You are on page 1of 10

Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

SOCIAL INTERACTION OF STUDENTS BASED


ON SMARTPHONE ADDICTION LEVEL IN
PUBLIC HIGH SCHOOL 21 OF MAKASSAR
Rezki Yusfa Seftiani1, Nurhaya Nurdin2 , Akbar Harisa3, Hapsah4, Nuurhidayat
Jafar5

Nursing Study Program, Universitas Hasanuddin Makassar


1,2,3,4,5

e-mail: rezki.yusfa@yahoo.co.id

ABSTRACT

Introduction: Smartphone is currently a tool for communications that is widely used by


all people, especially among high school students. Excessive use of smartphone can lead to
smartphone addiction. Someone who has a smartphone addiction have anti-social behavior
towards his environment. This study aimed to describe of social interaction on the male and
female students who have a smartphone addiction in SMA Negeri 21 Makassar. Methode: This
study design used is quantitative with descriptive survey. Selection of sample using cluster
random sampling, total 95 respondent. Primary data obtained through questionnaires. Result:
Based on the results of a study of 95 respondents, shows that respondents who experienced
low-level smartphone addiction 19 people (28.8%) had a high social interaction, similar with
respondents who experienced medium-level of smartphone addiction 43 people (65.2%) and
high-level 4 people (6.1%) had a high social interaction. Conclusions: The study concluded
that all levels of smartphone addiction has a high social interaction, not all respondents who
use smartphones tend to be indifferent to his surroundings. They remain more comfortable
communicating directly with the people closest. This research is expected can provide benefits
that can be used as information specifically for students of SMAN 21 Makassar, and can
improve socialization skills in the environment so that it can improve social interaction began
to crushed.

Key words : smartphone addiction, social interaction, high school students

PENDAHULUAN ketergantungan atau smartphone


Smartphone adalah perangkat addiction, di dalam sebuah penelitian
populer yang mampu memproses menyebutkan bahwa peningkatan
informasi lebih lanjut, selain untuk frekuensi dan waktu yang dihabiskan
berkomunikasi smartphone memiliki untuk menggunakan smartphone
fitur menarik seperti game, akses memilki keterkaitan dengan
internet dan media sosial, video call, keparahan kecanduan smartphone
dan navigasi. Akses ke internet juga atau smartphone addiction (Lee, Ahn,
semakin mudah karena teknologi Choi, & Choi, 2014). Hal ini sejalan
mobile dan prevalensi smartphone dengan laporan terbaru dari Bank
yang semakin berkembang (Demirici, of America tentang penggunaan
Akgönül, & Akpinar, 2015). Menurut smartphone, dilaporkan bahwa 89%
International Data Corporation (2013) orang Amerika memeriksa smartphone
terdapat lebih dari 1,5 milliar pengguna mereka “setidaknya beberapa kali
Smartphone di dunia, dan telah sehari” dan sebanyak 36% mengakui
diperkirakan bahwa pada tahun 2016 bahwa mereka secara terus-menerus
lebih dari 1 milliar smartphone akan menggunakan smartphone. 11%
terjual (International data corporation, responden mengatakan mereka bisa
2013). tanpa smartphone kurang dari satu
Penggunaan smartphone yang jam, lebih dari setengah responden
berlebihan d a p a t m e n y e b a b k a n sebesar 52% memeriksa smartphone

