You are on page 1of 7

‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

Gambaran Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang


Cacat Di SMPLB Dan SMALB TPA Bintoro Kabupaten Jember
(Description of Reproductive Health Services Needs for Adolescents with
Disabilities in Bintoro Disabled School, Jember)
‘Adiilah, Dwi Martiana Wati, Ni’mal Baroya
Bagian Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 - Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember (68121)
e-mail korespondensi: dyla.blue@yahoo.co.id

Abstract
Adolescents with disabilities are equally entitled to obtain information as well as sexual and
reproductive health services during adolescence and adulthood moment. They have many barriers
and limited access to get health information even basic information about reproductive health. Results
of a preliminary study in Bintoro Disabled School Jember showed that have not been available
physical and non-physical facilities to fulfill the reproductive health services for adolescent with
disabilities. This study aimed to describe the needs of reproductive health services for adolescents
with disabilities in Bintoro Disabled School Jember. In this research used descriptive quantitative
methode. Subjects were 36 adolescents with disabilities and 5 teachers. The data was then processed
and described in narration form. Adolescents with mental retardation had a lower knowledge and
negative attitudes towards reproductive health. Results showed that reproductive health care facilities
in 5 schools not been fulfilled, other than that most of them states did not need a reproductive health
services.

Keywords: needs of reproductive health services; adolescents; individuals with disabilities

Abstrak
Remaja penyandang cacat sama-sama berhak untuk mendapatkan informasi serta pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual selama masa remaja dan saat menginjak dewasa. Banyak remaja penyandang
cacat memiliki banyak hambatan dan akses yang rendah untuk mendapatkan informasi kesehatan
bahkan informasi dasar tentang kesehatan reproduksi. Hasil studi pendahuluan di SMPLB dan
SMALB TPA Bintoro Jember menunjukkan bahwa belum tersedia sarana fisik maupun non fisik
untuk memenuhi pelayanan kesehatan reproduksi remaja penyandang cacat. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja penyandang cacat di
SMPLB dan SMALB TPA Bintoro Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 36 remaja penyandang cacat dan 5 guru pendamping.
Data tersebut selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk teks. Remaja tunagrahita memiliki
pengetahuan yang lebih rendah dan sikap yang negatif terhadap kesehatan reproduksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi di 5 sekolah belum terpenuhi, selain itu
sebagian besar remaja tunagrahita menyatakan tidak membutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi.

Kata Kunci: kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi; remaja; penyandang cacat


Pendahuluan berjumlah 230,87 juta jiwa. Jika dilihat menurut jenis
kelamin, penyandang cacat laki-laki lebih banyak
Pada tahun 2009, riset Deputi Bidang dibandingkan perempuan. Jumlah penyandang cacat
Perlindungan Perempuan Komisi Pemberdayaan laki-laki sebesar 1,13 juta jiwa atau 0,99% dari total
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) penduduk Indonesia, sedangkan jumlah penyandang
menunjukkan jumlah penyandang cacat di Indonesia cacat perempuan sebesar 0,99 juta jiwa atau 0,85%
diperkirakan sebesar 2,13 juta jiwa atau 0,92% dari dari total penduduk Indonesia[1].
total penduduk Indonesia yang secara keseluruhan Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

