You are on page 1of 14

Pramiyana et al.

/ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing,


Reinforcing, and Enabling Factors Affecting the Selection
of Birth Attendant in Bondowoso District
Ira Martin Pramiyana1), Uki Retno Budi Hastuti2), Bhisma Murti1)
1)Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta
2) Department of Obstetrics and Gynecology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta

ABSTRACT

Background: Skilled birth attendant is one of the determinants of maternal and infant mortality.
One of the primary causes of maternal mortality in Bondowoso District was the reliance on the
traditional birth attendant (TBA). In 2016, the number of birth delivery attended by TBA reached
510 out of 10,326 deliveries. This study aimed to determine the predisposing, reinforcing, and
enabling factors affecting the selection of birth attendant in Bondowoso.
Subjects and Method: This was an analytic observational study using case control design. The
study was conducted at 5 community health centers in Bondowoso District, East Java, from April
to May 2017. A sample of 160 delivering mothers, consisting of 110 mothers assisted by skilled
birth attendants and 50 mothers assisted by traditional birth attendants, were selected for this
study by fixed disease sampling. The dependent variable was the selection of birth attendant
(skilled birth attendant vs. TBA). The independent variables were age, education, working status,
ANC visit, tradition, and family support. The data were collected by a set of questionnaire. Path
analysis was employed to analyze data.
Results: Age 20-34 years (b= -2.10; 95% CI=-3.96 to -0.25; p= 0.026), working outside the house
(b= 2.23; 95% CI=0.84 to 3.61; p= 0.002), ANC visit (b= 2.71; 95% CI=0.80 to 4.62; p= 0.005),
good tradition (b= 4.05; 95% CI=2.38 to 5.72; p<0.001) increased the likelihood of selecting skill
birth attendant. Age 20-34 years (b= 2.54; 95% CI=1.24 to 3.84; p<0.001) and maternal education
≥high school (b=3.69; 95% CI=2.47 to 4.92; p<0.001) increased ANC visit. Maternal education ≥
high school (b=0.74; 95% CI=-0.02 to 1.51; p= 0.059) increased age. Maternal education ≥ high
school (b=1.39; 95% CI=0.63 to 2.14; p<0.001) increased the likelihood of mother working outside
the house. Family support (b=2.02; 95% CI=1.21 to 2.82; p<0.001) increased the likelihood of good
tradition.
Conclusion: Age 20-34 years, working outside the house, ANC visit, good tradition, directly
increase the likelihood of selecting skill birth attendant.

Keywords: selection of birth attendant, predisposing, enabling, reinforcing factors

Correspondence:
Ira Martin Pramiyana. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta.
Email: iramartinpramiyana87@gmail.com. Mobile: +6282337742697.

LATAR BELAKANG hatan RI, 2015). Kabupaten Bondowoso


Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), menjadi kabupaten dengan AKI tertinggi di
salah satu indikator dari derajat kesehatan Provinsi Jawa Timur, dimana AKI mening-
masyarakat adalah Angka Kematian Ibu kat dari tahun 2014 yaitu dari 17 orang
(AKI). Makin tinggi AKI menunjukkan menjadi 19 orang pada tahun 2015. Hal ter-
bahwa derajat kesehatan dapat dikategori- sebut juga mengalami peningkatan di tahun
kan buruk dan belum berhasil dalam me- 2016 dengan AKI 20 orang di Kabupaten
ningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bondowoso. Salah satu yang menjadi pe-
yang setinggi-tingginya (Kementrian Kese- nyebab masih tingginya AKI di Kabupaten

e-ISSN: 2549-1172 (online) 159


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

Bondowoso yaitu masih adanya pertolong- masih tingginya AKI di Kabupaten Bondo-
an persalinan oleh dukun yang dilakukan woso yaitu masih adanya pertolongan per-
secara tradisional. Tahun 2015 persalinan salinan oleh dukun yang dilakukan secara
dukun mencapai 767 dari 10.219 persalinan tradisional. Pada tahun 2014 persalinan
dan mengalami penurunan pada tahun dukun mencapai 784 dari 8.884 persalinan
2016 yaitu 510 persalinan dukun dari dan mengalami penurunan pada tahun
10,326 persalinan, namun angka tersebut 2015 yaitu 767 persalinan dukun dari 8.069
masih tergolong tinggi dan menjadi pe- persalinan, namun angka tersebut masih
nyumbang dalam kasus AKI (Dinas Kese- tergolong tinggi dan menjadi penyumbang
hatan Bondowoso, 2017). Berdasarkan data dalam kasus AKI (Dinas Kesehatan Bondo-
SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) woso, 2017). Oleh karena itu, pentingnya
mengalami kenaikan dari 228 menjadi 359 Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
per 100,000 kelahiran hidup, sehingga tahun 2015-2019 yaitu menetapkan persa-
target MDGs di 2015 belum tercapai yakni linan di fasilitas pelayanan kesehatan seba-
menurunkan rasio AKI menjadi 102 per gai salah satu indikator upaya kesehatan
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan saat ibu.
ini target SDGs di 2030 yang merupakan Menurut Green dan Kreuter (2005)
kelanjutan dari MDGs adalah mengurangi terdapat tiga faktor dalam penggunaan
Angka Kematian Ibu hingga di bawah 70 pelayanan kesehatan diantaranya faktor
per 100,000 kelahiran hidup. predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakin-
Salah satu faktor yang menyebabkan an, nilai-nilai, sosio ekonomi, umur, jenis
tingginya kematian ibu dan bayi adalah kelamin dan presepsi yang berhubungan
kemampuan dan keterampilan penolong dengan motivasi individu), faktor pemung-
persalinan. Cakupan tenaga penolong per- kin adalah kemampuan dan sumberdaya
salinan di Indonesia berdasarkan hasil yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu
SDKI tahun 2012 mencapai 83%, hal ini (biaya, jarak tempuh, ketersediaan trans-
mengalami peningkatan bila dibandingkan portasi, waktu pelayanan dan keterampilan
hasil SDKI 2007 dengan cakupan penolong petugas kesehatan) serta faktor penguat
persalinan yaitu 73%. Cakupan penolong yaitu faktor yang memperkuat terjadinya
persalinan tersebut masih dibawah Standar tindakan (tokoh masyarakat, keluarga).
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehat- Adapun penelitian tentang perilaku pemi-
an pada tahun 2015 yakni harus mencapai lihan pertolongan persalinan adalah hasil
85%. Kurangnya cakupan tersebut dikare- penelitian Gitimu et al., (2015) mengemu-
nakan masih adanya pertolongan persalin- kakan bahwa tingkat pendidikan ibu, ting-
an oleh dukun paraji yang melaksanakan kat pendidikan suami, kunjungan ANC dan
pertolongan persalinan secara tradisional jarak dengan fasilitas kesehatan terhadap
sehingga dapat membahayakan keselamat- pemilihan tenaga persalinan memiliki hu-
an ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, bungan yang signifikan terhadap pemilihan
2016). penolong persalinan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Timur menca-
Provinsi Jawa Timur (2012), Kota Bondo- nangkan Gerakan Bersama Amankan Keha-
woso masih berada pada kabupaten/ kota milan (GEBRAK), program ini dilakukan
di Jatim yang memiliki AKI di atas angka mulai tahun 2013 dengan melakukan pen-
provinsi yaitu 109.50 ibu/100,000 kelahirn dampingan pada ibu hamil risiko tinggi
hidup. Salah satu yang menjadi penyebab yang dilakukan selama 10 bulan, diikuti

