You are on page 1of 11

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP


STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI 61 SINGKAWANG

Oleh :

Yusella Sukmarenis
NIM. 20132120568

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing I

Sopiyandi, S.Gz, MPH


NIP. 1978 0808 1999 031001
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP
STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI 61 SINGKAWANG

(Relationship Of Breakfast Habits And Energy Consumption On Nutritional


Status Of Students In SD Negeri 61 Singkawang)

Yusella Sukmarenis1), Sopiyandi2), Nopriantini3)

ABSTRACT

Background : There are still many residents of Indonesia who have not implement
the behavior of a healthy breakfast yet, especially school-age children. When healthy
breakfast habit is not cultivated from an early age will have a negative impact on
thinking ability, physical ability, nutritional status and health of the future generation.
RISKESDAS results in 2013 mentioned in the national prevalence of underweight
(according to BMI / U) in children aged 5-12 years is 11.2%. The province of West
Kalimantan had a prevalence of 12.7%. The survey data beginning in SD Negeri 61
Singkawang Timur 2016 the prevalence of underweight nutritional status is 10.8%,
the prevalence of normal nutrition status 81.1%, while the prevalence of nutritional
status overweight by 8.1%.
Purpose : To examine the relatonship of breakfast habits and energy consumption
to nutritional status in SD Negeri 61 Singkawang.
Method : This study was conducted in SD Negeri 61 Singkawang. The research
design was cross-sectional sample for research are students who are in SD Negeri
61 Singkawang with the number of 65 people.
Results: There is a relationship between energy intake and nutritional status. Most
normal nutritional status, namely (58.5%).
Conclusion : There is no a relationship between breakfast habits on the nutritional
status of children SD Negeri 61 Singkawang and there is a relationship between the
energy consumption on the nutritional status of children in SD Negeri 61
Singkawang.

Keywords: Habits breakfast, Energy Consumption, Nutritional Status

ABSTRAK

Latar belakang : masih banyak penduduk Indonesia yang belum menerapkan


perilaku sarapan sehat terutama anak usia sekolah. Bila kebiasaan sarapan sehat
tidak dibudayakan sejak dini akan berdampak buruk pada kemampuan berpikir,
kemampuan fisik, status gizi dan kesehatan generasi penerus bangsa. Data
RISKESDAS pada tahun 2013 disebutkan secara nasional prevalensi kurus
(menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2%. Sedangkan Provinsi
Kalimantan Barat memiliki prevalensi sebesar 12,7%. Data survei awal di SD Negeri
61 Singkawang Timur tahun 2016 prevalensi status gizi kurus sebesar 10,8%,
prevalensi satatus gizi normal sebesar 81,1%, sedangkan prevalensi status gizi
gemuk sebesar 8,1%.
Tujuan : Mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dan konsumsi energi terhadap
status gizi di SD Negeri 61 Singkawang.
Metode penelitian : Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 61 Singkawang. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional Sampel penelitian adalah siswa
yang berada di SD Negeri 61 Singkawang dengan jumlah 65 orang.
Hasil : Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Sebagian besar
status gizi normal yaitu (58,5%).
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan terhadap status gizi
anak SD Negeri 61 Singkawang dan ada hubungan antara konsumsi energi
terhadap status gizi anak SD Negeri 61 Singkawang.

