You are on page 1of 16

Nikmah et al.

/ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors


of Pneumonia among Children Under Five
in Karanganyar, Central Java

Atika Nikmah1), Setyo Sri Rahardjo2), Isna Qadrijati2)


1)Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret
2) Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

Background: Globally, pneumonia is an infectious disease with high morbidity and mortality
rates. It causes one of five deaths in children under five years old worldwide. Approximately 61
million new cases of pneumonia occur annually. This study aimed to examine risk factors of
pneumonia among children under five in Karanganyar, Central Java.
Subjects and Method: This was an analytic observational study with case control design. The
study was conducted in Karanganyar District, Central Java, from October to November, 2017.
Study subjects were selected by fixed disease sampling consisting of 68 children under five years
old with pneumonia and 136 without pneumonia. The dependent variable was pneumonia. The
independent variables were nutritional status, exclusive breastfeeding, maternal stress, type of
labour, maternal education, maternal job status, family income, quality of house, quality of
environment, and indoor smoke exposure. The data was collected by questionnaire and analyzed by
path analysis.
Results: The risk of pneumonia increased with indoor smoke exposure (b= 2.63; 95% CI= 1.70 to
3.55; p<0.001). The risk of pneumonia decreased with good house environment (b= -0.93; 95%
CI= -1.72 to -0.14; p= 0.020), healthy behavior (b= -1.41; 95% CI= -2.22 to -0.60; p= 0.001), and
good nutritional status (b= -1.83; 95% CI= -2.72 to -0.93; p < 0.001). Good house environment was
positively affected by good quality of house (b= 1.53; 95% CI= 0.94 to 2.13; p<0.001). Indoor
smoke exposure was negatively affected by good quality of house (b= −1.79; 95% CI= -2.40 to -1.19;
p < 0.001). The likelihood of exclusive breastfeding decreased with maternal stress (b= −0.65; 95%
CI= -1.22 to -0.08; p= 0.024) and history of cesarean section (b= −0.59; 95% CI= -1.20 to 0.01; p=
0.053). Good nutritional status was positively affected by exclusive breastfeeding (b= 0.65; 95%
CI= 0.04 to 1.26; p= 0.036). Number of children was negatively affected by high maternal
education (b= -0.71; 95% CI= -1.29 to -0.14; p= 0.015). Family income was positively affected by
maternal working outside the house (b= 0.89; 95% CI= 0.31 to 1.46; p= 0.002). Maternal working
outside the house was positively affected by high maternal education (b= 0.67; 95% CI= 0.98 to
1.24; p= 0.022).
Conclusion: The risk of pneumonia increases with indoor smoke exposure, but decreases with
good house environment, healthy behavior, and good nutritional status.

Keyword: risk factor, pneumonia, children under five

Correspondence:
Atika Nikmah. Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A,
Surakarta 57126, Central Java. Email: atikanikmah123@gmail.com.

LATAR BELAKANG pernapasan yang rentan menyerang balita


Kehidupan masa balita untuk memiliki yaitu pneumonia. Sekitar 5.9 juta balita
kesehatan optimal adalah hak bagi setiap meninggal di tahun 2015 dan hampir se-
anak yang lahir di seluruh dunia. Anak paruhnya disebabkan oleh penyakit infeksi
dengan kesehatan buruk tidak jarang seperti pneumonia (14%), diare (10%),
terkena penyakit infeksi seperti infeksi malaria (7%), AIDS (2%) dan campak (1%)

e-ISSN: 2549-0273 (online) 25


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

(WHO dan UNICEF, 2013; UNICEF, 2015 terjadi peningkatan penderita se-
2016a). Pneumonia adalah infeksi perna- banyak 881 kasus dan menyebabkan 2
pasan akut yang berakibat buruk terhadap kematian balita (Dinkes Kabupaten Karan-
paru-paru yang disebabkan oleh virus, ganyar, 2015). Tahun 2016 mengalami pen-
bakteri atau jamur. Infeksi ini umumnya ingkatan kembali sebanyak 913 kasus
tersebar dari seseorang yang terpapar di (Dinkes Kabupaten Karanganyar, 2016).
lingkungan tempat tinggal atau melakukan Berdasarkan studi pendahuluan yang
kontak langsung dengan orang-orang yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten
terinfeksi, biasanya melalui tangan atau Karanganyar insidensi kasus pneumonia
menghirup tetesan air di udara (droplet) balita pada bulan Januari hingga Juni 2017
akibat batuk atau bersin (WHO, 2016a; sebanyak 304 balita
Jones et al., 2016). Penyakit pneumonia memiliki faktor
Pneumonia adalah penyakit infeksi risiko utama pada anak-anak di negara ber-
penyebab utama kematian anak-anak di kembang seperti malnutrisi, kurang men-
bawah lima tahun yaitu sekitar 935,000 dapatkan ASI eksklusif, imunisasi campak
anak setiap tahun atau lebih dari 2,500 per tidak lengkap, lahir prematur, imuno-
hari (WHO, 2015). Perkiraan World Health supresi, infeksi HIV, status ekonomi kelu-
Organization kasus baru pneumonia anak- arga rendah, kondisi komorbiditas, akses
anak di bawah lima tahun yaitu 156 juta terhadap pelayanan kesehatan tidak ter-
kasus setiap tahun dengan 20 juta kasus jangkau, kepadatan penduduk, membawa
cukup parah, dimana 61 juta kasus baru anak ke dapur saat memasak, status gizi,
pneumonia balita diantaranya terjadi di serta musim dingin karena infeksi lain
Asia Tenggara (Rudan 2008; Ferdous, mudah menyebar dari orang ke orang
2014). Afrika dan Asia Tenggara merupa- seperti flu sehingga dapat meningkatkan
kan negara dengan kejadian dan keparahan risiko pneumonia. Faktor risiko pemungkin
kasus pneumonia pada anak-anak tertinggi seperti pendidikan ibu, kekurangan vitamin
yang masing-masing menyumbang 30% A serta faktor lingkungan seperti polusi
dan 39% dari beban global kasus pneu- udara dalam ruangan yang disebabkan oleh
monia (Zar et al., 2013). Period prevalence kegiatan memasak dan pemanas dengan
pneumonia balita berdasarkan hasil Riskes- bahan bakar biomassa (seperti kayu atau
das tahun 2007 sebesar 2.13% mengalami kotoran), kepadatan hunian, dan juga akti-
penurunan pada tahun 2013 menjadi 1.8% vitas merokok orang tua. Penyakit seperti
(Kemenkes RI, 2007; 2013). Penderita malaria dan diare merupakan faktor
pneumonia balita di Indonesia tahun 2016 penting yang berkontribusi terhadap keren-
mencapai 503,738 kasus (57.84%) dan tanan terkena pneumonia di negara ber-
menyebabkan kematian karena pneumonia kembang karena terbatasnya akses pela-
sebanyak 10 balita (Kemenkes RI, 2017). yanan kesehatan dalam hal pemeriksaan
Penderita pneumonia balita di Jawa mikrobiologi dan radiologis, gejala klinis
Tengah tahun 2016 sebesar 20,662 kasus yang dirasakan penting untuk mendiag-
(17.49%) (Kemenkes, 2017). Prevalensi nosis pneumonia. Alasan pemahaman
kasus pneumonia balita berdasarkan hasil dasar yang baik terhadap faktor risiko keja-
pengamatan penyakit di puskesmas Kabu- dian pneumonia pada anak penting karena
paten Karanganyar pada tahun 2014 telah strategi pencapaian pencegahan primer
ditemukan sebanyak 726 kasus (Dinkes lebih diutamakan dalam hal mengurangi
Kabupaten Karanganyar, 2014). Tahun angka morbiditas dan mortalitas anak