160 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

dari masa kehamilan sampai dengan masa yaitu memastikan jumlah subjek penelitian
nifas yang melibatkan kader PKK dan yang cukup dalam kelompok berpenyakit
mahasiswa akademi kebidanan di Jawa (kasus) dan tidak berpenyakit (kontrol)
Timur. Program ini diharapkan mampu sehingga menguntungkan peneliti ketika
mendeteksi secara dini komplikasi pada ibu prevalensi penyakit yang diteliti rendah
hamil sehingga dapat segera dilakukan (Murti, 2013)
pencegahan dan penanganan secara dini Terdapat sembilan variabel dalam
oleh petugas kesehatan yang nantinya penelitian ini yang terdiri dari variabel
ketika bersalin mereka telah memutuskan dependen dan independen. Variabel depen-
untuk ditangani oleh tenaga kesehatan. den yaitu pemilihan penolong persalinan.
Sejauh ini Laporan Dinas Kesehatan Bon- Variabel independen yaitu usia, pendidik-
dowoso hanya sebatas jumlah kejadian per- an, pekerjaan, kunjungan ANC, tradisi,
salinan dukun, sementara faktor penyebab jarak ke pelayanan kesehatan, biaya persa-
persalinan dukun belum diungkap lebih linan dan dukungan suami/keluarga.
jauh, sehingga perlu diteliti faktor apa saja 3. Definisi Operasional
yang mempengaruhi pemilihan penolong Definisi operasional variabel usia adalah
persalinan di Kabupaten Bondowoso tahun usia ibu pada saat melahirkan anak yang
2016. terakhir; pendidikan adalah jenjang pendi-
dikan/ sekolah formal terakhir yang telah
SUBJEK DAN METODE ditamatkan oleh ibu dan ditandai dengan
1. Desain Penelitian kepemilikan ijazah; pekerjaan adalah
Metode penelitian pada penelitian ini kegiatan rutin yang dilakukan ibu baik
adalah studi analitik observasional, dengan didalam rumah maupun diluar rumah
pendekatan case control. Penelitian dilak- untuk memperoleh penghasilan; kunjungan
sanakan di 5 Wilayah Kerja Puskesmas ANC adalah frekuensi ibu saat memeriksa-
Kabupaten Bondowoso. Waktu pelaksana- kan kehamilannya di tenaga kesehatan,
an mulai bulan Maret – Mei 2017. sekurang-kurangnya 4x selama hamil (TM I
2. Populasi dan Sampel 1x, TM II 1x, TM III 2x); tradisi adalah
Populasi sasaran dalam penelitian ini suatu kebiasaan yang berkembang di
adalah semua ibu yang telah melakukan masyarakat dan berlaku secara turun-
pertolongan persalinan di wilayah kerja temurun melalui informasi baik tertulis
Puskesmas Pujer, Puskesmas Tlogosari, maupun lisan, dan tradisi menjadi bagian
Puskesmas Pakem, Puskesmas Botolinggo, dari budaya; jarak ke pelayanan kesehatan
dan Puskesmas Cermee Kabupaten Bondo- adalah jarak yang harus ditempuh ibu
woso pada tahun 2016. Populasi target untuk mendapatkan pelayanan pertolongan
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang persalinan; biaya persalinan adalah sejum-
telah melakukan pertolongan persalinan lah uang yang dikeluarkan ibu untuk mem-
oleh dukun di wilayah kerja Puskesmas bayar pertolongan persalinan; dukungan
Pujer, Puskesmas Tlogosari, Puskesmas suami/keluarga adalah pernyataan ibu
Pakem, Puskesmas Botolinggo, dan Puskes- tentang ada tidaknya dukungan dari suami
mas Cermee Kabupaten Bondowoso pada atau keluarga pada saat hamil dan dalam
tahun 2016. Sampel dalam penelitian kuan- memilih penolong persalinan.
titatif sebesar 160 subjek. Teknik sampling Pemilihan penolong persalinan
yang akan digunakan dalam penelitian adalah keputusan yang diambil oleh ibu
kuantitatif yaitu fixed disease sampling tentang orang yang dipilih pada saat

e-ISSN: 2549-1172 (online) 161


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

melahirkan anak terakhir. Pengumpulan penolong persalinan dengan r hitung


data kuantitatif menggunakan kuesioner. ≥0.20, serta Cronbach's Alpha ≥ 0.70, se-
Analisis data kuantitatif menggunakan ana- hingga semua butir pertanyaan dinyatakan
lisis jalur dengan STATA 13. reliabel. Hasil uji reliabilitas kuesioner
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kore- dapat dilihat pada Tabel 1.
lasi item-total didapatkan bahwa pada Analisis data menggunakan analisis
pengukuran variabel usia, pendidikan, bivariat dengan SPSS versi 22. Analisis
pekerjaan, kunjungan ANC, tradisi, jarak ke multivariat menggunakan analisis jalur
pelayanan kesehatan, biaya persalinan, STATA.
dukungan suami/ keluarga dan pemilihan
4. Uji Reliabilitas
Tabel 1. Hasil uji reliabilitas
Variabel Item Total Correlation (r) Alpha Cronbach
Kunjungan ANC ≥0.50 0.74
Tradisi ≥0.51 0.94
Jarak ke pelayanan kesehatan ≥0.49 0.93
Biaya persalinan ≥0.53 0.86
Dukungan suami/keluarga ≥0.47 0.92
Pemilihan penolong persalinan ≥0.38 0.76

