You are on page 1of 12

Tinjauanpustaka

HEMOLYTIC UREMIC SYNDROME

IdaBagusNgurahW isesa,JodiSLoekman
Bagian/SM FIlmuPenyakitDalam FK Unud/RSSanglah,Denpasar
e-mai
l:i
bnw@ yahoo.
com

SUM M ARY
HEM OLYTIC UREM IC SYNDROM E
Hemolytic uremic syndrome (HUS) is caused primarily by Shiga toxin–producing Escherichia coli O157:H7. Hemolytic
uremic syndrome can occur in adults, and the most common cause of acute renal failure in children. Characteristic features of the
syndrome are microangiopathic anemia, thrombotic thrombocytopenia, and renal failure. Although the presentation of this syn-
drome is diverse, the classic prodromal illness is bloody diarrhea. Children with HUS generally present with gastroenteritis
complaints (e.g., abdominal pain or tenderness, nausea or vomiting, fever, anemia); affected adults may be asymptomatic. Com-
plications from HUS can include intussusception, chronic renal failure, and seizures in severe cases. Because an incubation period
of approximately one week occurs between the start of diarrhea and the onset of HUS, physicians should maintain a high index of
suspicion; early laboratory testing is important to diagnose and manage this syndrome. Obtaining a complete blood count and
stool culture and performing Shiga toxin testing are the first of a series of tests that may help diagnose of HUS.

Keywords: Hemol
yti csyndrome,shiga toxin, Escherichia coli
curemi

PENDAHULUAN mi sterius.Padat ahun1985,Karmal idkk.menemukan


hubunganant araHUSdengani nfeksiususol ehEscheri-
Hemolytic uremic syndrome (HUS)merupakan chiacoli yangmenghasi l
kan verosi totoksinataushiga
suatu sindrom klinisyang ditandaioleh gagalginjal toxins(St x).Secara kl i
nisTTP di tandaioleh pentad:
progresi fdisertaianemi ahemol it
ikmi kroangi
opat idan trombositopenia,anemihemolitik mikroangiopati,
trombosi t
openi a,sepertithrombotic thrombocytopenic kelainanneurol ogis,gagalginjaldandemam.Sement ara
purpura (TTP).HUS adalah bagian darithrombotic padaHUS,gagalgi njalyangberatmerupakangambaran
microangiopathy yai t
upenyaki toklusipembul uhdarah klinisyang menonj ol.Namun perbedaan klinisantara
keci lyangdi t
andaiadanyaagregasipl atel
eti
nt rarenal TTP dan HUS tidak selalu dapatdibedakan dengan
atausi st
emi k,trombosi topenia,daninj urimekani spada jelas.1-3

eritrosit.Pada TTP terjadiagregasiplateletpada HUS terutama menyerang anak-anak,dengan


mikrovaskulersistemik sehingga mengakibatkan perjal anankl i
ni syangbervari asidarisubklinissampai
iskemi apadaot akdanorganl ainnya.Sement arapada mengancam nyawa.M erupakan penyebab tersering
HUS thrombusyang terdiridari plateletdan fibrin gagalgi njalakutpadaanak-anak.Padaorang dewasa
terutamamenyumbatsi rkulasipadagi njal.TTPpert ama HUS jarang dijumpaidan biasanya dikaitkan dengan
kalidijelaskan oleh M oschcowitz pada tahun 1924, gagalgi alyangirreversible.Akhi
nj r-akhirinidil
aporkan
sedangkan HUS oleh Gasserdkk.pada tahun 1955. peningkatan insiden HUS pada orang dewasa yang
Sampaitahun 1980-an kedua penyakitinitetap diawal iol ehdi aredi sert
aiperbaikanfungsiginjal. 2,
4,5

