Professional Documents
Culture Documents
1791 4943 1 SM PDF
1791 4943 1 SM PDF
Abstract
The problem begins with the low performance of employees at the Cirebon Pratama
Tax Service Office. Where the results of preliminary observations are suspected by low
remuneration and employee job satisfaction. Thus this study uses a descriptive approach
with the aim of finding the value of the magnitude of the effect of remuneration and job
satisfaction on employee performance. The research method used is descriptive explanatory.
The results showed partially that the effect of remuneration on employee
performance was 0.463 or 46.3% with the results of the T test found Thitung > Ttabel = 3.221
> 2.27 signifikan and positive, so H0 is accepted. While the results of the value of the effect
of job satisfaction on employee performance was 0.563 or 56.3% with the results of the T
test found Thitung > Ttabel = 4.204 > 2.27 significant and positive, so H0 is accepted. And the
simultaneous influence obtained by the correlation value of 0.391 or 39.1% with the test F
= 11.867 compared to F table = 3.32 (Fhitung > Ftabel) then the hypothesis is acceptable.
While the remaining 60.9% is explained by other variables outside the variables of
remuneration, job satisfaction and employee performance.
Conclusion Remuneration variables that have been given in the form of rewards
received are reasonable, received bonuses are associated or not related to achievement, and
the suitability of the rewards received has a positive influence in encouraging working
harder according to the expected target. So that this can improve employee performance at
the Cirebon Primary Tax Service Office. Likewise, employee job satisfaction variables in
the Pratama Tax Office in Cirebon feel comfortable in working, pleasant work, salary in
accordance with expectations, adequate career opportunities, conducive work environment
and leadership style (human relations).
memacu kinerja dari para pegawainya. Kepuasan kerja merupakan salah satu
Pemberian remunerasi merupakan bentuk perilaku kerja pegawai yang
imbalan yang diberikan kepada pegawai didefinisikan sebagai sesuatu yang
berdasarkan grading atau posisi jabatan menyenangkan atau sisi hasil emosional
dan kinerja yang dihasilkan. Pemberian yang positif atas penilaian pekerjaan atau
remunerasi sangat penting bagi pegawai pengalaman kerja seseorang (Locke,
guna merangsang seseorang untuk dalam Vanderberg dan Lance, 1992).
melakukan pekerjaan melebihi apa yang Kepuasan kerja ditentukan oleh perbedaan
diinginkan oleh organisasi. Disamping itu antara semua yang diharapkan dengan
pemberian remunerasi juga berfungsi semua yang dirasakan dari pekerjaannya
sebagai penghargaan dari pegawai yang atau semua yang diterimanya secara
telah melakukan suatu pekerjaan yang aktual.
telah ditetapkan oleh pimpinan. Namun kenyataannya,
Remunerasi sebagai salah satu permasalahan yang terjadi saat ini ketika
program reformasi birokrasi. Pemberian terbitnya Peraturan Presiden Nomor 37
remunerasi ini mulai diberlakukan pada Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja
tahun 2007. Adanya pemberian Pegawai di Lingkungan Direktorat
remunerasi tersebut bermanfaat bagi Jenderal Pajak disambut dengan gembira,
instansi maupun pegawai, program namun penghasilan pegawai pajak pada
pemberian remunerasi ini sendiri tahun 2016 hingga saat ini dipotong 20%
merupakan cara yang paling sukses dalam dari tunjangan kinerja yang mereka terima
meningkatkan kinerja pegawai karena setiap bulannya. Hal tersebut merupakan
berhubungan langsung antara kinerja dan konsekuensi dari penerapan Perpres No 37
imbalan. Pemberian remunerasi ini Tahun 2015 diatas karena realisasi
diharapkan dapat membentuk kondisi penerimaan hanya mencapai 81% dari
yang membuat pegawai memiliki target penerimaan pajak.
kemauan untuk memberikan upaya lebih Fenomena pertama yang bisa
untuk meraih tujuan organisasi dalam digarisbawahi adalah pada saat
rangka memperoleh kepuasan kebutuhan diimplikasikan pemotongan remunerasi
individual (Robbins,2007:52) tidak menimbulkan kegaduhan dari
Kepuasan kerja berkaitan dengan pegawai pajak atas berkurangnya
pemenuhan kebutuhan, pegawai yang penghasilan mereka secara signifikan.