18
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

setidaknya 5-10 menit, 31% memeriksa 73% memiliki smartphone dan 21%
smartphone setiap 15-30 menit, dan memilki basic phone (Lenhart, 2015).
17% memeriksa smartphone lebih Banyak remaja di lingkungan pelajar
sering (Braun Reseach Inc, 2015). rerata memiliki smartphone khususnya
Indonesia mendapatkan peringkat pada pelajar SMA.
sebagai penduduk yang mengalami Terkait fenomena smartphone
ketergantungan smartphone tertinggi di addiction ini, maka peneliti tertarik
dunia, menggunakan smartphone rata- untuk melakukan penelitian tentang
rata 3 jam sehari, menurut sebuah gambaran interaksi sosial berdasarkan
studi terbaru oleh MillwardBrown tingkat smartphone addiction pada
(2014). Studi ini menunjukkan bahwa siswa-siswi di SMA Negeri 21 Makassar.
orang Indonesia menghabiskan waktu
dengan smartphone rata-rata 181 menit METODE
per hari, lebih dari negara-negara Penelitian ini menggunakan
lainnya. Menurut riset yang dilakukan rancangan penelitian kuantitatif
Google Indonesia menjelaskan bahwa dengan pendekatan survey deskriptif.
61 persen masyarakat perkotaan Populasi pada penelitian ini adalah
Indonesia online dengan menggunakan seluruh siswa dan siswi SMA Negeri
smartphone-nya dalam total waktu 5,5 21 Makassar, yaitu sebesar 1651 siswa
jam per hari (Liputan6.com, 2015). dan siswi pengguna smartphone dimana
Maraknya penggunaan sampel pada penelitian ini 95 siswa dan
smartphone ini, memunculkan siswi. Teknik pengambilan sampel yang
fenomena lain yang dapat dilihat digunakan yaitu probability sampling.
yaitu pengguna smartphone seakan Metode yang digunakan yaitu cluster
memilki dunianya sendiri di dalam random sampling.
smartphone tersebut. Sering terlihat Penelitian ini telah dilaksanakan
bahwa seseorang hanya sibuk sendiri pada bulan Agustus - November 2016.
dengan smartphonenya, dan tidak Pengambilan data dilaksanakan pada
memperhatikan lingkungan sekitarnya. tanggal 14-15 November 2016 di SMA
Keadaan seperti ini membuat pengguna Negeri 21 Makassar.
smartphone menjadi anti-sosial di Instrumen penelitian ini berupa
kehidupan nyata (Saputra, 2014). kuesioner yang diadaptasi dari
Orang-orang yang memiliki menggunakan Korean Smartphone
percakapan tanpa adanya smartphone Addiction Scale (K-SAS) dan kuesioner
memilki tingkat kepedulian atau empati interaksi sosial yang telah dimodifikasi
yang lebih tinggi daripada orang-orang dari Astiti (2013).
yang memiliki percakapan dengan
adanya smartphone, mereka cenderung HASIL
memiliki tingkat empati lebih rendah Karakteristik responden
atau kurang ramah satu sama lain Kebanyakan responden berusia pada
(Misra, Cheng, Genevie, & Yuan, 2016). rentang 14-16 tahun (71,6%). Lebih
Saat ini smartphone sangat dari setengah responden berjenis
disukai oleh berbagai kalangan kelamin perempuan yakni 59 orang
khususnya remaja, Pew Research (62,1%). Kelas XII merupakan kelas
Center menjelaskan bahwa 88% remaja yang memiliki responden terbanyak
Amerika berusia 13-17 tahun memiliki yaitu 34 orang siswa dan siswi (35,8%)
berbagai jenis ponsel, mayoritas remaja (tabel 1).

19
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

Tabel 1. Distribusi frekuensi data demografi yaitu usia, jenis kelamin, dan kelas

Tabel 2. Distribusi frekuensi penggunaan smartphone pada responden. (n=95)

Tabel 2 menunjukkan bahwa smartphone mereka setiap hari, dan


hampir semua responden yakni kebanyakan responden yaitu 65 orang
94 orang (98,9%) menggunakan (68,4%) menggunakan smartphone
20
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

mereka dengan tujuan mengakses 74 orang responden mengakui bahwa


media sosial, sebagai media hiburan, total biaya pulsa yang mereka gunakan
dan sebagai sarana komunikasi dan setiap bulannya berkisar antara Rp.
pencari informasi. Dalam hal lama 10.000- Rp.50.000, dan mayoritas
penggunaan smartphone, lebih dari dari mereka yakni 47 orang (49,5%)
setengah responden yaitu 51 orang menggunakan pulsa untuk telpon,
(53,7%) menggunakan smartphone SMS dan juga kuota internet. Semua
mereka selama >4 jam/hari dan responden yakni 95 orang siswa dan
kebanyakan dari mereka menggunakan siswi (100%) mengakui bahwa ada
smartphone dengan frekuensi rata-rata kebijakan/ aturan yang diberlakukan
<5 kali/jam yakni 49 orang (51,6%). terkait penggunaan smartphone.