56
Terdapat dua bentuk presentasi yang khas pada serius adalah outbreakyang terjadi di sentral Skotland
HUS yaitu: 1) bentuk yang dikaitkan dengan diare /HUS pada tahun 1996 dimana 496 orang terinfeksi, 27
(D+), biasanya timbul secara akut setelah diare yang berkembang menjadi HUS dan 18 orang meninggal.
berdarah dan disertai gagal ginjal. 2) bentuk yang tidak Infeksi oleh serotype E. coli yang lain, shigela, dan
dikaitkan dengan diare/bentuk sporadik dan idiopatik/ mikroba lainnya juga dapat mengakibatkan HUS pada
HUS (D-), biasanya onsetnya insidius, sering tanpa anak dan orang dewasa. Diare dan infeksi saluran nafas
penyakit prodromal sebelumnya, disertai hipertensi berat atas merupakan faktor pencetus yang paling sering.2,4,7,8
dan gagal ginjal yang ireversibel. Bentuk ini biasanya
dijumpai pada orang dewasa, mungkin terjadi postpar- PATOGENESIS
tum dan kadang-kadang mengenai lebih dari satu
anggota keluarga. Perbedaan diantara kedua presentasi Injuri sel endotel vaskuler merupakan patogenesis
HUS ini penting karena perjalanan klinis dan progno- sentral pada semua bentuk HUS, namun terdapat
sisnya berbeda.2,5 semakin banyak bukti adanya injuri sel tubulus renalis
pada HUS (D+). Terdapat beberapa faktor yang
1. HEMOLYTIC UREMIC SYNDROM YANG mengakibatkan aktivasi sel endotel yaitu antibodi
DIKAITKAN DIARE /HUS(D+) antiendotelial, komplek imun, lipopolisakarida, toksin,
komplemen, dan obat-obatan. Terjadi ekspresi tissue
EPIDEMIOLOGI factor dan tissue-plasminogen activator-inhibitor.
Demikian pula terjadi sintesis dan sekresi faktor von
Merupakan HUS yang paling sering ditemukan, Willebrand dalam jumlah yang banyak, sehingga timbul
yaitu > 90% kasus pada negara industri. Di USA agregasi platelet melalui ikatan pada integrin aiiibb3 pada
frekuensinya 0,5 –2,1 kasus per 100.000 populasi per permukaan platelet dan ikatan pada matrik endothelial.
tahun. Insiden puncak pada anak <5 tahun yaitu sekitar Efek aktivasi sel endotel tadi menimbulkan lima
6,1 kasus per 100.000 populai per tahun. Insiden pada perubahan penting meliputi hilangnya integritas
usia <15 tahun per 100.000 populasi adalah sekitar 0,01 vaskuler, ekspresi molekul adhesi-leukosit, produksi
kasus di Inggris, 1,25 kasus di Skotlandia, dan 1,44 kasus sitokin, upregulasi molekul HLA, dan terjadi perubahan
di Kanada. Pada anak-anak HUS djumpai sama antara fenotip dari keadaan antikoagulan menjadi keadaan
laki dan perempuan, sementara pada orang dewasa lebih prokoagulan.1-3,7
banyak didapatkan pada perempuan. Merupakan Shiga toxin-producing Escherichia coli (STEC)
penyebab gagal ginjal pada anak yang paling sering dan merupakan penyebab utama kolitis hemoragik dan
dikaitkan dengan prodromal diare sehingga disebut HUS penyebab sebagian besar kasus HUS. STEC toxins juga
(D+). Dimana antara 75 –100% kasus terjadi setelah disebut Shiga-like toxins karena serupa Shiga toxin (Stx)
infeksi saluran cerna oleh E. coli yang menghasilkan yaitu exotoxin yang dihasilkan Shigella dysenteriae type
verositotoksin/shiga toxin, utamanya strain E. coli 1. Pada manusia strain STEC menghasilkan Stx 1 , Stx2,
O157:H7. Strain ini pertama kali dijelaskan and variants (Stx2c, Stx2e). STEC berkoloni pada
mengakibatkan kolitis berdarah dan HUS pada tahun mukosa kolon, kemudian menempel pada vili mukosa
1983, kemudian akhir-akhir ini menjadi masalah dan melepaskan Stx. Tidak jelas apakah Stx dilepaskan
kesehatan yang serius dan terjadi peningkatan cepat hanya sekali atau berkali kali ataupun secara kontinyu,
kasus yang dilaporkan. Outbreak terbesar dan paling karena Stx ini tidak dapat dideteksi dalam serum.

Hemolytic Uremic Syndrome


Ida Bagus Ngurah Wisesa,Jodi S. Loekman
57
Inflamasi pada kolon mengakibatkan terjadinya absorpsi TNF-α atau LPS bersama-sama dengan Stx mungkin
Stx dan lipopolisakarida dari saluran cerna secara bekerja secara sinergis dalam merusak endotel vaskuler.
sistemik.1-3,9 Monosit juga dapat merangsang pelepasan sitokin
Shiga toxin merupakan bagian dari kelompok (interleukin-1 dan TNF-α) yang juga dapat merusak sel
ribosomal inhibitory protein (RIP) yang merupakan endotel.2,3,9,10
toksin yang paling poten bagi manusia. Toksin terdiri Trombositopenia terjadi akibat kombinasi
dari 5 subunit-b dan satu subunit-a dengan berat 70-kD. destruksi platelet, peningkattan konsumsi, proses
Toksin subunit-b terikat pada reseptor sekuestrasi di hati dan limpa, dan agregasi intrarenal.
globotriaosylceramide (Gb3) di membran glomerolus, Disamping itu kelainan pada anti-platelet-aggregating
kolon, epitel serebral atau sel endotel mikrovaskuler, sel agents (prostaglandin I2 [PGI2]), platelet-aggregating
mesangial renal dan sel tubulus renalis serta pada platelet agents (thromboxane A2 [TXA2]) dan multimer von
dan monosit. Perbedaan ekspresi Gb3 pada kapiler Willebrand factor (vWF) juga memegang peranan untuk
glomerolus dibandingkan dengan sel endotel lainnya terjadinya trombositopenia. Defek produksi PGI 2
mungkin dapat menjelaskan mengapa injuri ginjal yang memegang peranan pada HUS (D+), sementara kelainan
dominan. Sedangkan toksin subunit-a memblok sintesis sintesis PGI2 memegang peranan pada HUS (D-). Kadar
protein pada ribosom. Pada ginjal manusia, reseptor Gb TXA2 meningkat selama stadium akut HUS sehingga
3 lebih banyak terdapat pada kortek dibandingkan pada meningkatkan agregasi platelet. Faktor lain yang
medula renalis.1-3,6,9 meningkatkan agregasi platelet adalah multimer vWF
Peranan sentral injuri sel endotel didasarkan besar. Secara in vitro, multimer besar ini memiliki
gambaran pada pemeriksaan histologis dan kemampuan yang lebih besar untuk menimbulkan
ultrastruktural yang memperlihatkan sel endotel yang agregasi platelet dibandingkan multimer pada plasma
bengkak dan rusak. Injuri sel endotel mengakibatkan normal yang ukurannya lebih kecil. Kesemuanya itu
membran basalis yang bersifat trombogenik terpapar mengakibatkan masa hidup platelet memendek dan
sehingga terjadi aktivasi platelet dan trombosis lokal platelet yang bersirkulasi ada dalam kondisi exhausted
pada intravaskuler. Lesi utama yang terlihat pada pasien dan degranulasi. Aktivasi platelet menetap beberapa
yang meninggal setelah beberapa hari onset HUS Stx minggu setelah jumlah platelet kembali kearah normal.
adalah adanya trombi glomerolus yang meluas kedalam Aktivasi platelet mungkin menurunkan proses
arteriole. Terjadinya injuri sel endotel bisa akibat fibrinolisis lokal di glomerolus melalui pelepasan PAI-
mekanisme inflamasi maupun non inflamasi. Bukti 1. Ditemukan peningkatan kadar PAI-1 pada sera pasien
peranan inflamasi adalah ditemukannya leukositosis dengan HUS.2-5,9
pada fase awal penyakit, adanya infiltrasi leukosit pada Fragmentasi eritrosit sebagian disebabkan akibat
glomerolus, dan adanya gambaran aktivasi netrofil. pelepasan radikal bebas oleh netrophil yang
Lipopolisakarida yang dihasilkan STEC mengaktivasi menimbulkan peroksidasi lipid pada membran sel
netrofil sehingga akhirnya melepaskan tumor necrosis eritrosit. Membran eritrosit menjadi lebih kaku dan
factor (TNF-α), interleukin-1, elastase, dan radikal mudah rusak ketika melewati pembuluh darah mikro
bebas. Adesi leukosit distimulasi oleh Stx 1. Secara yang tersumbat oleh fibrin. Sitokin yang dilepaskan
invitro Stx mempengaruhi interaksi antara leukosit dan leukosit juga merusak membran eritrosit. Hal ini
endotel dan meningkatkan adesi leukosit melalui proses menimbulkan terjadinya anemia hemolitik
upregulasi protein adesif pada permukaan sel endotel. mikroangiopati.2-5,9

