You are on page 1of 9

Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

[ ARTIKEL REVIEW ]

IRRITABLE BOWEL SYNDROME


Nur Safira Anandita
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Background.In the last two decades, Irritable bowel syndrome has gained considerable attention in the health sector
due to the high prevalence and symptoms vary. IBS belongs to a group of chronic gastrointestinal disease known as
functional bowel disorders (FBD) are classified by the Rome foundation. Literature review.Clinical symptoms of IBS
such as abdominal pain or discomfort in the abdomen and a change in bowel pattern such as diarrhea, constipation
or diarrhea and constipation alternately and bloating. Diagnosed on the basis of typical symptoms in the absence of
alarm symptoms such as weight loss, rectal bleeding, fever or anemia. Physical examination and diagnostic tests
that are currently available are not specific enough to make a diagnosis of IBS, so the diagnosis of IBS is made on the
basis of typical symptoms. Methods. I analyzed the results from a variety of articles, researchh and text
books.Conclusion.IBS is a functional bowel disease syndrome. No investigation can definitively diagnose IBS. So IBS
diagnosis is established when the other is not upright. IBS Treatment includes lifestyle changes, diet, and
symptomatic therapy.

Keywords: Diet, irritable bowel syndrome, lifestyle, symptomatictherapy.

Abstrak
Latar Belakang. Pada dua dekade terakhir, Irritable bowel syndrome telah mendapatkan perhatian yang cukup besar
di bidang kesehatan akibat semakin tingginya prevalensi dan gejala yang muncul bervariasi. IBS termasuk dalam
kelompok penyakit gastrointestinal kronik yang disebut sebagai functional bowel disorders (FBD) yang
diklasifikasikan oleh the Rome foundation.Tinjau Pustaka.Gejala klinik IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak
nyaman di abdomen dan perubahan pola buang air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan konstipasi
bergantian serta rasa kembung. Didiagnosis atas dasar gejala-gejala yang khas tanpa adanya gejala alarm seperti
penurunan berat badan, perdarahan per rektal, demam atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang
sekarang tersedia tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis IBS, sehingga diagnosis IBS ditegakkan atas
dasar gejala-gejala yang khas tersebut. Metode.Saya menganalisis hasil dari berbagai sumber artikel, hasil
penelitian serta teks book.Simpulan. IBS adalah penyakit functional bowel syndrom. Tidak ada pemeriksaan
penunjang yang dapat menegakkan diagnosa IBS secara pasti. Maka IBS ditegakkan ketika diagnosis lain tidak tegak.
Penatalaksanaan IBS meliputi perubahan gaya hidup, pola makan, dan terapi simptomatik.

Kata Kunci : Irritable Bowel Syndrome, gaya hidup, pola makan, terapi simptomatik.

...
Korespondensi: Nur Safira Anandita | ananditasafira@yahoo.com

Pendahuluan dalam kelompok penyakit


Irritable bowel syndrome (IBS) gastrointestinal kronik yang disebut
adalah salah satu penyakit sebagai functional bowel disorders
gastrointenstinal fungsional. Irritable (FBD) yang diklasifikasikan oleh the
bowel syndrome memberikan gejala Rome foundation2.
berupa adanya nyeri perut, distensi dan Menurut Kriteria Rome II,
gangguan pola defekasi tanpa prevalensi kejadian IBS
gangguan organik1. denganprevalensi tertinggi terdapat di
Pada dua dekade terakhir, Kanada dan Amerika (12%)3.
Irritable bowel syndrome telah Gejala klinik IBS berupa nyeri
mendapatkan perhatian yang cukup perut atau rasa tidak nyaman di
besar di bidang kesehatan akibat abdomen dan perubahan pola buang
semakin tingginya prevalensi dan gejala air besar seperti diare, konstipasi atau
yang muncul bervariasi. IBS termasuk diare dan konstipasi bergantian serta