Tabel 3. Gambaran tingkat smartphone addiction pada siswa siswi di SMA Negeri
21 Makassar.

Tabel 4. Gambaran tingkat smartphone addiction berdasarkan karakteristik


smartphone addiction pada siswa dan siswi SMA Negeri 21 Makassar (n=95)

Tabel 5. Gambaran tingkat smartphone addiction berdasarkan jenis kelamin pada


siswa dan siswi SMA Negeri 21 Makassar.

Tabel 6. Gambaran tingkat smartphone addiction berdasarkan usia pada siswa-


siswi SMA Negeri 21 Makassar.

Tabel 7. Gambaran interaksi sosial siswa-siswi SMA Negeri 21 Makassar. (n=95)

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa, siswa dan siswi (25,3%), mayoritas
responden yang mengalami smartphone responden mengalami smartphone
addiction tingkat rendah yakni 24 orang addiction tingkat sedang yakni 65
21
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

orang siswa dan siswi (68,4%), dan Pada tabel 6 ini dapat dilihat
6 orang responden (6,3%) mengalami bahwa responden yang memiliki
smartphone addiction tingkat tinggi. tingkat smartphone addiction yang
Berdasarkan tabel 4 dapat sedang sebagian besar berada pada
dilihat bahwa responden memiliki rentang usia 14-16 tahun yakni 46
karakteristik yang memiliki kategori orang (67,6%), sama halnya dengan
tertinggi yaitu karakteristik tolerance responden yang memiliki tingkat
yakni 63,2%, sedangkan karakteristik smartphone addiction yang tinggi juga
smartphone addiction yang memiliki berada pada rentang usia 14-16 tahun
kategori terendah yaitu karakteristik yaitu 5 orang (7,4%).
withdrawal symptom yakni 65,3%. Pada tabel 7 ini dapat dilihat,
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jenis bahwa tidak ada responden yang
kelamin laki-laki dan perempuan memiliki interaksi sosial yang rendah,
kebanyakan mengalami smartphone kebanyakan responden memiliki
addiction tingkat sedang, dengan tingkat interaksi sosial yang tinggi
persentasi 72,2% dan perempuan yaitu 66 orang (69,5%), sisanya 29
66,1%. Pada smartphone addiction orang (30,5%) memiliki interaksi sosial
tingkat tinggi didominasi oleh jenis pada tingkat sedang.
kelamin perempuan yakni 8,5%.

Tabel 8. Gambaran interaksi social berdasarkan bentuk interaksi sosial pada


siswa siswi SMA Negeri 21 Makassar.

Tabel 9. gambaran interaksi social berdasarkan jenis kelamin pada siswa-siswi


SMA Negeri 21 Makassar.

Tabel 10. Gambaran interaksi social berdasarkan usia pada siswa siswi SMA
Negei 21 Makassar.

Tabel 11. Gambaran interaksi social berdasarkan tingkatan smartphone addiction


pada siswa siswi SMA Negeri 21 Makassar.

Tabel 8 menunjukkan gambaran interaksi sosial pada siswa-siswi di


interaksi sosial berdasarkan bentuk SMA Negeri 21 Makassar. Mayoritas
22
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