58
Pemeriksan koagulasi memperlihatkan prothrombin and GAMBARAN KLINIS
partial thromboplastin times yang normal, faktor V dan
faktor VII yang normal atau meningkat, dan turnover E. coli merupakan patogen yang sangat virulen,
fibrinogen normal dan fibrinogen degradation product sekitar 50-100 organisme sudah dapat menimbulkan
yang meningkat. Terdapat gangguan pada sistem penyakit. Periode inkubasi sampai timbulnya diare
antitrombotik disertai penurunan prostacyclin, adalah 1-8 hari dengan rata-rata 3 hari. Gambaran klinis
thrombomodulin, tissue plasminogen activator, dan he- HUS (D+) akibat E. coli O157:H7 adalah adanya nyeri/
parin-like molecules yang akan mengaktivasi kram pada abdomen dan watery diarrhoea yang diikuti
antithrombin III. Selain itu juga terjadi peningkatan diare berdarah dengan sedikit peningkatan leukosit pada
kadar substan protrombotik pada serum seperti tissue feses. Demam jarang lebih dari 38˚C. Gambaran klinis
factor, platelet activating factor, tissue plasminogen HUS biasanya timbul 6-10 hari setelah diare dan sering
activator inhibitor-I (PAI-1), von Willebrand factor, dan dijumpai pada anak < 5 tahun dan pada umur > 65 tahun.
thromboxane A2.2-5,9,10 Sebagian besar pasien pulih kembali, walaupun sekuela
lambat seperti striktur kolon dan pankreatitis kronik
HISTOPATOLOGI kadang-kadang ditemukan. Sekitar 3 sampai 20%
berkembang menjadi HUS dengan berat yang bervariasi.
Gambaran histologis awal pada ginjal Sampai 50% pasien HUS (D+) memerlukan terapi
menunjukkan infiltrasi leukosit dan trombi. Gambaran pengganti ginjal, dimana diantaranya 5% mengalami
ini menghilang setelah beberapa minggu. Biopsi yang gagal ginjal kronik, dan 3-5% meninggal. Diantara
pasien yang pulih kembali, antara 15-40% menunjukkan
dikerjakan lebih dari 2 minggu setelah onset
bukti adanya kerusakan ginjal persisten disertai proteinu-
memperlihatkan kapiler glomerolus yang melebar,
ria dan atau hipertensi. Komplikasi neurologis akut,
pembengkakkan sel endotel dan disertai nekrosis
seperti cerebrovascular accident, kejang dan koma
arteriolar (thrombotic glomerulopathy). Pentingnya
terjadi pada sekitar 25% pasien HUS (D+). Faktor
injuri tubulointertisial telah ditekankan, apalagi adanya
prediktor beratnya HUS diantaranya peningkatan
kenyataan banyak pasien dengan anuria. Pasien oligouria
leukosit, adanya prodromal gastrointestinal yang berat,
yang diikuti proteinuria persisten, hipertensi dan atau
timbulnya anuria diawal perjalanan penyakit, dan umur
insufisiensi renal kronik, lebih sering mengalami focal
dibawah 2 tahun. Angka kematian berkisar 3-5%.2,6,12,13
segmental glomerulosclerosis (FSGS) dibandingkan
Walaupun HUS dipertimbangkan mengenai ginjal secara
menjadi diffuse mesangial proliferative eksklusif, keterlibatan organ lain juga dijumpai. 2-6,12,13
glomerulonephritis atau diffuse glomerulosclerosis.2,3,9,11 a. Manifestasi renal: Produksi urin biasanya menurun,
Gambaran histologis pada HUS (D-) mengenai endotel walaupun gagal ginjal non oligourik juga ditemukan.
pembuluh darah preglomerulus dan beberapa diantara- Sering dijumpai hematuri mikroskopik, kadang dapat
nya disertai proliferasi intimal dan stenosis luminal berat terjadi gross hematuri. Biasanya urin mengandung
yang mengenai arteriole dan arteri interlobuler (arterial 1-2 gram protein/24 jam, namun dapat terjadi
thrombotic microangiopathy). Didapatkan pelebaran proteinuria sampai 10 gram/hari, dan pasien
pada ruang subendotelial dan mengandung deposit fib- menunjukkan gambaran sindrom nephrotik atau
rin sehingga sel endotelial glomerolus terpisah dari menjadi nephrotik selama fase awal penyembuhan.
membran basalis.2,3 Derajat gagal ginjal bervariasi mulai derajat sedang
sampai yang membutuhkan tindakan dialisis.

