You are on page 1of 16

IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA) PADA SEKOLAH

PERCONTOHAN DI SD PEKUNDEN 01 KOTA SEMARANG SEBAGAI UPAYA


UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KOTA LAYAK ANAK (KLA)

Oleh :

Kiki Artadianti R, Ari Subowo

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id
ABSTRACT
Children are not an object so that can rudely treated, they have own characteristic that need
to be determined by the differentiation towards their treatment, with an aim to protect and
guard them for supporting their future. At the District / City level, regulations and policies on
child protection tend to focus when a child has entered into legal matters or has committed
break the law, the actions of the government are limited to rehabilitation and often ignore the
aspects of prevention. This prevention aims to prevent a child from taking unlawful acts. This
research is to describe child-friendly school program as an effort to prevent child face with
law (ABH) in Semarang City. This research uses qualitative approach with the theoretical
concept from Mazmanian & Sabatier. The results of this research shows that the
implementation of child-friendly school program as an effort to prevent child face with law
(ABH) in Semarang City has not been implemented optimally yet, because the
implementation of child-friendly school program still facing many obstacles like physically
violence in school by their teacher or students. Lack of control from parents, as well as
environmental influences of children who are factors causing child face with law. Suggestion
from researcher are increased cooperation between related institutions, and also doing
communication intensity towards their parents. Then, the lack of human resources to guide
the student physically become an obstacle to the implementation of child-friendly school.
Keywords : Policy Implementation, Children Right, Human Resources, Communication,
Target Population

I. PENDAHULUAN
penelantaran terhadap anak. Kerangka
Sistem perlindungan anak di Indonesia
hukum tersebut harus menunjuk lembaga
telah dibuat dalam kerangka hukum dan
pemerintah tugas, wewenang dan
kebijakan di Indonesia perlu diperkuat
tanggungjawab yang jelas terhadap
untuk mencegah dan menangani
penanganan dan penyediaan layanan
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan
perlindungan anak. Tantangan yang
dihadapi Indonesia untuk memastikan Kebijakan Kota Layak Anak menjadi salah
keselarasan Peraturan Daerah (Perda) dan satu bentuk dalam menjamin hak-hak anak
kebijakan perlindungan anak disetiap di setiap daerah Kabupaten/Kota.
daerah, masing-masing dengan Kabupaten/Kota Layak Anak atau
kewenangan untuk menetapkan sering disebut dengan KLA merupakan
peraturannya sendiri. Oleh karena itu, sebuah upaya penyelarasan komitmen
langkah terakhir yang dilakukan oleh pemerintah dengan sumber daya yang ada
pemerintah pusat untuk mengembangkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
pedoman Perda yang mengacu pada Setiap daerah Kabupaten/Kota dalam
pendekatan berbasis sitem terhadap penyusunan perencanaan pembangunan
perlindungan anak merupakan suatu harus tetap mempertimbangkan isu tentang
langkah yang positif. hak-hak anak.
Di tingkat daerah Kota/Kabupaten, Peran Pemerintah Kota Semarang
peraturan dan kebijakan tentang dalam mengupaya perlindungan dan
perlindungan anak cenderung berfokus pemenuhan terhadap hak-hak anak telah
ketika seorang anak telah masuk ke dalam dilakukan dengan dikeluarkan Peraturan
permasalahan hukum atau telah melakukan Walikota Nomor 20 tahun 2010 tentang
tindakan yang melanggar hukum, tindakan Kota Layak Anak (KLA). Kota Semarang
yang dilakukan pemerintah terbatas pada telah berhasil meraih penghargaan sebagai
rehabilitasi dan tidak jarang sering Kota Layak Anak kategori Pratama oleh
mengabaikan aspek-aspek pencegahan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
aspek pencegahan ini bertujuan untuk dan Perlindungan Anak (KemenPPA).
menecegah seorang anak supaya tidak Namun pelaksanaan kebijakan KLA dinilai
melakukan tindakan yang melanggar masih tergolong rendah, pasalnya berbagai
hukum. Tidak adanya penetapan permasalahan mengenai anak yang belum
kewenangan yang jelas bagi pelayanan teratasi masih banyak ditemukan. Sikap
perlindungan anak di tingkat provinsi dan pemerintah dalam menangani
kota/kabupaten menyebabkan tindakan permasalahan anak, khususnya yang
yang terfragmentasi sehingga antar mengalami kekerasan dan berhadapan
lembaga terkait kurang terkoordinasi dengan hukum (ABH) masih bersifat
dengan baik. Dengan dikeluarkannya rehabilitatif. Penanganan dilakukan
Peraturan Menteri Pemberdayaan dengan cara ditahan dan dipenjarakan
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor untuk memberikan efek jera pada anak,
11 Tahun 2011 tentang Pengembangan selain itu belum terdapat panti sosial untuk
manampung ABH serta pendampingan lingkungan sekolah supaya anak tidak
khusus hanya bersifat penegakan hukum. terjerumus dalam kasus hukum.
Sejauh in pemerintah Kota Semarang Menurut Data Komisi
dalam melakukan pencegahan anak Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
berhadapan dengan hukum (ABH) melalui tahun 2013, terdapat beberapa jenis
pengembangan Kota Layak Anak (KLA). kekerasan yang dilakukan terhadap anak di
Upaya pengembangan Kota Layak Anak lingkungan sekolah yang dilakukan oleh
(KLA) dalam bidang pendidikan yakni guru, teman sekelas, teman lain kelas.
kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA) Jumlah kasus di lingkungan pendidikan
yang diharapkan mampu memenuhi, berdasarkan jenis kekerasan yang dialami
menjamin, dan melindungi hak anak di oleh anak antara lain sebagai berikut :

