You are on page 1of 5

BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi p-ISSN: 1693-265X

Volume 11, Nomor 1 e-ISSN: 2549-0605


Halaman 35 - 39 Februari 2018

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Biologi


melalui Penyelesaian Masalah Lingkungan

Critical Thinking Ability of Biology Education Students


through Solving Environmental Problems

Nuzulia Santi, Mochamad Arief Soendjoto, Atiek Winarti


Master Program of Biology Education, Postgraduate of ULM, Banjarmasin, Indonesia
*Corresponding authors: santi.nuzulia@gmail.com

Manuscript received: 18 Juni 2017 Revision accepted: 5 Agustus 2017

ABSTRACT

Critical thinking ability is important to be possessed by every individual, especially in the era of globalization. The ability
to think critically supports the individual to overcome the problems in life, among which environmental problems are.
Individuals and environments cannot be separated, the relationship between them is reciprocal. Solutions to environmental
problems can be realized through critical thinking. Each individual's critical thinking ability varies, depending on the
frequency of frequent exercises to develop that ability. Such exercises include frequently asking questions, posing
assumptions, identifying information, making inferences, identifying impacts, and so on. It is therefore important to identify
the critical thinking skills of individuals in a forum. Description of the ability to think critically about environmental
problems is expected to be the basis for the design of development of learning plan set related to the subject of
Environmental Knowledge. The description of students' critical thinking ability is obtained through questions prepared
according to Polya’s problem solving syntax. The set of questions contains elements of reasoning that are judged based on
the intellectual standards of reasoning by Paul and Elder.

Keywords: critical thinking ability, problem solving

PENDAHULUAN meskipun terpisah jarak yang jauh. Oleh karena itu,


individu harus mampu menganalisis setiap informasi yang
Berpikir kritis wajib dimiliki oleh lulusan Program Sarjana. diterimanya. Permasalahan di era globalisasi juga semakin
Hal tersebut tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan kompleks, sehingga dengan berpikir kritis akan menuntun
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun individu dalam mengambil keputusan maupun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 6 menyelesaikan masalah yang paling tepat. Sejalan dengan
yang berbunyi bahwa lulusan Program Sarjana wajib Fithriyah, Sa’dijah, & Sisworo (2016) yang menyatakan
memiliki keterampilan umum, yaitu mampu menerapkan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu hal
pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam yang perlu diperhatikan dalam rangka melahirkan individu-
konteks pengembangan atau implementasi ilmu individu yang dapat memenuhi tuntutan global.
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda-
menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang beda, tergantung pada frekuensi seringnya latihan untuk
keahliannya.
mengembangkan kemampuan tersebut. Latihan yang
Liliasari (2001) menyatakan bahwa kemampuan
dimaksud adalah seperti sering bertanya, mengajukan
berpikir kritis merupakan modal intelektual yang sangat
asumsi, mengidentifikasi informasi, membuat inferensi,
penting bagi peserta didik. Kemampuan berpikir kritis juga
mengidentifikasi dampak, dan sebagainya. Perkins &
melatih individu dalam memilih solusi yang tepat/terbaik
Murphy (2006) telah melakukan penelitian yang
terhadap permasalahan (Sari, Amirudin, & Soetjipto,
menunjukkan bahwa penting untuk mengidentifikasi
2013). Sejalan dengan Winarsih, Akhidinirwanto &
proses berpikir kritis dalam suatu forum. Sering kali
Ngazizah (2014) yang menyatakan bahwa dalam usaha
berpikir kritis menjadi tujuan dan hasil utama proses
penyelesaian masalah, pembuatan keputusan, menganalisis
pendidikan. Maguna (2016) menyatakan bahwa melalui
asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan harus
pemberian masalah kemampuan berpikir kritis seseorang
didasari dengan berpikir kritis. Rizky (2014) menyatakan
dapat diidentifikasi dengan baik.
bahwa individu yang berpikir kritis menjadi lebih aktif,
Individu dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan.
tajam, dan peka terhadap informasi maupun kondisi yang
Hubungan antara keduanya adalah timbal balik. Oleh
dihadapinya, serta santun dalam bertindak.
karena itu setiap individu perlu memiliki kemampuan
Pada era globalisasi, kemampuan berpikir kritis penting
berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan
dimiliki individu dalam mengatasi berbagai permasalahan.
lingkungan.
Informasi di era globalisasi dapat dengan mudah diterima
maupun disampaikan individu kepada individu lain

DOI: http://dx.doi.org/10.20961/bioedukasi-uns.v11i1.19738
36 BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi 11(1): 35-39, Februari 2018