Hemolytic Uremic Syndrome 59


Ida Bagus Ngurah Wisesa, Jodi S. Loekman
b. Sistem kardiovaskuler: Pasien dengan HUS (D+) GAMBARAN LABORATORIS
biasanya normotensif, tetapi pada kasus sporadik/
HUS (D-) bisa didapatkan hipertensi berat disertai Gambaran hasil pemeriksaan kimia darah
retinopati dengan eksudat atau hemoragik. menunjukkan peningkatan BUN dan kreatinin,
Keterlibatan jantung yang berat jarang ditemukan, penurunan kadar bikarbonat dan sodium, dengan kadar
namun dapat mengakibatkan gagal jantung akibat kalium bisa meningkat atau menurun. Juga didapatkan
kardiomiopati (post partum) maupun miokarditis. peningkatan kadar LDH, bilirubin, ensim hati dan kadar
c. Sistem saraf pusat: Sering diawali dengan munculnya asam urat, dengan sedikit penurunan kadar protein dan
letargi dan iritabilitas secara mendadak. Gejala albumin. Hasil urinalisis menunjukan hematuri dan
lainnya meliputi: ataksia, koma, kejang, edem serebri, proteinuria.2-6
hemiparesis dan tanda neurologis fokal lainnya. Anemi pada HUS mungkin berat dengan
Gejala tadi mungkin akibat iskemi serebri oleh kar- gambaran anemi hemolitik meliputi retikulositosis,
ena mikrotrombi, efek hipertensi berat, dan kadang peningkatan bilirubin indirek, penurunan haptoglobin
hiponatremia, kesemuanya ini dapat menggangu dan peningkatan kadar laktat dehidrogenase (LDH).
fungsi sistem saraf pusat. Penyembuhan sering Kadar hemoglobin bisa turun dengan cepat sampai 3 gr/
disertai sisa injuri yang mengakibatkan terjadinya dl, dengan median 7-9 gr/dl. Coomb test menunjukan
hambatan perkembangan, defisit motor fokal, dan hasil negatif dengan gambaran darah tepi
gangguan dalam belajar dan tingkah laku. memperlihatkan sel darah merah yang rusak dan
d. Manifestasi gastrointestinal: Pada kasus yang sangat mengalami fragmentasi (schistosit/sperosit). Ensim sel
berat dapat terjadi infark/perforasi usus besar akibat darah merah dan fragilitas osmotik dalam batas normal.
penyakit mikrovaskuler yang berat. Pasien dengan Hemolisis biasanya berlangsung 1-3 minggu.2-6,9
kolitis berat dapat mengalami prolap rektum. Diagno- Tombositopenia berkisar dari ringan sampai berat.
sis banding pada anak-anak meliputi kolitis hemoragik, Jumlah platelet bisa turun sampai 5-20 x 109/L, dan
intususepsi, atau HSP, sementara pada orang dewasa biasanya sekitar 50 x 10 9 /L, namun 50% kasus
meliputi kolitis inflamasi atau iskemik. Bisa dijumpai didapatkan jumlah platelet > 100 x 109/L. Berat dan
lamanya trombositopenia tidak berhubungan dengan
hepatosplenomegali, infark pankreas sampai terjadi
beratnya penyakit dan biasanya membaik dalam 7-20
ketergantungan terhadap insulin dan keterlibatan
hari. Trombositopenia pada HUS jarang mengakibatkan
esofagus sampai mengakibatkan striktur.
terjadinya perdarahan spontan. Bisa didapatkan
e. Hematologi: Hemolisis terjadi pada semua pasien
leukositosis dengan jumlah leukosit > 20 x 109/L dan
HUS. Dapat terjadi dengan cepat yang meng-
bisa mencapai 30 x 109/L. Pada HUS (D+) leukositosis
akibatkan penurunan hematokrit secara cepat. Jumlah
> 20 x 109 /L dikaitkan dengan prognosis yang buruk.
platelet biasanya turun < 40.000/mm3. Sering ditemu-
Fibrinogen degradation product mungkin meningkat,
kan adanya petekie, purpura dan perembesan darah
sedangkan tes pembekuan (protrombin time dan
dari tempat suntikan pada vena.
activated partial tromboplastin time) normal. DIC sangat
f. Tanda infeksi : Demam dijumpai pada 5-20% pasien. jarang terjadi. Kadar komplemen sebaiknya diperiksa,
Terdapatnya demam, leukositosis atau keduanya dimana C3 seringkali dijumpai rendah baik pada HUS
merupakan prognostik kearah terjadinya HUS yang (D+) dan dikaitkan dengan prognosis buruk, maupun
lebih berat. pada HUS (D-) yang dikaitkan dengan tipe familial atau
penyakit yang rekaren.2-6,9