Tabel 1.1
Bentuk Kekerasan di Lingkungan Sekolah
Jumlah Presentase (%)
Teman Teman
No Jenis Kekerasan Teman Teman
Guru Lain Guru Lain
Sekelas Sekelas
Kelas Kelas
1
Menjewer 326 226 134 31,8 22 13,1
2
Mencubit 379 504 316 36,9 49,1 30,8
3
Menendang 70 261 175 6,8 25,4 17,1
4
Memukul dengan tangan 118 297 191 11,5 28,9 18,6
5
Memukul dengan benda 107 208 112 10,4 20,3 10,9
Menghukum hingga jatuh
6 29 23 19 2,8 2,2 1,9
sakit, pingsan
Melukai dengan benda
7 11 36 23 1,1 3,5 2,2
berbahaya
8 Kekerasan fisik lain 32 49 32 3,1 4,8 3,1
Membandingkan dengan
9 176 172 130 17,2 16,8 12,7
saudara/anak lain
Membentak dengan suara
10 357 357 254 34,8 34,8 24,8
keras dan kasar
Menghina dihadapan
11 133 298 212 13 29 20,7
teman/orang lain
Menyebut “bodoh”,
12 226 264 183 22 25,7 17,8
“pemalas”
Mencap dengan sebutan
13 56 151 108 5,5 14,7 10,5
jelek
14 Kekerasan fisik lain 19 25 13 1,9 2,4 1,3
Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2013
Dari data di atas dapat diketahui yang tidak dilaporkan diperkirakan
bahwa kekerasan di lingkungan sekolah jumlahnya lebih tinggi. Sekolah Ramah
ternyata masih sering dilakukan, baik oleh Anak (SRA) menjadi salah satu program
guru, teman sekelas maupun teman pengembangan Kota Layak Anak (KLA)
berbeda kelas. Bentuk kekerasan terbagi dalam bidang pendidikan, melalui Sekolah
menjadi menjadi dua jenis yaitu secara Ramah Anak tersebut diharapakan anak-
fisik dan secara psikologis. Namun data anak dapat terpenuhi haknya dalam
tersebut hanya berdasarkan kasus yang mendapatan pendidikan.
dilaporkan kepada KPAI, sedangkan kasus

II. METODE PENELITIAN


Jenis Penelitian ini penulis menggunakan menjawab dan memecahkan permasalahan
jenis penelitian deskriptif dengan dalam upaya pencegahan Anak
menggunakan pendekatan kualitatif untuk Berhadapan dengan Hukum melalui
memberikan gambaran mengenai objek pengembangan Kota Layak Anak di
yang akan diteliti dengan terlebih dahulu bidang pendidikan serta dapat menjawab
mengumpulkan data di lokasi penelitian, fenomena-fenomena penelitian yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diteliti dan berbagai fenomena lain yang
memperoleh hasil penelitian. Penelitian mungkin belum diketahui oleh khalayak
dengan desain kualitatif diharapkan dapat umum