HASIL 70.6% dengan jarak <2 km pada kelompok


A. Analisis Univariat kontrol, besarnya biaya persalinan dengan
Hasil penelitian kepada kelompok kasus kategori tinggi pada kelompok kasus seba-
110 subjek ibu dengan pertolongan persa- nyak 81.7% dan pada kelompok kontrol
linan oleh dukun dan kelompok kontrol 50 54.9% dengan biaya persalinan rendah, dan
subjek ibu yang melakukan pertolongan dukungan suami/ keluarga sebanyak 80.7%
persalinan oleh bidan. dukungan rendah pada kelompok kasus
Tabel 2 menunjukkan bahwa usia 20– dan 76.5% dukungan tinggi pada kelompok
34 mendominasi sebanyak 65.1% pada ke- kontrol.
lompok kasus sedangkan pada kelompok B. Analisis Bivariat
kontrol 72.5%, pendidikan ibu dengan kate- Analisis secara bivariat menjelaskan penga-
gori rendah sebanyak 89.9% pada kelom- ruh satu variabel independen terhadap satu
pok kasus dan 76.5% pendidikan ibu tinggi variabel dependen menggunakan uji chi-
pada kelompok kontrol, pekerjaan ibu square, dengan taraf kepercayaan 95%.
dengan kategori bekerja di dalam rumah Tabel 3 menunjukkan bahwa pendi-
mendominasi pada kelompok kasus dan dikan ibu ≥SMA (OR=28.95; CI 95%=11.79
kontrol sebanyak 85.3% dan 52.9%, kun- hingga 71.10; p<0.001); pekerjaan ibu
jungan ANC tidak rutin sebanyak 80.7% (OR= 5.16; CI 95%= 2.40 hingga 11.09;
pada kelompok kasus dan 76.5% kunjungan p<0.001); kunjungan ANC ≥4 kali (OR=
ANC rutin pada kelompok kontrol. Adapun 13.61; CI 95%=6.10 hingga 30.40; p<
dukungan terhadap tradisi (tradisional) se- 0.001); dukungan terhadap tradisi rendah
banyak 95.4% pada kelompok kasus dan (OR=45.50; CI 95%= 15.53 hingga 133.28;
68.6% tidak mendukung terhadap tradisi p<0.001); jarak ke pelayanan kesehatan
(tidak tradisional) pada kelompok kontrol, dekat <2 km (OR=45.50; CI 95%= 15.53
akses ke pelayanan kesehatan dengan jarak hingga 133.28; p=0.001); biaya persalinan
≥2 km pada kelompok kasus 57.8% dan <Rp 600,000 (OR=5.41; CI 95%=2.59

162 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

hingga 11.29; p<0.001); dukungan suami/ signifikan. Hasil analisis bivariat menun-
keluarga tinggi (OR=13.61; CI 95%=6.10 jukkan tidak ada hubungan antara usia ibu
hingga 30.40; p<0.001) berpengaruh me- (OR=1.41; CI 95%= 0.68-2.93; p=0.351)
ningkatkan terhadap pemilihan penolong terhadap pemilihan penolong persalinan.
persalinan. Hasil tersebut secara statistik
Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian
Kasus Kontrol
Karakteristik
N (%) N (%)
Usia ibu (tahun)
< 20 atau ≥35 38 34.9 14 27.5
20 – 34 71 65.1 37 72.5
Pendidikan ibu
Rendah (<SMA) 98 89.9 12 23.5
Tinggi (≥SMA) 11 10.1 39 76.5
Pekerjaan ibu
Bekerja di dalam rumah 93 85.3 27 52.9
Bekerja di luar rumah 16 14.7 24 47.1
Kunjungan ANC
ANC tidak rutin (<4 kali) 88 80.7 12 23.5
ANC rutin (≥4 kali) 21 19.3 39 76.5
Tradisi
Tradisional 104 95.4 16 31.4
Tidak tradisional 5 4.6 35 68.6
Jarak ke pelayanan kesehatan
Jauh (≥2 km) 63 57.8 15 29.4
Dekat (<2 km) 46 42.2 36 70.6
Biaya persalinan
Rendah (< Rp 600,000) 20 18.3 28 54.9
Tinggi (≥Rp 600,000) 89 81.7 23 45.1
Dukungan suami/keluarga
Dukungan rendah 88 80.7 12 23.5
Dukungan tinggi 21 19.3 39 76.5

Tabel 3. Analisis bivariat variabel penelitian


CI (95%)
Variabel Independen OR p
Batas Bawah Batas Atas
Usia Ibu 1.41 0.68 2.93 0.351
Pendidikan Ibu 28.95 11.79 71.10 <0.001
Pekerjaan Ibu 5.16 2.40 11.09 <0.001
Kunjungan ANC 13.61 6.10 30.40 <0.001
Tradisi 45.50 15.53 133.28 <0.001
Jarak ke Pelayanan Kesehatan 3.28 1.61 6.70 0.001
Biaya Persalinan 5.41 2.59 11.29 <0.001
Dukungan Suami/Keluarga 13.61 6.10 30.40 <0.001

Tabel 4 menunjukkan Ibu hamil dengan -2.10; CI 95%= -3.96 hingga -0.25; p=
usia 20-34 tahun memiliki logodd untuk 0.026). Ibu yang bekerja di luar rumah
memilih bidan sebagai penolong persalinan memiliki logodd untuk memilih bidan
2.10 poin lebih rendah daripada ibu hamil sebagai penolong persalinan 2.23 poin
dengan usia <20 tahun atau ≥35 tahun (b= lebih tinggi daripada ibu yang bekerja di

e-ISSN: 2549-1172 (online) 163


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

dalam rumah (b= 2.23; CI 95%= 0.84 hingga 4.62; p= 0.005). Ibu yang tidak
hingga 3.61; p= 0.002). Ibu hamil yang mendukung tradisi (tidak tradisional)
rutin pemeriksaan ANC ≥4x memiliki memiliki logodd untuk memilih bidan se-
logodd untuk memilih bidan sebagai peno- bagai penolong persalinan 4.05 poin lebih
long persalinan 2.71 poin lebih tinggi dari- tinggi daripada ibu yang mendukung tradisi
pada ibu hamil yang tidak rutin melakukan (tradisional) (b= 4.05; CI 95%= 2.38 hingga
pemeriksaaan ANC (b= 2.71; CI 95%= 0.80 5.72; p<0.001).
Tabel 4. Hasil analisis jalur
CI (95%) p
Variabel Independen Koefisien
Variabel Dependen Batas Batas
Jalur (b)
Bawah Atas
Pengaruh Langsung
Penolong Persalinan  Usia 20-34 tahun -2.10 -3.96 -0.25 0.026
Bidan  Ibu bekerja di luar 2.23 0.84 3.61 0.002
rumah
 Rutin pemeriksaan 2.71 0.80 4.62 0.005
ANC ≥4 kali
 Tidak tradisional 4.05 2.38 5.72 <0.001
Pengaruh Tidak Langsung
Rutin pemeriksaan ANC  Usia 20-34 tahun 2.54 1.24 3.84 <0.001
≥4 kali
Rutin pemeriksaan ANC  Pendidikan ibu ≥SMA 3.69 2.47 4.92 <0.001
≥4 kali
Usia 20-34 tahun  Pendidikan ibu ≥SMA 0.74 -0.02 1.51 0.059
Ibu bekerja di luar  Pendidikan ibu ≥SMA 1.39 0.63 2.14 <0.001
rumah
Tidak mendukung  Dukungan 2.02 1.21 2.82 <0.001
tradisi (tidak tradisional) suami/keluarga tinggi