merasa terpenuhi kebutuhan akan Padahal dalam pekerjaan sehari-hari
mempersepsikan dirinya sebagai pegawai mereka berada dalam tekanan dari wajib
yang memiliki kepuasan atas pajak yang masih belum paham dan sadar
pekerjaannya. Sebaliknya, ketidakpuasan pajak, sementara target penerimaan yang
muncul apabila salah satu atau sebagian terus naik lebih dari 30% dari tahun ke
dari kebutuhannya tidak dapat dipenuhi. tahun. Kontradiktif, wajib pajak berusaha
Kepuasan kerja merupakan salah satu membayar pajak sekecil-kecilnya,
faktor penentu tinggi dan rendahnya sementara pegawai dituntut untuk
kinerja pegawai. (Robbins, 2007:52) mendapatkan penerimaan pajak yang
Kepuasan kerja sebagai bentuk sebesar-besarnya.
reaksi yang dirasakan karyawan banyak Fenomena kedua adalah reformasi
mendapat perhatian dikalangan peneliti. yang sudah dilakukan oleh Ditjen Pajak
Kepuasan kerja sangat penting artinya saat ini mengalami tantangan yang sangat
baik bagi pegawai maupun bagi instansi. berat dalam situasi ekonomi dan politik
Bidang ini sangat menarik perhatian para dalam negeri maupun global saat ini.
akademisi maupun para praktisi. Secara politik global, terpilihnya Trump
Reformasi yang sudah dilakukan pegawai yang sudah dipotong 20% tidak
oleh Ditjen Pajak saat ini mengalami menimbulkan goncangan yang berarti, hal
tantangan yang sangat berat dalam situasi ini karena adanya insentif prestasi kerja
ekonomi dan politik dalam negeri maupun atau IPK yang diberikan setiap dua bulan
global saat ini. Secara politik global, sekali sebagai pengganti tunjangan kinerja
terpilihnya Trump sebagai Presiden yang dipotong 20%. Namun insentif
Amerika berdampak pada perkembangan prestasi kerja tersebut awalnya
ekonomi secara global. Para pengusaha diperuntukkan sebagai insentif atas
dan investor melakukan wait and see atas capaian prestasi kinerja tertentu bukan
kebijakan ekonomi Trump dalam satu sebagai pengganti tunjangan kinerja yang
tahun kedepan. Secara politik dalam dipotong, itu artinya pada tahun 2016
negeri, stabilitas politik yang bebas dari sebenarnya tidak ada insentif bagi capaian
isu-isu suku, ras dan agama tentu sangat prestasi kinerja tertentu. Jika hal ini
didambakan oleh pelaku-pelaku ekonomi. berlangsung terus menerus setiap tahun
Perkembangan akhir-akhir ini tidak begitu karena target pajak yang besar dan sulit
menggembirakan, isu-isu sara dan berita- dicapai dan bayang-bayang pemotongan
berita ‘hoax’ sangat marak seiring dengan tunjangan kinerja yang bisa jadi lebih
perkembangan sosial media, yang semua besar dari sebelumnya akan
itu bisa berpengaruh pada perkembangan mempengaruhi kinerja pegawai dalam
ekonomi kedepan. jangka menengah dan panjang.
Dalam kondisi tersebut diatas, Analisis yang kedua adalah
ditetapkan target pajak tahun 2017 sebesar menjadikan momentum ini sebagai
1.307 triliun atau naik sebesar 30% dari sebuah acuan untuk memperbaiki
realisasi penerimaan tanpa tax amnesty Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 2015
pajak tahun sebelumnya sebesar 1.001 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di
triliun. Sementara perkiraan pertumbuhan Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
ekonomi tahun 2017 menurut Cresco yang menerapkan pemotongan tunjangan
Research dalam Indonesian Economic kinerja sebesar prosentase tertentu jika
Outlook 2017 sebesar 5,3%. Secara penerimaan pajak tidak mencapai target
ekonomi pertumbuhan 5,3% tersebut tentu dalam prosentase tertentu pula.
menjadi kabar baik bagi dunia usaha Sudah selayaknya Peraturan
namun dengan pertumbuhan ekonomi Presiden Nomor 37 tersebut ditinjau ulang
yang sebesar 5,3% tersebut apakah karena ada unsur ketidakadilan yang
mampu mendongkrak penerimaan pajak mendasarkan besaran pemotongan
yang targetnya naik 30% dari realisasi tunjangan kinerja pada pencapaian target
penerimaan pajak tahun sebelumnya. pajak. Pemotongan tunjangan kinerja
Inilah tantangan berat Direktorat Jenderal dinilai lebih adil jika menyertakan
Pajak untuk merealisasikan target yang penilaian pada pertumbuhan penerimaan
sudah ditetapkan tersebut. pajak bukan semata-mata pada
Dengan kenaikan target yang pencapaian target penerimaan pajak.