III. HASIL PENELTIAN setiap anak terjamin haknya untuk


1. Kemampuan kebijaksanaan dalam memperoleh pendidikan tanpa
menstrukturkan proses diskriminasi gender, suku bangsa,
implementasi Sekolah Ramah Anak agama, dan latar belakang ekonomi.
(SRA) untuk mendukung program Pelaksanaan sekolah ramah
Kota Layak Anak (KLA) anak sebagai upaya untuk mendukung
Indikator yang digunakan untuk program Kota Layak Anak (KLA) di
mengetahui kemampuan kebijaksanaan Kota Semarang dapat dilihat dari
dalam menstrukturkan proses adanya kejelasan dan konsistensi
implementasi program sekolah ramah tujuan, yakni adanya petunjuk
anak menerapkan prinsip perlindungan pelaksanaan teknis progam sekolah
anak di lingkungan pendidikan yaitu ramah anak, adanya kerjasama antar
non diskriminasi. Pada kriteria ini lembaga, adanya peraturan yang
mengatur tetang pelaksanaan program oleh guru, namun masih banyak
sekolah ramah anak, serta adanya ditemui kekerasan psikis yakni
pelaksana program. bullying yang justru dilakukan oleh
Pelaksanaan sekolah ramah para siswa. Di SD Pekunden 01 masih
anak di SD Pekunden 01 belum banyak ditemui siswa yang saling ejek
mempunyai mekanisme pengaduan satu sama lain. Selain itu, permusuhan
yang baik. Hal ini terlihat dari tidak hingga perkelahian antar kelas juga
adanya ruang konseling dan guru masih terjadi. Saling ejek atau bullying
konseling anak, pengaduan dapat antar siswa sudah dianggap wajar oleh
dilakukan kepada seluruh guru yang para siswa dan guru pun membiarkan.
ada di sekolah, karena tidak adanya Tentu hal ini akan memicu anak
guru konseling bagi siswa. Guru korban bullying akan terganggu
konseling mempunyai peran yang kondisi psikisnya, dan berpotensi anak
cukup penting dalam membantu bertindak melanggar hukum.
perkembangan siswa secara psikis. Pembiayaan untuk pelaksanaan
Selian itu, guru konseling juga program sekolah ramah dilakukan
berperan untuk membantu siswa saat dengan menggunakan dana bantuan
akan melanjutkan jenjang pendidikan operasional yang diberikan oleh
ke tahap selanjutnya. pemerintah kepada setiap sekolah.
Peneliti melihat pada Dinas Dengan dana tersebut seharusnya
Pendidikan Kota Semarang menjamin sekolah dapat memenuhi kebutuhan
bahwa setiap anak mendapatkan hak akan sarana prasarana serta kebutuhan
pendidikan tanpa adanya kekerasan untuk menunjang proses pembelajaran
fisik maupun psikis. Jika terjadi siswa. Dilihat dari besarnya prosentase
pelanggaran oleh guru terhadap siswa untuk pemenuhan standar proses yakni
maka akan dikenai sanksi yang telah yang digunakan untuk kebutuhan
ditetapkan. Hal tersebut sudah kegiatan belajar siswa di sekolah.
tercantum dalam Kode Etik Guru pasal Peningkatan komunikasi antar
8 ayat (2) yang mengatatakan “Guru lembaga meliputi pemerintah,
yang melanggar Kode Etik Guru pemerintah provinsi, pemerintah
Indonesia dikenai sanksi sesuai kabupaten/kota, dan masyarakat
ketentuan dan peraturan yang berlaku”. termasuk anak dikembangkan oleh
Walaupun bentuk hukuman untuk memperkuat sinkronisasi
secara fisik sudah banyak ditinggalkan kebijakan dalam penerapan sekolah
ramah anak. Adapun bentuk partisipasi ramah anak di Kota Semarang yang
tersebut dengan dilakukannya telah dilakukan Dinas Pendidikan
kerjasama antara Dinas Pendidikan belum menunjukan sikap proaktif.
dengan stakeholder terkait, seperti Artinya, upaya kerjasama tersebut
Dinas Kesehatan untuk mengelola Unit dilakukan saat terjadi permasalahan.
Kesehatan Sekolah (UKS), Dewan Pada bab sebelumnya telah dijelaskan
Pendidikan Kota Semarang sebagai bahwa untuk menangani anak yang
penasehat dalam pengambilan terlibat permasalahan hukum pihak
keputusan terkait kebijakan Dinas Pendidikan mendapat laporan
pendidikan, dan Polrestabes untuk dari kepolisian jika terdapat siswa
menangani kasus anak yang melanggar sekolah di Kota Semarang yang
hukum. Kerjasama tersebut bertujuan tertangkap. Kemudian barulah Dinas
untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pendidikan melakukan koordinasi
sekolah ramah anak. dengan kepolisian untuk
2. Variabel di luar Kebijakan yang menyelesaikan kasus anak tersebut.
