Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Id Adha 2019
Khutbah Id Adha 2019
IMG
TRENDING NOW:
Khutbah Jumat: Ibadah Haji, antara Kebutuhan dan KeinginanLebih Baik Kurban Sapi Patungan
?atau Kambing Sendirian
Search
KHUTBAH
Share:
Khutbah I
ب َا ه َ ْ َ ر ه َ رً َ َْر َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ َْه َ ه َ ْ َ
للُ لل أ ك َ ه ُ با ُ لل أ ك ُ
با ُ لل .أ ك ُ
با ُ لل أ ك ُ
با ُلل أ ك ُ
با ُلل .أ ك ُ
با ُ
لل أ ك ُ
با ُ
لل أ ك ُ
با ُلل .أ ك ُ
با ُ ك ِث ْر ًبا ُِ
لل والحم ُد ك ِب ْبا أ ك ُ
َ ه ا َ َ َ ر َ ه رَ ر َ َ َ َ َ َ ه ر َ ه ََ َ ا َ ر َ ه ََ َ َ َ ر َ ه َ َ َ َ ر َ ه ه ا َ َ ََ ر ً ْ ً
للا َو هس رب َح ُ
ان ل هبك َرُة ُِ
له ،وأ ِصي ُ
َل َلإ ُ
للا إ ُ
ق ،وحد ُه ُ ص وعد ُه صد ُاب وهز ُم جند ُه وأع ُز عبد ُه ون ُ
له ،وحد ُه اْلحز ُ َل َل ِإ ُللا ِإ ُ
ُ
للاه َ ه َ ِ ِْ َ ر ه َ َ َْه َ ه َ ْ
بو ُ لل ،أ ك ُ با ُ لل أ ك ُ
الحم ُد و ُِ
Ma’asyiralُMusliminُwalُMuslimatُrahimakumullah,
Ungkapan rasa syukur sudah seharusnya kita ungkapkan biqouli alhamdulillah karena sampai
dengan saat ini kita masih mendapat kepercayaan dari Allah SWT untuk tetap bisa menikmati
karunia Allah untuk tetap dapat menginjakan kaki kita di atas bumi-Nya. Terlebih lagi saat ini
kita masih di berikan-Nya kesempatan untuk bertemu dengan Hari Raya Idul Adha 1438 H.
Mudah-mudahan semua ini mampu menjadi motivasi kita untuk meningkatkan dan
memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Idul Adha adalah salah satu hari raya dalam agama Islam yang di dalamnya menyimpan
berbagai peristiwa monumental dari peradaban kehidupan di bumi. Peristiwa tersebut
selanjutnya diabadikan dalam sebuah ritual ibadah. Dua ibadah yang sangat identik dengan Hari
Raya Idul Adha adalah ibadah kurban dan haji. Kedua ibadah ini mengandung nilai keteguhan
dan keimanan dan menjadi bukti pengorbanan yang di dasari dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran.
ب ه ْ َ َ َْه ه َ َْه ه ْ ه
ُللا ُ َ أ ك،ُللا ُ أ ك، للا
ب ُ ب ُِ ال َح رم ُد َو
ُ أ ك، لل
Hadirin rahimakumullah,
Ibadah kurban adalah ibadah yang berawal dari sejarah ketika Nabi Ibrahim mendapatkan
perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail, dengan cara disembelih. Berbekal keimanan
yang tinggi, Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang disampaikan Allah melalui sebuah
mimpi. Namun, sebelum Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, malaikat membawa seekor
kambing dari surga sebagai ganti untuk disembelih. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’anُ
surat Asshoffat: 102
ََ َ َ ه َ َ َ ِّ ه َ ا َ ْ ِّ َ َ ه ر َ ه َ ر َ ر َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ر ُ ر َ ر َ ه َ َ ر َ ه
ع َم َع ُه َبل ُغ فل اما
َُ ِ الس ر
ال اَُ ن َيا ق
ُِ ن ب
ُ ِ ف أرىُ ِإ ُ ِ ن ال َمن
ُ ِ ِ ام ُِ ك أ
ُ ال ُۚترىُ ماذا فانظ ُر أذبح
ُ ت يا ق
ُ ِ ل أب ُ ِ ِ ن َست ِجد
ُ ن ُۖتؤم ُر ما افع ُ اء ِإ
ُش
َّ َ َ
اِله ا
ُ ن ُ ين ِم
ُ الص ِابر
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar.”
Dari sejarah inilah umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban yang pada
hakikatnya merupakan sebuah ibadah untuk mengingatkan kita semua untuk kembali kepada
tujuan hidup, yaitu beribadah kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’anُsuratُAdz-Dzaariyaat:
56
ا َ ر َ ْ ا َ َر ه ه
ت َو َما
ُ ن خلق ُ نس ال ِج
ُ َل و ِاْل ُ ِ ِل َي رع هبد
ُ ون ِإ
“DanُtidakُAkuُciptakanُjinُdanُmanusiaُkecualiُuntukُmenyembah-Ku.”
Hikmah dari ujian Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya adalah keikhlasan
dalam menjalankan perintah Allah SWT. Keikhlasan menjadi salah satu kunci untuk
memperoleh ridha Allah dengan menjalankan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi
apa yang dilarang-Nya. Jika kita melaksanakan ibadah tanpa didasari oleh keikhlasan maka
niscaya yang kita lakukan akan menjadi sebuah kesia-siaan belaka.
Artinya: Allah tidak menerima amal, kecuali amal (ibadah) yang dilandasi keikhlasan dan karena
mencari keridhaan Allah SWTُ(HR.ُNasa’i)
Dalam berkurban kita harus ikhlas dan siap mengorbankan sebagian harta kita untuk orang lain
yang pada hakikatnya perlu kita camkan bahwa semuanya adalah milik Allah SWT. Dikarenakan
ibadah kurban adalah untuk Allah SWT maka sudah seharusnya kita memberikan hewan kurban
yang terbaik yang kita punya. Prinsip ini akan menjadi bagian dari ketaatan kita kepada Allah.
Hikmah lain dari ibadah kurban dapat dilihat dari makna kata kurban itu sendiri. Kurban dalam
Bahasa Indonesia berarti dekat. Oleh karena itu, kurban dapat diartikan mendekatkan diri
kepada Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya melalui wasilah
hewan ternak yang dikurbankan atau disembelih.
ب ه ْ َ َ َْه ه َ َْه ه ْ ه
ُللا ُ َ أ ك،ُللا ُ أ ك، للا
ب ُ ب ُِ ال َح رُم ُد َو
ُ أ ك، لل
Ibadah selanjutnya yang identik dengan Hari Raya Idul Adha adalah ibadah haji ke Tanah Suci
Makkah. Ibadah haji merupakan kewajiban bagi kita umat Islam yang memiliki kemampuan. Hal
ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 97:
َّ َ َ َ ُّ ا ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ى َّ َ ا َ َ َ َ َ َ َ ً َ ر
ُِل
ِ ِل وُ ج ٱلناسُ ع ُ ِ ع رٱستطا َمنُ ٱل َب ري
ُ ت ِح ُ يل ِإلي ُِه
ُ ن فُِإ كف ُر ومن س ِب
ُ ٱِل
ُ ن ُ ِ ي عنُ غ
ُ ْ ٱلع ََٰٰل ِم
Artinya:ُ“MengerjakanُhajiُadalahُkewajibanُmanusiaُterhadapُAllah,ُyaituُ(bagi)ُorangُyangُ
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnyaُAllahُMahaُKayaُdariُsemestaُalam.“
Mampu melaksanakan Rukun Islam yang kelima ini memiliki artian siap untuk mengorbankan
harta yang dimiliki sebagai wujud syukur atas nikmat harta dan kesehatan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Kesiapan kita mengorbankan harta untuk menjadi tamu Allah di
Baitullah sekaligus mengajarkan kepada kita untuk menjauhi sifat kikir dan cinta terhadap
kekayaan materi.