terdapat sekitar 21,3% penduduk Indonesia usia 15 pelayanan yang diberikan juga masih bersifat umum,
tahun keatas merupakan penyandang cacat dari obat-obatan yang disediakan juga standar seperti obat
jumlah populasi penduduk Indonesia menurut status pusing; mual; minyak angin; dan pembalut bagi
disabilitas, sehingga dapat dikatakan bahwa masalah remaja perempuan.
disabilitas merupakan masalah nasional. Menurut Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera
status disabilitas dan karakteristik responden, jumlah baik fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
penyandang cacat laki-laki sebesar 18,9% dari total hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam
penduduk Indonesia dan jumlah penyandang cacat segala hal yang berhubungan dengan sistem
perempuan sebesar 23,5% dari total penduduk reproduksi dan fungsi serta prosesnya[5].
Indonesia[2]. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
Sebuah penelitian di Kamerun menunjukkan setelah orang melakukan penginderaan terhadap
bahwa perempuan penyandang cacat memiliki suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
keterbatasan pemahaman terhadap kesehatan merupakan domain yang sangat penting untuk
reproduksi dan memiliki pendidikan kesehatan terbentuknya perilaku seseorang [6]. Sikap secara
reproduksi yang rendah. Penyandang cacat memiliki nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
hambatan untuk mengakses pelayanan dan informasi reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kesehatan. Hambatan tersebut muncul dari berbagai kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
aspek seperti norma dan budaya yang membatasi, emosional terhadap stimulus sosial[6]. Fasilitas
keterbatasan pelayanan, kurangnya alat bantu, pelayanan kesehatan reproduksi yang dimaksud oleh
lemahnya kemampuan komunikasi para petugas peneliti adalah sesuatu yang dapat memudahkan dan
kesehatan, tidak tersedianya bangunan, marjinalisasi melancarkan pelaksanaan pelayanan kesehatan
dalam komunitas, buta huruf, keterbatasan reproduksi di sekolah baik berupa fasilitas fisik
pendidikan, serta ketidaksetaraan gender. Keluarga, maupun non-fisik. Kebutuhan adalah perasaan
pengasuh, institusi, atau bahkan pelayanan kesehatan kekurangan yang memiliki lima tingkat yang akan
profesional seringkali mengabaikan kebutuhan selalu dipenuhi. Kebutuhan berjenjang dari yang
perempuan penyandang cacat karena munculnya paling mendesak hingga yang akan muncul dengan
persepsi bahwa mereka tidak aktif secara seksual dan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah
tidak memerlukan informasi kesehatan seksual, dipenuhi[7]. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk
padahal perempuan penyandang cacat memiliki mendapatkan gambaran dasar yang selanjutnya dapat
kemungkinan besar menjadi korban pemerkosaan, digunakan sebagai inisiasi penentuan kebijakan bagi
pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah instansi terkait untuk memberikan layanan informasi
tangga[3]. kesehatan reproduksi pada remaja disabilitas sesuai
Banyak remaja penyandang cacat yang memiliki dengan kecacatannya.
akses rendah terhadap informasi kesehatan bahkan
informasi dasar tentang bagaimana tubuh mereka Metode Penelitian
berkembang dan berubah. Selain itu mereka sering
diajarkan untuk diam dan patuh sehingga sangat Penelitian ini menggunakan metode penelitian
berisiko mendapat tindak kekerasan dan pelecehan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek
seksual. Akibatnya, mereka berisiko untuk terinfeksi penelitiannya adalah 5 guru pendamping dari setiap
HIV karena fasilitas dan program jarang sekali yang sekolah dan seluruh siswa baik laki-laki maupun
mempertimbangkan kebutuhan mereka, sementara perempuan yang terdaftar di SMPLB dan SMALB
petugas pelayanan kesehatan tidak punya pelatihan TPA Bintoro Kabupaten Jember tahun ajaran
khusus untuk menangani penyandang cacat[4]. 2014/2015.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan Teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti di seluruh SMPLB dan SMALB di dalam penelitian ini adalah dengan wawancara,
Kabupaten Jember pada bulan Oktober 2014, observasi, dan dokumentasi. Data diolah dengan
menunjukkan bahwa remaja penyandang cacat yang menggunakan statistik deskriptif kemudian disajikan
terdaftar menjadi siswa tahun ajaran 2014/2015 dalam bentuk teks dengan menggunakan kata-kata
sebanyak 182 orang dengan klasifikasi jenis berupa narasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMPLB
kecacatan yang berbeda. Sekolah luar biasa tersebut dan SMALB A, B, C TPA Bintoro Kabupaten Jember.
dinaungi oleh 11 yayasan, 5 yayasan mengaku telah Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei-Juni
memiliki sarana UKS untuk pelayanan kesehatan 2015.
dasar bagi siswanya, sedangkan 6 yayasan lainnya
mengaku tidak mempunyai sarana UKS. Yayasan
yang telah mempunyai sarana UKS pun ternyata
pelayanannya belum mencapai standar, karena
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

