Professional Documents
Culture Documents
8000 61 24540 1 10 20190618 PDF
8000 61 24540 1 10 20190618 PDF
ABSTRACT
Tempe waste water contains high organic matter because the raw material used to making
tempe (soybean) containing protein. If tempe waste water thrown away directly into environment, it
would cause water pollution, destroy the habitat of aquatic biota and causing foul odor. One of the
easy efforts to reduce the impact is using phytoremediation. The aim of this research was to know the
best treatment to decrease parameter such as BOD, COD, TSS, pH, turbidity and N of the tempe
waste water by aquatic plants, i.e. water hyacinth (Eg), water spinach (Ka) and water lettuce (Ki).
The research was conducted in laboratory experiment scale using aquarium with length of 40 cm,
width of 15 cm and tall of 25 cm to each treatment with 3 replications. The data were analyzed
descriptively. It was to determined the best treatment of the aquatic plant that has highest efficiency to
decrease negatively parameter of waste water quality. The result showed that the applied of water
hyacinth (Eg) was the best treatment in decreasing parameter of tempe waste water quality with
efficiency value, such as turbidity of 85.03%; TSS of 66.44%; COD of 59.11%; BOD of 77.91% and
N of 61.77%.
Keywords: phytoremediation, tempe waste water, water hyacinth, water lettuce, water spinach
16
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
17
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
Pada setiap perlakuan terdapat 3 kali Nilai awal = Nilai parameter sebelum
pengulangan sehingga total akuarium yang perlakuan
digunakan adalah 12 buah. Limbah cair Nilai akhir = Nilai parameter setelah
tempe hasil perebusan dan perendaman perlakuan
kedelai yang digunakan pada masing-
masing akuarium yaitu 10 liter dengan
perbandingan 1:1. Tanaman yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan pada perlakuan Eg (eceng
gondok), Ki (kiambang), dan Ka Karakteristik Limbah Cair Tempe
(kangkung air) untuk masing masing Karakteristik limbah cair pembuatan
akuarium sebanyak 300 gram. tempe yang dihasilkan dari proses
perebusan dan perendaman kedelai dapat
Pengukuran Parameter Kualitas Air diketahui dengan cara melakukan
Pada penelitian ini digunakan pengukuran parameter kimia dan fisika
beberapa parameter pengukuran kualitas limbah cair pada salah satu industri tempe.
limbah cair selama proses fitoremediasi. Karakteristik limbah cair pembuatan
Pengukuran parameter-parameter kualitas tempe kedelai ditunjukkan pada Tabel 1.
air untuk parameter COD, BOD, dan N
(Sugiharto, 1987) dilakukan pada awal dan Tabel 1. Karakteristik limbah cair pembuatan
akhir perlakuan proses fitoremediasi untuk tempe kedelai
mengetahui karakteristik awal dan akhir Baku
No. Parameter Nilai Satuan
limbah cair. Pengukuran parameter pH, mutu*
TSS, dan kekeruhan (Sugiharto, 1987) 1 BOD 300 4200,50 mg/l
dilakukan setiap hari selama proses 2 COD 150 22500 mg/l
fitoremediasi. 3 Rasio 0,18
BOD/COD
Metode Analisis Data 4 TSS 100 4530 mg/l
Analisis penurunan kandungan 5 Kekeruhan 1410 NTU
polutan limbah cair pembuatan tempe 6 pH 6-9 4,5
dilakukan dengan cara mengamati
7 Nitrogen 64,7 mg/l
penurunan nilai parameter kulaitas air,
kemudian dihitung nilai efisiensinya. Nilai Keterangan:
BOD: Biochemical Oxygen Demand
efisiensi dilakukan untuk mengetahui COD: Chemical Oxygen Demand
efisiensi penurunan konsentrasi kandungan TSS: Total Suspended Solid
limbah cair dengan menggunakan *Permen LH No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
perhitungan efisiensi. Parameter yang Air Limbah.
dihitung nilai efisiensinya yaitu TSS,
kekeruhan, BOD, COD, dan N (Kristanto, Tabel 1 menunjukkan limbah cair
2002). Efisiensi parameter TSS, pembuatan tempe dari proses perebusan
kekeruhan, BOD, COD, dan N dapat dan perendaman kedelai tidak sesuai
dihitung menggunakan persamaan sebagai dengan standar baku mutu yang telah
berikut: ditetapkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
Eff (%) =
Nilai awal−Nilai akhir
x100% 2014 (Permen LH, 2014). Limbah cair
Nilai awal pembuatan tempe hasil proses perebusan
dan perendaman kedelai tersebut tidak
Keterangan: layak untuk dibuang secara langsung ke
Eff (%) = Efisiensi lingkungan karena melebihi ambang batas.
18
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
1400
Kekeruhan (NTU)
100
1200
80 1000
60 800
600
40
400
20 200
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke- Hari Ke-
Gambar 1. Perubahan persentase jumlah daun
Gambar 2. Penurunan nilai kekeruhan Ko ( ),
pada Eg ( ), Ki ( ) , dan
Eg ( ) , Ki ( ) dan Ka ( ).
