You are on page 1of 7

43

HUBUNGAN ANTARA POLA PERSONAL HYGIENE (VULVA HYGIENE)


DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMAN II
UNGARAN

Tria Wahyuningrum
ABSTRACT
The teenagers do not know much information about health reproduction,
they also do not know how to care the genital organs included vagina, so many flour
albus cases happen in the teenagers as the effect of the inappropriate caring way of
reproduction organ. The purpose of the research is to know the relationship between
the pattern of personal hygiene (vulva hygiene) and the flour albus occurrrence on the
female teenagers at SMAN II Ungaran.
This research was conducted at SMAN II Ungaran on 20th until 24th June
2010 by using descriptive correlation method with case control approach. The sample
was taken by using total sampling technique for control group and purposive sampling
technique for case group.
The result of the research was most of female students of class X at SMAN II
Ungaran that suffered pathology flour albus occurrence had bad personal hygiene
(vulva hygiene) pattern, the amount was 14 students (33,3%). Most of the female
students of class X at SMAN II Ungaran that did not suffer pathology flour albus had
good pattern of personal hygiene (vulva hygiene), the amount was 18 students (42,9%).
The result of data analysis: x2 = 9,882 , p value = 0,002 it means there is correlation
between the pattern of personal hygiene and flour albus occurrence.
The suggestion for the female teenagers is to increase the health
reproduction, especially their vital organ care.

Reference : 23 references (1998-2008)


Keywords : Personal Hygiene Pattern, Flour Albus Occurrence

PENDAHULUAN
Permasalahan kesehatan repro- tetapi mereka menganggap bahwa
duksi sering ditemui dalam siklus keputihan adalah hal yang wajar,
kehidupan wanita. Menurut Cherry padahal tidak semua keputihan bisa
(1999), masalah kesehatan reproduksi dianggap wajar (Sianturi, 2001). Tidak
pada wanita bermacam-macam mulai mudah bagi seorang wanita untuk
dari gangguan siklus haid, amenorrhea, menyampaikan masalah keputihan yang
dysmenorrhe, keputihan (fluor albus) dialaminya kepada orang lain. Hal ini
dll. Masalah keputihan adalah salah satu disebabkan oleh adanya budaya tabu
masalah kesehatan reproduksi wanita untuk membicarakan organ intim dan
yang sering dikeluhkan dan sejak lama memperlihatkannya kepada orang lain.
menjadi persoalan bagi kaum wanita Data penelitian tentang kesehatan
(Kissanti, 2008). Keputihan dapat reproduksi wanita pada tahun 2007
menyebabkan ketidaknyamanan dalam menunjukkan 75% wanita di Indonesia
melakukan aktivitas sehari-hari, akan mengalami keputihan, paling tidak
44

sekali seumur hidup dan 45% dianta- dan menghentikan proses infeksi sesuai
ranya bisa mengalami sebanyak 2 kali dengan penyebabnya. Selain terapi
atau lebih (Selamihardja, 2006). tersebut, penderita keputihan dianjurkan
Berdasarkan hasil penelitian diatas untuk selalu menjaga kebersihan daerah
diketahui bahwa hampir separuh dari vulva dan vagina sebagai tindakan
responden (45,85%) yang mengalami pencegahan sekaligus mencegah ber-
keputihan adalah remaja dan yang ulangnya keputihan (Mansjoer dkk,
belum menikah. Dengan prosentase 2001).
yang cukup besar tersebut menunjukkan Hasil studi pendahuluan yang
bahwa kejadian keputihan masih banyak dilakukan peneliti terhadap 139 siswi
dialami oleh para remaja. Remaja SMAN II Ungaran, didapatkan data
mengalami suatu tahap perkembangan sebanyak 21 orang (6,38%) mengalami
fisik yang akan memasuki usia repro- keputihan patologis. Dari 21 siswi
duksi dimana alat-alat reproduksi sudah tersebut, 14 orang (66,7%) mempunyai
berfungsi secara sempurna personal hygiene yang kurang baik, dan
(Selamihardja, 2006). 7 orang (33,3%) mempunyai personal
Keputihan bisa terjadi karena hygienenya yang baik. Dari uraian
infeksi yang diakibatkan oleh bakteri, diatas maka penulis tertarik untuk
pemakaian deodoran atau cairan melakukan penelitian tentang hubungan
pembersih vagina, pemakaian alat antara pola personal hygiene (vulva
kontrasepsi (IUD), sabun dan bubuk hygiene) dan kejadian keputihan.
pencuci yang digunakan dan gangguan
hormon. Selain itu, timbulnya bakteri METODE PENELITIAN
atau jamur ini akibat pola kebiasaan Penelitian yang dilakukan adalah
yang kurang hygienis pada vagina dan penelitian deskriptif korelasional
kelembaban pada vagina (Manuaba, dengan menggunakan data kuantitatif
1999). Banyak wanita di negara serta pendekatan secara case control.
berkembang seperti Indonesia ini yang Populasi penelitian adalah siswi SMAN
belum menyadari atau mengetahui II Ungaran yang pernah mengalami
sebab dan akibat dari keputihan. keputihan patologis. Penelitian ini
Padahal akibat dari keputihan ini bisa menggunakan teknik total sampling
sangat fatal bila terlambat ditangani, yaitu pengambilan sampel dimana
misalnya pada keputihan yang tidak setiap subjek dijadikan sampel
segera diobati dapat menimbulkan (Arikunto, 2006). Untuk kelompok
komplikasi penyakit radang panggul kontrol dipakai jumlah yang sama besar
yang berlarut-larut dan dapat menye- dengan kelompok kasus, yaitu dengan
babkan kemandulan (infertilitas) karena perbandingan 1 : 1. Kelompok kontrol
kerusakan dan tersumbatnya saluran yaitu siswi SMAN II Ungaran yang
telur. belum pernah mengalami keputihan
Keputihan akibat infeksi harus patologis sejumlah 21 orang, dengan
mendapat pengobatan yang sesuai. Jika teknik pengambilan sampel secara
terlambat ditangani dapat menimbulkan purposive sampling yaitu pengambilan
komplikasi. Umumnya obat-obatan sampel atas dasar keputusan peneliti
yang diberikan untuk mengatasi keluhan (Arikunto, 2006). Jadi besar sampel
45

