You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320225079

Kajian Kekuatan Bambu Laminasi Sebagai Bahan Bangunan di Indonesia

Article · February 2016

CITATIONS READS
0 175

2 authors, including:

Agung Sumarno
Indonesian Institute of Sciences
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Utilization of Low Cost Woods Species and Non-Wood Species for Building Materials View project

Utilization of natural pozzolan from waste materials in concrete View project

All content following this page was uploaded by Agung Sumarno on 05 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KAJIAN KEKUATAN BAMBU LAMINASI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN DI
INDONESIA

Agung Sumarno1 , Eko Widodo1


1
Pusat Penelitian Biomaterial, LIPI
Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911, Indonesia
pos-el: agun010@lipi.go.id

ABSTRACT
Nowadays a lot of research on laminated bamboo as a alternative raw material for building materials, but there
is not standard calculation for the construction of bamboo as a structural component. The result of calculation
using a standard design specifications for wood construction were then compare with a literature review of
experimental laminated bamboo research. The scope of comparison are tensile strength and compressive
strength. And also, using distributed load to compare bending strength, shear strength, and deformation. The
result is the strength of bamboo laminated from a literature always higher than the result of calculation using a
standard design specifications for wood construction. So, standard design specifications for wood construction
can be used for the calculation of laminated bamboo construction . In addition, Dendrocalamus asper bamboo
which are common in Indonesia is very potential to be developed into a mass-produced laminated bamboo to
replace Guadua agustifolia Kunt bamboo.

Keywords : Structure Analysis, Laminated Bamboo, Building Material.

ABSTRAK

Saat ini telah banyak penelitian mengenai bambu laminasi sebagai bahan baku alternatif pengganti kayu untuk
bahan bangunan, namun belum ada standar perhitungan untuk konstruksi b ambu sebagai komponen struktur.
Hasil perhitungan menggunakan standar konstruksi kayu tersebut kemudian dibandingkan dengan kajian pustaka
penelitian bambu laminasi secara eksperimental. Ruang lingkup perbandingan meliputi kekuatan tarik dan
kekuatan tekan. Selain itu, menggunakan beban merata dibandingkan pula kekuatan terhadap lentur dan geser
serta lendutan. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa kekuatan bambu pada pustaka yang digunakan
selalu melebihi perhitungan menggunakan standar konstruksi kayu. Hal ini menunjukkan standar konstruksi
kayu boleh digunakan untuk perhitungan konstruksi bambu laminasi. Selain itu, bambu Dendrocalamus asper
yang umum dijumpai di Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bambu laminasi yang
diproduksi masal menggantikan bambu Guadua agustifolia Kunt.

Kata Kunci : Analisis struktur, Bambu laminasi, Bahan bangunan.