60
Metode standar untuk kultur dan isolasi E. coli terjadinya HUS. Beberapa studi menunjukkan, terapi
O157:H7 adalah memakai piringan sorbitol MacConkey antibiotik di awal onset enteritis memberikan efek
(SMAC) agar. Kultur biasanya memberi hasil negatif protektif. Terapi antibotik sangat bermanfaat pada
jika dikerjakan 7 hari setelah diare. Toksin shiga juga enteritis akibat Camphylobacter jejuni, traveler’ s
mungkin dapat dideteksi dengan test antibodi spesifik, diarrhea oleh enterotoxigenic E. coli, dan shigelosis.
studi gen, dan enzyme-linked immunosorbent assay Berdasarkan kelas antibiotik, trimethropim-
(ELISA).2,11 sulfamethoxazole dan golongan β-laktam dikaitkan den-
gan peningkatan risiko HUS.2-6,9,14
DIAGNOSIS Di awal penyakit, obat antimotilitas merupakan
kontraindikasi oleh karena dapat meningkatkan risiko
Diagnosis HUS ditegakkan berdasarkan HUS. Terapi utama adalah bersifat suportif meliputi
ditemukannya triad anemia hemolitik mikroangiopati keseimbangan cairan dan elektrolit, kontrol hipertensi,
(coomb test negatif), trombositopenia, dan gagal ginjal dukungan nutrisi, dan bila diperlukan terapi pengganti
akut. HUS harus dipertimbangkan dan dieksklusi pada ginjal. Harus dilakukan monitoring kemungkinan
semua kasus gagal ginjal akut, khususnya yang dikaitkan terjadinya komplikasi seperti kolitis iskemik, gangguan
dengan diare dan atau hipertensi berat. Diagnosis infeksi fungsi miokard, dan pankreatitis. Bukti akan manfaat
E coli O157:H7 melalui kultur feses dengan media plasma exchange ataupun infus plasma masih sedikit.
sorbitol-MacConkey agar dan menemukan antigen Plasma exchange digunakan pada kasus dengan
O157:H7. Juga dapat dideteksi antibodi terhadap komplikasi. Terapi spesifik dengan resin pengikat tok-
lipopolisakarida O157 dari sera pasien fase konvalesen sin dan vaksin toksoid sedang dalam penelitian. Di masa
walau pemakaiannya terbatas pada penyakit akut dan depan, tindakan pencegahan dan kebijakan kesehatan
tidak tersedia secara luas. Tes deteksi cepat E. coli masyarakat yang baik merupakan hal yang terpenting.2-
7,9
O157:H7 dan shiga-like toxins pada feses sedang
dikembangkan.2-6,11

2. HEMOLYTIC UREMIC SYNDROM YANG TIDAK


PENANGANAN DIKAITKAN DIARE /
HUS (D-)
Identifikasi infeksi dan diagnosis HUS secara dini
sangat penting. Belum ada konsensus yang jelas Terdapat beberapa bentuk HUS (D-), diantaranya yaitu:
menyangkut pemberian antibiotika pada infeksi E. coli a. Idi opati k
dan belum jelas apakah pemberian antibiotik diawal HUS idiopatik juga dikenal sebagai HUS
penyakit bermanfaat atau bahkan mungkin sporadik/atipikal mencangkup sekitar 5 – 10% dari
meningkatkan risiko terjadinya HUS. Suatu meta-anali- seluruh kasus HUS. Perjalanan penyakitnya biasanya
sis terakhir, tidak menemukan peningkatan risiko HUS insidius, meskipun bisa muncul setelah infeksi saluran
setelah pemberian antibiotik pada enteritis akibat E. coli nafas bagian atas. Dapat mengenai semua usia dan
O157:H7. Studi in vitro dan pada binatang coba, insidennya tidak mengenal musim. Sering dengan
memperlihatkan waktu dan lama pemberian serta kelas hipertensi berat dan angka mortalitasnya lebih tinggi dari
antibiotik yang diberikan berkaitan dengan risiko pada HUS (D+). Keterlibatan ginjal sangat menonjol