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |74


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

rasa kembung. Didiagnosis atas dasar Kejadian dari IBS mencapai 20%
gejala-gejala yang khas tanpa adanya dari penduduk Amerika, hal ini
gejala alarm seperti penurunan berat didasarkan pada gejala yang sesuai
badan, perdarahan per rektal, demam dengan kriteria IBS. Kejadian IBS lebih
atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes banyak pada perempuan dan mencapai
diagnostik yang sekarang tersedia tidak 3 kali lebih besar dari laki-laki.
cukup spesifik untuk menegakkan Prevalensi IBS bisa mencapai 3,6-21, 8%
diagnosis IBS, sehingga diagnosis IBS dari jumlah penduduk dengan rata-rata
ditegakkan atas dasar gejala-gejala 11%6,7.
yang khas tersebut2.
Sebagai gejala tambahan pada Etiologi
nyeri perut, diare atau konstipasi,
gejala khas lain meliputi perut Banyak faktor yang
kembung, adanya gas dalam perut, menyebabkan terjadinya IBS antara lain
stool urgensi atau strining dan gangguan motilitas, intoleransi
perasaan evakuasi kotoran tidak makanan, abnormalitas sensoris,
lengkap4. abnormalitas dari interaksi aksis brain-
Oleh karena patofisiologi dan gut, hipersensitivitas viseral,dan pasca
penyebab IBS yang kurang dipahami, infeksi usus1.
pengobatan utama difokuskan pada Adanya IBS predominan diare
gejala-gejala yang muncul untuk atau predominan konstipasi
mempertahankan fungsi sehari-hari menunjukkan bahwa pada IBS terjadi
dan meningkatkan kualitas hidup orang sesuatu perubahan motilitas. Pada IBS
dengan IBS2. tipe diare terjadi peningkatan kontraksi
usus dan memendeknya waktu transit
Tujuan kolon dan usus halus. Sedangkan IBS
1. Mengetahui etiologi dan faktor tipe konstipasi terjadipenurunan
resiko IBS kontraksi usus dan memanjangnya
2. Mengetahui cara diagnosa IBS waktu transit kolon dan usus halus. IBS
3. Mengetahui Penatalaksanaan IBS yang terjadi pasca infeksi dilaporkan
yang tepat hampir pada 1/3 kasus IBS. Penyebab
IBS paska infeksi antara lain virus,
DISKUSI giardia atau amuba1.
Irritable bowel disease Faktor-faktor yang dapat
merupakan gangguan fungsional pada mengganggu kerja dari usus adalah
saluran cerna bagian bawah berupa sebagai berikut:
adanya nyeri perut, distensi dan 1. Faktor psikologis
gangguan pola defekasi tanpa Stress dan emosi dapat secara kuat
gangguan organik. Gejala-gejala IBS mempengaruhi kerja kolon. Kolon
biasanya tidak spesifik, gejalanya memiliki banyak saraf yang
biasanya seperti gejala yang sering berhubungan dengan otak.
ditunjukkan pada hampir semua Sebagian kolon dikontol oleh SSP,
individu5. yang berespon terhadap stress.
Sebagai contoh kolon dapat
Epidemiologi berkontraksi secara cepat atau
sebaliknya.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |75