I. PENDAHULUAN
Kayu merupakan bahan bangunan Untuk mengatasi hal tersebut
yang ramah lingkungan berbasis bambu merupakan bahan baku alternatif
biomaterial, namun dengan meningkatnya yang dapat digunakan sebagai bahan
kebutuhan tempat tinggal akibat bangunan pengganti kayu, karena bambu
meningkatnya populasi penduduk disuatu memiliki beberapa unggulan seperti cepat
daerah ketersediaan kayu sebagai bahan tumbuh, mudah dalam pengerjaan, mudah
bangunan semakin menipis baik secara didapat, ringan serta memiliki sifat mekanis
kuantitas maupun kualitas sedangkan yang baik (Suryana, 2011).
kebutuhan kayu untuk bahan bangunan
semakin meningkat. Hal inilah yang Saat ini telah banyak penelitian
menyebabkan eksplorasi kayu sebagai hasil mengenai bambu laminasi sebagai bahan
hutan melampaui batas sehingga terjadi baku alternatif pengganti kayu untuk bahan
deforestasi (Putri R, 2012). bangunan. Bambu laminasi ini diharapkan
menjadi solusi untuk memperbaiki sifat
mekanika bambu sehingga menjadi
seragam bila dibanding bambu alami. sistem struktur rangka (truss), batang tekan
Selain itu, bambu laminasi memiliki biasanya adalah elemen struktur yang
kelebihan dapat dibentuk dalam berbagai letaknya di tepi, vertikal, elemen struktur
ukuran (Setyo H, 2014). Ide dasar dalam pengaku (bracing) ataupun elemen kolom
pembuatan bambu laminasi adalah adalah (tiang). Berikut ini akan diuraikan langkah
teknologi laminasi yang telah lama analisis batang tekan (SNI 7973, 2013).
diterapkan pada kayu yaitu glulam (glued
laminated timber) (Agus, 2011). Dengan 1. Menentukan panjang efektif kolom
teknologi ini kayu dipilih dan dipersiapkan Le = Ke ×L
secara khusus dan digabung menggunakan (1)
perekat (SNI 7973, 2013). dengan :
𝐿𝑒 = Panjang efektif kolom
Bambu laminasi dibuat dengan cara 𝐾𝑒 = Koefisien panjang tekuk
membuat bambu menjadi bilah bambu yang 𝐿 = Panjang kolom
dipilah berdasarkan ukuran yang sama
untuk mempermudah pengerjaan, kemudian 2. Menentukan rasio kelangsingan 𝐿𝑒 /𝑑
direkatkan dengan sistem kempa dan dengan kontrol 𝐿𝑒 /𝑑 < 50, dengan 𝑑 =
membentuk balok-balok yang ukuran dan sisi terpanjang penampang
dimensinya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan (Putri R, 2012). 3. Menentukan faktor-faktor koreksi antara
lain 𝐶𝑀 ,𝐶𝑡 ,𝐶𝑓, 𝐶𝐼 , 𝐾𝑓 , 𝜙𝑐 ,𝜆
Penelitian bambu laminasi di dengan :
Indonesia telah memberikan informasi 𝐶𝑀 = Faktor layan basah
berupa sifat mekanik bambu laminasi yang 𝐶𝑡 = Faktor temperatur
meliputi modulus elastisitas, modulus 𝐶𝑓 = Faktor ukuran
lentur, kuat tarik, kuat tekan sejajar serat,
𝐶𝐼 = Faktor tusukan
kuat tekan tegak lurus serat, serta kuat
𝐾𝑓 = Faktor konfersi format
geser. Sifat mekanik bambu laminasi sangat
dipengaruhi oleh jumlah ruas yang ada pada 𝜙𝑐 = Faktor ketahanan
satu batang, jumlah dan jenis perekat 𝜆 = Faktor efek waktu
terlabur yang digunakan serta faktor
tekanan kempa yang diberikan (Setyo H, 4. Menghitung kuat tekan F*c
2014). 𝐹𝑐 = 0,8 × 𝐹𝑐
(2)
Konstruksi bambu saat ini menjadi dengan :
salah satu pilihan bagi arsitek dan insinyur 𝐹𝑐 = Kuat tekan sejajar serat dari data
sipil karena bersifat material terbarukan sekunder
(Nurdiah, 2016), Namun sejauh ini belum F*c = 𝐹𝑐 × 𝐶𝑀 × 𝐶𝑡 × 𝐶𝑓 × 𝐶𝐼
ada standar perhitungan untuk konstruksi (3)
bambu sebagai komponen struktur, 5. Menghitung faktor stabilitas kolom
sehingga dalam analisis ini dicoba
menggunakan standar spesifikasi desain 0,822Emin'
FcE = L 2
untuk konstruksi kayu (SNI 7973, 2013). ( e)
d
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (4)
kekuatan bambu laminasi dengan ukuran
sebenarnya agar dapat dimanfaatkan
1+FcE/ Fc* 1+F cE/ Fc* 2 FcE/ Fc*
sebagai bahan bangunan. Cp = -√[ ] -
2c 2c c
(5)

