You are on page 1of 8

Efek Kecepatan Aliran Minyak terhadap Kecepatan Korosi

dalam Pipa di Lingkungan Minyak dan Gas Bumi

Yuli Panca Asmara


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62, Mataram, Nusa Tenggara Barat
ypanca@hotmail.com
Abstract

Oil and gas acitivities involve the use of huge number of pipeline facilities. Through these
facilities crude oil is distributed to other production procesess. Along transportation, crude
oil flows to the differrent size and countur of pipeline giving impact to its mixture consists
of weater, gas and oil. Such condition lead to corrode pipeline in different ways. Intensity
of corrosion rate ocurred depend on the pipline location and condition oil mixture. Those
corrosion must be controlled to minimize risk and increse safety. Therefore, it is needed an
accurate corrosion prediction model. To overcome those problems, this research was
aimmed to calculate corrosion rate of pipeline under different rate of oil flow and CO2
partial pressure. It has been known that pipeline corrosion in oil and gas environments is
influenced by other factors, such as: water cut, gas flow rate, water flow rate, condensate
flow rate, pH, inhibitor availability, material roughness. In this research, those variables
was set as constant values as described at methodology. Corrosion rate was predicted
using corrosion prediction model software in oil and gas environments of Norsok and ECE.
Then, the result was validated based on published open literature. From the data
calculation, it was shown that high oil flow rate caused corrosion rate increased. The same
condition was same with the effects of CO2 partial pressure. But, CO2 partial pressure
incresed corrosion rate was faster then effect of oil flow rate. Different flow rate will also
give different result in incrasing corrosion rate due to CO2 partial pressure. At high oil
flow the increase corrosion rate due to this pressure was much higher compared with at
low flow rate.

Keywords: ECE, Norsok, oil flow rate, CO2 partial pressure

1. Pendahuluan
1.1. Produksi Minyak dan Gas
Kegiatan pertambangan minyak dan gas meliputi eksplorasi, studi geologi, seismic
dan reservoir. Proses selanjutnya meliputi: penyimpan, pengolahan, penyulingan dan
pendistribusian. Komposisi minyak bumi sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur
lapangan minyak dan juga kedalaman sumur [1]. Sistem distribusi menggunakan rangkaian
pipa yang mengangkut minyak mulai dari ladang pengeboran menuju kilang pemrosesan.
Sebagai bahan yang masih mentah, liquid yang diangkut membawa material kimia
campuran dalam bentuk fase cair, padatan dan gas. Kondisi menjadi amat berbahaya jika
liquid yang dibawa mengandung kontaminan agresif, seperti CO2, H2S mercury dan Cl,
HF, Naphtanic, Asetic atau padatan (pasir). Dalam jumlah tertentu pipa baja karbon tidak
dapat diharapkan lagi akibat proses korosi yang fatal. Masalah korosi di kilang
pengolahan minyak sangat bervariasi tergantung pada minyak mentah yang diproses, jenis
proses yang digunakan, jenis katalis yang dipakai dan jenis produk yang diinginkan. Korosi
dapat terbentuk di sekitar sambungan dua logam yang berbeda. Logam dapat
mengalami serangan yang sangat terlokalisir oleh sumuran (pitting). Kekuatan logam
dapat menurun dengan adanya korosi. Korosi dapat juga terjadi pada celah, di bawah
gasket atau di dalam soket. Penyebab yang dominan serangan korosi diatas adalah akibat
adanya gas CO2 dan gas H2S. Korosi yang disebabkan oleh gas CO2 dan H2S masing-
masing disebut sweet corrosion dan sour corrosion [2].
Media Teknika Vol. 8 No. 1, Juni 2008: 61 – 68

2. Tinjauan Pustaka
Korosi di lingkungan minyak dan gas bumi membahayakan investasi dan lingkungan.
Metoda perawatan dan pemonitoran menjadi sangat penting untuk menghindari kerusakan yang
tidak diperhitungkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan metode peramalan yang dapat
secara akurat menghitung kecepatan korosi. Metode peramalan korosi banyak tersedia di pasaran
dan secara luas di pakai di kalangan operator minyak, diantaranya adalah metode Norsok dan
ECE.

