Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gangguan refraksi saat ini merupakan salah satu penyebab umum dari
kebutaan yang dapat dicegah. Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2006-2010,
ada sekitar 123 juta orang dengan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (WHO 2012). Terlebih lagi, gangguan
refraksi merupakan penyebab utama dari gangguan penglihatan pada anak usia
sekolah di seluruh dunia dan masih banyak yang belum terkoreksi (Rustagi et al.
2012).
Gangguan refraksi sebenarnya dapat dikoreksi dan dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Pemakaian kacamata merupakan metode yang paling murah,
mudah, aman, dan paling sering digunakan. Namun, berdasarkan studi pada anak
usia sekolah di China, hanya sekitar sepertiga murid yang dianjurkan untuk
menggunakan kacamata yang membelinya dan hanya seperempat dari mereka
yang menggunakan kacamata secara teratur (Li et al. 2008).
Ada beragam alasan mengapa penderita gangguan refraksi tidak mau
menggunakan kacamata atau menggunakannya secara tidak teratur, Sebuah studi
pada anak usia sekolah di Delhi, India, menunjukkan bahwa ketidaktaatan
pemakaian kacamata terutama disebabkan karena adanya berbagai mitos dan
persepsi yang salah mengenai kacamata yang berkembang di masyarakat, antara
lain: pemakaian kacamata dapat berdampak buruk pada penglihatan, sulit
mendapat pasangan, takut diejek oleh teman sekolah, dan khawatir merusak
penampilan. Hal ini merupakan dampak dari buruknya pengetahuan masyarakat
serta rendahnya kesadaran mengenai pemakaian kacamata (Rustagi et al. 2012).
Berdasarkan fakta di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah
ada hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai pemakaian kacamata pada
anak usia sekolah terhadap ketaatan pemakaian kacamata. Penelitian ini
menggunakan kuesioner untuk mengetes tingkat pengetahuan dan sikap mengenai
pemakaian kacamata dan ketaatan pemakaian kacamata pada sampel.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan dan sikap
dengan ketaatan pemakaian kacamata dari siswa SMPN 18 Surabaya.
Tujuan khusus
1. Mengukur tingkat pengetahuan dan sikap dari siswa SMPN 18 Surabaya
seputar pemakaian kacamata.
2. Mengetahui gambaran siswa SMPN 18 Surabaya yang didiagnosa
memerlukan kacamata dan mengetahui ketaatan pemakaian kacamatanya.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah analitik observasional untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan ketaatan pemakaian kacamata
pada siswa SMPN 18 Surabaya. Jenis pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional, di mana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan
dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2010b).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei di mana tidak
dilakukan intervensi atau perlakuan terhadap variabel, melainkan mengamati
fenomena alam atau sosial yang terjadi, atau mencari hubungan suatu fenomena
dengan variabel yang lain (Notoatmodjo 2010b).
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pelajar kelas VII dan VIII yang
bersekolah di SMP Negeri 18 Surabaya.
Kriteria Inklusi:
Syarat responden yang diambil dalam penelitian ini adalah:
a. Pelajar SMPN 18 Surabaya kelas VII dan VIII baik laki-laki maupun
perempuan
b. Pernah didiagnosa memerlukan kacamata dengan berbagai penyebab oleh
dokter spesialis mata atau refraksionis.
c. Bersedia mengikuti penelitian dan mengisi informed consent.
Kriteria Eksklusi:
Responden yang tidak diambil dalam penelitian ini adalah:
a. Tidak pernah didiagnosa memerlukan kacamata atau didiagnosa memerlukan
kacamata selain oleh dokter spesialis mata atau refraksionis.
b. Tidak bersedia mengikuti penelitian atau tidak mengisi informed consent
dengan berbagai alasan.