Pengorbanan kita dalam berhaji juga mengajarkan kepada kita untuk tidak membangga-
banggakan kekayaan ataupun kelebihan yang kita miliki karena pada dasarnya semua itu adalah
karunia dan anugerah dari Allah. Sudah seharusnya semua itu kita syukuri untuk menjadi modal
kita untuk tekun beribadah kepada Allah SWT.
Ibadah haji juga mengajarkan kepada kita untuk saling membantu dan saling bekerja sama
dengan orang lain. Seperti yang kita ketahui, perjalanan ibadah haji ditempuh dengan
berduyun-duyun dalam sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan kesulitan dan
pengorbanan.
Di dalamnya harus diikuti dengan semangat juang tinggi tanpa putus asa disertai dengan
kedisiplinan dan kesabaran untuk mencapai sebuah tujuan. Akhlaqul Karimah kepada sesama
manusia juga harus dikedepankan diiringi dengan kesadaran bahwa niat kebaitullah adalah
untuk beribadah. Bukan untuk yang lain.
Dengan niat yang benar, ibadah haji harus dapat membangkitkan semangat dan kesadaran diri
untuk saling mengingatkan dalam kebenaran, menasehati dalam kesabaran dan menebarkan
kasih sayang kepada seluruh ciptaan Allah SWT.
ب ه ْ َ َ َْه ه َ َْه ه ْ ه
ُللا ُ َ أ ك،ُللا ُ أ ك، للا
ب ُ ب ُِ ال َح رم ُد َو
ُ أ ك، لل
Ibadah haji juga merupakan wujud ketaatan dan ketundukan kita kepada perintah Allah SWT.
Ibadah haji adalah ibadah yang sudah ditentukan waktunya dengan artian harus meninggalkan
aktifitas duniawi untuk fokus beribadah bagi kepentingah ukhrowi.
Dalam ibadah haji para jamaah melakukan rangkaian ibadah sebagai upaya membersihkan diri
dari dosa seraya mengharapkan ampunan, rahmat, dan ridha Allah SWT. Mereka juga melatih
kesabaran dengan kedisiplinan rangkaian ibadah sekaligus melupakan urusan dunia yang sering
membuat hati manusia lalai mengingat Allah SWT.
Dengan hanya mengenakan kain ihram berwarna putih, para jamaah diingatkan dengan kain
kafan ciri khas dari kematian yang pasti akan datang kepada setiap yang bernyawa. Kita berasal
dari Allah dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali. Kita pasti akan berpisah dengan semua
yang kita cintai dan berpisah dengan yang mencintai kita. Semua akan kembali kepada sang
pemilik yang hakiki, Allah SWT.
Dalam ibadah haji, jamaah juga melakukan ibadah lainnya seperti Tawaf mengelilingi Ka'bah
sebanyak tujuh kali dan melakukan lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah yang dinamakan
dengan Sa'i. Dalam ibadah ini para jamaah berdoa untuk senantiasa mendapatkan pertolongan
Allah SWT dan perlindungan dari dosa yang timbul dari hawa nafsu dan godaan Setan.
Ibadah Towaf dan Sa'i memiliki makna yang mendalam agar kita senantiasa berusaha tanpa
henti dan berhijrah melalui bentuk aktivitas berlari untuk meraih kemuliaan dengan berserah
diri kepada Allah. Dengan senantiasa membersihkan hati dari sifat yang tercela, kita harus
menanamkan tekad untuk mencapai puncak kesucian.
ب ه ْ َ َ َْه ه َ َْه ه ْ ه
ُللا ُ َ أ ك،ُللا ُ أ ك، للا
ب ُ ب ُِ ال َح رم ُد َو
ُ أ ك، لل
Allah SWT telah menjanjikan Surga Allah SWT kepada umat Islam yang melaksanakan haji
dengan niat tulus karena Allah dan dapat meraih predikat mabrur.
ُّ ْ ْ َ ا ه ا َ َ َ ه َ ر َ ْ َ ر ه ه
ُور ال َحج
ُ س المبُ َل جزاءُ ل ُه لي
ُ الجن ُة ِإ
Haji mabrur dapat ditandai dengan terlihatnya seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya
dan tidak mengulangi perbuatan maksiat dan dosa yang ia lakukan.
Dengan hikmah dua ibadah ini yaitu kurban dan haji, sudah merupakan kewajiban bagi kita
selaku umat Islam untuk menyakini bahwa Allah memiliki tujuan dalam memberikan setiap
perintah kepada manusia. Allah pasti akan memberikan yang terbaik kepada kita jika kita juga
berbuat baik dan mematuhi perintah-Nya. Keyakinan dan keikhlasan untuk mematuhi perintah-
Nya akan membawa kebaikan kepada kita.
ب ه ْ َ َ َْه ه َ َْه ه ْ ه
ُللا ُ َ أ ك،ُللا ُ أ ك، للا
ب ُ ب ُِ ال َح رم ُد َو
ُ أ ك، لل
Ma’asyiralُMusliminُwalُMuslimatُrahimakumullah,
Akhirnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah SWT agar semua ibadah yang kita lakukan
akan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Ya Allah, ya Rahman, limpahkanlah Rahman Rahim-Mu.
Curahkanlah hidayah-Mu sehingga kami dapat meraih keridhaan-Mu. Hanya kepada Engkaulah
kami mempercayakan diri kami. Janganlah Engkau membiarkan kami berjalan sendiri tanpa
kendali hidayah-Mu. Ya Allah......
