Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Abstract
Dental caries disease is an infection destructive to structures teeth causing cavities. The
department of health in 2013 increased prevalence of dental caries in the population of
indonesia 43,4 % in 2007 be 53,2 % in 2013. This report aims to review the Knowledge
Children, Personal Hygiene, and Habits Feeding on a scene Dental Caries abused in
Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga OKU District in East 2016. The kind of
research it uses analytic survey by approach cross sectional .Statistical tests use the chi-
square using the total number of 60 respondents. The analysis is done in two stages namely
Univariat analysis and Bivariat, obtained the result that the proportion of dental caries
among respondents knowledgeable only is the 32 (53,3%), respondents knowledge able less
goodly about 28 the (46,7%). The proportion of dental caries on personal hygiene rubbing
teeth about 29 the (48,3%), respondents were not rubbing the teeth that is about 31 the
(51,7%). And the proportion of Dental Caries among respondents with the good eating a
total of 29 the (48,3%), respondents has the habit of eating less well as many as 31 the
(51,7%). Data the chi-square α=0,05 that there is a matter of knowledge a scene dental
caries value 0,033 p .There is a matter of personal hygiene in the dental caries value 0,018 p.
And there is a matter of our eating habits in the dental caries value 0,005 p. Advice of
research expected childrens can maintain cleanliness himself especially hygiene the mouth
with rubbing teeth at least 2x a day, and maintain a habit of eating.
Keywords : Knowledge Children, Personal Hygiene and Our Eating Habits, Dental
Caries
Reference : 19 (2007-2016)
431
PENDAHULUAN
Karies atau gigi berlubang adalah permasalahan yang sering dijumpai di rongga mulut.
Sesuai data global WHO menunjukkan 60-80% anak-anak di negara industri memiliki gigi
berlubang (WHO, 2000). Ditinjau dari kelompok umur menurut WHO penderita karies aktif
terjadi peningkatan prevalensi dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar
pada usia 12 tahun sebanyak 13,7% dan usia 65 tahun lebih sebanyak 14,3% (WHO, 2013).
Anak usia sekolah rentan terhadap karies gigi dikarenakan mereka kurang bisa
memelihara dan merawat dengan baik kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi mereka.
Selain itu pola makan dengan jajanan di lingkungan sekolah yang tak seimbang juga dapat
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi sehingga
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,
penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian (Muttaqin dkk,
2014: 36).
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia prevalensi karies gigi
sebesar 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia (SKRT, 2014). Berdasarkan survey
kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral pada daerah kota anak umur 8 tahun
mempunyai prevalensi karies 45,2% rata-rata 0,84, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-
rata 2,21 sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevalensi kariesnya sebesar 73,2%
dengn rata-rata 2,69 (SKRT, 2014). Menurut Riskesdas Sumatera Selatan tahun 2014,
prevalensi penduduk bermasalah gigi dan mulut adalah 16,8% dan yang menerima perawatan
dari tenaga medis gigi adalah 27,6% (Riskesdas SumSel, 2014). Prevalensi penduduk
provinsi Sumatera Selatan dengan masalah gigi-mulut sebesar 18,6% dan yang menerima
432
perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi sebanyak 27,6%. Prevalensi karies
sebesar 19,2% dan yang menerima perawatan sebesar 29,4% (Dinkes SumSel, 2015).
Timur yang mengalami masalah gigi-mulut yaitu 7,6% dan prevalensi yang menerima
perawatan/pengobatan gigi dari tenaga kesehatan gigi di wilayah Kabupaten OKU Timur
sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur.
Sekolah ini berada di daerah pedesaan yang sebagian besar masyarakat di daerah tersebut
masih kurang memperhatikan tentang budaya hidup sehat. Hal tersebut yang membawa
dampak pada anak-anak mereka yang dalam hal ini adalah siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Metode Penelitian
Kabupaten OKU Timur Tahun 2016 pada bulan Juni-Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini
yaitu semua pasien yang berkunjung dan berobat di Puskesmas Suak Tapeh Kabupaten
Banyuasin Tahun selama bulan April-Agustus Tahun 2015 berjumlah 250 orang. Sampel
Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh
menggunakan alat berupa kuesioner dan data sekunder yaitu data yang didapat catatan dari
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga Kabupaten OKU Timur serta
433
Pengolahan data
Setelah data terkumpul maka dilakukan Editing data, coding, Entri dan dilanjutkan
Analisis Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel, dari
variabel independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dan
Analisis Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu : variabel
independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dengan variabel
dependen (karies gigi) dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X²) dengan
HASIL
Tabel 1.