Ka ( )
60%
mati pada hari ke 10. Kematian pada
ketiga tanaman ini diduga dikarenakan 40%
oleh syarat tumbuh pada masing masing
20% -2,08%
tanaman yang belum memenuhi syarat
pada metode fitoremediasi dengan sistem 0%
tampungan, sehingga tanaman tidak Ko Eg Ki Ka
mampu bertahan lebih lama. -20%
Gambar 3. Efisiensi penuruan kekeruhan oleh Ko
Parameter Kualitas Air (kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
Kekeruhan (kiambang), Ka (kangkung air)
Kekeruhan digambarkan sebagai
sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
19
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
Efesinesi (%)
50%
besar terhadap bahan pencemar oleh
40%
tanaman eceng gondok. Bahan-bahan
organik maupun anorganik di dalam air 30%
dapat direduksi oleh mikroba rizhosfera 20%
yang ada pada akar eceng gondok. Pada 10%
-1,05%
akar tanaman bahan pencemar diserap dari 0%
perairan dan sedimen kemudian -10% Ko Eg Ki Ka
diakumulasikan bahan terlarut ke bagian
tanaman yang lain Gambar 5. Efisiensi penurunan nilai TSS oleh Ko
(kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
TSS (Total Suspended Solid) (kiambang), Ka (kangkung air)
TSS merupakan padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, Gambar 5 menunjukkan nilai
dan tidak dapat langsung mengendap. TSS efisiensi pada perlakuan menggunakan
diukur berdasarkan berat kering partikel eceng gondok memiliki nilai efisiensi yang
yang terperangkap pada filter, umumnya lebih tinggi yaitu 66,44% daripada
filter yang digunakan memiliki ukuran pori perlakuan menggunakan kontrol,
dengan diameter 0,45 µm (Kristanto, kiambang dan kangkung air berturut-turut
2002). sebesar -1,05%; 50,44% dan 62,03%.
Penurunan nilai TSS terbesar ada pada
5000 perlakuan eceng gondok. Hal ini
dikarenakan penurunan nilai TSS
Total suspended solid (mg/l)
4500
4000 dipengaruhi oleh kemampuan dari
3500 tanaman dalam melakukan penyerapan dan
3000 transpirasi. Transpirasi ini dipengaruhi
2500 oleh luas permukaan daun pada tanaman.
2000 Proses transpirasi terjadi karena adanya
1500 penguapan air dari permukaan sel mesofil
1000 yang basah dan uapnya akan keluar
500 melalui stomata yang terdapat pada
0 permukaan daun (Siswoyo et al., 2009)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Luas permukaan daun pada tanaman eceng
Hari ke-
gondok adalah yang terbesar dari ketiga
Gambar 4. Penurunan nilai TSS oleh Ko ( ), tanaman yang lain.
Eg ( ) , Ki ( ) dan Ka ( ) Lebar daun rata-rata eceng gondok
adalah 9 cm, sedangkan lebar daun
20
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
kangkung rata-rata adalah 5 cm. Adapun menyerapbahan organik dari perairan dan
lebar daunnya rata-rata adalah 2 cm. sedimen kemudian mengakumulasikan
bahan terlarut ini ke dalam struktur
pH tubuhnya (Rukmi, 2013).
pH (puissance negative de H) adalah
suatu tingkatan untuk menyatakan derajat COD (Chemical Oxygen Demand)
keasaman di dalam air. Perubahan pH di COD menunjukkan jumlah oksigen
dalam air dapat berpengaruh terhadap dalam ppm atau miligram per liter yang
aktivitas biota atau mikroorganisme yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk
ada di dalam air (Kordi et al., 2007). mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi yang terdapat di dalam air.
Bahan-bahan organik tersebut pada
8 umumnya tidak mengalami penguraian
7 biologis secara cepat seperti pada
6
5 pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-
senyawa organik tersebut juga ikut
pH
4
3 menurunkan kualitas air (Kristanto, 2002).
2 Diagram efisiensi nilai COD pada limbah
1
0 cair pembuatan tempe selama proses
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 fitoremediasi ditunjukkan pada Gambar 8.
Hari ke-
70%
Gambar 7. Perubahan nilai pH TSS (total soluble 59,11%
solid) oleh Ko ( ), Eg ( ), 60% 53,77%
Ki ( ) dan Ka ( ) 49,77%
50%
Efisiensi (%)
21
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
40%
20%
5,06% 30%
19,16%
0% 20%
Ko Eg Ki Ka 10%
Gambar 9. Efisiensi penurunan nilai BOD oleh Ko 0%
(kontrol), Eg (eceng gondok), Ki Ko Eg Ki Ka
(kiambang), Ka (kangkung air)
Gambar 10. Efisiensi perubahan nilai N oleh Ko
Nilai efisiensi penurunan pada (kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
(kiambang), Ka (kangkung air).
perlakuan Ko adalah sebesar 5,06%; pada
perlakuan Eg sebesar 77,91%; pada
Gambar 10 menunjukkan nilai
perlakuan Ki sebesar 71,41% dan pada
efisiensi terbesar dalam penurunan kadar
perlakuan Ka sebesar 74,50%. Perlakuan
N pada limbah cair pembuatan tempe
(Eg) memiliki nilai efisiensi penurunan
setelah proses fitoremediasi adalah pada
BOD paling besar dari perlakuan (Ki) dan
perlakuan Eg dengan nilai sebesar 61,77%.
(Ka). Hal ini dikarenakan Eceng gondok
Pada perlakuan Ko, Ki dan Ka nilai
diduga memiliki kemampuan yang lebih
efisensi penurunan kadar N adalah sebesar
baik dalam menurunkan nilai BOD pada
19,16%; 56,08% dan 59,90%.
limbah cair. Rukmi (2013) juga
menyatakan bahwa eceng gondok
Nilai Efisiensi Parameter Kualitas Air
memiliki kemampuan ganda yakni
Nilai efisiensi digunakan untuk
menyerap berbagai bahan organik dalam
mengetahui besarnya tingkat penurunan
bentuk ion hasil pemecahan
22
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
23
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
24