binomial
usia .52
logit
jarakyan
.75 -2.1

biaya .64
.64
binomial
pendidik 1.1
2.5 penolong
-3.5
1.4 logit

3.7 2.2
binomial 4.1
2.7
pekerjaa
-1.6 binomial
logit tradisi-2.1 dukungan
-.51 binomial 2
logit
anc -3.5
logit

Gambar 1. Model Struktural dengan Estimate


Pemeriksaan ANC yang rutin dipengaruhi ANC yang rutin 2.54 poin lebih tinggi dari-
oleh usia, pekerjaan dan pendidikan ibu. pada ibu dengan usia <20 tahun atau ≥35
Ibu hamil dengan usia 20-34 tahun memi- tahun (b= 2.54; CI 95%= 1.24 hingga 3.84;
liki logodd untuk melakukan pemeriksaan p<0.001). Ibu yang bekerja di luar rumah

164 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

memiliki logodd untuk melakukan peme- sampai dengan <35 tahun (WHO, 2016).
riksaan ANC yang rutin 0.51 poin lebih Kematian maternal pada wanita hamil dan
rendah daripada ibu yang bekerja di dalam persalinan dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih
rumah (b=-0.51; CI 95%=-1.65 hingga 0.63; tinggi dari kematian maternal pada usia
p=0.380). Ibu yang berpendidikan tinggi 20-30 tahun (Prawirohardjo, 1991 dalam
memiliki logodd untuk melakukan peme- Meylanie, 2010).
riksaan ANC yang rutin 3.69 poin lebih Hasil penelitian ini sejalan dengan
tinggi daripada ibu yang berpendidikan penelitian Bashar (2012) yang menyimpul-
rendah (b=3.69; CI 95%= 2.47 hingga 4.92; kan bahwa terdapat hubungan negatif
p<0.001). antara usia dengan pemilihan tenaga pe-
Pekerjaan dan usia ibu dipengaruhi nolong saat melahirkan. Penelitian ini juga
oleh pendidikan ibu. Ibu yang berpendidik- didukung oleh Masita et al., (2014) menye-
an tinggi memiliki logodd untuk memilih butkan bahwa hubungan usia ibu dengan
bekerja di luar rumah 1.39 poin lebih tinggi pemilihan penolong persalinan menunjuk-
daripada ibu yang berpendidikan rendah kan hubungan tidak bermakna.
(b=1.39; CI 95%=0.63 hingga 2.14; Semakin meningkatnya usia sese-
p<0.001). Ibu yang berpendidikan tinggi orang maka kedewasaan teknis dan psiko-
memiliki logodd untuk masuk pada kate- logisnya akan semakin meningkat pula.
gori 20-34 tahun 0.74 poin lebih tinggi Selain itu usia dapat menggambarkan
daripada ibu yang berpendidikan rendah pengalaman seorang ibu dalam melakukan
(b=0.74; CI 95%= -0.02 hingga 1.51; p= proses persalinan sebelumnya. Semakin
0.059). Ibu dengan dukungan suami/ dewasa usia ibu semakin mampu untuk
keluarga yang tinggi memiliki logodd untuk mengambil keputusan yang baik, termasuk
tidak mendukung tradisi (tidak tradisional) keputusan dalam memilih penolong persa-
2.02 poin lebih tinggi daripada ibu dengan linan. Namun dalam keadaan ini dapat pula
dukungan suami/keluarga yang rendah (b= dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
2.02; CI 95%= 1.21 hingga 2.82; p<0.001). pengetahuan serta dukungan dari keluarga.
Hasil penelitian ini mengindikasikan
PEMBAHASAN bahwa wanita yang berusia lebih tua cende-
1. Pengaruh usia terhadap pemilihan rung tidak menggunakan bantuan tenaga
penolong persalinan ahli (bidan) dalam proses persalinannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ter- Hal ini disebabkan bahwa dengan bertam-
dapat pengaruh antara usia ibu terhadap bahnya usia seorang wanita, maka lebih
pemilihan penolong persalinan dan secara banyak pengalaman yang diperolehnya
statistik signifikan (OR=1.41; b= -2.10; CI mengenai proses kehamilan dan persalin-
95%= -3.96 hingga -0.25; p= 0.026). Usia an, sehingga mempengaruhi mereka untuk
merupakan variabel individu yang pada tidak menggunakan tenaga medis (bidan),
dasarnya semakin bertambah usia dan melainkan lebih memilih tenaga non medis
kedewasaan maka akan semakin banyak (dukun) pada saat melahirkan.
menyerap informasi yang akan mempenga- 2. Pengaruh pekerjaan terhadap pe-
ruhi ibu dalam pemilihan tenaga penolong milihan penolong persalinan
persalinan. Usia ibu dianggap sangat ber- Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-
pengaruh terhadap proses reproduksi, usia dapat pengaruh langsung antara pekerjaan
yang dianggap optimal untuk proses keha- ibu terhadap pemilihan penolong persalin-
milan dan persalinan adalah 20 tahun an dan secara statistik signifikan. Hasil