Hasil Penelitian Item Pertanyaan A B (Tuna C (Tuna


Pengetahuan (Tuna rungu) grahita)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi netra)
remaja penyandang cacat berdasarkan usianya, paling n % n % n %
banyak berada pada rentang usia 14-20 tahun. Peran sperma 4 57,1 4 26,7 3 21,
Menurut jenis kelamin, remaja penyandang cacat 4
lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (52,8%) Proses 7 100 11 73,7 11 78,
daripada perempuan. Remaja penyandang cacat pengeluaran 5
paling banyak duduk di bangku SLB yang setara sperma
dengan SMA kelas XI (41,7%). Menurut kategori LK2 mengalami 4 57,1 10 66,7 6 42,
kecacatan, remaja penyandang cacat yang menjadi perubahan 8
responden paling banyak adalah tunarungu (41,7%). sekunder
Menurut status reproduksi remaja, 19 responden laki- Letak organ 7 100 10 66,7 5 35,
laki sudah mengalami mimpi basah dan 17 responden repro LK2 7
perempuan sudah mengalami menstruasi. Baik Frekuensi mimpi 4 57,1 13 86,7 2 14,
responden laki-laki maupun perempuan yang sudah basah 3
mengalami perubahan reproduksi primer, tidak semua Remaja LK2 7 100 10 66,7 7 50
responden mengalami perubahan reproduksi harus
sekunder. Hal tersebut dimungkinkan responden membersihkan
masih dalam tahap pertumbuhan. alat kelaminnya
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Remaja Penyandang PMS 5 71,4 6 40 21,3
Cacat terhadap Kesehatan Reproduksi 4
Rata-rata 87,1 59,3 37,
Item Pertanyaan A B (Tuna C (Tuna 4
Pengetahuan (Tuna rungu) grahita) N = Jumlah responden per kecacatan (NA=7 ;
netra) NB=15 ; NC=14)
n % n % n % n = Jumlah responden yang menjawab benar
Organ repro PR 7 100 14 93,9 6 42, % = n/N*100%
8
Menstruasi 5 71,4 10 66,7 9 64, Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja tunagrahita
2 memiliki rata-rata pengetahuan yang lebih rendah
Pengertian 7 100 4 26,7 3 21, terhadap kesehatan reproduksi (37,4%).
menstruasi 4
Darah 7 100 11 73,3 9 64, Tabel 2. Distribusi Sikap Remaja Penyandang Cacat
menstruasi harus 2 terhadap Kesehatan Reproduksi
dibersihkan Item A (Tuna B (Tuna C
PR mengalami 7 100 14 93,3 10 71, Pernyataan netra) rungu) (Tuna
perubahan 4 Sikap grahita)
sekunder n % n % n %
Gangguan 5 71,4 8 53,3 3 21, Mempelajari 7 100 9 60 5 35,7
menstruasi 4 organ
Hub. seksual dan 7 100 8 53,3 2 14, reproduksi
kehamilan 3 Info kespro 6 85,7 14 93,3 5 35,7
Makanan bergizi 7 100 14 93,3 1 7,1 ditanyakan pd
u/ mencegah orangtua atau
anemia guru
Pengertian 6 85,7 3 20 1 7,1 Remaja harus 6 85,7 5 33,3 2 14,2
anemia menjauhi free
Organ repro LK2 7 100 7 46,7 10 71, sex
4 Pengertian 6 85,7 5 33,3 0 0
Mimpi basah 7 100 9 60 8 57, freesex
1 Remaja 7 100 14 93,3 5 35,7
Pengertian 5 71,4 5 33,3 2 14, tanggung jawab
mimpi basah 3 menjaga
Produksi perma 7 100 7 46,7 4 28, keadaan kespro
5
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