responden memiliki bentuk kerjasama Pada tabel 2 hasil penunjukkan


pada tingkat sedang yaitu 70 orang bahwa waktu penggunaan smartphone
(73,7%). Kebanyakan responden hampir semua responden 38,9%
memiliki bentuk persesuaian dan menggunakan smartphone mereka
perpaduan yang tinggi yaitu bentuk setiap harinya, dan hanya 1,1%
persesuaian 56 orang responden menggunakan smartphone setiap
(58,9%) dan bentuk perpaduan 70 minggunya. Hal ini menunjukkan
orang responden (73,7%). bahwa kebanyakan responden setiap
Tabel 9 menunjukkan gambaran harinya tidak lepas dari smartphone
interaksi sosial berdasarkan jenis mereka dan ini juga sejalan dengan
kelamin pada siswa-siswi di SMA penelitian yang dilakukan oleh
Negeri 21 Makassar. Pada tabel ini Ahn, Wijaya, & Esmoro (2014) yang
dapat dilihat bahwa responden yang juga menunjukkan perbedaan
memiliki interaksi sosial yang tinggi yang signifikan antara penggunaan
kebanyakan didominasi oleh responden smartphone setiap hari dengan
yang berjenis kelamin perempuan yaitu penggunaan smartphone setiap minggu.
45 orang (76,3%). Pada penelitian ini penggunaan
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa smartphone menunjukkan standar
responden yang memiliki usia pada deviasi yang lebih tinggi.
14-16 tahun kebanyakan memiliki Dilihat dari tujuan penggunaan
interaksi sosial yang tinggi (66,2%), smartphone kebanyakan dari responden
sama halnya dengan responden yaitu 65 orang (68,4%) menggunakan
yang memiliki usia 17-18 tahun juga smartphone untuk mengakses media
sebagian besar memiliki interaksi sosial, sebagai hiburan, untuk
sosial yang tinggi (77,8%). mencari informasi dan sebagai sarana
Pada tabel 11 ini, responden komunikasi, dimana kebanyakan
yang mengalami smartphone addiction responden memilih semua pilihan yang
tingkat rendah 19 orang (28,8%) tertera pada kuesioner. Hal ini juga
memiliki interaksi sosial yang tinggi, sangat erat kaitannya dengan lama
sama halnya dengan responden yang penggunaan smartphone dimana lebih
mengalami smartphone addiction dari setengah dari jumlah responden
tingkat sedang 43 orang (65,2%) dan yaitu 51 orang (53,7%) menggunakan
tinggi 4 orang (6,1%) kebanyakan smartphone >4 jam/ harinya, 33 orang
memiliki interaksi sosial yang tinggi. (34,7%) menggunakan 2-4 jam/hari,
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dan 11 orang (11,6%) menggunakan
semua tingkatan smartphone addiction 1-2 jam/hari. Peneliti menyimpulkan
memiliki interaksi sosial yang tinggi. bahwa semakin banyak tujuan
PEMBAHASAN penggunaan smartphone semakin lama
1. Karakteristik Responden pula penggunaan smartphone tersebut.
Karakteristik responden Frekuensi rata-rata penggunaan
berdasarkan usia pada tabel 1 smartphone/jam yaitu 49 orang (51,9&)
menunjukkan bahwa usia 14-16 mengaku menggunakan smartphone
tahun merupakan usia yang paling mereka <5 kali/jam, 36 orang (37,9%)
banyak yaitu 34 orang (35,8%) hal menggunakan smartphone 6-10 kali/
ini wajar dikarenakan usia anak jam. Kebanyakan dari responden
SMA pada umumnya berkisar 15-17 menggunakan smartphone mereka rata-
tahun. Ditinjau dari jenis kelamin rata 1-12 kali/jam. Menurut peneliti,
kebanyakan responden didominasi oleh tingginya frekuensi penggunaan
perempuan dan paling banyak duduk smartphone dikarenakan tingginya
di kelas XII, hal ini dikarenakan keinginan pengguna untuk membuka
banyaknya populasi perempuan dan atau mengecek smartphone mereka,
populasi siswa kelas XII di SMA Negeri menurut salah satu responden yang
21 Makassar. diwawancarai peneliti saat penelitian,
23
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