Mempengaruhi Proses implementasi Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
Sekolah Ramah Anak (SRA) untuk belum adanya upaya antisipasif dari
mendukung program Kota Layak Dinas Pendidikan terhadap anak yang
Anak (KLA) terlibat permasalahan hukum. Dari
SD Pekunden 01 mengikutsertakan kasus yang pernah terjadi, seharusnya
orang tua/wali sebagai bentuk dapat dilakukan tindakan antisipasif
komunikasi untuk meningkatkan dengan melakukan koordinasi serta
pelaksanaan sekolah ramah anak. Peran sosialisasi tentang anak berhadapan
orang tua/wali dianggap sangat penting dengan hukum kepada sekolah serta
untuk mengatahui perilaku anak di para orang tua untuk lebih
sekolah maupun di rumah. Seringkali memperhatikan anak.
perilaku anak saat di rumah berbeda Pada penelitian ini, program
dengan di sekolah, keikutsertaan orang sekolah ramah anak pada tingkat SD
tua/wali dapat menjadi jembatan yaitu di SD Pekunden 01 Kota
penghubung dalam setiap pengambilan Semarang. SD Pekunden 01
keputusan dalam pelaksanaan sekolah berkomitmen mewujudkan sekolah
ramah anak. ramah anak, melalui komitmen
Peneliti menganalisis bentuk pemimpin yakni dengan melakukan
kerjasama untuk mewujudkan sekolah briefing dan memberikan motivasi
kepada semua guru, karyawan untuk Sarana prasarana yang disediakan di
selalu melayani anak sesuai dengan SD Pekunden 01 sudah memenuhi
kebutuhan dalam pendidikan. Kepala kriteria dalam sekolah ramah anak.
sekolah menekankan untuk Dari bidang kesehatan disediakan Unit
melaksanakan disiplin sekolah tanpa Kesehatan Siswa (UKS), selain itu,
adanya diskriminasi serta non terdapat gerobak baca, fasilitas tersebut
kekerasan. Peneliti menganalisis sangat bagus dalam menumbuhkan
bahwa dengan komitmen yang minat baca para siswa. Perpustakaan
dilakukan kepala sekolah SD N yang dimiliki oleh SD Pekunden 01
Pekunden 01 dapat berhasil koleksi buku-bukunya sudah terbitan
mewujudkan sekolah ramah anak. lama, sehingga hal ini sangat
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari disayangkan karena pengelola
cara yang dilakukan oleh kepala perpustakaan kurang memperhatikan
sekolah memberikan dorongan secara update buku-buku terbaru yang dapat
setiap hari sebelum dimulai kegiatan menarik perhatian siswa untuk
belajar mengajar kepada guru dan berkunjung ke perpustkaan. Dalam
karyawan untuk selalu mengutamakan pengembangan sistem pembelajaran,
kepentingan terbaik bagi anak. Kepala disediakan pula lab IPA yang
sekolah selalu menekankan pentingnya dilengkapi dengan berbagai alat
memberikan hak anak dalam peraga. Dari pengamatan peneliti,
pendidikan, tanpa diskriminasi, dan kondisi lab tersebut kurang dijaga
non-kekerasan secara fisik maupun kebersihannya, sehingga saat akan
psikis. Namun perlu disadari bahwa digunakan siswa harus membersihkan
guru yang mengajar mempunyai ruang lab terlebih dahulu. Kemudian
karakter dan sifat yang berbeda satu untuk menciptakan lingkungan sekolah
sama lain. Terdapat guru dengan yang bersih dan sehat, disediakan
karakter yang temperamental dan tempat sampah yang telah dibedakan
otoriter, hal tersebut dapat membuat antara sampah organik dan anorganik,
siswa merasa takut dan tertekan saat serta tempat mencuci tangan.
menerima pelajaran. Berbagai sarana dan prasarana
3. Tahapan Proses implementasi untuk menunjang pelaksanaan sekolah
Sekolah Ramah Anak (SRA) untuk ramah anak oleh SD Pekunden 01
mendukung program Kota Layak sudah terpenuhi, namun yang masih
Anak (KLA) menjadi perhatian yakni mengenai
kelengkapan buku-buku yang berada di alokasi sumber daya yang penting
perustakaan, buku-buku tersebut sudah untuk melaksanakan sasaran tersebut.
terlihat kusam karena memang sudah Untuk memaksimalkan
terbitan lama, sehingga hal tersebut pelayanan sekolah ramah anak, perlu
menjadikan siswa kurang berminat dilakukan langkah-langkah supaya
untuk mengunjungi perpustakaan. dapat berjalan sesuai dengan tujuan
Kemudian kondisi lab IPA yang tidak yang telah direncanakan.
bersih, seharusnya dapat dibuat jadwal Strategi pembelajaran dengan
piket oleh siswa untuk bertugas pemberian tugas rumah tersebut masih
membersihkan ruangan. Menanggapi sering dilakukan guru dengan tujuan