Proporsi Karies Gigi Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan
434
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang menderita karies
gigi yaitu sebanyak 33 responden (55%) lebih banyak dari responden yang tidak mederita
Terdapat bahwa jumlah responden yang berpengetahuan yang baik yaitu sebanyak 32
responden (53,3%) lebih banyak dari responden yang frekuensi pengetahuannya kurang baik
obesitas dan responden yang tidakmempunyai riwayat penyakit gout kategori obesitas
Dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi
sesudah makan dan sebelum tidur sebanyak 29 responden (48,3%) lebih sedikit dari yang
tidak menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 31 responden
(51,7%) di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga Kabupaten OKU Timur
Tahun 2016.
Dapat diketahui bahwa jumlah resonden yang memiliki pola kebiasaan makan yang
baik sebanyak 29 resonden (48,3%) lebih sedikit dari pola kebiasaan makan yang kurang baik
berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan
responden yang berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 20 orang (71,4%). Berdasarkan
hasil uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,033
lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan
Anak dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesisi yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi terbukti
secara statistik. Hasil analisa nilai OR Pengetahuan Anak adalah 0,274, artinya pengetahuan
anak yang baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi dibandingkan dengan anak yang
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa proporsi kejadian Karies Gigi pada responden
dengan Personal Hygiene menggosok gigi sebanyak 21 orang (72,4%) lebih banyak bila
dibandingkan dengan yang tidak menggosok gigi yaitu sebanyak 12 orang (38,7%).
Berdasarkan uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar
= 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Personal
Hygiene dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik.
Hasil analisa nilai OR Personal Hygiene adalah 4,156, artinya responden yang melakukan
Personal Hygiene berpeluang 4 kali terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena
Karies Gigi.
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa proporsi kejadian Karies Gigi pada responden
dengan frekuensi Kebiasaan Makan baik sebanyak 10 orang (34,5%) lebih sedikit bila
dibandingkan dengan frekuensi Kebiasaan Makan yang kurang baik yaitu sebanyak 23 orang
(74,2%). Berdasarkan uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p
value sebesar = 0,005 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
Kebiasaan Makan dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik.
Hasil analisa nilai OR Kebiasaan Makan adalah 1,0 , artinya Kebiasaan Makan anak yang
baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat maka dapat dianalisis mengenai
variabel independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dan
Proporsi kejadian Karies Gigi pada responden berpengetahuan baik sebanyak 32 orang
(53,3%), lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik
yaitu sebanyak 28 orang (46,7%). Berdasarkan uji chi-Square dengan batas kemknaan α =
0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,033 lebih kecil dari α = 0,05. yang berarti ada
hubungan yang bemakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi, sehingga
hipotesisi yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan Anak dengan kejadian
Karies Gigi terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR Pengetahuan Anak adalah 0,274,
artinya pengetahuan anak yang baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi dibandingkan
dengan anak yang berpengetahuan kurang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Sigit (2013) di SDN Plempukan Kembaran Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen tentang
Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas IV dan V yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi yaitu
dengan p value = 0,013. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah hasil
mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Tetapi tidak
responden terhadap Karies Gigi dapat diperoleh dari pengalamannya sendiri ataupun juga
dari orang lain. dengan adanya pengetahuan yang baik diharapkan anak dapat melakukan
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ata kesadaran terhadap kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi: Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, Pengetahuan tentang
cara memelihara kesehatan dan cara hidup sehat, Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya yang
menjadikan orang mengetahui tentang Karies Gigi dan cara-cara mencegahnya agar tidak
terjadi ataupun terulang kembali terkena Karies Gigi (Soegeng, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian dan teori di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara Pengetahuan Anak dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Proporsi kejadian Karies Gigi pada Personal Hygiene menggosok gigi sebanyak 29
orang (48,3%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak menggosok gigi yaitu
sebanyak 31 orang (51,7%). Berdasarkan uji chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05
diperoleh nilai p value sebesar = 0,018, lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan
yang bermakna antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi
terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR Personal Hygiene adalah 4,156, artinya
responden yang melakukan Personal Hygiene berpeluang 4 kali terkena Karies Gigi,
dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Sudarmanto (2012) di SDN Banyuasin III tentang Hubungan antara Karies Gigi dan Cara
Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi pada Anak SD Kelas IV dan V yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara cara menyikat gigi yang baik dengan kesehatan
gigi yaitu dengan p value = 0,003. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2010).
