You are on page 1of 8

REVITALISASI PENGELOLAAN MANGROVE MELALUI PERAN

PEMERINTAH DALAM KONSERVASI WILAYAH PESISIR


DI KABUPATEN ACEH JAYA

The Revitalization of Mangrove Management Through of The Role Government


In the Conservation of The Coastal area in The Aceh Jaya Regency

Dewi Fithria1), Rahmat Hidayat1)


1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar, Meulaboh, 23615
E-mail: dewi.fithria@gmail.com;

ABSTRACT
Mangroves act as a filter to reduce the adverse effects of major environmental changes,
and as a food source for marine life (Beach) and terrestrial biota. The Tsunami disaster of
2004 have resulted in changes in landforms such as mangrove forests. The damage of
mangrove forests and then aggravated it again with pressure and increase the number of
pendudukyang resulted in any change land use and natural resource utilization. Mangrove
management, should involve all components of the stakeholders which includes the role of
Government, local institutions and communities. The purpose of this research was to assess
the management of mangroves in the coastal area conservation efforts are integrated
through the role of local governments in terms of planning, utilization, control,
maintenance, surveillance, and law enforcement in Aceh Jaya Regency. This research
includes the types of descriptive research with qualitative approach by describing the
strategic role of pemerintahdaerah in the management of mangrove in the Aceh Jaya
Regency. Based on the results of the study can be obtained that a summary of the factors
facing the Government in the management of mangrove areas include factors financing
became a major factor in the realization of program management of mangrove areas, the
occurrence of farmed land expansion (neuheun), expansion of the area of the settlements,
the lack of human resources so as to affect the economic conditions of the community.
System management of mangrove area should preferably be done through a bottom up
approach and done in sitematis starts from perencenaan stage, utilization, control,
maintenance, supervision and law enforcement.
Key words: the role of Government, revitalizing, mangrove management
PENDAHULUAN biota darat. Jika mangrove tidak ada
maka produksi laut dan pantai akan
Mangrove sangat penting artinya berkurang secara nyata.
dalam pengelolaan sumber daya pesisir di Bencana Tsunami tahun 2004
sebagian besar wilayah Indonesia. Fungsi telah mengakibatkan perubahan bentang
mangrove yang terpenting bagi daerah alam yang cukup serius, seperti hilangnya
pantai adalah menjadi penghubung antara daratan dan terbentuknya rawa-rawa
lautan dan daratan. Tumbuhan, hewan, pesisir. Hasil pengamatan di berbagai
benda-benda lainnya, dan nutrisi kawasan di Kabupaten Aceh Jaya,
tumbuhan ditransfer ke arah daratan atau tentang kualitas vegetasi pantai pasca
ke arah laut melalui mangrove. Mangrove tsunami menunjukkan fisognomi pantai
berperan sebagai filter untuk mengurangi telah menunjukkan perubahan mendasar,
efek yang merugikan dari perubahan sehingga tidak banyak lagi mangrove
lingkungan utama, dan sebagai sumber yang tumbuh. Kerusakan hutan mangrove
makanan bagi biota laut (pantai) dan kemudian diperparah lagi dengan tekanan

