You are on page 1of 18

HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 4 BINJAI TAHUN 2017

Wirda Faswita1, Leny Suarni2


1,2
Dosen Akademi Keperawatan Sehat Binjai;
email: wirdafaswita@gmail.com1; lenysuarni2016@gmail.com2

ABSTRACT
Adolescent as a young generation is an important national asset because on its
shoulder lies the responsibility of the nation's survival. Today's teenage problems are
complex and worrying. this is due to the still low knowledge of adolescents about sex
education. because of the curiosity of a large adolescent, in a condition where information
and communication technologies are so free that teens get incorrect information. Then it
will affect the value of their lives. Research method: The design of this study is an
analytical survey with a cross-sectional approach to finding out the relationship between
sex education with sexual behavior in adolescents in SMA Negeri 4 Binjai. Results and
Discussion: Based on the results of Chi-Square test obtained respondents with good
education Based on the research results obtained respondents with good education 88.3%,
education less 11.7%, while the behavior is positive 48.7% and negative behavior 51.6%.
Teenagers behaved well 41.4%, both behaved negative 46.9%, less education 7% positive
behavior, less education 4.7% negative behavior. From the results of statistical tests with
Chi-Square test found the relationship of sex education with sexual behavior obtained p-
value = 0.340 has no effect on sexual behavior in adolescents. Conclusions: From the
results of this study suggested to health workers at health centers khsusnya health
promotion section to increase knowledge about sex education to adolescents to schools.

Keyword: sex education, sexual, behavior, adolescent

PENDAHULUAN dijunjung tinggi, dipuja-puji, maka pada


Masa remaja berawal dari usia 11- masa ini remaja mengalami kegoncangan
13 tahun sampai 18-20 tahun.Freudd batin, sebab dia tidak mau lagi memakai
alam Uyoh (teori kepribadian yang sikap dan pedoman yang dulu tetapi dia
menyoroti masalah dorongan seks) belum menemukan pedoman yang baru
menafsirkan pada masa remaja sebagai (Sumadi, 1993: 234). Maka pada saat ini
sesuatu masa pencarian hidup seksual remaja mengalami kegoncangan yang
yang mempunyai bentuk yang definitif sangat hebat, sehingga remaja sering
karena perpaduan hidup seksual yang merasa tidak tenang dan ada perasaan
banyak bentuknya (Uyoh, 2010:131). melawan dirinya. Pada masa remaja
Masa remaja juga masa untuk mencari rentan terhadap pengaruh dari luar baik
sesuatu yang di pandang bernilai, pantas itu pengaruh yang positif ataupun negatif.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 28


Hal ini sesuai dengan pendapat Ericson 1/5 dari jumlah kelahiran di dunia.
dalam Abin yang menyatakan bahwa Pertahun 1 juta sampai 4,4 juta remaja di
masa remaja adalah masa yang sangat negara berkembang menjalani
kritis dan waktu remaja bisa menjadi the pengguguran, komplikasi dari kehamilan,
best of time dan the worst of time (Abin, kelahiran bayi, dan pengguguran yang
2007: 131 ; Fathunaja, 2010). tidak aman penyebab utama kematian
Kelompok remaja adalah segmen pada perempuan umur 15-19 tahun
yang besar dari populasi, keadaan ini (Martaadisoebrata, Sastrawinata &
menunjukkan bahwa yang harus saifuddin, 2005). Kebingungan ini akan
diperhatikan adalah kebutuhan remaja menimbulkan suatu perilaku seksual yang
umur 10-24 tahun, kebutuhannya sangat kurang sehat dikalangan remaja
bergantung pada beberapa karakteristik, (Soetjiningsih, 2009).
misalnya umur, aktivitas seksual, Permasalahan remaja yang saat ini
pendidikan yang diterima di sekolah dan sangat kompleks dan mengkhawatirkan,
status ketenaga kerjaan. salah satunya adalah masih rendahnya
(Martaadisoebrata, 2005). pengetahuan remaja tentang pendidikan
Masa remaja menunjukkan masa seks, remaja perempuan dan laki-laki usia
transisi dari masa kanak-kanak ke masa 14-19 tahun yang mengaku mempunyai
dewasa. Dalam hal ini, remaja pasangan atau pacar pernah melakukan
berkembang kearah kematangan seksual. hubungan seksual pranikah masing-
Sebagian remaja mengalami masing mencapai 34,7% dan 30,9%
kebingungan untuk memahami tentang (BKKBN, 2008).
apa yang boleh dilakukan dan apa yang Masalah seksualitas pada masa
tidak boleh dilakukan olehnya. remaja menjadi pembicaraan yang selalu
Pendidikan seks merupakan salah satu menarik bagi siapa saja. Banyaknya
cara untuk mengurangi dampak negatif remaja yang telah melakukan hubungan
yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual sebelum menikah menjadi
seksual, kehamilan yang tidak pemikiran serius bagi orang tua,
direncanakan, aborsi, Penyakit Menular masyarakat, pendidik, agamawan bahkan
Seks (PMS) (Sarwono, 2010). remaja itu sendiri. Hal ini dapat dilihat
Tiap 15 juta remaja berumur 15 dari beberapa penelitian yang telah
sampai 19 tahun melahirkan, ini adalah dilakukan selama ini. Misalnya penelitian