Setiap individu dengan pendidikan lingkungan yang 4. Sudut Pandang (points of view), setiap kali individu
telah diperolehnya diharapkan ikut berperan serta dalam bernalar, ia harus bernalar dalam beberapa sudut
menghadapi berbagai permasalahan lingkungan. Usaha pandang. Sudut pandang boleh jadi terlalu sempit,
dalam mengatasi masalah lingkungan dapat diwujudkan terlalu terbatas, ataupun analogi yang menyesatkan.
melalui berpikir yang kritis. Berpikir kritis membimbing Sudut pandang yang demikian bisa menciptakan
individu mulai dari memahami masalah hingga keterbatasan dan ketidakadilan.
memberikan solusi terbaik atas suatu masalah. 5. Informasi (information), setiap kali individu bernalar
Gambaran kemampuan berpikir kritis yang harus berdasarkan informasi. Selain itu, individu juga
diidentifikasi melalui pemberian masalah lingkungan harus mampu memberikan informasi yang mendukung
diharapkan dapat menjadi dasar untuk desain maupun menentang pendapatnya.
6. Konsep atau ide (concepts), individu dalam setiap
pengembangan perangkat pembelajaran terkait mata kuliah
penalarannya menggunakan beberapa ide atau konsep.
Pengetahuan Lingkungan. Gambaran kemampuan berpikir
Konsep dapat berupa teori, asas, aksioma, dan
kritis mahasiswa diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan sebagainya.
yang disusun menurut sintak penyelesaian masalah Polya. 7. Penyimpulan (inferences), individu harus mampu
Kumpulan pertanyaan tersebut memuat elemen-elemen memberikan kesimpulan yang sesuai informasi (fakta).
bernalar oleh Paul & Elder (1997). Setiap elemen bernalar 8. Implikasi (implications), individu harus mampu
dinilai berdasarkan standar intelektual bernalar oleh Paul & mengidentifikasi segala kemungkinan implikasi,
Elder (2010). meliputi implikasi positif maupun negatif.
Standar Intelektual Bernalar (Paul & Elder, 2010):
PEMBAHASAN 1. Kejelasan (clarity), merupakan pintu gerbang standar
intelektual. Kita tidak bisa menentukan apakah itu
Kemampuan Berpikir Kritis akurat atau relevan jika pernyataan tidak jelas.
Berpikir kritis merupakan proses intelektual 2. Ketepatan (accuracy), yaitu bebas dari kesalahan dan
mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mengandung kebenaran. Sebuah pernyataan bisa saja
mensintesis, dan mengevaluasi dengan aktif dan terampil jelas tetapi belum tentu tepat.
terhadap informasi yang diperoleh dari pengamatan, 3. Ketelitian (precision), yaitu tepat sesuai keperluan
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, dimana tingkat kedetailan (spesifik). Sebuah pernyataan bisa
bertujuan untuk memandu keyakinan dan memandu
saja jelas dan akurat, tetapi tidak teliti.
tindakan (Scriven & Paul, 1987). Paul & Elder (2008)
4. Relevansi (relevance), berhubungan dengan masalah
mendefinisikan berpikir kritis adalah seni menganalisis dan