2.1. Metode Norsok


Norsok dibuat oleh Norwegian Oil Industry Association and Federation of
Norwegian Manufacturing Industries. Program perhitungan korosi ini menghitung
kecepatan korosi berdasarkan input CO2 sebagai contaminan yang dominan, dan tidak
secara khusus menghitung efek O2 dan H2S. Model ini dihitung secara empiris dengan
melibatkan parameter: temperatur, tegangan geser, fugacity CO2, pH. Rumus yang
digunakan untuk menghitung korosi adalah:

CR t = K t × f CO
0 , 62
2
× ( S / 19 ) 0 ,146 + 0 , 0324 log( f co 2 ) × f ( pH ) t (mm/year) (1)
dengan Kt = konstanta yang merupakan fungsi temperatur
fCO2 = fugacity CO2 (bar)
S = tegangan geser (Pa)
f(pH)t = pH sebagai fungsi temperatur
Untuk menghitung fugacity CO2, menggunakan persamaan berikut:
f CO2 = a ⋅ pCO2 (1a)
dengan a = koefisien fugacity = 10 P ( 0, 0031−1, 4 / T ) , untuk P ≤ 250 bar
pCO2 = tekanan parsial CO2 (bar)
P = tekanan total (bar)
Sedangkan untuk menghitung tegangan geser menggunakan persamaan,
S = 0,5 × ρ m × f × u m2 (Pa) (1b)

2.2. Metode Electronic Corrosion Engineering (ECE)


Program ECE adalah model untuk memprediksi internal korosi yang terjadi pada
pipa baja karbon. Model korosi yang dihasilkan menjelaskan perilaku korosi akibat adanya
air yang terkandung dalam gas CO2, gas H2S, asam asetat dan garam bikarbonat. ECE
menghitung korosi menggunakan rumus yang dikembangkan oleh C. de Waard, U. Lotz
and A. Dugstad [3] sesuai persamaan-persamaan berikut.
1
Vcor = (2)
1
Vreac
+ 1
Vmass
1119
log(Vc ) = 4.84 − + 0.58 log( f CO 2 ) − 0.34( pH act − pH CO 2 ) (3)
t + 273
U 0.8
Vm = 2.8 0.2 f CO 2 (4)
d
dengan,
Vcor = kecepatan korosi
Vreac = kecepatan korosi dikendalikan oleh proses elektrokimia
Vmass = kecepatan korosi akibat efek aliran masa

62
Yuli Panca Asmara, Efek Kecepatan Aliran …

3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku sifat fisik campuran minyak, air
dan gas pada saat fluida mengalir dalam pipa. Data perhitungan yang ingin dihitung adalah
hubungan antara tegangan geser, tekanan parisal CO2 dan kecepatan aliran fluida terhadap
kecepatan korosi baja karbon. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak
perhitungan korosi yang sering diaplikasikan di lingkungan minyak dan gas bumi, yaitu
Norsok [4] dan ECE [5]. Kesimpulan dari perhitungan disusun berdasarkan studi literatur.
Korosi di lingkungan CO2 melibatkan banyak variabel bebas yang mempengaruhi,
sehingga beberapa variabel harus dbuat konstan.
Beberapa variabel asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini hádala Water cut (55%),
temperatur input (900C), tekanan input (70 bar), kecepatan aliran gas (40 kg/m3),
kecepatan aliran air (500m3/hr), kecepatan kondensat (400m3/hr), baja karbon (0.1%),
kondisi scale(saturated). Variabel yang dihitung adalah: kecepatan aliran (1 m/s – 10
m/s) dan tekanan parsial CO2 (1 bar – 10 bar)

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Hasil Perhitungan
Hubungan antara tegangan geser, kecepatan aliran, tekanan parsial CO2 dan kecepatan
korosi digambarkan dalam bentuk regresi pada gambar 1. Perhitungan ini dilakukan dengan cara
membuat grafik regresi dari perumusan matematika dengan menggunakan perangkat lunak
perhitungan korosi Norsok. Berdasarkan data regresi yang ditampilkan, tegangan geser akan
mempercepat kecepatan korosi. Pada tegangan geser dan kecepatan aliran yang rendah, kenaikan
kecepatan korosi tidak terlihat secara nyata. Perhitungan menggunakan rentang tegangan geser 1
Psi sampai 150 Psi kecepatan korosinya meningkat 5 mm/tahun (gambar 1a). Jadi, telah terjadi
kenaikan kecepatan korosi terhadap tegangan geser terjadi dengan slope 0.03. Tetapi kenaikan
yang lebih tinggi terjadi untuk setiap perubahan kecepatan aliran fluida (gambar 1b), yaitu sekitar
6 mm/tahun setiap kenaikan kecepatan 1 m/s.