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

pasien, subklasifikasi IBS dibagi


menjadi:
1. IBS predominan diare (IBS-D) :
- Feses lunak >25 % dan feses
keras <25% dalam satu waktu
- Terjadi pada 1/3 kasus
- Sering pada pria
2. IBS predominan konstipasi (IBS-C):
- Feses keras >25% dan feses
lunak <25% dalam satu waktu
- Terjadi pada 1/3 kasus
Gambar 1. Multicomponent model of - Sering pada wanita
irritable bowel syndrome (IBS).8 3. IBS campuran(IBS-M) :
- Defekasi berubah-ubah: diare
2. Sensitivitas terhadap makanan dan konstipasi
Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh - 1/3 – ½ dari kasus
beberapa jenis makanan seperti
kafein, coklat, produk-produk susu, Berdasarkan gejala klinis
5
makanan berlemak, alkohol, sayur- subklasifikasi lain dapat digunakan :
sayuranyang dapat memproduksi 1. Berdasarkan gejala:
gas (kol dan brokoli) dan minuman - IBS predominan disfungsi usus:
bersoda. - IBS predominan nyeri
3. Genetik - IBS predominan kembung
Beberapa penelitian menyatakan 2. Berdasarkan faktor pencetus:
bahwa ada kemungkinan IBS - Post-infectious (PI-IBS)
diturunkan dalam keluarga dengan - Food-induced
perkiraan faktor genetik berperan - Berhubungan dengan stress
berkisar antara 0-57%9.
4. Hormon Patofisiologi
Gejala IBS sering muncul pada
wanita yang sedang menstruasi,
mengemukakan bahwa hormon
reproduksi estrogen dan
progesteron dapat meningkatkan
gejala dari IBS10.
5. Obat obatan konvensional
Banyak pasien yang menderita IBS
melaporkan bertambah beratnya
gejala setelah menggunakan obat-
Gambar 2. Faktor-faktor patofisiologi dan
obatan konvensionalseperti
perkembangan Irritable Bowel Syndrome1
antibiotik, steroid dan obat anti
inflamasi.
1. Perubahan motilitas usus
Klasifikasi
Dalam 50 tahun terakhir,
perubahan pada kontraktilitas kolon
Menurut kriteria Roma III dan
dan usus halus telah diketahui pada
berdasarkan pada karakteristik feses
pasien IBS. Stress psikologis atau fisik

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |76


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

dan makanan dapat merubah intestinal peptide. Neurotransmitter ini


kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal menyediakan hubungan tidak hanya
dari usus halus selama puasaditemukan antara kontraktilitas usus dan
pada pasien IBS. Juga dilaporkan sensitivitas visceral, tapi juga antara
adanya respon kontraksi yang sistem saraf usus dan sistem saraf
berlebihan pada makanan tinggi pusat11.
lemak1. Serotonin memegang peranan
2. Hipersensitivitas visceral penting dalam mengatur sekresi,
Salah satu penjelasan yang motilitas dan keadaan sensori pada
mungkin adalah sensitivitas dari saluran cerna melaui aktivasi dari
reseptor pada viscus dirubah melalui sejumlah reseptor yang tersebar luas
perekrutan silence nociseptor pada pada saraf usus dan eferen sensoris. Sel
respon terhadap iskemia, distensi, enterosit mengakhiri efek dari
kandungan intraluminal, infeksi, atau serotonin dengan membuangnya dari
faktor psikiatri. Beberapa penulis ruangan interstitial melaui aksi dari re-
menyatakan bahwa kewaspadaan yang uptake serotonin transporter (SERT).
berlebihan lebih bertanggung jawab Sehingga merubah kandungan dan
dari pada hipersensitivitas visceral pelepasan, ekspresi dari reseptor atau
murni untuk ambang nyeri yang rendah perubahan pada ekspresi SERT/
pada pasien IBS1. aktivitas dapat berperanan pada fungsi
3. Faktor psikososial sensimotor pada IBS12.
Stress psikologis dapat merubah Peningkatan pelepasan mediator
fungsi motor pada usus halus dan seperti nitric oxide, interleukin,
kolon, baik pada orang normal maupun histamin, dan protease menstimulasi
pasien IBS. Sampai 60% pasien pada system saraf enterik; mediator yang
pusat rujukan memiliki gejala psikiatri dikeluarkan menyebabkan gangguan
seperti somatisasi, depresi, dan cemas. motilitas, sekresi serta hiperalgesia
Dan pasien dengan diagnosis IBS lebih sistem gastrointestinal13.
sering memiliki gejala ini1. 5. Infeksi dan inflamasi
4. Ketidakseimbangan neurotransmit- Ditemukan adanya bukti yang
ter menunjukkan bahwa beberapa pasien
Lima persen serotonin berlokasi di IBS memiliki peningkatan jumlah sel
susunan saraf pusat, 95% di saluran inflamasi pada mukosa kolon dan
gastrointestinal dalam sel ileum. Adanya episode enteritis infeksi
enterokromafin, saraf, sel mast, dan sel sebelumnya, faktor genetik, alergi
otot polos. Serotonin mengakibatkan makanan yang tidak terdiagnosis, dan
respon fisiologis sebagai reflek sekresi perubahan pada mikroflora bakteri
usus dan peristaltik dan gejala seperti dapat berperanan pada terjadinya
mual, muntah, nyeri perut, dan proses inflamasi derajat rendah.
kembung11,12. Inflamasi dikatakan dapat mengganggu
Neurotransmitter lain yang reflex gastrointestinal dan mengaktivasi
memiliki peranan penting pada sistem sensori visceral. Kelainan pada
kelainan fungsional saluran cerna interaksi neuroimun dapat berperanan
meliputi calcitonin gene–related pada perubahan fisiologi dan
peptide, acetylcholine, substance P, hipersensitivitas gastrointestinal yang
pituitary adenylate cyclase–activating mendasari IBS12.
polypeptide, nitric oxide, and vasoactive 6. Faktor genetik