26 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

dengan pneumonia (Wojsyk dan Brębo- Kecamatan Jaten, Kecamatan Colomadu,


rowicz, 2013; Roomaney et al., 2016; dan Kecamatan Mojogedang. Sedangkan
British Lung Foundation, 2016; Abuka, populasi kontrol yaitu balita tidak men-
2017; Caggiano et al., 2017). derita pneumonia di Kecamatan Jaten,
Kematian akibat pneumonia dapat Kecamatan Colomadu, dan Kecamatan
dicegah melalui pemberian air susu ibu. Mojogedang.
Pemberian ASI eksklusif khususnya di Teknik pengambilan sampel dengan
negara berkembang dapat menurunkan fixed disease sampling dengan besar
risiko anak-anak mengembangkan penyakit sampel 204 subjek penelitian dengan per-
seperti asma dan pneumonia (Boccolini et bandingan 1:2. Jumlah sampel kasus yaitu
al., 2011). Upaya pencegahan pneumonia 68 balita dan sampel kontrol 137 balita.
bisa ditingkatkan melalui status vaksinasi Kriteria inklusi adalah balita pen-
pnumokokus yang dapat mengurangi kepa- derita pneumonia yang memeriksakan diri
rahan penyakit, peningkatan status gizi ke pelayanan kesehatan tingkat I di Keca-
dengan upaya mempromosikan praktek matan Jaten, Kecamatan Colomadu, dan
menyusui secara optimal dengan ditambah Kecamatan Mojogedang, ibu yang memiliki
makanan komplementer/ pelengkap yang balita usia 0 – 59 bulan, dan bersedia men-
memadai, mendorong pemberian suplem- jadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi
entasi gizi mikro dan mengurangi insiden yaitu ibu dari balita dengan pneumonia
BBLR dengan meningkatkan nutrisi ibu, yang pindah tempat tinggal diluar Kabu-
sehingga risiko kematian akibat pneumonia paten Karanganyar dan ibu yang tidak
dapat berkurang (Saha et al., 2016). mempunyai balita usia 0-59 bulan dalam
Tingginya prevalensi pneumonia me- setiap kepala keluarga.
nunjukkan bahwa masalah tersebut meru- Variabel independen yaitu lingkungan
pakan urgent yang harus segera diselesai- rumah, perilaku sehat, status gizi, paparan
kan dengan menggunakan model pendekat- asap rumah tangga, kualitas rumah, stres
an yang mampu mengkaji berbagai faktor, kehamilan, jenis persalinan, ASI eksklusif,
baik secara langsung maupun tidak lang- pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, pen-
sung. Penelitian dengan model analisis dapatan dan variabel dependen pneumonia
jalur ini mengkaji determinan berdasarkan balita.
kausa dan faktor risiko pneumonia baik Definisi operasional pneumonia ada-
secara psikologis, lingkungan dan sosial. lah balita yang menderita batuk berkepan-
Berdasarkan masalah tersebut peneliti ter- jangan, demam dan kesulitan bernapas
tarik untuk meneliti determinan risiko serta dinyatakan sakit oleh dokter, dengan
kejadian pneumonia pada balita di Kabu- alat ukur catatan dalam buku rekam medis.
paten Karanganyar Tahun 2017. Lingkungan rumah adalah keadaan
lingkungan hunian subjek penelitian yang
SUBJEK DAN METODE terdiri atas sarana dan prasarana seperti
Desain studi dengan kasus kontrol. drainase, air bersih, pengelolaan sampah
Populasi sasaran seluruh balita dengan dan kondisi bangunan rumah, dengan alat
pneumonia. Lokasi penelitian di Kabupaten ukur kuesioner.
Karanganyar pada Bulan Oktober hingga Perilaku sehat adalah aktivitas atau
November Tahun 2017. Populasi kasus kegiatan penggunaan sabun dalam lingku-
yaitu balita menderita pneumonia di ngan rumah tangga terhadap tindakan

e-ISSN: 2549-0273 (online) 27


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

pencegahan penyakit dan pemeliharaan diluar rumah dan menghasilkan pendapat-


kesehatan, dengan alat ukur kuesioner. an, dengan alat ukur kuesioner.
Status gizi adalah keadaan gizi balita Pendapatan adalah total pendapatan
(usia 0-59 bulan) yang diperoleh dari hasil rumah tangga yaitu penghasilan semua
pengukuran berat badan menurut umur orang yang tinggal di rumah tangga selama
(BB/U) yang dibandingkan dengan nilai Z- kurun waktu satu bulan, dengan alat ukur
score WHO, dengan alat ukur KMS. kuesioner.
Paparan asap rumah tangga adalah Analisis data hasil penelitian meng-
frekuensi atau seringnya responden ter- gunakan analisis jalur untuk mengetahui
papar oleh asap polutan yang berasal dari besarnya pengaruh variabel, baik pengaruh
sumber polutan di dalam rumah tangga secara langsung maupun tidak langsung.
yang berasal dari dapur dan rokok, dengan Langkah-langkah analisis jalur yaitu spesi-
alat ukur kuesioner. fikasi model, identifikasi model, kesesuaian
Kualitas rumah adalah kondisi kua- model, estimasi parameter, dan respe-
litas rumah yang berada didalam rumah sifikasi model.
yang terdiri dari kelembaban udara, Etika peneltian antara lain dengan
ventilasi rumah, pencahayaan yang cukup informed consent, anonimity, confidentia-
dan kepadatan penghuni rumah, dengan lity dan ethical clearance. Ethical clea-
alat ukur kuesioner. rance dalam penelitian ini di lakukan di
Stres kehamilan adalah kondisi stres RSUD Dr.Moewardi.
selama 12 bulan terakhir yang dipicu oleh
lingkungan tempat tinggal dan budaya yang HASIL
mengganggu keadaan psikologis ibu saat 1. Karakteristik Subjek Penelitian
hamil, dengan alat ukur kuesioner. Karakteristik subjek dalam penelitian ini
Jenis persalinan adalah jenis dapat di lihat pada tabel 1.
persalinan yang dipilih untuk melahirkan Tabel 1 menujukkan bahwa pada
bayi melalui proses pergerakan keluarnya kelompok kasus pada umur balita ≥24 lebih
janin, plasenta, dan membran dari dalam banyak yaitu sebanyak 37 subjek (54.4%).
rahim melalui jalan lahir atau operasi, Sedangkan pada kelompok kontrol pada
dengan alat ukur kuesioner. umur < 24 lebih banyak yaitu sebanak 73
ASI eksklusif adalah pemberian ASI subjek (53.7%).
tanpa penambahan makanan/ minuman Karakteristik jenis kelamin balita,
apapun (kecuali obat oral, baik tetes mau- pada kelompok kasus sebagian besar me-
pun sirup) pada anak sejak lahir hingga miliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
usia 6 bulan, dengan alat ukur kuesioner. 45 subjek (66.2%). Hal ini serupa dengan
Pendidikan adalah pendidikan formal kelompok kontrol yaitu dengan jumlah 73
yang diselesaikan oleh ibu sampai men- subjek (53.7%). Karakteristik pendidikan
dapatkan ijazah terakhir, dengan alat ukur ibu, pada kelompok kasus pendidikan
kuesioner. tinggi rendah lebih banyak yaitu sebanyak
Jumlah anak adalah banyaknya anak 37 subjek (54.4%). Sedangkan pada kelom-
yang dimiliki dalam lingkungan hidup pok kontrol pendidikan tinggi lebih banyak
rumah tangga, dengan alat ukur kuesioner. yaitu sebanyak 83 subjek (61.0%).
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilak- Karakteristik yang terakhir adalah
ukan selain sebagai ibu rumah tangga pekerjaan ibu, pada kelompok kasus peker-
jaan di luar rumah lebih banyak yaitu se-

