You are on page 1of 4

ILLUSTRASI KASUS

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 2: 400-403


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Gangguan psikotik akibat penggunaan ganja


(cannabis): studi kasus

Anastasia Venny Yustiana,* Luh Nyoman Alit Aryani


CrossMark
ABSTRACT

Dependence and substance abuse is not a new problem in Indonesia. substance that is marijuana. In this report we present the case
There is an increase in the abuse of Narcotics, Psychotropic and of 30-year-old man who consumed marijuana since the age of
other Addictive Substances (NAPZA) in Indonesia over the years, 17 years was diagnosed with mental and behavioral disorders due
especially the use of cannabis because it is easy to obtain. Among to multiple substances use and other psychoactive substance use
2-3 million people in Indonesia have smoked cannabis. The use of with addiction syndrome (F19.2) and episodes of severely depressed
cannabis can cause physical illness (respiratory and cardiovascular somatic symptoms (F32.11). The patient experienced visual and
disorders) as well as mental (psychotic disorders). Regular use of auditory hallucinations. Patients were given 25 milligrams of
cannabis is associated with the emergence of psychotic symptoms clozapine therapy every 12 hours intraoral. From this case can
such as disorganized thinking, hallucinations, and delusions. be concluded that the continuous use of cannabis trigger the
Generally users use some substance, but in this case only use one occurrence of psychotic.

Keywords: Cannabis, Psychotic Disorders, Hallucinations


Cite This Article: Yustiana, A.V., Aryani, L.N.A. 2019. Gangguan psikotik akibat penggunaan ganja (cannabis): studi kasus. Medicina
50(2): 400-403. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.123

ABSTRAK

Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah tetapi pada kasus ini hanya menggunakan satu zat saja yaitu ganja.
baru di Indonesia. Terjadi peningkatan penyalahgunaan Narkotika, Pada laporan ini, kami menyampaikan kasus lelaki umur 30 tahun
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia dari tahun yang mengonsumsi ganja sejak usia 17 tahun didiagnosis dengan
ke tahun, terutama penggunaan ganja karena mudah didapat. Di gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
Indonesia terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah menghisap ganja. penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan sindrom ketergantungan
Penggunaan ganja dapat menyebabkan penyakit fisik (gangguan (F19.2) dan episode depresi sedang dengan gejala somatik (F32.11).
pernafasan dan kardiovaskuler) maupun mental (gangguan psikotik). Pasien mengalami halusinasi visual dan auditorik. Pasien mendapat
Penggunaan ganja secara teratur terkait dengan munculnya gejala terapi clozapine 25 miligram tiap 12 jam intraoral. Kasus diatas
psikotik seperti pemikiran tidak teratur (disorganized), halusinasi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ganja secara kontinu memicu
dan delusi. Umumnya para pengguna menggunakan beberapa zat, terjadinya psikotik.

Kata kunci : Ganja, Gangguan Psikotik, Halusinasi


Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Cite Pasal Ini: Yustiana, A.V., Aryani, L.N.A. 2019. Gangguan psikotik akibat penggunaan ganja (cannabis): studi kasus. Medicina 50(2): 400-403.
Fakultas Kedokteran Universitas DOI:10.15562/Medicina.v50i2.123
Udayana/ Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Bali
PENDAHULUAN
*
Correspondence to: Ketergantungan dan penyalahgunaan zat dengan gangguan pernafasan (bronkitis), kardio-
Anastasia Venny Yustiana, Bagian/ bukan merupakan masalah baru di Indonesia. vaskuler (infark miokard, stroke). Ganja juga
SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/ Diperkirakan di Indonesia terdapat peningkatan mempengaruhi fungsi kognitif, defisit dalam
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah jumlah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika pembelajaran verbal, penurunan daya ingat
Denpasar Bali dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dari tahun ke (memori) dan perhatian. Dari segi kesehatan
vennyyustiana@gmail.com tahun, terutama penggunaan ganja karena mudah mental, penggunaan ganja dapat memicu timbul-
didapat. Di Indonesia terdapat antara 2-3juta orang nya gejala psikotik. Biasanya timbul bila takaran
Diterima: 2017-08-07 yang pernah menghisap ganja.1 pemakaian sangat berlebihan dengan akibat
Disetujui: 2018-01-30 Penggunaan ganja dapat menyebabkan penya- timbulnya paranoid dan halusinasi visual yang
Publish: 2019-08-01 kit fisik maupun non fisik misalnya dikaitkan bersifat sementara.2