Besar Sampel
Pengambilan jumlah sampel yang minimal pada penelitian ini diambil
berdasarkan rumus di bawah ini:
2
{z1−α/2 √Po(1 − Po) + z1−β √Pa(1 − Pa)}
n=
(Pa − Po)2
n = 78
Keterangan:
n = Besar sampel
z1-α/2 = Nilai z pada derajat kemaknaan (α = 0,05)
Po = Proporsi kejadian pada populasi penduduk indonesia dengan
gangguan refraksi yaitu sebesar 0,221 atau 22,1% (didapat
dari keputusan Menkes RI 2005)
Z1-β = Nilai z pada kekuatan uji power (β = 0,8)
Pa = Proporsi kejadian pada populasi anak usia sekolah dengan
gangguan refraksi di Indonesia yaitu sebesar 0,1 atau 10%
(didapat dari keputusan Menkes RI 2005)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat dihitung besar
sampelnya, yaitu sebesar 78 anak.
Tabel 5. Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan ketaatan pemakaian kacamata.
Ketaatan pemakaian kacamata
Jenis kelamin Jumlah
Kurang Sedang Baik
Laki-laki 15 (39,5%) 16 (42,1%) 7 (18,4%) 38 (100%)
Perempuan 11 (27,5%) 11 (27,5%) 18 (45,0%) 40 (100%)
Jumlah 26 (33,3%) 27 (34,6%) 25 (32,1%) 78 (100%)
Tabel 6. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan mengenai pemakaian kacamata dengan
ketaatan pemakaian kacamata.
Tingkat Ketaatan pemakaian kacamata
Jumlah
pengetahuan Kurang Sedang Baik
Kurang 13 (29,5%) 16 (36,4%) 15 (34,1%) 44 (100%)
Sedang 11 (37,9%) 11 (37,9%) 7 (24,1%) 29 (100%)
Baik 2 (40%) 0 (0,0%) 3 (60%) 5 (100%)
Jumlah 26 (33,3%) 27 (34,6%) 25 (32,1%) 78 (100%)
Tabel 7. Tabulasi silang antara sikap terhadap pemakaian kacamata dengan ketaatan pemakaian
kacamata.
Ketaatan pemakaian kacamata
Sikap Jumlah
Kurang Sedang Baik
Kurang 10 (90,9%) 1 (9,1%) 0 (0,0%) 11 (100%)
Sedang 15 (31,2%) 21 (43,8%) 12 (25,0%) 48 (100%)
Baik 1 (5,3%) 5 (26,3%) 13 (68,4%) 19 (100%)
Jumlah 26 (33,3%) 27 (34,6%) 25 (32,1%) 78 (100%)
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok yang sikap
terhadap pemakaian kacamatanya kurang, hampir semuanya yaitu sebanyak 10
responden (90,9%) ketaatan pemakaian kacamatanya kurang. Pada kelompok
yang sikapnya sedang, paling banyak adalah yang ketaatan pemakaian
kacamatanya sedang yaitu sebanyak 21 responden (43,8%). Pada kelompok yang
sikapnya baik, sebagian besar ketaatan pemakaian kacamatanya baik yaitu
sebanyak 13 responden (68,4%). Dari hasil ini terlihat ada hubungan positif antara
sikap terhadap pemakaian kacamata dengan ketaatan pemakaian kacamata.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan
hasil p = 0,000, di mana p < α, yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap terhadap pemakaian kacamata dengan ketaatan pemakaian
kacamata dengan kuat hubungan sebesar 0,570 atau kuat hubungan tergolong
sedang.
PEMBAHASAN
Pengetahuan Responden Mengenai Pemakaian Kacamata
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa lebih dari setengah dari
total 78 responden yaitu sebanyak 44 responden (56,4%), memiliki pengetahuan
yang kurang mengenai pemakaian kacamata. Selain itu, hanya 5 responden saja
(6,4%) yang memiliki pengetahuan baik.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk
membentuk suatu tindakan, dalam hal ini adalah pemakaian kacamata. Sebagai
contoh, seorang ibu membawa anaknya untuk imunisasi, karena ibu tersebut tahu
bahwa imunisasi akan mencegah anaknya terjangkiti penyakit berbahaya. Tanpa
adanya pengetahuan ini, ibu tersebut tidak akan membawa anaknya diimunisasi.
Dari ilustrasi contoh tersebut, dapat kita lihat bahwa pengetahuan berperan sangat
penting dalam membentuk tindakan (Notoatmodjo 2005).