e-ISSN: 2549-1172 (online) 165


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

penelitian ini sesuai dengan teori Green manfaatkan dukun dalam pertolongan per-
dan Kreuter (2005) bahwa suatu pekerjaan salinan, hal ini dikarenakan biaya atau tarif
berada pada faktor predisposisi dimana yang dikenakan oleh dukun cenderung jauh
dapat mempermudah atau sebagai predis- lebih murah dibandingkan dengan tarif
posisi timbulnya perilaku dalam diri indi- oleh bidan atau tenaga medis lain.
vidu maupun masyarakat. 3. Pengaruh pendidikan terhadap pe-
Pada penelitian ini dihasilkan (b= milihan penolong persalinan
2.23; CI 95%= 0.84 hingga 3.61; p= 0.002). Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti- dapat pengaruh antara pendidikan terha-
an Masita et al., (2014) yang menunjukkan dap pemilihan penolong persalinan meski-
bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu pun secara statistik tidak signifikan (b=
dengan pemilihan penolong persalinan (p= 1.10; CI 95%= -0.29 hingga 2.51; p= 0.122).
0.001). Penelitian ini juga sesuai dengan Pendidikan ibu berpengaruh pada cara ber-
penelitian Inyang (2015) menunjukkan ada fikir, tindakan serta proses pengambilan
pengaruh langsung dan signifikan antara keputusan dalam menggunakan pelayanan
pekerjaan ibu terhadap pemilihan penolong kesehatan. Hal ini juga didukung dengan
persalinan. pendapat bahwa semakin tinggi pendidikan
Ibu yang bekerja memiliki akses lebih ibu akan semakin baik pengetahuannya
baik terhadap informasi kesehatan.Hal ini tentang kesehatan, mereka cenderung lebih
dikarenakan ibu yang bekerja lebih banyak memperhatikan kesehatan diri dan keluar-
mendapatkan informasi atau penyuluhan ganya serta mampu mengambil keputusan
tentang penolong persalinan yang dapat dalam kaitannya dengan kesehatan dirinya,
diperoleh melalui teman kerja, elektronik, misalnya dalam menentukan dimana dia
seminar-seminar, dan lain-lain. Ibu dengan akan melahirkan (Gitimu et al., 2015).
akses informasi yang luas mempunyai pe- Hasil penelitian ini sesuai dengan
luang lebih besar untuk memanfaatkan penelitian Tadese dan Ali (2014) yang
tenaga kesehatan sebagai penolong persa- menyebutkan bahwa ada hubungan antara
linannya. Lingkungan dan teman sekitar pendidikan ibu dengan pemilihan tenaga
ibu bekerja mempunyai pengaruh dalam penolong persalinan (AOR = 5.3; CI 95%=
pembentukan opini dan kepercayaan, 2.9 hingga 9.8), disebutkan ibu yang ber-
dikarenakan dengan adanya kontak dan pendidikan tinggi memiliki 5.3 kali lebih
interaksi tersebut akan menambah penge- tinggi memilih bidan (tenaga kesehatan)
tahuan ibu yang pada akhirnya pengeta- dalam melakukan pertolongan persalinan.
huan tersebut berpengaruh terhadap sikap Hasil penelitian ini juga sejalan
dan perilaku yang akan dipilihnya. dengan penelitian Arief (2012) yang me-
Pendapatan keluarga diduga mempe- nunjukkan ada perbedaan proporsi kejadi-
ngaruhi pada faktor ini, dimana ibu yang an pemilihan persalinan di fasilitas kese-
bekerja cenderung mempunyai pendapatan hatan antara ibu yang berpendidikan tinggi
keluarga yang memadai, khususnya untuk dengan ibu yang berpendidikan rendah
memenuhi tarif pelayanan pertolongan per- dengan nilai OR=4.36. Artinya ibu yang
salinan oleh bidan atau tenaga medis berpendidikan tinggi mempunyai kecende-
lainnya, sehingga mengabaikan alternatif rungan 4.36 kali untuk memilih persalinan
untuk memilih dukun bayi. Hal ini meng- di fasilitas kesehatan dibandingkan ibu
indikasikan bahwa keluarga dengan penda- yang berpendidikan rendah.
patan yang rendah akan beralih untuk me-

166 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

Semakin tinggi pendidikan seseorang, ini merupakan dasar yang baik dalam
diharapkan semakin tinggi tingkat pema- mengambil keputusan saat pemilihan pe-
haman serta semakin mudah menerima nolong persalinan ibu.
informasi baru yang diaplikasikan dalam Hasil penelitian ini sejalan dengan
kehidupan. Tingkat pendidikan rendah me- penelitian Armstrong (2011) yang menyim-
nyebabkan kesulitan menyerap informasi pulkan bahwa terdapat hubungan yang
sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat signifikan antara kunjungan ANC dengan
pendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam pemilihan penolong persalinan. Ibu dengan
menerima gagasan baru. Hal ini dapat ter- kunjungan ANC yang rutin dan lebih dari 4
jadi karena rendahnya pendidikan ibu kali memiliki peluang untuk mendapatkan
mempengaruhi penggunaan akses ke fasi- pertolongan persalinan oleh tenaga kese-
litas kesehatan.Ibu yang berpendidikan hatan disbandingkan dengan ibu yang tidak
tinggi cenderung memiliki wawasan ber- rutin melakukan kunjungan ANC.
pikir lebih baik dan cenderung dapat mem- Penelitian ini juga didukung oleh
buat keputusan yang lebih bijaksana Tadese dan Ali (2014) yang mengungkap-
tentang kesehatannya sendiri dibandingkan kan bahwa terdapat hubungan yang signi-
dengan ibu yang berpendidikan rendah. fikan antara kunjungan ANC selama keha-
Ibu yang berpendidikan tinggi akan milan terakhir dengan pemilihan tenaga
memiliki pengetahuan yang lebih baik penolong persalinan.
khususnya mengenai pertolongan persalin- Hal ini dikarenakan ibu yang rutin
an yang paling baik bagi dirinya. Sehingga melakukan kunjungan ANC memperoleh
dengan adanya tingkat pendidikan tersebut manfaat salah satunya pemberian pendi-
dapat memberikan pengaruh terhadap dikan kesehatan dan informasi yang ber-
perilaku ibu, salah satunya adalah dalam kenaan dengan pentingnya pertolongan
memilih penolong persalinan yang paling tenaga kesehatan pada saat persalinan.
baik yaitu persalinan ditolong oleh tenaga Selain itu ibu juga memperoleh pengetahu-
kesehatan. an tentang resiko-resiko serta tanda bahaya
4. Pengaruh kunjungan ANC ter- kehamilan dan persalinan, sehingga bila
hadap pemilihan penolong persa- ibu masuk dalam faktor resiko tersebut
linan maka ibu akan cenderung memilih tenaga
Hasil analisis menunjukkan bahwa ter- kesehatan dalam proses pertolongan per-
dapat pengaruh langsung antara kunjungan salinan. Faktanya bahwa ibu dengan kun-
ANC terhadap pemilihan penolong persa- jungan ANC yang rutin memperoleh
linan dan secara statistik signifikan. Ada- banyak informasi kesehatan dan informasi
nya kunjungan dan pelayanan ANC yang mengenai manfaat pertolongan persalinan
terpadu diharapkan persalinan dapat dila- oleh tenaga kesehatan.
kukan di fasilitas pelayanan kesehatan Hal tersebut karena di setiap kun-
dengan tenaga kesehatan yang terampil jungan ANC dilakukan penyuluhan-penyu-
serta persalinan dilakukan sesuai dengan luhan kesehatan serta bimbingan konseling
standar Asuhan Persalinan Normal (APN) oleh tenaga kesehatan sesuai kebutuhan
(Menteri Kesehatan RI, 2014). ibu. Sehingga ibu yang memiliki pengeta-
Interaksi antara ibu dan tenaga kese- huan mengenai faktor resiko kehamilan
hatan selama masa antenatal care dapat dan persalinan lebih mungkin untuk mela-
membangun rasa percaya diri ibu dan rasa hirkan dengan bantuan tenaga kesehatan
percaya kepada petugas kesehatan, dan hal

