Professional Documents
Culture Documents
Teknik Peledakan
Teknik Peledakan
Rancangan Peledakan
Jenjang
Terminologi Peledakan Jenjang
Variabel Rancangan
Pola pemboran
Pemuatan
Penyalaan
3
Peledakan Jenjang
4
Bidang Bebas (Free Face)
2
3 1
2
1
Two Free Faces
Three Free Faces
5
Kualitas Bidang Bebas
6
Pemilihan Diameter
Terlalu besar
Distribusi energi dan Fragmentasi
Batasan lingkungan
Kerusakan batuan
Terlalu kecil
Diameter kritis
Biaya pemboran
Target produksi
Pemilihan
Diameter
Adhikari, 1999
Hole diameter selection
While selecting the proper blasthole diameter, the average
production per hour, or excavation, must be taken into
account (Table 4). In addition, the type of material
excavated must also be accounted. An important aspect
when drilling is the drilling cost. The cost usually goes
down as the diameter of the hole increases.
Hole diameter selection
Much of the same criteria for drilling parameters are the
same for large diameter blasts as they are for small
diameter blasts. The average production per hour and type
of rock being fragmented is still the variables needed for
consideration (Table 8)
Penentuan Burden (B)
Cratering &
Fly rock
Poor
Fly rock & Fragmentation
throw
1 1
Energi potensialbahanpeledakyang dipakai 3 BP x [VODBP ]2 3
AF1 2
Energi potensialbahanpeledakstandar 1.2 x [12000]
1 1
Bobot Isi batuanstandar 3 160 pcf 3
AF2
Bobot Isi batuan yg diledakkan Batuan
Penentuan Kb Empirik
KB = 12 [B/De]
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang tembak (inci)
Burden Determination
Anderson [1] developed the following empirical equation:
where:
B = burden (m)
K = a proportionality constant (1-6)
Dh = blasthole diameter (mm)
H = bench height (m)
In the above equation, for a good fragmentation: H/B 4.
Burden Determination
Fraenkel [2] suggested the following more sophisticated
equation:
where:
K = experimental constant (between 1 to 6 for most rock
types)
h = length of the Charge in the blasthole (m).
Burden Determination
Lambooy and Jones [3] expressed the following formula for
determination of burden:
where:
S = spacing between the blastholes (m)
We = weight of explosive in kg/m run in a blasthole
q = weight of explosive to break unit volume of rock
(kg/m3)
Burden Determination
Pearse (1955)
Where,
B = maximum burden (m)
K = Constant, value varies from 0.7-1.0
Ps = Detonation pressure of the explosives (Kg/cm 2)
σt = Tensile strength (Kg/cm 2)
d = Diameter of borehole
Burden Determination
The equation for maximum burden value proposed by
Allsman (1960) is;
Where,
PD= Mean adverse detonating Pressure, N/m 2
t= Duration of average detonation, sec
ρ= Specific rock weight, N/m 3
u= minimum velocity which must be imparted to the
rock, m/s
g= acceleration due to gravity=9.81 m/s2
D= Diameter of blasthole, m
Burden Determination
Langefors and Kihlstrom (1968)
Where,
Bmax = Maximum burden for good fragmentation (m)
D = diameter of hole (m)
ρe =Density of the explosive in the borehole (Kg/m3)
PRP = Relative Weight strength of the explosive
f = Degree of confinement of the blasthole.
S/B = Spacing to burden ratio
Co = Corrected blastability factor (Kg/m3)
= C + 0.75 for B max =l.4-1.5m
= C + 0.07/B for B max < 1.4m
When C = rock constant (0.4 for average rock for first trial)
Burden Determination
Lopez Jimeno, E (1980) modifies the ash’s formula by
incorporating the seismic velocity to the rock mass,
resulting in
Where,
B= Burden, m
D= Diameter of blasthole, inches
F= correction factor based on rock group = Fr× Fe
Lopez Jimeno, E (1980) cont.
Where,
ρ'= specific gravity of rock, gm/cm3
VC= seismic propagation velocity of the rock mass
ρ''= specific gravity of explosive charge, gm/cm3
VD= Detonation velocity of explosive, m/s
Burden Determination
Konya and Walter (1990)
Where,
B = Burden, (ft)
ρe = Specific gravity of explosive, (lb/in3)
ρr = Specific gravity of rock, (lb/in3)
D = Diameter of explosive, (in)
Konya & Walter (1990) cont.