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |77


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

Data menunjukkan mungkin ada Diagnosis


komponen genetik pada IBS meliputi:
pengelompokan IBS pada keluarga, Diagnosis dari IBS berdasarkan
frekuensi 2 kali meningkat pada kembar atas kriteria gejala, mempertimbangkan
monozigot jika dibandingkan dengan demografi pasien (umur, jenis kelamian
dizigot. Adanya polimorpisme gen yang dan ras) dan menyingkirkan penyakit
mengendalikan down regulation dari organik. Melalui anamnesis riwayat
inflamasi (seperti IL-10 dsn TGF _1) dan secara spesifik menyingkirkan gejala
SERT. Faktor genetik sendiri tidak alarm (red flag) seperti penurunan
merupakan penyebab, tapi berinteraksi berat badan, perdarahan per rektal,
palingdengan faktor lingkungan12. gejala nokturnal, riwayat keluarga
Sampai saat ini belum ada dengan kanker, pemakaian antibiotik
model konsep tunggal yang dapat dan onset gejala setelah umur 50
menjelaskan semua kasus dari IBS8. tahun1.
Tidak ada tes diagnosis yang
ManifestasiKlinik khusus, diagnosis ditegakkan secara
klinis. Pendekatan klinis ini kemudian
Gejala klinik dari IBS biasanya dipakai guideline dengan berdasarkan
bervariasi diantaranya nyeri perut, kriteria diagnosis. Saat ini ada beberapa
kembung dan rasa tidak nyaman di kriteria diagnosis untuk IBS diantaranya
perut. Gejala lain yang menyertai kriteria Manning, Rome I, Rome II, dan
biasanya perubahan defekasi dapat Rome III1.
berupa diare, konstipasi atau diare Menurut kriteria Rome III, nyeri
yang diikuti dengan konstipasi. Diare perut atau rasa tidak nyaman
terjadi dengan karakteristik feses yang setidaknya 3 hari per bulan dalam 3
lunak dengan volume yang bervariasi. bulan terakhir dihubungkan dengan 2
Konstipasi dapat terjadi beberapa hari atau lebih hal berikut1:
sampai bulan dengan diselingi diare 1. Membaik dengan defekasi;
atau defekasi yang normal1. 2. Onset dihubungkan dengan
Selain itu pasien juga sering perubahan pada frekuensi kotoran;
mengeluh perutnya terasa kembung 3. Onset dihubungkan dengan
dengan produksi gas yang berlebihan perubahan pada bentuk
dan melar, feses disertai mucus, (penampakan) dari kotoran.
keinginan defekasi yang tidak bisa Kriteria terpenuhi selama 3
ditahan dan perasaan defekasi tidak bulan terakhir dengan onset gejala
sempurna.Gejalanya hilang setelah setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis.
beberapa bulan dan kemudian kambuh Gejala penunjang yang tidak masuk
kembali pada beberapa orang, dalam kriteria diagnosis meliputi
sementara pada yang lain mengalami kelaianan pada frekuensi kotoran (<3
pemburukkan gejala5. kali per minggu atau >3x/hari), kelainan
Pada sekitar 3-35% pasieng ejala bentuk kotoran (kotoran keras atau
IBS muncul dalam 6 sampai 12 bulan kotoran encer/berair), defekasi strining,
setelah infeksi sistem gastrointestinal. urgency, juga perasaan tidak tuntas
Secara khusus ditemukan sel inflamasi saat buang air besar, mengeluarkan
mukosa terutama sel mast di beberapa mukus dan perut kembung1,5.
bagian duodenum dan kolon14.
Tabel 1. Kriteria Manning
Gejala yang sering didapat :