Item A (Tuna B (Tuna C *tanda (√) menunjukkan bahwa telah tersedia di


Pernyataan netra) rungu) (Tuna sekolah
Sikap grahita)
n % n % n % Tabel 3 menunjukkan bahwa SMPLB C
nya memiliki proporsi yang rendah terhadap indikator
Informasi 5 71,4 10 66,7 5 35,7 sarana dan prasarana.
kespro Tabel 4. Indikator Pendidikan Kesehatan
diterangkan
melalui 1 2 3 4 5
pelajaran dan Pendidikan kesehatan √ √ √
media cetak pd jam pelajaran
Remaja berhak 7 100 11 73,3 6 42,8 Pendidikan pola makan √ √ √ √ √
mendapat info sehat
& pendidikan Pendidikan kesehatan √
kespro sejak ttg PMS
dini Pendidikan ttg bahaya √ √
Masalah kespro 5 71,4 6 40 4 28,5 freesex
perlu Pendidikan kesehatan √ √ √ √ √
dibicarakan ttg penyakit menular
dengan berbasis lingkungan
seseorang yang Pendidikan kesehatan √ √
dipercaya ttg bahaya narkoba,
KRR akan 7 100 5 33,3 3 21,4 miras, rokok
menjadi Pendidikan ttg cara √ √
pengetahuan menghindari freesex
dasar dan dampak HIV/AIDS
Akibat buruk 7 100 4 26,7 4 28,5 Pendidikan ttg menjaga √ √ √ √
free sex kebersihan alat
Rata-rata 90 55,3 27,8 reproduksi
N = Jumlah responden per kecacatan (NA=7 ; Pendidikan kesehatan √ √
NB=15 ; NC=14) mengenai pelecehan
n = Jumlah responden yang menyatakan setuju/sikap seksual dan
positif pencegahannya
% = n/N*100% Nilai (%) 309, 26, 9, 9,
9 7 9 9
Tabel 2 menunjukkan bahwa remaja tunagrahita 1=SMPLB dan SMALB A ; 2=SMPLB B ;
memiliki sikap positif yang rendah terhadap 3=SMALB B ; 4=SMPLB C ; 5=SMALB C
kesehatan reproduksi (27,8%). *tanda (√) menunjukkan bahwa telah tersedia di
sekolah
Tabel 3. Indikator Sarana dan Prasarana
1 2 3 4 5 Tabel 4 menunjukkan bahwa SMPLB B,
Ruang UKS √ √ √ √ SMPLB C, dan SMALB C memiliki proporsi yang
Petugas kesh. di rendah terhadap indikator pendidikan kesehatan.
ruang UKS Tabel 5. Indikator Pelayanan Kesehatan
Obat-obatan dsb. √ √ √ √ √
Pembalut dan CD √ √ √ √ √ 1 2 3 4 5
(Pr) Kegiatan √ √
Ruang BK √ √ promkes
Guru yg berjaga di Pemeliharaan √ √ √ √ √
ruang BK kesehatan
Nilai (%) 10 13,3 13,3 6, 10 Penjaringan √
7 kesh. siswa baru
1=SMPLB dan SMALB A ; 2=SMPLB B ; Pemeriksaan √ √ √ √
3=SMALB B ; 4=SMPLB C ; 5=SMALB C kesehatan
berkala