6. Menentukan kapasitas tekan terkoreksi


II. TINJAUAN PENELITIAN
𝐹𝑐 ’ = 𝐹𝑐 × 𝐶𝑀 × 𝐶𝑡 × 𝐶𝑓 × 𝐶𝐼 × 𝐶𝑝 ×
Analisis kapasitas tekan
Batang tekan adalah elemen 𝐾𝑓 × 𝜙𝑐 × 𝜆 (6)
struktur yang menerima gaya aksial tekan
sehingga mengalami perpendekan. Dalam
𝑃𝑢 = 𝐹𝑐 ’ × 𝐴𝑔 2. Syarat terhadap kuat geser
2
(7) 𝑉’ = 𝜆 × 𝜙𝑣 × × 𝐶𝐿 × 𝐶 𝑀 × 𝐶𝐹 ×
3
dengan : 𝑆 𝑥 × 𝐾𝑓 × 𝐹𝑣 × 𝑏 × 𝑑
𝐴𝑔 = luas penampang (14)
𝑞𝑢 = (𝑉’𝑥 2)/𝐿
(15)
Analisis kapasitas tarik
Batang tarik merupakan elemen 3. Syarat terhadap lendutan
struktur yang menerima gaya aksial tarik 𝐼𝑥 = (𝑏 × 𝑑 3 )/12
sehingga mengalami pertambahan panjang. (16)
Dalam struktur rangka (truss), batang tarik 𝛥𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝐿/300
terletak pada elemen horizontal paling
bawah. Berikut ini akan diuraikan langkah 𝑞𝑢 = (𝛥𝑖𝑗𝑖𝑛 × 384 × 𝐸 × 𝐼𝑥 )/(5 × 𝐿4 )
analisis batang tarik (SNI 7973, 2013).
(17)
1. Menghitung kuat tarik 𝐹𝑡
𝐹𝑡 = 0,8 × 𝐹𝑡 nilai 𝑞𝑢 diambil yang terkecil
(8)
dengan : III. METODE
𝐹𝑡 = kuat tarik sejajar serat dari data Tulisan ini mengkaji kekuatan
sekunder bambu laminasi terhadap kuat tarik, tekan,
2. Menghitung kuat tarik terkoreksi 𝐹𝑡 ’ lentur dan geser. Selain itu, dilakukan pula
𝐹𝑡 ’ = 𝐹𝑡 × 𝐶𝑀 × 𝐶𝑡 × 𝐶𝑓 × 𝐶𝐼 × 𝐾𝑓 × kajian kekakuan dengan mengukur lendutan
yang terjadi akibat pembebanan merata.
𝜙𝑐 × 𝜆 (9)
Seluruh pembebanan dilakukan mengikuti
standar konstruksi kayu, yaitu SNI 7973,
3. Menghitung kapasitas tarik terkoreksi
2013.
𝑇’ = 𝐹𝑡 ’ × 𝐴 𝑛
(10)
Batasan yang digunakan dalam
dengan :
kajian ini adalah panjang balok dan ukuran
𝐴 𝑛 : luas penampang bersih 𝐴𝑔 /1,25 penampang, panjang balok yang digunakan
antara lain 1 m, 1,5 m, 2 m, 2,5 m, 3 m, 3,5
Analisis kapasitas beban merata m, 4 m, 4,5 m, 5 m dan ukuran penampang
yang di gunakan 6 cm x 12 cm untuk balok,
Momen lentur, gaya geser dan 5 cm x 7 cm untuk kaso, 3 cm x 4 cm untuk
lendutan timbul pada sistem struktur balok reng (SNI 03-2445, 1991).
sehingga kekuatan balok dalam menerima
beban harus memenuhi syarat terhadap Data penelitian bambu laminasi
kuat lentur, kuat geser dan lendutan. yang digunakan adalah penelitian bambu
Berikut ini akan diuraikan langkah laminasi yang sudah bersifat komersial
analisisnya (SNI 7973, 2013). menggunakan bambu Guadua agustifolia
Kunt (Correal et al, 2014). Selain itu,
1. Syarat terhadap kuat lentur digunakan juga hasil penelitian bambu
𝑆𝑥 = 𝑏𝑑 2 /6 laminasi di Indonesia yang menggunakan
(11) bambu Dendrocalamus Asper atau yang
dengan Sx adalah statis momen dikenal dengan nama bambu betung (Setyo
𝑀’ = 𝜆 × 𝜙𝑏 × 𝐶𝐿 × 𝐶𝑀 × 𝐶𝐹 × 𝑆 𝑥 × H, 2014). Berdasarkan penelitian Suryana
𝐾𝑓 × 𝐹𝑏 (2011) bambu lapis dengan menggunakan
(12) bambu betung (Dendrocalamus asper
𝑞𝑢 = (𝑀’ × 8)/𝐿2 Backer ex Heyne) memiliki sifat fisis dan
(13) mekanis yang lebih baik bila dibandingkan
dengan bambu tali (Gigantochoa apus
Kurz) dan juga bambu andong
(Gigantochloa verticillata Munro).
Sifat mekanik bambu laminasi yang yang direkomendasikan dan kekuatan yang
dikaji disajikan pada Tabel 1 dan properti mampu diterima. Hasil analisis kapasitas
dari bambu laminasi yang dikaji disajikan tekan disajikan pada Tabel 3 dibawah ini .
pada Tabel 2.