Sedangkan Personal Hygiene pada gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
Menggosok gigi minimal 2x sehari, Membersihkan gigi dengan menggunakan tusuk gigi,
Membersihkan gigi dengan benang sutera, dan Memeriksakan gigi ke Dokter gigi minimal 6
bulan sekali. Dengan dilkukannya upaya-upaya kesehatan gigi tersebut, maka akan
menghindarkan kita dari penyebab Karies Gigi (Dewanti, 2012: 19). Berdasarkan hasil
penelitian dan teori di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara Personal Hygiene dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Proporsi kejadian Karies Gigi ada responden yang memiliki Kebiasaan Makan Baik
sebanyak 29 orang (48,3%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan responden yang memiliki
Kebiasaan Makan kurang baik yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). Berdasarkan uji chi-Square
dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,005, lebih kecil dari α =
0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan Makan dengan kejadian
Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Kebiasaan
Makan dengan kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR
Kebiasaan Makan adalah 0,183, artinya Kebiasaan Makan anak yang baik berpeluang 1 kali
terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi. Hasil penelitian ini sesuai
Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi Makan Makanan Kariogenik dengan
Kejadian enyakit Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah dengan p value = 0,019. Kebiasaan
Makan pada anak yang harus dihindari adalah sebagai berikut: Makanan manis, Makanan
lengket dan Minuman bersoda (Sigit, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan Makan
dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga
Kesimpulan
Ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan
Kebiasaan Makan secara simultan dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Saran
Hasil penelitian ini dapat diperluas menjadi penelitian analitik dengan pengambilan
sampel penelitian yang lebih besar dan lebih luas serta untuk peneliti yang akan datang
diharapkan dapat melibatkan seluruh faktor yang berhubungan dengan kejadian karies pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Alimah Sari, Siti. 2014. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies
Gigi pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Provinsi
Banten Tahun 2013. Universitas Islam Negeri: Skripsi UIN Jakarta
Anggraeni, Dian. 2007. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi
Makan-makanan Kariogenik dengan Kejadian Penyakit Karies Gigi pada Anak Pra
Sekolah di TK ABA 52 Semarang. Universitas Negeri Semarang: Skripsi UNNES
Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan RI. (online). Tersedia pada
http://ragamskripsi.net16.net/tag/data-karies-gigi-menurut-depkes-ri-tahun-2014.
Diakses tanggal 15 Maret 2016
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2012. Laporan Bulanan Februari 2012 Dinas Kesehatan
Kota Palembang. (online). Tersedia pada http://www.dinkes.palembang.go.id. Diakses
tanggal 15 Maret 2016
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2013.
(online). Tersedia pada http://dinkes.palembang.go.id. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Irma, Indah. 2013. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika
Melvi. 2013. Artikel Kesehatan Wanita Pencegahan dan Pengobatan Karies pada Gigi Anak.
Jakarta: Artikel Kesehatan
Pearce, Evelyn. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum
Pratiwi. 2007. Biologi Jilid 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Prayitno, Sigit. 2013. Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas IV dan V
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sumatera Selatan. 2007. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sumatera Selatan. (online). Tersedia pada
http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Sujiono, Yuliani Nurani. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Sudarmanto. 2012. Hubungan Antara Karies Gigi Dan Cara Menyikat Gigi Yang Baik
Dengan Kesehatan Gigi Pada Anak SD Kelas IV dan V Di SDN 23 Banyuasin III
Tahun 2012. Universitas Kader Bangsa Palembang: Skripsi UKB Palembang
Survey Kesehatan Rumah Tangga. 2014. Laporan Kesehatan Rumah Tangga RI. (online).
Tersedia pada http://ragamskripsi.net16.net/tag/data-karies-gigi-menurut-depkes-ri-
tahun-2014. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Woard Health Organisation (WHO). 2013. Karies Gigi Menurut WHO. (online). Tersedia
pada http://www.unilever.co.id/news/press-releases/2013/sesuai-data-global.html.