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |78


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

 Feces cair pada saat nyeri Kelainan lain yang juga harus dipikirkan
 Frekuensi BAB bertambah pada saat adalah1:
nyeri
1. Inflammatory Bowel Disease
 Nyeri kurang setelah BAB
 Tampak abdomen distensi
2. Kanker kolorektal;
Gejala tambahan yang sering muncul : 3. Divertikulitis;
 Lendir saat BAB 4. Obstruksi mekanik pada usus halus
 Perasaan tidak lampias pada saat BAB atau kolon;
Tabel 1. Kriteria Manning1 5. Infeksi usus;
6. Iskemia usus;
Tabel 2. Kriteria Rome II 7. Maldigesti dan malabsorbsi;
 Sedikitnya 12 minggu atau lebih (tidak 8. Endometriosis pada pasien yang
harus berurutan) selama 12 bulan terakhir
dengan rasa nyeri atau tidak nyaman di
mengalami nyeri saat menstruasi
abdomen, disertai dengan adanya 2 dari 3
hal berikut : Tabel 3. Perbedaan IBS dan IBD1
 Nyeri hilang dengan defekasi IBS IBD
 Awal kejadian dihubungkan dengan Patologi IBS merupakan IBD adalah
perubahan frekuensi defekasi gangguan suatu kondisi
 Awal kejadian dihubungkan dengan adanya fungsional yang
perubahan feses tanpa disertai digambarkan
 Gejala lain : adanya sebagai suatu
o Ketidaknormalan frekuensi defekasi inflamasi atau inflamasi dan
o Kelainan bentuk feses ulseratif pada ulserasi pada
o Ketidaknormalan proses defekasi saluran cerna saluran cerna
(harus dengan mengejan , Gejala Pasien dengan Pasien dengan
inkontinensia defekasi, atau rasa IBS dapat IBD biasanya
defekasi tidak tuntas) disertai lendir menderita
 Adanya mukus/lendir pada fesesnya diare yang
 Kembung tapi tidak ada disertai darah
Tabel 2. Kriteria Rome II1 darah
Pasien IBS lebih Pasien
banyak biasanya lebih
Pemeriksaan Penunjang menderita banyak
Pemeriksaan penunjang untuk konstipasi atau menderita
IBS meliputi pemeriksaan darah konstipasi yang diare
lengkap, LED,biokimia darah dan diselingi dengan dibandingkan
diare dengan
pemeriksaan mikrobiologi dengan konstipasi
pemeriksan telur, kista dan parasit Pemeriksaan Tes feses, X-ray Tampak
pada kotoran15. dan endoskopi kelainan pada
Pemeriksaan lanjutan yang tidak X-ray dan
dilakukan untuk menyingkirkan menunjukan endoskopi
kelainan
diagnosis diferensial, yaitu15: Prognosis IBS tidak IBD adalah
1. Pemeriksaan darah lengkap; berbahaya dan penyakit
2. Pemeriksaan biokimia darah; tidak serius dengan
3. Pemeriksaan hormon tiroid; menimbulkan efek samping
4. Sigmoidoskopi; komplikasi yang besar
kanker dan dapat
5. Kolonoskopi. berkembang
menjadi
Diagnosa Banding kanker

