You are on page 1of 10

UPAYA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA ON

TIME PERFORMANCE (OTP)


(Studi Pada Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia)
Rofifah Nur Aini
Edriana Pangestuti
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: rofifahnuraini@gmail.com

ABSTRACT
On Time Performance (OTP) is one of performance appraisal indicator in airlines. On Time Performance
(OTP) is the ability of airlines to depart or arrive on time. The object of this study is the Garuda Indonesia
airline. Garuda Indonesia's On Time Performance (OTP) in 2017 has fluctuated however in 2018 has
increased gradually. Garuda Indonesia airlines have managed to maintain their achievements in the top five
global airlines with the number of flights above ten thousand through the achievement of On Time
Performance (OTP). Seeing that, this study aims to determine the efforts made by Garuda Indonesia airlines
in improving the performance of On Time Performance (OTP), and the factors that cause On Time
Performance (OTP) are not achieved. This type of research used exploratory research with a qualitative
approach. The formulation of the problems examined by the researcher are: (1) What are the factors that
cause On Time Performance (OTP) are not achieved? (2) What efforts have been made by Garuda Indonesia
airlines to improve the performance of On Time Performance (OTP)? Data collection techniques used by
researcher are observation, interviews and documentation, and using three stages of data analysis, namely
data collection, data classification and drawing conclusions.

Keywords: On Time Performance (OTP), Delay

АBSTRАK
On Time Performance (OTP) menjadi salah satu indikator penilaian kinerja pada perusahaan penerbangan.
On Time Performance (OTP) merupakan kemampuan maskapai penerbangan untuk berangkat atau tiba
dengan tepat waktu. Obyek dari penelitian ini adalah maskapai penerbangan Garuda Indonesia. On Time
Performance (OTP) Garuda Indonesia pada tahun 2017 mengalami fluktuasi namun pada tahun 2018
mengalami kenaikan secara bertahap. Maskapai Garuda Indonesia berhasil mempertahankan prestasinya
dalam lima besar maskapai global dengan jumlah penerbangan diatas sepuluh ribu melalui capaian On Time
Performance (OTP). Melihat hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan
oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dalam meningkatkan kinerja On Time Performance (OTP),
serta faktor penyebab On Time Performance (OTP) tidak tercapai. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti yaitu: (1) Apa saja faktor
penyebab On Time Performance (OTP) tidak tercapai pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia? (2)
Bagaimana upaya yang dilakukan oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dalam meningkatkan kinerja
On Time Performance (OTP)? Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi, serta menggunakan tiga tahap analisis data yaitu pengumpulan data,
pengklasifikasian data dan penarikan kesimpulan.

Kаtа Kunci: On Time Performance (OTP), Keterlambatan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDАHULUАN airline….The impact of potential improvements in
Banyaknya perusahaan penerbangan baik boarding speed on important outcomes such as
yang dikelola oleh pihak pemerintah atau Badan customer satisfaction and retention and
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pihak operational costs”. Terjadinya perbedaan waktu
swasta dapat menjadi rivalitas dalam industri antara target yang telah ditetapkan dan aktual pada
penerbangan. Menurut Adisasmita (2015:142) saat boarding atau bisa disebut keterlambatan
berpendapat bahwa persaingan keras di antara penerbangan dapat berpengaruh pada tingkat
perusahaan penerbangan terutama terjadi dalam kepuasan pelanggan dan biaya operasional yang
tarif penerbangan, pengguna jasa penerbangan dikeluarkan oleh perusahaan penerbangan.
yang berpendapatan rendah lebih tertarik pada tarif Maskapai penerbangan Garuda Indonesia
penerbangan murah, bagi yang berpendapatan sebagai national flag carrier, menerapkan
tinggi meskipun bersedia membayar tarif mahal, pelayanan full service atau memprioritaskan
tetap menginginkan mutu pelayanan dan pelayanan penuh kepada pelanggannya.
keselamatan yang lebih terjamin. Perusahaan penerbangan ini
Bagi perusahaan yang bergerak dibidang mengimplementasikan konsep pelayanan yang
jasa, kualitas pelayanan menjadi suatu hal yang bernama Garuda Indonesia Experience. Konsep
sangat penting untuk memberikan kenyamanan dan tersebut menerapkan keramahtamahan Indonesia
kepuasan kepada para pengguna jasa transportasi dalam pelayanannya dan mengaplikasikan ikon
penerbangan yang telah dipilihnya. Hal tersebut pancaindra atau 5 senses (sight, scent, sound, taste,
diperkuat oleh pendapat Duari (2018:7) yang dan touch) serta mencakup hubungan melalui
menjelaskan bahwa pihak perusahaan penerbangan customer touch points dengan pelanggan mulai dari
harus memperhatikan mutu atau kualitas pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight sampai
pelayanan sesuai dengan standar yang telah dengan post-journey. Disamping melibatkan
ditetapkan oleh International Air Transport pancaindra, konsep Garuda Indonesia Experience
Association (IATA), diantaranya tingkat keamanan juga harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu tepat
dan ketepatan penerbangan. waktu dan aman dalam hal produk, cepat dan tepat
Menurut Gunaryadi (2016:33) pengertian dalam hal proses, bersih dan nyaman dalam hal
keamanan dan keselamatan penerbangan adalah bangunan serta andal, professional, kompeten dan
suatu kondisi dalam mewujudkan penerbangan siap membantu dalam hal staf (garuda-
agar terlaksana secara aman dan sampai tempat indonesia.com, 2018).
tujuan sesuai dengan rencana penerbangan. Setiap Menurut Kementerian Badan Usaha Milik
perusahaan penerbangan perlu menjamin Negara (2018) menyatakan bahwa maskapai
keselamatan penumpang di dalam pesawat dengan BUMN Garuda Indonesia berhasil
memprediksi kemungkinan potensi bahaya yang mempertahankan prestasinya dalam lima besar
akan terjadi serta melakukan tindakan antisipasi maskapai global dengan jumlah penerbangan di
akan bahaya tersebut. atas 10 ribu melalui capaian On Time Performance
Selain itu, ketepatan waktu (On Time (OTP) arrivals di atas 90%. Dalam persaingannya,
Performance) juga menjadi hal yang penting dalam maskapai penerbangan Garuda Indonesia perlu
dunia penerbangan. Penetapan waktu jadwal memperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya
penerbangan haruslah sesuai dengan realisasi keterlambatan dalam penerbangan, faktor-faktor
waktu keberangkatan. Ketepatan waktu tersebut seperti faktor manajemen airline, faktor
penerbangan akan memberikan kepercayaan teknis operasional, faktor cuaca dan faktor lainnya.
kepada penumpang serta menambah daya saing Seluruh faktor tersebut perlu dipastikan tidak
perusahaan penerbangan. Semakin tinggi tingkat mengalami hambatan, karena apabila terjadi
ketepatan waktu atau On Time Performance (OTP) keterlambatan pesawat dapat mengakibatkan
maka akan semakin tinggi pula tingkat terjadinya masalah-masalah pada penerbangan
profesionalisme serta tanggung jawab perusahaan selanjutnya. Kategori keterlambatan sebuah
penerbangan tersebut, Duari (2018:7). maskapai dapat dikontrol melalui kinerja On Time
Smither dan London (2009:70) dalam Performance (OTP) sebuah perusahaan
bukunya yang berjudul Performance Management: penerbangan.
putting research to action menjelaskan bahwa Berdsarkan data dari Official Airline Guide
kepentingan dari On Time Performance (OTP) (2018) menunjukkan bahwa tingkat On Time
yaitu “Target performance for on-time Performance (OTP) Garuda Indonesia tahun 2017
performance represented success for the mengalami fluktuasi. Kinerja On Time