Khutbah II
ب ه َْ ْ
للاُ لل 3Xاك َ ر ُ
ال َح رمد َو ُِ
ْ ه َ َ َ َ َ َ َ َّ ر ََ َ َ َ َ َ َ َ ّ َ ْ َ ه َ ه َ َ
لل ال َح رمدُ ى ُِ ط ال ِذ رُ اد َ ،وِإن َع ِامه ِإ رح َس ِان ُِه مو ِاع ُد ِل ِعب ِاد ُِه بس ُ ف عل رينا َوأع ُ ال هس رب َحان ُه أ رح َمد هُه َ ،وِإك َر ِامه ِب ِّرُِه ع َو ِائ ُد اْل ايا ِ ُم ه ِذ ُِه ِ ُ َوت َع ُ
َ ر ََ ر َ َ ََ َ ر ُ َ َ َ ر َ ه ه ْ ر ر َ ه ََ ر َ َ َ ر َ ه ه ا َ َ َ َ ر َ ر ه
لع ُ
ل ل َوأشك هرهُه ِ ،إ رمد ِاد رُه َُو ِإفض ِال ُِه جزي ِ ُ ال ع ُ ن ُأش َه ُد ِ ،ب ِع َب ِاد ُِه هج رو ِد ُِه ك َم ِ ُ َل أ ُ َل ِإل ُه ُ للا ِإ ُ
َل وحد ُه ُ ك ُ ف ل ُه شي ُ وأشه ُد ،مل ِك ُه ِ ُ
َ ر ا ِّ َ َ َ َ َ َ ر َ َ ِّ ر َ ِّ َّ ه ا َ ه ا ر َ َ َر َ ه َ َ ه ر ُ ه َ ر ه ه ه َ ا ً َ َ ر َ َ َ ِّ َ َ َ ا َو ا
ف ورسول ُه عبد ُه محمدا وموَلنا سيدنا أ ُ
ن م ،وزه ِاد ُه ِعب ِاد ُِه أش ُ ل الله ُ مص ُ ك وسل ُ ل وبار ُ ن هذا ع ُ م الن ِ ِ ُ
ل الكري ِ ُ الر هس رو ِ ُ
َ ْ ََ ََ َ َ ْ َ ر َ َ َ َ ه َّ ُ َ ر ً َ ر ر ً َ َ َّ َ ْ
ل هم َح امدُ َو َم روَلنا َس ِّي ِدنا ال َع ِظ ري ِ ُ
م ن َو َص رح ِب ُِه ا ِل ُِه َوع ُ اء كان روا ال ِذ ري َُ للا ِل ِبل ُِد الح ِجيجُ أمر ُ ام ُِ م ال َح َر ِ ُ ك ِث ْبا تس ِليما وسل ُ
َْ ْ ه َ
ب هُ
للا لل 3 Xاك َ ر ُ َ :ب رع ُد أ اما ،ال َح رمد َو ُِ
ر َََ َر َََُر َ َ ا َ رَه ر هَ ر َ ا َ اه ر ا ه َ َ َ ََ َ َر َ َ ا َ ََ َ َ َ ه ر
اس أ ُّي َها ف َيا للا ِاتقوا الن ُ ق ُ ن واعلموا تق ِات ُه ح ُ للا أ ُم ُ َٰن ِبنف ِس ُِه ِفي ُِه بدُأ ِبأمرُ أمرك ُ ال ِبقد ِس ُِه ِئك ِت ُِه ِبمآل وث ُ ل وق ُ ن تعا ُ للا إ ُ
ُ
ا َ َ ه َ ُّ ر َ َ َ َ َ ه َ ُّ َ َ ر ِ ه َ َّ ه َ ا َ ِّ َ َ َ َ ِّ ه ا َ ر ر ً َ َ ِّ ه ر َ َ ر َ ُّ ر َ ه ر َّ ر َ َ
آلئكت ُه ن وم ِ ل يصلو ُ نع ُن ايها يآ الن ُ م .تس ِليما وسلموا علي ُِه ص ُلوا آمنوا ال ِذي ُ ل الله ُ لص ُ ل محمدُ سي ِدنا ع ُ للا ص ُ علي ُِه ُ
َ َ َ َ َ ِّ َ َ َ َ ه َ ا ِ َ ِّ َ ّه ا َ ر َ ْ ه َ ا ر َ َ َ َ َه ه َ َر ر َ ْ ه ََ َ َ ْ ه
مر
ل وسل ُ آل وع ُ ل محمدُ سي ِد ُنا ِ ُ ك وع ُ يآئ ُ ك ان ِب ِ
آلئك ُِة ورس ِل ُ ي وم ِ ض المقر ِب ْ ُم وار ُ اء عنُ الله ُ ن الخلف ُِ الر ِاش ِدُي ُ ن ا َوع َمر َبكرُ أ ِ ُ
هر َ ا ر َ ا َ َ َ ا َ َ ر َ ر َ َه ر ا ر َ َ َ َ ر َ َ َ َ ر َ َ َ َ ه ر َ ا َ ر َ ِّ
ل َوعث َمان ن َوع ِ ُ ي الصحاب ُِة ب ِقي ُِة وع ُ ع والت ِاب ِع ْ ُ ي َوت ِاب ِ ِ ُ ض الد رينُ ِال َىي رو ِ ُم ِب ِاحسانُ له ُ
م الت ِاب ِع ْ ُ م عنا وار ُ ك معه ُ م يا ِبرحم ِت ُ ارح ُ
يَ ر
الر ِاح ِم ْ ُ ا
Tags:
#khutbah
Share:
Khutbah Idul Adha: Meneguhkan Totalitas Kepatuhan kepada Allah melalui Kurban
Khutbah Idul Adha: Meneguhkan Totalitas Kepatuhan kepada Allah melalui Kurban
Khutbah I
َ ْ َ ْ َ ْ َ ه ر َ َ َ ر ّ َ َ ه َ َ ْ َ َ ََ ر َ ْ ً
بهُللا – أ ك َ ه ُ
بهُللا بهُللا – أ ك َ ه ُ
بهُللا –3Xأ ك َ ه ُ الح رم ُد ,ك ِب ْر ًبا أ ك َ ه ُ ِل وان ,ك ِث ْباُ ِ ُِللا وسبح ُ ل هبك َرُة ُِ له ,وأ ِصي َُلإ ُ
ُ
َ َ َ ر َ ه َ ر َ َ َ َ َ َ ه ر َ ه ََ َ ا َ ر َ ه ََ َ َ َ ر َ ه َ َ َ َ ر َ ه ا ِّ ر َ َ ِ ه ه ر ر َ ّ َ ه ا َ ر ه ه َ َ ا
ق وحد ُه ِهُإَلللا ص وعد ُه صد ُ اب وهز ُم جند ُه وأع ُز عبد ُه ون ُ له ,وحد ُه اْلحز ُ َل ِهُإَلللا َل ِإ ُ َل نعب ُد و ُي ِإيا ُه ِإ ُ
ن ل ُه مخ ِل ِص ْ ُ
الدي ُ
ن َو َل رو َكرُهَه ه َ ه ر َ َ َ ر َ َ َ ه ر َ َ َ ر َ َ ه َر ُ ر َ ِّ ه ُّ
ن ولوكرُه المّشكو ُ ن ولو ُكرُه الكا ِفرو ُ الحمد .المنا ِفقو ُ
ُ رب لل ،العالمي ُ
ْ ُ ُ
الحمد تتم بنعمته الذي لل ،الصالحات ُ
َ ه َ ُّ ِّ َ َ ه َ َ ه ُ ه َ ه ه ا ا ه َ
طفه ،والقربات العطايا تقبل وبكر ِمه ،والسيئات الذنوب تغفر وبعفوه سب وبل ِ الحمد ،والزَلتُ العيوب ت ُ ُ أمات الذي لل ُ
َ َ َ َ َ َّ ْ ه ه َ ه َ ُ ر َ َ ر َ َ ً َ ا ر َ ر َّ َ ََر ْ ْ
،وأعط ومنع ،وأحيا َ ُ ك ،وهدى وأرش ُد وأضح ُ ل ﴿ وأبىك؛ ِل ال َح رم ُد َوق ِ ُ م ال ِذي ِ ُِ م ولدا يت ِخ ُذ ل ُ ن ول ُ ف َشيكُ ل ُه يك ُ م ال همل ِ ُ
ك ِ ُِ ول ُ
نر َ ْ ً َ َ ِّ ر ه ُّ ِّ َ َ ى َ ه َ ُ
ل ل ُه يك ُ ن وِ ُِ
ل ِم ُ )تك ِب ْبا وكبُه الذ ُ
Marilah kita senantiasa bersyukur dan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan
dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk
melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini.