Kec korosi
(mm/thn) Kec korosi
(mm/thn)

(a) (b)

Gambar 1. Perilaku kecepatan korosi di lingkungan minyak dihitung dengan metode


Norsok. (a) akibat tegangan geser (Psi) dan tekanan parsial CO2 ( bar) dan
(b) akibat kecepatan aliran (m/s) dan tekanan parsial CO2 (bar)

Perhitungan ini juga menunjukkan bahwa tekanan parisal CO2 berpengaruh terhadap
peningkatan kecepatan korosi. Data perhitungan menunjukkan bahwa pada kecepatan fluida
minimum (1m/s), peningkatan kecepatan korosi meningkat secara exponensial sekitar 12

63
Media Teknika Vol. 8 No. 1, Juni 2008: 61 – 68

mm/tahun pada rentang penambahan tekanan 10 bar.


Kecenderungan yang tidak jauh berbeda didapat dari perhitungan menggunakan
perangkat lunak ECE. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran dan
tekanan parsial CO2 akan menyebabkan kecepatan korosi bertambah. Perbedaan yang
terjadi di antara kedua perangkat lunak tersebut sekitar 2 mm/tahun. Gambar 2b
menunjukkan perubahan kecepatan korosi pada tekanan parsial yang tinggi (10 bar). Dari
gambar tersebut terlihat bahwa telah terjadi kenaikan kecepatan korosi sebesar 2 mm/tahun
setiap kenaikan 1 m/s kecepatan aliran. Pengaruh tekanan parsial CO2 pada rentang
penambahan tekanan 10 bar menyebabkan kecepatan korosi naik menjadi 40 mm/tahun.
Penyebab perubahan kecepatan korosi akibat pengaruh kecepatan aliran adalah: jumlah slug
berubah, tegangan gesekan yang merusak produk korosi, proses elektrokimia meningkat, reaksi
anodik meningkat dan kelarutan O2 bertambah menggeser diagram polarisasi, seperti dijelaskan
dalam pembahasan di bawah.

Kec korosi Kec korosi


(mm/thn) (mm/thn)

(a) (b)
Gambar 2. Hubungan kecepatan korosi akibat kecepatan aliran (m/s) dan tekanan parsial
CO2 (bar) di lingkungan minyak (dihitung dengan ECE) (a) pada kondisi
kecepatan rendah dan (b) pada kondisi kecepatan tinggi

4.2. Pembahasan
Pengaruh aliran minyak terhadap korosi dipengaruhi oleh besar kecepatannya.
Kecepatan korosi yang tinggi terjadi pada kecepatan aliran yang tinggi. Keadaan ini
disebabkan oleh kondisi campuran antara minyak dan air yang membentuk emulsi. Model
emulsi menentukan seberapa banyak jumlah air yang terpisah dengan minyak dan
membasahi permukaan pipa. Semakin banyak jumlah air kontak dengan permukaan pipa,
korosi akan meningkat. Dalam perhitungan korosi, model emulsi minyak/air dirumuskan
kedalam besaran yang disebut (w-break)[6]. Jika minyak mempunyai nilai w-break lebih
rendah dari perhitungan, berarti banyaknya air yang kontak dengan permukaan pipa
menjadi berkurang dan kecepatan korosi juga berkurang. Kecepatan aliran yang tinggi
dalam menentukan laju korosi selain karena jumlah emulsi air, juga disebabkan oleh
meningkatnya jumlah slug pada kecepatan tinggi. Hal ini sesusi dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vera [8] yang dalam penelitiaannya menemukan formulasi hubungan antara
kecepatan korosi dengan jumlah slug (persamaan 5). Menurut Vera [7], pada jumlah slug
yang tinggi, yaitu 35 slug/mnt, nilai faktor konversinya adalah maximum 1, dan pada
jumlah slug yang kurang dari 35 slug tiap menit nilai konversinya kurang dari 1. Formula
perhitungan korosi yang melibatkan jumlah slug, juga diteliti oleh Yuhua [8] sesuai dengan
persamaan (7).