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Performance (OTP) tertinggi berada di bulan informasi dapat menjadikan produknya laku dijual.
Oktober 2017 yaitu sebesar 71,3% sedangkan Teknologi dan sitem informasi yang semakin maju
kinerja On Time Performance (OTP) terendah menjadi faktor yang memungkinkan keberhasilan
berada di bulan Desember 2017 yaitu sebesar perusahaan penerbangan.
49,4%. Pada tahun 2018 kinerja On Time Menurut Francis et al. (2005) dalam
Performance (OTP) Garuda Indonesia kembali Manurung (2010:144) mengemukakan hasil
mengalami ketidakstabilan. Kinerja On Time temuan indikator yang digunakan untuk mengukur
Performance (OTP) tertinggi di tahun 2018 berada kinerja operasi (operational performance) dan
di bulan September 2018 yaitu sebesar 90,5%, membaginya ke dalam lima indikator, di mana
sedangkan kinerja On Time Performance (OTP) digunakan oleh 90% dari 200 perusahaan
terendah berada di bulan Januari 2017, yaitu penerbangan besar di seluruh dunia, yang dapat
sebesar 69,1%. dilihat pada tabel Indikator Kinerja Operasi
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui dibawah ini :
bahwa kinerja On Time Performance (OTP) yang
mengalami fluktuasi diduga dapat dipengaruhi oleh Tabel 1 Indikator Kinerja Operasi dari 200
bebrapa faktor yang berada diluar kontrol maskapai Perusahaan Penerbangan Besar
penerbangan, seperti faktor cuaca dan faktor Indikator Kinerja Operasi dari 200 Perusahaan
Penerbangan Besar
kepadatan lalu lintas penerbangan yang dapat
No. Jenis Indikator Kinerja Digunakan
dilihat pula dari jumlah penerbangannya yang 1. Punctuality / On-Time 100%
tinggi. Hal tersebut mengakibatkan permintaan jasa Performance per operation
angkutan penerbangan mengalami lonjakan yang (OTP)
tinggi sehingga lalu lintas penerbangan terpantau 2. Load Factor per flight 100%
padat dan mengalami peningkatan pada jumlah 3. Daily aircraft utilization (hours) 98%
4. Revenue passanger kilometers 95%
jadwal terbang pesawat sehingga memberikan
5. Available seat kilometers 93%
kenaikan pula terhadap jumlah kunjungan
Sumber: Francis, et al., 2005.
wisatawan di sejumlah destinasi.
Garuda Indonesia berusaha melayani salah
On Time Performance (OTP)
satu kebutuhan penumpang atau wisatawan yaitu
Menurut Soemohadiwidjoyo (2017:82)
melalui pemberian ketepatan waktu keberangkatan
mengatakan bahwa On Time Performance (OTP)
yang sesuai. Dengan data terakhir yang
merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan
menunjukan tingkat On Time Performance (OTP)
sarana transportasi untuk tiba tepat waktu di tujuan.
yang tinggi yaitu sebesar 90,5% pihak maskapai
Berbicara mengenai On Time Performance (OTP)
penerbangan Garuda Indonesia senantiasa akan
tidak dapat terlepas dengan istilah delay atau
terus meningkatkan kinerja On Time Performance
keterlambatan. Definisi keterlambatan menurut
(OTP), serta meminimalisir terjadinya delay atau
Undang-Undang Nomor 1 tentang Penerbangan
keterlambatan. Oleh karena itu peneliti ingin
adalah terjadinya perbedaan waktu antara waktu
mengetahui lebih mendalam tentang cara yang
keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan
dilakukan maskapai penerbangan Garuda
dengan realisasi waktu keberangkatan atau
Indonesia dalam mempertahankan maupun
kedatangan. Keterlambatan dapat diartikan sebagai
meningkatkan kinerja On Time Performance
kondisi yang terjadi dalam sebuah penerbangan
(OTP) serta faktor penyebab apa saja yang
dimana adanya ketidaksesuaian jadwal yang
mempengaruhi kinerja On Time Performance
semestinya. Jadwal penerbangan yang mengalami
(OTP) di Garuda Indonesia tidak tercapai.
keterlambatan (delay) maka kinerja tepat waktu
penerbangan (On Time Performance) tidak akan
KAJIAN PUSTАKА tercapai dan menyebabkan untaian masalah
Kinerja keterlambatan pada jadwal penerbangan
Perusahaan penerbangan memiliki indikator
selanjutnya.
utama dalam pengukuran kinerja. Menurut
On Time Performance (OTP) yang tidak
Holloway (1998:97) dalam Mastra (2016:108)
tercapai dapat menyebabkan keterlambatan
mengemukakan mengenai strategi teknologi dan
penerbangan. Peraturan Menteri No. 89 Tahun
sistem informasi, bahwa produk dan layanan
2015 tentang Penanganan Keterlambatan
berdasarkan pada informasi, perusahaan angkutan
Penerbangan (Delay Management) pada Badan
udara banyak yang mengubah kemampuan
Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di
perusahaan dengan teknologi informasi atau sistem

