabila nilai tukar
rupiah naik maka IHSG turun, begitu juga JURNAL
sebaliknya. Nilai tukar rupiah yang rendah Jayanti, Yusnita. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi,
akan membuat investor mengalokasikan Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
dananya dari investasi pasar modal ke Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks
investasi jenis lain seperti Surat Berharga KLSE terhadap Indeks Harga Saham
Bank Indonesia, tabungan, deposito, dan lain- Gabungan pada Bursa Efek Indonesia
lain. Maka resiko investasi di pasar modal Periode 2010-2013. Jurnal Administrasi
cenderung lebih tinggi. Keadaan nilai tukar Bisnis. Universitas Brawijaya Malang. Vol.
rupiah yang rendah ini adalah keadaan yang 11, No. 1 : 1-10.
tidak aman apabila investor mengalokasikan
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi,
dananya pada investasi saham di pasar modal.
Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
melakukan penelitian pada topik yang sama
Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi
dengan penelitian ini, sebaiknya
Palembang.
menambahkan faktor lain yang juga dapat
memengaruhi IHSG, seperti tingkat pajak, Maqdiyah, Hatmam. 2014. Pengaruh Tingkat
pertumbuhan ekonomi, Indeks KLSE, dan Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk
Indeks LQ45, Indeks JII sehingga dapat Domestik Bruto (PDB), dan Nilai Tukar
mengembangkan penelitian ini. Jumlah Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
sampel juga sebaiknya ditambah pada Jakarta Islamic Index (JII) pada Bursa Efek
penelitian selanjutnya agar sampel lebih bisa Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal
mewakili populasi yang diteliti. Penelitian ini
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 109
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Administrasi Bisnis. Universitas Brawijaya
Malang.
Rjoub, Türsoy dan et al. 2015. The Effects of
Macroeconomic Factors on Stock Returns:
Istanbul Stock Market, Vol. 26 Iss 1 pp. 36-
45.
Wijayanti, Anis. 2013. Pengaruh Beberapa
Variabel Makro Ekonomi dan Indeks Pasar
Modal Dunia Terhadap Pergerakan IHSG
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Brawijaya Malang.

INTERNET
Bursa Efek Indonesia. “Indeks Harga Saham
Gabungan”. Diakses pada tanggal 1
Desember 2017 dari
http://www.idx.co.id/id-
id/beranda/publikasi/statistik. Aspx
Bank Indonesia. 2013-2017. “Inflasi”. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2017 dari
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/dat
a/Default.aspx
Bank Indonesia. 2013-2017. “BI Rate”. Diakses
pada tanggal 2 Desember 2017 dari
https://www.bi.go.id/en/moneter/bi-
rate/data/Default.aspx
Bank Indonesia. 2013-2017. “BI 7-Days Repo
Rate”. Diakses pada tanggal 2 Desember
2017 dari
https://www.bi.go.id/en/moneter/bi-7day-
RR/data/ Contents/Default.aspx
Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 6/23/DPNP Perihal
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
Diakses pada tanggal 4 Desember 2017.
www.bi.go.id. Azwar, Saifuddin. 2013.
Metode Penelitian. Cetakan XIV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 2 Juli 2018| 110


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like