Correction factor, Bc = Kd. Ks. Kr. B
Where, Bc = Corrected burden (ft);
Kd = Correction factor for rock deposition. Its value is as follows,
• for bedding steeply dipping into cut Kd = 1. 18
• for bedding steeply dipping into face Kd = 0.95
• for other cases Kd = 1.0
Ks = Correction factor for geologic structure. Its value is as follows,
• for heavily cracked, frequent weak joints, weakly cemented layers Ks
= 1.30
• for thin well cemented layers with tight joints Ks=1.1
• for massive intact rock Ks = 0.95
Kr = correction factors for number of row. Its value is a follows,
• for one or two rows of blastholes Kr = 1.0
• for third or subsequent rows Kr = 0.95
Burden Determination
Konya and Walter also suggested the following empirical
relationship-
Where,
S ANFO = relative strength of explosive
ρr = density of rock, gm/c.c.
d = diameter of blast-hole, m
Burden Determination
Russians suggested [10] a variety of equations to relate
burden and blasthole diameter. Amongst the most
predominantly used are the ones as follows:
Russians cont.
where:
2x = length of the charge in the blasthole (m)
r = radius of the fractured zone in rock (m)
f p charge packing factor (see Table 1)
d = decoupling = Dh/D e.
Burden Determination
Afrouz [11] presented an empirical formula to determine
the burden in terms of a single impact force to cause
rupture (F) and the dynamic tensile strength of rock (td) as
follows:
where:
n = a constant related to the effect of rate of explosion on
the braking properties of the rock = 1.04 for limestone,
and 1.39 for concrete.
c = constant related to the type of loading, for direct
impact it was evaluated to be 4.07.
Burden Determination
Hino [12] based on the propagation of the shock waves and
its reflection at a free face suggested the following
equation:
where:
n = a constant = 1.5, on average,
Pd = detonation pressure (MPa)
Mishra (2009)
A relationship between burden with blast hole diameter
Contoh Variasi Penentuan Burden
30
Koreksi Geologi Untuk Burden
B’ = Kd x Ksg x B
Penentuan Spasi (S)
Penentuan Spasi Menurut Konya
Waktu tunda Ks
Long interval delay 1
Short period delay 1–2
Normal 1,2 – 1,8
Pemilihan pola Spasi
Square pattern
Burden = spasinya. Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada tepat
sejajar di belakang lubang tembak pada baris di depannya.
Rectangular pattern
Spasi > burden. Dalam penerapannya di lapangan, pola ini memiliki jarak spasi
maksimal sebesar dua kali jarak burden.
Staggered Pattern
Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada di tengah spasi baris di
depannya. Keuntungan menghasilkan distribusi energi peledakan lebih baik &
cenderung memberikan keseragaman fragmentasi.
Penentuan Tinggi Jenjang (H)
Kh = H/B
B H B H
Burden
Vibrasi
Stifness Fragmentasi Air Blast Fly Rock Keterangan
tanah
(H/B)
Potensi terjadinya
back break dan toe.
1 Buruk Berpotensi Berpotensi Berpotensi
Harus dihindari dan
dirancang ulang
Sebaiknya dirancang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
ulang
Terkontrol dan
3 Baik Baik Baik Baik fragmentasi
memuaskan
Tidak menambah
Sangat Sangat Sangat keuntungan bila
4 Sangat baik
baik baik baik stifness ratio
dinaikkan lebih dari 4
Pengukuran Kedalaman
36
Penentuan Subdrilling (J)
Lubang tembak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah
Kj (subdrilling ratio) ≥ 0,2 & untuk batuan masif Kj = 0,3
Lubang bor miring perlu KJ lebih kecil.
Kj = J/B
J = Subdrilling (ft)
Pada peledakan lapisan penutup diatas lapisan batubara tidak
diperlukan subdrilling, tetapi justru harus diberi jarak antara
ujung lubang tembak dgn lapisan batubara yg disebut dgn
standoff, maksudnya untuk menghindari penghancuran
batubara akibat peledakan & diharapkan batubara yg tergali
akan bersih.
No sub drilling
Penentuan Stemming (T)
41
Pengaruh Stemming Pada Kinerja
Peledakan
Alternatif penggunaan Stemtite
B = burden (m).