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 29


yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan anaknya pada sekolah, termasuk
Jawa Tengah (Mochtadi, 1995), yang pendidikan moral etika pergaulan yang
menunjukkan bahwa 6 persen dari memberikan rambu-rambu agar siswa
630.283 atau sekitar 37.817 siswa SLTA tidak terjerumus dalam perilaku seksual
di Jawa Tengah telah melakukan menyimpang. Sementara itu, dengan
hubungan seksual sebelum nikah. adanya keterikatan dan batasan
Penelitian tim Fakultas Psikologi kurikulum membuat lembaga pendidikan
Universitas Padjajaran menemukan tidak dapat memenuhi harapan orangtua.
bahwa remaja yang pernah berhubungan Padahal maraknya tayangan pornografi
seks sebelum menikah di Bandung dan pornoaksi di tengah masyarakat
21,75%, Cirebon 31,6%, Bogor 30,85% mempengaruhi merebaknya
dan Sukabumi 26,47% (Republika, penyimpangan seksual di kalangan
1999). Angka-angka tersebut sekaligus pelajar, dan memerlukan penanganan
menunjukkan seberapa banyak remaja serius. Selain penanaman nilai-nilai luhur
yang terancam penyakit menular seperti yang dapat mengendalikan nafsu yang
penyakit kelamin, HIV atau AIDS, merusak, pengetahuan tentang kesehatan
kehamilan yang tidak diinginkan, dan reproduksi perlu diberikan, agar anak
yang tidak kalah pentingnya adalah dapat mengetahui cara memelihara dan
tanggung jawab moral yang tidak hanya melindungi organ-organ reproduksinya.
ditanggung oleh remaja itu sendiri tapi Dengan cara menjaga kesehatan atau
juga keluarga, pendidik dan masyarakat melindungi organ-organ reproduksinya
(Mayasari dan Hadjam, 2000). ketika anak menginjak remaja, seperti
Para remaja memperoleh informasi khitan (bagi laki-laki), bersuci dari
mengenai seks dan seksualitas dari menstruasi (termasuk membersihkan
berbagai sumber, termasuk dari teman organ vitalnya), batas-batas pergaulan
sebaya, lewat media massa baik cetak dengan lawan jenis dan akibat pergaulan
maupun elektronik termasuk didalamnya bebas bagi kesehatan reproduksi.
iklan, buku ataupun situs internet yang Teknologi informasi dan penyajian
khusus menyediakan informasi tentang komoditas seks yang tidak wajar
seks (Faturrahman, 2010). cenderung vulgar dan menyesatkan perlu
Saat ini, banyak orang tua diimbangi dengan pendidikan seksual
menyerahkan sepenuhnya pendidikan yang benar. Namun hal ini jarang

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 30


dilakukan, karena masih sering Survei oleh WHO (dalam Zuhra
menimbulkan kontroversi (Sukti, 2003; 2011) tentang pendidikan seksual
Rihardini, 2016). membuktikan, pendidikan seksual bisa
Ketidakpekaan orang tua dan mengurangi atau mencegah perilaku
pendidik terhadap kondisi remaja hubungan seksual sembarangan yang
menyebabkan remaja sering terjatuh pada berarti pula mengurangi tertularnya
kegiatan tuna susila, karena remaja penyakit akibat hubungan seksual bebas.
canggung dan enggan untuk bertanya Pendidikan seksual yang benar harus
pada orang yang tepat, semakin memasukkan unsur - unsur nilai-nilai
menguatkan alasan kenapa remaja sering kultur dan agama diikutsertakan di
bersikap tidak tepat terhadap organ dalamnya sehingga pendidikan akhlak
reproduksinya. Data menunjukkan dari dan moral juga.Pendidikan seksual di
remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat Indonesia masihmenjadi kontroversi,
informasi seputar seks dari teman, 35% masih banyak anggota masyarakat yang
dari film porno, dan hanya 5% dari orang belum menyetujui pendidikan seksual di
tua (Muzayyanah, 2010). rumah maupun di sekolah. Dampaknya
Pendidikan seksual merupakan cara bisa kemana-mana, antara lain dalam
pengajaran atau pendidikan yang dapat memilih tontonan yang berbudaya barat
menolong muda-mudi untuk menghadapi yang digambarkan dalam film ataupun
masalah hidup yang bersumber pada video sering kali menunjukan kehidupan
dorongan seksual. Dengan demikian seks bebas dikalangan remaja, itu bukan
pendidikan seksual ini bermaksud untuk semata-mata karena ketagihan tetapi
menerangkan segala hal yang timbul karena adanya persepsi bahwa
berhubungan dengan seks dan seksualitas melakukan hubungan seksual sudah
dalam bentuk yang wajar. Menurut merupakan hal yang biasa (Prastiwi,
Singgih, D. Gunarsa, penyampaian 2016).
materi pendidikan seksual ini idealnya Berdasarkan latar belakang
diberikan pertama kali oleh orang tuanya tersebut, selanjutnya penulis tertarik
sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia untuk meneliti permasalahan tersebut
tidak semua orang tua mau terbuka dengan judul “Hubungan Pendidikan
terhadap anak di dalam membicarakan Seks dengan Perilaku Seksual pada
permasalahan seksual (Admin, 2008). Remaja Putri di SMA Negeri 4 Binjai“