28 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

banyak 36 subjek (52.9%). Sedangkan pada rumah lebih banyak yaitu sebanyak 88
kelompok kontrol pekerjaan didalam subjek (64.7%).
Tabel 1. Distribusi subjek penelitian
Kasus Kontrol
Karakteristik
n % n %
Umur balita
< 24 31 (45.6%) 73 (53.7%)
≥ 24 37 (54.4%) 63 (46.3%)
Jenis kelamin balita
Perempuan 23 (33.8%) 63 (46.3%)
Laki-laki 45 (66.2%) 73 (53.7%)
Pendidikan
Pendidikan rendah 37 (54.4%) 53 (39.0%)
Pendidikan tinggi 31 (45.6%) 83 (61.0%)
Pekerjaan
Bekerja di dalam rumah 32 (47.1%) 88 (64.7%)
Bekerja di luar rumah 36 (52.9%) 48 (35.3%)

2. Analisis Jalur Model struktural dengan estimasi


Hasil penelitian di analisis menggunakan ditunujkkan pada Gambar 1 dan hasil
program STATA 13. Langkah-langkah ana- analisis jalur determinan risiko kejadian
lisis jalur adalah spesifikasi model, iden- pneumonia pada balita ditunujukkan pada
tifikasi model, estimasi parameter, dan Tabel 2. Model dalam penelitian ini sudah
respesifikasi model. Jumlah variabel ter- sesuai dengan data sampel sebagaimana
ukur sebanyak 13, variabel endogen 8, dan ditunjukkan oleh model saturasi dan juga
variabel eksogen sebanyak 4. Sehingga koefisien regresi yang bernilai lebih dari nol
didapatkan nilai degree of freedom (df): 67. serta secara statistik sudah signifikan,
Maka disimpulkan df over identified yang maka tidak perlu dibuat ulang model
berarti analisis jalur bisa dilakukan. analisis jalur karena sudah diperoleh model
yang sesuai dengan data sampel.

Gambar 1. Model struktural dengan estimate


T

e-ISSN: 2549-0273 (online) 29


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

abel 2. hasil analisis jalur determinan risiko kejadian pneumonia pada balita
CI 95%
Variabel
Variabel independen b Batas Bawah p
dependen
Bawah atas
Direct effect
Pneumonia  Lingkungan rumah (baik) − 0.93 − 1.72 − 0.14 0.020
 Perilaku sehat − 1.41 − 2.22 − 0.60 < 0.001
 Status gizi (normal) − 1.83 − 2.72 − 0.93 < 0.001
 Paparan asap rumah tangga 2.63 1.70 3.55 < 0.001
(tinggi)
Indirect effect
Lingkungan rumah  Kualitas rumah (baik) 1.53 0.94 2.13 < 0.001
Paparan asap rumah  Kualitas rumah (baik) − 1.79 − 2.40 − 1.19 < 0.001
tangga
Pemberian ASI eksklusif  Stres kehamilan (tinggi) − 0.65 − 1.22 − 0.08 0.024
Pemberian ASI eksklusif  Jenis persalinan (sesar) − 0.59 − 1.20 0.00 0.053
Status gizi  ASI eksklusif 0.65 0.04 1.26 0.036
Pendapatan  Pekerjaan (di luar rumah) 0.89 0.31 1.46 < 0.001
Jumlah anak  Pendidikan (tinggi) − 0.71 − 1.29 − 0.14 0.015
Pekerjaan  Pendidikan (tinggi) 0.67 0.09 1.24 0.022
n observasi ꞊ 204
Log likelihood ꞊ − 991.06

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat Terdapat hubungan paparan asap


hubungan lingkungan rumah dengan rumah tangga dengan peningkatan logit
penurunan logit risiko untuk terjadinya risiko untuk terjadinya pneumonia dan
pneumonia dan secara statistik signifikan. secara statistik signifikan. Paparan asap
Lingkungn rumah yang baik memiliki skor rumah tangga yang tinggi memiliki skor
logit pneumonia sebesar 0.93 unit lebih logit pneumonia sebesar 2.63unit lebih
rendah daripada lingkungan rumah yang tinggi daripada paparan asap rumah tangga
buruk (b= − 0.93; CI 95%= − 1.72 hingga – yang rendah (b= 2.63; CI 95%= 1.70 hingga
0.14; p= 0.020). 3.55; p < 0.001).
Terdapat hubungan perilaku sehat Terdapat hubungan kualitas rumah
dengan penurunan logit risiko untuk dengan peningkatan logit lingkungan
terjadinya pneumonia dan secara statistik rumah. Kualitas rumah yang baik memiliki
signifikan. Perilaku sehat mencuci tangan skor logit lingkungan rumah sebesar 1.53
menggunakan air dengan sabun memiliki unit lebih tinggi daripada kualitas rumah
skor logit pneumonia sebesar 1.41 unit lebih yang buruk (b= 1.53; CI 95%= 0.94 hingga
rendah daripada perilaku tidak sehat (b= − 2.13; p<0.001).
1.41; CI 95%= − 2.22 hingga – 0.60; p < Terdapat hubungan kualitas rumah
0.001). dengan penurunan logit paparan asap
Terdapat hubungan status gizi dengan rumah tangga. Kualitas rumah yang baik
penurunan logit risiko untuk terjadinya memiliki skor logit lingkungan rumah
pneumonia dan secara statistik signifikan. sebesar − 1.79 unit lebih rendah daripada
Status gizi normal memiliki skor logit kualitas rumah yang buruk (b=− 1.79; CI
pneumonia sebesar 1.83 unit lebih rendah 95%= − 2.40 hingga – 1.19; p < 0.001).
daripada status gizi kurang (b= − 1.83; CI Terdapat hubungan jenis persalinan
95%= − 2.72 hingga – 0.93; p < 0.001) dengan penurunan logit pemberian ASI
eksklusif. Jenis persalinan normal memiliki