Kemudian shalawat serta salam, kita haturkan ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, seorang manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi
teladah (uswah) bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.
Pada pagi hari ini, kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT,
dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di 'Arafah dan sedang berada di Mina
untukُmelaksanakanُJumratulُ‘Aqabah.ُMerekaُdenganُpakaianُihramnya,ُberasalُdariُ
berbagai belahan dunia. Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya
dan strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu
memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid mengesakan Allah SWT
semata.
Bagi kaum muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka
melaksanakan shalat Idul-Adha dan ibadah kurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun
mereka berada. Ibadah kurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini,
menggambarkan interelasi kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan saudara-
saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita melaksanakan salat Idul Adha
dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk kesadaran memenuhi perintah Allah SWT
dan Rasulullah SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki
fondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran
kurban dan prakteknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi
Muhammad SAW. Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Peristiwa
penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. terhadap anaknya, Nabi Isma'il AS merupakan
dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia
untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah
Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Al-
Qur'an surah as-Shaffat ayat 102:
ََ َ َ ه َ ر َ َ ِّ ر َ ه َ ا َ َ َ ه َ َ ر َ َ ه ر َ ه ر ر َ ر َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ر ُ ر َ ر َ ه َ َ ِّ ر
ع َم َع ُه َبل ُغ فل اما
َُ ِ الس ر
َ الَُ ن ق
ُ ِ ن ياب
ُ ِ ف أرى ِإ
ُ ِ ِ ام
ُ ِ المن ُِ ك أ
ن ُ ال ترى ماذا فانظ ُر أذبح ُ تق
ُ ِ ل يآأب
ُ ن مات ُؤ افع
ُ ِ ِ ن ست ِجد
ُ آء ِإ
ُ للا ش
ُ ن ُ ِم
َن ر َ
ُ الص ِابري
"Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim
berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan oleh Allah kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi
anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban, setiap tanggal 10 Dzulhijah dan
pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran
perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah
Qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS
dalam peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim AS menyembelih anak
kandungnya sendiri Nabi Ismail AS bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang
membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Bahkan,
Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang
bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi
demi menegakkan perintah Allah SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah
sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Dalam studi fiqh, Kurban sering disebut dengan istilah udhhiyah, karena penyembelihan
binatang ternak dilakukan pada saat matahari pagi sedang menaik (dhuha). Oleh karenanya, Ibn
Qayyim al-Jauziyah memahami makna kurban dengan tindakan seseorang menyembelih hewan
ternak pada saat dhuha, guna menghasilkan kedekatan dan ridha Allah SWT. Binatang kurban
yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik
udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ibadah material
yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah SWT merupakan ibadah keadaban yang
memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas
Dalam ibadah kurban, nilai yang paling esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan
dan kejujuran. Tindakan lahiriyah tetap penting, kalau memang muncul dari niat yang tulus.
Sering kita digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah kurban karena khawatir tidak ikhlas.
ImamُalُGhazaliُdalamُkitabُIhya’ُUlumiddin-nya berkata, bahwa syaitan selalu membisiki kita:
“Buatُapaُengkauُberibadahُkalauُtidakُikhlas,ُlebihُbaikُsekalianُtidakُberibadah”.
Ibadah kurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan hewan
ternak kepada orang lain terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan
guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Allah SWT
memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan-Nya (kurban),
bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada dalam jiwa kita.
Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:
َ َ ََ َ ُ َ َ َ ر ٌ َر َ ََ ُ ه ََ ر َ ه
ُال ل رن ُ ْل ل هح رو هم َها
ُ للا ين ُ ن ِدماءها و
ُ ِمنكم التقوى ينال ُه ول ِك
"Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan
sampai kepada-Nya adalah takwa dari kamu".
Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak
sebagai kurban, merupakan bentuk simbolikُdariُtradisiُNabiُIbrahimُAS,ُdanُmerupakanُsyi’arُ
dari ajaran Islam. Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang
menyembelih hewan ternak sebagai ibadah kurban. Indikasi ini sejalan dengan peringatan
RasulullahُSAW:ُ“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu dan harta bendamu,
tetapiُDiaُmelihatُhatimuُdanُperbuatanmu”.ُ(HR.ُBukhariُdanُMuslim).
Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama melalui kurban, kita lakukan secara terus
menerus. Karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan (syari'ah, thariqah, dan shirat)
menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan kurban bersifat dinamis dan tiada
pernah berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT. Dengan
demikian, wujud yang paling penting dari kurban adalah seluruh perbuatan baik.
Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di atas, maka Rasulullah saw setiap tahun selalu
menyembelih hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi
beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah
nan megah, apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar
anyaman daun kurma. Oleh karena itu, orang muslim yang telah mempunyai kemampuan
untuk berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan sanksi sosial, ialah
diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw.
dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah RA:
َ َ َه َ ِّ َ ه َ ا َ َ ر َ ا َ َ ه
ُان َم رن ُ ح َول ر
ُ م َس َعةُ ل ُه ك ُ ل يضُ نفُ مصل ُنا يقرب
“Barangsiapaُyangُmempunyaiُkemampuanُmenyembelihُhewanُqurbanُtetapiُtidakُ
melaksanakannya, maka janganlah sekali-kaliُiaُmendekatiُtempatُshalatُkita”ُ(HR.ُImamُ
Ahmad dan Ibnu Majah)
Kalau ibadah kurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan
memberi hikmah dan manfaat bagi pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:
1. Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilaksanakan oleh orang muslim
dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat
dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan kurban jatuh kebumi maka
saat itulah sifat kebinatangan harus sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas.
3. Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah kurban dalam Islam tidak
sama dengan persembahan (offering) dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak
memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar
dagingnya diberikan kepada orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga
timbul rasa empati, berbagi, memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama.