400
ILLUSTRASI KASUS

Komponen utama ganja adalah Delta-9- ganja pasien merasa cemas, tidak nafsu makan dan
tetrahydrocannabinol (Δ9-THC). Setidaknya ada tidak bisa tidur.
dua reseptor kannabinoid yang diidentifikasi, Pasien mendengar suara-suara ditelinga yang
CB1 (di otak, digabungkan melalui protein G tidak ada orangnya dan melihat bayangan yang
dan dimodulasi Adenylate Siklase dan saluran bergoyang di bagian sudut matanya apabila tidak
ion) dan CB2 (terutama dalam sistem kekebalan menggunakan ganja. Saat ini suara-suara ditelinga
tubuh). Aktivasi mereka menghambat pelepasan itu masih didengarnya. Pasien merasa terganggu
neurotransmiter lain seperti gamma-aminobutyric dengan suara itu. Suara itu merupakan suara seseo-
acid (GABA) dan glutamat. Kedua reseptor terse- rang yang memerintahnya melakukan sesuatu.
but diyakini mengatur waktu dan pelepasan GABA. Pasien memahami jika suara itu muncul karena
Relevan dengan psikosis, di korteks serebral dan dirinya tidak menggunakan ganja.
hipokampus, di mana jumlahnya melimpah.3 Pasien mengalami gangguan tidur, pasien sulit
untuk memulai tidur. Pasien mengalami penurunan
nafsu makan karena tidak ada selera dengan
ILUSTRASI KASUS
makanan yang disediakan lembaga pemasyaraka-
Seorang lelaki, 30 tahun, Kristen, belum menikah, tan hal ini menyebabkan berat badan pasien turun
wiraswasta, berkewarganegaraan Rusia datang lebih dari sepuluh kilogram. Pasien terkadang
ke Poliklinik Lembaga Permasyarakatan (Lapas) mengalami mimpi buruk. Pasien sering terbangun
Kerobokan dengan keluhan utama sedih. Pasien beberapa jam lebih awal dari biasanya serta tidak
diwawancara dalam posisi duduk berhadapan dapat tidur kembali.
dengan pemeriksa. Tampak mengenakan baju kaos Pada riwayat psikiatri ditemukan pasien pernah
warna putih dan celana pendek warna hitam. Pasien menjalani rehabilitasi ketergantungan ganja di
tampak bersih, rambut tersisir rapi. Pasien tampak negaranya oleh psikiater sebanyak tiga kali, yaitu
tenang dengan roman muka tampak sedih dan pada tahun 2011 selama enam bulan, tahun 2012
sering menunduk. Selama wawancara pasien mau selama tiga bulan dan tahun 2014 selama tiga
menatap pemeriksa, pertanyaan pemeriksa dijawab bulan. Tetapi setelah selesai rehabilitasi pasien
dengan spontan dengan intonasi pelan. Pasien mengonsumsi ganja kembali.
dapat menjawab dengan benar nama, tempat, Pada riwayat penggunaan zat ditemukan pasien
waktu saat wawancara dilakukan dan dengan siapa menggunakan ganja sejak usia 17 tahun hingga
yang menemaninya selama wawancara. 6  bulan terakhir. Pasien terakhir menggunakan
Pasien merasa perasannya saat ini sedih. Sedih ganja hingga 20-30 gram sehari. Pasien mengon-
sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu sejak sumsi alkohol sejak usia 17 tahun hingga 6 bulan
pasien berada di tahanan. Sedih dirasakan sepan- terakhir. Pasien minum alkohol satu botol per hari
jang waktu dan sulit menghilangkannya. Sedih setiap hari. Pasien merokok mulai usia 14 tahun
dirasakan memberat 2 bulan ini. Pasien tidak lagi sebanyak 1 bungkus per hari. Pasien menyangkal
dapat menikmati berbagai hal seperti yang dulu pernah menggunakan sabu-sabu, ekstasi, heroin
dirasakan. Pasien merasa sedih karena jika di nega- ataupun zat adiktif lainnya.
ranya pengguna sepertinya dilakukan rehabilitasi Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
dan bukan ditahan dalam penjara. Pasien merasa compos mentis, tekanan darah 120/90 mmHg, laju
berkecil hati jika memikirkan masa depannya dan nafas 20 kali/menit, temperatur 36,5°C, laju nadi
merasa sebagai orang yang gagal. Pasien merasa 82  kali/menit. Pemeriksaan fisik toraks, abdomen
mudah lelah jika beraktivitas. Pasien merasa dan ekstremitas dalam batas normal.
konsentrasinya menurun sehingga ia mengalami Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesan
kesulitan dalam mengambil keputusan. umum penampilan tampak wajar, roman muka
Pasien mengaku mulai mengonsumsi ganja sedih dan kontak verbal dan visual cukup, kesada-
sejak berumur 17 tahun. Alasan pertama kali rannya jernih, mood sedih, afek sedih, keserasian
mengonsumsi ganja karena orang tuanya bercerai. tampak serasi (appropiate), pada proses pikir
Pasien mengalami stres pasca orang tuanya berce- bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi
rai. Pasien mengonsumsi ganja setiap empat hari pikir preokupasi pada kondisi saat ini, pencerapan
sekali, semakin hari semakin bertambah banyak. didapatkan halusinasi auditorik dan halusinasi
Saat sebelum ditangkap pasien dapat mengonsumsi visual, dorongan instingtual terdapat insomnia
20-30 gram sehari dengan cara dimakan, diminum ada tipe early, hipobulia ada, raptus tidak ada dan
dan dihisap. Pasien mengaku lebih menyukai ganja psikomotor tenang saat pemeriksaan.
daripada makanan. Pasien terakhir memakai ganja Pada pemeriksaan penunjang laboratorium
saat tertangkap bulan Desember. Saat memakai urine napza didapatkan hasil amfetamin negatif,
ganja pasien merasa tenang, bila tidak memakai kanabis negatif, opiat negatif dan benzodiazepine