30 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

skor logit ASI eksklusif sebesar 0.59 unit dipelihara dengan baik dapat mencegah
lebih rendah daripada jenis persalian penularan penyakit infeksi termasuk ISPA
operasi (b= − 0.59; CI 95%= − 1.20 hingga pada balita. Lingkungan rumah sebagai
0.00; p= 0.053). determinan kesehatan manusia yang
Terdapat hubungan stres kehamilan mencakup sarana air bersih, pengelolaan
dengan penurunan logit pemberian ASI limbah dan rumah sehat. Kualitas fisik
eksklusif. Stres kehamilan tinggi memiliki (infrastruktur dan perangkat utilitas) serta
skor logit ASI eksklusif sebesar − 0.65 unit lingkungan perlu diketahui karena me-
lebih rendah daripada stres kehamilan miliki peranan penting pada suatu per-
rendah (b= − 0.65; CI 95%= − 1.22 hingga mukiman rumah, karena suatu wilayah
– 0.08; p= 0.024). yang memiliki kualitas fisik dan lingkungan
Terdapat hubungan ASI eksklusif yang baik akan berpengaruh terhadap ber-
dengan peningkatan logit status gizi. Pem- bagai macam aspek yang lain dalam
berian ASI eksklusif memiliki skor logit wilayah tersebut (Widjayanti, 2007).
status gizi sebesar 0.65 unit lebih tinggi Kondisi lingkungan yang baik dapat
daripada tidak memberikan ASI eksklusif berpengaruh positif terhadap terwujudnya
(b= 0.65; CI 95%= 0.04 hingga 1.26; p= status kesehatan yang baik, sebaliknya
0.036) lingkungan yang buruk dapat memicu
Terdapat hubungan pekerjaan dengan terjadinya berbagai penyakit terutama
peningkatan logit pendapatan. pekerjaan di penyakit infeksi (Fitriyani, 2008). Kondisi
luar rumah memiliki skor logit pendapatan lingkungan rumah buruk pada kelompok
sebesar 0.89 unit lebih tinggi daripada kasus sebesar (49.4%). Peneliti menemu-
pekerjaan di dalam rumah (b= 0.89; CI kan bahwa masih tingginya kejadian pneu-
95%= 0.31 hingga 1.46; p < 0.001). monia disebabkan oleh bentuk kondisi
Terdapat hubungan pendidikan rumah ditemukan masih semi permanen,
dengan penurunan logit jumlah anak, pen- letak kandang ternak berada di halaman
didikan tinggi memiliki skor logit jumlah depan rumah sehingga menimbulkan bau
anak sebesar 0.71 unit lebih rendah dari- kotoran ternak dan menjadikan udara
pada pendidikan rendah (b= − 0.71; CI tercemar, sebagian kecil lingkungan rumah
95%= − 1.29 hingga – 0.14; p= 0.015). tidak tersedia tempat pembuangan sampah
Terdapat hubungan pendidikan sehingga muncul perilaku membuang
dengan peningkatan logit pekerjaan, pen- sampah ke sungai yang berada di dekat
didikan tinggi memiliki skor logit pekerjaan lingkungan rumah.
sebesar 0.67 unit lebih tinggi daripada 2. Hubungan perilaku sehat dengan
pendidikan rendah (b= 0.67; CI 95%= 0.09 kejadian pneumonia
hingga 1.24; p= 0.022). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1. Hubungan kondisi lingkungan perilaku mencuci tangan menggunakan
rumah dengan kejadian pneu- sabun dengan air menurunkan kejadian
monia pneumonia pada balita. Hasil penelitian ini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejalan dengan penelitian Luby (2005) yang
lingkungan rumah yang baik menurunkan mengatakan bahwa ibu yang memiliki anak
kejadian pneumonia pada balita. Hasil umur kurang dari 5 tahun yang mendapat
penelitian ini sejalan dengan penelitian promosi penggunaan sabun dan mencuci
Wahyuningsih dan Yulianti (2015) yang tangan memakai sabun dengan air di
menyatakan bahwa lingkungan rumah yang tingkat rumah tangga memiliki 50%

e-ISSN: 2549-0273 (online) 31


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

kejadian pneumonia lebih rendah diban- dengan ketahanan tubuh atau imunitas
dingkan ibu dari anak yang tidak men- yang rendah. Kondisi gizi kurang dapat
dapatkan promosi dan kebiasaan perilaku menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
tidak mencuci tangan memakai sabun melemahkan otot-otot pernafasan sehingga
dengan air (CI 95%꞊ − 65% hingga – 34%). balita dengan gizi kurang akan mudah
Mencuci tangan menggunakan sabun dapat terserang ISPA dibandingkan dengan gizi
mencegah kematian anak yang disebabkan normal (Ceria, 2016).
oleh 2 penyakit pembunuh terbesar yaitu Status gizi kurang merupakan faktor
pneumonia dan diare. Perilaku mencuci utama melemahnya daya tahan tubuh di
tangan menggunakan sabun dengan air seluruh dunia yang berhubungan kuat
dapat menghilangkan kotoran dan patogen antara malnutrisi, infeksi dan kematian
di tangan, secara fisik hal ini dapat bayi. Kondisi gizi kurang menyebabkan
mengurangi penularan patogen (Kamm et anak menjadi kurus, lemah dan rentan
al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh terhadap berbagai penyakit infeksi yang
Ghimire (2012) mengatakan bahwa disebabkan oleh integritas epitel dan
kebersihan tangan dan pernafasan sangat peradangan (Wicaksono, 2015). Akibat dari
penting dalam meminimalkan penyebaran kurangnya asupan makanan atau protein
sebagian besar organisme penyebab ISPA biasanya dikaitkan dengan kekurangan
dan pneumonia. Perilaku mencuci tangan vitamin dan mineral tertentu. Masalah ini
menggunakan sabun dengan air dapat sering menyebabkan penyakit menular
mengurangi kejadian ISPA dan pneumonia seperti diare dan pneumonia anak balita.
sebesar 50%. Strategi pencegahan pneu- Anak-anak dengan gizi kurang memiliki
monia dapat dilakukan pada saat batuk respon imun yang lemah, akibatnya
atau bersin ke siku atau lengan agar penyakit infeksi anak lebih parah diban-
meminimalkan rentang penerbangan dingkan anak dengan status gizi normal
droplet yang dikeluarkan. Kebersihan (Ramezani, 2015).
tangan dapat dijaga dengan sering mencuci Hasil penelitian yang dilakukan oleh
tangan menggunakan sabun dengan air. peneliti menemukan bahwa status gizi
3. Hubungan status gizi dengan kurang pada kelompok kasus sebanyak
kejadian pneumonia (55.6%) dimana berat badan anak tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kunjung meningkat sejak didiagnosis
status gizi yang normal menurunkan pneumonia oleh dokter. Selain itu juga
kejadian pneumonia pada balita. Hasil faktor nafsu makan anak yang kurang dan
penelitian ini sejalan dengan penelitian aktivitas fisik seperti bermain tinggi
Efni (2016) yang mengatakan bahwa status menyebabkan status gizi anak rendah.
gizi merupakan faktor risiko kejadian 4. Hubungan paparan asap rumah
pneumonia (OR꞊ 9.1; CI 95%꞊ 0.86 hingga tangga dengan kejadian pneu-
56.89). Malnutrisi adalah faktor risiko yang monia
paling penting untuk terjadinya kasus Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pneumonia pada balita yang disebabkan paparan asap rumah tangga yang tinggi
oleh asupan yang kurang memadai. Mal- meningkatkan kejadian pneumonia pada
nutrisi akan menghambat pembentukan balita. Penelitian ini sejalan dengan pene-
antibodi yang spesifik dan juga akan meng- litian Kumar (2013) yang mengatakan
ganggu pertahanan paru. Bakteri atau virus bahwa peluang episode pneumonia jauh
mudah masuk dalam tubuh individu lebih tinggi pada anak-anak dari rumah