mengevaluasi pemikiran dengan tujuan untuk yang dihadapi. Sebuah pernyataan bisa saja jelas, tepat,
meningkatkan pemikiran tersebut. dan teliti, tetapi tidak relevan.
Paul (1993) menyatakan bahwa berpikir kritis individu 5. Kedalaman (depth), mengandung kompleksitas dan
dapat dinilai melalui dimensi-dimensi bernalar. Dimensi beberapa hubungan timbal balik, menyiratkan
pertama berupa elemen-elemen bernalar, antara lain: tujuan kesaksamaan dalam berpikir melalui banyak variabel
(purpose), pertanyaan (questions), asumsi (assumptions), dalam situasi, konteks, ide, ataupun pertanyaan.
sudut pandang (points of view), informasi (information), 6. Keluasan (breadth), meliputi beberapa sudut pandang,
konsep atau ide (concepts), inferensi (inferences), dan komprehensif dalam pandangan, dan berwawasan luas
implikasi (implications). Dimensi kedua adalah standar dalam perspektif.
intelektual bernalar yang digunakan untuk mengukur setiap 7. Logis (logic), yaitu apakah pernyataan itu benar-benar
elemen-elemen bernalar yang ada di dimensi pertama. masuk akal.
Standar intelektual bernalar tersebut antara lain: kejelasan Elemen bernalar Paul dan Elder dapat dibuat menjadi
(clarity), ketepatan (accuracy), ketelitian (precision), indikator kemampuan berpikir kritis sebagai berikut:
relevansi (relevance), kedalaman (depth), keluasan 1. Merumuskan tujuan disajikannya suatu wacana.
(breadth), dan logis (logic). 2. Mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam
Berikut penjelasan mengenai elemen bernalar dan wacana.
standar intelektual bernalar Paul & Elder. 3. Merumuskan pertanyaan (setidaknya 1) terhadap
Elemen bernalar (Paul & Elder, 1997): masalah dalam wacana.
1. Tujuan (purpose), setiap kali individu bernalar, ia 4. Mengemukakan jawaban (asumsi) terhadap
bermaksud untuk mencapai beberapa tujuan untuk pertanyaan yang telah dibuat.
memuaskan beberapa keinginan atau memenuhi 5. Mengaitkan masalah dalam wacana dengan konsep
beberapa kebutuhan. Individu yang memahami suatu yang pernah diterimanya.
hal harus mampu mendefinisikan tujuan. 6. Mengemukakan solusi melalui sudut pandang yang
2. Pertanyaan terhadap masalah (questions), kapanpun terdapat dalam wacana.
individu berusaha untuk bernalar, setidaknya ada satu 7. Mengidentifikasi implikasi positif dan negatif terhadap
pertanyaan terhadap suatu masalah. Individu harus solusi penyelesaian masalah yang dipilihnya.
mampu membuat pertanyaan terhadap masalah. 8. Membuat inferensi mengenai permasalahan apa yang
3. Asumsi (assumptions), yaitu kemampuan individu disajikan dalam wacana dan bagaimana solusinya.
untuk menyadari dan mengemukakan asumsinya. Indikator kemampuan berpikir kritis yang disusun
Individu harus mampu mengidentifikasi asumsi. berdasarkan elemen bernalar Paul dan Elder tersebut dapat
Santi, Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Biologi melalui Penyelesaian Masalah Lingkungan 37