Medicina 2019; 50(2): 400-403 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.123 401


ILLUSTRASI KASUS

negatif. Pada pemeriksaan psikometri didapat- secara teratur telah dikaitkan dengan gejala psiko-
kan hasil tes MMPI-2 Validitas/Akurasi hasil tes tik seperti pemikiran tidak teratur (disorganized),
ini konsisten, akurat dan dapat dipercaya dengan halusinasi, dan delusi. Bukti epidemiologi menun-
kesimpulan : (1) Saat ini pasien memiliki fungsi jukkan bahwa semakin muda terpapar ganja, sema-
psikologis menyeluruh (Overall Psychological kin besar risiko terjadinya psikotik. Faktor riwayat
Function) yang sangat kurang (PQ=42), (2) Saat ini keluarga dan genetik juga berpengaruh terhadap
pasien mengalami stres sedang, (3) Pasien memiliki terjadinya psikosis akibat ganja. Secara khusus
kapasitas kerja yang kurang, (4) Hubungan inter- enzim Catechol-O-methyltransferase (COMT)
personal pasien sangat sedang, (5) Kemampuan dan gen AKT1 telah terlibat dalam menyebabkan
pasien mengembangkan potensi diri sangat kurang, kerentanan psikosis.5 Adanya riwayat Child Abuse
(6) Pasien mempunyai permasalahan perilaku dan juga menyebabkan psikosis. Penelitian yang dilaku-
pola pemikiran yang akan menjadi kendala dalam kan Radhakrishnan dkk. menunjukkan hubungan
kehidupan sehari-hari taraf berat. Hasil penilaian yang signifikan antara penggunaan ganja dengan
Beck Depression Index (BDI) didapatkan skor 19 child abuse yang berkembang menjadi gejala psiko-
(depresi sedang), WHO-ASSIST didapatkan skor tik Secara neurobiologis hal ini masuk akal, karena
36 yaitu pasien memerlukan pengobatan yang lebih pengalaman stres dan delta-9-tetrahydrocannabinol
intensif akibat penggunaan ganja (cannabis). (THC), mampu meningkatkan sinyal dopami-
Dari hasil pemeriksaan di atas pasien didiagnosis nergik dalam sistem mesolimbik, yang menghasil-
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan kan peningkatan risiko delusi dan halusinasi.6
Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Pada penelitian yang dilakukan oleh Marconi
Lainnya dengan Sindrom Ketergantungan (F19.2) dkk. menemukan terdapat hubungan antara ganja
dan Episode Depresi Sedang Dengan Gejala dan psikosis. Dalam studi meta-analisis tersebut
Somatik (F32.11). Terapi yang diberikan saat ini menunjukkan peningkatan simtomatologi psikotik
Clozapine 25 miligram tiap 12 jam intraoral. Pasien dengan peningkatan tingkat penggunaan ganja.7
memiliki prognosis yang buruk karena ketidakpat- Pada pasien ini diketahui menggunakan ganja
uhan pengobatan dan durasi lamanya penggunaan sejak usia muda yaitu 17 tahun dengan dosis
ganja. yang selalu bertambah, pasien juga memiliki
Dari hasil follow-up selama 7 hari keluhan riwayat child abuse saat orang tuanya bercerai,
pasien terhadap halusinasi auditorik sudah berku- pasien mengalami gejala psikotik berupa muncul
rang intensitasnya. Pasien seperti kasus diatas halusinasi visual dan auditorik. Gejala-gejala yang
dengan riwayat ketidakpatuhan pengobatan disa- dialami pasien ini sesuai dengan teori yang telah
rankan pemberian pengobatan injeksi long-acting dikemukakan sebelumnya.
agar mengurangi angka kekambuhan, dan diberi- Kasus ini memiliki beberapa kekuatan yaitu
kan terapi rehabilitasi secara intensif untuk terapi kelengkapan data yang didapat karena pasien
sindrom ketergantungan. yang kooperatif saat diwawancara dan menyetujui
untuk dilakukan wawancara secara menyeluruh,
tetapi juga memiliki kekurangan yaitu karena
DISKUSI
keterbatasan waktu follow-up sehingga tidak dapat
Penyebab psikotik seperti skizofrenia tetap sulit mengamati pasien secara berkelanjutan.
dipahami. Meskipun tidak mungkin ada satu
penyebab skizofrenia, sejumlah faktor genetik dan
RINGKASAN
lingkungan telah diidentifikasi dapat menyebabkan
risiko psikosis. Salah satu faktor lingkungan yang Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki 30 tahun,
mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap Kristen, belum menikah, wiraswasta, berkebangsaan
risiko gangguan psikotik adalah terpapar ganja. Rusia datang dengan keluhan utama sedih yang
Perlu diketahui bahwa sebagian besar individu yang kemudian didiagnosis dengan Gangguan Mental
terpapar ganja tidak berkembang menjadi psikosis dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan
dan kebanyakan individu dengan gangguan psiko- Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya dengan Sindrom
tik mungkin tidak pernah terpapar ganja. Dengan Ketergantungan (F19.2) dan Episode Depresi Sedang
demikian, ganja tidak cukup untuk dapat menye- Dengan Gejala Somatik (F32.11). Pasien memiliki
babkan psikotik. Kemungkinan besar, ganja dapat pengalaman halusinasi visual dan auditorik yang
berkontribusi menyebabkan psikosis pada individu dialami pasien dipengaruhi oleh lamanya penggu-
yang rentan.4 naan ganja dan adanya pengalaman child abuse pada
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masa kecilnya. Perlu adanya wawancara dari hetero-
hubungan antara ganja dengan terjadinya psikotik, anamnesis untuk mengetahui adanya faktor keluarga
antara lain lamanya paparan. Penggunaan ganja atau faktor genetik dalam kasus ini.