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Indonesia menjelaskan tentang faktor penyebab 2) Faktor teknis operasional, yaitu faktor yang
keterlambatan penerbangan, antara lain : disebabkan oleh kondisi bandar udara pada saat
1. Faktor manajemen airline, keberangkatan atau kedatangan.
2. Faktor teknis operasional, 3) Faktor cuaca.
3. Faktor cuaca yang meliputi: 4) Faktor lain-lain, yaitu faktor yang disebabkan
4. Faktor lain-lain, diluar dari faktor manajemen airline, teknis
operasional dan cuaca, antara lain kerusuhan
MЕTODE PЕNЕLITIАN dan/ atau demonstrasi di wilayah bandar udara.
Pеnеlitiаn ini mеrupаkаn penelitian eksploratif
(exploratory research) dengan pendekatan Keempat faktor penyebab keterlambatan
kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kantor tersebut sesuai dengan hasil penelitian peneliti
Manajemen Garuda Indonesia, yang beralamat di yang menunjukkan bermacam-macam faktor
Jalan M1 Area Perkantoran Gedung Garuda City penyebab On Time Performance (OTP) tidak
Center, Soekarno Hatta International Airport tercapai di maskapai penerbangan Garuda
Cengkareng, Kota Tangerang, Banten. Tеknik Indonesia. Hal tersebut turut dinyatakan oleh
pеngumpulаn dаtа yаng digunаkаn olеh pеnеliti Manager Production Control bahwa keempat
аntаrа lаin: wawancara, dan dokumentasi. faktor penyebab keterlambatan menurut PM 89
Instrumеnt pеnеlitiаn yаng digunаkаn iаlаh: Tahun 2015 masuk ke dalam delapan jenis faktor
pedoman wawancara, alat pendukung dan peneliti. penyebab keterlambatan yang sudah
Adapun fokus penelitian sebagai berikut: diklasifikasikan oleh Garuda Indonesia. Faktor-
1. Faktor penyebab tidak tercapainya On Time faktor tersebut antara lain:
Performance (OTP) pada maskapai
penerbangan Garuda Indonesia. a. Faktor Manajemen Airlines
2. Upaya yang dilakukan oleh maskapai 1. Faktor Teknik
penerbangan Garuda Indonesia dalam Faktor teknik yang menyebabkan On Time
meningkatkan kinerja On Time Performance Performance (OTP) tidak tercapai pada maskapai
(OTP). penerbangan Garuda Indonesia tahun 2018
memiliki presentase sebesar 0,71%. Faktor-faktor
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN tersebut dapat disebabkan karena adanya
Faktor Penyebab On Time Performance (OTP) kerusakan pesawat, terjadinya kekurangan atau
Tidak Tercapai kerusakan pada suku cadang dan peralatan
Berdasarkan informasi yang telah peneliti perawatan, adanya AOG atau masalah serius yang
dapatkan melalui wawancara dengan narasumber- dialami pesawat sehingga harus dibawa ke stasiun
narasumber dari pihak maskapai penerbangan lain, adanya perubahan pesawat karena alasan
Garuda Indonesia dapat menjawab rumusan teknis, dan tidak adanya pesawat siaga atau
masalah penelitian yang pertama yaitu faktor- kurangnya pesawat siaga yang direncanakan
faktor penyebab On Time Performance (OTP) karena alasan teknologi. Selanjutnya disamping
tidak tercapai. faktor-faktor diatas, faktor man power juga turut
Menurut Amirullah (2015:115) berpendapat mempengaruhi kinerja On Time Performance
bahwa keunggulan dari adanya kinerja adalah (OTP), artinya faktor yang terjadi karena akibat
penentuan sasaran perusahaan yang lebih jelas dan dari kesalahan atau kelalaian sumber daya
terarah, serta untuk mengantisipasi kemungkinan manusia.
hambatan yang muncul. Garuda Indonesia memliki Pesawat yang mengalami masalah pada
target kinerja On Time Performance (OTP) sebesar teknis berpotensi memiliki resiko apabila
92%, untuk mencapai angka tersebut tidaklah melakukan penerbangan. Oleh karena itu, pihak
mudah karena terdapat kemungkinan terjadi maskapai penerbangan harus menjamin kemanan
hambatan. Menurut Direktorat Jenderal serta keselamatan selama penerbangan dengan
Perhubungan Udara melalui Peraturan Menteri No. memeriksa kondisi pesawat terlebih dahulu
89 Tahun 2015, ada 4 macam faktor penyebab sehingga dapat mencapai faktor safety.
keterlambatan pada Badan Usaha Angkutan Udara
Niaga Berjadwal di Indonesia, antara lain: 2. Faktor Station Handling
1) Faktor manajemen airline, yaitu faktor yang Faktor keterlambatan karena station handling
disebabkan oleh maskapai penerbangan. yang terjadi di Garuda Indonesia selama tahun
2018 sebesar 0,41%. Keterlambatan faktor karena