responden mengakui bahwa mereka daily life disturbance yang juga


tertarik membuka atau mengecek menunjukkan tingkat sedang (54,7%).
smartphone mereka dikarenakan Kwon et.al (2013) menjelaskan bahwa
notificasi pesan ataupun social media daily life disturbance merupakan suatu
yang muncul pada smartphone mereka keadaan dimana pengguna smartphone
sehingga responden sering membuka mengalami kesulitan konsentrasi
atau mengecek smartphone-nya. pada saat kelas dan menunjukkan
Peneliti mengemukakan gejala pusing, penglihatan kabur dan
bahwa penggunaan smartphone ini bahkan gangguan tidur dikarenakan
membuat siswa dan siswi cukup penggunaan smartphone. Peneliti
banyak mengeluarkan uang dalam menganalisa, responden tidak
sebulan hanya untuk membeli pulsa sepenuhnya mengalami gejala yang
di smartphone mereka, dan menurut dikemukakan oleh Kwon et.al, tidak
peneliti dilihat dari pengeluaran biaya semua dari mereka mengalami
pulsa setiap bulannya kebanyakan kesulitan konsentrasi saat berada di
responden memiliki status ekonomi kelas. Responden yang mengalami
menengah ke atas. Hal ini dibuktikan daily life disturbance yang tinggi
dengan hasil observasi peneliti yang (17,9%) mengalami kesulitan belajar
melihat bahwa beberapa responden dikelas dan juga mengalami penurunan
atau siswa siswi SMA Negeri 21 prestasi dikarenakan smartphone. Hal
Makassar menggunakan 2 handphone, ini dikarenakan responden atau siswa
yakni 1 smartphone yang biasanya dan siswi belum bisa menghilangkan
digunakan untuk keperluan internet smartphone dalam pikiran mereka.
dan media social dan 1 basic phone Sama halnya dengan daily life
yang biasanya digunakan hanya untuk disturbance mayoritas responden
telpon & SMS. Meskipun menurut mengalami virtual life orientation
James& Drennan dan GSMA (2011) pada tingkat sedang. Menurut peneliti
dikutip dalam (Aljomaa et al., 2016), responden atau siswa dan siswi merasa
dimana tidak ada perbedaan signifikan smartphone bukanlah segalanya,
yang ditemukan dalam penggunaan karena mereka bisa menutupi kesepian
smartphone karena status ekonomi. mereka dengan tetap berinteraksi
Semua responden yakni 95 orang dengan lingkungan sekitar yaitu teman
siswa dan siswi (100%) mengakui dan keluarga.
bahwa ada kebijakan/aturan Withdrawal symptom merupakan
yang diberlakukan sekolah terkait gejala penarikan dimana seseorang
penggunaan smartphone yaitu tidak yang menggunakan smartphone
diperbolehkannya siswa dan siswi akan mengalami perasaan cemas
menggunakan smartphone saat proses atau khawatir berlebihan jika tidak
pembelajaran berlangsung. Menurut menggunakan smartphone. Hal ini
peneliti aturan tersebut masih belum tidak berlaku pada siswa dan siswi
sepenuhnya dipatuhi oleh siswa dan SMA Negeri 21 Makassar, mereka
siswi SMA Negeri 21 Makassar. Hal ini tidak merasakan tertekan, cemas atau
dibuktikan dengan hasil wawancara khawatir yang berlebih jika tidak bisa
yang dilakukan peneliti dengan menggunakan smartphone sehingga
beberapa siswa yang mengaku bahwa mereka masih bisa belajar tanpa
terkadang jika guru tidak melihat, adanya smartphone.
mereka mencuri waktu sedikit untuk Tolerance menurut Kwon et.al
memainkan smartphone mereka. (2013) merupakan suatu usaha
2. Gambaran tingkat smartphone seseorang untuk berusaha mengontrol
addiction penggunaan smartphone tapi selalu
Mayoritas responden mengalami gagal untuk melakukannya. Hal ini
smartphone addiction tingkat juga yang dirasakan oleh kebanyakan
sedang,hal ini sesuai karakteristik responden mereka tidak bisa
24
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