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 81


dan pertambahan jumlah penduduk yang ditentukan oleh focus, adanya kriteria
demikian cepat terutama di daerah pantai. khusus untuk keabsahan data, desain
Selanjutnya akan mengakibatkan adanya yang bersifat sementara, dan ahsil
perubahan tata guna lahan dan penelitian dirundingkan dan disepakati
pemanfaatan sumberdaya alam secara bersama.
berlebihan. Kawasan hutan mangrove
akan menjadi menjadi semakin rusak. 3.1. Teknik dan Instrumen
Pengelolaan mangrove, harus Pengumpulan Data
melibatkan seluruh komponen pemangku Dalam penelitian kualitatif,
kepentingan yang meliputi peran pengumpulan data dilakukan pada
pemerintah dan institusi lokal, natural setting (kondisi yang alamiah)
masyarakat secara individu maupun sumber data primer, dan teknik
masyarakat secara berkelompok. pengumpulan data lebih banyak pada
Keberhasilan maupun kegagalan dalam observasi, wawancara mendalam (in
pengelolaan hutan mangrove tidak lepas depth interview) dan dokumentasi
dari peran pemerintah dan partisipasi (Sugiono, 2007). Teknik-teknik
masyarakat. Peran pemerintah melalui pengumpulan data yang digunakan dalam
lembaga yang berwenang, lebih penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
mempunyai andil besar dan dominan
dalam perencanaan, pemanfaatan, 3.1.1 Observasi (observation)
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan Teknik observasi adalah usaha
maupun penegakan hukum dalam mengumpulkan data dan informasi
pengelolaan mangrove. melalui pengamatan pada saat proses
penelitian sedang berjalan. Instrument
METODE PENELITIAN yang digunakan dalam teknik ini berupa
daftar program yang menjadi pedoman
Penelitian ini termasuk jenis nasional yang telah disusun oleh
penelitian deskriptif dengan pendekatan Kementerian Lingkungan Hidup dan
kualitatif dan pendekatan eksperimen. pengamatan langsung tehadap ekosistem
Pendekatan ini dipilih untuk memahami mangrove.
fenomena tentang subjek penelitian
(Moelong, 2008). Pendekatan kualitatif 3.1.2 Wawancara Mendalam (in
digunakan sebab masalah yang diteliti depth interview)
memerlukan suatu pengungkapan yang Teknik wawancara mendalam (in
bersifat deskriptif dan komprehensif, depth interview) adalah usaha
pemilihan pendekatan ini didasarkan atas mengumpulkan data dan informasi
pertimbangan bahwa data yang hendak dengan cara mengajukan sejumlah
dicari adalah data yang menggambarkan pertanyaan secara lisan dan untuk
peran strategis pemerintahdaerah dalam dijawab secara lisan pula melalui Tanya
pengelolaan mangrove di Kabupaten jawab secara terarah.
Aceh Jaya.
Hal ini sesuai dengan 3.2. Subjek dan Objek Penelitian
karakteristik penelitian kualitatif Pertimbangan utama dalam
(Moelong, 2008) yaitu: mempunyai latar menentukan subjek penelitia adalah
alamiah, manusia sebagai alat kesesuain antara sumber informasi yang
(instrument), menggunakan metode terkait dengan permasalahan penelitian.
kualitatif, analisis data secara induktif, Informasi yang dihimpun dalam
teori dari dasar (grounded theory), penelitian ini tentang peran pemerintah
deskriptif, lebih mementingkan proses daerah dalam pengelolaan mangrove di
daripada hasil, adanya batas yang Kabupaten Aceh Jaya, subjek pada