tetang kebersihan dan kesehatan untuk dijadikan nilai tambahan siswa.
lingkungan, menurut pengamatan Jika siswa tidak mengerjakan maka
peneliti dari kebersihan halaman serta akan mendapat hukuman di sekolah
penataan tempat sampah sudah cukup dengan belajar di luar kelas atau berdiri
baik. di depan kelas. Menurut peneliti
Penanaman karakter dilakukan dengan bentuk hukuman siswa belajar
pada pembiasaan setiap pagi dimulai di luar kelas tentunya hal ini akan
saat anak memasuki lingkungan membuat siswa tertinggal pelajaran.
sekolah bersalaman dengan guru, dan Padahal di dalam Undang-Undang RI
masuk ke kelas masing-masing berdoa No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
bersama, menyanyikan lagu wajib serta Undang-Undang No 23 Tahun 2002
pembiasaan membaca buku 15 menit. tentang Perlindungan Anak Pasal 9
Dari kegiatan tersebut dapat dilihat ayat (1) dijelaskan bahwa “ Setiap anak
bahwa rutinitas yang dilakukan agar berhak memperoleh pendidikan dan
nilai-nilai yang terkandung dalam pengajaran dalam rangka
pembiasaan dapat menyatu dalam diri pengembangan pribadianya dan tingkat
anak hingga tumbuh menjadi orang kecerdasannya sesuai dengan minat
yang cerdas dan berkarakter. dan bakatnya”. Hak anak untuk
Strategi untuk melaksanakan memperoleh pendidikan dan
program sekolah ramah anak di Kota pengajaran merupakan hal yang paling
Semarang merupakan penetapan tujuan penting dalam pelaksanaan sekolah
dasar jangka panjang dan sasaran ramah anak, tindakan menghukum
Dinas Pendidikan Kota Semarang dan siswa untuk belajar di luar kelas
penerapan serangkaian tindakan serta menunjukan bahwa masih banyak guru
yang menggunakan cara mendidik diketahui apakah siswa benar-benar
dengan sistem lama. Hal ini terjadi memahami pelajaran atau belum.
karena guru menganggapnya wajar, Pemberian materi yang hanya melihat
dan mindset atau cara pandang seperti pada aspek kuantitas jumlah materi
itu sudah melekat pada diri masing- yang wajib diberikan, namun tidak
masing guru. Menanggapi tentang memperhatikan aspek kualitas
pemberian tugas rumah sebagai salah pemahaman materi siswa. Hal tersebut
satu aspek untuk memberikan nilai membuat siswa harus melakukan les
tambahan bagi siswa tentu hasil tambahan di luar sekolah. Tidak heran
penilaian tidak akan akurat, seharusnya jika siswa menjadi tidak mempunyai
untuk memberikan nilai tambahan bagi semangat saat menerima pelajaran
siswa dapat dilakukan saat praktek karena sistem pengajaran oleh guru
pembelajaran langsung di kelas. yang tidak menarik.
Bentuk pengembangan sistem Data tersebut dapat dianalisis
penialain telah dijelaskan dalam bahwa terdapat guru atau tenaga
petunjuk pelaksanaan teknis Sekolah pendidik yang hanya mementingkan
Ramah Anak, yang terdapat pada kewajibannya dalam memberikan
indikator pengembangan kurikulum materi tanpa memperhatikan hak siswa
poin enam, yaitu adanya ragam model dalam penguasaan materi. Indikator
penilaian dan evaluasi perkembangan pengembangan kurikulum dijelaskan
belajar peserta didik yang menjadikan bahwa dalam menjalankan sekolah
kepentingan terbaik anak perempuan ramah anak, harus tersedia ragam
dan laki-laki termasuk anak yang metoda pembelajaran yang aktif,
memerlukan pendidikan khusus inovatif, kreatif, efektif dan
dan/atau pendidikan layanan khusus menyenangkan dan tanggap terhadap
sebagai pertimbangan utama. Perlu perubahan kebutuhan dan cara belajar
disadari pula bahwa tidak semua siswa anak perempuan dan laki-laki termasuk
mempunyai kemampuan yang sama, anak yang membutuhkan pendidikan
ada siswa yang mempunyai intelegensi atau pelayanan khusus. Metoda
tinggi dan ada yang rendah. Guru pembelajaran yang dapat dilakukan
dapat memberikan pertanyaan atau soal yakni dengan menerapkan kriteria
terkait dengan mata pelajaran yang ketuntasan belajar. Maksud dari
diberikan sesuai dengan tingkat ketuntasan belajar adalah, guru tidak
kemampuan anak, dengan begitu dapat harus menyelesaikan seluruh materi
namun dengan cara mengintegrasikan bimbingan guru dan orang tua, anak
pembelajaran materi yang berkaitan. yang mengalami slower learner tetap