mengontrol penggunaan smartphone 18 tahun. Menurut peneliti, hal ini


sehingga menghabiskan jangka dikarenakan pada usia 14-18 tahun
waktu yang lebih panjang hanya ini merupakan usia remaja dimana
untuk menggunakan smartphone. Ini respon kaum remaja terhadap hal-
juga berkaitan dengan penggunaan hal yang baru termasuk kecanggihan
smartphone pada responden yang smartphone cukup tinggi dan mereka
menunjukkan mayoritas responden juga cenderung memiliki kontrol diri
menggunakan smartphone >4 jam/ yang rendah sehingga hal inilah yang
hari. Tingginya tingkat tolerance bisa menyebabkan mereka menjadi
pada responden dikarenakan mereka adiksi terhadap smartphone mereka.
terbiasa menggunakan smartphone Hal ini didukung dengan penelitian
untukmenghindari perasaan tidak yang dilakukan Haug et al. (2015) yang
nyaman atau kebosanan seperti menemukan kecanduan smartphone
yang dikemukakan oleh Al-Barashdi, lebih umum terjadi pada remaja muda
Bouazza, & Jabur (2015) bahwa (15-16 tahun) dibandingkan dengan
tingginya tingkat tolerance dikarenakan orang dewasa muda (19 tahun dan
mereka cenderung menggunakan lebih tua).
smartphone untuk menghindari 3. Gambaran interaksi social
kondisi/perasaan tidak nyaman dan Pada penelitian ini responden
mereka merasa buruk jika mereka tidak kebanyakan memiliki interaksi
bisa menggunakan ponsel mereka. sosial yang tinggi dilihat dari aspek
Hasil penelitian yang ditunjukkan atau bentuk kerjasamanya perlu
pada tabel 5 mengenai gambaran ditingkatkan lagi karena hasil
tingkat smartphone addiction menunjukkan bahwa interaksi sosial
berdasarkan jenis kelamin, responden yang tinggi memiliki bentuk kerja sama
yang memiliki tingkat smartphone yang sedang (73,7%). Hal ini dibuktikan
addiction yang sedang dan tinggi oleh hasil pengisian kuesioner yang
didominasi oleh responden yang menunjukkan kebanyakan responden
berjenis kelamin perempuan. Hal lebih suka menyelesaikan masalahnya
ini sejalan dengan penelitian yang sendiri atau individual yang tinggi,
dilakukan oleh Abo-Jedi dan Billieux jarang berdiskusi dengan teman
et. al dikutip dalam Aljomaa et al (2016) untuk menyelesaikan tugas bersama
yang juga menunjukkan hasil penelitian dan kurang bisa diajak berkerjasama
bahwa perempuan lebih banyak yang dengan yang lain.
mengalami smartphone addiction Dilihat dari bentuk persesuaian
dibandingkan laki-laki. Perempuan dan perpaduannya interaksi sosial
cenderung memiliki gaya hiduo dan yang tinggi juga didukung dengan
pola konsumtif yang tinggi dibadingkan bentuk persesuaian (akomodasi) dan
laki-laki dan perempuan juga lebih perpaduan (asimilasi) yang tinggi pula
sering dan intens berkomunikasi tingkatannya. Hal ini menunjukkan
menggunakan smartphone hal ini bahwa responden paham akan
didukung oleh Roberts et.al. (2014) penyesuaian sosial dalam berinteraksi
yang mengindikasikan perempuan yang dibuktikan oleh rata-rata hasil
menghabiskan waktu untuk pengisian kuesioner responden sudah
smartphone lebih banyak dibandingkan bisa berkomunikasi dengan baik
laki-laki, dan mereka cenderung dengan siswa dan siswi yang lain,
menggunakan media sosial, dan berusaha menghargai pendapat orang
applikasi untuk keperluan shopping lain, selalu memberikan kesempatan
yang sangat identik dengan wanita. kepada teman untuk berpendapat dan
Dilihat dari usia, responden selalu tersenyum jika bertemu dengan
yang mengalami smartphone teman (58,9%).
addiction pada tingkat yang sedang Sedangkan dilihat pada
dan tinggi didominasi oleh usia 14- bentuk perpaduan(asimilasi),
25
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

responden kebanyakan memiliki interaksi sosialnya.