Pada IBS diare sering didiagnosis


banding dengan defisiensi laktase.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |79


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

Penatalaksanaan 3. Farmakoterapi
Obat-obatan yang diberikan untuk
Penatalaksanaan IBS meliputi IBS terutama untuk menghilangkan
modifikasi diet, intervensi psikologi, gejala yang timbul antara lain untuk
dan terapi farmakologi. Ketiga bentuk mengatasi nyeri abdomen, mengatasi
pengobatan ini harus berjalan konstipasi, mengatasi diare dan
bersamaan. Dalam memberikan obat- antiansietas. Obat-obatan ini biasanya
obatan mempunyai efek samping dan diberikan secara kombinasi.
yang juga akan memperburuk kondisi Untuk mengatasi nyeri abdomen
psikis pasien.Target terapi IBS adalah sering digunakan antispasmodik yang
mengurangi gejala sehingga memiliki efek kolinergik dan lebih
meningkatkan kualitas hidup pasien16. bermanfaat pada nyeri perut setelah
1. Diet makan. Obat-obat yang sudah beredar
Modifikasi diet terutama di Indonesia antara lain mebeverine
meningkatkan konsumsi serat pada IBS 3x135 mg, hyocine butylbromide 3x10
predominan konstipasi. Sebaliknya mg, chlordiazepoksid 5 mg, klidinium
pada pasien IBS dengan predominan 2,5 mg 3x1 tablet dan alverine 3x30
diare konsumsi serat dikurangi. Pada mg.Untuk IBS konstipasi, tegaserod
IBS tipe konstipasi peningkatan suatu 5-HT4 reseptor antagonis bekerja
konsumsi serat juga disertai konsumsi meningkatkan akselerasi usus halus dan
air yang meningkat disertai aktivitas meningkatkan sekresi cairan usus.
olah raga rutin. Selanjutnya Tegaserod biasanya diberikan dengan
menghindari makanan dan minuman dosis 2 x 6 mg selama 10-12
yang dicurigai sebagai pencetus, jika minggu.Untuk IBS tipe diare beberapa
menghilang setelah menghindari obat juga dapat diberikan antara lain
makanan tersebut coba lagi setelah 3 loperamid dengan dosis 2-16 mg per
bulan secara bertahap1. hari1.
Oligosakarida yang difermentasi, Antibiotik jangka pendek
disakarida, monosakarida dan poliol direkomendasikan untuk mengatasi
(FODMAPs) diduga menyebabkan efek kembung pada IBS. Penggunaan
osmotik yang memicu distensi lumen17. antibiotic non absorbent seperti
rifaksimin, mengatasi sensasi tidak
2. Psikoterapi nyaman abdomen, namun
Terapi psikologis bertujuan untuk penggunaannya dapat menyebabkan
mengurangi kecemasan dan gejala relaps yang tinggi19.
psikologis lainnya serta gejala Beberapa obat yang pernah
gastrointestinal. Intervensi psikologis diteliti seperti naloxone (antagonis
ini meliputi edukasi (penerangan reseptor mu), fedotozine (kappa opioid
tentang perjalanan penyakitnya), antagonis), clonidine (alpha-2 agonist),
relaksasi, hypnotherapy, terapi neomycin, colpermin (peppermint oil),
psikodinamik atau interpersonal dan chinese herbal medicine, lactobacillus
cognitive behavioural therapy serta plantarum dan
obat-obat psikofarmaka1. 20
beidelliticmontmorillonite .
Terapi fisik seperti masa sedan Tinjauan sistematik dan
akupuntur pada beberapa penelitian metaanalisisefikasi TCA (tricyclic
dapat mengurangi gejala dan tanda antidepressant) dan SSRI (selective
emosional18. serotonin reuptake inhibitor) pada