Tabel 3. Hasil analisis kapasitas tekan


Tabel 1. Sifat mekanik bambu laminasi
hasil penelitian yang dikaji Jenis Bambu (1) (2)
Elemen Panjang Pu (ton)
Jenis Bambu (1) (2)
(mm)
Modulus Elastisitas, 13260 12420 Balok 1000 28,51 25,37
E (MPa) (60 x 120) 1500 26,07 23,40
Kuat lentur, 122,4 130,98 mm 2000 20,66 18,94
Fb (MPa) 14,79 13,74
2500
Kuat tarik, 143,1 139,09 10,69 9,98
3000
Ft (MPa)
3500 8,01 7,48
Kuat tekan sejajar serat, 62,0 55,03
4000 6,19 5,79
Fc (MPa)
4500 4,92 4,61
Kuat geser, 9,5 8,46
5000 4,01 3,75
Fv (MPa)
>5000 Le/d > Le/d >
Kuat tekan tegak lurus 5,3 17,65
50 50
serat,
Fc┴ (MPa) Kaso 1000 11,71 10,60
(50 x 70) 1500 6,85 6,37
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal
mm 2000 4,05 3,78
et al, 2014)
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et 2500 2,63 2,46
al, 2014) >2500 Le/d > Le/d >
50 50
Reng 1000 1,78 1,66
Tabel 2. Properti bambu laminasi yang (30 x 40) 1500 0,82 0,77
dikaji mm >1500 Le/d > Le/d >
50 50
Jenis Bambu (1) (2) (1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al,
Jenis Perekat 50% urea urea 2014)
formaldehyd formaldeh (2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al,
e + 50% yde 2014)
Melamine
formaldehide
Kadar Air (%) 11,9 15,3 Dari hasil analisis diperoleh
panjang batang maksimum yang
Densitas 0,741 0,72 direkomendasikan untuk elemen balok (60
Bambu mm x 120 mm), kaso (50 mm x 70 mm),
(g/cm3 ) reng (30 mm x 40 mm), berturut-turut
Pengempaan 2 2 L<5000mm, L<2500 mm, L<1500 mm,
(MPa) serta kekuatan yang mampu diterima
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal berturut-turut 4,01 ton, 2,63 ton, 0,82 ton
et al, 2014) untuk bambu laminasi Guadua agustifolia
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et kunt dan 3,75 ton, 2,46 ton, 0,77 ton untuk
al, 2014) bambu laminasi Dendrocalamus asper.