Pelayanan pendidikan terhadap anak dapat mengikuti pelajaran, walau pun
berkebutuhna khusus menjadi salah pada akhirnya prestasi yang dicapai
satu kriteria dalam pelaksanaan pun tidak dapat maksimal. Guru
sekolah ramah anak. Mengacu pada megajarkan anak untuk terus berlatih
peraturan Peraturan Menteri mnegingat dan mengulang pelajaran
Pemberdayaan Perempuan dan yang tela diberikan.
Perlindungan Anak No 5 Tahun 2011 Uraian data diatas dapat
tentang pemenuhan Hak Pendidikan dipahami bahwa guru harus dapat
Anak, serta Perda Kota Semarang No 1 memperlakukan secara seimbang
Tahun 2007 tentang penyelenggaraan antara anak yang normal dan anak
pendidikan sesuai dengan bakat, minat yang mempunyai kebutuhan khusus.
dan kemampuannya yang termasuk Pelayanan dan penilaian yang
peserta didik luar biasa. Dengan diberikan tentunya berbeda, standar
adanya peraturan tersebut sekolah penilaian anak berkebutuhan khusus
ramah anak dapat menjamin lebih rendah dibandingkan dengan
pendidikan anak yang mempunyai anak yang normal. Tambahan
kebutuhuna khusus. Siswa pelajaran selama 45 menit tersebut
berkebutuhan khusus di SD Pekunden belum dapat menjamin anak yang
01 yakni mengalami slower learner mempunyai kebutuhan khusus untuk
atau keterlambatan dalam menerima mencapai nilai akademik yang
pelajaran yang dimasukkan ke dalam memuaskan, karena anak tersebut
peserta didik kelas inklusi. membutuhkan waktu yang cukup lama
Kelas inklusi yang ada di SD serta latihan terus menerus untuk dapat
Pekunden 01 dilaksanakan saat jam memahami materi yang diajarkan.
sekolah sudah selesai selama 45 menit, Peran guru serta orang tua/wali sangat
peserta didik yang mengalami slower penting, karena guru hanya sebatas saat
learner akan diberikan jam tambahan anak berada di sekolah, jika di rumah
untuk mengulang pelajaran yang belum orang tua tidak membimbing dan
dipahami. Anak yang mengalami perhatian lebih maka akan sangat sulit
slower learner membutuhkan waktu untuk anak- anak berkebutuhan khusus
yang lebih lama dibandingkan dengan mendapatkan hak pendidikannya.
anak normal pada umumnya. Dengan
SD Pekunden 01 sebagai salah satu prima pendidikan dalam hal
sekolah yang telah menerapkan ketersediaan, keterjangkauan,
program sekolah ramah anak berupaya kualitas/mutu dan relevansi, kesetaraan
memenuhi hak pendidikan anak dalam dan kepastian/keterjaminan. Target
mencapai prestasi yaitu dengan cara guru untuk meningkatkan prestasi
setiap guru diberikan tanggungjawab sekolah tidak menjamin seluruh siswa
oleh kepala sekolah untuk membuat akan ikut berpastisipasi di dalamnya.
target atau capaian prestasi yang akan Dinas Pendidikan Kota Semarang
diraih. Adapun target atau capaian melakukan kegiatan monitoring dan
salah satunya yaitu guru mata pelajaran evaluasi terhadap setiap sekolah.
olahraga membuat target untuk dapat Kegiatan tersebut dilakukan dalam
memenangkan lomba cabang senam jangka waktu tiga bulan satu kali,
ritmik dan artistik di tingkat Kota sehingga kegiatan monitoring dan
Semarang. Hal tersebut terlihat pada evaluasi dilakukan sebanyak empat
saat lomba, SD Pekunden meraih kali dalam satu tahun ajaran.
beberapa kejuaraan pada lomba Uraian diatas dapat dipahami
tersebut. bahwa kegiatan monitoring dan
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan bertujuan
tahapan proses implementasi program untuk memantau pelaksanaan sekolah
sekolah ramah anak di SD Pekunden ramah anak. Kegiatan monitoring dan
01 sudah berjalan dengan baik. Dalam evaluasi oleh Dinas Pendidikan yang
mengembangkan minat dan bakat anak intensitasnya cukup sering dilakukan
laki-laki, perempuan maupun anak namun belum meperlihatkan progress
berkebutuhan khusus, yang kemudian pelaksanaan program, hal ini dapat
menjadikannya sebagai SD dilihat pada bab sebelumnya yang
percontohan di Kota Semarang. Namun menjelaskan bahwa belum semua
untuk pelaksanaan secara teknis sekolah di Kota Semarang
keseluruhan belum dapat dikatakan melaksanakan program sekolah ramah
baik, dilihat dari target guru yang anak karena sekolah belum mengetahui
hanya pada segi prestasi sekolah saja. secara rinci tentang teknis pelaksanaan