Hemolytic Uremic Syndrome 61


Ida Bagus Ngurah Wisesa, Jodi S. Loekman
ditandai dengan proteinuria yang signifikan dan uremia. awal dengan insiden puncak pada bayi. Anak yang sakit
Penyakit ini dapat mengalami kekambuhan baik pada mungkin mengalami episode rekaren. Bentuk autosomal
ginjal yang asli ataupun ginjal allograf. Seperti namanya, resesif dikaitkan dengan kadar faktor H sebesar 10-50%
maka penyebabnya belum diketahui. Penelitian terakhir dari kadar normal sebagai akibat lipatan protein yang
difokuskan pada gangguan fungsi modulator jalur menyimpang dan penurunan sekresi, dengan kadar C3
komplemen. Sebagian besar pasien mengalami defisiensi yang rendah. Pada bentuk autosomal dominan terdapat
atau defek komplemen faktor H. Faktor H merupakan gangguan protein faktor H secara fungsional, dengan
plasma protein dengan berat 150-kD yang mengandung kadar antigenik serum yang normal, kadar C3 serum
20 unit homolog yang disebut short consesus repeats normal, dapat mengenai semua umur dan mungkin
(CSRs) yang masing-masing terdiri dari 60 asam amino. dicetuskan oleh infeksi atau kehamilan. Hipertensi berat
Normalnya faktor H melindungi sel host dari kerusakan merupakan gambaran klinis utama dan dijumpai pada
accidental oleh jalur komplemen alternatif. C3bBb, 80% kasus autosomal dominan dan pada 40% kasus
suatu convertase C3 pada jalur alternatif, mengakibatkan autosomal resesif. Biasanya tanpa prodromal diare, den-
peningkatan pembentukkan molekul C3 pada permukaan gan prognosis buruk dan angka kematian tinggi, lebih
sel yang suseptibel. Faktor H mengatur proses tadi den- dari 50%. Penanganan meliputi kontrol agresif terhadap
gan cara memindahkan Bb dari C3b, sehingga tekanan darah, khususnya dengan ACE inhibitor, men-
memungkinkan pemecahan dan inaktivasi C3 oleh fak- jaga keseimbangan cairan dan plasma exchange.1,2,6,9
tor I (C3b inactivator). Laporan kasus sering
memperlihatkan kadar C3 yang rendah, hal ini c. Transplantasi
menunjukan terjadi aktivasi berlebihan jalur komplemen Baik HUS denovo maupun HUS rekaren dapat
alternatif. Adanya defisiensi atau disfungsi faktor H terjadi setelah transplantasi ginjal. HUS merupakan efek
menimbulkan overaktivasi C3 yang mungkin memicu samping yang sudah established setelah pemberian
injuri glomerolus melalui autoantibody-mediated atau siklosporin dan tacrolimus (FK506). Faktor risiko
immune-complex-mediated. Akibatnya terjadi kerusakan lainnya meliputi rejeksi akut, infeksi CMV (cytomegalo
dan deskuamasi pada sel endotel glomerolus, virus), dan transplantasi pankreas secara simultan. Te-
terpaparnya subendotelium glomerolus, adesi dan rapi meliputi penghentian obat, pemberian kortikosteroid
agregasi platelet, peningkatan tissue factor lokal disertai intravena, dan menggunakan obat imunosupresif yang
aktivasi dan terikatnya faktor VII, dan terbentuknya lain. HUS juga dapat terjadi pada transplantasi sumsum
trombin disertai formasi polimer fibrin. Faktor etiologi tulang, dimana 6-26% pasien menunjukkan bukti adanya
lainnya diantaranya disfungsi metabolisme prostasiklin, mikroangiopati. Penyebabnya belum jelas, mungkin
kelainan multimer faktor von Willebrand, kelainan berkaitan dengan kerusakan endotel, sekunder akibat
platelet-activating factor dan tissue plasminogen iradiasi seluruh tubuh, konditioning kemoterapi yang
activator inhibitor type-1.1-6,9 intensif, terapi siklosporin, infeksi CMV, atau penyakit
graft versus host. Penanganan bersifat suportif meliputi
b. Familial terapi pengganti ginjal, mengatasi hipertensi dengan
Secara fenotip HUS familial sangat mirip den- ACE inhibitor, dan menghentikan pemberian
gan HUS idiopatik. Mungkin diturunkan baik dalam sikolosporin. Pemberian plasma segar beku mungkin
bentuk autosomal resesif maupun autosomal dominan. bermanfaat, tetapi terapi ini biasanya gagal pada bentuk
Pada bentuk autosomal resesif, onset penyakit biasanya penyakit yang fulminan dan prognosisnya buruk.2-6

62
d. Drugs related neurologis, demam dan gagal ginjal yang membutuhkan
Selain siklosporin dan tacrolimus, beberapa obat terapi pengganti ginjal. Pemberian plasma exchange
sitotoksik yang digunakan pada kemoterapi dapat meningkatkan angka harapan hidup, namun angka
menimbulkan komplikasi berupa sindrom yang disebut kematian ibu tetap antara 5-20%, disertai komplikasi
dengan C-HUS atau cancer-chemotherapy HUS. Obat berupa persalinan prematur dan kematian janin dalam
tersebut diantaranya mitomicin C, 5-fluorourasil, dan kandungan (sekitar 30%). Pemantauan jangka panjang
cisplatin baik pemberian sendiri maupun kombinasi den- sangat penting karena dikemudian hari dapat terjadi
gan daunorubisin, vinblastin dan bleomisin. Gambaran gagal ginjal dan hipertensi. Angka kekambuhannya
klinisnya adalah hipertensi berat, edema paru (sering sekitar 50% pasien, terjadi tidak hanya pada saat
setelah tranfusi dengan produk darah), dan kelainan kehamilan berikutnya, tetapi juga bisa timbul kapan
neurologis dengan angka mortalitas yang tinggi (pada saja.2-7
beberapa seri sekitar 60 – 70%). Pada pemberian
mitomocin C, penyakit ini bersifat dosed related, jarang f. Mali gnancyrelated
terjadi pada pasien yang mendapatkan dosis kurang dari HUS juga dikaitkan dengan keganasan,
30 mg/m2, tetapi sering timbul pada dosis diatas 60 mg/ khususnya adenokarsinoma. Pasien dengan tumor gas-
m2. Angka insidennya antara 2 – 15%, biasanya muncul ter primer maupun penyakit metastase juga termasuk
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pemberian risiko tinggi.2-6
mitomicin C yang terakhir, bahkan sering dijumpai pada
saat pasien secara klinis sudah mengalami remisi. g. HIV related
Beberapa terapi terbukti efektif, walaupun pemberian Terdapat beberapa bentuk nefropati dan
staphylococal protein-A secara perfusi untuk membuang mikroangiopati trombotik dengan gambaran klinis seperti
kompleks imun disirkulasi tampak lebih efektif daripada HUS idiopatik yang dikaitkan dengan infeksi HIV. Insiden
plasma exchange, dan lebih bermanfaat pada bentuk HUS pada pasien dengan infeksi HIV diperkirakan sekitar
penyakit yang kurang berat. Obat-obatan lainnya yang 1% dan biasanya muncul pada penyakit stadium lanjut.
mengakibatkan HUS diantaranya kokain,ticlopidin dan Infeksi HIV harus dipertimbangkan sebagai diagnosis
quinin.2-6,15 banding HUS pada kelompok risiko tinggi dan pada pasien
di daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi. Terdapatnya
e. Pregnancyrelated antigen p24 pada sel endotel mungkin mencerminkan
Insiden HUS pada kehamilan mendekati 1 per efek sitopatik virus secara langsung atau akibat gangguan
25.000. Biasanya timbul pada masa peripartum atau fungsi sel endotel. Adanya infeksi CMV secara bersamaan
dalam beberapa minggu setelah persalinan sehingga juga dikaitkan dengan HUS. Keterlibatan saraf dan
dikenal sebagai gagal ginjal post partum. Bila muncul hipertensi berat merupakan gambaran klinis yang
pada trimester ketiga kehamilan, sulit dibedakan dengan menonjol. Tindakan plasma exchange dapat mengembali-
pre eklampsia berat, seperti sindrom HELLP (hemolisis, kan fungsi ginjal, namun secara keseluruhan prognosis-
peningkatan ensim hati dan trombositopenia). Pada sin- nya buruk dimana sedikit pasien yang masih bertahan
drom pre eklampsia cendrung dikaitkan dengan derajat hidup dari satu tahun setelah diagnosis. ACE inhibitor
anemi hemolitik yang kurang berat, nekrosis sel hati dan merupakan terapi pilihan untuk hipertensi, seperti juga
perbaikan yang cepat setelah persalinan. Gambaran HUS pada bentuk nefropati akibat infeksi HIV yang lainnya.2,4,8
akibat kehamilan meliputi hipertensi berat, gejala