64
Yuli Panca Asmara, Efek Kecepatan Aliran …

( −2671)
⎡ ΔP ⎤
0.3

Cr = 31.5.CrfreqCrcrude ⎢ ⎥ W 0.2 PCO


0.8
Te T (5)
⎣ L ⎦ 2

Vcor = 31.15 Crfreq Croil (0.38 Fr)0.3 WC0.6 PCO2 0.8 T exp(-2761/T) (6)

Selanjutnya penelitian yang mengaitkan jumlah slug yang ada dalam pipa telah
diteliti oleh Jepson [9]. Jepson menghubungkan antara jumlah slug dengan topografi
saluran perpipaan. Jika aliran pipa mengaliri horisontal dengan posisi lebih rendah, jumlah
slug akan berkurang dibandingkan dengan aliran pipa yang horisontal yang membentuk
kemiringan atau berada pada posisi lebih tinggi seperti yang digambarkan pada gambar 3.

Gambar 3 Kondisi topografi aliran dalam pipa yang menyebabkan tingkat


keadaan aliran berbeda [9]

Korosi akan diperparah jika permukaan dalam pipa mempunyai kekasaran yang
tinggi. Korosi sumuran (pitting corrosion) akan mungkin tumbuh pada kondisi yang
demikian karena tegangan gesernya yang tinggi [10]. Ketika suatu fluida mengalir melalui
permukaan logam, masing-masing lapisan fluida bergerak dengan kecepatan berbeda.
Lapisan yang paling lambat adalah lapisan yang paling dekat dengan permukaan
logam, tempat gaya-gaya gesekan dan tumbukan-tumbukan molekul dengan bagian
permukaan yang tidak beraturan paling besar, dan kecepatan lapisan itu meningkat hingga
maksimum pada jarak tertentu dalam fluida. Efek ini dikenal sebagai aliran laminer dan
akibat yang dapat ditimbulkannya adalah berupa goresan-goresan pada tempat yang
dilaluinya [2].

4.3 Kinetika Korosi


Persamaan melarutnya logam dalam larutan (korosi) adalah sebagai berikut:

Fe + 2H+ Fe 2+ + H2 (gas) (7)

Persamaan Nernst yang menghubungkan antara potensial dan arus adalah:

RT [ Fe 2+ ][ H 2 ]
E = EO- ln (8)
zF [ Fe][ H + ] 2

Persamaan yang lebih sederhana, dirumuskan sebagai:

65
Media Teknika Vol. 8 No. 1, Juni 2008: 61 – 68

⎛i ⎞
E = E ao + β a ln⎜⎜ a ⎟⎟ (9)
⎝ ioa ⎠

Korosi adalah proses melarutnya logam dalam larutan yang dapat dirumuskan
dengan persamaan 7. Reaksi korosi dapat dikendalikan oleh reaksi aktivasi dan reaksi
aliran massa (jika terdapat aliran). Sistem atau proses yang dikendalikan oleh reaksi
aktivasi adalah salah satu proses elektrokimia yang dikontrol oleh aliran muatan yang
terjadi di lapisan permukaan logam. Jika aliran dalam pipa bertambah, banyaknya ion
logam yang terlarut bertambah dan potensial polarisasi akan bertambah (gambar 4), yang
menyebabkan kecepatan korosi meningkat (Persamaan 9)

Gambar 4 Pengaruh aliran terhadap diagram polarisasi [2]

Jika dalam pipa terjadi efek perubahan aliran massa, model perilaku kecepatan
korosi akan berkurang. Pengurangan kecepatan korosi akibat timbulnya effek aliran
massa dikenal sebagai limiting current effect yang diformulasikan oleh sesuai gambar 5.

66
Yuli Panca Asmara, Efek Kecepatan Aliran …

(a) (b)

Gambar 5. Pengaruh tekanan parsial CO2 terhadap kecepatan korosi (ECE)


(a) Korosi akibat pengaruh reaksi elektrokimia
(b) Korosi akibat pengaruh reaksi elektrokimia dan kecepatan aliran
massa

Kecepatan aliran mendorong beberapa faktor penyebab korosi dengan berbagai cara
yang lain, yaitu bertambahnya oksigen dan bertambahnya ion-ion agresif seperti klorida
atau sulfida. Jika dalam fluida terdapat partikel-partikel padat, lapisan pelindung
mungkin tergerus sehingga korosi meningkat. Di lain pihak, aliran dapat membentuk
pengendapan lumpur atau kotoran yang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel aerasi-
diferensial di celah-celah antara kotoran dan permukaan logam. Akibat laju aliran
yang tinggi adalah hancurnya aliran laminer dan terjadinya turbulensi. Molekul-
molekul fluida kini memberikan tekanan langsung pada logam dan benturan-benturan
itu menyebabkan keausan mekanik [2].