ََ ُ َ ُّ َ َ َ ه ا ر َ َ ه ر َ ر َ ا ُ ر َ َ ر َ َ َ َ ر ه ر ر َ َ هر ه َ ر ه
ُم ه
للا َج َعلنا ُ ن َوِإ اياك ر
َُ آء ِمُِ الس َعد ُ ْ م وأدخلنا المقبو ِل
ي ُ ف وِإياك
ُ ِ ِ ي ِعبا ِد ُِه زمرُِة ُ ف ت َعال ق
ُ ْ المت ِق. ال ُ ِ ِ آن
ُ ِ م القر
ُ ِ أعو ُذ الع ِظي
َ َا ر ر ا ر ر ُ ُ ر َ ََ َ َ ْ ا َ ه
ُِ ن ِب
الل ُ ان ِم ُ ِ م الشيط ُ ِ الر ِجي. ل ُ ّش أنُا ِإنما ق
ُ مب ُ ِمثلك
َ ه ُ ر َا َ َ َ َ َ َ َ َ َ ه َر ر َ ً َ َ ً َ ْ َ ر َ ر َ ا َ ر ه ر ً َ
ُ َ ل هي رو
ح ُ ن َو ِاحدُ ِإلهُ ِإلهك
ُم أن َمآ ِإ ِ ا ُان ف َم ر
ُ آء ك
ُ ل رب ُِه يرجو ِلق
ُ ل فليعمُ ك ص ِالحا عم ُ أ َحدا َ ِّرب ُِه ِب ِعباد ُِة وَليّش
َ ر َُ َ َ ر َ ا ُر َََ َ ر َ ر ه ه َ ا ه َ َ َ ه َ ر ُ ر ِّ َ َ َ ا َ َ ر َ ِّ
الذ ْكرُ َ
ل هُ
للا َب َاركُ م ِ ِ رُف َولك ر ُ م الق رر ِ ُ
آن ِ ِ ُ ن الع ِظي ِ ُ
م ونفع ِ ِ ُ
ن ِبم ِافي ُِه وِإياك ُ
ات ِم ُ
اآلي ِ ُ مو
ل .الح ِكي ِ ُ
ن وتقب ُ
م ِم ِ ُ
ه ُو ِإن ُه ِتلوت ُه و ِمنك ُ
السم ري ُعهم ا ر َ ر ر َ َ ر ه َ َ ر َ َ ر َ ر ر ر َ ِّ َ ه ا
ِ ل .الع ِلي ِ ُ ب وق ُ م اغ ِف ُر ر ُ ت وارح ُ ب وأن ُي خْ ُ .الر ِاح ِم ْ ُ
Khutbah II
َ ه ر َ َ َ رً ّ َ َ ه َ َ َ َ ََ ر ً ْ ً َ َّ َ َ رَ
الح رم ُد ك ِب ْر ًبا أكبُ للا – أكبُ للا – أكبُ للا – أكبُ للا ِل و ان ك ِث ْبا ِ ُِ للا وسبح ُ ل هبك َرُة ُِ َل وأ ِصي ُ ق َو رحد هُه ِهُإَلالل ِإل ُه ُ َوعد هُه َصد ُ
رَ َ َ َ َ َ ََ َ َ ر َ ه َر َ َ َ َ َ ر َ َ ه َر ُ ر َ َ َ ر َ َ ِّ ر َ َ ه ه ر ر َ ا ه ا َ ر ه ه َ َ ّ َ
اب َوه َز َُم هجند هُه َوأع ا ُز ع ربد هُه َون َ َ ُ
ص َل وحد ُه اْلحز ُ َل ِهُإَلالل ِإل ُه ُ َل نعب ُد و ُ اه ِإ ُ ي ِإي ُن ل ُه مخ ِل ِص ْ ُ ن ولوكرُه الدي ُ ولوكرُه المّشكو ُ
َ ره ه َ ه ر َ ََر َ َ َ هر َ ا َ َ َ َ ر ََ ر َ ه َ َ َ َ َ َ رً َ ر ّ ه َ َ َ َ ر ر َ َ ه َ ََ ر َ َ ر َ
ن ولوكرُه الكا ِفرو ُ
ن ِل الحم ُد .المنا ِفقو ُ ما ك ِث ْبا حمداُ ِ ُِ ن وأشه ُد .أم ُر ك ُ َل َل ِإل ُه أ ُ ك وحد ُههُللا ِإ ُ ن ِإرغاماُ ُل ُه َلشي ُ ب ُه جح ُد لم ُ
ن َوَأ رش َه ه ُد َ.و َك َف ُرَ َ ِّ ه َ َ ه ر ُ ه َ ر ه ه ه َ ا َ ِّ َ َ َ ا َ َ ه َ َّ َ َ ََ ر َ ََ ََ َ ر ِ ِ ه َ َِ َ ر َ َ َ
ق سي ُد ورسول ُه عبد ُه محمداُ سيد ُنا أ ُ ّش الخآل ِئ ُ ل .والب ُ للا ص ُ ل علي ُِه ُ ح وأصحاب ُِه ِآل ُِه وع ُ .الغررُ مص ِابي ُ
ن َ:ب رع ه ُد َأماا َ َِ ر َ ه ر َ ر َ ُ ر َ ر َ ه ا ه ر َ َ َ َ َ ر ِ َ ر َ َ َ ر ر ُ ر ر ُ ر َ َ ُّ َ َ ه ر َ اع َل هم روآ ا َ ر
م .فيآأيهاالحا ِضو ُ ص يك ُ س أو ِ ُ للا ِبتقوى ونف ِ ِ ُ از فق ُد ُِ نف ُ ب .المتقو ُ آت عنُ واجت ِنبوآ وافعلواالخ ْ ُ .الس ِّي ِ ُ و
َ ا ر ر َََ َر َََُ ه َ ِّ َ َ َ ا َ َ َ َ ر َ َ َ ه ر ر َ ر َ هر ه َ َ ا ر َ
مَُللا أ ُ
ن ل ِ.بقد ِس ُِه المسبح ُِة وثن ِابمآل ِئك ُِة ِبنف ِس ُِه ِفي ُِه بدُأ ِبأمرُ أمرك ُ ف تعال فقا ُ م ُِكتاب ُِه ِ ِ ُ ُِبالل أعو ُذ الكري ِ ُ ن ِ ن ِم ُ الشيطا ِ ُ
ر ا ر ر ا ر َ َ ر ر ً َ َ ِّ ه ر َ َ ر َ ُّ ر َ ه ر ِ َ َ ُّ َ َّ ر َ ا ر َ َ ه َ ُّ ر َ َ َ َ َ َ ه َ ا
م .الر ِجي ِ ُ
م للا ِبس ِ ُ م الرحمنُ ُ ن .الرحي ُ للا إ ُ ن ومآلئكت ُه ُ ل يصلو ُ نع ُ ن الن ُ .تس ِليما وسلموا علي ُِه صلوآ آمنوآ يآأيهاال ِذي ُ
َ ِ ر َ َ َ َ ِ ِّ ه ر َ ِ َ ِ ُّ ر َ َ َ ُ ر ِ َ َ َ َ َ َ ه َ ا َ ِّ َ َ َ َ ِ ِّ ِ َّ ه ا َ َ ُ َ ََ َ
لَُفأ ِجيبوآللا ر ه ر م ُِا ُل وسلموأ وصلوآ مادعاك ُ نع ُ م ِب ُِه م ُ ر
م .هداك ُ ل الله ُ لص ُ ل محمدُ سي ِد ُنا ع ُ ي َو ِص رح ِب ُِه ِآل ُِه وع ُ ل .أ رج َم ِع رْ َُ وع ُ
يَ ر ر َ َ َه ر َ َ ر ا ر َ ََ ر ا َ ر َ ِّ ر َ ر َ َ ر َ َ َر َ َ َ ر َ َ َ َ ره ر َ ا ا ه ر ر َّ
ع الت ِاب ِع ْ ُ ي وتاب ِ ُ ن التاب ِع ْ ُ م وم ُ ل بإحسانُ تبعه ُ ض .الدينُ يو ُم ِإ ُ م عناهُللا ُوار ُ ك وعنه ُ م برحمت ُ ي ياأرح ُ م .الرا ِح ِم ْ ُ اغ ِف ُر الله ُ
يَ ر ر ه ر َ رِ َ ِ ِ ه ر َ ِ َ ه ر ر َ َ ِ ه ر َ ِ ِ ْ ه ر َ ر ه رِ َ ِ ر َ ر ه ا َ َ َ َ ر ه ر ُ ا َ َّ ه ا ا َ