Hasil penelitian mengenai pengetahuan ini berbanding terbalik dengan
penelitian sejenis yang dilakukan oleh Sasraningrat pada tahun 2011, di mana
pada penelitian tersebut yang paling banyak adalah responden dengan
pengetahuan baik. Meskipun begitu, fakta bahwa sebagian besar masyarakat
kurang begitu memahami pemakaian kacamata, didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Chawla dan Rovers (2010), dan Rustagi, Uppal, dan Taneja (2012)
yang dilakukan di India. Mereka menyebutkan bahwa sebagian besar responden
belum begitu paham tentang pemakaian kacamata, dan dibutuhkan edukasi yang
baik untuk meningkatkan pemakaian kacamata pada masyarakat.
Keterbatasan Penelitian
Seperti yang sudah dibahas, pengetahuan ternyata tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan ketaatan pemakaian kacamata, meskipun secara
teori seharusnya ada hubungan. Sebenarnya masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi ketaatan pemakaian kacamata, misalnya gangguan refraksi yang
sudah parah, faktor kenyamanan kacamata, dan kemungkinan masih banyak lagi
faktor yang tidak mampu dianalisis. Kemungkinan faktor lain inilah yang
menyebabkan tidak signifikannya hubungan antara pengetahuan dengan ketaatan
pemakaian kacamata.
Selain dikarenakan tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi
ketaatan pemakaian kacamata, keterbatasan penelitian ini juga terletak pada
kuesionernya. Peneliti sudah melakukan uji validitas dan reliabilitas supaya
kuesioner penelitian ini dapat mengukur dengan tepat pengetahuan dan sikap dari
responden. Namun, dikarenakan populasi yang digunakan untuk uji validitas dan
reliabilitas berbeda, menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian hasil, terutama
kuesioner pengetahuan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk menentukan siapa yang
termasuk dalam kriteria inklusi yaitu pernah didiagnosa memerlukan kacamata,
dikarenakan peneliti masih belum memiliki kompetensi untuk menilai tajam
penglihatan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan penelitian memilih sampel
dengan lebih baik dan disertai dengan tes tajam penglihatan. Selain menghindari
bias dalam penelitian, diharapkan dengan dilakukannya tes tajam penglihatan
dapat memudahkan mencari sampel dengan gangguan refraksi karena berdasarkan
fakta dari WHO, masih banyak gangguan refraksi yang tidak terdeteksi.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan mengenai pemakaian
kacamata yang kurang, yaitu sebanyak 44 responden (56,4%).
2. Sebagian besar responden memiliki sikap terhadap pemakaian kacamata yang
sedang, yaitu sebanyak 48 responden (61,5%).
3. Hanya 25 responden (32,1%) yang memiliki ketaatan pemakaian kacamata
baik atau menggunakan kacamata secara teratur.
4. Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan ketaatan
pemakaian kacamata dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042 dan kuat
hubungan sebesar 0,274 atau kuat hubungannya rendah.
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai
pemakaian kacamata dengan ketaatan pemakaian kacamata dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,595.
6. Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemakaian kacamata
dengan ketaatan pemakaian kacamata dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 dan kuat hubungan sebesar 0,570 atau kuat hubungannya sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Ayanniyi, AA, Adepoju, FG, Ayanniyi, RO, & Morgan, RE 2010, 'Challenges,
attitudes and practices of the spectacle wearers in a resource-limited
economy', Middle East African journal of ophthalmology, volume 17,
number 1.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) 2012, Panduan
penyusunan proposal, protokol dan laporan akhir penelitian, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Chawla, K, & Rovers, J 2010, 'Survey of patient opinions on eyeglasses and eye
care in rural and slum populations in Chennai', The internet journal of
epidemiology, volume 8, number 2.
Congdon, N, Zheng, M, Sharma, A, Choi, K, Song, Y, Zhang, M, et al. 2008,
'Prevalence and determinants of spectacle non wear among rural Chinese
secondary school children'. Arch ophthalmology, 126 (12) , pp. 1717-1723.
Conlons opticians, Glasses myths n.d., viewed 20 February 2013,
<http://www.conlons.co.uk/myths-and-misconceptions-opticians>.