Diakses tanggal 15 Maret 2016
Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku Perawatan Gigi
Pada Anak Usia Sekolah di SD 104 Sako Palembang Tahun 2018.
Oleh:
Abstract
.
Caries in school-age children increases every year. One of the factors that affects the dental
caries are knowledge and awareness of the importance dental health care. The aims of this
study are to determine the relationship between the levels of dental health knowledge with the
behavior of doing dental care. This study used descriptive correlative design. Sample of this
study are 142 school age children in SDN Sako Palembang. Stratified random sampling is
used as the sampling techniques. The results of this study showed that there is a significant
relationship between level of dental health knowledge with dental care behavior of school-age
children in SDN Sako Palembang (p value: 0.013). The study recommends to health care
institutions, educational institutions, and parents to enhance the information content related
to dental health and dental care at school-age children to prevent the occurrence of dental
caries.
Reference: 19 (2007-2016)
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia perlu diperhatikan. Di Indonesia,
penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak yang tersebar di
berbagai wilayah (Mikail, B., & Candra, A, 2011). Data Dinas Kesehatan Bogor tahun 2009
menunjukkan 231.227 (21.78%) dari total 1.061.440 penduduk Kota Bogor menderita
penyakit gigi dan mulut (Ron, 2011). Dari tahun ke tahun terjadi kenaikan angka prevalensi
kejadian karies pada penduduk Indonesia pada tahun 1995 sebesar 63 % menjadi 90 % pada
tahun 2011 (Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi, 2011). Untuk itu masalah
karies di Indonesia memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak. Karies
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit gigi berlubang antara lain karena struktur
gigi, mikroorganisme mulut, lingkungan substrat (makanan), dan lamanya waktu makanan
menempel di dalam mulut (Schuurs, 1992). Faktor lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat
ekonomi, tingkat pendidikan lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan
Karies gigi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 disebutkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada umur 10 tahun ke atas
sebesar 52% dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur hingga mencapai
63% pada golongan umur 45-54 tahun, sementara itu pada kelompok umur anak usia sekolah
dasar, sebesar 66,8% - 69,9% (Depkes RI, 2004). Rahardjo (2007 dalam Kawuryan
2008) juga membuktikan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 bahwa terdapat
76,2 % anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami
gigi berlubang (Kawuryan, 2008). Sedangkan di Jawa Barat penyakit gigi berlubang pada
anak usia sekolah mencapai 85 % (Lukihardianti, 2011). Dari data di atas, disimpulkan
bahwa karies gigi pada anak usia 12 tahun membutuhkan penanganan yang serius dari
berbagai pihak.
Pemerintah bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) telah
berupaya menangani masalah kesehatan gigi melalui program pemeriksaan gigi gratis enam
bulan sekali. Pemerintah juga telah membuat program kegiatan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) di setiap sekolah (Hutabarat, 2009). Harapannya dengan adanya program-
program tersebut masalah kesehatan gigi dapat teratasi.
Karies gigi pada anak apabila dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan masalah
kesehatan lain. Akibat dari karies gigi pada anak antara lain akan menimbulkan masalah
nyeri, kelainan jantung, infeksi ginjal, infeksi lambung, dan kematian (Minata, 2011).
Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh
menggunakan alat berupa kuesioner dan data sekunder yaitu data yang didapat catatan dari
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga Kabupaten OKU Timur serta
Pengolahan data
Setelah data terkumpul maka dilakukan Editing data, coding, Entri dan dilanjutkan
Analisis Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel, dari
variabel independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dan
Analisis Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu : variabel
independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dengan variabel
dependen (karies gigi) dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X²) dengan
Tabel 1.
Proporsi Karies Gigi Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang menderita karies
gigi yaitu sebanyak 33 responden (55%) lebih banyak dari responden yang tidak mederita
Terdapat bahwa jumlah responden yang berpengetahuan yang baik yaitu sebanyak 32
responden (53,3%) lebih banyak dari responden yang frekuensi pengetahuannya kurang baik
obesitas dan responden yang tidakmempunyai riwayat penyakit gout kategori obesitas
sesudah makan dan sebelum tidur sebanyak 29 responden (48,3%) lebih sedikit dari yang
tidak menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 31 responden
(51,7%) di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga Kabupaten OKU Timur
Tahun 2016.