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 31


METODE PENELITIAN Keterangan:
Penelitian ini menggunakan metode n = Besar sampel minimum
penelitian survei analitik dengan
N = Jumlah populasi
pendekatan Cross Sectional yaitu
variabel sebab dan akibat yang terjadi d = Tingkat signifikansi (d= 0,05)
pada objek penelitian diukur atau
n= 189
dikumpulkan secara simultan
1 + 189(0,05)²
(Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui
hubungan antara pendidikan seks dengan
n= 189
perilaku seksual pada remaja di SMA
1,472
Neger 4 Binjai.
Populasi dalam penelitian ini
n = 128,39 = 128 orang
adalah seluruh remaja di SMA N 4 Binjai
Maka berdasarkan rumus di atas,
yang kelas X dan XI berjumlah 189
didapat jumlah sampel untuk penelitian
orang. Metode pengambilan sampel
ini adalah berjumlah 128 orang. Kriteria
dalam penelitian ini dengan teknik
sampel dalam penelitian ini adalah
Propotional Stratified Random Sampling
remaja tahap menengah dan tahap akhir
yaitu populasi dibagi dalam strata (sub
usia antara 15-19 tahun, laki-laki dan
populasi) kemudian pengambilan sampel
perempuan, serta bersedia menjadi
dilakukan dalam setiap strata (Nursalam,
responden berjumlah 128 orang.
2003).
Penelitian ini dilakukan di SMA
Subjek penelitian ditentukan
Negeri 4 Binjai dengan pertimbangan
dengan keriteria tertentu yaitu remaja
lokasi mudah dijangkau oleh peneliti,
tahap menengah dan tahap akhir usia
adanya populasi yang mencukupi untuk
antara 15-19 tahun, laki-laki dan
dijadikan responden serta lokasi ini juga
perempuan bersedia menjadi responden.
belum pernah ada penelitian yang sama
Perhitungan besar sampel
sebelumnya.
dilakukan dengan menggunakan panduan
Waktu penelitian dilakukan pada
(Nursalam, 2003: 96) dengan rumus
bulan September tahun 2017 sampai
sebagai berikut :
dengan bulan Juni tahun 2018.
n= N Adapun instrumen yang
1 + N (d )² digunakan dalam penelitian ini adalah

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 32


kuesioner yang ditujukan kepada remaja diteliti, kemudian jawaban responden
yang berisi 22 pertanyaan dalam bentuk akan diolah dengan menggunakan
Dichotomous Choice (Notoatmodjo, bantuan program komputerisasi untuk
2005). mencari nilai koefisien reliabilitas
Untuk mengukur pendidikan seks cronbach’s alfa. Dengan ketentuan
digunakan alat ukur kuesioner dengan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka
bentuk soal tertutup. Setiap pertanyaan instrumen dinyatakan reliabel, dan
bila jawaban yang benar nilainya 1 dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka
bila jawaban yang salah nilainya 0. Total dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007).
nilai keseluruhan sebanyak 15 yang Untuk variabel pendidikan seks didapat
dibagi dalam 2 kategori yaitu baik nilai cronbach’s alfa 0.985, sedangkan
nilainya ≥ 50%, kurang nilainya < 50%. variabel perilaku seksual didapat nilai
Untuk mengukur perilaku seksual remaja cronbach’s alfa 0.976.
terdiri dari 7 pertanyaan dibagi dalam dua Analisa data dilakukan setelah
kategori yaitu perilaku negatif nilainya semua data terkumpul, maka peneliti
>3 dan perilaku positif nilainya ≤ 3 melakukan analisa dan melalui beberapa
(Hidayat, 2003). tahap, pertama editing untuk melakukan
Validitas adalah suatu indeks yang pengecekan kelengkapan data. Kemudian
menunjukkan kemampuan instrumen data yang akan diukur diberi coding
pengumpulan data untuk mengukur apa untuk memudahkan peneliti dalam
yang harus diukur, untuk mendapatkan melakukan analisa data. Selanjutnya
data yang relevan dengan apa yang tabulating untuk mempermudah analisa
sedang diukur. Pada penelitian ini data yang dimasukkan kedalam bentuk
menggunakan Content Validity, dimana tabel. Setelah itu mengentry data kedalam
validitas dikonsultasikan kepada komputer dan dilakukan dalam
pembimbing dan disetujui kuisioner pengolahan data dengan menggunakan
tersebut digunakan sebagai instrumen tehnik komputerisasi. Tahap terakhir
dalam penelitian ini. Sedangkan untuk uji dilakukan cleaning dan entry yaitu
reliabilitas, data dianalisis dengan uji pemeriksaan semua data kedalam
cronbach’s alfa dan instrumen diujikan program komputer guna menghindari
pada 10 responden yang memiliki kriteria terjadinya kesalahan.
yang sama dengan responden yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 33


Metode statistik untuk analisa diterima, yang menunjukkan ada
data yang digunakan dalam penelitian ini hubungan bermakna antara variabel
adalah : terikat dengan variabel bebas