ت ِللمؤ ِم ِن ْ ُ ي والمؤمنا ِ ُ ات والمس ِل ِم ْ ُ يآء والمس ِلم ِ ُ م اْلح ُِ ات ِمنه ُ ك واْلمو ِ ُ ات م ِجيبُ قريبُ س ِمي ُع إن ُ م .الدعو ِ ُ صأم ُة الله ُ ان ُ
َ َ َ َ ر َ ر ه ر ِّ ر َ َ َ َ َ ر ر ه ر ّ ا ه ِ َ ا َ ِّ َ ُ ا َ ر ه ر ّ ه ا ه َ ا َ ِّ َ ُ ا َ ر ر َّ ه ا ِ ه َ ا َ ّ َ
م .محمدُ سي ِد ُنا ح الله ُ م .محمدُ سي ِد ُنا أم ُة اص ِل ُ ص الله ُ هم .محمدُ سي ِد ُنا أم ُة ان ُ ص الل ُ ن ان ُ صم ُ نن ُ ل .الدي ُ ن واخذ ُ لم ُ خذ ُ
نَ ر ر ه ر ر ا َ ْ َ َ َ َ ر َ ر ِّ َ ُ َ َ َ َ ر ْ ُ ِّ َ َ َ َ َ ُّ ر ه َ َ ُّ َ َ ه ر َ َ ه ا ه َ ر َ ه َ ر َ َ ر ر َ ْ َ ً َ
ل .الدي ُ نا واجع ُ ي بلد ُة ه ِذ ُِه إندوني ِسيا بلدت ُ ك ِفيها تجر ُ ك وسن ُة أحكام ُ ح ُيا رسول ُ نا .قيو ُم ُيا ُ يآاله ُ
له ِل وإ ُ نك ُ نا هذا .ش ْ ُ حال ُ
َ َ َ َ َ ا َ َ ِ ه ر َ َ َ َ ُّ ه َ َ ِ َ ر َ َ ه ِ ر َ َ َ َ ر َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ّ َ ِ ر َ ر ِ َّ ه ا َ َ ر َ َ َ ر َ َ
فهُياللا ك َليخ ُ م .علي ُ آلء عنُا ادف ُع الله ُ آلء الغ ُبآء والب ُ شآء والو ُ ع والمنك ُر والفح ُ وف والب ُ ن والشد ِآئ ُد المخت ِلف ُة والس ُي ُ ما و ِالمح ُ ُ
ما ِم رن َها َظ َه ُرَ َ ه ر ر َ ر َ َ َ ا َّ ه ا َ َ ِ ر َ َ ا َ َ ا ً ه ر ر َ ه ْ َ َ ر َ ا ً َ َ َ َ َ ر َ َ َ َ َ ََ ر
نو ُ ن بط ُ ذا بل ِد ُنا ِم ُ ن خاص ُة ه ُ ان و ِم ُ
ي بلد ِ ُ ب ُيا عام ُة المس ِل ِم ْ ُ ير ُ م .العالم ْ ُ ي اْلسل ُم أ ِع ُز الله ُ ك والمس ِل ِم ْ ُ وأه ِل ِ ُ
ََََ ِّ ر َ ر َ َ َ َ ِّ ر َ ه َر ر َ َ ا َ َ َ ه ر َ َ َ ر َ ا ه َ ر َ َ َ َ ر ر َ ا َ ِ َ ا َ َ َ َ َ ر َ ر َ َ َ َ َّ
ي والر ِافض ُة والمبت ِد ُع ُِة الكفرُة ّشك ْ ُ اء ودم ُر والم ِ ل .الدينُ أعد ُ م واجع ُ ن وَليتنا الله ُ ك ِفيم ُ اك خاف ُ نا .واتق ُ نا اغ ِف ُر رب ُ نا ل ُ ِو ِْلخو ِان ُ
نَ ر ر َ َ َ ه ر َ َّ ا َ َ ا َِ َ ه ر َّ ر َ ًّ ه ُ ر َ ر َ ر َ ر َ َ َ َ ر َ َ َ ً ُّ ر َ ر َ َ ا َ َ ر َ ه َ َ ًَ
ن سبقو ُنا ال ِذي ُ اْليما ِ ُِ َل ِبلوُ ف تجع ُ نا ِ ِ ُل قلو ِب ُ
ن ِغ ُ نا آمنوا ِلل ِذُي ُ ك رب ُ نا .ر ِحيمُ رؤوفُ ِان ُ نا رب ُ ف ِآت ُ يا ِ ِ ُ
ف حسن ُة الدن ُ اآلخرُِة و ِ ِ ُ حسن ُة ِ
َ َ َ ر َ َ ِّ ّ َ َ ه ا َ َ
اب َو ِق ُ
نا الح رم ُد النارُ عذ َ ُ ِل وب ِ ُِ ير ُ العالم ْ ُ
KH Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Pusat
Khutbah Idul Adha: Belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Khutbah Idul Adha: Belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
)Ilustrasi (masrawy.com
Khutbah I
أكبُ للا أكبُ للا أُكبُ للا ،أكبُ للا أكبُ للا أكبُ للا ،أكبُ للا أكبُ للا أكبُ للا
ب ه ّ َ َ ه َ َْ َ َْر َ ه ه ا َ َ َ َ ر ً ه ْ ً
للاُ الح رم ُد ك ِب ْر ًبا اك َ ر ُِل و ل بك َرُة للا وسبحان ْ
كثبا ِ ُِ أصي ُ
َل و ِ
َل ِال ُه ُ
للا ِا ُ
للا ُ
بو ُ
اك ُ
ب ه َْ ْ َ ه
للاُ لل َُو اك َ ر ُ
لح رم ُد ُِ ا
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Pada hari ini kaum Muslimin merayakan Hari Idul Adha dengan melaksanakan shalat id karena
telah sampai pada hari ke-10 bulan Dzulhijjah. Shalat Idul Adha adalah peristiwa besar yang
setiap tahun umat Islam sedunia melaksanakannya dan setelah itu menyembelih hewan-hewan
kurban sebagai sunnah muakkadah. Setiap kali merayakan Idul Adha, kita tidak bisa lepas dari
membicarakan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Bapak - anak ini menjadi suri tauladan bagi
kita semua dalam banyak hal, seperti dalam ketaatan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT,
kesabaran dan keikhlasan beribadah, serta dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Nabi Ibrahim AS adalah seorang ayah sekaligus seorang hamba Allah yang lurus, berhati lembut,
lagi penyantun. Beliau seorang Nabi dengan teladan kepemimpinan yang mencerahkan.
Sedangkan sang anak, Nabi Ismail AS, adalah seorang anak yang sabar dan berbakti kepada
kedua orang tua; dan tentunya juga taat kepada Allah SWT.