82 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


penelitian ini adalah pemerintah daerah sehingga memudahkan untuk mengambil
Kabupaten Aceh Barat, sedangkan objek suatu kesimpulan. Analisis data
penelitian adalah pengelolaan mengrove. menggunakan analisis kualitatif untuk
Sumber informasi dikelompokkan mendeskripsikan secara jelas tentang
ke dalam: (1) sumber informasi kunci peran-peran strategis pemerintah daerah
(key informan) terdiri dari unsur dalam pengelolaan mangrove.
pemerintahan di tingkat kabupaten
(Bupati dan dinas terkait ) sampai 3.3.3. Menarik Kesimpulan
desa/gampong dan (2) jaringan informasi Data yang sudah dipolakan,
pendukung (LSM, tkoh masyarakat, kemudian difokuskan dan disusun secara
masyarakat lokal dan sumber informasi sistematik dalam bentuk naratif.
pendukung. Kemudian melalui induksi, data tersebut
disimpulkan sehingga makna data dapat
3.3. Teknik Analisa Data ditemukan dalam bentuk tafsiran dan
Model analisis yang digunakan argumentasi. Kesimpulan juga
dalam penelitian ini adalah model diverifikasi selama penelitian
interactif yang dikembangkan oleh Miles berlangsung.
dan Huberman (1984) yang dimulai
dengan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan HASIL DAN PEMBAHASAN
kesimpulan/verifikasi. Proses analisis
data dilakukan secara terus menerus di Gambaran Umum Kabupaten Aceh
dalam proses pengumpulan data selama Jaya
penelitian berlangsung.
Kabupaten Aceh Jaya terletak
3.3.1. Reduksi Data pada kordinat 04022’-05016’ Lintang
Reduksi data adalah kegiatan Utara dan 95002’-96003’ Bujur Timur
menyajikan data inti/pokok, sehingga dengan luas daerah 3.727 Km2 .
dapat memberikan gambaran yang lebih Kabupaten Aceh Jaya terbagi dalam 9
jelas dan tajam mengenai hasil Kecamatan, 22 Mukim, 172 Desa. Batas
pengamatan, wawancara, serta wilayah administrasi meliputi sebelah
dokumentasi. Reduksi data dalam Utara berbatasan dengan Kabupaten
penelitian ini dengan cara menyajikan Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, sebelah
data inti yang mencakup keseluruhan Selatan berbatasan dengan Samudera
hasil penelitian, tanpa mengabaikan data- Hindia dan Kabupaten Aceh Barat,
data pendukung, yaitu mencakup proses sebelah Timur berbatasan dengan
pemilihan, pemuatan, penyederhanaan, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh
dan transformasi data kasar yang Barat, serta sebelah Barat berbatasan
diperoleh dari catatan lapangan. Reduksi dengan Samudera Indonesia.
data merupaka aktifitas memilih data.
Data yang dianggap relevan dan penting Potensi Mangrove KabupatenAceh
adalah yang berkaitan dengan strategi Jaya
pengelolaan mangrove yang dilakukan Ekosistem mangrove merupakan
oleh pemerintah daerah. salah satu eosistem dengan karakteristik
yang dipengaruhi oleh pasang surut, yang
3.3.2. Display Data merupakan daerah asuhan bagi perairan,
Bentuk penyajian data adalah teks serta berfungsi mencegah terjadinya
naratif (pengungkapan secara tertulis). abrasi pantai. Di samping itu ekosistem
Tujuannya adalah untuk memudahkan mangrove merupakan salah satu sumber
dalam mendiskripsikan suatu peristiwa, daya wilayah pesisir yang kaya akan