402 Medicina 2019; 50(2): 400-403 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.123


ILLUSTRASI KASUS

DAFTAR PUSTAKA 6. Alemany, S; Arias , B; o-Vilas M , Fatj M; Villa H, H; J,


Moya; Ortet, G; MI, Ibanez; Gasto C, C; L, Fananas.
1. Husin AB. & Siste K, Gangguan Penggunaan Zat. Psychosis-inducing effects of cannabis are related to both
Dalam:  S.  D. Elvira & G. Hadisukanto, eds. Buku Ajar childhood abuse and COMT genotypes. Acta Psychiatrica
Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. hal. 143. Scandinavica. 2014;129(1).
2. Halla, W. & Degenhardt, L. The adverse health effects of 7. Marconi, A., Di Forti, M., Lewis, C. M., Murray, R. M., &
chronic cannabis use. Drug Tesing and Analysis. 2014;6(1): Vassos, E. Meta-analysis of the association between the
hal 1-2 level of cannabis use and risk of psychosis. Schizophrenia
3. Sadock, B. J., Sadock, V. A. & Ruiz, P. Substance Use and bulletin. 2016; 42(5). hal.1262-1269.
Addictive Disorders. Dalam : C. S. Pataki & N. Sussman,
penyunting. Synopsis Of Psychiatry : Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. New York: Wolters Kluwer; 2015. hal.
644.
4. Wilkinson, S. T., Radhakrishnan, R. & D’Souza, D. C.
Impact of Cannabis Use on the Development of Psychotic
Disorders. Springer International Publishing. 2014;(1). hal. This work is licensed under a Creative Commons Attribution
115–128
5. Radhakrishnan, R., Wilkinson, S. T. & D’Souza, D. C.
Gone to pot – a review of the association between cannabis
and psychosis. Frontier in Psychiatry. 2014; 5(54).

Medicina 2019; 50(2): 400-403 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.123 403

You might also like