Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
I. PENDAHULUAN
penelantaran terhadap anak. Kerangka
Sistem perlindungan anak di Indonesia
hukum tersebut harus menunjuk lembaga
telah dibuat dalam kerangka hukum dan
pemerintah tugas, wewenang dan
kebijakan di Indonesia perlu diperkuat
tanggungjawab yang jelas terhadap
untuk mencegah dan menangani
penanganan dan penyediaan layanan
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan
perlindungan anak. Tantangan yang
dihadapi Indonesia untuk memastikan Kebijakan Kota Layak Anak menjadi salah
keselarasan Peraturan Daerah (Perda) dan satu bentuk dalam menjamin hak-hak anak
kebijakan perlindungan anak disetiap di setiap daerah Kabupaten/Kota.
daerah, masing-masing dengan Kabupaten/Kota Layak Anak atau
kewenangan untuk menetapkan sering disebut dengan KLA merupakan
peraturannya sendiri. Oleh karena itu, sebuah upaya penyelarasan komitmen
langkah terakhir yang dilakukan oleh pemerintah dengan sumber daya yang ada
pemerintah pusat untuk mengembangkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
pedoman Perda yang mengacu pada Setiap daerah Kabupaten/Kota dalam
pendekatan berbasis sitem terhadap penyusunan perencanaan pembangunan
perlindungan anak merupakan suatu harus tetap mempertimbangkan isu tentang
langkah yang positif. hak-hak anak.
Di tingkat daerah Kota/Kabupaten, Peran Pemerintah Kota Semarang
peraturan dan kebijakan tentang dalam mengupaya perlindungan dan
perlindungan anak cenderung berfokus pemenuhan terhadap hak-hak anak telah
ketika seorang anak telah masuk ke dalam dilakukan dengan dikeluarkan Peraturan
permasalahan hukum atau telah melakukan Walikota Nomor 20 tahun 2010 tentang
tindakan yang melanggar hukum, tindakan Kota Layak Anak (KLA). Kota Semarang
yang dilakukan pemerintah terbatas pada telah berhasil meraih penghargaan sebagai
rehabilitasi dan tidak jarang sering Kota Layak Anak kategori Pratama oleh
mengabaikan aspek-aspek pencegahan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
aspek pencegahan ini bertujuan untuk dan Perlindungan Anak (KemenPPA).
menecegah seorang anak supaya tidak Namun pelaksanaan kebijakan KLA dinilai
melakukan tindakan yang melanggar masih tergolong rendah, pasalnya berbagai
hukum. Tidak adanya penetapan permasalahan mengenai anak yang belum
kewenangan yang jelas bagi pelayanan teratasi masih banyak ditemukan. Sikap
perlindungan anak di tingkat provinsi dan pemerintah dalam menangani
kota/kabupaten menyebabkan tindakan permasalahan anak, khususnya yang
yang terfragmentasi sehingga antar mengalami kekerasan dan berhadapan
lembaga terkait kurang terkoordinasi dengan hukum (ABH) masih bersifat
dengan baik. Dengan dikeluarkannya rehabilitatif. Penanganan dilakukan
Peraturan Menteri Pemberdayaan dengan cara ditahan dan dipenjarakan
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor untuk memberikan efek jera pada anak,
11 Tahun 2011 tentang Pengembangan selain itu belum terdapat panti sosial untuk
manampung ABH serta pendampingan lingkungan sekolah supaya anak tidak
khusus hanya bersifat penegakan hukum. terjerumus dalam kasus hukum.
Sejauh in pemerintah Kota Semarang Menurut Data Komisi
dalam melakukan pencegahan anak Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
berhadapan dengan hukum (ABH) melalui tahun 2013, terdapat beberapa jenis
pengembangan Kota Layak Anak (KLA). kekerasan yang dilakukan terhadap anak di
Upaya pengembangan Kota Layak Anak lingkungan sekolah yang dilakukan oleh
(KLA) dalam bidang pendidikan yakni guru, teman sekelas, teman lain kelas.
kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA) Jumlah kasus di lingkungan pendidikan
yang diharapkan mampu memenuhi, berdasarkan jenis kekerasan yang dialami
menjamin, dan melindungi hak anak di oleh anak antara lain sebagai berikut :
Tabel 1.1
Bentuk Kekerasan di Lingkungan Sekolah
Jumlah Presentase (%)
Teman Teman
No Jenis Kekerasan Teman Teman
Guru Lain Guru Lain
Sekelas Sekelas
Kelas Kelas
1
Menjewer 326 226 134 31,8 22 13,1
2
Mencubit 379 504 316 36,9 49,1 30,8
3
Menendang 70 261 175 6,8 25,4 17,1
4
Memukul dengan tangan 118 297 191 11,5 28,9 18,6
5
Memukul dengan benda 107 208 112 10,4 20,3 10,9
Menghukum hingga jatuh
6 29 23 19 2,8 2,2 1,9
sakit, pingsan
Melukai dengan benda
7 11 36 23 1,1 3,5 2,2
berbahaya
8 Kekerasan fisik lain 32 49 32 3,1 4,8 3,1
Membandingkan dengan
9 176 172 130 17,2 16,8 12,7
saudara/anak lain
Membentak dengan suara
10 357 357 254 34,8 34,8 24,8
keras dan kasar
Menghina dihadapan
11 133 298 212 13 29 20,7
teman/orang lain
Menyebut “bodoh”,
12 226 264 183 22 25,7 17,8
“pemalas”
Mencap dengan sebutan
13 56 151 108 5,5 14,7 10,5
jelek
14 Kekerasan fisik lain 19 25 13 1,9 2,4 1,3
Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2013
Dari data di atas dapat diketahui yang tidak dilaporkan diperkirakan
bahwa kekerasan di lingkungan sekolah jumlahnya lebih tinggi. Sekolah Ramah
ternyata masih sering dilakukan, baik oleh Anak (SRA) menjadi salah satu program
guru, teman sekelas maupun teman pengembangan Kota Layak Anak (KLA)
berbeda kelas. Bentuk kekerasan terbagi dalam bidang pendidikan, melalui Sekolah
menjadi menjadi dua jenis yaitu secara Ramah Anak tersebut diharapakan anak-
fisik dan secara psikologis. Namun data anak dapat terpenuhi haknya dalam
tersebut hanya berdasarkan kasus yang mendapatan pendidikan.
dilaporkan kepada KPAI, sedangkan kasus