Pemilihan Waktu Tunda
TH Konstan
Tipe Batuan
(ms/m)
Batu pasir, marls, batubara, lempung 5,7 – 6,6
Batu gamping, salt, shales 4,7 – 5,7
Batu gamping kompak, marmer, granit, kuarsa, gneiss, dan
3,8 – 4,7
gabro
Diabas, diabas porphirite, gneiss kompak dan magnetit 2,8 – 3,8
TR Konstanta
Hasil
(ms/m)
6,25 Air blast berlebih, backbreak
6,25 – 9,4 Muckpile tinggi menutupi face, airblast cukup, backbreak
9,4 – 12,5 Tinggi muckpile sedang, airblast dan backbreak sedang
12,5 – 18,8 Rockpile tersebar dengan bacbreak minimum
Pengaruh Waktu Tunda Terhadap
Kondisi Tumpukan
material terlempar
kembali ke jenjang
Interval tunda antar baris
sukar digali < 6 ms/m dari burden
muckpile
compact 6 9
loose 9 18
spread out 15 33
improved fragmentation 9 24
limit back break 12 33
control flyrock 9 33
minimise airblast 9 18
minimise ground vibration 15 33
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36
Delay Interval (milliseconds per metre of burden)
49
Urutan Penyalaan – Baris per Baris
Free face
Good forward movement and low profile
Fragmentation? Can be slabby
Soft and friable rocks
Higher Vibrations
109ms
Cord
50
Urutan Penyalaan V
Free face
Restricted forward movement
High muckpile profile
Good fragmentation
42ms
176ms 176ms
42ms
51
Urutan Penyalaan – Echelon
More free faces
Side movement
Fragmentation
109ms
Simple
42ms
176ms
42ms
52
Centre Lift Patterns
Top free face
Good for box cut
Restricted forward movement
Top movement
Big heave
Damage?
109ms 42ms
109ms 42ms
53
Merancang Fragmentasi Peledakan
Batuan – Kuz Ram
Tingkat fragmentasi batuan yang diinginkan dapat diperoleh dari percobaan
peledakan di lapangan dengan mengevaluasi perubahan variabel-variabel
peledakan.
Variabel tersebut adalah sifat-sifat batuan, pola peledakan, dan jumlah
pengisian bahan peledak.
Sebuah model yang banyak dipakai oleh para ahli untuk memperkirakan
fragmentasi hasil peledakan adalah model Kuz-Ram.
Kuznetsov (1973) telah melakukan penelitian untuk mengukur fragmentasi,
yang hasilnya dikenal dengan persamaan Kuznetsov:
0,8
V
X A 0 Q1/6
Q
X - Rata-rata ukuran fragmen, cm
A - Faktor batuan, diperoleh dari pembobotan batuan berdasarkan nilai
blasting index (Lilly, 1986) yang merupakan fungsi dari deskripsi massa
batuan, jarak antar kekar, orientasi kekar, berat jenis batuan, dan kekerasan
Mohs.
V0 - Volume batuan pecah per lubang tembak, Vo = B x S x Hjenjang
Q - Jumlah bahan peledak TNT (kg) pada setiap lubang tembak
Qe - massa bahan peledak per lubang tembak
E : Relatif weight strength bahan peledak, ANFO = 100, TNT = 115
Qe x E = Q x 115
Qe
19/30
115
X A k 0,8
Qe1/6
E
B W A 1 L
n 2,2 14 1 1
d B 2 H
Joint Spacing Close ( < 0,1 meter ) Intermediate (0,1–1m) Wide ( > 1 meter )
Bobot 10 20 50
Joint Horizontal Dip Out of Strike Normal to Face Dip Into Face
Orientation Face
Bobot 10 20 30 40
Skala Kekerasan Mohs
END
Terminologi Peledakan Jenjang
Desain Pola Peledakan pada
Peledakan Jenjang
Pattern Shape
Timing
65
Pendekatan Teoritik
Richard L. Ash
The Modern Technique of Rock Blasting
Free Face
2
3 1
2
1
Two Free Faces
Three Free Faces
67
Quality of Free Face
Videos_3,4,5,6
68
What is the burden?