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 83


nutrisi bagi berkelanjutan kehidupan lahan telah digunakan sebagai areal
biota laut, serta berperan penting dalam tambak masyarakat dan sebagiannya lagi
system rantai makanan di pesisir dan laut. merupakan areal pantai terlindung
Sumber daya ekosistem mangrove membentuk teluk dan dipengaruhi pasang
termasuk dalam sumber daya wilayah surut. Kawasan mangrove terluas
pesisir, merupakan sumber daya yang berikutnya berada di Gampong Kareung
bersifat alami dan dapat diperbaharui Ateuh. Potensi terluas terletak pada
(renewable resources) yang patut dijaga daerah pantai berbentuk teluk yang
dari keseluruhan fungsi secara lestari digenangi pasang surut air laut, kuala
sehingga dapat mendukung pembangunan sungai dan disepanjang aliran sungai ke
dan dapat dimanfaatkan seoptimal arah hulu dan sebagian lahan telah
mungkin melalui pengelolaan secara dibentuk menjadi tambak masyarakat.
berkelanjutan.
Berdasarkan interpretasi peta dan Kecamatan Sampoinit
hasil survey yang dilakukan oleh Dua Lahan potensial mangrove di
Mitra Koalisi Architect & Engineering Kecamatan Sampoinit seluas 119.14
Consultant tahun 2006, sebaran potensi Hektar yang terletak di 6 lokasi yaitu :
mangrove di Kabupaten Aceh Jaya Gampong Krueng Noe ± 6.03 Ha, Crak
terdapat di Kecamatan Jaya ± 479,4 Mong ± 9.29 Ha, Meunasah Kulam ±
Hektar, Kecamatan Sampoiniet ± 119,14 41.06 Ha, Patek ± 8.40 Ha, Blang
Hektar, dan Kecamatan Setia Bakti ± Mon Lueng ± 21.46 Ha, Kuala Bakong ±
363,30 Hektar. 32.90 Ha.
Sebahagian besar lahan-lahan
Kecamatan Jaya mangrove tersebut berada pada daerah di
Lahan potensial mangrove yang dekat muara, dan daerah yang sudah
terletak di kawasan Kecamatan Jaya ± tergenang air laut secara periodik. Lahan-
479.4Hektar yang tersebar di dua belas lahan yang teridentifikasi juga
lokasi yaitu: merupakan habitat mangrove sebelum
Desa Babah Ie ±115.77 Ha, Krueng tsunami terjadi, hal ini diketahui karena
Tunong ± 41.99 Ha, Kampung Baru ditemukannya vegetasi mangrove yang
±23.58Ha, Ie Jong ± 28.90 Ha, Nusa ± tersisa pada lahan tersebut.
22.69 Ha, Ujong Muloh ± 8.82 Ha,
Kuala ± 12.76 Ha, Gle U ± 23.81 Ha, Kecamatan Setia Bakti
Meudang Ghon ± 44.32 Ha, Lahan potensial mangrove yang
Krueng Ateuh ± 59.54 Ha, Keude Unga berada di kawasan Kecamatan Setia Bakti
± 70.36 Ha, Ceunamprong ± 26.86 Ha. seluas 363.30 Hektar yang tersebar di
Gampong Babah Ie merupakan empat lokasi yaitu : Gampong Lhok
kawasan terluas untuk potensi lahan Timon ±11.68 Ha, Rigaih ± 329.44
mangrove. Sebagian besar lahan-lahan Ha, Kp. Baru Sayeung ± 11.33 Ha, Lhok
tersebut merupakan areal tambak Buya ± 10.85 Ha.
masyarakat dan sebagian lagi digenangi Sebahagian besar lahan-lahan
air laut. Desa Krueng Tunong yang tersebut berada pada daratan pinggir
berdekatan dengan Gampong Babah Ie pantai yang sudah tergenang air laut
terdapat potensi lahan mangrove, secara periodik.
terutama pada muara sungai dan
sepanjang tepian sungai. Keberadaan Hutan Mangrove di
Potensi kawasan mangrove Kabupaten Aceh Jaya
terbesar kedua di Kabupaten Aceh Jaya Hutan mangrove yaitu hutan yang
berada di Gampong Keude Unga yaitu tumbuh pada tanah alluvial di kawasan
seluas 70.36 Hektar. Sebagian besar pantai dan sekitar muara sungai yang