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015


‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

1 2 3 4 5 A B (Tuna C
Item Pertanyaan
Imunisasi √ √ √ √ √ (Tuna rungu) (Tuna
Kebutuhan
Upaya √ √ netra) grahita)
mencegah n % n % n %
penularan Yankespro 7 100 6 40 6 42,8
penyakit Materi anatomi 7 100 7 46,7 3 21,4
Konseling KRR √ √ √ √ organ reproduksi
P3K dan P3 √ √ √ √ √ Materi perkemb. 7 100 13 86,7 4 28,5
pada penyakit remaja
Rujukan medis √ √ √ √ √ Materi perkemb. 7 100 11 73,3 4 28,5
Layanan √ √ √ √ organ reproduksi
konseling Materi kelainan 7 100 10 66,7 6 42,8
Nilai (%) 29,9 23,3 33,3 13,3 23,3 organ reproduksi
1=SMPLB dan SMALB A ; 2=SMPLB B ; Materi PMS/IMS 7 100 6 40 5 35,7
3=SMALB B ; 4=SMPLB C ; 5=SMALB C Materi PHBS 7 100 11 73,3 7 50
*tanda (√) menunjukkan bahwa telah tersedia di Materi narkoba 7 100 5 33,3 3 21,4
sekolah Materi stigma 7 100 8 53,3 3 21,4
dan diskriminasi
Tabel 5 menunjukkan bahwa dalam memenuhi Materi kekerasan 6 85,7 5 33,3 3 21,4
fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi, SMPLB C dan tindakan
memiliki proporsi yang paling rendah untuk indikator pelecehan seksual
pelayanan kesehatan. Materi PUP dan 6 85,7 8 53,3 0 0
KB
Tabel 6. Indikator Pembinaan Lingkungan Sekolah
Materi perilaku 7 100 9 60 2 14,2
Sehat
seksual
1 2 3 4 5 Materi perilaku 7 100 8 53,3 2 14,2
Sarana air bersih √ √ √ √ √ seks menyimpang
& sanitasi Materi gizi 7 100 12 80 5 35,7
Pemantauan √ √ √ √ √ perkemb. remaja
kebersihan Materi pergaulan 7 100 10 66,7 3 21,4
sekolah dgn lawan jenis
Label larangan √ √ √ Materi hak2 7 100 13 86,7 4 28,5
merokok di kespro
sekolah Materi cara 7 100 10 66,7 6 42,8
Label peringatan √ √ √ merawat organ
membuang reproduksi
sampah pada Materi cara 7 100 6 40 0 0
tempatnya mengendalikan
Label peringatan √ √ dorongan seksual
mencuci tangan Materi menjaga 7 100 8 53,3 5 35,7
Nilai (%) 6,7 16,7 16,7 13,3
6, diri dari sentuhan
7 lawan jenis
1=SMPLB dan SMALB A ; 2=SMPLB B ; Pendidikan 7 100 12 80 8 57,1
3=SMALB B ; 4=SMPLB C ; 5=SMALB C kespro
*tanda (√) menunjukkan bahwa telah tersedia di Rata-rata 98,5 59,3 28,2
sekolah N=Jumlah responden per kecacatan (NA=4 ; NB=7 ;
NC=8)
Tabel 6 menunjukkan bahwa SMPLB dan n=Jumlah responden yang menyatakan
SMALB A serta SMALB C memiliki proporsi yang membutuhkan kespro
rendah untuk indikator pembinaan lingkungan % = n/N*100%
sekolah sehat.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 7. Distribusi Kebutuhan Pelayanan Kesehatan remaja tunagrahita menyatakan tidak membutuhkan
Reproduksi Remaja Penyandang Cacat materi dan pelayanan kesehatan reproduksi, hanya