Burden – Distance from the explosive charge to the nearest free face
69
Burden Cratering &
Fly rock
Poor
Fly rock & Fragmentation
throw
70
R.L. Ash
1 1
Energi potensialbahan peledak yang dipakai BP x [VOD BP ]2
3 3
AF1 2
Energi potensialbahan peledak standar 1.2 x [12000]
1 1
Bobot Isi batuan standar 160 pcf
3 3
AF2
Bobot Isi batuan yg diledakkan
Batuan
Penentuan Kb Empirik
12B
KB
De
Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan dan massa batuan,
diameter lubang, dan jenis bahan peledak.
Bobot Isi BP 0,8 – 1,6 gr/cc & Bobot Isi batuan yg diledakkan 2,2 - 3,2 gr/cc
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang tembak (inci)
B = Burden (m)
De =Diameter lubang tembak pada (mm)
e = Bobot isi bahan peledak
r = Bobot isi batuan
Matriks Parameter Penentu Burden
Untuk Peledakan Jenjang
Andersen
Langefors
L.Jimeno
Olofsson
Fraenkel
Allsman
Hansen
Pearse
Foldesi
Praillet
Konya
Konya
Berta
Ucar
Hino
Ash
Carr
Parameter
Bench height X X X X
Length of blasthole X X
Stemming X
Subdrilling
Length of charge X X X
Inclination of blasthole X X X
Rock density X X X X X X X
Detonation velocity X X X X X X
Detonation pressure X X X
Binomial rock-explosive constant X
Burden/spacing ratio X
Strength of explosive X X
Loading equipment X
Pengaruh Variasi Burden Terhadap
Lingkungan
Koreksi Geologi Untuk Burden
A B
Kd
Koreksi Deposisi Batuan
B’ = Kd x Ksg x B
Arah Peledakan vs Orientasi Kekar
(Nitro Nobel, 1985)
Berlawanan
No Parameter Searah Dip Berlawanan Dip Searah Strike
Strike
1. Back break Lebih banyak Lebih sedikit Tidak menentu Lebih banyak
Pergerakan
3. batuan dari Lebih besar Lebih kecil Lebih kecil Lebih besar
face
Penggunaan
4. energi Lebih Baik Lebih kecil Kurang Kurang
peledakan
Kondisi Kurang
Menguntung Tidak mengun- Tidak mengun-
5. permukaan Mengun-
Kan tungkan tungkan
kerja tungkan
Daerah Pengaruh Energi Lubang
Tembak
S = 1,15 B S = 1,5 B
S=B S=B
Square pattern
Burden = spasinya. Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada tepat sejajar di belakang lubang tembak pada
baris di depannya.
Rectangular pattern
Spasi > burden. Dalam penerapannya di lapangan, pola ini memiliki jarak spasi maksimal sebesar dua kali jarak burden.
Staggered Pattern
Posisi lubang tembak pada baris berikutnya berada di tengah spasi baris di depannya. Keuntungan menghasilkan
distribusi energi peledakan lebih baik & cenderung memberikan keseragaman fragmentasi. Mampu memberikan ukuran
fragmentasi yg optimal pada spasi = 1,15 burden. Pola square juga dapat diperoleh efek staggered pattern dgn
mengatur pola penyalaan sedemikian hingga diperoleh sistem penyalaan selang seling.
Diameter Lubang
Tembak
Tinggi jenjang
Tingkat produksi
Jenis alat bor
Fragmentasi batuan
Dampak terhadap lingkungan (GV, air blast, fly rock)
Ekonomi peledakan.
B H B H
Sebaiknya dirancang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
ulang
Terkontrol dan
3 Baik Baik Baik Baik
fragmentasi memuaskan
Tidak menambah
keuntungan bila stifness
4 Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
ratio dinaikkan lebih dari
4
Pengaruh Kemiringan Lubang
Tembak Pada Collar & Overbreak
Bising, Airblast & Flyrock Disebabkan
a) Burden Atas: b) Burden Kaki
Offset -
Offset +
Lubang Tegak vs Lubang Miring
Tinggi jenjnag H - (m) Dia lubang tembak D - (mm) Rekomendasi alat muat
Stemming
Lobang kering
Isi :1. ANFO
Nonel 94% Ammonium Nitrate Prilled
Primer HDP 400 gram
Tube 6% Fuel Oil (solar)
2. Heavy Anfo
30% Emulsion matrix
70% Anfo
Lobang Basah
Isi : Titan Black
50% Emulsion matrix
50% ANFO
Detonator
Booster
400 gram
Pola Lubang
Tembak – Burden
- Spasi
Pola Control Row & Echelon
HDP 400 gr
Subdrilling (J)
Stemming = collar, bagian lubang tembak bagian atas yg tidak diisi BP, tapi
diisi oleh material hasil pemboran & kerikil yg dipadatkan & berfungsi
sebagai pemampat & menentukan "stress balance" dalam lubang bor.