32 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

tangga yang menggunakan bahan bakar 5. Hubungan kualitas rumah ter-


padat untuk memasak sebesar 18% diban- hadap kejadian pneumonia balita
dingkan dengan anak-anak dari rumah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tangga yang menggunakan bahan bakar kualitas rumah yang baik menurunkan
lain sebesar 10% dari hasil penelitian paparan asap rumah tangga dan
tersebut (OR꞊ 1.78; CI 95%꞊ 1.05 hingga meningkatkan lingkungan rumah. Pene-
2.99). Paparan udara dalam rumah seperti litian ini sejalan dengan penelitian yang
penggunaan bahan bakar padat telah dilakukan oleh Juni (2016) yang
diidentifikasi sebagai salah satu faktor mengatakan bahwa kualitas lingkungan
risiko terjadinya pneumonia. Bahan kayu rumah (jenis dinding dan keberadaan
bakar atau kotoran hewan kering biasa plafon) dan Khasanah (2016) yang meng-
digunakan untuk memasak di daerah atakan bahwa kondisi lingkungan dalam
pedesaan. Anak-anak dan anggota keluarga rumah (intensitas pencahayaan alamiah,
lain yang tinggal dan tidur dengan kondisi jenis dinding rumah, lantai rumah, jenis
ruangan tertutup atau semi tertutup sangat bahan bakar memasak berhubungan secara
rentan terpapar masalah partikulat dengan signifikan dengan kejadian pneumonia
karbon monoksida, gas rumah kaca dan pada balita.
polutan lainnya (Ghimire, 2012). Aktivitas Lingkungan rumah buruk seperti
merokok kepala keluarga dan saudara yang sesak/padat telah diketahui dapat mening-
tinggal dalam satu rumah (kakek, saudara katkan penyebaran virus dan bakteri yang
ayah atau saudara ibu) dapat meningkatkan menandakan kualitas rumah tidak sehat
asap rokok. Asap rokok sendiri memiliki sehingga berkontribusi terhadap pening-
partikel seperti hidrokarbon polisiklik, kar- katan risiko kejadian pneumonia anak-
bon monoksida, nikotin, nitrogen oksida anak, selain penyakit yang mendasarinya
dan akrolein yang dapat menyebabkan ke- seperti malnutrisi (Thorn, 2011). Kondisi
rusakan epitel bersilia, menurunkan klirens lingkungan merupakan komponen penting
mukosiliar serta menekan aktivitas fagosit dalam proses terjadinya gangguan kese-
dan efek bakterisida sehingga mengganggu hatan masyarakat. Rendahnya kualitas
sistem pertahanan paru (Efni, 2016). lingkungan sering mengakibatkan tinggi-
Praygod et al., (2016) menyatakan nya angka kesakitan karena penyakit
bahwa polusi udara dalam ruangan dapat infeksi dan parasit seperti penyakit pneu-
meningkatkan risiko pneumonia berat yang monia (Juni, 2016). Lingkungan rumah
diakibatkan oleh infeksi patogen pneumo- lebih dipengaruhi oleh kualitas rumah,
nia. Paparan polutan udara yang terkan- dimana kualitas rumah sehat adalah salah
dung dalam bahan bakar biomassa dapat satu faktor yang berpengaruh terhadap
meningkatkan serangan epitel saluran kesehatan penghuni khususnya pada anak
pernafasan dan mengakibatkan kekebalan balita. Sehat tidaknya rumah memiki kaitan
penderita melemah. Terlepas dari meka- erat dengan penyakit menular terutama
nisme yang menjelaskan hubungan ini ISPA (Wahyuningsih dan Yulianti, 2015).
maka upaya pengurangan kegiatan yang Penelitian ini juga sejalan dengan
menimbulkan polutan dalam rumah perlu penelitian yang dilakukan oleh Anggiani
dilakukan dan ditingkatkan. (2016) yang mengatakan bahwa kebera-
daan perokok dan penggunaan nyamuk
bakar ada hubungan dengan kejadian pne-
umonia. Dimana rumah sebagai tempat

e-ISSN: 2549-0273 (online) 33


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

tinggal harus memenuhi persyaratan fisik kemajuan dalam menyusui sehingga dapat
dan biologis agar aman bagi penghuninya. digarisbawahi pentingnya dukungan sosial
Anggiani juga menyatakan bahwa faktor ditingkat keluarga dan masyarakat (Li,
risiko kejadian pneumonia pada balita 2008). Stres kronis dikaitkan dengan kadar
dapat dipengaruhi oleh kondisi rumah yang kortisol serum yang dapat mempengaruhi
tidak sehat mempunyai peluang 1.7 lebih respon imun serta pergeseran produksi
besar untuk terjadinya pneumonia. molekul protein sitokin yang berakibat
Jenis bahan bakar yang digunakan kerentanan terhadap infeksi dan menyusui.
untuk memasak berkaitan dengan polutan Sitokin berasal dari epitel mammae,
atau zat yang dapat mengakibatkan pence- limfosit, dan magrofag dalam susu dimana
maran udara di dalam rumah khususnya di sistem kekebalan limfosit
sekitar dapur. Polusi udara dalam ruangan bertanggungjawab terhadap stressor dan
yang tinggi dari bahan bakar yang tidak mekanisme yang mempengaruhi produksi
memenuhi syarat seperti kayu bakar, arang sitokin pada susu yang dapat dipengaruhi
dan minyak tanah dapat menyebabkan oleh stres (Thibeau, 2016).
iritasi saluran pernafasan dan mempen- Menyusui meningkatkan kemampuan
garuhi pertahanan tubuh spesifik dan non kognitif dan mengurangi risiko penyakit
spesifik pada saluran pernafasan balita infeksi pada anak namun efektifitas pem-
terhadap patogen penyakit (Syani, 2015). berian bergantung secara signifikan pada
6. Pengaruh stres kehamilan ter- keadaan gizi ibu. Seiring meningkatnya
hadap kejadian pneumonia balita kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menyusui diperlukan peningkatan kon-
stres kehamilan yang tinggi menurunkan sumsi makanan. Kekurangan nutrisi makro
pemberian ASI eksklusif yang berpengaruh dan mikro pada wanita menyusui dapat
pada meningkatnya kejadian pneumonia. menyebabkan penurunan kandungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian mikronutrien dan kalori ASI (Fledder-
yang dilakukan oleh Dozier (2012) yang johann, 2016). Kesimpulan hal tersebut
mengatakan bahwa terdapat hubungan yaitu asupan makanan ibu harus sesuai
antara stres dengan durasi menyusui kebutuhan selama kehamilan hingga proses
eksklusif. Dampak ini terlihat pada lama persalinan, hal ini akan mendorong kelen-
durasi menyusui yang tidak pasti padahal jar susu memproduksi kolostrum untuk
kegiatan menyusui sangat bermanfaat bagi menghasilkan air susu.
kesehatan batita. Kondisi status sosial 7. Hubungan jenis persalinan ter-
ekonomi keluarga rendah mengakibatkan hadap kejadian pneumonia balita
stres kehamilan yang berakibat pada peng- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hentian pemberian ASI dan mengganggu jenis persalinan operasi (section cesarean)
pencapaian tujuan menyusui dengan menurunkan pemberian ASI eksklusif yang
masing-masing nilai (OR꞊ 1.82; CI 95%꞊ berpengaruh pada meningkatnya kejadian
1.15 hingga 2.88) (OR꞊ 2.80; CI 95%꞊ 1.46 pneumonia. Penelitian ini sejalan dengan
hingga 5.37) penelitian yang dilakukan oleh Regan
Peningkatan dukungan suami dan (2013) yang mengatakan bahwa wanita me-
keluarga seperi dukungan emosi, instru- lahirkan normal 47% lebih mungkin untuk
mental, dan dukungan informasi untuk menyusui dibandingkan dengan wanita
meningkatkan durasi menyusui. Dukungan yang melahirkan secara sesar (OR꞊1.47; CI
tersebut merupakan alasan penting untuk 95%꞊ 1.35 hingga 1.60).