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Nabi Ibrahim AS menikah dengan Siti Sarah sudah cukup lama–bertahun-tahun—namun belum
dikaruinai seorang anak pun. Beliau telah lama mengidamkan hadirnya seorang anak. Kemudian
oleh Siti Sarah, Nabi Ibrahim dipersilakan untuk menikah lagi dengan Siti Hajar yang tak lain
adalah seorang pembatu bagi keluarga Ibrahim. Dan akhirnya beliau mendapatkan seorang
anak hasil pernikahannya dengan Siti Hajar dan diberinya nama Ismail. Beliau merasa senang
dan tenang bersama sang buah hati. Beliau melihat Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan
menemani kehidupannya dengan tentram dan damai. Tetapi kemudian, Ibrahim bermimpi
dalam tidurnya. Beliau menyembelih anak satu-satunya itu. Ibrahim pun menyadari bahwa itu
adalah perintah dari Allah SWT.
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Kita bisa membayangkan betapa Nabi Ibrahim tengah diuji Allah SWT. Anak satu-satunya yang
telah lama beliau nantikan kehadirannya hingga usia beliau hampir 100 tahun, pada akhirnya
harus dikorbankan atas perintah Allah dengan cara disembelihnya sendiri. Bagaimanakah sikap
Nabi Ibrahim menghadapi perintah tersebut? Nabi Ibrahim adalah seorang rasul. Maka beliau
tidak ragu-ragu dalam memahami dan menerima perintrah tersebut. Tidak ada kekacauan
dalam pikiran beliau sehingga beliau tidak melakukan protes atau mencoba bertanya kepada
Allahُuntukُmemintaُklarifikasi.ُMisalnyaُdenganُbertanya,ُ”KenapaُyaُAllah,ُharusُsayaُ
sembelihُanakُtunggalُsayaُini?”ُ
Tidak ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Yang ada pada Nabi Ibrahim AS adalah
penerimaan total, keridhaan yang mendalam, ketenangan dan kedamaian yang luar biasa.
Itulah sebabnya Nabi Ibahim AS mendapat berbagai macam gelar seperti: ulul azmi (orang yang
sangat sabar), khalilullah (kekasih Allah), hanifan muslima (orang yang lurus yang berserah diri
kepada Allah SWT), abul anbiya (bapak para nabi), dan sebagainya.
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Kisah bagaimana Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah SWT bisa kita simak
sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat, ayat 102:
ِّ َ َ ْ ِّ َ َ َ ر َ ه
ن َيا
ُن هب َ ِ ا
ُ ِ ف أ َرى ُِإ ُ ِ ن ال َمن
ُ ِ ِ ام ُِ ك أ
ُ أذبح
Artinya:ُ"Haiُanakkuُsesungguhnyaُakuُmelihatُdalamُmimpiُbahwaُakuُmenyembelihmu”.
Ayat tersebut merupakan perintah dari Allah SWT agar Nabi Ibrahim menyembelih Ismail yang
belum cukup dewasa atau masih anak-anak karena baru berusia kurang dari 14 tahun. Maka
Nabi Ibrahim sebagai orang tua bertanya kepada Ismail bagaimana pendapatnya tentang
perintah tersebut sebagaimana dikisahkan dalam bagian ayat berikutnya:
ُ َ َ َ
ُت َرى َماذا فانظ رر
Artinya:ُ“Makaُpikirkan,ُapaُpendapatmuُtentangُperintahُitu”.
Pertanyaan Nabi Ibrahim kepada Ismail ini sebenarnya mengandung pelajaran berharga bahwa
seorang ayah atau orang tua tidak ada jeleknya, bahkan sangat bagus, memberikan hak
bertanya atau mengemukakan pendapat bagi anak-anaknya berkaitan dengan masa depan
mereka. Apalagi menyangkut soal hidup dan mati. Dengan kata lain, ini sesungguhnya pelajaran
tentang demokrasi atau musyawarah dimana dialog untuk mencapai persepsi yang sama
diperlukan untuk meraih tujuan baik yang akan dicapai bersama. Dengan cara seperti ini tentu
keikhlasan untuk menerima sebuah keputusan bisa dicapai dengan baik secara bersama pula.
Maka tidak mengherankan ketika memberikan jawaban kepada Ibrahim , Ismail menjawab
dengan jawaban yang sangat bagus, penuh kesabaran dan keikhlasan sebagai berikut:
َ َ َ َّ ه َ َ ر َ َ ه ه ر َ ه َ ر َ ر
ت َيا
ُ ِ ل أ َبُ ن تؤم ُر ما افع
ُ ِ ِ ن ست ِجد
ُ اء ِإ
ُ اِل ش
ُ ن ُ ين ِم ا
ُ الص ِابر
Artinya: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Dengan ketaatan kepada Allah SWT yang luar biasa sebagaimana ditunjukkan Nabi Ibrahim dan
Ismail, maka Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim sebagaimana termaktub dalam Surat As-
Shaffat, ayat 104 -105 sebagai berikut:
َ َ َ َ َ َ ا ُّ ر َ َ ا ر َ َ ر ر َ ه َ َ ر َ َ ْ
ُن َوناد رين هاه
ُ يم يا أ
ُ إبر ِاه.ِ ت ق ُد ُ ي ن رجزي كذ ِل
ُ ك ِإنا ُۚالرؤيا صدق ُ ْ ال هم رح ِس ِن
Artinya: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu; sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orangُyangُberbuatُbaik”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah hanya menghendaki ketundukan dan penyerahan diri Nabi
Ibrahim AS, sehingga tiada lagi tersisa dalam diri beliau kecuali ketaatan kepada Allah. Nabi
Ibrahim meyakini tidak ada perintah yang lebih berharga dan lebih tinggi daripada perintah
Allah SWT. Nabi Ibrahim rela mengorbankan segalanya, termasuk yang paling berharga, yakni
Ismail dengan pengorbanan yang penuh keridhaan, ketenangan, kedamaian, dan keyakinan
akan kebenaran. Maka, Allah kemudian menebus putra itu, Ismail–dengan seekor hewan
sembelihan yang besar.
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Dengan peristiwa inilah, kemudian dimulailah sunnah berkurban pada shalat Idul Adha hingga
sekarang. Disembelihnya hewan-hewan kurban menjadi pengingat kita atas kejadian besar
tersebut. Peristiwa itu akan terus menyibak tabiat keimanan yang kita genggam supaya kita
lebih paham mengenai bagaimana kita berserah diri seutuhnya kepada Allah SWT; bagaimana
kita taat kepada Allah dengan ketaatan yang penuh keridhaan. Semua itu agar kita makin
mengerti, bahwa Allah tidak hendak menghinakan manusia dengan cobaan. Pun tidak ingin
menganiaya dengan ujian. Melainkan, Allah menghendaki agar kita bersegera memenuhi
panggilan tugas dan kewajiban secara total. Namun demikian, Allah mengingatkan kita dalam
Surat Al Hajj ayat 37:
َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َِّ َ َ ُ ر َ َ َ َّ َ ه َ ِّ ه َ ُ ر َ ا َ َ َ َ َ ر ُ ر ا ر َ َ َ ُ ه َ َ ر َ ه َ َ ُ ه ه ْ
ُال ل رن
ُ اِل ين
ُ ن ِدماؤها وَل لحومها
ُ م التقوى ينال ُه ول ِك
ُ ك ِمنك
ُ م سخرها كذ ِل
ُ اِل ِلتكبوا لك
ُ ل ُ م ما ع
ُ ّش هداك
ُ ي وب ُ ْ ال هم رح ِس ِن
Artinya:”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuatُbaik.”