Untuk memampatkan gas-gas peledakan agar tidak keluar terlalu dini
melalui lubang tembak sehingga gas-gas peledakan tersebut terlebih
dahulu dapat mengekspansi rekahan-rekahan pada batuan yang
disebabkan gelombang kejut.
Untuk mendapatkan "stress balance" → T = B.
Pada batuan kompak, jika KT < 1 terjadi "cratering" atau "back breaks",
terutama pada "collar priming"
Kt = T/B = 0,7 B nilai ini cukup untuk mengontrol air blast & fly rock.
Karakteristik Material Stemming
KS = S/B
Jarak antar lubang tembak dalam satu baris & diukur sejajar dgn bidang bebas.
Spasi tergantung pada burden, kedalaman lubang tembak, letak primer, delay & arah
umum struktur batuan.
Konya (1968): nisbah spasi tergantung pada waktu penyalaan peledakan & perbandingan
burden (B) dgn tinggi jenjang (L).
Bila lubang-lubang bor dlm satu baris diledakkan secara sequence delay → KS = 1, S = B.
Bila lubang-lubang bor dlm satu baris diledakkan secara simultan, → KS = 2, S = 2B.
Bila multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay,
lubang-lubang bor dalam arah lateral dari baris yang berlainan diledakkan secara simultan
→ pola pemborannya harus dibuat square arrangement.
Bila suatu multiple rows lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan,
tetapi antara baris yg satu dgn yg lainnya beruntun, → harus digunakan pola staggered.
Penentuan Spasi Menurut Konya
(Konya, 1968)
Serentak S = ( L + 2B )/3 S = 2B
Waktu tunda Ks
Long interval delay 1
Short period delay 1–2
Normal 1,2 – 1,8
Stemtite
Lakukan pengisian pemampat yang berasal dari cuttings di atas kolom isian bahan
peledak setinggi 1,5 kali diameter lubang tembak. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi stemtite dari gas yang sangat panas pada saat peledakan.
Masukkan stemtite ke dalam lubang tembak dengan menggunakan tongkat dan
menempatkan stemtite tersebut pada dudukan yang tepat
Timbun stemtite dengan material pemampat
Lepaskan tongkat dari stemtitenya secara perlahan hingga stemtite tertinggal di
dalam material pemampat
Lanjutkan pengisian pemampat ke dalam lubang tembak hingga mencapai
permukaan
Powder Factor
PF - bilangan untuk menyatakan jumlah material yg diledakkan atau
dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak; dapat dinyatakan dalam
ton/lb atau lb/ton.
PF dipengaruhi oleh pola peledakan dan free face
Untuk menghitung PF harus diketahui luas daerah yang diledakkan (A),
tinggi jenjang (L), panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), loading
density (de) dan material density ratio (dr).
dr = 0,0312 (SG) (ton/cuft)
W = AL (dr) (ton)
E = (de) (PC) N (lb)
PF= W/E ( ton/lb)
W = batuan atau material yang diledakkan (ton)
N = jumlah lubang bor
Dalam kenyataan di lapangan harga W didapat dari pengukuran sebelum
peledakan dan pengukuran setelah hasil ledakan habis terangkut
Powder Factor Peledakan Beberapa
Jenis Batuan (Bandhari, 1997)
No. Batuan PF - kg/m3
Fat soft clay, heavy clay, morainic clay, slate clay, heavy loam,
1 0,3 - 0,5
coarse grit
Marl, brown coal, gypsum, tuff, pumice stone, anthracite, soft
2 0,35 - 0,55
limestone, diatomite
Clayey sandstone, conglomerate, hard clay shale, marly
3 0,45 - 0,6
limestone, anhydrite, micaceous shale
Granites, gneisses, synites, limestone, sandstone, siderite,
4 0,6 - 0,7
magnesite, dolomite, marble
Coarse-grained granite, serpentine, audisite and basalt,
5 0,7 - 0,75
weathered gneiss, trachyte
Hard gneiss, diabase, porphyrite, trachyte, granite-gneiss,
6 0,85
diorite, quartz
Andesite, basalt, hornfels, hard diabase, diorite, gabbro,
7 0,9
gabbro diabase
Volume Setara
Suatu peledakan batu kapur direncanakan kurang lebih 2000 ton per hari,
bobot isi (density) = 168 lb/cu ft.