Dapat diketahui bahwa jumlah resonden yang memiliki pola kebiasaan makan yang
baik sebanyak 29 resonden (48,3%) lebih sedikit dari pola kebiasaan makan yang kurang baik
Tabel 2
Hubungan Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan dengan
Karies Gigi
berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (40,6%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan
responden yang berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 20 orang (71,4%). Berdasarkan
hasil uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,033
lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan
Anak dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesisi yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi terbukti
secara statistik. Hasil analisa nilai OR Pengetahuan Anak adalah 0,274, artinya pengetahuan
anak yang baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi dibandingkan dengan anak yang
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa proporsi kejadian Karies Gigi pada responden
dengan Personal Hygiene menggosok gigi sebanyak 21 orang (72,4%) lebih banyak bila
dibandingkan dengan yang tidak menggosok gigi yaitu sebanyak 12 orang (38,7%).
Berdasarkan uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar
= 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Personal
Hygiene dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik.
Hasil analisa nilai OR Personal Hygiene adalah 4,156, artinya responden yang melakukan
Personal Hygiene berpeluang 4 kali terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena
Karies Gigi.
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa proporsi kejadian Karies Gigi pada responden
dengan frekuensi Kebiasaan Makan baik sebanyak 10 orang (34,5%) lebih sedikit bila
dibandingkan dengan frekuensi Kebiasaan Makan yang kurang baik yaitu sebanyak 23 orang
(74,2%). Berdasarkan uji Chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p
value sebesar = 0,005 lebih kecil dari 0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
Kebiasaan Makan dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik.
Hasil analisa nilai OR Kebiasaan Makan adalah 1,0 , artinya Kebiasaan Makan anak yang
baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat maka dapat dianalisis mengenai
variabel independen (Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan Kebiasaan Makan) dan
Proporsi kejadian Karies Gigi pada responden berpengetahuan baik sebanyak 32 orang
(53,3%), lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik
yaitu sebanyak 28 orang (46,7%). Berdasarkan uji chi-Square dengan batas kemknaan α =
0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,033 lebih kecil dari α = 0,05. yang berarti ada
hubungan yang bemakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi, sehingga
hipotesisi yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan Anak dengan kejadian
Karies Gigi terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR Pengetahuan Anak adalah 0,274,
artinya pengetahuan anak yang baik berpeluang 1 kali terkena Karies Gigi dibandingkan
dengan anak yang berpengetahuan kurang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Sigit (2013) di SDN Plempukan Kembaran Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen tentang
Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas IV dan V yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak dengan kejadian Karies Gigi yaitu
dengan p value = 0,013. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah hasil
mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Tetapi tidak
responden terhadap Karies Gigi dapat diperoleh dari pengalamannya sendiri ataupun juga
dari orang lain. dengan adanya pengetahuan yang baik diharapkan anak dapat melakukan
upaya-upaya pencegahan terjadinya Karies Gigi (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan dibagi
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ata kesadaran terhadap kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi: Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, Pengetahuan tentang
cara memelihara kesehatan dan cara hidup sehat, Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya yang
menjadikan orang mengetahui tentang Karies Gigi dan cara-cara mencegahnya agar tidak
terjadi ataupun terulang kembali terkena Karies Gigi (Soegeng, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian dan teori di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara Pengetahuan Anak dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Proporsi kejadian Karies Gigi pada Personal Hygiene menggosok gigi sebanyak 29
orang (48,3%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak menggosok gigi yaitu
sebanyak 31 orang (51,7%). Berdasarkan uji chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05
diperoleh nilai p value sebesar = 0,018, lebih kecil dari α = 0,05. Yang berarti ada hubungan
yang bermakna antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi, sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian Karies Gigi
terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR Personal Hygiene adalah 4,156, artinya
responden yang melakukan Personal Hygiene berpeluang 4 kali terkena Karies Gigi,
dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Sudarmanto (2012) di SDN Banyuasin III tentang Hubungan antara Karies Gigi dan Cara
Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi pada Anak SD Kelas IV dan V yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara cara menyikat gigi yang baik dengan kesehatan
gigi yaitu dengan p value = 0,003. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2010).