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |80


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

terapi IBS hasilnya efektif mengatasi yang ditandai dengan nyeri perut,
gejala IBS21. rasa tidak nyaman diperut dan
Pemberian probiotik juga perubahan pola buang air besar
merupakan salah satu terapi pada IBS, (BAB). Sebagai gejala tambahan
namun mekanisme belum sepenuhnya pada nyeri perut, diare atau
diketahui. Salah satu hipotesis konstipasi, gejala khas lain meliputi
menyatakan kerapatan epitel intestinal perut kembung, adanya gas dalam
mencegah bakteri masuk kecelah perut, stool urgensi atau strining
intersel dan melakukan invasi, produksi dan perasaan evakuasi kotoran
substansi antimikroba dapat mencegah tidak lengkap.
invasi, perubahan mikroflora intestinal 2. Penyebab IBS tidak diketahui
dapat berdampak pada fungsi motorik secara pasti, diduga berhubungan
dan sekretorik intestinal dan menjadi dengan gangguan motilitas,
signal epitel intestinal yang berfungsi hipersensitivitas viseral, pasca
memodulasi imunitas luminal dan infeksi usus, stress psikologis, dan
respon inflamasi22. faktor genetik. Patofisiologi
terjadinya IBS merupakan
Pencegahan kombinasi dari beberapa faktor
Untuk mencegah IBS antara lain: penyebab tersebut.
1. Hindari stress. 3. Irritable bowel syndrome dibagi
2. Konsumsi makanan yang banyak dalam beberapa subgrup sesuai
mengandung serat. dengan keluhan dominan, yaitu IBS
3. Hindari makanan pemicu (makanan Predominan nyeri, diare,
pedas). konstipasi, dan disfungsi usus.
4. Kurangi intake lemak. 4. Tidak ada tes diagnosis yang
5. Kurangi intake short chain khusus untuk IBS, diagnosis
carbohidrat. ditegakkan secara klinis.
6. Kurangi konsumsi alkohol, kafein, Pendekatan klinis untuk
dan pemanis buatan. mendiagnosis IBS berdasarkan
7. Menjaga kebersihan makanan. kriteria diagnosis untuk IBS
diantaranya kriteria Manning,
Prognosis Rome I, Rome II, dan Rome III serta
menyingkirkan penyakit organik.
Penyakit IBS tidak akan 5. Penatalaksanaan untuk IBS terdiri
meningkatkan mortalitas, gejala-gejala dari modifikasi diet, intervensi
pasien IBS biasanya akan membaik dan psikologi, dan terapi farmakologi.
hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus Modifikasi diet disesuaikan dengan
dan hanya <5% yang akan memburuk keluhan dominan pada penderita.
dan sisanya dengan gejala yang Intervensi psikologi betujuan untuk
menetap. Tidak ada perkembangan mengurangi gejala psikologi dan
menjadi keganasan dan penyakit gastrointestinaldengan memberi-
imflamasi1. kan edukasi kepada penderita IBS.
Terapi farmakologi sesuai dengan
SIMPULAN gejala yang dikeluhkan oleh
1. Irritable bowel syndrome (IBS) penderita.
merupakan kelainan fungsional
saluran cerna yang sering terjadi