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015


‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

28,2% yang menyatakan membutuhkan materi dan sekolah akan dirinci berdasarkan 4 indikator sesuai
pelayanan kesehatan reproduksi. dengan Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah yang
dikeluarkan oleh Kemendikbud (2012) yakni sarana
Pembahasan dan prasarana, pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan indikator pembinaan lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja sekolah sehat[10]. Fasilitas pelayanan kesehatan
tunagrahita memiliki pengetahuan yang rendah reproduksi baik fisik maupun non fisik dikatakan
terhadap kesehatan reproduksi dibandingkan dengan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah
remaja tunanetra dan tunarungu. Hasil penelitian ini apabila sudah memenuhi semua indikator yang telah
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh disebutkan. Sehingga fasilitas pelayanan kesehatan
Islamiyatur (2015) yang menyatakan bahwa reproduksi di SMPLB B, SMPLB C, dan SMALB C
pengetahuan remaja tunagrahita tentang kesehatan belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan UKS di
reproduksi masih sangat kurang, sebagian besar sekolah karena belum memenuhi semua indikatornya.
remaja belum memahami kesehatan reproduksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
dengan benar[8]. Siswa tunagrahita lebih sedikit yang tunagrahita mempunyai persepsi yang rendah
menjawab benar karena mereka memiliki tingkat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi
kemampuan kognitif yang rendah dibandingkan karena selain mereka memiliki tingkat kemampuan
dengan siswa tunanetra maupun tunarungu. Hal kognitif, bahasa, motorik, serta kemampuan terhadap
tersebut juga dapat disebabkan karena mereka kurang penyesuaian diri dalam lingkungan dan sosial yang
mendapat pengetahuan dan informasi tentang rendah dibandingkan dengan siswa tunanetra maupun
kesehatan reproduksi serta pendidikan seksual. tunarungu, sekolah mereka juga belum mempunyai
Sekolah mereka juga belum mempunyai program program kegiatan ekstrakurikuler kesehatan
kegiatan ekstrakurikuler kesehatan reproduksi, reproduksi. Sarana dan prasarana yang berkaitan
sedangkan guru mereka telah memberikan materi dengan kesehatan reproduksi remaja masih banyak
kesehatan reproduksi dasar mulai dari kebersihan diri yang belum tersedia di sekolah tersebut.
sampai dengan perbedaan laki-laki dan perempuan, Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dalam
pemberian materi kesehatan reproduksi kepada siswa penelitian ini menyatakan bahwa remaja tunagrahita
tunagrahita harus bertahap dan diulang-ulang. membutuhkan semua item kebutuhan kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan reproduksi yang disebutkan oleh peneliti, karena
bahwa sebagian besar remaja tunagrahita masih banyak dari mereka yang menyatakan tidak
memberikan respon negatif terhadap kesehatan membutuhkan. Hasil penelitian tersebut berbeda
reproduksi. Hasil penelitian ini berbeda dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianti (2012)
penelitian yang telah dilakukan oleh Saadah (2009) yang menyatakan bahwa ada beberapa materi
yang menyatakan bahwa sikap seluruh subyek pembelajaran mengenai kesehatan reproduksi yang
penelitian sudah baik dan menunjukkan respon harus diberikan kepada penyandang tunagrahita
positif terhadap pemberian informasi dan pemahaman antara lain yaitu hak-hak kesehatan reproduksi,
mengenai kesehatan reproduksi pada remaja perawatan organ reproduksi baik bagi remaja
tunagrahita[9]. Hal tersebut disebabkan oleh remaja perempuan maupun laki-laki, asupan gizi, serta
tunagrahita yang menjadi responden dalam penelitian materi tentang pengendalian dorongan seksual[11].
ini memiliki pengetahuan yang rendah terhadap Siswa tunagrahita menyatakan tidak membutuhkan
kesehatan reproduksi, sehingga sikap remaja pelayanan kesehatan reproduksi bukan karena mereka
tunagrahita terhadap kesehatan reproduksi juga sudah merasa aman dan terbebas dari permasalahan
rendah. Pengetahuan dapat menentukan sikap kesehatan reproduksi, melainkan karena mereka
seseorang terhadap objek tertentu, pengetahuan yang memang tidak mengetahui bahwa pendidikan dan
baik akan menghasilkan sikap yang cenderung positif pelayanan kesehatan reproduksi adalah sebuah
terhadap objek tersebut. Meskipun guru mereka telah kebutuhan bagi mereka. Kesehatan reproduksi
memberikan materi kesehatan reproduksi, hal menjadi sebuah kebutuhan karena hal tersebut
tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, penting untuk membentengi diri remaja penyandang
bahasa, motorik, daya tangkap, serta kemampuan cacat dari tindak kekerasan dan pelecehan seksual.
responden terhadap penyesuaian diri dalam Remaja tunagrahita dengan kecerdasannya yang jauh
lingkungan dan sosial mereka yang memang rendah. dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intelegensi serta ketidakcakapan dalam interaksi
SMPLB B, SMPLB C, dan SMALB C masih berada sosial, sukar untuk mengkuti program pendidikan di
dalam kategori rendah dalam pemenuhan fasilitas sekolah biasa secara klasikal, karena itu anak
pelayanan kesehatan reproduksi. Sedangkan fasilitas tunagrahita membutuhkan pelayanan pendidikan
pelayanan kesehatan reproduksi yang tersedia di secara khusus yang disesuaikan dengan
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
‘Adiilah, et al, Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Penyandang Cacat...