34 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

Dampak persalinan sesar yaitu proses Menyusui bisa ditambah hingga usia 2
laktasi yang tertunda sehingga banyak bayi tahun atau lebih. Penyapihan dini bisa
yang lahir melalui persalinan sesar tidak membuat anak lebih rentan terhadap ber-
mendapat dukungan dini dalam mendapat- bagai macam penyakit seperti masalah per-
kan ASI yang bermanfaat sebagai stimu- nafasan yang merupakan penyakit penye-
lator untuk kesehatan usus secara fisiologis. bab sebagian besar rawat inap anak-anak
Akibat kolonisasi non fisiologis dan usia dibawah 5 tahun (Breigeiron, 2015).
dukungan makanan awal yang hilang oleh Menyusui diakui sebagai intervensi kese-
laktasi yang tertunda mungkin berakibat hatan yang paling hemat biaya untuk
pada efek jangka panjang. Persalinan sesar mengurangi kematian pada masa bayi dan
juga dikaitkan dengan penyakit infeksi mengurangi kejadian pneumonia pada
seperti asma pada ibu dan alergi rhinitis anak terutama di negara berkembang
(Neu, 2011). Menyusui memberikan termasuk Indonesia dengan kematian anak
manfaat kepada kesehatan anak dimana yang paling menonjol (Nguyen, 2017).
peluang gangguan pernafasan anak men- 9. Hubungan pendidikan terhadap
jadi rendah. Bayi yang lahir dengan cara kejadian pneumonia balita
persalinan sesar cenderung tidak kontak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
langsung dengan kulit. Kontak kulit ke kulit pendidikan tinggi ibu meningkatkan peker-
merupakan faktor untuk inisiasi menyusu jaan ibu dan menurunkan jumlah anak
dini dan memperpanjang durasi pemberian dalam keluarga yang berakibat pada me-
ASI. (Hobbs, 2016). nurunnya kejadian pneumonia balita.
8. Hubungan ASI eksklusif terhadap Penelitian ini sejalan dengan penelitian
kejadian pneumonia balita yang dilakukan oleh Pradhan (2016) yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengatakan bahwa ada hubungan yang
ASI eksklusif meningkatkan status gizi yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan
berpengaruh pada menurunnya kejadian persepsi mengenai pneumonia dimana
pneumonia. Penelitian yang dilakukan oleh 32.6% ibu tamat SMP dan 41.3% ibu me-
Sugihartono dan Nurjazuli (2012) mengata- miliki pengetahuan cukup tentang pneu-
kan bahwa ada hubungan antara pemberi- monia.
an ASI dengan cairan lainnya pada usia Tingkat pendidikan orang tua meru-
anak kurang dari 6 bulan beresiko 8.95 kali pakan gambaran seberapa tinggi pengeta-
untuk menderita pneumonia. Praktik pem- hun yang dimiliki orang tua. Seperti halnya
berian ASI eksklusif memiliki peran dalam kemapuan dan keterampilan yang dimiliki
menentukan status gizi bayi, pemberian orang tua tentu sesuai dengan tingkat
makan yang tidak tepat selama masa pendidikan yang diikutinya (Kurniasari,
kanak-kanak menyebabkan malnutrisi yang 2017). Pendidikan diyakini sangat berpen-
berkontribusi pada morbiditas dan morta- garuh terhadap kecakapan, tingkah laku
litas anak, gangguan perkembangan kogni- dan sikap seseorang dan hal ini semestinya
tif, serta kondisi kesehatan yang buruk terkait dengan tingkat pendapatan sese-
dikemudian hari (Kumar dan Singh, 2015). orang. Artinya secara rata-rata makin tinggi
Status gizi dan menyusui sangat erat tingkat pendidikan seseorang maka makin
kaitannya. ASI eksklusif sampai 6 bulan memungkinkan orang tersebut mempero-
memiliki efek perlindungan terhadap status leh pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan,
gizi anak-anak dan ASI diindikasikan 2006).
merupakan makanan lengkap serta bergizi.

e-ISSN: 2549-0273 (online) 35


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

Hasil penelitian ini menunjukkan bagai jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
kelompok kasus dengan pendidikan tinggi ibu memiliki perbedaan dalam pendapatan
sebesar (27.2%) yaitu tingkat pendidikan yang diperoleh. Pendapatan yang rendah
SMA ke atas dan jumlah anak lebih yang pada umumnya berkaitan erat dengan
dimiliki kelompok kasus sebesar (54.1%). berbagai masalah kesehatan yang dihadapi,
Rendahnya tingkat pendidikan tinggi ibu hal ini disebabkan karena ketidakmampuan
yang berakibat pada pendapatan yang dan ketidaktahuan dalam mengatasi ber-
diperoleh tidak menentu karena didasarkan bagai masalah tersebut terutama dalam
pada jenis pekerjaan sebagian besar adalah kesehatan (Christi, 2015).
petani dan buruh yang mengadalkan mus-
im panen. Rendahnya tingkat pendidikan DAFTAR PUSTAKA
subjek penelitian berakibat pada banyak- Abuka T (2017). Prevalence of pneumonia
nya anak yang dimiliki yaitu lebih dari 2. and factors associated among children
Banyak anak dalam keluarga menimbulkan 2-59 months old in Wondo Genet
masalah kesehatan seperti kondisi rumah district, Sidama zone, SNNPR, Ethio-
sesak memudahkan penularan penyakit pia. Curr Pediatr Res, 21 (1): 19-25
infeksi, tertundanya anak mendapatkan Anggiani DR, Suhartono, Dewanti NAY
perawatan karena faktor pendapatan kelu- (2016). Hubungan Kondisi Lingkung-
arga rendah dan menimbulkan stres ibu an dalam Rumah dengan Kejadian
dalam merawat anak. Pneumonia pada Balita di Wilayah
10. Hubungan pekerjaan terhadap Kerja Puskesmas Pati I Kabupaten
kejadian pneumonia balita Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (3): 776-78. ISSN: 2356-3346
pekerjaan di luar rumah meningkatkan Boccolini CS, Carvalho ML, de Oliveira
pendapatan keluarga dan meningkatkan MIC, de dan Boccolini P, de MM.
status gizi balita yang berakibat menurun- (2011). Breastfeeding can prevent
nya kejadian pneumonia balita. Hasil hospitalization for pneumonia among
penelitian ini sejalan dengan penelitian children under 1 year old, Journal de
Kosai (2015) yang mengatakan bahwa Pediatria, 87(5): 399–404. doi: 10.22-
terdapat hubungan antara pendapatan 23/JPED.2136.
keluarga dengan kejadian pneumonia (HR꞊ Breigeiron MK, Miranda MND, Souza
1.11; CI 95%꞊ 1.02 hingga 1.20). AOWD, Gerhardt LM, Valente MT
Hubungan antara status sosial (2015). Association between nutri-
ekonomi dan kematian paling terasa ketika tional status, exclusive breastfeeding
pendapatan sebagai indikator status sosial and length of hospital stay of children,
ekonomi di keluarga. Perbedaan ini dapat 36: 47–54. doi: 10.1590/1983-1447.2-
dijelaskan melalui adanya perbedaaan 015.esp.57459.
dukungan sosial, komorbiditas yang sudah British Lung Foundation (2015). What is
ada sebelumnya dan karakteristik penyakit Pneumonia?. Diakses dari http://-
infeksi yang diderita (Koch, 2013). Hasil www.healthline.com/health/pneumo
penelitian ini didapatkan bahwa pekerjaan nia? pada tanggal 24 April 2017.
ibu di luar rumah pada kelompok kasus Caggiano S, Ullmann N, de Vitis E, Trivelli
sebesar (42.9%) dimana ibu yang bekerja di M, Mariani C, Podagrosi M, Ursitti F,
luar rumah lebih besar dibandingkan ibu Bertolaso C, et al. (2017). Factors that
yang bekerja di dalam rumah. Dari ber- negatively affect the prognosis of