yang didapatkan sebanyak 21 siswi, dan dengan menggunakan bantuan perang-


untuk kelompok kontrol ditentukan kat lunak computer yaitu SPSS tipe
jumlah sampel sama dengan kelompok 11.5. Dalam penelitian ini analisa
kasus yaitu 21 orang. Penelitian ini bivariat dilakukan menggunakan uji
dilaksanakan di Sekolah Menengah statistik X2 (Chi-Square) dengan derajat
Umum Negeri II Ungaran, Kabupaten kemaknaan 0,05. analisa data ini
Semarang. Penelitian dilaksanakan pada menggunakan uji statistik X2 (Chi-
tanggal 20 - 24 Juni 2010. Square) karena skala yang digunakan
Proses pengolahan dan analisis adalah nominal dengan nominal.
data dalam penelitian ini dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi frekuensi pola personal hygiene pada remaja putri di SMAN II Ungaran.
Personal Hygiene
Jenis Total
Tidak Baik Baik
Kelompok
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kasus 14 66,7 7 33,3 21 100
Kontrol 3 14,3 18 85,7 21 100

Berdasarkan Tabel 1 pada kelom- kesehatan reproduksi dan bagaimana


pok kasus menunjukkan bahwa seba- cara remaja untuk memelihara
gian besar responden mempunyai pola kesehatan reproduksinya terutama organ
personal hygiene yang tidak baik yaitu vital wanita. Informasi yang didapat
sebanyak 14 responden (66,7%). baik itu dari pengaruh teman atau
Sedangkan pada kelompok kontrol keterpaparan media sangatlah berpe-
menunjukkan bahwa sebagian besar ngaruh terhadap perilaku kesehatan
responden mempunyai pola personal reproduksinya. Kondisi lingkungan
hygiene yang tidak baik yaitu sebanyak sekolah yaitu ketidaksiapan guru untuk
18 responden (85,7%). memberikan pendidikan kesehatan
Pola personal hygiene yang reproduksi untuk remaja juga
dilakukan oleh remaja sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja
dipengaruhi oleh faktor lingkungan di terhadap kesehatan reproduksinya.
sekitarnya, tingkat pengetahuan tentang

Tabel 2 Distribusi frekuensi angka kejadian keputihan pada remaja putri di SMAN II Ungaran.
Kejadian Keputihan
Jenis Total
Patologis Tidak Patologis
Kelompok
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Kasus 21 100 0 0 21 100
Kontrol 0 0 21 100 21 100
46