Kata Kunci : Kebiasaan Sarapan, Konsumsi Energi, Status Gizi

PENDAHULUAN persen siswa yang biasa sarapan,


Sarapan adalah kegiatan makan mempunyai status gizi normal.
dan minum yang dilakukan antara Sedangkan 75 persen siswa yang
bangun pagi sampai jam 9 untuk tidak biasa sarapan pagi sebagian
memenuhi sebagian kebutuhan gizi besar mempunyai status gizi yang
harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam tidak normal.
rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, Hasil RISKESDAS pada tahun
dan produktif (Pergizi Pangan, 2013). 2013 disebutkan prevalensi kurus
Sarapan yang baik terdiri dari pangan (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12
karbohidrat, pangan lauk-pauk, tahun Provinsi Kalimantan Barat
sayuran atau buah-buahan dan memiliki prevalensi sebesar 12,7%.
minuman (Kemenkes, 2014). Sementara masalah gemuk memiliki
Sartika (2012) mengatakan prevalensi sebesar 21,5%
sarapan pagi bagi anak usia sekolah (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan
sangat penting karena waktu sekolah hasil survei pendahuluan yang telah
adalah penuh aktivitas yang dilakukan pada siswa/i SD Negeri 61
membutuhkan energi dan kalori yang Singkawang prevalensi status gizi
cukup besar. Sarapan harus kurang sebesar 10,8%, prevalensi
memenuhi total kalori kebutuhan anak satatus gizi normal sebesar 81,1%,
setiap hari. Berdasarkan hasil sedangkan prevalensi status gizi lebih
penelitian Dewi (2014) tentang sebesar 8,1%. Berdasarkan data
gambaran status nutrisi, konsumsi tersebut, peneliti ingin mengetahui
sarapan, dan cemilan pada siswa bagaimana hubungan “kebiasaan
sekolah dasar negeri 1 di Kabupaten sarapan dan konsumsi energi
Gianyar Bali hampir semua (91,8%) terhadap Status Gizi Anak di SD
sampel sarapan, sedangkan sisanya Negeri 61 Singkawang”.
(8,2%) tidak sarapan. Pada sampel
yang tidak melakukan perilaku METODE PENELITIAN
sarapan, diperoleh distribusi Penelitian ini termasuk penelitian
persentase status gizi kurang yang Observasional dengan pendekatan
paling tinggi yaitu sebesar (85,7%) secara Cross Sectional. Adapun
(Dewi & Seriani, 2014). pengambilan data ini di SD Negeri 61
Kemudian dalam penelitian Singkawang pada bulan Juli 2016
Ahmad, dkk, (2011) tentang hubungan selama 5 hari. Populasi penelitian
kebiasaan sarapan pagi dan jajan adalah seluruh anak sekolah di SD
dengan status gizi anak sekolah dasar Negeri 61 Singkawang yang berjumlah
di SD Negeri Kledokan Depok Sleman 183 orang. Besar sampel merupakan
Yogyakarta, sebagian besar 59,1 bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Data status gizi diperoleh dari
Setelah dilakukan perhitungan maka hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh
diperoleh jumlah sampel penelitian Menurut Umur (IMT/U) menggunakan
sebanyak 65 orang. WHO 2005.
Untuk menetukan sampel - Kode 1 : Kurus, apabila z-score <
masing-masing angkatan ditentukan -3 SD sampai < -2 SD
secara proporsional. Sampel dalam - Kode 2 : Normal, apabila z-score
penelitian ini adalah anak sekolah -2 SD sampai 1 SD
yang memenuhi kriteria: 1) Siswa - Kode 3 : Gemuk, apabila z-score
sekolah dasar kelas 1, 2, 3, 4 dan 5, >1 SD
kemudian 2) Bersedia untuk dijadikan
sampel penelitian, dan 3) Hadir pada Data konsumsi energi diperoleh
saat penelitian berlangsung. dengan menggunakan food recall
Teknik pengumpulan data selama 2 hari (2 x 24 jam) kemudian
gambaran sekolah diperoleh dari profil dirata-ratakan dan dibandingkan
sekolah SD Negeri 61 Singkawang. dengan AKG. Menurut Supariasa,
Data karakteristik sampel meliputi (2012), klasifikasi tingkat konsumsi
identitas sampel dan tentang sarapan, dibagi menjadi empat dengan cut off
didapat dengan menggunkan alat point masing-masing sebagai berikut :
bantu kuesioner. Data mengenai - Baik : > 100 % AKG