e-ISSN: 2549-1172 (online) 167


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

dibandingkan ibu yang kurang memiliki dengan pengambilan keputusan memilih


pengetahuan. penolong persalinan. Probabilitas ibu
Menurut peneliti melihat hasil bebe- dengan faktor tradisi mendukung diketahui
rapa cakupan pemeriksaan antenatal yang 96.47% akan memilih dukun, sedangkan
tinggi menggambarkan bahwa ibu hamil probabilitas ibu dengan faktor tradisi tidak
cukup sadar pentingnya pemeriksaan keha- mendukung hanya 39.98% akan memilih
milan, namun masih ada pengaruh kebia- dukun sebagai penolong persalinannya. Hal
saan keluarga yang turun temurun bersalin tersebut disebabkan masih adanya bebe-
di dukun, sehingga walaupun ibu hamil rapa daerah di Nigeria Selatan yang ter-
memeriksakan kehamilannya secara rutin isolir dan relatif sulit dijangkau oleh fasi-
tetapi tetap memilih dukun sebagai peno- litas kesehatan dan tenaga kesehatan, maka
long persalinan. Berdasarkan hal tesebut hal tersebut semakin membuka peluang
diperlukan peran aktif petugas kesehatan bagi dukun untuk melakukan tindakan
dalam promosi pentingnya persalinan oleh medis khususnya pertolongan persalinan.
tenaga kesehatan dan kemitraan dengan Tradisi berpengaruh langsung ter-
dukun dan kader yang masih perlu di mak- hadap pemilihan tenaga penolong persalin-
simalkan. an, dikarenakan kondisi-kondisi umum
5. Pengaruh tradisi terhadap pemi- dari peristiwa kehamilan dan persalinan
lihan penolong persalinan tersebut diinterpretasikan berbeda menu-
Hasil analisis menunjukkan bahwa ter- rut kebudayaan dan tradisi yang berbeda-
dapat pengaruh langsung antara tradisi beda pula. Apabila sejak awal perawatan
terhadap pemilihan penolong persalinan kehamilan hingga pasca persalinan biasa
dan secara statistik signifikan (b= 4.05; CI dilakukan di rumah dengan bantuan se-
95%= 2.38 hingga 5.72; p<0.001). Tradisi orang dukun, maka untuk selanjutnya
merupakan sesuatu yang telah dilakukan kemungkinan besar ibu akan memilih
sejak lama dan menjadi bagian dari kehi- dukun sebagai penolong persalinannya.
dupan suatu kelompok masyarakat dan Persepsi dan pengalaman persalinan
kebudayaan, dimana hal yang paling men- sebelumnya mempengaruhi ibu dalam me-
dasar dari tradisi adalah adanya informasi milih penolong persalinan, karena melalui
yang diteruskan dari generasi ke generasi persepsi yang positif maka dapat timbul
baik tertulis maupun (sering kali) lisan, persepsi yang positif pula. Apabila ibu
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat memiliki pengalaman positif maka ber-
punah (Inyang, 2015). dampak pada persepsi positif pula terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penolong persalinan.Selain itu hal tersebut
penelitian Armstrong (2011) yang menye- juga akan semakin menumbuhkan pemikir-
butkan bahwa terdapat hubungan antara an yang permanen dan membudaya bagi
tradisi dengan pemilihan penolong persa- masyarakat untuk memanfaatkan dukun
linan. Secara statistik dengan nilai OR se- sebagai penolong persalinan. Masih adanya
besar 24, artinya ibu bersalin yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun menun-
dukun bayi 24 kali adalah ibu dengan jukkan bahwa belum semua masyarakat
tradisi tidak mendukung dibandingkan ibu siap melaksanakan perubahan perilaku,
dengan tradisi yang mendukung. Penelitian pengaruh sosial budaya dan masih kurang-
ini juga didukung oleh Ferdinand et al., nya informasi serta kemampuan menerima
(2014) yang mengemukakan bahwa ada pe- dan menyerap informasi.
ngaruh signifikan antara faktor tradisi