Hemolytic Uremic Syndrome 63


Ida Bagus Ngurah Wisesa, Jodi S. Loekman
h. Penyebab infeksi lainnya pasien dengan TTP yang memberikan respon baik
Infeksi bakteri non diare kadang dikaitkan den- terhadap pemberian plasma exchange. Meskipun
gan HUS. Pneumokokus dan beberapa spesies Clostridia demikian plasma exchange direkomendasikan pada
dapat menghasilkan neuraminidase yang akan merusak sebagian besar bentuk HUS (D-).
asam sialic dari membran sel sehingga terjadi paparan
antigenThomsen-Friedenreich pada sel eritrosit, platelet • Kortikosteroid
dan sel glomerolus. Antibodi IgM yang terdapat pada Pemberian kortikosteroid masih kontroversi. Pada
sebagian besar plasma menyebabkan terjadinya studi restropektif kecil, pemberian kortikosteroid tidak
aglutinasi, injuri sel endotel dan HUS. Pada kasus ini memberikan efek yang signifikan pada survival maupun
tindakan plasma exchange merupakan kontraindikasi pada kebutuhan terhadap terapi pengganti ginjal.
dan modalitas terapinya adalah washed red cells dan
antibiotik. Kesulitan dalam red cell typing dan gambaran • Terapi hipertensi
darah tepi yang menunjukkan adanya aglutinasi maupun ACE inhibitor merupakan terapi pilihan.
fragmentasi sel eritrosit merupakan petunjuk dalam Nefrektomi bilateral disarankan pada HUS (D-) yang
menegakkan diagnosis.2-6,8 berat dengan manifestasi penyakit yang luas dan tidak
responsif terhadap tindakan plasma exchange. Suatu seri
i. Kelainan imunologis pada 4 pasien, dimana 3 diantaranya dengan hipertensi
HUS dilaporkan terkait dengan SLE, sindrom yang resisten terhadap ACE inhibitor, tindakan
antifosfolipid primer, dan suatu variasi dari nefrektomi bilateral mengakibatkan terjadinya remisi
glomerulonefritis.2-6 hematologis dan klinis yang komplit dalam 2 minggu.

TERAPI PADA HUS (D-) • Transplantasi ginjal


Transplantasi ginjal aman dikerjakan pada pasien
Terapi pada HUS (D-) berdasarkan beberapa gagal ginjal sekunder akibat HUS (D+), dengan risiko
Randomized Clinical Trial yang sudah dilakukan kekambuhan yang kecil. Sebaliknya pada pasien HUS
diantaranya:2-6,8,9,12 (D-), 30-50% mengalami kekambuhan, biasanya dalam
• Suportif 2 bulan pertama dan sering kali dalam 2 minggu per-
tama setelah transplantasi. Apabila terjadi kekambuhan,
Terapi suportif yang diberikan meliputi
biasanya sebagian besar graft akan hilang walaupun
keseimbangan cairan, tranfusi darah dan terapi pengganti
diberikan terapi plasma exchange. Keadaan ini
ginjal. Pada pasien dengan oligourik, pemberian cairan
merupakan cermin dari buruknya 2-years overall graft
harus hati-hati untuk menghindari overload dan mungkin
survival rate yang hanya sebesar 35%. Pada kondisi ini
diperlukan pemasangan CVP monitor. Tranfusi platelet
tindakan nefrektomi graft jangan ditunda. Rejeksi vasku-
dihindari, kecuali ada bukti terjadi perdarahan. Pasien
ler akut secara klinis dan histologis mungkin sulit
dengan perburukan fungsi ginjal harus diberikan terapi
dibedakan dengan HUS yang rekaren.
pengganti ginjal.
PROGNOSIS
• Terapi plasma
Studi sebelumnya tentang efikasi terapi plasma Sebelum diperkenalkan dialisis peritoneal secara
pada HUS sulit diinterprestasikan karena disertakannya dini, sebanyak 30% anak dengan HUS meninggal akibat