bentuk perpaduan yang tinggi 4. Gambaran interaksi social
(73,7%). Perpaduan adalah proses berdasarkan tingkat
sosial ditandai dengan adanya usaha smartphone addiction pada
mengurangi perbedaan yang terjadi siswa siswi SMA Negeri 21
antara individu atau kelompok-
Makassar
kelompok manusia dan juga meliputi
Hasil penelitian yang disajikan
usaha-usaha untuk mempertinggi
pada tabel 11 menunjukkan bahwa
kesatuan tindak, sikap dan proses-
semua tingkatan smartphone addiction
proses mental dengan memperhatikan
memiliki interaksi sosial yang tinggi.
kepentingan dan tujuan bersama
Pada penelitian ini memberikan
(Santosa, 2004). Pada hasil pengisian
gambaran yang baru mengenai interaksi
kuesioner memiliki bentuk perpaduan
sosial yang tinggi pada berbagai
yang tinggi dibuktikan dengan
tingkatan smartphone addiction. Hal
responden selalu membantu teman
ini dikarenakan tidak semua siswa dan
mereka ketika mengalami kesusahan,
siswi yang menggunakan smartphone
dan sering mengobrol bersama teman
cenderung acuh tak acuh dengan
di kelas.
lingkungan sekitarnya hal ini terbukti
Pada hasil yang dijelaskan pada
dengan hasil pengisian kuesioner yang
tabel 9 tentang gambaran interaksi
menunjukkan bahwa siswa dan siswi
sosial berdasarkan jenis kelamin pada
SMA Negeri 21 Makassar tetap bisa
siswa-siswi di SMA Negeri 21 Makassar,
berkerjasama dengan baik, menghargai
menunjukkan responden yang memiliki
pendapat temannya, selalu ramah
interaksi sosial yang tinggi didominasi
kepada teman dan orang di sekitarnya.
oleh responden yang berjenis kelamin
Interaksi sosial secara utuh
perempuan(76,3%). Menurut Hurlock
akan tercipta jika adanya sentuhan
dikutip dalam Utaminingsih (2006)
secara fisik, baik itu bertegur sapa,
remaja perempuan cenderung memiliki
berjabat tangan, sehingga nilai-nilai
tingkat kedekatan yang dalam dengan
penghargaan, kasih sayang, perhatian
orang-orang sekitarnya dibandingkan
akan terwujud (Sunaryo, 2004). Inilah
dengan remaja laki-laki. Hal ini
yang tercermin pada siswa dan siswi di
dikarenakan remaja laki-laki ingin
SMA Negeri 21 Makassar dimana dari
menunjukkan kemandirian yang lebih
hasil jawaban mereka menunjukkan
dan adanya jarak dengan sekitarnya.
bahwa mereka selalu tersenyum ketika
Berdasarkan usia, responden
bertemu dengan teman, dan juga
yang memiliki interaksi sosial yang
ramah dengan orang lain.
tinggi didominasi oleh responden yang
Ameliola & Nugraha (2013)
berada pada usia 14-18 tahun. Menurut
mengemukakan bahwa faktor sosial
peneliti hal yang mempengaruhi remaja
adalah faktor yang menggambarkan
memiliki interaksi sosial yang tinggi
tentang kebutuhan interaksi sosial.
yaitu kelompok teman sebaya atau
Faktor ini menjelaskan pola interaksi
persahabatan sesuai dengan observasi
sosial yang mempengaruhi individu
dan hasil wawancara kepada salah
menjadi kecanduan smartphone.
satu responden bahwa kebanyakan
Cara berkomunikasi menggunakan
dari mereka memiliki teman dekat atau
smartphone membuat kualitas
sahabat. Mappiare dalam Utaminingsih
komunikasi tatap muka menurun. Hal
(2006) menjelaskan dengan adanya
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
persahabatan dalam masa remaja ini,
pada siswa dan siswi di SMA Negeri
mereka dapat berkerjasama untuk
21 Makassar yang menyatakan bahwa
mencapai tujuan bersama, selain itu
siswa.
mereka dapat merasa dibutuhkan,
KESIMPULAN
dihargai dan dengan demikian mereka
Berdasarkan hasil penelitian
dapat merasa adanya kepuasan dalam
26
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(2), 18-27