168 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

6. Pengaruh jarak ke pelayanan kese- pada ibu yang memiliki akses dan jarak ke
hatan terhadap pemilihan peno- fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau,
long persalinan sehingga ibu yang berada jauh dari fasilitas
Hasil analisis menunjukkan bahwa ter- kesehatan masih dipengaruhi oleh praktik
dapat pengaruh antara jarak ke pelayanan tradisional seperti pertolongan persalinan
kesehatan terhadap pemilihan penolong oleh dukun.
persalinan meskipun secara statistik tidak 7. Pengaruh biaya persalinan ter-
signifikan (b= 0.63; CI 95%= -0.66 hingga hadap pemilihan penolong per-
1.94; p= 0.337). Akses fisik dapat menjadi salinan
alasan untuk mendapatkan tempat persa- Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-
linan di pelayanan kesehatan termasuk dapat pengaruh langsung antara biaya per-
tempat bersalin dengan tenaga kesehatan. salinan terhadap pemilihan penolong per-
Akses fisik dapat dihitung dari waktu salinan meskipun secara statistik tidak
tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi signifikan (b= 0.63; CI 95%= -0.89 hingga
dan kondisi di pelayanan kesehatan seperti 2.16; p= 0.415). Besarnya biaya yang harus
jenis layanan, tenaga kesehatan yang dikeluarkan seorang ibu dalam proses per-
tersedia dan jam buka. Lokasi tempat salinan menjadi pertimbangan penting bagi
pelayanan yang tidak strategis/sulit dicapai ibu dalam memilih penolong persalinan-
menyebabkan kurangnya akses ibu hamil nya. Apalagi didukung oleh sosial ekonomi
yang akan melahirkan terhadap pelayanan yang memadai, seorang ibu akan lebih me-
kesehatan (Riskesdas, 2013). milih bersalin pada tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan profesional seperti dokter dan bidan diban-
penelitian Tadese dan Ali (2014) yang dingkan dengan bersalin pada dukun. Salah
menyebutkan bahwa ada hubungan antara satu alasan masyarakat memilih dukun
jarak dan waktu tempuh tempat tinggal ibu sebagai penolong persalinan dikarenakan
dengan pemilihan tenaga penolong persa- proses pembayaran jasa dukun lebih
linan, dimana disebutkan bahwa ibu mudah, lebih kekeluargaan, seadanya dan
dengan jarak rumah dekat dengan fasilitas tidak harus dengan uang yang besar. Dalam
kesehatan memiliki peluang 14.65 kali hal ini pertolongan persalinan oleh tenaga
untuk memilih tenaga kesehatan sebagai kesehatan masih dianggap mahal, misalnya
penolong persalinan dibandingan dengan saja untuk fasilitas kesehatan seperti
ibu yang jarak rumahnya jauh dengan fasi- rumah sakit di perkotaan masih harus
litas kesehatan. menyediakan uang muka untuk jaminan
Signifikasi jarak dan transportasi juga perawatan ibu yang akan melahirkan.
turut melengkapi dalam pemanfaatan Hasil penelitian ini sejalan dengan
tenaga penolong persalinan. Hal ini dapat penelitian Sumintardi (2012) yang menye-
dijelaskan dengan meningkatnya jarak dari butkan tidak ada hubungan yang signifikan
fasilitas kesehatan dan adanya kenaikan antara biaya persalinan dengan pemilihan
biaya transportasi dan banyaknya waktu penolong persalinan dimana hasil uji sta-
yang dihabiskan selama perjalanan ke fasi- tistik menunjukkan nilai p=2.215. Hal ini
litas kesehatan serta kemungkinan paparan disebabkan karena antara biaya penolong
informasi kesehatan yang rendah. Program persalinan oleh dukun maupun bidan
media promosi-promosi kesehatan, infor- kemungkinan biayanya hampir sama dan
masi dan pengetahuan mengenai fasilitas dianggap tidak mahal atau terjangkau oleh
perawatan kesehatan modern berpusat masyarakat.

e-ISSN: 2549-1172 (online) 169


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

Adapun anggapan yang beredar di biaya persalinan gratis, kurangnya infor-


masyarakat bahwa persalinan di tenaga masi tentang cara penggunaan BPJS mau-
kesehatan mengeluarkan biaya yang ter- pun dengan alasan lainnya. Diperlukan per-
golong mahal, sehingga ibu lebih memilih ubahan persepsi maupun sikap bagi masya-
melahirkan dirumah dan memilih ditolong rakat khususnya yang menganggap bahwa
oleh paraji/ dukun dikarenakan biaya yang biaya pertolongan di bidan atau tenaga
lebih murah dan pembayaran bisa dicicil, kesehatan dianggap mahal.
disamping itu sudah menjadi kebiasaan 8. Pengaruh dukungan suami/ kelu-
turun temurun. Hubungan yang tidak arga terhadap pemilihan penolong
signifikan antara biaya dengan pemilihan persalinan
penolong persalinan salah satunya juga Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-
disebabkan oleh sosial budaya. Meskipun dapat pengaruh tidak langsung antara
ibu menyatakan bahwa biaya persalinan ke dukungan suami/keluarga terhadap pemi-
dukun lebih murah namun jika dihitung lihan penolong persalinan (b=2.02; CI
biaya yang dikeluarkan untuk membayar 95%= 1.21 hingga 2.82; p<0.001).
dukun, membelikan peralatan hingga Peran dan tanggungjawab suami
perawatan ibu dan bayi sampai 40 hari maupun keluarga dalam kesehatan repro-
masa nifas, maka biaya yang dikeluarkan duksi sangat berpengaruh terhadap kese-
hampir sama dengan biaya persalinan pada hatan perempuan. Keputusan penting se-
bidan, hanya saja mekanisme pembayaran perti siapa yang akan menolong persalinan,
dapat dilakukan secara bertahap sehingga kebanyakan masih ditentukan secara se-
dirasa meringankan ibu. pihak oleh suami ataupun keluarga.
Adanya jaminan pembiayaan persa- Dukungan suami sewaktu istri melahirkan
linan dari pemerintah dalam bentuk BPJS, seperti memastikan persalinan yang aman
menyebabkan biaya persalinan tidak lagi oleh tenaga kesehatan, menyediakan dana,
menjadi masalah dikarenakan ibu yang perlengkapan dan transportasi yang dibu-
bersalin di tenaga kesehatan tidak lagi tuhkan, mendampingi selama proses persa-
harus mengeluarkan biaya. Hal ini sesuai linan berlangsung serta mendukung upaya
dengan pernyataan Nakambale et al., rujukan (bila diperlukan) sangat diperlukan
(2014) dengan menghapus biaya melahir- untuk mendukung proses persalinan yang
kan di Northern Zambia tercatat ber- aman (Riskesdas, 2013).
dampak terhadap peningkatan permintaan Hasil penelitian ini sejalan dengan
untuk pelayanan kesehatan serta pertolong- penelitian Masita et al., (2014) yang me-
an persalinan oleh dukun bayi dilaporkan nyebutkan tidak ada hubungan yang signi-
mengalami penurunan. Oleh karena itu fikan antara dukungan keluarga dengan
untuk menekan Angka Kematian Ibu, Pe- pemilihan penolong persalinan dengan
merintah bersama Kementerian Kesehatan hasil uji statistik nilai p=0.202.
telah menggagas dan mengupayakan per- Hal tersebut disebabkan masih ada-
salinan gratis melalui program BPJS nya yang menganut sistem patriarrkhi
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). dimana laki-laki atau suami sebagai kepala
Namun dalam pelaksanaanya tidak keluarga yang mengambil keputusan utama
semua memanfaatkan BPJS dengan baik dalam keluarga terutama di daerah pedesa-
khususnya dalam mendapatkan biaya an. Pengaruh keluarga sangat menentukan
persalinan gratis. Hal tersebut dikarenakan ibu yang akan bersalin untuk pemilihan
karena ketidakpahaman bahwa saat ini tempat maupun tenaga penolong persalin-

170 e-ISSN: 2549-1172 (online)