konsumsi energi selama 2 x 24 jam - Sedang : 80-99 % AKG
diperoleh melalui wawancara dengan - Kurang : 70-80 % AKG
menggunakan lembar Food Recall. - Defisit : < 70 % AKG
Data status gizi diperoleh dengan cara Kemudian untuk menentukan
melakukan pengukuran antropometri asupan energi defisit atau tidak defisit,
yang meliputi berat badan, tinggi maka diberi kode sebagai berikut :
badan, kemudian dihitung berdasarkan - Kode 1 : Defisit, bila < 70% dari
Indeks Massa Tubuh (IMT/U) dan AKG
klasifikasikan menjadi Status gizi - Kode 2 : Tidak Defisit, bila >
kurang, apabila z-score < -3 SD 70% dari AKG
sampai dengan < -2 SD. Status gizi Data disajikan dalam bentuk tabel dan
baik, apabila z-score -2 SD sampai 1 dianalisis secara deskriptif.
SD. Status gizi lebih, apabila z-score >
1 SD. HASIL
Teknik pengolahan dan analisis Gambaran Umum Lokasi Penelitian
data gambaran umum lokasi penelitian Sekolah Dasar Negeri 61
disajikan dalam bentuk paragraf. Data Singkawang berlokasi di Jl. Bhakti
gambaran umum sampel disajikan Nyata Kel. Pajintan Kec. Singkawang
dalam bentuk tabel dan dianalisis Timur, dan berada di tengah-tengah
secara deskriptif. Data kebiasaan lingkungan warga. Sebelumnya adalah
sarapan, dilakukan dengan SD Negeri 01 Singkawang Timur,
wawancara menggunakan kuesioner. pada tanggal 07 April 2016 dalam SK
Dengan hasil tidak biasa sarapan dan Wali Kota Singkawang dengan Nomor:
biasa sarapan, kemudian diberi kode 421.2/89/DIKDAS-C tahun 2016
yaitu: tentang penomoran ulang Sekolah
- Kode 1 : Tidak Biasa sarapan, Dasar Negeri di wilayah kota
jika < 4x seminggu Singkawang, dan diberlakukan pada
- Kode 2 : Biasa sarapan, jika > 4x tanggal 01 Juli 2016. Sekolah ini
seminggu memiliki fasilitas antara lain 9 ruang
kelas belajar, 2 ruang agama, 1 ruang Umur
KS, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 Berdasarkan umur sampel,
ruang perpustakaan, 2 wc guru, dan 5 persentase yang paling tinggi yaitu
wc siswa. Jumlah tenaga pengajar sampel berumur 6-9 tahun sebanyak
guru dan jenjang pendidikan tertinggi 33 orang (50,7%). Distribusi
di Sekolah Dasar Negeri 61 berdasarkan umur dapat dilihat pada
Singkawang terdiri dari 14 guru tabel 2.
pengajar tetap dengan jenjang
pendidikan S1. Jumlah murid di Tabel 6. Distribusi Sampel
Sekolah Dasar Negeri 61 Singkawang Berdasarkan Umur di SDN 61
183 orang. Singkawang Tahun 2016
Jam belajar para siswa di Umur Jumlah Persentase
Sekolah Dasar Negeri 61 Singkawang (Tahun) (n) (%)
dimulai pada jam 07.00-11.00 WIB. 6-9 33 50,8
Para siswa istirahat pada pukul 09.00 10-12 32 49,2
WIB. Pada saat pagi hari sebelum
Total 65 100,0
masuk sekolah dan waktu istirahat
biasanya para siswa membeli jajanan
di warung atau kantin di luar sekolah Berat Badan
yang berada tidak jauh dari lingkungan Berdasarkan berat badan (BB)
sekolah. Jajanan yang biasa di beli sampel, persentase yang paling tinggi
oleh para siswa berupa nasi goreng, yaitu pada kelompok berat badan 22-
nasi kuning, nasi uduk, sop/mie. Selain 26 kg sebanyak 39 orang (60,0%).
itu ada juga berbagai minuman seperti Distribusi sampel berdasarkan berat
es tahu, es kacang ijo, pop ice, dan badan dapat dilihat pada tabel 3.
gorengan seperti tempe, bakwan dan
berbagai snack ringan. Harga Tabel 7. Distribusi Sampel
makanan tersebut juga murah Berdasarkan Berat Badan (BB) di SDN
sehingga sesuai dengan uang saku 61 Singkawang Tahun 2016
para siswa. Berat Badan Jumlah Persentase
(Kg) (n) (%)
Gambaran Umum Sampel 22-26 39 60,0
Jenis Kelamin 27-31 12 18,4
Berdasarkan sampel yang 32-36 4 6,2
diambil dalam penelitian, persentase 37-41 5 7,7
yang paling tinggi yaitu sampel
42-46 1 1,5
berjenis kelamin perempuan sebanyak
47-51 2 3,1
35 orang (53,8%). Distribusi
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat 52-56 2 3,1
pada tabel 1. Total 65 100,0