tentang gambaran interaksi sosial globalisasi. The 5th International


berdasarkan tingkat smartphone Conference on Indonesian Studies:
“Ethnivity and Globalization,” 362–371.
addiction pada siswa dan siswi di Braun Reseach Inc. (2015). Trends in Consumer
SMA Negeri 21 Makassar, maka Mobility Report. Retrieved from http://
dapat disimpulkan, responden yang newsroom.bankofamerica.com/files/doc_
kebanyakan memiliki usia 14-16 library/additional/2015_BAC_Trends_in_
Consumer_Mobility_Report.pdf
tahun (71,6%) dan didominasi oleh
Demirici, K., Akgönül, M., & Akpinar, A.
jenis kelamin perempuan (62,1%) (2015). Relationship of smartphone use
menggunakan smartphone dengan severity with sleep quality, depression,
berbagai tujuan (68,4%). Lebih dari and anxiety in university students. FULL
setengah responden menggunakan LENGTH REPORT Journal of B ehavioral
Addictions , 85-92.
smartphone selama >4 jam setiap Haug, S., Castro, R. P., Kwon, M., Filler,
harinya.Kebanyakan responden A., Kowatsch, T., & Schaub, M. P.
mengalami smartphone addiction (2015). Smartphone use and smartphone
tingkat sedang (53,7%). Lebih dari 2/3 addiction among young people in
Switzerland. Journal of Behavioral
responden memiliki interaksi sosial
Addictions, 4(4), 299–307. http://doi.
yang tinggi (69,5%). Responden yang org/10.1556/2006.4.2015.037
mengalami smartphone addiction tetap International data corporation. (2013).
memiliki interaksi sosial yang tinggi, Worldwide quarterly mobile phone forecast.
yaitu tingkat rendah 19 orang (28,8%), Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J.
W., Min, J. A., Hahn, C., … Kim, D. J.
tingkat sedang 43 orang (65,2%) dan (2013). Development and Validation of
tinggi 4 orang (6,1%). Tidak semua a Smartphone Addiction Scale (SAS).
responden yang menggunakan PLoSONE, 8(2). http://doi.org/10.1371/
smartphone cenderung acuh tak acuh journal.pone.0056 936
Lee, H., Ahn, H., Choi, S., & Choi, W. (2014).
dengan lingkungan sekitarnya. Mereka
The SAMS: Smartphone addiction
tetap lebih nyaman berkomunikasi management system and verification.
secara langsung dengan orang terdekat Journal of Medical Systems, 38(1). http://
mereka. doi.org/10.1007/s10916-013-0001-1
Lenhart, A. (2015). Teens, social media and
DAFTAR PUSTAKA technology overview 2015: Smartphones
Ahn, H., Wijaya, M. E., & Esmero, B. C. (2014).
facilitate shifts in communication
A systemic smartphone usage pattern
landscape for teens. Pew Research Center,
analysis: Focusing on smartphone
(April), 1–47.
addiction issue. International Journal of
MillwardBrown. (2014). AdReaction Marketing in
Multimedia and Ubiquitous Engineering
a Multiscreen World.
(Vol. 9). http://doi.org/10.14257/
Misra, S., Cheng, L., Genevie, J., & Yuan, M.
ijmue.2014.9.6.0 2
(2016). The iPhone effect the quality of in-
Al-Barashdi, H., Bouazza, A., & Jabur, N. (2015).
person interaction in the precence of mobile
Smartphone Addiction among University
device. Environment and Behavior, 48,
Undergraduates: A Literature Review.
275-298
Journal of Scientific Research and Reports,
Roberts, J. A., Yaya, L. H. & Manolis, C. (2014).
4(3), 210–225. http://doi.org/10.9734/
The invisible addiction: Cell-phone
JSRR/2015/1224 5
activities and addiction among male
Aljomaa, S. S., Mohammad, M. F., Albursan,
and female college students. Journal of
I. S., Bakhiet, S. F., & Abduljabbar, A.
Behavioral Addictions, 3(4), 254–265.
S. (2016). Smartphone addiction among
Saputra, P. (2014). Fenomena Penggunaan
university students in the light of some
Smartphone Di Kalangan Pelajar (Studi
variables. Computers in Human Behavior,
Kasus Di SMP Islam Athirah I Makassar).
61, 155–164. http://doi.org/10.1016/j.
Universitas Hasanuddin.
chb.2016.03.041
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok.
Astiti, D. T. (2013). Meningkatkan kemampuan
Bandung: Bumi Aksara.
interaksi social melalui layanan bimbingan
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan.
kelompok pada siswa program akselerasi
Jakarta: EGC.
SD HJ. Isriati Baiturrahman 01 Semarang.
Utaminingsih, I. A. (2006). Pengaruh penggunaan
Semarang: Univeristas Negeri Semarang.
ponsel pada remaja terhadap interaksi
Ameliola, S., & Nugraha, H. D. (2013).
sosial remaja. Bogor
Perkembangan media informasi dan
tekonologi terhadap anak dalam era

27

You might also like