84 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


dipengaruhi pasang surut air laut dan berkisar 20-34oC, kecerahan berkisar 0-
dicirikan oleh jenis-jenis pohon ; 2,5, pH berkisar 7-8 dan kadar oksigen
Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, terlarut berkisar 3-10 pm.
Cerops, Lumnitsera, Xylocarpus dan
Nypa. Kondisi Masyarakat Pesisir
Mangrove yang dikembangkan Kabupaten Aceh Jaya
oleh pemerintah, masyarakat dan Kabupaten Aceh Jaya yang
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di terletak di kawasan pesisir pantai barat
Kabupaten Aceh Jaya didominasi dari Aceh, tentunya matapencaharian
suku Rhizophoraceae seperti jenis bakau- masyarakat kawasan pesisir sebagiab
bakau atau Rhizophora spp. Suku besar adalah nelayan. Selain nelayan
Rhizophoraceae merupakan family yang berprofesi sebagai nelayan, masyarakat
terpenting pada hutan mangrove, karena juga ada yang bekerja sebagai petani-
jenis ini merupakan hutan mangrove yang nelayan, pedagang dan pegawai.
menghasilkan pohon-pohon komersil Nelayan di Kabupaten Aceh Jaya
yang mempunyai nilai jual tinggi yang sebagian besar merupakan nelayan
digunakan sebagai bahan industry dan tradisional yang hanya menggunakan alat
kontruksi. Jenis lainnya yaitu Api-api tangkap sederhana, dengan wilayah
atau Avicennia spp dan Nipah. tangkapan di sekitar perairan Kabupaten
Aceh Jaya dan hanya sedikit dari nelayan
Kondisi Kawasan Pesisir Kabupaten yang pergi menangkap ikan di laut
Aceh Jaya terbuka.
Data fisik pantai di Kabupaten Masyarakat yang bekerja sebagai
Aceh Jaya yaitu dapat dikategorikan tipe petani-nelayan yaitu masyarakat yang
pantai berpasir, tipe pantai berlumpur dan melakukan aktifitas bertani, berkebun
tipe pantai berpasir dan berlumpur. atau menjadi buruh tani/kebun selain
Berdasarkan data dari Badan Hidrografi sebagai nelayan. Para nelayan biasanya
Angkatan Laut, menunjukan bahwa akan bekerja sebagai petani saat musim
pasang surut permukaan air laut di barat. Pada musim barat nelayan tidak
perairan Aceh Jaya bersifat semi-diumal, melakukan aktifitas mencari ikan karena
kedudukan air tertinggi adalah 1.5 meter cuaca yang buruk, angin kencang
di atas duduk tengah dan terendah 0.8 sehingga tidak memungkinkan nelayan
meter di bawah duduk tengah. untuk pergi melaut.
Suhu air permukaan pada musim Kabupaten Aceh Jaya merupakan
Barat berkisar antara 28.50C-30.00C dan daerah lintasan maka sangatlah strategis
pada musim Timur antara 28.50 C. menjadi tempat persinggahan bagi
salinitas permukaan berkisar antar 10-28 masyarakat yang sedang melakukan
ppt, baik pada musim Barat maupun perjalanan, sehingga di kawasan lintasan
musim Timur, pH 7.0-7.5 sedangkan ini banyak masyarakat yang melakukan
kecerahan (transparansi) antara 28-31 cm. aktifitas usaha atau berdagang seperti
Kondisi di atas menunjukan membuka warung makan, warung
bahwa karakteristik fisik dan kimiawi kelontong dan lain sebagainya.
lahan pesisir Kabupaten Aceh Jaya dalam Selain dari profesi di atas,
kondisi normal dan memenuhi syarat masyarakat di daerah tersebut juga
tumbuh dan pengembangan ekosistem berprofesi sebagai pegawai pemeritahan.
mangrove. Sebagaimana yang dijelaskan Sebagai kabupaten pemekaran sejak
oleh Saparinto (2007) bahwa syarat tahun 2012, Kabupaten Aceh Jaya
tumbuh mangrove berada pada lahan tentunya banyak membutuhkan tenaga
dengan karakteristik fisik berpasir dan pegawai pemerintah. Pegawai
berlumpur serta kandungan kimiawi pemerintahan tidak hanya berasal dari
dengan salinitas antara 10-30%, suhu