Deeks, A, Lombard, C, Michelmore, J, & Teede, H 2009, 'The effects of gender
and age on health related behaviors'. BMC public health, 9:213.
Fox, SI 2003, Human physiology, 8th edition, Mc Graw-Hill, New York.
Ganong, WF 2005, Review of medical physiology, 22nd edition, Mc Graw-Hill,
New York.
Guyton, AC, & Hall, JE 2006, Textbook of medical physiology, 11th edition,
Elsevier Saunders, Philadelphia.
Junqueira, LC, & Carneiro, J 2007, Basic histology: text and atlas, 11th edition,
Mc Graw-Hill, New York.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1473/Menkes/SK/X/2005 tentang rencana strategi nasional
penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai
vision 2020.
Khaw, PT, Shah, P, & Elkington, AR 2004, ABC of eyes, 4th edition, BMJ
Publishing Group, London.
Khurana, AK 2007, Comprehensive ophthalmology, 4th edition, New Age
International, New Delhi.
Li, L, Song, Y, Liu, X, Bei, L, Choi, K, Lam, DS, et al. 2008, 'Spectacle
acceptance among secondary school students in rural China: the Xichang
pediatric refractive error study (X-PRES)-report 5', Investigative
ophthalmology & visual science, volume 49, number 7.
Moore, KL, & Dalley, AF 2006, Clinically oriented anatomy, 5th edition,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Notoatmodjo, S 2010a, Ilmu perilaku kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S 2010b, Metodologi penelitian kesehatan, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2005, Promosi kesehatan: teori dan aplikasinya, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Orkney optical library, Optical myth buster n.d., viewed 20 February 2013,
<http://www.glasses4less.net/acatalog/Myth_Buster.html>.
Riordan-Eva, P, & Whitcher, JP 2007, Vaughan & Asbury's general
ophthalmology, 17th edition, Mc Graw-Hill, New York.
Rustagi, N, Uppal, Y, & Taneja, DK 2012, 'Screening for visual impairment:
outcome among schoolchildren in a rural area of Delhi', Indian journal of
ophthalmology, volume 16, issue 3 , pp. 203-206.
Saladin, K 2003, Saladin: anatomy and physiology: the unity of form and
function, 3rd edition, Mc Graw-Hill, New York.
Saleh, TT, & Suryani, PT 2006, 'Refraksi dan lensa kontak'. Dalam Pedoman
diagnosis dan terapi bag/smf ilmu penyakit mata edisi III Rumah Sakit
Umum Dokter Sutomo, Surabaya, hal. 172-184.
Sasraningrat, MI 2011, Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa SD Islam
Ruhama Cireundeu kelas 5 dan 6 terhadap miopia dan faktor yang
mempengaruhinya 2011, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Schlote, T, Grueb, M, Mielke, J, & Rohrbach, JM 2006, Pocket atlas of
ophthalmology, Georg Thieme Verlag, Stuttgart.
Snell, RS 2008, Clinical anatomy by regions, 8th edition, Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia.
Standring, S 2005, Gray's anatomy: the anatomical basis of clinical practice, 39th
edition, Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia.
Stanfield, CL 2011, Principle of human physiology, 4th edition, Pearson
Education Inc.
Sunyoto, D 2012, Uji validitas dan reliabilitas: asumsi klasik untuk kesehatan,
Nuha Medika, Yogyakarta.
Vogl, W, Mitchell, A, & Drake, RL 2004, Gray's anatomy for students, Churchill
Livingstone, London.
World Health Organization (WHO) 2012, Global data on visual impairments
2010, viewed 22 December 2012
<http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf>.
World Health Organization (WHO), Why gender and health n.d., viewed 24 June
2013, <http://www.who.int/gender/genderandhealth/>
Widmaier, EP, Raff, H, & Strang, KT 2003, Vander, Sherman, & Luciano's
human physiology: the mechanisms of body function, 9th edition, Mc
Graw-Hill, New York.
Young, B, Lowe, JS, Stevens, A, & Heath, JW, 2007, Wheater's functional
histology: a text and colour atlas, 5th edition, Churchill Livingstone,
Philadelphia.