Tabel 5. Distribusi Sampel Tinggi Badan


Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 61 Berdasarkan tinggi badan (TB)
Singkawang Tahun 2016 sampel, persentase yang paling tinggi
Jenis Jumlah Persentase yaitu pada kelompok tinggi badan
kelamin (n) (%) dengan rentang 133-136 cm sebanyak
Perempuan 35 53,8 22 orang (33,8%). Distribusi sampel
Laki-laki 30 46,2
berdasarkan tinggi badan dapat dilihat
pada tabel 4.
Total 65 100,0
Tabel 8. Distribusi Sampel sebesar 21,5 persen (RISKESDAS,
Berdasarkan Tinggi Badan di SDN 61 2013).
Singkawang Tahun 2016 Hasil penelitian yang dilakukan di
Sekolah Dasar Negeri 61 Singkawang
Tinggi Jumlah Persentase
Badan (Cm) (n) (%) pada tahun 2016 prevalensi status gizi
125-128 8 12,3 kurus (menurut IMT/U) anak umur 6-
12 tahun adalah 38,5%, status gizi
129-132 9 13,9
normaladalah 58,5%, dan prevalensi
133-136 22 33,8
status gizi gemuk adalah 3,1%.
137-140 13 20,0 Dilihat dari hasil analisis tersebut
141-144 3 4,6 ternyata sebagian besar status gizi
145-148 7 10,8 siswa SDN 61 Singkawang sudah
149-152 2 3,1 baik. Tetapi masih ada beberapa
153-156 1 1,5 siswa yang memiliki masalah gizi
Total 65 100,0 kurang. Dibandingkan dengan
prevalensi kurus secara nasional
Status Gizi (11,2%), prevalensi kurus di SD Negeri
Sebagian besar sampel memiliki 61 Singkawang lebih besar yaitu
status gizi normal yaitu sebanyak 38 38,5%. Untuk menentukan status gizi
orang (58,5%). Kemudian status gizi maka dilakukan penilaian secara
kurus sebanyak 25 orang (38,5%). antropometri dengan Indeks Masa
Sedangkan status gizi gemuk Tubuh menurut Umur (IMT/U) melalui
sebanyak 2 orang (3,0%). pengukuran berat badan dengan
Status gizi adalah keadaan tubuh satuan (kg) dan tinggi badan dengan
sebagai akibat konsumsi makanan dan satuan (cm).
penggunaan zat-zat gizi dibedakan
antara status gizi kurus, normal dan Kebiasaan Sarapan
normal. Status gizi merupakan Kebiasaan Sarapan adalah
keadaan kesehatan tubuh seseorang mengkonsumsi makanan yang
atau kelompok orang yang diakibatkan mengandung nilai gizi di pagi hari
oleh konsumsi, penyerapan dan sebelum berangkat sekolah yang
penggunaan zat gizi seseorang atau dilakukan lebih dari 4 kali seminggu.
kelompok. Maka dapat diketahui Hasil analisa menunjukkan bahwa
apakah seseorang atau sekelompok sebagian besar responden tidak biasa
orang tersebut status gizinya baik atau sarapan dengan persentase 66,2%.
tidak. Masalah gizi timbul sebagai Kemudian yang biasa sarapan
akibat konsumsi makanan yang tidak sebanyak 22 orang dengan