1. Analisa Univariat HASIL PENELITIAN


Analisa univariat dilakukan 1. Karakteristik Responden
terhadap tiap variabel dari hasil Karakteristik dalam penelitian
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas
ini hanya menghasilkan distribusi dan dan urutan anak yang keberapa dalam
persentase dari tiap variabel. keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut
Analisa univariat dilakukan untuk ini :
mengetahui distribusi frekuensi dari Tabel 1 Distribusi Karakteristik
Responden di SMA Negeri
masing-masing variabel independen,
4 Binjai Tahun 2017
yaitu : pendidikan seks dan variabel
Karakteristik frekwensi Persentase
dependen, yaitu : perilaku seksual pada Responden (%)
Umur
remaja. 14 Tahun 3 2,3
2. Analisa Bivariat 15 Tahun 26 20,3
16 Tahun 64 50,0
Analisa bivariat merupakan 17 Tahun 31 24,2
18 Tahun 4 3,2
analisa hasil dari variabel-variabel bebas Total 128 100
yang diduga mempunyai hubungan Jenis Kelamin
Perempuan 128 100
dengan variabel terikat. Analisa yang
Kelas
digunakan adalah hasil tabulasi silang. I. X 1 31 24,2
I. X 2 31 24,2
Untuk menguji hipotesa dilakukan uji
II. XI MIA 1 32 25
statistik dengan menggunakan uji data II. XI MIA 2 34 26,6
Total 128 100
kategori Chi-Square Test ( X 2 ) pada Anak ke
tingkat kemaknaannya adalah 95% (p ≤ Satu 46 35,9
Dua 28 21,9
0,05). Sehingga dapat diketahui ada >2 54 42,2
tidaknya perbedaan yang bermakna Total 128 100
secara statistik, dengan menggunakan Berdasarkan tabel di atas sebagian
program khusus. Melalui perhitungan besar umur responden adalah 16 tahun
Chi-Square selanjutnya ditarik suatu (50,0%) dan paling sedikit umur 14 tahun
kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari (2,3%). Jenis kelamin responden adalah
nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha perempuan sejumlah 128 orang (100%),

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 34


Kelas responden paling banyak adalah Tabel 3 Materi Tentang Pendidikan Seks
kelas XI MIA 2 sejumlah 34 orang N Materi tentang Ya Tidak
(26.6%) dan paling sedikit ada 2 kelas o pendidikan seks

yaitu kelas X 1 DAN X 2 sejumlah 31 f % f %

orang (24,2%). Jumlah anak yang 1 Etika masuk 109 85,2 19 14,8
kamar orang tua
urutannya di dalam keluarga lebih dari
2 Perubahan yang 127 99,2 1 0,8
yang ke 2 paling banyak sejumlah 54 terjadi pada
orang (42,2%) dan paling sedikit anak masa pubertas
yang urutan ke 2 di dalam rumah tangga 3 Informasi yang 102 80,5 25 19,5

sejumlah 28 orang (21,9%). mendasar


tentang seksual
2. Pengetahuan Responden
4 Pengetahuan 120 93,8 8 6,2

Tabel 2 Distribusi Frekwensi tentang alat


Pengetahuan Responden kelamin remaja
Tentang Pendidikan seks pria dan wanita
di SMA Negeri 4 Binjai
5 Etika di depan 122 95,3 6 4,7
Tahun 2017
umum
Pendidikan f Persentase 6 Manfaat 91 71,1 37 29,8
Seks (%)
pendidikan seks
Baik 113 88,3
Kurang 15 11,7 7 Ijin berada di 13 10,2 115 89,8
Jumlah 128 100 luar rumah
dengan lawan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jenis
bahwa sebagian besar responden 8 Perlunya 95 74,2 33 25,8

memiliki pendidikan seks yang baik pendidikan seks


bagi remaja
sebanyak 113 orang (88,3%), sedangkan
9 Nasehat orang 125 97,7 3 2,3
yang memiliki pendidikan seks yang
tua dalam
kurang sejumlah 15 orang (11,7%). bergaul dengan
lawan jenis
1 Pembatasan diri 115 89,8 13 10,2
0 dalam bergaul
dengan lawan
jenis
1 Seminar tentang 7 121 94,5
1 materi kesehatan 5,5
reproduksi

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 35


1 Informasi dari 120 93,8 8 6,2 perilaku remaja dalam pergaulan sehari-
2 guru tentang
hari.
proses
menstruasi Tabel 4 Distribusi Frekwensi Responden
Tentang Perilaku Seksual
1 Penjelasan dari 61 47,7 67 52,3
Remaja Putri di SMA Negeri 4
3 guru tentang Binjai Tahun 2017
bahaya
Perilaku f Persentase
pengguguran
Seksual (%)
kandungan Remaja
(aborsi) Positif 62 48,4
Negatif 66 51,6
1 Informasi 86 67,2 42 32,8
Jumlah 128 100
4 tentang penyakit
kelamin
Pada tabel di atas dapat dilihat
1 Penjelasan 105 81,1 23 17,9
mayoritas responden memiliki perilaku
5 orang tua
tentang bahaya seksual remaja yang negatif sejumlah 66
seks bebas orang (51,6%), dan minoritas memiliki
perilaku seksual yang positif sejumlah 62
Dari tabel 5.3. di atas dapat dilihat
orang (48,4%).
bahwa 99,2% responden sudah
mengetahui perubahan yang terjadi pada
Tabel 5 Materi Tentang Perilaku
masa pubertas, informasi tersebut mereka Seksual
peroleh baik dari orang tua, guru, teman
Materi Ya Tidak
sebaya dan membaca buku. Sebanyak N
tentang
94,5% dari responden tidak pernah o
perilaku
mengikuti seminar tentang materi seksual
kesehatan reproduksi (pada dasarnya f % f %
materi ini sangat dibutuhkan oleh remaja 1 Jalan 123 96,1 2 3,9
sekarang) karena dengan mengikuti bersama
seminar tentang materi kesehatan 2 Berpegangan 100 78,2 28 21,8

reproduksi terutama di SMA Negri 2 tangan


3 Mencium 61 47,7 67 52,3
Medan akan menambah wawasan dan
pipi
pengetahuan remaja. Dengan demikian
4 Berpelukan 41 32,1 87 67,9
remaja dapat membedakan efek baik dan
5 Mencium 23 17,9 105 82,1
efek buruk yang sangat mempengaruhi
bibir