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |81


Nur Safira|Irritable Bowel Syndrome

DAFTAR PUSTAKA 13. Chadwick VS, Chen W, Shu D, Paulus B,


1. Manan, Chudahma & Ari Fahrial Syam. Bethwaite P, Tie A, et al. Activation of the
Irritable Bowel Syndrome (IBS). Buku Ajar mucosal immune system in irritable bowel
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai syndrome. Gastroenterolgy
Penerbit FK UI. 2008. 2002;122:1778-83.
2. Grundmann, oliver & Saunjoo L Yoon. 14. Spiller RC. Role of infection in irritable
Irritable bowel syndrome: Epidemiology, bowel syndrome. J gastroenterol.
diagnosis and treatment: An update for 2007;42:41-7.
health-care practitioners. Journal of 15. Gunn MC, Cavin AA, Mansfield JC.
Gastroenterology and Hepatology, Management of irritable bowel syndrome.
2010;25(4):691-699. Postgrad Med J. 2003;79(929):154-8.
3. Gwee, K.A., Bak, YB, Ghoshal, U.C., 16. Vahedi H, Ansari R, Mir-Nasseri MM, E
Gonlachanvit, S., Lee, O.Y., Fock, Jafari. Irritable Bowel Syndrome: A Review
K.M.Asian consensus on irritable bowel Article. Middle East Journal of Digestive
syndrome. Journal of Gastroenterology Disease. 2010:61-74.
and Hepatology.2010;25(7):1189-205. 17. Gibson PR, Shepherd SJ. Evidence-based
4. Andresen V, Baumgart DC. Role of dietary management of functional
probiotics in the treatment of irritable gastrointestinal symptoms: The FODMAP
Bowel syndrome: potential mechanisms approach. J Gastroenterol. 2010;25:252-
and current clinical evidence. 258.
International Journal of Probiotics and 18. Schneider A, Enck P, Streitberger K,
Prebiotics. 2006;1:11-8. Weiland C, Bagheri S, Witte S, et al.
5. National Institutes of Health. Irritable Acupuncture treatment in irritable bowel
bowel syndrome: global perspective. 2009. syndrome. Gut. 2006;55:649-54.
National Digestive Diseases Information 19. Sharara Al, Aoun E, Abdul-Baki H,
Clearinghouse. Irritable bowel syndrome. Mounzer R, Sidani S, Elhaji I. A randomized
2007. double-blind placebo-controlled trial of
6. Longstreth GF, Thompson WG., Chey WD., rifazimin in patients with abdominal
Houghton, LA., Mearin, F., Spiller, RC. bloating and fl atulence. Am J
Functional bowel disorders. Gastroenterol. 2006;101:326-33.
Gastroenterology. 2006;130(5):1480-91. 20. Tack J, Fried M, Houghton LA, Spicak J,
7. Makharia GK, Verma AK, Amarchand R, Fisher G. Systematic review: the efficacy
Goswami A, Singh P, Agnihotri A, Suhail F, of treatments for irritable bowel
Krishnan A. Prevalence of irritable bowel syndrome - aEuropean perspective.
syndrome: a community based study from Aliment Pharmacol Ther. 2006;24:183-
northern India. J. Neurogastroenterol. 205.
2011; 17(1): 82-7. 21. Ford AC, Talley NJmSchoenfeld PS, Quigley
8. Viera, A.J., Hoag, S. and Shaughnessy, J. EM, Moayyedi P. Efficacy of
Multicomponent model of irretable bowel antidepressants and psychological
syndrome. Am Fam Physician. therapies in irritable bowel syndrome:
2002;66(10):1867-1875. systematic review and meta-analysis. Gut.
9. Saito, Y.A. The role of genetics in IBS. 2009;58:367-78.
Gastroenterol Clin North Am. 22. Brenner DM, Moeller MJ, Chey WD,
2011;40(1):45-67. Schoenfeld PS. The utility of probiotics in
10. Mulak, A., Tache, Y., and Larauche, M. Sex the treatment of irritable bowel
hormones in the modulation of IBS. World syndrome: a systematic review. Am. J.
J Gastroenterol. 2014;20(10);2433-2448. Gastroenterol. 2009;104:1033-49.
11. Horwitz, B.J and Fisher, R.S.
Massachusetts Medical Society. Irritable
Bowel Sindrome.The New England Journal
of Medicine. 2001;344:1846-1850.
12. Barbara, R. De Giorgio, V. Stanghellini, C.
Cremon, B. Salvioli and R. Corinaldesi.
New pathophysiological mechanisms in
irritable bowel syndrome. Aliment
Pharmacol Ther.2004;20(2):1-9.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |82

You might also like