Berdasarkan Tabel 2 pada Keputihan yang sudah kronis dan


kelompok kasus menunjukkan bahwa berlangsung lama akan lebih susah
sebanyak 21 responden (100%) diobati. Selain itu jika keputihan yang
mengalami keputihan patologis dan dibiarkan bisa merembet ke rongga
responden yang tidak mengalami rahim kemudian ke saluran indung telur
keputihan patologis tidak ada. dan akhirnya sampai ke dalam rongga
Sedangkan pada kelompok kontrol panggul. Komplikasi yang dapat
menunjukkan bahwa tidak ada ditimbulkan dari keputihan patologis ini
responden yang mengalami keputihan adalah kemandulan dan bisa merupakan
patologis dan responden yang tidak gejala awal dari kejadian kanker mulut
mengalami keputihan patologis yaitu rahim. Keputihan sering menimbulkan
sebanyak 21 responden (100%). masalah baik fisik maupun psikologis.
Keputihan patologis dapat terjadi Para remaja sering merasa malu untuk
karena beberapa faktor, diantaranya mengunjungi tenaga kesehatan guna
adalah para remaja kurang menjaga mendapatkan pengobatan. Selain itu,
kebersihan daerah kewanitaan, sehingga memang saat ini tidak ada pelayanan
mempermudah berkembangnya jamur kesehatan reproduksi yang dikhususkan
dan bakteri didaerah sekitar vagina. bagi para remaja. Pelayanan kesehatan
Jamur yang berkembang di daerah reproduksi saat ini hanya dirancang
vagina dapat menyebabkan beberapa untuk melayani orang dewasa atau
kelainan antara lain dapat terjadi pasangan suami istri. Sedangkan pada
keputihan fisiologis dan patologis. Pada kelompok kontrol, yaitu siswi yang
keputihan patologis, biasanya remaja tidak mengalami keputihan patologis,
merasakan keluhan yang lebih banyak disini yang dimaksud adalah keputihan
dan tentunya lebih mengganggu fisiologis ataupun yang tidak pernah
aktivitas dari remaja itu sendiri. mengalami keputihan.

Tabel 3 Hasil uji korelasi antara pola personal hygiene (vulva hygiene) dengan kejadian keputihan
pada remaja putri di SMAN II Ungaran.
Kejadian Keputihan
Pola personal
Keputihan Tidak Keputihan Jumlah
hygiene
Patologis Patologis
Tidak Baik 14 (33,3%) 3 (7,1%) 17(40,5%)
Baik 7 (16,7%) 18 (42,9%) 25(59,5%)
Total 21 (50%) 21 (50%) 42 (100%)
2
X = 9,882 ; P value = 0,002
sebagian besar siswi kelas X SMAN II
Berdasarkan Tabel 3 menun- Ungaran yang tidak mengalami kejadian
jukkan bahwa sebagian besar siswi keputihan patologis mempunyai pola
kelas X SMAN II Ungaran yang personal hygiene (vulva hygiene) yang
mengalami kejadian keputihan patologis baik yaitu sebanyak 18 siswi (42,9%).
mempunyai pola personal hygiene Didapatkan hasil p value (0,002) < α
(vulva hygiene) yang tdak baik yaitu (0,05) Ho ditolak, hal ini berarti ada
sebanyak 14 siswi (82,3 %) dan hubungan antara pola personal hygiene
47

dengan kejadian keputihan pada remaja dalam dan celana panjang yang terlalu
putri di SMAN II Ungaran, dengan X2 ketat dan sering digunakan serta bahan
hitung = 9,882 > X2 tabel=3,481.. yang tidak dapat menyerap keringat.
Didapatkan hasil pula bahwa setiap Penggunaan sabun dan bubuk pencuci
remaja yang mempunyai pola personal dengan zat kimia yang keras dapat
hygiene (vulva hygiene) yang tidak baik mematikan keseimbangan ekologi
mempunyai kesempatan 12 kali alamiah yang menguntungkan pada
mengalami kejadian keputihan daerah genital dan dapat mempermudah
patologis. pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Berdasarkan hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa pola SIMPULAN DAN SARAN
personal hygiene (vulva hygiene) sangat
mempengaruhi terjadinya kejadian Simpulan
keputihan patologis pada remaja putri. 1. Sebagian besar siswi kelas X SMAN
Maka semakin mempunyai perilaku II Ungaran yang mengalami kejadian
yang baik untuk menjaga dan merawat keputihan patologis mempunyai pola
organ reproduksinya secara baik dan personal hygiene (vulva hygiene)
benar sehingga kejadian penyakit yang tdak baik yaitu sebanyak 14
infeksi alat reproduksi menurun. Hasil siswi (33,3 %).
penelitian mencatat juga bahwa 2. Sebagian besar siswi kelas X SMAN
sebanyak 3 siswi (7,1%) mempunyai II Ungaran yang tidak mengalami
pola personal hygiene yang tidak baik, kejadian keputihan patologis
tetapi tidak mengalami keputihan mempunyai pola personal hygiene
patologis. Hal ini dapat terjadi karena (vulva hygiene) yang baik yaitu
remaja tersebut memiliki pengetahuan sebanyak 18 siswi (42,9%).
dan pemahaman yang cukup baik 3. Ada hubungan antara pola personal
tentang cara merawat dan menjaga hygiene (vulva hygiene) dengan
organ vitalnya tetapi remaja tersebut kejadian keputihan pada remaja putri
memiliki kontrol diri atau pertahanan di SMAN II Ungaran (X2= 9,882, p
diri dan kepribadian yang lemah value = 0,002)
sehingga kurang mewujudkan dalam
bentuk perilaku, dan perilaku yang Saran
dihasilkan tidak baik atau kurang sesuai 1. Bagi Siswi
dengan informasi yang ia peroleh. Sebagai seorang wanita yang akan
Hasil penelitian juga mencatat mempersiapkan kehamilan dan
bahwa sebanyak 7 siswi (16,7%) persalinan diharapkan dapat menjaga
mempunyai pola personal hygiene yang kesehatan reproduksinya.
baik, tetapi mengalami keputihan 2. Bagi institusi pendidikan
patologis. Hal ini kemungkinan dapat Untuk mencetak siswi yang terbebas
terjadi karena faktor-faktor lain dari permasalahan kesehatan
penyebab keputihan patologis. Faktor reproduksi, diharapkan pihak sekolah
gangguan hormon yang dialami remaja dapat memberikan pendidikan
dapat menyebabkan keputihan kesehatan khususnya yaitu mengenai
patologis. Atau pada pemakaian celana
48