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 36


6 Meraba 4 3,2 124 96,8 Berdasarkan hasil perhitungan pada
bagian tabel 5.6. di atas, maka dapat diketahui
tubuh yang bahwa remaja dengan pendidikan seks
sensitif
baik dan mempunyai perilaku seksual
7 Berhubung 0 0 128 100
yang positif berjumlah 53 orang (41,4%),
an intim
sedangkan siswa yang mempunyai

Dari tabel di atas 100% responden pendidikan seks baik tetapi mempunyai

tidak pernah melakukan hubungan intim, perilaku seksual yang negatif berjumlah

ini menandakan perilaku seksual 60 orang (46,9%). Dan siswa yang

responden baik, tetapi masih terdapat mempunyai pendidikan seks yang kurang

96,1% dari responden yang melakukan tetapi perilaku seksualnya positif

jalan bersama teman lawan jenis serta berjumlah 9 orang (7,0%), sedangkan

78,2% sambil melakukan pegangan siswa yang pendidikan seksnya kurang

tangan. Perilaku ini masih dalam batas dan mempunyai perilaku seksual yang

yang sewajarnya, tetapi dikhawatirkan negatif berjumlah 6 orang (4,7%).

dapat menjurus ke hal yang lebih negatif


PEMBAHASAN
apabila responden tidak mempunyai
Berdasarkan hasil penelitian yang
pengetahuan untuk membentengi dirinya
dilakukan, maka peneliti memperoleh
dalam pergaulan sekarang ini.
data yang merupakan keadaan nyata

Tabel 6 Hubungan Pendidikan Seks dengan cara menyebarkan kuesioner


dengan Perilaku SeksuaL pada kepada 128 orang responden dengan
Remaja di SMA NegERI 4
Binjai jumlah pertanyaan pada variabel
independen (pendidikan seks) sejumlah
Pendidi Perilaku Seksual Total P
kan pada Remaja 15 pertanyaan dan pada variabel
seks
Positif Negatif
dependen (perilaku seksual) sejumlah 7
buah pertanyaan untuk mengetahui
f % f % f % 0,91
hubungan pendidikan seks dengan
0
perilaku seksual pada remaja di SMA N 4
Baik 53 41,4 60 46,9 113 88,3 Binjai. Data tersebut dijadikan tolak ukur
Kurang 9 7,0 6 4,7 15 11,7 dalam melakukan pembahasan dan
sebagai hasil akhir dapat dijabarkan
Total 62 48,4 66 51,6 128 100
sebagai berikut:

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 37


a. Pendidikan Seks dengan dorongan seksual yang
Dari 128 remaja yang menjadi dipengaruhi hormon dan sering tidak
responden dalam penelitian ini, 121 orang memiliki informasi yang cukup mengenai
(94,5%) responden yang belum pernah aktivitas seksual mereka sendiri
mengikuti seminar tentang materi (Handbook of Adolecent psychology,
kesehatan reproduksi. Namun diperoleh 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat
127 orang (99,2%) responden yang telah berbahaya bagi perkembangan jiwa
mengetahui tentang perubahan yang remaja bila ia tidak memiliki
terjadi pada masa pubertas, pengetahuan pengetahuan dan informasi yang tepat.
yang diperoleh remaja tersebut Fakta menunjukkan bahwa sebagian
bersumber dari orang tua, guru, internet, besar remaja kita tidak mengetahui
teman sebaya dan membaca buku. dampak dari perilaku seksual yang
Pendidikan seks di Indonesia mereka lakukan, seringkali remaja sangat
seyogyanya tetap dimulai dari rumah. tidak matang untuk melakukan hubungan
Alasan utamanya karena masalah seks seksual terlebih lagi jika harus
merupakan masalah yang sangat pribadi. menanggung resiko dari hubungan
Namun disisi lain banyak orang tua yang seksual tersebut (Mu’tadin, 2013).
kurang mampu untuk memenuhi Tanpa pendidikan seks, remaja
kebutuhan anak-anak remaja mereka. akan mengadopsi aktivitas seksual dari
Selain pihak orang tua yang masih belum sumber yang tidak seharusnya. Misalnya
terbuka tentang seks, sehubungan dengan saja melalui film porno atau bertanya
masih kuatnya berlaku tabu-tabuan pada teman yang pengetahuannya juga
sehubungan dengan masalah seks, orang keliru. Perilaku tersebut akhirnya
tua juga sering kali kurang paham perihal berujung pada kesalahan dalam
masalah ini. Pengetahuan yang terbatas memaknai hubungan seksual. Maka tidak
itulah yang menyebabkan orang tua heran jika pemanfatan yang
kurang dapat berfungsi sebagaimana menyimpang, seperti memanfaatkan
sumber dalam pendidikan seks. hubungan seksual demi mendapat uang,
Pemberian informasi masalah tidak ragu dilakukan. Bicara soal
seksual menjadi penting terlebih lagi seksualitas bukan cuma seputar hubungan
mengingat remaja berada dalam potensi intim pria dan wanita, tapi bisa juga
seksual yang aktif, karena berkaitan tentang kesehatan dan perkembangan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 38