diterapkan dalam penyusunan pertanyaan-pertanyaan pada Identifikasi Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis
tugas tertulis. melalui Penyelesaian Masalah Lingkungan
Gambaran kemampuan berpikir kritis mahasiswa
Penyelesaian Masalah Pendidikan Biologi dapat diidentifikasi melalui pemberian
Polya (1973) menyatakan bahwa penyelesaian masalah masalah. Salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa
adalah usaha untuk mencari solusi atas suatu kesulitan serta Pendidikan Biologi ULM Banjarmasin adalah Pengetahuan
mencari tujuan yang tidak dengan segera dapat diraih. Lingkungan. Pada mata kuliah tersebut mahasiswa
Polya mengembangkan empat langkah penyelesaian diberikan pembelajaran di dalam ruangan dan di luar
masalah, yaitu: ruangan (Praktek Kerja Lapangan). Maka, masalah yang
1) Memahami masalah (understand the problem), diberikan dapat berupa isu-isu lingkungan yang pernah
individu tidak mampu menyelesaikan masalah dengan ditangkap oleh pancaindera mahasiswa saat di lapangan.
benar tanpa adanya pemahaman terhadap masalah. Isu-isu lingkungan yang dihadapi mahasiswa tahun
Pemahaman terhadap masalah tidak dapat diukur. angkatan 2014 dan 2015 antara lain pengelolaan sampah
Maka, memahami masalah dapat dijabarkan menjadi dan oli bekas yang kurang tepat serta abrasi pantai yang
mengemukakan dan memperjelas masalah. berada pada titik mengkhawatirkan.
2) Menyusun rencana penyelesaian masalah (make a Pemberian masalah disajikan dalam bentuk tugas
plan), individu harus mampu menyusun rencana untuk tertulis. Tugas tertulis memuat pertanyaan-pertanyaan
menyelesaikan masalah. Kemampuan ini bergantung terkait wacana yang berisi isu lingkungan. Pertanyaan-
pada pengalaman individu dalam menyelesaikan pertanyaan tersebut memuat elemen-elemen bernalar Paul
masalah. & Elder (1997) dan disusun berdasarkan sintak
3) Melaksanakan rencana penyelesaian (carry out a penyelesaian masalah Polya (1973). Elemen-elemen
plan), individu menjalankan rencana penyelesaian bernalar Paul & Elder (1997) diterapkan dalam tugas
masalah yang sudah disusun, individu memeriksa tertulis dalam bentuk indikator kemampuan berpikir kritis.
setiap langkah dengan seksama untuk membuktikan Jawaban mahasiswa kemudian dinilai berdasarkan standar
apakah rencana penyelesaian masalah sudah benar. intelektual bernalar Paul & Elder (2010) dengan
4) Memeriksa kembali hasil penyelesaian (look back at menggunakan metode skoring.
the completed solution), individu memeriksa atas apa Gambaran kemampuan berpikir kritis yang diperoleh
yang dilakukan dari langkah pertama sampai langkah dalam suatu forum melalui penelitian-penelitian akan
ketiga. Solusi yang sesuai dengan masalah yang sangat membantu dalam mendesain perangkat
diberikan akan diperoleh dengan pemeriksaan pembelajaran. Penelitian-penelitian terdahulu yang
kembali. bertujuan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa antara lain Maguna (2016), Kurniasih (2010),
Permasalahan Lingkungan dan Bempah, Ismail, & Yahya (2014).
Lingkungan hidup dan manusia tidak dapat dipisahkan, Penelitian Maguna (2016) mendeskripsikan
keduanya membentuk hubungan timbal balik. Undang- kemampuan berpikir kritis mahasiswa fisika tahun
Undang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang angkatan 2014 pada materi listrik dinamis. Indikator
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah berpikir kritis yang digunakan adalah indikator sistematis
menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan Anggelo (1995) yang meliputi keterampilan menganalisis,
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk keterampilan mensintesis, keterampilan mengenal dan
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, serta
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan keterampilan mengevaluasi atau menilai. Instrumen
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis materi
hidup lain. Adapun Rusdina (2015) menyatakan bahwa listrik dinamis yang dibuat dalam bentuk lima soal uraian
manusia mempunyai pengaruh penting dalam mengacu pada indikator sistematis Anggelo. Hasil
kelangsungan ekosistem habitat manusia itu sendiri, penelitiannya menunjukkan bahwa masing-masing
tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan indikator berpikir kritis yang diteliti berada pada kategori
tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh sangat kurang kritis.
bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Maka, dapat Penelitian Kurniasih (2010) mendeskripsikan
dikatakan bahwa masalah-masalah lingkungan yang terjadi penjenjangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa prodi
pada dasarnya berkaitan erat dengan perilaku/ kegiatan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam
manusia. menyelesaikan masalah matematika. Penjenjangan
Permasalahan lingkungan akan selalu ada selama kemampuan berpikir kritis disusun menggunakan model
manusia itu hidup. Oleh karena itu manusia perlu memiliki berpikir kritis Paul dan Elder yaitu standar intelektual
pengetahuan-pengetahuan terkait lingkungan. Manusia bernalar dan elemen bernalar. Prosedur pengumpulan data
juga harus mampu berpikir kritis dalam menghadapi terdiri dari validasi, pembelajaran Problem Based
berbagai macam permasalahan lingkungan, terutama Learning, tes tertulis dan wawancara berbasis tugas.
lingkungan di sekitarnya tinggal.
Simpulan penelitian ini adalah tingkat kemampuan berpikir
kritis mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
matematika hanya sampai tingkat kemampuan berpikir
38 BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi 11(1): 35-39, Februari 2018