Hal tersebut belum mengacu pada tema Sekolah Ramah Anak (SRA).
strategis pendidikan sekolah ramah
anak yang menekankan pada
pembangunan penguatan pelayanan
IV. PENUTUP pelaksanaan sekolah ramah
1. Kesimpulan anak.
A. Kemampuan kebijaksanaan 4. Pelaksanaan sekolah ramah
dalam menstrukturkan proses anak belum merata ke seluruh
implementasi Sekolah Ramah sekolah di Kota Semarang,
Anak (SRA) untuk mendukung padahal pemantauan dari Dinas
program Kota Layak Anak Pendidikan dilakukan setiap
(KLA). tiga bulan sekali dengan
1. Terdapat sanksi yang jelas jika mengunjungi sekolah-sekolah,
terdapat tenaga pendidik namun kegiatan tersebut belum
melakukan pelanggaran menjamin sekolah ramah anak
terhadap perlindungan anak dapat terlaksana.
dalam pendidikan. Sanksi 5. Belum terdapat guru konseling
tersebut berupa pemberhentian, (BK) sebagai pembimbing
mutasi, atau penundaan psikologis anak.
kenaikan tingkatnya. 6. Belum terdapat tim khusus di
2. Kerjasama antara Dinas sekolah yang terdiri dari guru
Pendidikan dengan beberapa sebagai koordinator
pihak sudah dilaksanakan pelaksanaan program sekolah
dengan baik. Hal ini dapat ramah anak.
dilihat pada saat kerjasamanya B. Variabel di luar Kebijakasanaan
dengan kepolisian Kota implementasi Sekolah Ramah
Semarang yang menangkap Anak (SRA) untuk mendukung
siswa-siswi saat hendak program Kota Layak Anak
tawuran dengan membawa (KLA)
senjata tajam. 1. Komitmen Dinas Pendidikan
3. Kegiatan pembinaan atau Kota Semarang sejalan dengan
sosialisasi dari Dinas komitmen kepala sekolah SD
Pendidikan tentang sekolah Pekunden 01, yakni sama-sama
ramah anak masih minim berusaha untuk menekankan
dilakukan. Sehingga sekolah pada kepentingan terbaik bagi
tidak mengetahui secara rinci anak.
tentang bagaimana 2. Pengawasan terkait pemenuhan
hak anak di sekolah telah
dilakukan oleh kepala sekolah 3. Masih terdapat guru yang
SD Pekunden 01 dengan baik, ditakuti oleh para siswa, hal
hal ini dapat dilihat pada tersebut dapat menjadikan
kedisiplinan yang diterapkan siswa tidak merasa nyaman di
dengan pengecekan langsung sekolah.
oleh kepala sekolah ke setiap 4. Terdapat sistem pembelajaran
kelas. yang masih mementingkan
C. Tahapan Proses implementasi kuantitas, yakni selesainya
Sekolah Ramah Anak (SRA) semuruh materi pembelajaran
untuk mendukung program Kota tanpa memperhatikan
Layak Anak (KLA) pemahaman siswa.
1. Penyediaan sarana prasarana
2. Rekomendasi
untuk menunjang kebutuhan
1. Guru dan anggota Dinas
anak di sekolah sudah baik,
Pendidikan diharapkan lebih pro-
namun masih terdapat
aktif dalam mencegah anak
kekurangan yakni pada
bertindak melanggar hukum.
kelengkapan buku yang
Sehingga tidak akan menyebabkan
sudah tidak up to date serta
anak sebagai korban karena
kurang diperhatikannya
ketidaktahuannya tentang tindakan
sarana kebersihan, yakni pada
melanggar hukum.
wastafel untuk anak terlihat
2. Guru sebagai pembimbing siswa
kotor.
di sekolah dapat mengembangkan
2. Aspek inklusivitas sudah
teknik pembelajaran yang tepat.
berjalan dengan baik,
3. Untuk kelengkapan buku di
sehingga anak yang
perpustakaan dapat dilakukan
berkebutuhan khusus
pembaharuan buku dengan
mendapatkan hak
menggunakan dana bantuan
pendidikannya. Namun
operasional sekolah yakni 20%
belum dapat menjamin siswa
dari total anggaran untuk standar
berkebutuhan khusus akan
proses. Sehingga koleksi buku-
mendapatkan nilai atau
buku yag berada di perustakaan
kemampuan akademis yang
akan semakin lengkap dan
sama dengan anak normal
lainnya.
meningkatkan minat baca pada pendidik yang mampu membantu
siswa. dalam pengembangan psikologi
4. Untuk tim pelaksana program, anak.
dapat dibuat struktur organisasi 6. Untuk mencegah anak bertindak
yang bertugas sebagai koordinator kriminal atau melanggar hukum,
sekolah ramah anak, sehingga pengelola sekolah beserta dinas
diharapkan dengan adanya pendidikan lebih meningkatkan
koordinator tersebut pelaksanaan kerjasama dengan kepolisian
program sekolah ramah anak dapat untuk melakukan sosialisasi
optimal. tentang tindakan-tindakan yang
5. Untuk pemenuhan guru konseling, melanggar hukum yang dapat
dapat dilakukan rekrutmen tenaga merugikan siswa.