1. Kondisi
a. KT = 0,7 ; KJ = 0,3 ; KS = 1
L = 20 ft dan dr = 0.084 ton/cu ft
b. E1 = Extra 60 % dynamite, SG = 1,28 ; Ve = 12.200 fps
c. E2 = Field-mixed AN-FO, 94/6, SG = 0,85; Ve = 11.100 fps
d. Diameter lubang tembak 3 inci
Kompresor dengan 500 cfm
Kecepatan rata-rata pemboran 400 ft per 8 jam/gilir.
1 1
2 3
KB = KBstd x AF1 x AF2 = 30 x 1.28 x (12.200) 160 3
1.20 x (12.000)2 168
KB = 30,5
1
KB = 12 B
De
KB De
B1 = = 13,5 x 3 = 7.625 ~ 8 ft
12 12
T1 = KT B1 = 0,7 x 8 ~ 5,5 ft
JT = KJ B1 = 0,3 x 8 ~ 2,5 ft
H1 = L + J1 = 20 + 2,5 = 22,5 ft
PC1 = H1 - T1 = 22,5 - 5,5 = 17 ft
berat batuan W
= maka,
dr
W 2.250
Pj = = = 84 ft
(12B) x L x Dr 16 x 20 x 0,084
(P - 2B)
j
N1 = + 2 x 2
S
(84 - (2 x 8)
N1 = + 2 x 2 = 17,6 = 18 lubang bor
10
Pj1 (yang telah dikoreksi) = (2B) + (7 x s) = 16 + 70 = 86 ft
W1 = A x L x dr = Pj1 x (2 B) x L x dr
de1 =
π De2 x SG x 62,4
4 x 144
= 3,9 lb/ft
E1 = de1 x (PC1) x N1
= 3,9 x 17 x 18 = 1.193,4lb
W
Pf1 = 1
E
1
=
2.312 = 1,94 ton/lb
1.193,4
Total kedalaman pemboran = N1 x H1
= 18 x 22,5 = 405 ft
Pola yang akan dipakai 6,5 x 8 ft, 2 baris, "corner cut".
Volume batuan yang akan diledakkan = A x L = (2B) x Pj x L = W/dr
Pj = W
(2B) x L x dr
= 2.250 = 103 ft
13 x 20 x 0,084
de2 = D x SG x 62,4
2
4 x 144
2
de2 = 3,14 x 3 x 0,85 x 62,4
4 x 144
Tujuan
Penggalian dan pemberaian – fungsi peralatan penggaliant
Cast %
Kehilangan dan kerusakan
Stabilitas lereng
Vibrations & kebisingan
Ketersediaan bidang bebas
Geometri peledakan
Orientation of structure
Ketersediaan delay detonators
116
Tahapan Inisiasi & Waktu Tunda
B = burden (m).
Koreksi Waktu Tunda
Batu gamping kompak, marmer, granit, kuarsa, gneiss, dan gabro 3,8 – 4,7
109ms
Cord
121
Urutan Penyalaan V
Free face
Restricted forward movement
High muckpile profile
Good fragmentation
42ms
176ms 176ms
42ms
122
Urutan Penyalaan – Echelon
More free faces
Side movement
Fragmentation
109ms
Simple
42ms
176ms
42ms
123
Centre Lift Patterns
Top free face
Good for box cut
Restricted forward movement
Top movement
Big heave
Damage?
109ms 42ms
109ms 42ms
124
Timing Design Guideline
Range of Delay Intervals between Rows min max
rock mass
massive 3 33
blocky 9 15
highly jointed 6 12
weak seams, slip planes 6 9
muckpile
compact 6 9
loose 9 18
spread out 15 33
improved fragmentation 9 24
limit back break 12 33
control flyrock 9 33
minimise airblast 9 18
minimise ground vibration 15 33
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36
Delay Interval (milliseconds per metre of burden)
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Merancang Fragmentasi Peledakan
Batuan – Kuz Ram
Tingkat fragmentasi batuan yang diinginkan dapat diperoleh dari percobaan peledakan
di lapangan dengan mengevaluasi perubahan variabel-variabel peledakan.