kemampuannya. Remaja tunagrahita pada umumnya www.elsevier.com/locate/ijgo


mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang [4] UNICEF. Rangkuman Eksekutif: Keadaan
bersifat abstrak sehingga emberian pelayanan dan Anak di Dunia Tahun 2013. 2013 [cited:
pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja 2014 October 6]. Available from:
penyandang cacat harus disesuaikan dengan www.unicef.org
kemampuan remaja penyandang cacat tersebut. [5] Harahap. Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC; 2003
Simpulan dan Saran [6] Soekidjo N. Promosi Kesehatan: Teori Dan
Aplikasi. Jakarta: Rhineka Cipta; 2010
Berdasarkan analisis kebutuhan pelayanan [7] Artati. Analisis Kebutuhan dan Kesediaan
kesehatan reproduksi bagi remaja penyandang cacat, Pasien Akan Pelayanan Rawat Inap di
remaja tunanetra menyatakan sangat membutuhkan Poliklinik 24 Jam PT. Rumah Sakit
pelayanan kesehatan reproduksi, demikian juga Pelabuhan Surabaya Cabang Semarang
banyak remaja tunarungu menyatakan persepsi yang [internet]. Skripsi. Semarang: Program
sama, sementara persepsi remaja tunagrahita terhadap Pascasarjana Universitas Diponegoro.
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi sangat [diakses tanggal 31 Januari 2015] Available
rendah. from: http://undip.ac.id
Alternatif saran atau rekomendasi yang dapat [8] Islamiyatur R, Warsiti. Identifikasi
diberikan dari penelitian ini adalah sekolah harus Kebutuhan Kesehatan Reproduksi Bagi
menyediakan kegiatan ekstrakurikuler kesehatan Remaja Perempuan Difabel (Tunagrahita) Di
reproduksi bagi remaja penyandang cacat yang SLB Negeri 2 Yogyakarta [internet]. Skripsi.
disesuaikan dengan jenis kecacatan dengan tetap Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten [diakses tanggal 4 April 2015] Available
Jember. from: http://unimus.ac.id
[9] Saadah. Perilaku Ibu Dalam Memberikan
Daftar Pustaka Pemahaman Kesehatan Reproduksi Pada
[1] Indonesia. Deputi Bidang Perlindungan Remaja Tunagrahita Ringan (Studi Kualitatif
Pada Ibu Dari Siswi SMPL-C C1 Widya
Perempuan (Gambaran Masalah Sosial
Perempuan dan Besaran Jumlah Penyandang Bhakti Semarang) [internet]. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro. [diakses
Cacat di Indonesia). Jakarta: KPPPA; 2009
[2] Indonesia. RISKESDAS (Riset Kesehatan tanggal 31 Januari 2015] Available from:
http://undip.ac.id
Dasar 2007). Jakarta: BPS; 2008
[3] Bremer K, Lynn C, Acheinegeh R. [10] Indonesia. Kemendikbud (Pedoman
Pelaksanaan UKS di Sekolah). Jakarta:
Reproductive Health Experiences Among
Women With Physical Disabilitien In The Dispendik; 2013
[11] Arianti. Pembelajaran Kesadaran Kesehatan
Northwest Region Of Cameroon.
International Journal of Gynecology and Reproduksi pada Siswa SMALB/C
(TUNAGRAHITA). April 2012; Nomor
Obstetrics 108 (2010) 211-213. 2009.
Available from: 01/Tahun XVI/Mei 2012

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015

You might also like