V. Daftar Pustaka Mulyadi, Lilik . 2005. Pengadilan Anak di


Indonesia: teori, praktik dan
Buku :
permasalahannya. Bandung:
Agus, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyatuti.
Mandar Maju
2012. Implementasi Kebijakan
Publik : Konsep dan Aplikasinya Moleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian
di Indonesia. Yogyakarta: Gava Kualitatif edisi Revisi. Bandung :
Media PT Remaja Rosda Karya
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar
Nashriana. 2012. Perlindungan hukum
Kebijakan Publik. Bandung:
Pidana Bagi Anak di Indonesia.
Alfabeta
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Djamil, Nasir. 2015. Anak Bukan Untuk
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy.
Dihukum (Catatan Pembahasan
Jakarta: Elex Media Komputindo
UU Sistem Pidana Anak UU-
SPPA). Jakarta: Sinar Grafika Riant Nugroho. 2015. Policy Making
Mengubah Negara Biasa Menjadi
Keban, Yeremias. 2014. Enam Dimensi
Negara Berprestasi. Jakarta: PT
Strategis Adminitrasi Publik
Elex Media Komputindo
Konsep, Teori dan Isu.
Yogyakarta: Gava Media
Sambas, Nandang. 2010. Pembaharuan Asisten Deputi Pemenuhan Pendidikan
Sistem Pemidanaan Anak di Anak Deputi Bidang Tumbuh Kembang
Indonesia. Yogyakarta: Graha Kementerian Perempuan dan Perlindungan
Ilmu Anak 5/31/2014. Kebijakan
Pengembangan Sekolah Ramah Anak.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi.
2010. Metodelogi Penelitian Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Survai. Jakarta : LP3ES Nomor 07 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Soetomo. 2015. Masalah Sosial dan
Upaya Pemecahannya. Peran Kanwil Kementrian Hukum dan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar HAM Jawa Tengah Dalam Pemenuhan
HAM Anak Berhadapan dengan Hukum
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan
(ABH)
Publik, Konsep, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka UU No 11 Tahun 2012 tentang Peradilan
Pelajar Pidana Anak
UU No 23 Tahun 2012 tentang
Sugiyono. 2009. Metodelogi Penelitian
Perlindungan Anak
kuantitatif Kualitatif dan R&D.
UU No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Bandung : Alfabeta
Anak
Syafri, Wirman. 2012. Studi tentang UNICEF INDONESIA (2012): Ringkasan
Adminstrasi Publik. Jakarta: Kajian Perlindungan Anak. Oktober 2012
Erlangga
Jurnal :
Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan
Puji Astuti. (2015). Implementasi
Dari Formulasi ke Penyusunan
Kebijakan Perlindungan Anak
Model-Model Implementasi
Berhadapan dengan Hukum di
Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi
Lapas Kabupaten Klaten. Skripsi
Aksara
Sarjana pada Ilmu Administrasi
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Publik FISIP UNDIP Semarang:
Teori & Proses. Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Media Pressindo
Internet :
Sumber Lain : Nur Istibsaroh, “Sekolah Ramah Anak
Konvensi Hak Anak (KHA) Dikembangkan di Kota Semarang”, Antara
Jateng, diakses dari Website Resmi Data Kemendikbud RI
http://www.antarajateng.com/detail/sekola http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/se
h-ramah-anak-dikembangkan-di- kolah/8028FBC33A11FC35C939
semarang.html).
Website Resmi Kanwil Kementerian
Website Pendidikan. Hukum dan HAM Jawa Tengah Tahun
http://www.websitependidikan.com/2016/ 2015
05/pengertian-silabus-dan-prinsip-
pengembangannya.html#

You might also like