Variabel tersebut adalah sifat-sifat batuan, pola peledakan, dan jumlah pengisian bahan
peledak.
Sebuah model yang banyak dipakai oleh para ahli untuk memperkirakan fragmentasi
hasil peledakan adalah model Kuz-Ram.
Kuznetsov (1973) telah melakukan penelitian untuk mengukur fragmentasi, yang
hasilnya dikenal dengan persamaan Kuznetsov:
0,8
V
X A 0 Q1/6
Q
X - Rata-rata ukuran fragmen, cm
A - Faktor batuan, diperoleh dari pembobotan batuan berdasarkan nilai
blasting index (Lilly, 1986) yang merupakan fungsi dari deskripsi massa
batuan, jarak antar kekar, orientasi kekar, berat jenis batuan, dan
kekerasan Mohs.
V0 - Volume batuan pecah per lubang tembak, Vo = B x S x Hjenjang
Q - Jumlah bahan peledak TNT (kg) pada setiap lubang tembak
Qe - massa bahan peledak per lubang tembak
E : Relatif weight strength bahan peledak, ANFO = 100, TNT = 115
Qe x E = Q x 115
0,8 0,8
V0
1/6
E E
X A Q
1/6
e
Qe 115 115
V0
k kebalikan Powder Factor/Spe cific Charge kg/m 3
Qe
19/30
115
X A k
0,8
Q
1/6
e
E
Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan
digunakan persamaan Rosin-Rammlel yaitu:
x n
Re xc
x
Xc
0,6931/n
B W A 1 L
n 2,2 14 1 1
d B 2 H
Joint Spacing Close ( < 0,1 meter ) Intermediate (0,1–1m) Wide ( > 1 meter )
Bobot 10 20 50
Joint Horizontal Dip Out of Strike Normal to Face Dip Into Face
Orientation Face
Bobot 10 20 30 40
Skala Kekerasan Mohs
(a)
(b)
Single
Objec
t Dual
Objec
t
1 41 30 11 18
2 32 32 18 18
3 44 30 12 14
4 59 21 12 8
5 60 21 12 7
6 48 22 18 12
7 56 17 11 16
8 35 28 17 20
9 50 32 12 6
10 41 23 15 21
11 44 31 15 10
12 38 33 20 9
Rata-rata 37.90% 26.70% 17.40% 18.00%
Perbandingan Distribusi
Fragmentasi Lapangan vs Model
Kuz-Ram. Kasus-1
41 – 80 cm 25,9% 26,7%
40
Distribusi fragmentasi (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
<40 41-80 81-120 >120
ukuran (cm)
Contoh Distribusi Fragmentasi Hasil
Peledakan Batuan. Kasus-2
SPLIT
No Blok Peledakan
P20 (mm) P50 (mm) P80 (mm) Top Size (mm)
90
80
Prosentase (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0-25(cm) >25-50(cm) >50-75(cm) >75(cm)
Selang ukuran (cm)
Bmax =
d p.s
33 C . f. S/B
lb = 7,85 d2 x P
dimana :
d = diameter lubang tembak
P = "packaging degree", kg/liter
KONSENTRASI MUATAN BAHAN PELEDAK
H = K + V 0,05 (K + V)
H = 1,05 (K + V) (m)
E = d + 0,03 x H (m)
100
Pratical Burden
B = Bmax - E (m)
Pratical Spacing
S = 1,25 x B (m)
Apabila nisbah S/B dirubah sedangkan specific drilling atau specific charge tidak dirubah
maka :
Specific drilling adalah pemboran yang diperlukan untuk meledakkan 1 meter kubik
batuan (kebalikan "equivalent volume").
nH
b= (m/m3), untuk kuari dan tambang terbuka
n xBxSxK
nH
b= (m/m3), untuk jalan dll., dimana peledakan dilaksanakan di daerah
W xBxK
yang terbatas,
W = lebar dari round
Pemuatan lubang tembak
"Specific charge"
n Q tot
q (kg/cu m)
n xBxSxK
n Q tot
q (kg/cu m)
W xB xK