perawatan organ-organ vital pada remaja putri.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Sepanjang Rentang Kehidupan.
Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta:Erlangga
Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta:
PT.Rineka Cipta Iskandar. (2004). Perilaku Remaja.
From:
Artkinson, R. L. (1999). Pengantar (http://www.google.com/psi.rema
Psikologi Jilid II. Jakarta: ja/inst.html#1.)(Attrieved at:26
Erlangga April 2008)

Bali Post. (2002). Keputihan Pada Jawets, Melnick & Adelberg. (1998).
Wanita. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
From : Ke-20. Jakarta:EGC
(http://www.balipost.co.id/balipo
stcetak/2006/12/14/k1.html)(Attri Kissanti, A. (2008). Buku Pintar
eved at:28 Februari 2008) Wanita Kesehatan & Kecantikan.
Jakarta:Araska
Banjarmasin Post. (2003). Keputihan
Gejala Kanker. Mansjoer, A & Triyanti, K.(2001).
From: Kapita Selekta Kedokteran Edisi
(http://www.banjarmasinpost.co.i Ke-3. Jakarta:Media Aesculapus
d/banjarmasin/200715/20/l12.htm
l.)(Attrieved at:28 Februari 2008) Manuaba, I. B. G.(1999). Ilmu
Kebidanan,Penyakit Kandungan
Cherry, S. (1999). Perawatan Modern Dan KB Untuk Pendidikan
Untuk Kesehatan Wanita. Bidan. Jakarta:EGC
Bandung:CV.Pioner Jaya
Mutiarsih, E. & Sekti Susilo,
Christine, S. (1993). Perawatan A.(2007).Memahami Psikologi
Kebidanan Jilid III. Jakart Remaja. Yogyakarta:Yayasan
a:Hipokratis Pusaka Nusatama

Elistiawaty. (2006). Remaja Dan Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi


Kesehatan Reproduksi. Penelitian Kesehatan (Edisi
From: Revisi). Jakarta:PT.Rineka Cipta
(http://www.google.com/subscrip
e/inst.html.)(Attrieved at:24 April Sarlito, W. (2007). Psikologi Remaja.
2008) Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hurlock, D. (2002). Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
49

Selamihardja, N. (2006). Keputihan mayoran@mitrakeluarga/html#1)


Bisa Menyebabkan Kemandulan (Attrieved at:28 Februari 2008)
From:
(http://www.google.co.id/subs/ne Widayati, A. (2006). Kajian
wearts.html#1.)( Attrieved at:28 Terhadap Kejadian Keputihan
Februari 2008) Pada Wanita Di Yogyakarta
Tahun 2006
Sianturi. (2001). Keputihan. From:
Jakarta:FK Universitas Indonesia. (http://www.yahoo.com/staff.usd.
ac.id/html#5.)(Attrieved at:02
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian April 2008)
Administrasi Edisi Ke-6.
Bandung:Alfa Beta. Wishnuwardhani. (2005). Keputihan
Ih Risih
Suhandi Iskandar, S. (2007). Awas From:
Keputihan Dapat Mengakibatkan (http://www.google.com/medika
Kematian Dan Kemandulan utama5.html#0.)(Attrieved at:28
From: Februari 2008)
(http://www.yahoo.com/humaske

You might also like