36 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

pediatric community-acquired pneu- Pangan. 3(2): 86-93.


monia in district hospital in Tanzania, Fledderjohann J, Vellakkal S, Stuckler D
Int. J. Mol. Sci., 18(3). doi: 10.3390/- (2016). Sexual & Reproductive
ijms18030623. Healthcare Breastfeeding, pregnant,
Ceria I (2016). Hubungan faktor risiko and non-breastfeeding nor pregnant
intrinsik dengan kejadian pneumonia women’s food consumption: A
pada anak balita, Jurnal Medika Res- matched within-household analysis in
pati. 11(4). ISSN: 1907-3887. India. Elsevier BV, 7: 70–77. doi: 10.-
Christi H, P Dina R, Nugraheni SA ( 2015). 1016/j.srhc. 2015.11.007.
Faktor-faktor yang berhubungan Ghimire M, Bhattacharya SK, Narain JP
dengan Kejadian ISPA pada Bayi Usia (2012). Pneumonia in South-East Asia
6-12 bulan yang Memiliki Status Gizi Region: Public health perspective,
Normal. Jurnal Kesehatan Masyara- 459–468.
kat. 3(2): 107- 117. ISSN: 2356-3346. Hobbs AJ, Mannion CA, Mcdonald SW,
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Brockway M, Tough SC (2016). The
(2014). Profil Kesehatan Kabupaten impact of caesarean section on breast-
Karanganyar Tahun 2014. feeding initiation, duration and diffi-
_____ (2015). Profil Kesehatan Kabupaten culties in the first four months
Karanganyar Tahun 2015. postpartum, BMC Pregnancy and
_____ (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Childbirth. BMC Pregnancy and
Karanganyar Tahun 2016. Childbirth, 1–9. doi: 10.1186/s12884-
_____ (2017). Profil Kesehatan Kabupaten 016-0876-1.
Karanganyar Tahun 2017. Jones B, Dean N, Wunderink R, Sockrider
Dozier AM, Nelson A, Brownell E (2012). M (2016). What is Pneumonia. Am J
The Relationship between Life Stress Respir Crit Care Med. 193: 1-2.
and Breastfeeding Outcomes among Juni M (2016). Hubungan Faktor Kualitas
Low-Income Mothers. doi: 10.1155/- Lingkungan Rumah dengan Kejadian
2012/902487. Pneumonia pada Bayi di Wilayah
Efni Y, Machmud R, Pertiwi D (2016). Kerja Puskesmas Banjarmangu 1 Ka-
Artikel Penelitian Faktor Risiko yang bupaten Banjarnegara. Jurnal Kese-
Berhubungan dengan Kejadian Pneu- hatan Lingkungan Indonesia, 15(1):
monia pada Balita di Kelurahan Air 6–13.
Tawar Barat Padang, 5(2): 365–370. Kamm KB, Feikin DR, Bigogo GM, Aoi G,
Ferdous F, Farzana FD, Ahmed S, Das SK, Audi A, Cohen AL, Shah MM, Yu J,
Malek MA, Das J, Faruque ASG, Breiman RF, Ram PK (2014). Asso-
Chisti MJ (2014). Mother Perception ciations between Presence of Hand-
and Healthcare Seeking Behaviour of washing Station and Soap in the
Pneumonia Children in Rural Bangla- Home and Diarrhoea and Respiratory
desh. Hindawi Publishing Corpora- Illness, iin Children less than Five
tion. ISRN Family Medicine. 1-8. doi: Years Old in Rural Western Kenya’.
10.1155/2014/690315. Trop Med Int Health. 19 (4): 398-406.
Fitriyani Y, Roosita K, Hartati Y (2008). doi: 10.1111/tmi.12263
Kondisi Lingkungan, Perilaku Hidup Kemenkes RI (2007). Laporan Riset
Sehat, dan Status Kesehatan Keluarga Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Wanita Pemetik Teh. Jurnal Gizi dan Penelitian dan Pengembangan Kese-