kritis 3 (kritis) dan tidak sampai pada tingkat kemampuan Kemenkopmk. (2009). Undang-Undang Republik
berpikir kritis 4 (sangat kritis). Indonesia Nomor 32 tentang Perlindungan dan
Adapun penelitian Bempah, Ismail, dan Yahya (2014) Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
menganalisis kemampuan berpikir kritis matematika Paul, R. & Elder, L. (2008). The Miniature Guide to Critical
mahasiswa jurusan pendidikan matematika pada mata Thinking Concepts and Tools (Fifth Edition).
kuliah kalkulus I materi Limit Fungsi. Indikator yang Foundation for Critical Thinking Press.
digunakan untuk menggambarkan kemampuan berpikir Kurniasih, A. W. (2010, November). Penjenjangan
kritis matematika mahasiswa antara lain kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi
identifikasi masalah, analisis, sintesis, inferensi, dan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam
evaluasi. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, Menyelesaikan Masalah Matematika. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
tes tertulis, dan wawancara untuk memperdalam infomasi
Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNY,
mengenai kemampuan berpikir kritis matematika
Yogyakarta.
mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Liliasari. (2001). Model Pembelajaran IPA untuk
kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
tergolong sedang. Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era
Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA 2 (1), 55.
KESIMPULAN Maguna, A., Darsikin, & Pasaribu, M. (2016).
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru
Kemampuan berpikir kritis adalah modal penting bagi Pada Materi Kelistrikan (Studi Deskriptif pada
setiap individu. Adapun individu dan lingkungan memiliki Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
hubungan yang erat. Masalah-masalah lingkungan pada Universitas Tadulako Tahun Angkatan 2014). Jurnal
dasarnya berkaitan dengan kegiatan manusia. Solusi atas Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4 (3), 46.
permasalahan lingkungan tersebut dapat diwujudkan Paul, R. (1993). Critical Thinking: What Every Person
melalui berpikir yang kritis. Kemampuan berpikir kritis Needs to Survive in a Rapidly Changing World.
setiap individu adalah berbeda-beda. Maka, penting untuk Retrieved from
mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis individu http://www.criticalthinking.org/pages/richard-paul-
dalam suatu forum. Identifikasi gambaran kemampuan anthology/1139
berpikir kritis dapat dilakukan melalui pemberian masalah Paul, R. & Elder, L. (1997). The Elements of Reasoning.
yang disajikan dalam bentuk tugas tertulis. Tugas tertulis Retrieved from
memuat pertanyaan-pertanyaan terkait wacana yang berisi http://www.criticalthinking.org/pages/the-elements-
isu lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut memuat of-reasoning-and-the-intellectual-standards/480
elemen-elemen bernalar Paul dan Elder (1997) dan disusun Paul, R. & Elder, L. (2008). The Miniature Guide to Critical
berdasarkan sintak penyelesaian masalah Polya (1973). Thinking Concepts and Tools (Fifth Edition).
Elemen-elemen bernalar Paul dan Elder (1997) diterapkan Foundation for Critical Thinking Press.
dalam tugas tertulis dalam bentuk indikator kemampuan Paul, R. & Elder, L. (2010). Universal Intellectual
berpikir kritis. Jawaban mahasiswa kemudian dinilai Standards. Retrieved from
berdasarkan standar intelektual bernalar Paul & Elder http://www.criticalthinking.org/pages/universal-
(2010). Gambaran kemampuan berpikir kritis yang intellectual-standards/527
diidentifikasi melalui pemberian masalah lingkungan Perkins, C. & Murphy, E. (2006). Identifying and
diharapkan dapat menjadi dasar untuk desain measuring individual engagement in critical thinking
pengembangan perangkat pembelajaran bagi mahasiswa in online discussions: An exploratory case study.
Pendidikan Biologi terkait mata kuliah Pengetahuan Educational Technology & Society, 9 (1), 298-307.
Lingkungan. Retrieved from http://www.ifets.info/
journals/9_1/24.pdf.
DAFTAR PUSTAKA Polya, G. (1973). How to Solve It a New Aspect of
Mathematical Method. New Jersey: Princeton
Bempah, H. O. (2014). Analisis Kemampuan Berpikir University Press.
Kritis Matematika Mahasiswa Jurusan Pendidikan Rizky, I. (2014). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Matematika Pada Mata Kuliah Kalkulus I Materi Siswa Dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Limit Fungsi. Retrieved from (Video) Pada Materi Minyak Bumi. Skripsi
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIPA/article/view/11 dipublikasikan. Jakarta: Universitas Syarif
537 Hidayatullah.
Fithriyah, I., Sa’dijah, C., & Sisworo. (2016, Maret). Rusdina, A. (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX- Upaya Membudayakan Pengelolaan Lingkungan yang
D Smpn 17 Malang. Prosiding Konferensi Nasional Bertanggung Jawab. ISSN 1979-8911, 249.
Penelitian Matematika dan Pembelajarannya Sari, W. R., Amirudin, A., & Soetjipto. (2013). Penerapan
(KNPMP I), Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Model Pembelajaran Problem Solving dalam
Kemendikbud. (2014). Salinan Peraturan Menteri Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Berfikir Kritis dan Hasil Belajar. Retrieved from
Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel8F05625A1E
Pendidikan Tinggi. Jakarta. 0E20743695AD9D7501E114.pdf.
Santi, Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Biologi melalui Penyelesaian Masalah Lingkungan 39

Scriven, M., & Paul, R. (1987). Critical Thinking as


Defined by the National Council for Excellence in
Critical Thinking. Retrieved from
http://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-
thinking/766.
Winarsih,Y., Akhidinirwanto, R. W., & Ngazizah, N.
(2014). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Aktif Tipe Card Sort pada Kelas VIII B MTs
Tarbiyatul ‘Ulum Tirtomoyo Poncowarno. Jurnal
Radiasi, 4 (1), 69.

You might also like