Analisis kapasitas tarik


IV. HASIL DAN DISKUSI Analisis kapasitas tarik dilakukan
Analisis kapasitas tekan untuk mencari kekuatan tarik dari
Analisis kapasitas tekan dilakukan penampang. Hasil analisis batang tekan
untuk mencari panjang batang maksimum disajikan pada Tabel 4 dibawah ini .
Tabel 4. Hasil analisis kapasitas tarik
Pada Gambar 1 terlihat bahwa nilai
Jenis (1) (2) qu terkecil berdasarkan lendutan untuk
Bambu elemen balok (60 mm x 120 mm) dengan
Elemen Tu (ton) panjang 1000 mm. Selanjutnya, diperoleh
Balok 68,37 66,45 nilai qu berdasarkan variasi dimensi dan
(60 x 120) panjang balok yang disajikan pada Tabel 5.
mm
Kaso 33,23 32,30 Tabel 5. Hasil analisis kapasitas beban
(50 x 70) merata
mm
Reng 11,39 11,08 Jenis Bambu (1) (2)
(30 x 40) Elemen Panjang
q u (ton)
mm (mm)
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al, Balok 1000 5,87 5,49
2014) (60 x 120) 1500 1,74 1,63
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al, mm 2000 0,73 0,69
2014) 2500 0,38 0,35
3000 0,22 0,20
Dari hasil analisis diperoleh 3500 0,14 0,13
kapasitas tarik yang direkomendasikan 4000 0,09 0,08
untuk elemen balok (60 mm x 120 mm), 4500 0,06 0,06
kaso (50 mm x 70 mm), reng (30 mm x 40 5000 0,04 0,04
mm), berturut-turut 68,37 ton, 33,23 ton, >5000 Le/d Le/d
11,39 ton untuk bambu laminasi Guadua > 50 > 50
agustifolia kunt dan 66,45 ton, 32,30 ton, Kaso 1000 0,68 0,64
11,08 ton untuk bambu laminasi (50 x 70) 1500 0,20 0,19
Dendrocalamus asper. mm 2000 0,08 0,08
2500 0,04 0,04
Analisis kapasitas beban merata >2500 Le/d Le/d
> 50 > 50
Analisis ini dilakukan untuk Reng 1000 0,07 0,07
mengetahui beban merata yang dapat (30 x 40) 1500 0,02 0,02
bekerja pada sistem struktur balok. Nilai qu mm >1500 Le/d Le/d
diambil yang terkecil dari analisis kuat > 50 > 50
lentur, kuat geser dan lendutan yang timbul
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al,
pada sistem struktur balok.
2014)
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al,
Perbandingan nilai qu berdasarkan 2014)
analisis kuat lentur, geser dan
400 lendutan Dari hasil analisis diperoleh
332,44 Guadua kapasitas beban merata yang
310,66 agustifolia Kunt direkomendasikan untuk elemen balok (60
300 (Correal et al,
2014) mm x 120 mm) dengan panjang 5000 mm,
189,11 kaso (50 mm x 70 mm) dengan panjang
200 168,41 Dendrocalamus
asper (Setyo H 2500 mm, dan reng (30 mm x 40 mm)
et al, 2014) dengan panjang 1500 mm, berturut-turut
100
0,04 ton/m, 0,04 ton/m, 0,02 ton/m untuk
5,87 5,49
bambu laminasi Guadua agustifolia kunt
0
analisis analisis analisis dan bambu laminasi Dendrocalamus asper.
kuat lentur kuat geser lendutan