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
station handling merupakan keterlambatan yang minor yaitu sebesar 0,06%. Faktor sistem menjadi
terjadi disebabkan oleh penanganan dari ground salah satu perangkat penghubung yang menunjang
handling. Pihak ground handling menjadi berjalannya kegiatan penerbangan. Penyebab
penanggung jawab atas pelayanan didarat sebelum keterlambatan yang terjadi karena sistem dapat
maupun sesudah dilaksanakannya penerbangan diakibatkan oleh adanya kerusakan sistem pada
Garuda Indonesia menggunakan jasa ground departemen control system, cargo, documentation
handling dari PT Gapura Angkasa yang merupakan system, flight plans, dan saat melakukan check-in,
anak perusahaan dari Garuda Indonesia. adanya sistem auto-format. Semua unit tersebut
Permasalahan keterlambatan (delay) karena mengakses sistem data melalui komputer, apabila
station handling yang terjadi di Garuda Indonesia terjadi kerusakan sistem maka akan sulit
disebabkan oleh pihak ketiga yaitu penanganan mengoperasikan sesuai khalayaknya. Namun
dari ground handling, seperti rusaknya alat-alat faktor-faktor tersebut tidak sering terjadi, karena
handling pesawat (ground power unit, push back pihak Garuda Indonesia maupun bandara
car, aviobridge), ganti atau pindahnya boarding senantiasa memiliki back up bagi data yang tertera
gate, kerusakan sistem convenyer bagasi, didalam sistem.
kurangnya jumlah catering, keterlambatan
catering masuk ke pesawat, keterlambatan 5. Faktor Flight Operations
pengisian bahan bakar dan sebagainya. Faktor keterlambatan karena flight
Menurut Nasution (2008:203) menjelaskan operations di Garuda Indonesia selama tahun 2018
bahwa untuk dapat melaksanakan operasi berkontribusi sebesar 0,73%. Keterlambatan
penerbangan tepat waktu, diperlukan disiplin dan karena faktor flight operations atau yang biasa
koordinasi antara bagian operasi dengan bagian disebut penanganan operasi penerbangan
pemeliharaan pesawat, pemasaran, dan bagian merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh
lainnya. Dengan adanya koordinasi atau kerjasama rencana penerbangan, kebutuhan operasional yang
yang baik antar seluruh pihak yang terkait dalam tidak terpenuhi, terlambatnya boarding atau
proses pelaksanaan penerbanagan akan departure crew, kekurangan kru, adanya
mendukung kinerja On Time Performance (OTP) permintaan kru khusus, terlambatnya awak kabin,
pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia. kekurangan awak kabin, permintaan khusus awak
kabin, dan adanya permintaan pilot in command
3. Faktor Komersial untuk melakukan security check.
Faktor komersial yang terjadi di Garuda
Indonesia selama tahun 2018 adalah sebesar b. Faktor Teknis Operasional
0,81%. Faktor keterlambatan karena komersial ini Faktor teknis operasional merupakan faktor
dapat disebabkan oleh kapasitas pesawat yang yang disebabkan karena kondisi bandara baik dari
tidak terisi atau tidak mencapai target yang telah segi fasilitas atau status bandara itu sendiri. Faktor
ditetapkan pada penerbangan berjadwal, maka fasilitas bandara adalah ketersediaan sarana dan
penerbangan tersebut bisa jadi akan dibatalkan. prasarana di bandar udara yang dapat mendukung
Alasan komersial lainnya adalah menunggu kelancaran aktivitas transportasi udara baik
penumpang yang baru saja check in, penumpang fasilitas sisi darat maupun sisi udara. Angka
yang pindah pesawat (transfer) atau penumpang keterlambatan yang disebabkan oleh fasilitas
yang melaksanakan penerbangan lanjutan bandara di Garuda Indonesia selama tahun 2018
(connecting flight) sehingga harus menunggu memberikan angka tertinggi dibandingkan dari
penumpang tersebut tiba dari penerbangan faktor lainnya, yaitu sebesar 7,13%. Faktor
sebelumnya. Kemudian adanya penerbangan ketersediaan fasilitas di bandara menjadi penyebab
komersial dengan penumpang VIP atau VVIP, terjadinya keterlambatan. Fasilitas prasarana yang
sehingga penerbangan tersebut lebih diprioritaskan dimaksud meliputi jalur pacu (runway), jalur
dan dapat menyebabkan keterlambatan (delay) hubung (taxiway), dan tempat parkir pesawat
pada pesawat lainnya karena membutuhkan waktu (apron). Seiring dengan meningkatnya jumlah lalu
untuk pembersihan pesawat atau aktivitas ramp lintas penerbangan membuat antrian pada slot
handling. penerbangan sehingga dapat menyebabkan
keterlambatan saat hendak take off maupun
4. Faktor Sistem landing. Slot didalam penerbangan merupakan
Faktor keterlambatan yang disebabkan oleh jadwal waktu kedatangan dan keberangkatan yang
sistem yang terjadi di Garuda Indonesia sangat diorganisir oleh Lembaga Penyelenggara