memberikan masukan zat gizi sesuai persentase 33,8%.
kebutuhan gizi (Almatsier, 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Konsumsi Energi
(RISKESDAS) pada tahun 2013 Hasil analisa menunjukkan
disebutkan secara nasional prevalensi bahwa sebagian besar responden
kurus (menurut IMT/U) pada anak sudah memiliki asupan energi yang
umur 5-12 tahun adalah 11,2% dan baik atau tidak defisit sebanyak 42
masalah gemuk pada anak umur 5-12 orang dengan persentase 64,6%.
tahun masih tinggi yaitu 18,8%. Sedangkan yang memiliki asupan
Sedangkan Provinsi Kalimantan Barat defisit sebanyak 23 orang dengan
memiliki prevalensi kurus sebesar persentase 35,4%.
12,7% dan gemuk memiliki prevalensi
Tempat Makan nilai p value = 0,396 lebih besar dari α
Hasil analisa menunjukkan = 0,05 dengan demikian dapat
bahwa Sebagian besar sampel lebih disimpulkan bahwa tidak ada
sering makan dirumah yaitu sebanyak hubungan antara kebiasaan sarapan
60 orang (92,3%). Kemudian yang dengan status gizi di SD Negeri 61
lebih sering makan di kantin sekolah Singkawang. Penelitian yang
hanya 5 orang dengan persentase dilakukan oleh Ethasari (2014), juga
7,7%. menyatakan tidak ada hubungan
antara kebiasaan sarapan dengan
Membawa Bekal status gizi, karena status gizi
Hasil analisa menunjukkan dipengaruhi oleh asupan gizi terhadap
bahwa sebagian besar sampel tidak kebutuhan dalam sehari, bukan dari
membawa bekal ke sekolah yaitu jumlah berapa kali sarapan.
sebanyak 56 orang (86,2%), kemudian Hasil analisa univariat
yang membawa bekal sebanyak 9 mendapatkan sebagian besar
orang (13,8%). responden tidak biasa sarapan dengan
prevalensi 66,2%. Sedangkan yang
Sarapan biasa sarapan hanya 33,8%. Pada
Sebagian besar sampel sarapan saat pengambilan data dengan
dibawah jam 9 yaitu sebanyak 35 wawancara melalui kuesioner
orang (53,8%). Kemudian yang makan ditemukan sebagian besar responden
dibawah jam 9 sebanyak 30 orang sudah makan sebelum jam 9
(46,2%). sebanyak 35 orang (53,8%) dan
sebanyak 30 orang (46,2%) tidak
Hubungan Kebiasaan Sarapan sarapan. Tetapi dari 30 orang anak
dengan Status Gizi yang tidak sarapan tersebut sebanyak
Sampel yang memiliki status gizi 9 orang (13,8%) mereka membawa
kurus sebagian besar terdapat pada bekal ke sekolah dan
yang tidak biasa sarapan sebanyak 19 mengkonsumsinya ketika istirahat
orang dengan persentase 44,2%. pada pukul 09.00 pagi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Menurut Kebiasaan Sarapan Terhadap Status