cukup besar dibanding dengan perkiraan Penerimaan pajak secara keseluruhan per
pertumbuhan ekonomi yang ada, maka 31 Desember 2016 mencapai Rp 1.105
yang menjadi kekawatiran bagi pegawai triliun, atau sebesar 81,54 persen dari
pajak adalah bayang-bayang pemotongan target penerimaan pajak di APBN
tunjangan kinerja jika target yang Perubahan 2016 yang sebesar Rp 1.355
ditetapkan tersebut tidak tercapai. triliun. Penerimaan total itu tumbuh
Memang benar menurut penelitian ini, sekitar 4,13 persen dibandingkan dengan
pada tahun 2016 tunjangan kinerja 2015. Angka pertumbuhan penerimaan
semakin tinggi pula kinerja pegawai pimpinan sangat penting artinya dalam
tersebut. Setelah itu, dibandingkan dengan meningkatkan produktivitas kerja.
T tabel untuk menuji kebenaran hipotesis Kepuasan kerja dapat ditingkatkan
yang diajukan. Distribusi t dicari pada α = melalui perhatian dan hubungan yang baik
5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat dari pimpinan kepada bawahan, sehingga
kebebasan (df) = n-2 atau 40-2=38. Maka pegawai akan merasa bahwa dirinya
diperoleh hasil untuk T tabel yaitu 2.27. merupakan bagian yang penting dari
Dengan demikian dapat dilihat nilai organisasi kerja.
Thitung > T tabel, yaitu 4.204 > 2.27 dan Hasil penelitian ini menunjukkan
nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < hubungan antara kepuasan kerja dan
0,005, sehingga H0 diterima dan H1 kinerja organisasi. Dalam penelitiannya
ditolak. kepuasan kerja merupakan variabel
Hasil analisis bahwa kepuasan kerja independen yang berpengaruh signifikan
yang dialami oleh setiap pegawai di dan positif terhadap sikap manajemen
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cirebon yang tercermin melalui kinerja pegawai.
berbeda-beda. Tetapi ada kondisi yang Hal ini menunjukkan pula bahwa
dapat memberikan kepuasan kerja dalam kepuasan kerja berfungsi sebagai variabel
diri setiap pegawai. Sikap-sikap pegawai moderating diukur melalui kepuasan
terhadap pekerjaannya dapat didasarkan dengan gaji, kepuasan dengan promosi,
atas berbagai karakteristik yang menjadi kepuasan dengan rekan kerja, kepuasan
pertimbangan setiap pekerja (pegawai) dengan penyelia dan kepuasan dengan
seperti gaji/upah, kondisi kerja dan pekerjaan itu sendiri.
kesempatan promosi. Apabila seseorang merasa telah
Sikap seseorang dalam terpenuhinya semua kebutuhan dan
pekerjaannya mencerminkan suatu keinginannya oleh organisasi maka secara
pengalaman yang menyenangkan dan otomatis dengan penuh kesadaran mereka
tidak menyenangkan dalam pekerjaannya akan meningkatkan tingkat kinerja yang
serta harapan-harapannya terhadap masa ada dalam dirinya. Variabel yang positif
depan. Selain itu, dengan memberikan terhadap kepuasan kerja yaitu tipe
kesempatan kepada pegawai untuk pekerjaan itu sendiri, gaji/bayaran,
berpastisipasi lebih besar dalam kesempatan dapat promosi, atasan mereka
penetapan sasaran, mereka mulai merasa dan rekan kerja dapat terpenuhi maka
dirinya lebih menjadi bagian dari kinerja terhadap organisasi akan timbul
organisasi. dengan baik, sehingga kepuasan akan
Hasil penelitian menunjukkan berdampak terhadap kinerja pegawai pada
bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cirebon.
signifikan terhadap komitmen organisasi Penelitian ini menghasilkan bahwa
pada pegawai di Kantor Pelayanan Pajak kepuasan kerja berpengaruh terhadap
(KPP) Pratama Cirebon. Hal ini berarti kinerja pegawai, dapat dilihat dari adanya
semakin pegawai merasakan kepuasan suatu sikap umum terhadap pekerjaan
dalam bekerja, maka akan semakin tinggi seseorang sebagai perbedaan antara
pula kinerja ditunjukkan oleh pegawai. banyaknya ganjaran yang diterima pekerja
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dengan banyaknya ganjaran yang diyakini
yang dilakukan sebelumnya dimana seharusnya diterima. Menjelaskan faktor-
diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat faktor yang menentukan kepuasan kerja
pengaruh signifikan positif antara adalah pekerjaan yang secara mental
Kepuasan Kerja terhadap kinerja pegawai. menantang, gaji atau upah yang pantas,
Hubungan antara bawahan dengan pihak kondisi kerja yang mendukung,