Sedangkan Personal Hygiene pada gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
Menggosok gigi minimal 2x sehari, Membersihkan gigi dengan menggunakan tusuk gigi,
Membersihkan gigi dengan benang sutera, dan Memeriksakan gigi ke Dokter gigi minimal 6
bulan sekali. Dengan dilkukannya upaya-upaya kesehatan gigi tersebut, maka akan
menghindarkan kita dari penyebab Karies Gigi (Dewanti, 2012: 19). Berdasarkan hasil
penelitian dan teori di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara Personal Hygiene dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Proporsi kejadian Karies Gigi ada responden yang memiliki Kebiasaan Makan Baik
sebanyak 29 orang (48,3%), lebih sedikit bila dibandingkan dengan responden yang memiliki
Kebiasaan Makan kurang baik yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). Berdasarkan uji chi-Square
dengan batas kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar = 0,005, lebih kecil dari α =
0,05. Yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan Makan dengan kejadian
Karies Gigi, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Kebiasaan
Makan dengan kejadian Karies Gigi terbukti secara statistik. Hasil analisa nilai OR
Kebiasaan Makan adalah 0,183, artinya Kebiasaan Makan anak yang baik berpeluang 1 kali
terkena Karies Gigi, dibandingkan yang tidak terkena Karies Gigi. Hasil penelitian ini sesuai
Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi Makan Makanan Kariogenik dengan
Kejadian enyakit Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah dengan p value = 0,019. Kebiasaan
Makan pada anak yang harus dihindari adalah sebagai berikut: Makanan manis, Makanan
lengket dan Minuman bersoda (Sigit, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan Makan
dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Senu Marga
Kesimpulan
Ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Anak, Personal Hygiene dan
Kebiasaan Makan secara simultan dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah
Saran
Hasil penelitian ini dapat diperluas menjadi penelitian analitik dengan pengambilan
sampel penelitian yang lebih besar dan lebih luas serta untuk peneliti yang akan datang
diharapkan dapat melibatkan seluruh faktor yang berhubungan dengan kejadian karies pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Alimah Sari, Siti. 2014. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies
Gigi pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Provinsi
Banten Tahun 2013. Universitas Islam Negeri: Skripsi UIN Jakarta
Anggraeni, Dian. 2007. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi
Makan-makanan Kariogenik dengan Kejadian Penyakit Karies Gigi pada Anak Pra
Sekolah di TK ABA 52 Semarang. Universitas Negeri Semarang: Skripsi UNNES
Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan RI. (online). Tersedia pada
http://ragamskripsi.net16.net/tag/data-karies-gigi-menurut-depkes-ri-tahun-2014.
Diakses tanggal 15 Maret 2016
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2012. Laporan Bulanan Februari 2012 Dinas Kesehatan
Kota Palembang. (online). Tersedia pada http://www.dinkes.palembang.go.id. Diakses
tanggal 15 Maret 2016
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2013.
(online). Tersedia pada http://dinkes.palembang.go.id. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Irma, Indah. 2013. Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika
Melvi. 2013. Artikel Kesehatan Wanita Pencegahan dan Pengobatan Karies pada Gigi Anak.
Jakarta: Artikel Kesehatan
Pearce, Evelyn. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum
Pratiwi. 2007. Biologi Jilid 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Prayitno, Sigit. 2013. Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas IV dan V
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sumatera Selatan. 2007. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sumatera Selatan. (online). Tersedia pada
http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Sujiono, Yuliani Nurani. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Sudarmanto. 2012. Hubungan Antara Karies Gigi Dan Cara Menyikat Gigi Yang Baik
Dengan Kesehatan Gigi Pada Anak SD Kelas IV dan V Di SDN 23 Banyuasin III
Tahun 2012. Universitas Kader Bangsa Palembang: Skripsi UKB Palembang
Survey Kesehatan Rumah Tangga. 2014. Laporan Kesehatan Rumah Tangga RI. (online).
Tersedia pada http://ragamskripsi.net16.net/tag/data-karies-gigi-menurut-depkes-ri-
tahun-2014. Diakses tanggal 15 Maret 2016
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Woard Health Organisation (WHO). 2013. Karies Gigi Menurut WHO. (online). Tersedia
pada http://www.unilever.co.id/news/press-releases/2013/sesuai-data-global.html.
Diakses tanggal 15 Maret 2016