Gizi di SDN 61 Singkawang Tahun 2016
Status Gizi
Kebiasaan Total
Kurus Normal Gemuk Nilai p
Sarapan
n % n % n % n %
Tidak Biasa 19 44,2 23 53,5 1 2,3 43 100 0,396
Biasa 6 27,3 15 68,2 1 4,5 22 100

Hasil uji Chi-Square Diduga ada faktor lain yang


menunjukkan bahwa tidak ada mempengaruhi sehingga kebiasaan
hubungan yang bermakna antara sarapan tidak ada hubungannya
kebiasaan sarapan dengan status gizi dengan status gizi, seperti halnya
dengan nilai p = 0,396 (nilai p > 0,05). responden yang tidak sarapan tetapi
Hasil uji statistik dengan membawa bekal kesekolah dan
menggunakan uji Chi-square diperoleh mengkonsumsinya ketika istirahat
pada pukul 09.00. Bekal yang mereka Hasil uji Chi-Square
bawa dapat memberikan asupan menunjukkan adanya hubungan
energi untuk membantu memenuhi bermakna antara konsumsi energi
kebutuhan energi sehari. Meskipun dengan status gizi dengan nilai
mereka tidak termasuk dalam kategori p=0,004 (nilai p < 0,05). Hal ini berarti
sarapan tetapi asupan energi sehari konsumsi energi ada hubungannya
mereka dapat terpenuhi dari makanan terhadap status gizi.
yang mereka bawa. Jika asupan Hasil penelitian berdasar analisis
energi tercukupi maka akan baik pula bivariat didapatkan status gizi kurus
status gizinya. Selain itu, pengetahuan terdapat pada yang memiliki konsumsi
tentang pentingnya sarapan juga energi defisit dengan prevalensi
sangat diperlukan bagi anak sekolah. 65,2%. Status gizi baik terdapat pada
Karena dari data di atas menyebutkan konsumsi energi tidak defisit dengan
bahwa masih banyak siswa yang prevalensi 71,4%. Dan status gizi lebih
belum terbiasa sarapan. Untuk itu terdapat pada konsumsi energi tidak
perlu adanya edukasi mengenai defisit dengan prevalensi 4,8%. Hasil
sarapan dan manfaat sarapan itu uji statistik dengan menggunakan uji
sendiri. Chi-square diperoleh nilai p value =
Naskah Deklarasi Pekan 0,004 lebih kecil dari α = 0,05 dengan
Sarapan Nasional tahun 2013 demikian dapat disimpulkan bahwa
menuliskan bahwa sarapan adalah ada hubungan yang signifikan antara
kegiatan makan dan minum yang konsumsi energi dengan status gizi di
dilakukan antara bangun pagi sampai SD Negeri 61 Singkawang.
jam 9 untuk memenuhi sebagian Hasil penelitian ini memang
kebutuhan gizi harian (15-30% berbeda dengan penelitian Atika, dkk,
kebutuhan gizi) dalam rangka (2015) yang menyatakan bahwa tidak
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan ada hubungan antara asupan energi
produktif. Saat ini masih banyak dengan status gizi. Namun pada hasil
penduduk Indonesia yang belum penelitian Arimurti (2010) menyatakan
menerapkan perilaku sarapan sehat terdapat hubungan yang bermakna
terutama anak usia sekolah, remaja antara asupan energi dan status gizi
dan dewasa usia produktif, dan bila dengan nilai z-score (BB/U). Sebab
kebiasaan sarapan sehat tidak semakin meningkatnya asupan energi,
dibudayakan sejak dini akan akan meningkat pula nilai z-score
berdampak buruk pada kemampuan (BB/U).
berpikir, kemampuan fisik, status gizi Menurut hasil wawancara kepada
dan kesehatan generasi penerus responden melalui kuesioner dan Food
bangsa (Pergizi Pangan, 2013). Recall 2×24 jam, makanan yang biasa
dikonsumsi dirumah maupun bekal
Hubungan Konsumsi Energi dengan untuk sarapan berupa nasi goreng,
Status Gizi nasi dengan sayuran, roti dan biskuit
Sebagian besar sampel dengan bersama teh manis. Jajanan yang
status gizi kurus memiliki asupan biasa dikonsumsi berupa nasi uduk,
defisit sebanyak 15 orang dengan sop (mie), nasi kuning, nasi goreng,
persentase 65,2%. Sedangkan sampel snack ringan dan goreng-gorengan
dengan status gizi normal memiliki (seperti bakwan, tempe goreng). Untuk
asupan tidak defisit sebanyak 30 minuman berupa es tahu, es kacang
orang dengan persentase 71,4%. hijau, es teh dan es sirup kemasan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Dari beberapa makanan tersebut di
tabel 6. atas sebanyak (12,3%) siswa lebih
sering mengkonsumsi nasi goreng, bergizi yang dapat dijual kepada siswa
(10,8%) siswa mengkonsumsi sop lainnya dengan harga sesuai uang
(mie), (6,2%) siswa mengkonsumsi saku siswa. Sekolah bisa membuat
nasi uduk dan nasi kuning. jadwal bagi setiap kelas untuk