Gambar 1. Perbandingan nilai qu


Verifikasi eksperimental, dengan selisih 33,80 %
untuk bambu Guadua agustifolia Kunt dan
Verifikasi dalam kajian ini 33,62 % untuk bambu Dendrocalamus
dilakukan dengan membandingkan nilai asper. Hal ini dikarenakan faktor- faktor
hasil uji eksperimental bambu laminasi koreksi yang sama dengan analisis kuat
yang dilakukan oleh Correal et al, 2014 dan tekan.
Setyo H et al, 2014 dengan nilai hasil
analisis. Dari hasil verifikasi terlihat bahwa
nilai analisis yang dilakukan dengan SNI Tabel 8. Verifikasi kapasitas beban merata.
7973: 2013 lebih rendah dari nilai hasil uji
eksperimental. Hasil verifikasi disajikan Ukuran Elemen qu (Ton/m)
pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8. (50 x 50 x 760) mm
(1) (2)
Tabel 6. Verifikasi kapasitas tekan SNI 0,40 0,38
Ekperimental 3,58 1,62
Ukuran Elemen Pu (Ton) (1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al,
(50 x 50 x 200) mm 2014)
(1) (2) (2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al,
SNI 10,21 9,07 2014)
Ekperimental 15,5 13,05
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al, Dari hasil verifikasi kapasitas
2014) beban merata diperoleh nilai analisis yang
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al, dilakukan dengan SNI lebih rendah dari
2014) nilai hasil uji eksperimental, dengan selisih
88,83 % untuk bambu Guadua agustifolia
Dari hasil verifikasi kapasitas tekan Kunt dan 76,54 % untuk bambu
diperoleh nilai analisis yang dilakukan Dendrocalamus asper. Hal ini dikarenakan
dengan SNI lebih rendah dari nilai hasil uji pada SNI 7973: 2013 nilai qu diambil yang
eksperimental, dengan selisih 34,13 % terkecil dari analisis kuat lentur, kuat geser
untuk bambu Guadua agustifolia Kunt dan dan lendutan.
30,5 % untuk bambu Dendrocalamus asper.
Hal ini dikarenakan pada SNI 7973 : 2013
telah memperhitungkan faktor- faktor V. KESIMPULAN
koreksi antara lain faktor layan basah,
faktor temperatur, faktor ukuran, faktor Analisis bambu laminasi yang
tusukan, faktor konfersi format, faktor dilakukan dengan SNI 7973:2013
ketahanan dan faktor efek waktu. menghasilkan nilai yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan nilai hasil uji
eksperimental oleh Correal et al, 2014 dan
Tabel 7. Verifikasi kapasitas tarik. Setyo H et al, 2014. Hal ini dikarenakan
faktor- faktor koreksi seperti faktor layan
Ukuran Elemen basah, faktor temperatur, faktor ukuran,
Tu (Ton)
(10 x 25 x 460) mm faktor tusukan, faktor konfersi format,
(1) (2) faktor ketahanan dan faktor efek waktu
SNI 2,37 2,31 yang telah diperhitungkan. Sehingga,
Ekperimental 3,58 3,48 perhitungan bambu laminasi sebagai
(1) Guadua agustifolia Kunt (Correal et al, pengganti struktur kayu dapat dilakukan
2014) dengan SNI 7973:2013.
(2) Dendrocalamus asper (Setyo H et al, Namun, perlu ditambahkan
2014) perhitungan tersendiri pada SNI 7973:2013
tentang bambu laminasi karena belum
Dari hasil verifikasi kapasitas tarik adanya faktor-faktor koreksi untuk bambu
diperoleh nilai analisis yang dilakukan pada SNI 7973:2013, agar nilai yang
dengan SNI lebih rendah dari nilai hasil uji dihasilkan lebih konservatif.
Building Materials 73. Elsevier Ltd:
Bambu Dendrocalamus asper di 105–12.
Indonesia sangat berpotensi untuk dijadikan
bambu laminasi yang diproduksi secara Departemen Pekerjaan Umum.1991.
masal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Spesifikasi ukuran kayu untuk
kapasitas yang setara dengan bambu bangunan rumah dan gedung. SNI 03-
laminasi Guadua agustifolia kunt yang 2445-1991
telah diproduksi masal. Namun, informasi
mengenai potensi bambu Dendrocalamus Nurdiah, Esti Asih. 2016. The Potential of
asper untuk dijadikan bambu laminasi Bamboo as Building Material in
masih kurang menyebar baik dimasyarakat Organic Shaped Buildings. Procedia -
maupun para pelaku bisnis, sehingga hal ini Social and Behavioral Sciences 216
yang menghambat laminasi bambu (2016) : 30–38.
Dendrocalamus asper belum juga dibuat
secara masal di Indonesia. Putri R, Ratih. 2012. Keberterimaan
Masyarakat Terhadap Inovasi
Teknologi Bambu Laminasi Sebagai
REFERENSI Alternatif Pengganti Kayu Konstruksi.
Agus., Suzanna, Ayu Karunia. 2011. Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.4
Pengaruh Pengempaan Terhadap No.1, April 2012 : 15–22.
Kuat Lentur Balok Laminasi Bambu
Betung. Poli Rekayasa Volume.6 Setyo H, Nor Intang ., Satyarno, Iman.,
Nomor.2 :89-94. Sulistyo, Djoko., and Prayitno, T A.
2014. Sifat Mekanika Bambu Petung
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Laminasi. Dinamika Rekayasa Vol.10
Spesifikasi desain untuk konstruksi No.1 : 6–13.
kayu. SNI 7973:2013.
Suryana, Jajang., Massijaya, Muhammad
Correal, Juan F., Echeverry, Juan S., Y., Hadi ,Yusuf S., Hermawan, Dede.
Ramírez, Fernando.,Yamín, Luis E. 2011. Sifat-Sifat Dasar Bambu Lapis.
2014. Experimental Evaluation of Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu
Physical and Mechanical Properties of Tropis Vol.9 No.2 Juli 2011 : 153–
Glued Laminated Guadua 165.
Angustifolia Kunth. Construction and

View publication stats

You might also like