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia perjalanan untuk melakukan penerbangan.
(LPPNPI) yang mengatur pergerakan pesawat pada Kemudian faktor lain-lain yang tidak terspesifikasi
waktu yang ditetapkan dan disesuaikan dengan pada tujuh faktor penyebab keterlambatan diatas
fasilitas bandara setempat. Fasilitas penerbangan masuk ke dalam jenis faktor miscellaneous ini.
yang dibutuhkan sering tidak sesuai dengan jumlah
pesawat udara beserta jumlah penumpang yang Upaya Garuda Indonesia dalam Meningkatkan
dilayani. Menurut teori yang dikemukakan oleh Kinerja On Time Performance (OTP)
Adisasmita (2014:61) untuk memenuhi kebutuhan Pengelolaan kinerja dalam suatu perusahaan
jasa transportasi yang meningkat memerlukan sangatlah penting terutama kinerja tepat waktu atau
tersedianya kapasitas fasilitas transportasi yang On Time Performance (OTP) dalam perusahaan
cukup baik kuantitas maupun kualitas penerbangan. Menurut Amirullah (2015) salah satu
pelayanannya. prasyarat dasar yang harus dipenuhi dalam suatu
Selanjutnya faktor fasilitas bandara yang organisasi atau perusahaan adalah adanya suatu
dapat menyebabkan tidak tercapainya On Time indikator kinerja (Key Performance Indicator)
Perfromance penerbangan bisa diakibatkan karena yang terukur secara kuantitatif dan jelas batas
status bandara dengan kepemilikan militer, waktunya. Menurut hasil didalam penelitian ini
sehingga apabila ada kepentingan khusus dari dapat menunjukkan bahwa maskapai penerbangan
militer dapat menyebabkan penerbangan sipil Garuda Indonesia memiliki Key Performance
tertunda atau terlambat. Garuda Indonesia Indicator berupa target pencapaian On Time
beroperasi di bandara-bandara milik TNI Angkatan Performance (OTP) yang diukur dalam bentuk
Udara, sehingga selain kegiatan transportasi udara persentase selama periode satu bulan, yaitu sebesar
yang dilaksanakan oleh maskapai penerbangan, 92%.
bandar udara dipergunakan pula untuk kepentingan Menurut Francis et al. (2005) dalam
militer. Manurung (2010:144) mengemukakan hasil
temuan indikator yang digunakan untuk mengukur
c. Faktor Cuaca kinerja operasi perusahaan penerbangan, yaitu:
Keterlambatan yang terjadi akibat cuaca a. Punctuality / On-Time Performance per
di Garuda Indonesia selama tahun 2018 sebesar operation (OTP), yaitu mengukur kinerja
0,96%. Faktor cuaca menjadi faktor yang ketepatan waktu keberangkatan penerbangan
mempengaruhi On Time Performance (OTP) tidak dengan jadwal penerbangan yang sudah
tercapai. Cuaca merupakan faktor yang berada ditetapkan.
diluar kontrol manusia yang sifatnya tidak dapat b. Load Factor per flight, yaitu mengukur
dihindari, seperti terjadinya hujan lebat, petir, presentase jumlah seat yang terjual dengan
banjir, badai, kabut, asap ataupun bencana alam jumlah seat yang tersedia untuk setiap
seperti meletusnya gunung. Faktor-faktor tersebut penerbangan.
akan berpengaruh kepada keselamatan c. Daily aircraft utilization (hours), yaitu
penerbangan, sehingga seluruh penerbangan mengukur rata-rata jumlah jam pesawat
terpaksa ditunda atau delay supaya tidak beroperasi atau digunakan untuk setiap hari atau
membahayakan keselamatan penumpang. Namun tahunan.
faktor cuaca dapat diprediksi, pihak maskapai d. Revenue passanger kilometers, yaitu mengukur
penerbangan berkoordinasi dengan Badan perbandingan jumlah biaya yang dikeluarkan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika daerah dalam operasi dan jumlah pembayaran oleh
setempat untuk memastikan kondisi cuaca daerah penumpang pada setiap penerbangan.
tersebut e. Available seat kilometers, yaitu mengukur
jumlah kursi yang siap untuk dijual untuk setiap
d. Faktor lain-lain penerbangan berdasarkan jarak tujuan
Keterlambatan yang terjadi karena faktor penerbangan.
miscellaneous di Garuda Indonesia selama tahun Berdasarkan Indikator Kinerja Operasi
2018 yaitu sebesar 0,23%. Faktor ini dapat tampak bahwa indikator On Time Performance
disebabkan oleh aksi industri yang dilakukan oleh (OTP) digunakan sebagai indikator utama untuk
maskapai penerbangan maupun aksi industri diluar mengukur kinerja ketepatan waktu seluruh
maskapai penerbangan itu sendiri, seperti perusahaan penerbangan di dunia. Teori tersebut
terjadinya demonstrasi di daerah bandara ataupun sesuai dengan hasil wawancara kepada pihak
di daerah sekitar bandara yang dapat menghambat maskapai penerbangan Garuda Indonesia bahwa