Pramiyana et al./ PRECEDE-PROCEED Model: Predisposing

an. Ibu sebagai wanita tidak berani untuk Master Student Department of Public
mengambil keputusan dikarenakan masih Health and Clinical Medicine. Umea
rendahnya status wanita dalam keluarga, University Sweden.
sehingga mereka tidak berani untuk me- Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong
nentukan sikap dan lebih mandiri dalam C, Dashe J, Hoffman B, Casey B,
memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya Sheffield J (2010). Obstetri Williams
termasuk kesehatannya. Selain itu domina- 23rd ed. McGraw-Hill Companies.
si orang tua dapat lebih besar pengaruhnya Inc, USA.
dibandingkan suami. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Pengambilan keputusan lebih banyak (2012). Angka Kematian Ibu Tahun
dilakukan oleh orang tua (ibu) dikarenakan 2014.
kepercayaan yang ada pada ibu secara Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
turun temurun bahwa persalinan dilakukan (2017). Data Laporan KIA Kabupaten
oleh dukun maka ibu bersalin selalu Bondowoso 2015 dan 2016.
dianjurkan untuk ke dukun dibandingkan Ferdinand O, Geoffrey N, Christopher E
ke tenaga kesehatan (bidan). Hasil analisis (2014). Journal of Public Health Epi-
lebih lanjut didapatkan bahwa tradisi demiology: Traditional Birth Atten-
merupakan confounding pada hubungan dants and Women’s Health Practices:
antara dukungan suami/ keluarga terhadap A Case Study of Patani in Southern
pemilihan penolong persalinan. Artinya du- Nigeria, 6(8): 252-261, ISSN 2006-
kungan suami/ keluarga yang akan mem- 9723, Department of Public Health
pengaruhi tradisi yang dianut dan dijalan- Technology Federal University of
kan oleh yang akhirnya diikuti dengan Technology.
pemilihan penolong persalinan. Fertman C, Allenswort D (2010). Health
Pemilihan penolong persalinan Promotion Programs from Theory to
dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, kunjung- Practice, Jossey–Bass, San Francisco.
an ANC, tradisi. Kunjungan ANC dipenga- Gitimu A, Herr C, Oruko H, Karijo E,
ruhi oleh usia ibu dan pendidikan. Usia ibu Gichuki R, Ofware P, Lakati A,
dan pekerjaan dipengaruhi oleh pendidik- Nyagero J (2015). Determinants Of
an. Tradisi dipengaruhi oleh dukungan. Use Of Skilled Birth Attendant At
Delivery In Makueni Kenya: A Cross
REFERENCE Sectional Study, BMC Pregnancy and
Arief M (2012). Determinan Pemilihan Per- Childbirth 15:9.
salinan di Fasilitas Kesehatan (Ana- Green L, Kreuter M (2005).Health program
lisis Data Riset Kesehatan Dasar planning: An educational and ecolo-
Tahun 2010).FKM-UI.Depok. gical approach with PowerWeb bind-
Armstrong A (2011).The Impact of Tradi- in card.McGraw-Hill. New York.
tions and Traditional Birth Atten- Inyang M, Anucha O(2015). IOSR Journal
dants on Maternal Mortality: A Case of Dental and Medical Sciences: Tra-
Study of Nyakayojo sub-Country ditional Birth Attendants and Mater-
Mbarara District Uganda.University nal Mortality, Department of Human
of Colorado Boulder. Kinetics and Health Education Facul-
Bashar A (2012). Determinants of The Use ty of Education 14(2):21-26.
of Skilled Birth Attendants at Delivery Kementrian Kesehatan RI (2013). Kemen-
by Pregnant Women in Bangladesh, terian RI Pokok-Pokok Hasil Riskes-

e-ISSN: 2549-1172 (online) 171


Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(2): 160-173
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.02.06

das Indonesia Tahun 2013. Badan Kesehatan Kementerian RI tahun


Penelitian dan Pengembangan Kese- 2013. Jakarta.
hatan. Sumintardi C (2012). Determinan Pemilih-
Kementrian Kesehatan RI (2013). Kepu- an Penolong Persalinan di Wilayah
tusan Menteri Kesehatan Republik Kerja Puskesmas Kalibunder Kabupa-
Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/ ten Sukabumi Tahun 2011-2012
III/2007 Tentang Standar Profesi (Tesis) FKM-UI.Depok.
Bidan dan Peraturan Menteri Kese- Tadese F, Ali A (2014). Determinants of
hatan Republik Indonesia Nomor 97 Use of Skilled Birth Attendance
Tahun 2013. Jakarta. Among Mothers Who Gave Birth in
Kementrian Kesehatan RI (2015). Rencana the Past 12 months in RayaAlamata
Strategis Kementrian Kesehatan District. North East Ethiopia, Clinics
Tahun 2015-2019. Jakarta. Mother Child Health 11: 164. doi:
Kementrian Kesehatan RI (2015). Profil 10.4172/ 2090-7214.1000164
Kesehatan Indonesia Tahun 2014. WHO (2016). Standards For Improving
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Quality Of Maternal and Newborn
Kementrian Kesehatan RI (2016). Profil Care In Health Facilities. Geneva
Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Switzerland.
Jakarta. World Health Organization (WHO)(2004).
Masita, Novita H, Puspita E (2014). Pemi- Making Pregnancy Safer: The Critical
lihan Penolong Persalinan. Jurnal Role of The Skilled Attendant: A joint
Health Quality 5(1): 1-66. Kemenkes Statement by WHO.ICM and FIGO.
Jakarta. Geneva.
Meylanie (2010). Faktor-faktor yang Ber- Yenita (2011). Faktor Determinan Pemilih-
hubungan dengan Pemilihan Tenaga an Tenaga Penolong Persalinan Di
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember Kabupaten Pasaman Barat (Tesis).
(Tesis).FKM-UI.Depok. FKM-Universitas Andalas Padang.
Murti B (2013).Desain dan Ukuran Sampel Yoshimura Y, Tajul M, Nazrul I (2014).
untuk Penelitian Kuantitatif dan Kua- Practices And Determinants Of Deli-
litatif di Bidang Kesehatan. Yogya- very By Skilled Birth Attendants In
karta: Gajah Mada University Press Bangladesh. Reproductive Health
Nakambale A, Nzala S, Hazemba A (2014). 11:86.
Medical Journal of Zambia: Factors _____ (2007).Survei Demografi dan Kese-
Affecting Utilization of Skilled Birth hatan Indonesia 2007. Jakarta. Indo-
Attendants by Women in Northern nesia.
Zambia, 41(2):86-94. _____ (2016). The Sustainable Develop-
Prasetyawati A (2012). Kesehatan Ibu dan ment Goals Report 2016. United Na-
Anak (KIA) dalam Millenium Deve- tions. New York.
lopment Goals (MDG’S).Nuha Me- _____ (2012). Survei Demografi dan Kese-
dika. Yogyakarta. hatan Indonesia 2012. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013).
Badan Penelitian dan Pengembangan

172 e-ISSN: 2549-1172 (online)

You might also like