e-ISSN: 2549-0273 (online) 37


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

hatan Kementerian Kesehatan Repu- pregnancy and breastfeeding dura-


blik Indonesia. tion. Journal Acta Pediatrica. doi:
_____ (2013). Laporan Riset Kesehatan 10.1111/j.1651-2227.2007.00602.x
Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Luby SP, Agboatwalla M, Feikin DR, Paint-
Pengembangan Kesehatan Kemen- er J, Ms WB, Altaf A, Hoekstra RM.
terian Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Effect of handwashing on
_____ (2017). Data dan Informasi Profil child health: a randomised controlled
Kesehatan Indonesia 2016. trial. 366: 225–233.
Khasanah M, Suhartono, Dharminto. Neu J, Rushing J (2011). Cesarean Versus
(2016). Hubungan Kondisi Lingkung- Vaginal Delivery: Long Term Infant
an dalam Rumah dengan Kejadian Outcomes and the Hygiene Hypothe-
Pneumonia pada Balita di Wilayah sis. Clin Perinatol. 38(2): 321- 331.
Kerja Puskesmas Puring Kabupaten doi: 10.1016/j.clp.2011.03.008.
Kebumen. Jurnal Kesehatan Masya- Nguyen TKP, Tran TH, Roberts CL, Fox GJ,
rakat. 4(5): 27-34. ISSN: 2356-3346. Graham SM, Marais BJ (2017). Risk
Koch K, Nørgaard M, Schønheyder HC, factors for child pneumonia - focus on
Thomsen RW, Søgaard M, Collabo- the Western Pacific Region, Paediatric
rative D dan Network B (2013). Effect Respiratory Reviews. Elsevier Ltd, 21:
of Socioeconomic Status on Mortality 95–101. doi: 10.1016/j.prrv.2016.07.-
after Bacteremia in Working-Age 002.
Patients. A Danish Population-Based Pradhan SM, Rao AP, Pattanshetty SM,
Cohort Study, 8(7). doi: 10.1371/- Nilima AR (2016). Knowledge and
journal.pone.0070082. perception regarding childhood pneu-
Kosai H, Tamaki R, Saito M, Tohma K, monia among mothers of under five
Alday PP (2015). Incidence and Risk children in rural areas of Udupi
Factors of Childhood Pneumonia-Like Taluk, Karnataka: A cross sectional
Episodes in Biliran Island, 1–19. doi: study, 35–39. doi: 10.4103/2349500-
10.1371/journal.pone.01 25009. 6.183690.
Kumar S, Bhukar JP (2013). Stress level Praygod G, Mukerebe C, Magawa R, Jere-
and coping strategies of college stu- miah K, Török ME (2016). Indoor Air
dents. Journal of Phsical Education Pollution and Delayed Measles Vacci-
and Sports Management. 4(1): 5-11. nation Increase the Risk of Severe
_____ (2015). A Study of Exclusive Breast- Pneumonia in Children: Results from
feeding and its impact on Nutritional a Case-Control Study in Mwanza,
Status of Child in EAG States, 445(3): Tanzania, 1–14. doi: 10.1371/journal.-
435–445. pone.0160804.
Kurniasari AD (2017). Hubungan Antara Ramezani M, Aemmi SZ, Moghadam ZE.
Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan (2015). Factors Affecting the Rate of
Pendapatan Orang Tua Dengan Status Pediatric Pneumonia in Developing
Gizi Pada Siswa SD Hangtuah 6 Countries: a Review and Literature
Surabaya, Jurnal Pendidikan Olah- Study’, 3(24): 1173–1181.
raga dan Kesehatan. 5(2): 164–170. Regan J, Thompson A, Defranco E (2013).
Li J, Kendall GE, Henderson S, Downie J, ‘The Influence of Mode of Delivery on
Landsborough L, Oddy WH (2008). Breastfeeding Initiation in Women
‘Maternal psychosocial well-being in with a Prior Cesarean Delivery, 8(2):

38 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Nikmah et al./ Indoor Smoke Exposure and Other Risk Factors of Pneumonia

26–31. doi: 10.1089/bfm.2012.0049. didikan terhadap Tingkat Pendapatan


Roomaney RA, Pillay VWYKV, Awotiwon Perbandingan antara Empat Hasil
OF, Dhansay A, Groenewald P, Jou- Penelitian, Jurnal Wawasan: 11 (3):
bert JD, Nglazi MD, Nicol E, Brad- 21–27.
shaw D (2016). Epidemiology of lower Thibeau S, Apolito KD, Minnick AF,
respiratory infection and pneumonia Dietrich MS, Kane B, Cooley S, Groer
in South Africa (1997–2015): a syste- M (2016). Relationships of Maternal
matic review protocol’, BMJ Open, Stress with Milk Immune Compo-
6(9): e012154. doi: 10.1136/bmjopen- nents in African American Mothers:
2016-012154. 11(1): 6–14. doi: 10.1089/bfm.2015.-
Rudan I, Boschi PC, Biloglav Z, Mulholland 0117.
K, Campbell H (2008). Epidemiology Thorn LKAM, Minamisava R, Nouer SS,
and etiology of childhood pneumonia, Ribeiro LH, Andrade AL (2011).
Bulletin of the World Health Orga- Pneumonia and poverty: a prospec-
nization, 86(5): 408–416. doi: 10.2- tive population-based study among
471/BLT.07.048769. children in Brazil’, BMC Infectious
Saha S, Hasan M, Kim L, Farrar JL, Diseases, 11(1): 180. doi: 10.1186/-
Hossain B, Islam M, Ahmed ANU, et 1471-2334-11-180.
al. (2016). Epidemiology and risk fac- UNICEF (2016a). For every child, a fair
tors for pneumonia severity and mor- chance. The promise of equity.
tality in Bangladeshi children & lt;5 Available at: http://www.unicef.org/-
years of age before 10-valent pneumo- publications/files/For_every_child_a
coccal conjugate vaccine introduction, _fair_chance.pdf.
BMC Public Health. BMC Public Wahyuningsih A, Yulianti (2015). Perilaku
Health, 16(1): 1233. doi: 10.1186/- Pemeliharaan Kesehatan dan Perilaku
s12889-016-3897-9. Kesehatan Lingkungan Berhubungan
Sugihartono dan Nurjazuli (2012). Analisis dengan Kejadian ISPA pada Balita.
Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Jurnal Keperawatan. 1(2): 103-207.
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskes- ISSN: 2407-7232.
mas Sidorejo Kota Pagar Alam. Risk Wicaksono H (2015). Nutritional Status
Factor Analysis Of Pneumonia Inci- Affects Incidence of Pneumonia in
dence On Under-Five-Year-Old Child- Underfives. Folia Medica Indone-
ren In The Working Area Of Public siana. 51(4): 285-291.
Health Center, Sidorejo, Pagar Alam Widjayanti (2007). Hubungan Kualitas
City, Jurnal Kesehatan Lingkungan Fisik dan Lingkungan dengan Pola
Indonesia. 11(1): 82–86. Kehidupan Lansia di Kelurahan
Syani FE, Budiyono, Raharjo M (2015). Pudak Payung Kecamatan Banyu-
Hubungan Faktor Risiko Lingkungan manik, Semarang, Jurnal Ilmiah Pe-
terhadap Kejadian Penyakit Pneu- rancangan Kota dan Permukiman. 6
monia Balita dengan Pendekatan (1): 40–49.
Analisis Spasial di Kecamatan Sema- WHO, UNICEF (2013). Ending Preventable
rang Utara. Jurnal Kesehatan Masya- Child Deaths from Pneumonia and
rakat. 3 (3): 732-744. ISSN: 2356- Diarrhoea by 2015. The integrated
3346 Global Action Plan for Pneumonia
Tarigan R (2006). Pengaruh Tingkat Pen- and Diarrhoea (GAPPD). ISBN 978 92

e-ISSN: 2549-0273 (online) 39


Journal of Epidemiology and Public Health (2018), 3(1): 25-40
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03

4 150523 9. Wojsyk BI dan Breborowicz A (2013) Pneu-


WHO (2015). World Pneumonia Day 2014 monia in children. doi: 10.5772/54-
Pneumonia Fact Sheet 1 What is 052.
“pneumonia?’" Who, 6736 (October Zar HJ, Madhi SA, Aston SJ, Gordon SB
2014). (2013). Pneumonia in low and middle
WHO (2016a). Health Topic Pneumonia. income countries: progress and
Diakses dari http://www.who.int/- challenges, 1052–1056. doi: 10.1136/-
topics/pneumococcal_infections /en/ thoraxjnl-2013-204247.
pada 20 April 2017.

40 e-ISSN: 2549-0273 (online)

You might also like