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 85


kabupaten setempat tetapi juga berasal program pengelolaan kawasan mangrove.
dari daerah lain di luar Aceh Jaya. Berdasarkan wawancara dengan aparatur
pemerintah dari Dinas Kehutanan dan
Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Perkebunan Kabupaten Aceh Jaya, data
Mangrove kegiatan anggaran di Dinas Kehutanan
Pasca bencana tsunami yang dan Perkebunan masih minimnya
menimpa Aceh sebelas tahun yang lalu kegiatan untuk pengelolaan kawasan
telah banyak perubahan yang terjadi. mangrove, pembiayaan untuk kegiatan
Kondisi alam Aceh yang rusak parah penanaman mangrove pernah di alokasi
akibat bencana tersebut kini telah banyak pada tahun 2011 dan 2013 dengan
mengalami perbaikan. Kabupaten Aceh melibatkan kelompok-kelompok
Jaya merupakan salah satu daerah yang masyarakat. Namun demikian, Dinas
paling parah mengalami kerusakan alam Kehutanan dan Perkebunan sedang fokus
akibat bencana tersebut. Kegiatan rehab pada kegiatan konservasi sumber daya
rekon yang dilakukan oleh banyak pihak hutan yang memang terus diupayakan
dari dalam negeri maupun luar negeri untuk menjaga kelestarian lingkungan
memberikan warna baru bagi kondisi yang dilakukan dari hulu hingga hilir dan
alam dan masyarakat pada umumnya. tentunya ini akan sampai pada
Pada masa rehab rekon pasca pengelolaan kawasan hutan mangrove.
bencana tsunami, kondisi hutan Pengelolaan kawasan hutan
mangrove di Aceh Jaya telah banyak mangrove dapat dilakukan secara
mengalami perbaikan setelah mengalami maksimal dengan melakukan revitalisasi
kerusakan yang parah. Rehabilitasi hutan peran pemerintah daerah melalui tahapan
mangrove terus dilakukan secara intens. strategis pengelolaan kawasan mangrove
Lembaga swadaya masyarakat dari luar yang terdiri atas tahap perencanaan, tahap
negeri (INGO) bekerja sama dengan pemanfaatan, tahap pemeliharaan, tahap
pemerintah daerah dan lembaga pengendalian, tahap pengawasan dan
masyarakat lokal serta masyarakat yang tahap penegakan hukum. Selama ini
tinggal di kawasan hutan mangrove pemerintah belum adanya koordinasi
melakukan penanaman kembali tanaman dalam menyusun rencana pengelolaan
mangrove. kawasan mangrove. Pemerintah
Namun sampai saat ini, Kabupaten Aceh Jaya juga belum
pengelolaan mangrove yang telah mempunyai pemetaan kawasan
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten mangrove, belum adanya penetapan batas
Aceh Jaya belumlah maksimal, hal kawasan mangrove dalam system tata
ditandai dengan masih minimnya alokasi ruang serta pemerintah juga belum
anggaran untuk kegiatan pengelolaan melakukan analisis kelayakan
kawasan mangrove. Selain dari itu pengelolaan dan pengembangan kawasan
tentunya banyak dipengaruhi oleh mangrove secara terpadu yang
beberapa faktor. Adapun factor-faktor melibatkan berbagai pihak.
yang dihadapi pemerintah dalam Dilihat dari sisi pemanfaatan
pengelolaan kawasan mangrove mangrove, potensi pengembangan
diantaranya terjadinya perluasan lahan kawasan mangrove di Kabupaten Aceh
tambak yang dilakukan oleh masyarakat Jaya sangatlah besar, maka pemerintah
lokal, perluasan kawasan permukiman dapat mengembangkan system insentif
penduduk, rendahnya sumber daya dan peningkatan pengawasan bagi
manusia sehingga berdampak terhadap industry yang menggunakan bahan baku
kondisi ekonomi masyarakat. Selain itu mangrove dengan tetap berbasis pada
faktor pembiayaan juga sangat konservasi agar lingkungan tetap lestari.
berpengaruh dalam merealisasikan Selain itu, hasil-hasil penelitian yang