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
profesionalisme suatu maskapai penerbangan dapat penyedia jasa pelayanan navigasi penerbangan
ditunjukkan melalui angka dalam kinerja On Time yang sesuai dengan standar yang berlaku dalam
Performance (OTP). Angka tersebut tentunya lingkup nasional maupun internasional. Dan
dapat dicapai melalui beberapa upaya yang telah maskapai penerbangan Garuda Indonesia adalah
dilakukan oleh maskapai penerbangan Garuda perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
Indonesia untuk mencapai On Time Performance bergerak di bidang jasa penerbangan untuk
(OTP) serta mengurangi probabilitas penumpang ataupun barang. Ketiga stakeholder
keterlambatan waktu penerbangan. tersebut saling berkaitan dalam menjalankan
Enam upaya yang dilakukan oleh maskapai fungsinya sehingga dapat menunjang
penerbangan Garuda Indonesia untuk mencapai keberlangsungan sektor penerbangan.
kinerja On Time Performance (OTP). Upaya-upaya Faktor tercapainya On Time Performance
tersebut antara lain: (OTP) tidak hanya ditentukan oleh maskapai
penerbangan melainkan dari pengelola bandar
a. Program half way boarding udara juga. Keterlambatan penerbangan (delay)
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Garuda yang dialami oleh maskapai penerbangan bisa
Indonesia adalah half way boarding. Half way disebabkan oleh fasilitas bandara. Seiring dengan
boarding menjadi program inisiatif untuk meningkatkan kepadatan penumpang dan
menunjang tercapainya On Time Performance pergerakan pesawat maka akan berpengaruh
(OTP). Program ini bertujuan mempersingkat kepada kepadatan slot penerbangan. Jadwal
waktu dalam melakukan boarding dengan penerbangan erat kaitannya dengan slot time. Slot
menggunakan fasilitas garbarata. Garbarata time merupakan jadwal keberangkatan dan
merupakan salah satu fasilitas yang berada didarat kedatangan pesawat pada waktu yang telah
yang berbentuk jembatan penghubung ruang ditetapkan oleh pihak bandara atau diatur oleh
tunggu penumpang dengan pintu masuk pesawat, Airnav sebagai perusahaan yang bergerak di
sehingga dapat mempermudah aksesibilitas bidang jasa pelayanan navigasi penerbangan.
penumpang untuk masuk atau keluar pesawat. Dengan adanya sinergi sesama instansi BUMN,
Fasilitas garbarata tersebut mendukung untuk Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan
melakukan boarding sebelum waktunya, sehingga nasional harapannya menjadi prioritas utama
penumpang siap lebih awal. Saat proses boarding dalam mendapatkan fasilitas bandara, seperti
dimulai, penumpang bisa langsung masuk pesawat fasilitas untuk parking stand, runaway, dan
melalui garbarata, sehingga proses boarding dapat taxiway.
memotong waktu sekitar 10 sampai 15 menit. Hal
ini tentunya menjadi dampak postif terhadap c. Melakukan quick handling (penanganan
pencapaian target kinerja On Time Performance dengan cepat)
(OTP). Pelayanan jasa penerbangan merupakan
rangkaian yang sangat panjang, dimulai saat
b. Sinergi 3A (Angkasa Pura, Airnav, dan penumpang berada di bandara keberangkatan,
Airlines) didalam pesawat dan saat tiba di bandara
Kelancaran kegiatan operasional kedatangan. Setelah pesawat tiba di bandara tempat
penerbangan tidak terlepas dari kerjasama yang tujuan, ada yang dinamakan standard ground time,
dilakukan oleh stakeholder penunjang layanan yaitu standar waktu untuk melakukan pelayanan di
penerbangan, seperti Angkasa Pura, Airnav, dan darat. Standard ground time diberikan waktu
maskapai penerbangan (airlines) atau disebut juga sebanyak 45 menit untuk melaksanakan ramp
3A. Program sinergi 3A ini merupakan salah satu handling, yaitu seluruh aktivitas yang berkaitan
upaya yang akan dilakukan oleh Garuda Indonesia dengan kesiapan pesawat seperti koordinasi
untuk memastikan kegiatan operasional dengan pengiriman kru, kontrol muatan, kontrol
penerbangan berjalan dengan lancar. Angkasa Pura catering, penumpang, bagasi, kargo dan
adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara penanganan surat.
yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa Dunia penerbangan mengenal istilah late
kebandarudaraan. Sedangkan Airnav atau arrival, yaitu keterlambatan kedatangan pesawat.
Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Garuda Indonesia memiliki unit tersendiri yang
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan menganalisa terjadinya late arrival yaitu Unit
Indonesia (LPPNPI) adalah perusahaan Badan Station, Service and Skyteam Hub yang berada di
Umum Milik Negara yang berperan sebagai Airport Management Office.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Jika late arrival terjadi, maka dalam 45 menit Unit Technical Operation Control yang berada di
(standard ground time) diperlukannya untuk Garuda Maintenance Facility (GMF) memiliki
melakukan quick handling, yaitu dengan berusaha kebijakan bernama Technical Delay Aircraft
mempercepat prosesnya, memastikan semua Maintenance (TDAM). Kebijakan tersebut
prosedur dilakukan dengan benar, dan menambah membahas mengenai analisa penyebab
jumlah SDM di lapangan, misalnya cleaner yang keterlambatan (delay) yang disebabkan oleh faktor
standarnya 8 orang ditambah menjadi 10 orang teknik beserta tindakan pencegahannya. TDAM ini
supaya bisa mempercepat proses ground time. bertujuan untuk mengantisipasi faktor penyebab
Tujuan dilakukannya quick handling untuk keterlambatan (delay) tidak terjadi berulang.
meminimalisir efek domino yang disebabkan oleh Upaya preventif yang dilakukan menyesuaikan
late arrival. Semua dikelola dengan baik agar kondisi keterlambatan (delay) yang terjadi. Upaya
mencapai ketepatan waktu sebuah pesawat, tersebut seperti menambahkan pemeriksaan
kesiapannya bukan hanya dari sisi lapangan, pemeliharaan pesawat secara berkala untuk
melainkan dari sisi penumpang, proses boarding, memastikan kondisi mesin pesawat dalam keadaan
dan lain-lain. yang baik. Kemudian menganalisa kebutuhan
Penumpang yang mengalami keterlambatan spare, ada kemungkinan keterlambatan (delay)
yang terjadi akibat faktor manajemen airline akan yang terjadi dikarenakan kekurangan spare,
mendapatkan ganti rugi berupa kompensasi yang apabila dibutuhkan dapat melakukan penambahan
sudah diatur mekanismenya oleh Pemerintah spare namun tetap menyesuaikan dengan biaya
melalui regulasi PM 89 Tahun 2015 yang mengatur anggaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya
tentang ketentuan pemberian kompensasi, seperti keterlambatan (delay) yang terjadi karena
berikut ini. miskoordinasi, maka selanjutnya akan dilakukan
tindakan perbaikan supaya membentuk koordinasi
tim yang lebih baik lagi.
TDAM dapat memberikan rekomendasi
terhadap tindakan pencegahan maupun perbaikan
terkait hal-hal keterlambatan (delay) karena faktor
teknik, yaitu dengan mengulas permasalahannya
terlebih dahulu sebelum mengeksekusi upaya yang
akan dilakukan, dan tetap mengadakan inspeksi
secara berkala. Upaya tersebut tentunya dapat
mendukung tercapainya On Time Performance
karena pihak Garuda Indonesia senantiasa
Gambar 1 Kompensasi Atas Keterlambatan melakukakan upaya pencegahan dan tindakan
Penerbangan korektif pada permasalahan keterlambatan (delay)
Sumber: Kementerian Perhubungan, 2019 yang ada.