64
overload cairan, gangguan metabolik, dan uremia. Sekuela lambat dijumpai pada 90% pasien dengan
Setelah segera dilakukan intervensi dengan dialisis, cortical necrosis dan 60% pasien dengan thrombi > 50%
angka mortalitas membaik dari 30% menjadi 5% dan pada glomerolus. Lamanya periode anuria merupakan
laporan terakhir menyebutkan acute mortality rate prediktor penting terjadinya gagal ginjal kronis. Pasien
sekitar 4 – 12%. Perbaikan hasil tersebut terutama dengan anuria pada fase awal penyakit harus di follow-
berkaitan dengan penanganan gagal ginjal akut yang up selama beberapa tahun untuk memonitor ekskresi
lebih baik. Prognosis jangka panjang sangat tergantung protein, hipertensi dan peningkaran kreatinin serum.3,9,12
pada gambaran patologi pada spesimen awal biopsi.
Algoritme penanganan HUS secara umum tampak pada gambar 1 dibawah.9

Gambar 1. Algoritme penanganan HUS9

Hemolytic Uremic Syndrome 65


Ida Bagus Ngurah Wisesa, Jodi S. Loekman
RINGKASAN tract. 8th ed. New York: Wolters Kluwer Lippincott
Williams Wilkins;2007.p.719-41.
HUS merupakan suatu sindrom klinis yang
4. Shapiro W. Hemoyitic uremic syndrome.
ditandai oleh triad gagal ginjal progresif, anemia
Available at http://www.emedicine. com/
hemolitik mikroangiopati (coomb test negatif) dan th
EMERG/topic 238.htm. Accessed on: Oct 28 ,
trombositopenia. Terutama menyerang anak-anak den-
2008.
gan perjalanan klinis yang bervariasi dari sub klinis
5. Parmar MS. Hemolytic uremic syndrome. Avail-
sampai mengancam nyawa. Terdapat dua bentuk
able at http://www. emedicine.com/MED/topic
presentasi yang khas pada HUS yaitu: bentuk yang th
980.htm. Accessed on: Oct 28 , 2008.
dikaitkan dengan diare /HUS (D+) dan bentuk yang tidak
dikaitkan dengan diare/bentuk sporadik dan idiopatik/ 6. Boyce TG, Swerdlow DL, Griffin PM. Eschericia
HUS (D-). Perbedaan diantara kedua presentasi HUS coli O157:H7 and the hemolytic uremic syn-
ini penting karena perjalanan klinis dan prognosisnya drome. N Eng J Med 1995;333:364-8
berbeda. Injuri sel endotel merupakan patogenesis 7. Neild GH. Hemolitic uremic syndrome. In:
sentral dari sindrom ini. Penanganan bersifat suportif Ledingham JGG, Warrell DA, editors. Concise
seperti menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, oxford texbook of medicine. New York: Oxford
dukungan nutrisi, kontrol hipertensi, dan menghentikan press;2000.p. 128-35.
pemberian agen/obat yang diduga sebagai pencetus.
8. Chang HGH, Tserenpuntsag B, Kacica M, Smith
Terapi pengganti ginjal, tranfusi darah dan plasma
PF, Morse DL. Hemolytic Uremic syndrome in-
exchange dipertimbangkan diberikan pada kasus yang
cidence in New York. Emerging infectious dis-
berat. Sebelum diperkenalkan dialisis peritoneal secara
eases. available at www.cdc.gov/eid. Accessed on:
dini, 30% anak dengan HUS meninggal dan tindakan th
Oct 28 , 2008.
intervensi dini dengan dialisis, angka mortalitas
membaik dari 30% menjadi 5%. Laporan terakhir 9. Kaplan BS, Meyers KE, Schulman SL. The patho-
menyebutkan acute mortality rate sekitar 4 – 12%. genesis and treatment of hemolytic uremic syn-
drome. American Society of Nephrology
DAFTAR RUJUKAN 1998;12:1127-33.
10. Grabowski EF. The hemolytic uremic syndrome-
toxin, thrombin and thrombosis. N Eng J Med
1. Moake JL. Thrombotic microangiopathies. N Eng
2002;346:58-61.
J Med 2002;347:589-600.
11. Karch H, Bielaszewska M. Sorbitol-fermenting
2. Warwicker P, Goodship THJ. Haemolytic uraemic
shiga toxin-producing Escherichia coli O157:H2
syndrome. In: Warrel DA, Cox TM, Firth JD,
strains: epidemiology, phenotypic and molecular
Benz EJ, editors. Oxford texbook of medicine.
characteristics, and microbiological diagnosis. Jour-
4th ed. New York: Oxford press;2003.p.20-6
nal of Clinical Microbiology 2001; 39:2043-9.
3. Ruggenenti P, Ceruti M, Remuzzi G. Thrombotic
12. Garg AX, Suri RS, Barrowman N, Rehman F,
thrombocytopenic purpura, hemolytic uremic
Matsell D, Rosas-Arellano MP, et al. Long-term
syndrome, and acute cortical necrosis. In: Robert
renal prognosis of diarrhea-associated hemolytic
W Schrier, editor. Disease of the kidney & urinary
uremic syndrome. A systematic review, meta-
66
analysis, and meta-regression. JAMA treatment of escherichia coli O157:H7 enteritis.
2003;290:1360-70. A meta-analysis. JAMA 2002;288:996-1001.
13. Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome; an emerg- 15. Wu DC, Liu JM, Chen YM, Yang S, Liu SM, Chen
ing health risk. Am Fam Physician 2006;74:991-6. LT, Peng JW. Mitomycin-C induced hemolytic
14. Safdar N, Gangnon RD, Said A, Maki DG. Risk uremic syndrome: a case report and literature re-
of hemolytic uremic syndrome after antibiotic view. Jpn J Clin Oncol 1997;27:115-8.

Hemolytic Uremic Syndrome 67


Ida Bagus Ngurah Wisesa, Jodi S. Loekman

You might also like