Ma’asyiralُMusliminُrahimakummullah,
Shalat Idul Adha berlangsung pada bulan Dzulhijjah karena dalam bulan ini dilaksanakan ibadah
haji di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Mungkin, sayup-sayup terdengar oleh kita kalimat
talbiyah yang dikumandangkan mereka yang sedang menunaikan ibadah haji melauli berbagai
media. Mereka berseru:
َ َ َ َ َ ََ ر َ َ ْ ه ْ َ َ َ َ ِّ ر َ َ ْ َ ر َ ا َ ا ر َ َ َ َ ََ ر َ َ ا ر َ َ ا ر َ ّ ه ا
ُم ل اب ريك
ُ ك الله
ُ لبي، ك
ُ ك لبي
ُ ك َلشي
ُ كل
ُ لبي، نُ ك والنعم ُة الحم ُد ِإ
ُ كل
ُ ك والملُ ك َلشي ُ ل
Semoga saudara-saudara kita umat Islam sedunia yang saat ini tengah menunaikan ibadah haji
di Tanah Suci akan menjadi haji yang mabrur. Dan bagi kita yang belum menunaikan ibadah haji,
semoga Allah mudahkan kita melaksanakan ibadah ini ketika saatnya telah tiba. Amin ya rabbal
'alamin...
Khutbah II
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
)Ilustrasi (eleqt.com
Khutbah I
Dalam kitab An-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi dikisahkan,
suatu hari seorang ulama zuhud Abdullah bin Mubarak berangkat menuju Makkah untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji. Namun, ketika ia sampai di kota Kufah,
perjalanannya terhenti beberapa saat hingga dirinya batal menunaikan ibadah haji.
Yang membuat Abdullah bin Mubarak menghentikan perjalanannya adalah kondisi miris
seorang perempuan di kota Kufah yang terpaksa mengonsumsi bangkai itik. Tidak sendirian,
perempuan mengajak pula anak-anaknya memakan bangkai itu sebagai santapan keluarga.
Abdullah bin Mubarak sempat menegurnya beberapa kali bahwa konsumsi semacam itu haram
menurut agama. Nasihat ini gagal. Hingga ia terkejut dengan kenyataan bahwa keluarga
tersebut memakan bangkai karena alasan keterpaksaan. Si perempuan dan beberapa anaknya
sudah tiga hari mendapat makanan. Untuk mempertahankan hidup, satu keluarga miskin
tersebut menelan apa saja yang bisa dimakan.
Ketika balik ke kampung halaman, alangkah kagetnya ia lantaran mendapat sambutan luar biasa
dari masyarakat sebagai orang yang baru datang dari ibadah haji. Abdullah bin Mubarak pun
protes campur malu, dan berterus terang bahwa kali ini ia gagal pergi ke Tanah Suci.
"Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," katanya meyakinkan orang-oran yang
menyambutnya.
Setelah peristiwa yang membingungkan itu, Abdullah bin Mubarak pada malam harinya
mendapat jawaban melalui mimpi. Dalam tidur itu, Abdullah mendengar suara, "Hai Abdullah,
Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu,
menggantikanmu menunaikan ibadah haji."
Jamaah shalat Jumat hadâkumullâh,
Subhanallah. Allah telah menunjukkan rahmat-Nya kepada hamba yang gemar bersedekah. Apa
yang dilakukan ulama sufi tersebut adalah prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah,
sedekah juga merupakan ibadah. Namun, Abdullah bin Mubarak mendahulukan yang kedua
karena sedekahnya sangat dibutuhkan.
Abdullah bin Mubarak tidak sedang meremehkan ibadah haji. Ia hanya mendahulukan apa yang
seharusnya didahulukan. Ia cuma sedang mengatasi masalah yang amat mendesak, yakni
menyangkut kebutuhan dasar orang lain, dengan menunda ibadah haji tahun itu. Toh,
bukankah haji yang tertunda masih mungkin dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya?
ِّ َ َ َ ر َ ه ه َ
ُالمت َعد ري ُ ن أ فض
ل ُ اض ِم
ُ ِ الق
“Ibadahُsosialُlebihُutamaُketimbangُibadahُindividual.”
Kaidah ini tidak berbicara tentang mana yang penting dan mana yang tidak penting. Melainkan,
mana yang penting dan mana yang lebih penting. Dalam fiqih prioritas (al-fiqh al-awlawi),
derajat urgensi suatu ibadah bervariasi: yang satu lebih utama daripada yang lain. Sebagaimana
ketika orang harus memilih sesuatu yang mengandung mudaratnya lebih kecil daripada yang
mudaratnya lebih besar.
Meski demikian, seseorang tetap diharuskan ikhtiar agar dapat melaksanakan ibadah haji.
Sebagaimana shalat lima waktu dan zakat, haji adalah salah satu rukun Islam. Bila masuk
kategori mampu, baik dari segi fisik, ekonomi, mapun keamanan, seseorang wajib
menunaikannya tanpa menunda-nunda. Kewajiban tetaplah kewajiban, meskipun kita harus
memilih satu kewajiban prioritas saat dihadapkan dengan pilihan beberapa kewajiban yang
mesti dipenuhi.
َ ُ َ الناسُ َع
ُّ ا ْ َ ََ َ ً َ
ُِل
ِ ِل و ُ ت ِح
ج ُ يل ِإل ري ُِه راستط
ُ ِ اع َمنُ ال َب ري ُ س ُِب
“MengerjakanُhajiُadalahُkewajibanُmenusiaُterhadapُAllah,ُyaituُ(bagi)ُorangُyangُsanggupُ
mengadakanُperjalananُkeُBaitullah.”ُ(QSُAliُImran:ُ97)
Pelajaranُkedua,ُAbdullahُbinُMubarakُtelahُmelaksanakanُ“al-birru”ُatauُkebajikanُyangُ
memang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia menyedekahkan sesuatu yang sejatinya ia perlukan
untuk menunaikan ibadah haji. Al-Qur’anُmenyebutkan:
َ ُ َ َ ه ُّ َ ا ه ر ه َ ا ْ ا
ُب تنالوا ل رن
ُ ِ ن ال
ُ ون ِمما تن ِفقوا ح
ُ ت ِحب
Demikian, khutbah yang dapat alfaqir sampaikan. Semoga kita termasuk orang-orang yang
kelak bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, sekaligus orang-orang yang mempunyai
perhatian yang tinggi atas persoalan orang lain di sekitar kita. Wallâhu a‘lamُbishُshawâb.
Khutbah II
Rekomendasi
IMG
IMG
Doa
IMG
Warta Video
IMG
Bahtsul Masail
IMG
Syariah
‘LaُYunkarُal-Mukhtalaf’,ُKaidahُFiqihُyangُMengakomodasiُTiapُPerbedaan
IMG
IMG
LOGO
Kontak kami
Gedung PBNU Lt.5 Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusata 10430