Kompensasi yang sudah ditetapkan e. Strategi penentuan jam terbang pesawat


berdasarkan PM 89 Tahun 2015 sudah sesuai Ketepatan waktu penerbangan dapat dicapai
dengan yang diterapkan oleh Garuda Indonesia melalui peningkatan efisiensi operasional
apabila keterlambatan yang terjadi disebabkan oleh perputaran pesawat atau yang biasa disebut rotasi
faktor manajemen airline yang sudah dijelaskan pesawat. Garuda Indonesia memiliki strategi
pada poin pembahasan hasil penelitian tersendiri dalam mengatur jadwal penerbangan,
sebelumnya. Faktor manajemen airline tersebut yaitu dengan rotasi pesawat. Perputaran pesawat
meliputi faktor teknik, faktor station handling, didukung dari segi sumber daya manusia,
faktor komersial, faktor sistem dan faktor flight ketersediaan peralatan dan kapasitas bandara.
operation. Situasi yang sering dialami selama jam sibuk
operasi bandara berasal dari kapasitas terminal dan
d. Adanya Technical Delay Aircraft kapasitas landasan pacu.
Maintenance (TDAM) Garuda Indonesia senantiasa mengutamakan
Unit teknik dari maskapai penerbangan penerbangan dengan pencapaian On Time
Garuda Indonesia mengupayakan untuk Performance (OTP). Oleh karena itu, maskapai
mengurangi probabilitas terjadinya keterlambatan penerbangan ini memprediksi keterlambatan
penerbangan yang disebabkan oleh faktor teknik. penerbangan berdasarkan studi statistik dengan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
merencanakan delay strategical, artinya dalam handling dari PT Gapura Angkasa yang
mencegah keterlambatan (delay). mempersiapkan seluruh perlengkapan layanan
Dampak yang terjadi dapat mengakibatkan darat, dan pihak Pertamina yang berhubungan
utilisasi pesawat menjadi berkurang. Dalam satu dengan pengisian fuel atau bahan bakar pesawat.
hari seharusnya rute tersebut terbang 8 sektor Semua pihak terkait memiliki standar penanganan
penerbangan, namun karena waktu tambahan yang untuk mengarah kepada pencapaian On Time
telah dijadwalkan menjadi 7 sektor, namun target Performance (OTP) yang maksimal.
On Time Performance (OTP) dapat tercapai.
Menurut Francis et al. (2005) dalam Manurung KЕSIMPULАN DАN SАRАN
(2010:144) menjelaskan bahwa daily aircraft Kеsimpulаn
utilization per jam adalah rata-rata jumlah jam 1. On Time Performance (OTP) yang tidak
pesawat beroperasi atau digunakan untuk setiap tercapai berkaitan dengan faktor keterlambatan,
harinya atau tahunan. Sepanjang tahun 2017 faktor ini dapat diklasifikasi kedalam dua
utilisasi pesawat Garuda Indonesia sebanyak 9:36 bagian, yaitu faktor manajemen airline dan
jam per hari. faktor diluar manajemen airline. Faktor
Sebagai maskapai penerbangan nasional, manajemen airline meliputi kesalahan teknik
Garuda Indonesia memprioritaskan On Time pada pesawat, faktor station handling, faktor
Performance (OTP) dalam rangka stabilisasi komersial, faktor sistem, dan faktor flight
kinerja operasional dan finansial melalui Service operation yang berkaitan dengan kru.
Level Improvement yang mencakup peningkatan Kemudian faktor diluar dari manajemen airline
On Time Performance (OTP), pelayanan di meliputi faktor cuaca, faktor teknis operasional
bandara dan pelayanan di inflight atau cabin yang berkaitan dengan ketersediaan fasilitas
pesawat. Strategi yang sudah Garuda Indonesia bandara untuk kegiatan operasional pesawat
tetapkan dapat mencapai On Time Performance serta kerusakan pada sarana dan prasarana
(OTP) walaupun berdampak pada utilisasi pesawat tersebut, dan faktor lain-lain diluar dari faktor
yang berkurang. yang telah disebutkan.
2. Upaya yang dilakukan oleh maskapai
f. Dukungan man power untuk tepat waktu penerbangan Garuda Indonesia dalam
On Time Performance (OTP) didukung oleh meningkatkan kinerja On Time Performance
proses yang cukup panjang, karena On Time (OTP) antara lain melalui program inisiatif half
Performance (OTP) merupakan salah satu produk way boarding yang dapat mempersingkat proses
yang patut dikelola dan unggul di mata konsumen. boarding, dilakukannya sinergi 3A sesama
Pada dasarnya On Time Performance (OTP) bukan perusahaan BUMN (Airline, Aangkasa Pura dan
hanya tanggung jawab dari direktur operasi, Airnav), melakukan quick handling atau
melainkan seluruh unit yang menjadi stakeholder penanganan dengan cepat ketika adanya potensi
operasional diberi tanggung jawab untuk keterlambatan pesawat, dikeluarkannya
mensukseskan On Time Performance (OTP). Technical Delay Aircraft Maintenance (TDAM)
Semua proses sebelum penerbangan hingga sebagai upaya preventif keterlambatan yang
pasca penerbangan harus dilakukan dengan tepat terjadi dikarenakan faktor teknik, melakukan
waktu, seperti penumpang harus hadir di bandara strategi penentuan jam terbang pesawat, dan
tepat waktu yang menjadi titik awal dimana dukungan dari man power untuk melakukan
keberangkatan tidak hanya ditentukan oleh fungsi pekerjaannya dengan tepat waktu.
kesiapan pesawat tetapi juga dari segi kesiapan
penumpangnya. Banyak sekali stakeholder yang Sаrаn
mendukung kinerja On Time Performance (OTP), 1. Saran untuk maskapai penerbangan Garuda
masing-masing stakeholder memiliki SOP untuk Indonesia
mempersiapkan penerbangan supaya tepat waktu. a. Pihak maskapai penerbangan Garuda Indonesia
Pihak maskapai penerbangan Garuda Indonesia diharapkan untuk lebih fokus kepada
berkoordinasi dengan beberapa anak pengawasan operasional di bandara, yaitu
perusahaannya, seperti PT Aerowisata Catering mengawasi unit-unit terkait yang bekerja
Service untuk melayani kebutuhan jasa boga dalam dilapangan untuk menjalankan fungsi
pesawat, kemudian unit teknik dari Garuda pekerjaannya secara tepat waktu disertai dengan
Maintenance Facility yang menangani perawatan safety security untuk mengutamakan
pesawat terbang, selanjutnya pihak ground keselamatan penumpang sehingga dapat