Tabel 6. Distribusi Menurut Konsumsi Energi Terhadap


Status Gizi di SDN 61 Singkawang Tahun 2016

Distribusi Menurut KonsumsiStatus


EnergiGizi
Terhadap Status Gizi di SDN 61
Total
Asupan EnergiSingkawang Tahun 2016
Kurus Normal Gemuk Nilai P
n % n % n % n %
Defisit 15 65,2 8 34,8 0 0 23 100
0,004
Tidak defisit 10 23,8 30 71,4 2 4,8 42 100

Selain makanan mereka juga bergiliran mengadakan bazar tersebut


mengkonsumsi minuman yang biasa di dalam seminggu sekali.
beli di kantin, dan (10,8%) siswa Hal ini sangat bermanfaat,
sebagian besar menyukai es tahu. karena diharapkan makanan yang
Asupan energi dari sarapan yang dikonsumsi baik itu sarapan maupun
cukup dapat membantu memenuhi jajanan dapat terjaga kualitas dan
sebagian kebutuhan gizi harian (15- gizinya. Status gizi seseorang sering
30% kebutuhan gizi) sehingga bagi kali dihubungkan dengan asupan
anak sekolah yang biasa sarapan makan sehari-hari. Makanan sehari-
memiliki status gizi yang baik pula hari yang dipilih dengan baik akan
dikarenakan asupan energi sehari memberikan semua zat gizi yang
sudah tercukupi. Lebih baik jika dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
sarapan berupa makanan yang sebaliknya bila makanan tidak dipilih
mengandung zat gizi seperti halnya dengan baik tubuh akan mengalami
makanan yang biasa dikonsumsi oleh kekurangan zat gizi esensial tertentu.
siswa SDN 61 Singkawang, sehingga Fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu
mereka yang biasa sarapan dengan memberi energi, pertumbuhan dan
makanan yang mengandung zat gizi, pemeliharaan tubuh serta untuk
akan memiliki status gizi yang baik mengatur proses tubuh (Almatsier,
pula. 2010).
Hasil wawancara menunjukkan
bahwa masih ada 4,6% mereka yang KESIMPULAN
hanya jajan snack ringan, 1,5%
kerupuk, dan 3,0% minuman-minuman 1. Sebagian besar sampel sudah
kemasan yang tidak memenuhi zat gizi memiliki status gizi baik.
dan kemungkinan adanya bahan- 2. Sebagian besar responden tidak
bahan kimia maupun pengawet yang biasa sarapan.
berdampak buruk bagi kesehatan. 3. Sebagian besar responden
Salah satu cara untuk mengantisipasi sudah memiliki konsumsi energi
agar anak tidak jajan sembarangan, yang baik.
maka sekolah bisa mengadakan bazar 4. Tidak ada hubungan antara
jajanan sehat yang dapat dilakukan kebiasaan sarapan terhadap
oleh siswa untuk siswa. Program status gizi anak sekolah dasar.
tersebut bisa melibatkan orang tua 5. Ada hubungan antara konsumsi
siswa untuk membantu membuat energi terhadap status gizi anak
makanan-makanan yang sehat dan sekolah dasar.
Arimurti, T. (2010). Hubungan Antara
SARAN Asupan Energi, Karbohidrat, Dan
Perlu dilakukan penyuluhan dan Protein Dari Makanan Jajanan
peningkatan pemahaman tentang Dengan Status Gizi Anak
pentingnya sarapan kepada Siswa SD Sekolah Dasar Usia 9-12 Tahun.
Negeri 61 Singkawang oleh ahli gizi Skripsi Fakultas Kedokteran
setempat, karena masih banyak anak Universitas Sebelas Maret
yang jarang sarapan. Surakarta.
Bagi sekolah bisa membuat
jadwal bagi setiap kelas untuk Atika, W., Punuh, M., Kapantow,N.H.
bergiliran mengadakan bazar jajanan (2015). Hubungan Antara Asupan
sehat dalam seminggu sekali. Hal ini Energi Dan Zat Gizi Makro
sangat bermanfaat, karena diharapkan Dengan Status Gizi Pada Pelajar
makanan yang dikonsumsi baik itu Di SMP Negeri 13 Kota Manado.
sarapan maupun jajanan dapat terjaga Jurnal Ilmian Farmasi, ANSRAT
kualitas dan gizinya. Vol. 4 No. 4 November 2015.