emosi. Wimpie berpendapat, selain tidak membahayakan bagi anak dan remaja
adanya pendidikan seks yang benar, ada sebagai generasi penerus bangsa. Remaja
beberapa faktor lainnya yang yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit
mempengaruhi fenomena remaja yang kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa
menjajakan seks. Pertama, minimnya kenyataan pahit yang sering terjadi pada
perhatian dari orangtua. Dimana orangtua remaja sebagai akibat pemahaman yang
tidak tahu apa yang dilakukan anaknya di keliru mengenai seksualitas (Mu’tadin,
luar rumah, tidak dekat dengan anak 2013).
(Kartika, 2014). b. Perilaku Seksual
Memasuki Milenium baru ini Perilaku seksual remaja sangat
sudah selayaknya bila orang tua dan positif, di mana tidak terdapatnya remaja
kaum pendidik bersikap lebih tanggap yang menjawab pertanyaan tentang
dalam menjaga dan mendidik anak dan berhubungan intim 128 orang (100%
remaja agar ekstra berhati-hati terhadap tidak melakukan) tapi remaja yang
gejala-gejala sosial, terutama yang melakukan cium pipi ditemukan angka
berkaitan dengan masalah seksual, yang yang masih tinggi 61 orang (47,7%) dan
berlangsung saat ini. Seiring remaja yang melakukan pelukan dengan
perkembangan yang terjadi sudah saatnya lawan jenisnya 41 orang (32,1%),
pemberian penerangan dan pengetahuan perilaku ini bisa menjurus kearah yang
masalah seksualitas pada anak dan remaja lebih negatif apabila tidak mendapatkan
ditingkatkan. Pandangan sebagian besar pengetahuan dari berbagai sumber, salah
masyarakat yang menganggap seksualitas satunya dari orang tua.
merupakan suatu hal yang alamiah, yang Perilaku seksual adalah segala
nantinya akan diketahui dengan tingkah laku yang didorong oleh hasrat

sendirinya setelah mereka menikah seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
sehingga dianggap suatu hal tabu untuk
dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan
dibicarakan secara terbuka, nampaknya
tertarik hingga tingkah laku berkencan,
secara perlahan-lahan harus diubah
bercumbu dan senggama. Obyek seksual
(Mu’tadin, 2013).
dapat berupa orang, baik sejenis maupun
Sudah saatnya pandangan lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri
semacam ini harus diluruskan agar tidak sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak memiliki dampak, terutama bila tidak

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 39


menimbulkan dampak fisik bagi orang yang untuk melanggar hal-hal tersebut.
bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi Kecenderungan pelanggaran makin
sebagian perilaku seksual (yang dilakukan meningkat karena adanya penyebaran
sebelum waktunya) justru dapat memiliki
informasi dan rangsangan melalui media
dampak psikologis yang sangat serius, seperti
massa yang dengan teknologi yang
rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi
canggih sebagai contoh VCD, buku
(Mu’tadin, 2013).
stensilan, foto, majalah, internet, dan
Secara garis besar perilaku
lain-lain menjadi tidak terbendung lagi.
seksual pada remaja disebabkan oleh
Remaja yang sedang dalam periode ingin
beberapa faktor, antara lain
tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa
meningkatnya libido seksual,
yang dilihat atau yang didengar dari
menurunnya usia kematangan seksual
media massa, karena pada umumnya
akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas
mereka belum pernah mengetahui
seksual pada usia-usia yang dini.
masalah seksual secara lengkap. Orang
Perubahan-perubahan hormonal yang
tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya
meningkatkan hasrat seksual remaja.
maupun karena sikapnya yang masih
Peningkatan hormon ini menyebabkan
menabukan pembicaraan mengenai seks
remaja membutuhkan penyaluran dalam
dengan anak, menjadikan mereka tidak
bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran
terbuka pada anak, bahkan cenderung
tersebut tidak dapat disalurkan karena
membuat jarak dengan anak dalam
adanya penundaan usia perkawinan, baik
masalah ini.
secara hukum karena adanya undang-
Remaja kota kini semakin berani
undang tentang perkawinan, maupun
melakukan hubungan seksual pranikah,
karena norma sosial yang semakin lama
karena pengetahuan seksnya sangat
semakin menuntut persyaratan yang terus
kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan
meningkat untuk perkawinan
seks bagi anak dan remaja secara intensif
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental
terutama di rumah dan di sekolah, makin
dan lain-lain). Tabu (larangan ) di mana
penting. Pengetahuan yang setengah-
norma-norma agama yang berlaku,
setengah justru lebih berbahaya
seperti seseorang dilarang untuk
ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-
melakukan hubungan seksual sebelum
kata bijak ini nampaknya juga berlaku
menikah. Remaja yang tidak dapat
bagi para remaja tentang pengetahuan
menahan diri memiliki kecenderungan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 40


seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan siswa yang pendidikan seksnya kurang
bukan berarti lebih tidak berbahaya. dan mempunyai perilaku seksual yang
Dalam kaitan dengan hubungan seksual, negatif berjumlah 6 orang (4,7%).
bisa diambil contoh ada remaja yang Dari hasil analisa statistik yang
berpendapat, kalau hanya sekali diatas dengan menggunakan uji Chi-
bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. square menunjukkan hubungan tersebut
Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai tidak bermakna, dimana nilai p-value
bersih segera setelah melakukan 0,340 (p ≥ 0,05) atau dengan rumus
hubungan seksual bisa mencegah Pearson Chi Square pada nilai α =0,05
kehamilan. dan df = 1 didapat nilai p = 0,340 atau ≥
0,05, dengan demikian dapat
c. Hubungan Pendidikan seks dengan
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
Perilaku Seksual pada Remaja
menyatakan tidak ada hubungan antara
Sebagian besar responden
pendidikan seks dengan perilaku seksual
memiliki pendidikan seks yang baik
pada remaja di SMA N 4 Binjai.
sebanyak 113 orang (88,3%), sedangkan
Remaja pada umumnya saat
yang memiliki pendidikan seks yang
memasuki usia remaja tanpa pengetahuan
kurang sejumlah 15 orang (11,7%),
yang memadai tentang seks dan selama
mayoritas responden memiliki perilaku
hubungan pacaran berlangsung
seksual remaja yang negatif sejumlah 66
pengetahuan itu bukan saja tidak
orang (51,6%), dan minoritas memiliki
bertambah, akan tetapi malah bertambah
perilaku seksual yang positif sejumlah 62
dengan informasi-informasi yang salah.
orang (48,4%). Dari hasil di atas dapat
Hal yang terakhir ini disebabkan oleh
diketahui bahwa remaja dengan
orang tua tabu membicarakan seks,
pendidikan seks baik dan mempunyai
sehingga anak berpaling ke sumber-
perilaku seksual yang positif berjumlah
sumber yang tidak akurat, khususnya
53 orang (41,4%), sedangkan siswa yang
teman.
mempunyai pendidikan seks baik tetapi
Hasil penelitian ini sama dengan
mempunyai perilaku seksual yang negatif
penelitian yang dilakukan oleh Evelyn
berjumlah 60 orang (46,9%). Siswa yang
dan Suza (2010), yang bertujuan untuk
mempunyai pendidikan seks yang kurang
mengetahui hubungan antara persepsi
tetapi perilaku seksualnya positif
tentang seks dan perilaku seksual remaja
berjumlah 9 orang (7,0%), sedangkan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 41


yang mengatakan bahwa tidak ada terutama dari minat remaja pada seks dan
hubungan yang signifikan atau tidak ada keingintahuannya tentang seks. Karena
hubungan yang bermakna antara persepsi meningkatnya minat pada seks remaja
tentang seks dan perilaku seksual remaja. selalu mencari pelbagai sumber informasi
Menurut asumsi peneliti, tidak yang mungkin dapat diperoleh tentang
adanya hubungan tersebut karena tidak seks. Remaja memperoleh pendidikan
adanya pendidikan seks yang benar yang seks melalui saluran yang tidak pas.
akan memberikan pengetahuan dan Sehingga wajar bila terjadi perilaku seks
mendidik remaja agar berperilaku yang yang menyimpang. Dalam kenyataannya,
baik dalam hal seksual sesuai dengan masih banyak anak remaja yang
norma agama, sosial dan kesusilaan mengakui bahwa pendidikan seks tidak
sehingga remaja dapat menempatkan diri didapat dari orangtua, tetapi didapatnya
dan mengendalikan diri dari perilaku dari buku bacaan dan dari informasi yang
seksual yang tidak bertanggung jawab diberikan temannya. Katanya, karena di
melalui tindakan pencegahan seks bebas. sekolah ataupun di masyarakat tidak ada
Akan tetapi pendidikan seks tidak selalu mata pelajaran khusus membahas
membuat remaja dapat bersikap positif pendidikan tentang organ seksual.
atau negatif terhadap perilaku seksual, hal Bahkan katanya, karena tidak mengetahui
ini tergantung dari watak atau keyakinan pendidikan seks dengan benar bebarapa
yang dimiliki oleh setiap remaja, hanya temannya harus menanggung malu
saja untuk hal ini peran orang tua, dan karena hamil. Mereka itu tahu enaknya
sekolah untuk lebih menanamkan saja, namun belum mengerti apa akibat
pendidikan seks tersebut untuk yang ditimbulkan.
menumbuhkan rasa tanggung jawab pada Atas dasar pemikiran tersebut, tentu
setiap remaja dan menanamkan akan sangat membantu remaja bila
pendidikan akhlak sehingga dapat program Kesehatan Reproduksi Remaja
membentengi remaja untuk tidak (KRR) dijadikan materi pembinaan di
bersikap kearah yang merugikan dirinya sekolah-sekolah maupun di Karang
sendiri. taruna. Materi kesehatan reproduksi
Hurlock mengatakan, bagi remaja diberikan alokasi tersendiri, dan di
dorongan untuk melakukan hubungan sekolah bias dijadikan kegiatan
seks datang dari tekanan-tekanan sosial, ekstrakurikuler yang wajib diikuti para