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mendukung kinerja On Time Performance Miro, Fadel. 2011. Pengantar Sistem Transportasi.
(OTP). Jakarta : Penerbit Erlangga.
b. Sebaiknya mengadakan pelatihan berkala yang Nasutіon, Drs. M.N, M.S.Tr, A.P.U. 2008.
ditujukan kepada teknisi pesawat di setiap Manajеmеn Transportasі. Bogor : Ghalіa
bandara untuk meningkatkan kualitas sumber Іndonеsіa.
daya manusia sehingga lebih tanggap dan cepat
dalam menghadapi masalah yang terjadi. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun
c. Untuk mengurangi angka keterlambatan 2015 tentang Penanganan Keterlambatan
penerbangan, sebaiknya maskapai penerbangan Penerbangan.
mengidentifikasi satu per satu permasalahan Sari, Syahra Ariesta Fitria. 2018. Analisis Dampak
keterlambatan yang terjadi berdasarkan delay On Time Performance (OTP) pada
code yang ditetapkan oleh IATA, kemudian Kegiatan Transportasi Udara (Studi pada
membuat tindakan perbaikan terhadap masing- Keterlambatan Jadwal Penerbangan di
masing kontribusi keterlambatan. Bandar Udara Internasional Adisutjipto,
2. Saran untuk peneliti selanjutnya Yogyakarta). Malang : Universitas
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya Brawijaya.
yang akan meneliti tentang On Time Performance
(OTP) untuk melakukan penelitian mengenai Soemohadiwidjojo, Arini T. 2017. Key
pengaruh On Time Performance (OTP) pada Performance Indicator Untuk
bagian lainnya, seperti pengaruh terhadap Perusahaan Jasa. Jakarta : Raih Asa
kepuasan pelanggan maskapai penerbangan, Sukses.
pengaruh terhadap minat beli konsumen dalam Smither, James W. dan London Manuel. 2009.
pemilihan produk maskapai penerbangan. On Time Performance Management: putting
Performance (OTP) yang tidak tercapai akan lebih research into action. San Fransisco :
baik apabila diteliti menggunakan metode Jossey-Bass.
kuantitatif karena dapat diketahui dan terukur
secara jelas pengaruhnya. Internet / Artikel Online
Garuda Indonesia. 2018. Konsep Layanan.
(https://www.garuda-
DАFTАR PUSTАKА indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-
Adisasmita, Prof. Dr. H. M.Ec. 2014. Analisis experience/service-concept/index.page?).
Kebutuhan Transportasi. Yogyakarta : (diakses pada 1 November 2018).
Graha Ilmu.
Official Airline Guide. 2018. Monthly On Time
_________. 2012. Penerbangan Bandar Udara. Performance Report.
Yogyakarta : Graha Ilmu. (https://www.oag.com/monthly-on-time-
Amirullah, S.E., M.M. 2015. Manajemen Strategi: performance). (diakses 1 November
Teori Konsep Kinerja. Jakarta : Mitra 2018).
Wacana Media
Duari, I Putu Hardani Hesti. 2018. Tiket
Penerbangan Domestik. Yogyakarta :
Deepublish.
Gunaryadi, Ryan Firdiansyah, dkk. 2015.
Keselamatan Penerbangan: Tinjauan
Keselamatan Penerbangan Sipil di
Indonesia. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Manurung, Dr. Laurensius, Jiko Warsito. 2010.
Strategi dan Inovasi Bisnis,
Meningkatkan Kinerja Usaha. Jakarta :
Elex Komputindo
Mastra, IG. P. 2016. Manajemen Transportasi
Udara. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 1 Juli 2019| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like