86 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015


terkait dengan konservasi wilayah pesisir diberikan apresiasi atas upaya pemerintah
juga belum maksimal ditindak lanjuti dalam konservasi wilayah pesisir melalui
yang seharusnya itu dapat menjadi kebijakan pemerintah dengan
masukan bagi pemerintah daerah. menetapkan Kawasan Konservasi
Pengembangan system informasi Perairan (KKP) yang tertuang dalam
geografis (GIS) sangat penting dilakukan Surat Keputusan Bupati Aceh Jaya
untuk pengelolaan dan rehabilitasi Nomor: 3 Tahun 2010 Tanggal 21
kawasan mangrove, peningkatan Januari 2010 Tentang Pembentukan
kapasitas dan pembinaan tenaga kerja di Kawasan Konservasi Daerah Kabupaten
lapangan melalui pendidikan formal dan Aceh Jaya Tahun 2010.
in formal, analisa dampak lingkungan Berdasarkan analisis di atas,
dan peningkatan system konservasi tanah secara keseluruhan dibutuhkan koordinasi
dan air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang intens antara peran pemerintah dan
menjadi sangat penting dilakukan untuk pemangku kepentingan terkait dengan
tahap pengendalian. pengelolaan kawasan mangrove, peran
Tahap pemeliharaan ekosistem serta masyarakat lebih ditingkatkan lagi
mangrove dapat dilakukan secara dimulai dari tahap penyusunan
maksimal melalui kegiatan kelompok perencanaan hingga tahap pemberian
Kawasan Ramah Lingkungan (KRL) dan sanksi hukum berbasis kearifan lokal agar
bekerja sama dengan lembaga penelitian program KKP dapat berjalan maksimal
dan pengembangan terkait dengan dan efektif.
sumberdaya hutan mangrove. Perlunya
menyusun atau menyempurnakan KESIMPULAN DAN SARAN
kembali system informasi pengelolaan
kawasan mangrove secara terpadu dan Kesimpulan
terintegrasi dengan Kawasan Konservasi Berdasarkan hasil penelitian dapat
Perairan (KKP) Kabupaten Aceh Jaya, diperoleh simpulan bahwa faktor-faktor
membuat mekanisme pemantauan, yang dihadapi pemerintah dalam
pengawasan, pemberian sanksi hukum pengelolaan kawasan mangrove
dalam pengelolaan kawasan mangrove. diantaranya faktor pembiayaan menjadi
System pengelolaan kawasan faktor utama dalam merealisasikan
mangrove di Aceh Jaya masih program pengelolaan kawasan mangrove,
menggunakan system swadaya. Peran terjadinya perluasan lahan tambak
masyarakat lebih besar dibandingkan (neuheun), perluasan kawasan
dengan peran pemerintah. Masyarakat permukiman penduduk, rendahnya
selama ini dibina dan didampingi oleh sumber daya manusia sehingga
LSM dalam pengelolaan kawasan berdampak terhadap kondisi ekonomi
mangrove. LSM menberikan masyarakat. System pengelolaan kawasan
pengetahuan terkait pembibitan hingga mangrove sebaiknya dilakukan melalui
penanaman melalui pelatihan-pelatihan. pendekatan bottom up dan dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian ini, secara sitematis dimulai dari tahap
ditemukan bahwa masih minimnya perencenaan, pemanfaatan, pengendalian,
pembiayaan pemerintah daerah secara pemeliharaan, pengawasan dan
khusus untuk pengelolaan kawasan penegakan hukum.
mangrove. Hal ini penting untuk
diperhatikan, mengingat adanya Saran
pembiayaan dari pusat untuk daerah 1. Penganggaran melalui APBK
terkait program revitalisasi kawasan Kabupaten Aceh Jaya untuk kegiatan
mangrove. Namun demikian, Pemerintah konservasi wilayah pesisir melalui
Kabupaten Aceh Jaya sangat pantas pengelolaan kawasan mangrove.

Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015 | 87


2. Pengelolaan kawasan mangrove Tentang Pengelolaan wilayah
sebagai upaya konservasi wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
peissir dapat dilakukan secara terpadu Setiawan, Bakti.(1999).Modul II dasar
dan terintegrasi secara berkelanjutan dan pronsip-prinsip pengelolaan
3. Pemanfaatan GIS sebagai system lingkungan. BAPEDAL dan
informasi sebagai pendokumentasian PPLH-UGM.Yogyakarta
potensi kawasan mangrove.
4. Peningkatan peranserta masyarakat Soedharma, D. 2010. Pengelolan
dan penguatan lembaga lokal serta Kawasan Konservasi Pesisir dan
pelibatan pemangku kepentingan Laut
lainnya dalam pelaksanaan Therik, W.M.A. (2008). Mangrove ku
pengelolaan kawasan mangrove saying, mangrove ku malang.
sebagai upaya konservasi wilayah Studi tentang pelestarian
pesisir. mangrove dan kehidupan
masyarakat petani garam di
DAFTAR PUSTAKA Kelurahan oesapa barat, kota
kupang. Nusa Tenggara Timur.
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Institute of Indonesia Tenggara
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Timur Studies. Kupang
Lautan Secara Terpadu (Edisi
Revisi). Pradnya Paramita, Tjokroamidjodjo, Bintoro, 1996.
Jakarta. Perencanaan Pembangunan.
Gunung Agung, Jakarta
Miles, M.B & Huberman,A.M. (1984).
Qualitative data analysis:a Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999
sourcebook of new methods. Tentang Pemerintahan Daerah.
California: Sage Publications, Inc. Penerbit Citra Umbara. Bandung
Moleong,J. Lexi. 2002. Metode Undang Undang Republik Indonesia
Penelitian Kualitatif. Remaja Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Tarsito. Bandung Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Daerah Kabupaten Parigi
Moutong No. 6 Tahun 2007

88 | Jurnal Agrotek Lestari Vol. 1, No. 1, Oktober 2015

You might also like