DAFTAR PUSTAKA Desfita, S., Wiyono, (2008). Kebiasaan


Makan Pagi Dan Status Gizi
A.Roth, R, (2011). Nutrition And Diet Anak Sekolah Dasar Di
Therapy 10th edition. Fort Wayne: Kecamatan Bukit Raya Kota
Indiana Delmar Cencage. Pekanbaru. http://wiyono-
solution.blogspot.co.id/2008/10/k
Ahmad, S., Waluyo, Fatimah, F. ebiasaan-makan-pagi-dan-status-
;(2011). Hubungan Kebiasaan gizi.html?m=1. Diakses pada
Sarapan Pagi Dan Jajan Dengan tanggal 05 Januari 2016.
Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Di SD Negeri Kledokan Depok Dewi, I., Seriani, L. (2014). Gambaran
Sleman Yogyakarta. Universitas Status Nutrisi, Konsumsi
Respati Yogyakarta. Sarapan, dan Cemilan Pada
Siswa Sekolah Dasar Negeri 1
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Kabupaten Gianyar Bali Tahun
Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia 2014. Skripsi Program Studi
Pustaka. Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Faizah, SN. (2012). Hubungan antara
Pustaka Umum.Banyuanyar III Kebiasaan Makan Pagi dan
Surakarta Tahun 2012. Naskah KebiasaanJajan dengan Prestasi
Publikasi Skripsi Program Studi Belajar Siswa SD Di SDN
S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Banyuanyar III Surakarta. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta. Sukoharjo.

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D


Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia (2006). Psikologi Perkembangan
Pustaka. Anak dan Remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hidayat, A.(2007). Riset Keperawatan Masyarakat Universitas
Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Indonesia.
Jakarta: Salemba Medika.
Siagian, D. (2012). Gambaran Status
KEMENKES RI. (2014). Pedoman Gizi Gizi Anak Sekolah Dasar Daerah
Seimbang. Kementerian RI. Eks-Transmigrasi Dan Penduduk
Lokal Di Kecamatan Pelawan
Khomsan, A. (2002). Pangan dan Gizi Kabupaten Sarolangun Provinsi
untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Jambi Tahun 2012. Skripsi
Raja Grasindo Pustaka. Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan
Sehat. Jakarta: PT Raja Supariasa, I., Bakri, B., Fajar, I.
Grafindo. (2002). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
Mitayani, Sartika, W. (2010). Buku
Saku Ilmu Gizi. Jakarta: CV Suparyanto, (2012). Konsep Dasar
Trans Info Media. Status Gizi Balita. http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2012/0
Moehji, S. (2009). Ilmu Gizi 2 2/konsep-dasar-status-gizi-
penanggulangan Gizi Buruk. balita.html.Diakses pada tanggal
Jakarta: PT Bhratara Niaga 15 Desember 2015.
Media.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.

PERGIZI PANGAN. (2013). Naskah


Deklarasi Pekan Sarapan
Nasional. Jakarta: PERGIZI
PANGAN Indonesia.

Referensi Kesehatan, (2010). Status


Gizi.
http://creasoft.wordpress.com/20
10/01/01/status-gizi/. Diakses
pada tanggal 15 Desember
2015.

RISKESDAS. (2013). Laporan Hasil


Kesehatan Dasar Indonesia
Tahun 2013. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Sartika, R.A.D. (2012).Penerapan


Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi Gizi terhadap Perilaku
Sarapan Siswa Sekolah Dasar.
Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan

You might also like