5. Kesimpulan
Korosi dalam pipa aliran minyak dapat meningkat jika kecepatan aliran minyak
berubah. Kecepatan aliran dalam pipa mempercepat korosi dengan cara meningkatkan
tegangan gesek di permukaan pipa, meningkatkan reaksi anodik aktivasi dan meningkatkan
kelarutan oksigen. Selain itu, akibat perubahan kecepatan menimbulkan slug dalam pipa
dan mengemulsi air yang ada dalam pipa. Slug dalam pipa memudahkan produk korosi
melarut ke dalam larutan dan dapat menimbulakan gesekan di sepanjang permukaan pipa.
Jika air yang membentuk emulsi dengan minyak, kecepatan korosi akan meningkat akibat
peningkatan luasan kontak antara air dan permukaan pipa. Perhitungan menggunakan
perangkat lunak perhitungan korosi Norsok dan ECE menunjukkan kecenderungan hasil
yang sama, yaitu, kecepatan korosi berbanding secara exponensial terhadap kenaikan
tekanan parisal CO2 dan kecepatan aliran. Pada kecepatan aliran minimum (1 m/s),
peningkatan kecepatan korosi meningkat secara exponensial sekitar 12 mm/tahun pada rentang
penambahan tekanan 10 bar. Pada kecepatan aliran yang tinggi, 10 m/s, kenaikan kecepatan
korosi sebesar 20 mm/tahun terjadi pada setiap kenaikan 1 bar tekanan parsial CO2.
Demikian juga pengaruh tekanan parsial CO2, pada rentang penambahan tekanan 10 bar,
kecepatan korosi naik menjadi 40 mm/tahun.

6 Saran - Saran
Korosi di lingkungan minyak dan gas bumi dipengaruhi banyak factor yang saling
terkait. Untuk memodelkan hubungan antar variabel, data yang dihitung sangat subyektif.

67
Media Teknika Vol. 8 No. 1, Juni 2008: 61 – 68

Kondisi yang sama pada jenis minyak yang berbeda akan menghasilkan data perhitungan yang
berbeda. Untuk minyak yang sama dan metode perhitungan korosi berbeda, data yang dihasilkan
juga akan berebeda. Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan korosi harus diketahui pula
mekanisme pengujian dan sebanyak mungkin digali variabel yang terlibat guna mendapatkan
hasil yang mendekati kebenaran.

Daftar Pustaka
[1] Siagian Tunggul, Korosi Pada Aliran Gas Bumi Oleh Kondensat Yang Mengandung
NaCl dan Bicarbonat, Korosi Dan Material, Vol II, 3, Juni, 2002
[2] Pierre R. Roberge, Handbook of Corrosion and Engineering, McGraw-Hill, 2000
[3] C. de Waard, U. Lotz and A. Dugstad, Influence of liquid velocity on CO2 corrosion:
a semi-empirical model, NACE Corrosion, paper no. 128, 1995
[4] No.M-506, http://www.nts.no/norsok, CO2 corrosion rate calculation maodel;
NORSOK standart, 1998.
[5] http://www.intetech.com
[6] Bruce Craig's, Predicting the Conductivity of Water-in-Oil Solutions, NACE
Corrosion Vol.54, 8, p.657, 1998
[7] José R. Vera Oil Characteristics, Water /Oil Wetting and Flow Influence on The
Metal Loss, Corrosion. Part 1: Effect of Oil and Flow on CO2/H2S Corrosion, NACE
Corrosion, paper No. 6113, 2006
[8] Yuhua Sun And Tao Hong CO2,Corrosion In Wet Gas Pipelines at Elevated
Temperature, Nace International, Houston, Paper No. 2281, 2002
[9] Jepson, W. Paul. And Cheolho Kang Modeling CO2 Corrosion In Hilly Terrain
Pipelines, NACE Corrosion, pp no. 0.4352, 2004
[10] Sankara Papavinasam, Alex Doiron And R.Winston Revie, A Model to Predict
Internal Pitting Corrosion of Oil And Gas Pipelines, NACE Corrosion, Paper
No.7658, 2004

68

You might also like