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 42


siswa. Ini penting untuk memberi yang sesuai dengan tingkat
pemahaman pada remaja dampak negatif perkembangannya misalnya keimanan,
perilaku seks bebas (Sunartiningsih, akhlak, dan ibadah, pemeliharaan
2013). hubungan kasih sayang yang adil dan
Pendidikan seks yang menjadi inti merata, antara sesama anggota keluarga,
kegiatan konsultasi merupakan bagian pengawasan yang intensif terhadap gejala
yang integral dari pendidikan kepribadian aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak
secara menyeluruh. Yang paling untuk menekan kemungkinan berperilaku
bertanggung jawab dalam memberikan negatif. memberikan kesibukan yang
pendidikan seks kepada remaja adalah bermanfaat dan tanggung jawab,
orang tua, selanjutnya oleh guru pembagian peranan dan tanggung jawab
disekolah serta masyarakat diantara para anggota keluarga
dilingkungannya (Rihardini, 2016). (Rihardini, 2016). Harapannya kita pada
Kontradiksi pemberian pendidikan akhir masa remaja sebagian besar remaja
seksual di Indonesia menjadikan laki-laki dan perempuan sudah
pertentangan mereka antara citra tabu dan mempunyai cukup informasi tentang seks
seksualitas sebagai ilmu yang harus (Sunartiningsih, 2013).
diketahui. Pendidikan seksual yang
dimaksudkan adalah kegiatan pendidikan KESIMPULAN DAN SARAN
yang berusaha untuk memberikan Kesimpulan
pengetahuan agar mereka dapat Tidak ada hubungan antara
mengubah perilaku seksualnya kearah pendidikan seks dengan perilaku seksual
yang lebih bertanggung jawab.Usaha- remaja dengan nilai p value = 0,340 (p >
usaha lain yang sifatnya preventif dapat 0,05). Hal ini dimungkinkan karena tidak
pula dilakukan melalui pendidikan adanya pendidikan yang khusus tentang
informal (keluarga), pendidikan informal seks kepada remaja, sehingga mereka
(sekolah), dan juga melalui pendidikan hanya mendapatkan pendidikan dari
non formal (masyarakat). media massa, yang belum tentu bisa
Pembinaan pendidikan keluarga dikontrol oleh orang tua, kesimpulannya
dapat berupa: menghindari keretakan remaja hanya mengetahui sedikit tentang
rumah tangga (broken home atau broken pendidikan seks dan kebenarannya,
family), menanamkan pendidikan agama sehingga mereka tidak dapat

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 43


membedakan perilaku yang baik dengan Usia Remaja di Sekolah.
yang buruk yang dapat berefek positif dan .umm.ac.id. Yogyakarta.
negatif. Hidayat, A.A. 2003. Riset Keperawatan
dan Teknik Penulisan Ilmiah,
Saran Jakarta : Salemba Medika.
Fungsi puskesmas sebagai tonggak 2007. Metode Penelitian
promosi kesehatan diharapkan dapat dan Teknik Analisa Data, Jakarta
menjangkau ke sekolah-sekolah untuk : Salemba Medika.
dapat memberikan edukasi mengenai Kartika, Unoviana. 2014. Pendidikan
kesehatan reproduksi dan pendidikan Seks Untuk Cegah Perilaku Seks
seks. Para guru di sekolah juga Bebas pada Remaja.
diharapkan senantiasa mengingatkan para Kompas.com. Jakarta,
siswinya mengenai bahaya seks bebas Killingstone, P., & Cornellis, M. 2008.
dan kerugian yang ditimbulkan Sex and Love Guide to Teenagers,
khususnya bagi wanita. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Luanaigh, P., & Carlson, C. 2008. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Masyarakat untuk
BKKBN Prov. NAD. 2009. Kurikulum Mahasiswa Kebidanan, Jakarta:
dan Modul Pelatihan EGC.
Pengelolaan Pusat Informasi dan Manik, M. Sitohang, N, A., & Asiah, N.
konseling Kesehatan reproduksi 2010. Panduan Penulisan Karya
remaja (PIK-KKR),Tahun Tulis Ilmiyah. Medan: tidak
Anggaran 2009, Jakarta. dipublikasikan.
Dianawati, A. 2006. Pendidikan Seks Mayasari, F dan Hadjam, M, N, R. 2000.
untuk Remaja, Jakarta : Kawan Perilaku Seksual Remaja dalam
Pustaka. Berpacaran Ditinjau dari Harga
Evlyn, M., Suza. D. E. 2007. Hubungan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin.
antara persepsi tentang seks dan Jurnal Psikologi.
perilaku seksual remaja di SMA 3 Martaadisubrata, D., Sastrawinata, R.S.,
Medan. Jurnal Keperawatan, 2 (2) & Saifuddin, A.B. 2005. Obstetric
Fathunaja, Anji . 2010. Reoriemtasi dan Ginekologo Sosial, Yayasan
Pendidikan Seks Terhadap Anak

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 44


Bina Pustaka Sarwono Permasalahannya, Jakarta :
Prawirohardjo, Jakarta. Sagung Seto.
Sunartiningsih, 2013. Mewaspadai
Mu’tadin, Zainun. 2013. Pendidikan Perilaku Seksual Remaja Kita.
Seksual pada Remaja. Belajar http://yogya.bkkbn.go.id.
Psikologi.com. Jakarta. Widyastuti, 2009. Kesehatan Reproduksi,
Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan Yogyakarta : Fitramaya.
Masyarakat, Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Jakarta : Salemba
Medika.
Prastiwi, Sehrly, A. 2016. Studi
Deskriptif Pendidikan Seksual
dan Perilaku Seksual pada
Remaja. Fakultas Psikologi .
Universitas Muhammadiyah
Malang.
Rianto, A. 2010. Pengolahan Dan
Analisis Data Kesehatan,
Yogjakarta : Muha Medika.
Rihardini, Tetty. 2016. Studi tentang
Pendidikan Seks dan Perilaku
Seksual pada Remaja di SMPN 2
Krembung. Jurnal Kebidanan:
Embrio.
Sarwono. SW. 2010. Psikologi Remaja,
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soetjiningsih, 2009. Buku Ajar Tumbuh
Kembang Remaja &

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 45

You might also like